You are on page 1of 24

LAS LISTRIK

1. PENDAHULUAN

Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis
sambungan dengan las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Ada beberapa macam
proses yang dapat digolongkan kadalam proses Ias Iistrik antara lain yaitu :

1. Las Listrik dengan Elektroda Karbon, Misalnya:


o Las listrik dengan elektroda karbon tunggal.
o Las listrik dengan elektroda karbon ganda.

2. Las Listrik Dengan Elektroda Logam, misalnnya:

• Las-listrik dengan elektroda berselaput


• Las iistrik TIG (Tungsten Inert Gas)
• Las Iiarik submerged

2 PRINSIP-PRINSIP LAS LISTRIK


Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam
menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi antara ujung
elektroda dan benda kerja dapat mancapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagian
bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E) dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang
dinyatakan delam satuan, panas joule atau kalori seperti rumus dibawah ini :

H=ExIxt

dimana :

H = panas dalam satuan joule

E = tegangan listrik delam volt

I = kuat arus dalam amper

t = waktu dalam detik


2.1. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon

Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua
ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai
bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi.

2. Las Listrik Dengan Ekktroda Berselaput ( SMAW )

Las listrik ini menggunakan alektroda berselaput sebagai bahan tambah. Busur listrik yang
terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian
bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang
melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistrik dan daerah Ias di sekitar busur listrik
terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi
permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.

Gbr. Dibawah ini adalah sirkuit Ias listrik dengan elektroda berselaput dimana G adalah
sumber tenaga arus searah dan elektroda dihubungkan ke terminal negatif sedang bahan ke
terminal positif.

Dalam Gbr. Dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari elektroda ke bahan dasar
dimana gas dari pembakaran selaput elektroda melindungi daerah ini.
Las Iistrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar adalah marupakan
sumber panas untuk pengelasan. Titik cair dari alektroda wolfram sedemikian tingginya sampai
3410o sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai Ias dilengkapi dangan
nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah Ias dari pengaruh luar
pada saat pangelasan.

Sebagai bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan
ke busur lirtrik yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.

Sebagai gas pelindung dipakai argon, helium ateau campuran dari kedua gas tersebut
yang pemekaiannya tergantung dari jenis logam yang akan dilas.

Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air yang bersirkulasi. Proses Ias listrik TIG
ditunjukkan pada Gbr dibawah ini

2. Las Listrik MIG

Las listrik MIG adalah juga las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya Arus Listrik
Elektrodanya adalah merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang gerakannya
diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik.

Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai Ias
dilengkapi dengan nosal logam untuk menyemburkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas
malalui selang gas.

Gas yang dipakai adalah C02 untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon atau campuran
argon dan helium untuk pengelasan Aluminium dan baja tahan karat

Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik
dimaksudkan pengelasan secara manual sedangkan otomatik adalah pengelasan di mana seluruh
pekerjaan Ias dilaksanakan secara otomatik. Proses Ias MIG ditunjukkan pada Gbr. di bawah ini.
dimana elektroda keluar melalui tangkai las bersama dengan gas pelindung.

2. Las Listrik Submerged

Las listrik submerged yang umumnya otamatik atau semi otomatik menggunakan fluksi
serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik diantara ujung elektroda dan
bahan dasar berada didalam timbunan fluksi serbuk sehingga tidak terjadi sinar las keluar separti
biasanya pada Ias listrik lainnya. Dalam hal ini operator Ias tidak perlu menggunakan kaca
pelindung mata (helm Ias).

Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan membeku menutup Iapisan Ias.
Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak
Ias. -
Elektroda yang merupakan kawat tanpa selaput berbentuk gulungan (rol) digerakkan
maju oleh pasangan roda gigi. pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik dapat diatur
kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan .

3. ARUS LISTRIK

3.1. Arus Searah (DC)


Pada jenis arus ini, elektron-elektron bergerak sepajang penghantar hanya dalam satu
arah.

3.2. Arus Bolak-Balik (AC)

Arah aliran dari arus bolak-balik adalah merupakan gelombang sinusoida yang
memotong garis nol pada interval waktu 1/100 detik untuk mesin dengan frekwensi 50 Hz. Tiap
siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setengah gelombang. Arus bolak-
balik dapat diubah menjadi arus searah dengan menggunakan pengubah arus (rectifier).
4. PENGKUTUBAN ELEKTRODA

4.1. Pengkutuban Langsung

Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan kabel
massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut sebagai sirkuit las listrik
dengan elektroda negatif. (DC-).

4.2. Pengkutuban Terbalik

Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel
massa dipasang pada terminal negative.

Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)
4.3. Pangaruh Pengkutuban Pada Hasil Las.

Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada :

• Jenis bahan dasar yang akan dilas


• Jenis elektroda yang dipergunakan

Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung
akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi
sebaliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

1. PESAWAT LAS.
Pesawat-pesawat las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari jenis arus
yang keluar dapat digolongkan sebagai berikut:

• pesawat las arus bolak-balik (AC)


• pesawat las arus searah (DC)
• pesawat las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan dari
pesawat AC den DC.

1.1. Pesawat Las Arus Bolak-Balik (AC)

Macam-macam pesawat las ini seperti Transformator las, pembangkit listrik motor diesel
atau motor bensin. Transformator las yang kebanyakan digunakan di industri-industri
mempunyai kapasitas 200 sampai 500 amper. Pesawat las ini sangat banyak dipakai karena biaya
operasinya yang rendah disamping harganya yang relatif murah. Voltase keluar dari pesawat
transformator ini antara 38 sampai 70 volt.
1.2. Pesawat Las Arus Searah (DC)

Pesawat las arus searah ini dapat berupa pesawat transformator rectifier, pembangkit
listrik motor diesel atau motor bensin, maupun pesawat pembangkit listrik yang digerakkan oleh
motor listrik.

Salah satu jenis dari pesawat las arus searah yaitu pesawat pembangkit listrik yang
digerakkan oleh motor tistrik (motor generator).

1.3. Pesawat Las AC-DC.

Pesawat las ini merupakan gabungan dari pesawat las arus bolak-balik dan arus searah.
Dengan, pesawat ini akan lebih banyak kemungkinan pemakaiannya karena arus yang keluar
dapat arus searah maupun arus bolak-balik. Pesawat las jenis ini misalnya transformator-rectifier
maupun pembangkit listrik motor diesel.

2. ALAT-ALAT BANTU LAS


2.1. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi
Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :

• kabel elektroda
• kabel massa
• kabel tenaga

Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las dengan elektroda. Kabel
massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang
menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya
terdapat pada pesawat las AC atau AC - DC.

Dalam tabel 1 ditunjukkan ukuran luas penampang kabel las (kabel elektroda atau kabel massa)
untuk panjang tertentu pada kapasitas arus pesawat las.

2.2. Pemegang Elektroda

Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh bahan
penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan
dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
2.3. Palu Las

Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan
memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.

Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke
mata atau ke bagian badan lainnya.

2.4. Sikat Kawat

Dipergunakan untuk :

• membersihkan benda kerja yang akan dilas


• membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.

2.5. Klem Massa

Klem massa adalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja.
Biasanya klem massa dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga
agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat.
Yang dapat menjepit benda kerja dengan baik .

Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti karat, cat, minyak.

2.6. Tang (penjepit)

Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas

3.PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA.

3.1. Helm Las

Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar
ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata, Sinar Ias yang sangat
terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini
dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah
tersebut. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan.

Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut:

No. 6. dipakai untuk Ias titik

No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper.


No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper.

No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper.

No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper.

No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper.

Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi
dengan kaca putih.

3.2. Sarung Tangan

Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang
pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
3.3. Baju Las/Apron

Baju las/Apron dibuat dari kulit atau dari asbes. Baju las yang lengkap dapat melindungi badan
dan sebagian kaki. Bila mengelas pada posisi diatas kepala, harus memakai baju las yang
lengkap. Pada pengelasan posisi lainnya dapat dipakai apron.
3.4. Sepatu Las

Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada
sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
3.5. Kamar Las

Kamar Ias dibuat dari bahan tahan.api. Kamar las penting agar orang yang ada
disekitarnya tidak terganggu oleh cahaya las.

Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dangan sistim ventilasi:
Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah
terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya kebakaran oleh percikan terak las dan bunga
api.
3.6. Masker Las

Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka gunakanlah masker
las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.

4. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

4.1. Elektroda Berselaput

Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah cara
destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm
dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya
selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan,
oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang
berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.

Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda
tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair
dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja
terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat
mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku
melapisi permukaan las yang masih panas.

4.2. Klasifikasi Elektroda

Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut klasifikasi
AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artInya sebagai
berikut :
E menyatakan elaktroda busur listrik

XX (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2 lihat table.

X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.

angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan

X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan
lihat table.

Contoh : E 6013

Artinya:

• Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2
• Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
• Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC + atau DC
-

4.3. Elektroda Baja Lunak

Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada jenis
selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.

4.3.1. E 6010 dan E 6011

Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan
dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat
dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan
dapat dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan
5% pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium
untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
4.3.2. E 6012 dan E 6013

Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan
sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013
sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai
pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak
Kalium memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter
kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.

4.3.3. E 6020

Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah
dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan
terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari
pada bawah tangan atau datar pada las sudut.

4.3.4. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi

Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk
besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal
dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah
tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.

4.3.5. Elektroda Hydrogen Rendah

Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %),
sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang
memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan
mengalami tekanan

Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.


4.3.6. Kondisi Pengelasan

Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja lunak dan
baja paduan rendah.

4.3.7. Elektroda Untuk Besi Tuang

Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah sebagei berikut :

• elektroda baja
• elektroda nikel
• elektrode perunggu
• elektroda besi tuang

Elektroda nikel

Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi
dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang
dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC
kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Elektroda baja

Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las
yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai
bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat
dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

Elektroda perunggu

Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las dapat
ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang
menghasilkan busur stabil.
Elektroda dengan Hydrogen rendah

Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon kurang dari 1,5%.
Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik. Hasil lasnya tidak
dapat dikerjakan dengan mesin.

4.3.8. Elektroda Untuk Aluminium.

Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan
dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik
adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel
berikut

4.2.9. Elektroda untuk palapis Keras

Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan terhadap
kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk pelapis keras dapat
diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu :

• elektroda tahan kikisan


• elektroda tahan pukulan
• elektroda tahan aus.

Elektroda tehan kikisan.

Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk
karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC atau DC
kutub terbalik.

Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis,
peluas lubang dan beberapa type pisau.
Elektroda tahan pukulan.

Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai untuk
pelapis keras bagian pemecah dan palu.

Elektroda tahan keausan.

Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt, Wolfram
dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan katup
dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.

1. MEMILIH BESARNYA ARUS LISTRIK

Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macam
elektroda las.

Pada prakteknya dipilih ampere pertengahan. Sabagai contoh; untuk elektroda. E 6010,
ampere minimum dan maximum adalah 80 amp. sampai 120 amp. Sehingga dalam hal ini
ampere pertengahan 100 amp.

1.2. Cara-cara Menyalakan Busur

Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai
dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busur dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara.

• Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan
menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
• Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada Gbr
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat
kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur
dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah
terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter
elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan
dasar ± 3,25 mm.

1.3. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal adalah
kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.

1. Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik.

Hasilnya :

 rigi-rigi las yang halus dan baik.


 tembusan las yang baik
 perpaduan dengan bahan dasar baik
 percikan teraknya halus.

2. Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk
bola dari cairan elektroda.

Hasilnya :

• rigi-rigi las kasar


• tembusan las dangkal
• percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

3. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung
elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c).

Hasilnya :

• rigi las tidak merata


• tembusan las tidak baik
• percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.
1.4. Pengaruh Besar Arus.

Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan
sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi
tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi
las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.

Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam.

Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi
pengelasan serta tebal bahan dasar.

1.5. Gerakan Elektroda.

Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada tiga macam yaitu :

1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur
jarak busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang
dikehendaki.

Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada
ayunan kehawah.

Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan
penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.

Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titik-titik pada
ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk memberi
kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.

Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus
elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan
pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan
ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.
Alur Spiral

Alur Zig-zag

Alur Segitiga

1.6. Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las.

Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil,
sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las yang
berbentuk gergaji

Jika elektroda digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan jalur yang kuat dan lebar. Hal
ini dapat pula menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar tipis.

You might also like