You are on page 1of 7

Pendidikan IPS SD 1

TEMA
KONTEN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Dosen Pengampu : Drs. Fadhli Kamil, S.Pd

Disusun Oleh
Kelas 2C
Kelompok 3
1. Lukman Hakim
A1E310049
2. Ridha Rifky A1E310346
3. Hari Azhari A1E310374
4. Rizki Ermalina
A1E310385
5. Suci Nurhikmah
A1E310392
6. M. Majidi A1E310394

PROGRAM STUDY S1 PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010 / 2011
Konten Ilmu Pengetahuan Sosial
A. Fakta, Konsep dan Generalisasi
Ilmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan manusia yang berlangsung
dalam proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berprilaku
seperti yang mereka lakukan. Suatu struktur ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial,
tersusun paling tidak terdiri dari fakta, konsep dan generalisasi.
Fakta adalah informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan dan
dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Akan tetapi fakta
ini memiliki kekuatan menjelaskan yang terbatas. Beberapa contoh fakta, seperti
dibawah ini.
- Gunung Galunggung meletus tahun 1982.
- Jawa Barat mempunyai penduduk lebih banyak dari pada Irian Jaya.
- Ikrar Sumpah Pemuda terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928.
Fakta membantu membentuk konsep dan generalisasi, sehingga mempunyai
kedudukan sangat yang penting dalam struktur ilmu pengetahuhuan. Beberapa fakta
khusus yang saling berkaitan akan membentuk suatu konsep atau pengertian.
Konsep secara sederhana adalahan penamaan (pemberian label) untuk sesuatu
yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami sesuatu tersebut.
Konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran-pikiran, suatu ide atau suatu
gagasan. Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan memecahkan
masalah.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang harus
terlibat dalam proses berpikir, karena ia sedang memikirkan tentang contoh-contoh
konsep. Proses berpikir itu sering disebut dengan istilah “konseptualisasi”, yaitu suatu
yang terus menerus yang berlangsung apabila seseorang sedang memikirkan contoh-
contoh baru dari suatu konsep.
Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak, luar
atau sempit, satu atau frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit, misalnya:
manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, pakaian, pabrik, dsb.
Sementara konsep yang bersifat abstrak misalnya: demokrasi, kejujuran,
kesetiaan, keadilan, kebebasan, tanggung jawab, hak, pertimbangan, sistem hukum
dan sebagainya.
Konsep dapat berupa sejumlah fakta yang memiliki keterkaitan dengan makna
atau definisi yang ditentukan. Karakteristik atau ciri-ciri konsep disebut atribut,
misalnya konsep tentang “sepeda motor” dapat dijelaskan dengan atribut berikut.
1. Kendaraan beroda dua.
2. Digerakkan dengan mesin.
3. Berbahan bakar bensin.
Konsep mempunyai hubungan yang erat dengan generalisasi. Generalisasi
merupakan sejumlah konsep yang memiliki karakteristik dan makna. Generalisasi
adalah pernyataan tentang hubungan antara konsep. Generalisasi mengungkapkan
sejumlah besar informasi. Kebenaran generalisasi dibuktikan oleh rujukan
pembuktian.
Contoh generalisasi adalah sebagai berikut.
1) Angka kelahiran akan menurun, manakala pendidik masyarakat meningkat sejalan
dengan perkembangan informasi dan teknologi.
2) Untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya masnusia berinteraksi dengan
sesamanya.
3) Perubahan teknologi sering mengakibatkan peningkatan produktivitas dan
perubahan dalam jenis barang yang dihasilkan.

FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI DALAM IPS


A. Fakta dalam IPS
Dalam kurikulum Sekolah Dasar tahun 2004 dikemukakan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan suatu mata pelajaran yang mengkaji serangkaian
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan. Sedangkan fungsinya adalah untuk mengembangkan pengetahuan,
nilai, sikap, dan Negara Indonesia. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat
menyimpulkan sesuatu atau beberapa peristiwa yang pernah terjadi, apabila ditarik
suatu kesimpulan terhadap informasi harus didukung dengan fakta-fakta yang ada
untuk memberikan pembuktian terhadap kebenaran suatu informasi. Fakta sangat
penting dalam struktur ilmu atau susunan ilmu karena dari fakta yang ada dapat
membentuk suatu konsep dan generalisasi. Dari fakta-fakta yang ada dan saling
berkaitan maka kita dapat membentuk sutu konsep atau pengertian yang membantu
kita untuk berpikir.

B. Konsep dalam IPS


IPS sebagai bidang kajian terdiri dari konsep dasar sejarah, seperti konsep
peristiwa/kejadian waktu dan tempat. Geografi terdiri dari konsep beberapa konsep,
yaitu lokasi, posisi, situasi, tempat, distribusi, dan perancangan.
Selanjutnya didalam ilmu ekonomi tediri dari konsep seperti berikut, yaitu:
konsep kelangkaan (scancity), spesialisasi (specialization), saling ketergantungan
(interdependence), pasar (market), dan konsep kebijaksanaan umum (public policy).
Pada ilmu sosiologi konsep yang dikaji didalamnya adalah konsep
keanggotaan dalam kelompok seperti perilaku, tujuan, norma, nilai, peran, keluwesan,
dan lokasi. Sedangkan adat istiadat, etika, tradisi, hokum dan keyakinan.
Dalam ilmu psikologi sosial konsep-konsep yang terkandung adalah
kemandirian, motif, sikap, persepsi interpersonal, kelompok, norma kelompok,
konflik dan lain sebagainya.
Dan pada ilmu politik terkandung pula, konsep negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijaksanaan, pembagian kekuasaan, demokrasi, dan lain
sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah kita harus menggunkan berbagai konsep ilmu
sosial yang telah dipaparkan diatas, seperti konsep kelompok, konflik, perilaku, peran
dan lain-lain. Tanpa menggunakan konsep itu akan sulit untuk memberikan solusi
terbaik terhadap masalah yang dihadapi. Untuk menarik suatu kesimpulan atau
keputusan tertentu maka kita tidak akan terlepas dari proses generalisasi, oleh sebab
itu dibawah ini akan diarahkan bagaimana kedudukan atau peran generalisasi dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

C. Generalisasi Dalam IPS


Jelas dikatakan bahwa pada Ilmu Pengetahuan tidak akan dapat terbentuk
secara teoritis apabila tidak didukung oleh generalisasi. Keterkaitan dan kedudukan
atau peranan generalisasi dalam IPS sudah diawali sejak pengumpulan fakta atau data,
membentuk suatu konsep dan akhirnya membuat suatu generalisasi.
Untuk lebih jelasnya tentang kedudukan generalisasi dalam IPS dapat kita
simak pada ilustrasi dibawah ini.
“Makin tinggi” tingkat pendidikan suatu masyarakat, maka makin tinggi tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut”. Dapat dijadikan suatu dalil atau teori bahwa:
“Tingkat pendidikan berkolerasi positif terhadap tingkat kesejahteraan”. Sedangkan
konsep pendidikan dan konsep kesejahteraan merupakan suatu bahan kajian yang
sangat penting dalam Ilmu Pengetahuan Sosial.

B. Sikap dan Nilai


Nilai berbeda dengan sikap. Nilai itu bersifat umum, mempengaruhi seseorang
terhadap sejumlah objek dan terhadap orang. Nilai berkenaan dengan sesuatu yang
umum. Inilah yang membedakan sikap. Sikap biasanya berkenaan dengan yang
khusus. Suatu nilai adalah ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai
juga melakuan seseorang. Orang mendapatkan nilai dari orang lain dalam
lingkungannya.
Nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai bersifat utuh,
sistem di mana semua jenis nilai terpadu saling mempengaruhi kuat sebagai satu
kesatuan yang utuh. Nilai juga bersifat abstrak oleh karena itu yang dapat dikaji hanya
indikatornya saja yang meliputi: cita-cita, tujuan yang dianut aspirasi yang
dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau nampak, yang diutarakan perbuatan yang
dilakukan serta kekuatiran.
Dalam pendidikan kita meyakini bahwa nilai yang menyangkut ranah afektif
ini perlu diajarkan kepada siswa. Agar siswa mampu menerima nilai dengan sadar,
mantap dan dengan nalar yang sehat. Diharapkan agar para siswa dalam
mengembangkan kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan
untuk memilih (dengan bebas) dan menentukan apa yang menjadi anutannya.
Sikap memiliki pengertian yang rumit. Sikap adalah kecenderungan yang
relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Sikap merupakan salah
satu aspek psikologis individu yang sangat penting. Oleh karena itu, sikap setiap
orang berbeda baik dari segi kualitas maupun jenisnya.
Seperti juga halnya dengan sikap, nilai juga dirumuskan secara beragam,
landasan berbeda-beda serta tujuan dan disiplin yang berbeda-beda. Nilai merupakan
konsep dalam ekonomi, filosofi, pendidikan dan bimbingan juga dalam sosiologi dan
antropologi.
Untuk lebih menegaskan pemahaman kita seperti dikemukakan di atas dapat
dinyatakan bahwa nilai itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki
seseorang atau kelompok, yang mempengaruhi bagaimana seseorang atau kelompok
memilih cara, tujuan dan perbuatan yang dikehendakinya sesuai dengan anggapannya
bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang dimiliki seseorang dapat
mengekspresikan mana yang lebih disukai mana yang tidak, demikianlah, dapat
disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap. Nilai merupakan determinan bagi
pembentukan sikap. Tetapi harus diketahui bahwa tidak ada hubungan “one to one”
antara nilai dengan sikap. Yang selalu terjadi adalah satu sikap disebabkan oleh
banyak nilai.

C. Keterampilan Intelektual, Personal, dan Sosial


1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual berkaitan dengan kemampuan untuk mewujudkan
pengetahuan dan pengertiannya ke dalam perbuatan. Meliputi penggunaan dan
aplikasi pendekatan yang rasional, sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat.
Kemampuan ini memerlukan perkembangan pemikiran yang kritis pada subjek didik.
Keterampilan ini meliputi:
a. Keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi melalui
pengumpulan fakta, bacaan, mendengarkan penjelasan dari narasumber (guru dan
lain-lain) melalui antisipasi aktif dalam diskusi, kunjungan ke lapangan dan
sebagainya.
b. Keterampilan berpikir, menafsirkan dan mengorganisasikan informasi yang
dipilih dari berbagai sumber, membentuk konsep, merangkumnya kembali dan
membentuk generalisasi sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir siswa.
c. Kemampuan mengkritik informasi dan membedakan mana fakta yang opini.
Dengan keterampilan ini siswa dapat berpikir kritis, dapat menunjukkan mana
informasi yang faktual dan mana yang tidak.
d. Keterampilan membuat keputusan berdasarkan mereka mampu mengambil
keputusan dengan profesional, tidak asal menyamaratakan saja.
e. Keterampilan memecahkan masalah, menerapkan hasil temuan dalam sistem baru.
Termasuk di dalamnya kemampuan memprediksi, memperkirakan hal-hal yang
bisa/akan terjadi di masa depan.
f. Keterampilan menggunakan media: globe, peta, grafik, label, dan sebagainya
sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam
rangka penafsiran atas fakta-fakta dalam memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu.
g. Keterampilan menyusun laporan, menggunakan peta, mengadakan observasi,
melakukan wawancara dan mengadakan penelitian sederhana.
Keterampilan ini mengantarkan siswa kepada penyelesaian tugas-tugas
kegiatan belajar dan kesiapan dalam menghadapi masalah-masalah (termasuk masalah
sosial) yang ada dihadapannya.
Dengan mengembangkan belajar-mengajar yang fungsional seperti dikemuka-
kan di muka misalnya dengan metode memecahkan masalah (problem solving) atau
melalui model-model program lainnya misalnya program terpadu (multidiciplinary
model) yang mengacu kepada topik-topik yang ditentukan dalam kurikulum sasaran
pencapaian keterampilan itu dapat dicapai.

2. Keterampilan Personal
Keterampilan personal ini sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan
intelektual. Namun dalam pemahamannya ditekankan kepada keterampilan yang
sifatnya mandiri.
a. Keterampilan ini ada yang bersifat praktis disebut juga keterampilan psikomotor,
seperti keterampilan berbuat, berlatih serta mengkoordinasi indera dengan anggota
badan. Keterampilan praktis ini nampak dalam hal kemampuan siswa
menggambar, membuat peta, membuat model dan sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja. Misalnya keterampilan menentukan
lokasi kerja, mengumpulkan data, menggunakan reference material, membuat
kesimpulan dan lain-lain. Dengan latihan yang benar siswa diberi peluang untuk
memiliki percakapan belajar mandiri dan bekerja mandiri
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan
kemampuan seseorang di dalam kelompok seperti: menyusun rencana, memimpin
diskusi, menilai pekerjaan secara bersama. Keterampilan ini sangat penting
dimiliki seseorang dalam mengembangkan pengalamannya. Oleh sebab itu
keterampilan ini hanya dapat diraih melalui serangkaian pengalaman dan
berkembang secara bertahap.
d. Keterampilan akademik atau keterampilan belajar (Continuing Learning Skills).
Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belajar sepanjang hayat.
Keterampilan ini sangat esensial dimiliki oleh setiap orang dalam konsep belajar
seumur hidup. Sesungguhnya dalam keterampilan belajar inilah terletak sendi-
sendi kemampuan belajar mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar
sasarannya adalah baru dalam tahapan mengembangkan segenap potensi dirinya
di kemudian hari, siswa memiliki semangat, kemampuan dan kepercayaan diri
yang sehat. Yang terpenting adalah bahwa dalam diri siswa tertanam semangat
untuk belajar terus sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain: keterampilan fisik, keterampilan politik agar
melek politik sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan berpikirnya).
Keterampilan pengembangan emosional (emotional growth) sebagai saran utama
dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri.

3. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar memberi dan
menerima tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran
sosial. Dengan dimilikinya keterampilan ini maka siswa mampu berkomunikasi
dengan sesama manusia, lingkungannya di masayarakat secara baik, hal ini
merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Latihan dan
pembinaan yang tampak dalam proses belajar-mengajar antara lain: mampu
melaksanakan dengan baik berdiskusi dengan teman, bertanya kepada siapapun,
menjawab pertanyaan orang lain, menjelaskan kepada orang lain, membuat laporan,
memerankan sesuatu, dan seterusnya.
Oleh karena materi studi sosial sangat luas bahan kupasannya, maka upaya
guru untuk membantu siswa-siswa mengembangkan keterampilan/kemampuan
memahami masalah-masalah yang terkandung di dalamnya lurus diintegrasikan
sebagai bagian dari bahan pengajaran IPS.
Di samping dilatih kemampuannya dalam berbagai kemampuan tersebut, ada
satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan guru adalah bagaimana guru mendorong
siswa untuk lebih gemar membaca, mencari dan mengolah informasi sesuai dengan
kemampuannya. Siswa agar memiliki kebiasaan untuk memahami latar belakang
informasi memahami struktur bahan pengajaran, mengerti peristilahan-peristilahan
yang sulit/baru, mengikuti perkembangan zaman dan sebagainya.
Diharapkan akan tumbuh kesadaran dari mereka tujuan mereka
membaca/mempelajari materi kajian. Bersikap kritis terhadap bahan kajian dan
mampu mengevaluasi terhadap apa yang sudah dipelajarinya sehingga dia merasa
memiliki kemampuan untuk memberikan kesimpulan dan keputusan.
Daftar Pustaka
http://heroesmart.blogspot.com/2010/02/pengertian-fakta-konsep-dan.html
http://massofa.wordpress.com/2009/04/25/nilai-dan-sikap-serta-keterampilan-
intelektual-personal-dan-sosial-dalam-kurikulum-ips-sd.html
Tim Penyusun. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Sosial, Buku
4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

You might also like