Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ABSTRAK
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing II Penguji II
Penguji III
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
• Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta
• Janganlah hanya belajar melalui kesalahan yang kita lakukan, tapi ambilah
• Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali
Persembahan
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam peneliti curahkan
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
4. Drs. Budiarso Eko, MPd, dosen pembimbing II skripsi ini yang dengan penuh
senior-senior, Laborat dan Teknisi serta semua pihak yang turut membantu
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa beliau yang telah
menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, maka kritik dan
v
saran yang konstruktif dan membangun sangat peneliti harapkan. Akhir kata
peneliti berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi
para pembaca.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
B. Quenching ............................................................................... 9
C. Tempering ............................................................................... 11
vii
E. Pengujian Tarik ....................................................................... 16
viii
8. Foto mikro ......................................................................... 55
B. Pembahasan.............................................................................. 56
BAB V PENUTUP....................................................................................... 60
A. Simpulan .................................................................................. 60
B. Saran......................................................................................... 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
Gambar 21. Penampang patah temper ............................................................. 53
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil uji komposisi Baja ST 60 ............................................................... 63
Lampiran 2. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 1 ...... 64
Lampiran 3. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen raw materials 2 ...... 65
Lampiran 4. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen `raw materials 3..... 66
Lampiran 5. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 1 ................ 67
Lampiran 6. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 2................. 68
Lampiran 7. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen quench 3 ................ 69
Lampiran 8. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 1 ................ 70
Lampiran 9. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 2 ................ 71
Lampiran 10. Grafik dan perhitungan pada hasil uji tarik spesimen temper 3 .............. 72
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
industri yang menggunakan logam sebagai sebagai bahan utama operasional atau
sebagai bahan baku produksinya. Baja karbon banyak digunakan terutama untuk
kebutuhan rumah tangga. Aplikasi pemakaiannya, semua struktur logam akan terkena
deformasi atau perubahan bentuk. Usaha menjaga agar logam lebih tahan gesekan
atau tekanan adalah dengan cara perlakuan panas pada baja, hal ini memegang
peranan penting dalam upaya meningkatkan kekerasan baja sesuai kebutuhan. Proses
ini meliputi pemanasan baja pada suhu tertentu, dipertahankan pada waktu tertentu
dan didinginkan pada media tertentu pula. perlakuan panas mempunyai tujuan untuk
tujuan ini akan tercapai seperti apa yang diinginkan jika memperhatikan faktor yang
Salah satu proses perlakuan panas pada baja adalah pengerasan (hardening),
yaitu proses pemanasan baja sampai suhu di daerah atau diatas daerah kritis disusul
1
2
(internal stresses), dan rapuh (britles), sehingga baja tersebut belum cocok untuk
segera digunakan. Oleh karena itu pada baja tersebut perlu dilakukan proses lanjut
yaitu temper. Dengan proses temper kegetasan dan kekerasan dapat diturunkan
sampai memenuhi syarat penggunaan, kekuatan tarik turun sedangkan keuletan dan
ketangguhan meningkat. Namun yang menjadi permasalahan sejauh mana sifat - sifat
yang memenuhi syarat yang diinginkan ini dapat dicapai melalui proses temper.
temper, dapat dilakukan melalui beberapa uji bahan. Pengujian bahan yang digunakan
untuk proses quenching-temper adalah uji kekuatan tarik, uji ketangguhan, uji
besarnya viskositas pelumas. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja tersebut,
maka peneliti memilih perlakuan panas temper dengan quenching media Oli Mesran
SAE 40. Perubahan sifat pada baja dapat diketahui dengan cara melakukan pengujian
tarik, kekerasan, ketangguhan dan muai panas. Mengingat banyaknya jenis baja
karbon dan pelumas maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada baja karbon
menengah, yaitu baja dengan kadar karbon antara 0,25 – 0,65%C dan pelumas
Mesran SAE 40, alasan dipilihnya media pendingin Oli Mesran SAE 40 adalah
3
karena Oli Mesran SAE 40 yang diproduksi oleh PT Pertamina yang memiliki kadar
pada besarnya viskositas pelumas. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja
tersebut.
B. Perumusan Masalah
SAE 40 terhadap sifat fisis baja ST 60 yang meliputi foto mikro dan penampang
patah.
C. Penegasan Istilah
pengertian atau salah penafsiran terhadap arti kata - kata yang menjadi judul skripsi
ini.
4
1. Pengaruh adalah data yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan
4. Sifat mekanis adalah keadaan yang tampak pada suatu benda dilihat dari
5. Sifat fisis baja ST 60 adalah kedaan yang tampak pada suatu benda dilihat dari
6. Baja ST 60
Baja ST 60 adalah baja produksi dari PT. Bhineka Bajanas yang mempunyai
7. Media pendingin
Pada penelitian ini digunakan Oli Mesran SAE 40 produksi PT Pertamina sebagai
proses quenching.
D. Tujuan Penelitian
SAE 40 terhadap sifat fisis meliputi struktur mikro dan penampang patah
baja ST 60
E. Manfaat Penelitian
yaitu struktur mikro dan mekanis yaitu kekuatan tarik, ketangguhan, kekerasan
dan muai panas pada bahan baja ST 60 yang dihasilkan dari proses temper dengan
khususnya yang berhubungan dengan elemen - elemen mesin dan industri logam.
LANDASAN TEORI
A. Baja Karbon
Baja merupakan salah satu jenis logam ferro dengan unsur carbon (C)
1,7%. Di samping itu baja juga mengandung unsur-unsur lain seperti sulfur
(S), fosfor (P), silikon (Si), mangan (Mn), dan sebagainya yang jumlahnya
dibatasi. Sifat baja pada umumnya sangat dipengaruhi oleh prosentase karbon dan
struktur mikro. Struktur mikro pada baja karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas
Karbon dengan unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang
dapat menambah kekerasan, tahan gores dan tahan suhu baja. Perbedaan
prosentase karbon dalam campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara
macam, yaitu :
campuran baja karbon kurang dari 0,3%. Baja ini bukan baja yang keras karena
kandungan karbonnya yang rendah kurang dari 0,3%C. Baja karbon rendah tidak
7
8
dikeraskan sebagian dengan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja
karbon sedang lebih keras serta lebih lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon
tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak dapat diketahui jarak
perlakuan panas pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal
Sifat mekanis baja juga dipengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon
dengan besi. Menurut Schonmetz (1985) terdapat 2 bentuk utama kristal saat
1. Ferit, yaitu besi murni (Fe) terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik
bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak,
ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang
karbon sebesar 0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal ferrit tersendiri dari
serpihan sementit halus yang saling berdampingan dalam lapisan tipis mirip
lamel.
9
B. Quenching
Menurut Edih Supardi (1999) dasar pengujian pengerasan pada bahan baja
yaitu suatu proses pemanasan dan pendinginan untuk mendapatkan struktur keras
yang disebut martensit. Martensit yaitu fasa larutan padat lewat jenuh dari karbon
dalam sel satuan tetragonal pusat badan atau mempunyai bentuk kristal Body
8300
8100
perbandingan satuan sumbu sel satuannya, martensit makin keras tetapi getas.
Martensit adalah fasa metastabil terbentuk dengan laju pendinginan cepat, semua
unsur paduan masih larut dalam keadaan padat. Pemanasan harus dilakukan secara
perlit dengan ferit bebas atau sementit bebas, hal ini tergantung pada kandungan
karbon (Doan, G.E., 1952). Tahap pendinginan lambat pada baja mengakibatkan
suatu keadaan yang relatif lunak atau plastis. Untuk menambah kekerasan baja,
dapat dilakukan dengan pengerjaan yang dimana baja dipanaskan sampai suhu
790C. Jika berhasil mendinginkan austenitic sampai 790C akan berubah dengan
cepat ke suatu struktur yang keras dan relatif rapuh yang dikenal martensit untuk
itu pengerjaan kedua dalam pengerasan baja yaitu pendinginan cepat (quenching)
Pada dasarnya baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok
sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat (Djafrie, 1985). Pada saat
11
tempering proses difusi dapat terjadi yaitu karbon dapat melepaskan diri dari
martensit berarti keuletan (ductility) dari baja naik, akan tetapi kekuatan tarik, dan
mekanik baja yang telah dicelup, dan di-temper dapat diubah dengan cara
C. Tempering
(Koswara,1999:134).
Baja yang telah dikeraskan bersifat rapuh dan tidak cocok untuk digunakan,
pula sedang keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun proses ini
menghasilkan baja yang lebih lunak, proses ini berbeda dengan proses anil
Pada suhu 200˚C sampai 300˚C laju difusi lambat hanya sebagian kecil
karbon dibebaskan, hasilnya sebagian struktur tetap keras tetapi mulai kehilangan
kerapuhannya. Di antara suhu 500˚C dan 600˚C difusi berlangsung lebih cepat,
dan atom karbon yang berdifusi di antara atom besi dapat membentuk sementit.
12
Perubahan sifat mekanis akibat temper martensit baja karbon 0,452 %C.
Prosesnya adalah memanaskan kembali berkisar antara suhu 150˚C – 650˚C dan
kerapuhan dari baja, biasanya untuk alat-alat potong, mata bor dan
sebagainya.
kekerasannya sedikit berkurang. Proses ini digunakan pada alat-alat kerja yang
Tempering suhu tinggi bertujuan memberikan daya keuletan yang besar dan
sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah misalnya pada roda gigi, poros
batang pengggerak dan sebagainya. Suhu yang digunakan dalam penelitian ini
D. Media Pendingin
proses pengerasan baja yang akan digunakan yaitu Oli Mesran SAE 40, dengan
dari besarnya viskositas pelumas. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja
tersebut, maka peneliti memilih perlakuan panas temper dengan quenching media
macam. Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam proses perlakuan panas
antara lain :
1. Air
yang cepat. Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai
2. Minyak
benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus digunakan sebagai
3. Udara
dari udara.
4. Garam
karena pada permukaan benda kerja tersebut akan meningkat zat arang.
kekentalan, kadar larutan dan bahan dasar media pendingin. Pelumas adalah
minyak yang mempunyai sifat untuk selalu melekat dan menyebar pada
kenaikan suhu kecil sekali (Soedjono, 1978).viskositas Oli, dan bahan dasar Oli
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu minyak yang berasal dari hewan diperoleh
dengan cara merebus atau memasak tulang belulang atau lemak babi, minyak
pelumas dari tumbuhan dan minyak pelumas mineral diperoleh dengan cara
Aromatik mempunyai sifat pelumasan yang baik tetapi tidak tahan oksidasi.
Parafin dan naftena lebih stabil tetapi tidak dapat menggantikan aromatik secara
dan parafin murni tidak mempunyai sifat pelumasan yang baik. Perbedaan yang
Ada tiga faktor yang mempengaruhi viskositas, yaitu komposisi, suhu dan
Engine) dan disertai angka. Angka menunjukkan pada kelompok mana viskositas
itu termasuk.
Dalam perdagangan ada dua macam viskositas, misalnya SAE 10W dan 40.
SAE 10W tidak begitu peka terhadap temperatur, sedangkan Oli SAE 40 peka
kekentalan pada suhu 200C, sedangkan kekentalan yang tidak diikuti huruf W
lebih dari satu tingkat klasifikasi viskositasnya yang dikenal dengan minyak
maksud standar Olinya SAE 10 pada suhu 100C dan standar sampai SAE 40 pada
suhu 1000C, sehingga minyak pelumas ini bila digunakan dilingkungan suhu
dingin akan bersikap sebagai pelumas SAE 10W sedangkan bila digunakan
dilingkungan suhu panas akan bersikap sebagai minyak pelumas SAE 50W.
E. Pengujian Tarik
Pengujian tarik dilakukan terhadap batang uji yang standar. Pada bagian
tengah batang uji merupakan bagian yang menerima tegangan yang uniform, dan
pada bagian ini diukurkan panjang uji (gauge length), yaitu bagian yang dianggap
menerima pengaruh dari pembebanan. Pada bagian inilah yang selalu diukur
Dasar yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tarik dari suatu material
adalah kurva tegangan dan regangan. Donan (1952) menyatakan, The parameters
which are used to describe the stress - strain curve of metals are the tensile
kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum (tensile strength), tegangan luluh dari
material, regangan yang terjadi saat penarikan dan pengurangan luas penampang.
diadakan pengujian tarik pada bahan tersebut. Pengujian tarik dilakukan dengan
memberikan suatu gaya tarik pada suatu spesimen yang bentuk dan ukurannya
proses permesinan sehingga berbentuk silindris pula, demikian juga untuk bahan
yang berbentuk plat, maka spesimen tariknya akan berbentuk plat pula dengan
adalah suatu kurva yang memberikan hubungan antara gaya yang dipergunakan
tarik yang dihasilkan adalah kekuatan tarik maksimum yang diberi simbol σu.
simbol u didapat dari kata ultimate yang berarti puncak. Jadi besarnya kekuatan
tarik ditentukan oleh tegangan maksimum yang diperoleh dari kurva tarik.
Pu
σu = …………………………………...………. (1)
Ao
Sifat mekanik yang kedua adalah kekuatan luluh yang diberi simbol σy
dimana y diambil dari kata yield atau luluh. Kekuatan luluh dinyatakan oleh suatu
elastis saja dengan tegangan yang memberikan tegangan elastis bersama plastis.
Titik luluh adalah suatu titik perubahan pada kurva pada bagian yang berbentuk
Pada kurva tarik baja karbon rendah atau baja lunak batas ini mudah
terlihat, tetapi pada bahan lain batas ini sukar sekali untuk diamati oleh karena
daerah linier dan tidak linier bersambung secara berlanjut. Oleh karena itu untuk
menentukan titik luluh diambil dengan metoda offset yaitu suatu metoda yang
menyatakan bahwa titik luluh adalah suatu titik pada kurva yang menyatakan
a b c d
Gambar 3. Diagram Tegangan Regangan
a. Bahan tidak ulet, tidak ada deformasi plastis misalnya besi cor
b. Bahan ulet dengan titik luluh misalnya pada baja karbon rendah
nominal
disebut sebagai modulus Young dan dinyatakan dengan simbol E. Sifat ini
menyatakan kekakuan dari suatu bahan yang didalam kurva tarik menyatakan
hubungan yang linier dari tegangan dan regangan. Daerah linier pada daerah
σ = E.e ……………………………………………..…(2)
dimana E adalah modulus elastisitas atau modulus Young dan e adalah regangan
yang terjadi.
19
Sifat yang keempat yang bisa didapatkan dari pengujian tarik adalah
keuletan saat patah. Keuletan ini dinyatakan dengan regangan maksimum yang
bisa dicapai oleh bahan, yaitu pada saat patah. Semakin besar regangan yang bisa
dicapai oleh bahan, semakin ulet bahan tersebut. Regangan (e) merupakan
ΔL L f − Lo
e= = …………………………………………… (3)
Lo Lo
dimana Lf = panjang saat patah
Sifat kelima adalah reduksi penampang atau reduction of area pada saat
patah. Sebenarnya sifat ini erat kaitannya dengan regangan yang dialami oleh
bahan.
( Ao − A f )
q= ………………………………….…………….(4)
Ao
q = reduksi penampang
jenis perpatahan menurut bentuknya adalah simetri, kerucut mangkok (cup cone),
rata dan tak teratur bermacam-macam bentuk tekstur adalah silky (seperti sutera),
20
butir halus, butir kasar atau granular, berserat (fibrous), kristalin, glassy (seperti
Pmaks
σu = ....................................................................................... (5)
Ao
lf − lo
ef = ..................................................................................... (6)
l
( Ao − A f )
q= ................................................................................. (7)
Ao
dimana:
q = penggentingan (%)
Baja karbon yang biasanya bersifat ulet dapat diubah menjadi getas bila
berada kondisi tertentu. Menurut Donan (1952), terdapat tiga faktor dasar yang
mendukung terjadinya patah getas, keadaan tegangan tiga sumbu, suhu rendah dan
laju regangan tinggi atau laju pembebanan yang cepat. Ketiga faktor tersebut tidak
harus ada secara bersamaan pada waktu terjadi patah getas. Maka disini untuk
pengujian impak.
suatu logam dan paduannya. Benda uji disiapkan secara khusus, ukuran dan
beban sentakan (tiba-tiba). Metode ini sering di gunakan adalah metode charphy.
ketinggian H 1 dari pusat benda uji yang bersudut α dan setelah menabrak benda
uji palu mengayun sampai ketinggian H 2 dari pusat benda uji yang bersudut β.
22
Pada kondisi ini besar tenaga kinetik Ek1 dan Ek2 sama dengan nol karena
kecepatan V1dan V2 sama dengan nol yaitu berada pada kondisi berhenti.
Besarnya tenaga potensial Ep1 = mgH1 dan tenaga potensial Ep2 = mgH2. Jadi
tenaga yang diserap benda uji atau tenaga untuk mematahkan benda uji yaitu,
benda uji (Joule) dengan luas penampang patah benda uji (m)
W
K= .......................................................................................... (8)
A0
bahan atau juga keuletan bahan terhadap beban tiba-tiba dengan cara mengukur
perubahan energi potensial sebuah palu godam yang dijatuhkan pada ketinggian
tertentu. Perbedaan tinggi ayunan palu godam merupakan ukuran energi yang di
serap oleh benda uji. Besar energi yang di serap tergantung pada keuletan bahan
uji. Bahan yang ulet menunjukkan nilai ketangguhan (impact) yang besar.
Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata dapat mengalami patah getas.
Patah getas ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : adanya takikan
Dengan demikian suatu bahan yang akan beroperasi pada temperatur yang
sangat rendah, misalnya pada suatu instalasi cryogenic perlu diuji impact.
Khususnya untuk mengetahui temperatur transisi antara ulet dan getas, sifat
ternyata keretakan atau kepatahan itu tidak diikuti dengan deformasi bahan,
2. Patahan liat atau patahan perubahan bentuk, patah ini mempunyai permukaan
yang tidak rata dan tampak seperti bludru, buram dan berserat, tipe ini
3. Patahan campuran ialah patahan yang sebagian getas sebagian liat, patahan ini
G. Pengujian Kekerasan
bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, artinya ketika gaya
tertentu diberikan pada suatu benda uji dan karena pengaruh pembebanan benda
uji akan mengalami deformasi. Harga kekerasan bahan tersebut dapat dianalisis
dari besarnya beban yang diberikan terhadap luasan bidang yang menerima
pembebanan.
Pengujian kekerasan logam ini secara garis besar ada tiga metode yaitu
mudah dan cepat dalam memperoleh angka kekerasan yaitu dengan metode
penekanan. Dikenal ada tiga jenis metode penekanan, yaitu : Rockwell, Brinnel,
kekerasan dengan goresan dibakukan pada skala Mohs, ada sepuluh skala yang
disusun berurutan dari bahan lunak sampai bahan yang keras. Pengujian kekerasan
dengan dinamik adalah pengukuran terhadap ketinggian pantulan sebuah palu dari
metode rockwell yang paling banyak dipergunakan di Amerika Serikat. Hal ini
disebabkan oleh sifat - sifatnya, yaitu cepat, bebas dari kesalahan manusia,
kedalaman bekas penekanan pada beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan.
25
Pertama diberikan beban awal sebesar 10 kgf. Hal ini untuk memperkecil
oleh penekanan. Kemudian diberikan beban yang besar sebagai beban utama,
secara otomatis kedalaman bekas penekanan akan terekam pada gauge penunjuk
yang menyatakan angka kekersan. Penunjuk tersebut terdiri dari 100 bagian dan
0,00008 inchi. Bila kedalaman masuknya penekanan pada benda uji satu strip
penekanan pada bahan uji. Makin keras bahan yang akan diuji, makin dangkal
pada bahan uji maka bahan uji tersebut makin lunak. Cara Rockwell sangat
disukai karena dengan cepat dapat diketahui kekerasan tanpa mengukur dan
menghitung seperti pada cara Brinell dan cara Vickers. Nilai kekerasan dapat
langsung dibaca setelah beban utama dihilangkan, dimana beban awal masih
H. Muai Panas
Pada suhu 00K atom-atom suatu bahan tidak bergerak dan jarak antar atom
bergetar pada jarak antar atom rata-rata yang lebih besar. Hal ini menghasilkan
pemuaian pada bahan tersebut. Hubungan perubahan jarak antara atom terhadap
26
perubahan energi atom bahan padat dapat dilihat pada kurva kondon morse
(gambar 8).
Energi ikatan antar atom suatu bahan kristalin seperti logam dipengaruhi
oleh bentuk struktur kristalnya. Struktur kristal tertentu mempunyai ikatan yang
kuat daripada struktur kristal yang lain atau sebaliknya. Perubahan keadaan padat
pada struktur logam dapat terjadi dengan adanya perlakuan panas. Hal ini
memungkinkan untuk mengubah sifat muai logam dengan adanya perlakuan panas
tersebut.
Gambar 6. Kurva energi ikat antar atom-jarak antar atom (Donan, G.E., 1952)
Susunan kristal ini bisa mempengaruhi sifat fisis dan mekanis dari suatu
perubahan jarak atom, bidang kristal, batas butir, dan jumlah atom yang
menentukan ikatannya, maka sifat fisis dan mekanis pun akan berubah.Ukuran
besarnya butir kristal tergantung dari kecepatan logam cair itu membentuk inti dan
27
pertumbuhan inti-inti baru. Jika pertumbuhan inti lebih cepat dari pembentukan
inti, maka akan terbentuk kelompok butir-butir kristal yang besar dan apabila
pembentukan inti lebih cepat lajunya dari pertumbuhan inti, maka akan terbentuk
Logam yang terdiri atas dua unsur atau lebih didinginkan dalam keadaan
cair, kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal logam tanpa campuran
(murni). Misalnya dari paduan yang terdiri atas komponen A dan komponen B.
terikat satu sama lain dengan perbandingan tertentu disebut persenyawaan logam.
Larutan padat adalah keadaan pada saat beberapa atom dari susunan
masuk kedalam ruang bebas antar atom dari susunan himpunan atom-atom A.
Keduanya tidak merupakan campuran mekanis, tetapi keadaan larut secara atom.
Senyawa antar logam yang terdiri atas ikatan A dan B mempunyai kisi kristal
benda uji dibagi panjang mula-mula tiap pertambahan suhu 10 C benda uji.
ΔL
αL = …………………………………………………….(10)
LoΔT
dimana :
uji
relatif ()
0
Koefisien muai panas linear dapat dinyatakan sebagai koefisien muai panas
rata-rata atau sering disebut koefisien muai panas teknik. Koefisien muai panas
linear teknik diukur antara suhu T1 dan suhu yang lebih besar T2 dirumuskan
sebagai berikut :
ΔL
αL =
LoΔT
L(T2 ) − L(T1 )
α (T1, T2 ) =
Lo.(T2 − T1 )
=
(L(T2 ) − Lo ) / Lo − (L(T1 ) − Lo ) / Lo
(T2 − T1 )
ΔL
(T2 ) − ΔL (T1 )
= Lo Lo ................................................…...(11)
(T2 − T1 )
dimana :
ΔL
(T1 ) = pertambahan panjang relatif benda uji pada suhu T1
Lo
29
ΔL
(T2 ) = pertambahan panjang relatif benda uji pada suhu T2
Lo
Koefisien muai panas dapat juga dinyatakan sebagai koefisien muai panas
pada suhu tertentu yang disebut sebagai koefisien muai panas linear fisik yang
ΔL
(T2 ) − ΔL (T1 )
α (T1, T2 ) = Lo Lo
(T1 − T2 )
⎛ ΔL ⎞
Δ⎜ ⎟
= ⎝ Lo ⎠ , untuk ΔT yang sangat kecil mendekati nol
ΔT
⎛ ΔL ⎞
d⎜ ⎟
α (T ) = ⎝ ⎠ ………………………………………...………..(12)
Lo
maka :
dT
sama dengan bahan untuk menumpu benda uji. Perubahan yang ditampilkan pada
display bukanlah harga perubahan panjang yang sebenarnya, hal ini disebabkan
oleh batang penekan dan penumpu benda uji yang juga ikut memuai. Selain itu
keadaan pengukuran benda uji dan dilakukan dengan menggunakan benda uji
standar yang sudah diketahui koefisien muai panasnya. Dengan adanya kalibrasi
ΔL ΔL ΔL
koreksi = material standar - pengukauran material standar.(13)
Lo Lo Lo
ΔL ΔL ΔL
terkoreksi = pengukuran - koreks……...………………….(14)
Lo Lo Lo
Struktur bahan dalam orde kecil sering disebut sturktur mikro. Struktur ini
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat
mikroskop field on, mikroskop field emission dan mikroskop sinar-X. Penelitian
1. Mempelajari hubungan antara sifat-sifat bahan dengan struktur dan cacat pada
bahan.
Setelah dipilih bahan uji dan diratakan kedua permukaannya dengan mesin bubut
atau lainnya, tetapi pendinginan harus selalu terjaga agar tidak timbul panas
berlebihan yang dapat merusak struktur mikro. Setelah rata kemudian digosok
menggunakan kertas ampelas dengan kekasaran berurutan, mulai dari yang paling
kasar (nomor kecil) sampai yang halis (nomor besar). Arah pengampelasan tiap
tahap harus diubah, pengampelasan yang lama dan penuh kecermatan akan
bubuk penggosok atau pasta diamon dengan ukuran 1µm – 0,1 µm, tujuannya
agar didapat permukaan yang rata dan halus tanpa goresan sehingga terlihat
tahan karat dan permukaan yang dietsa menghadap ke atas. Selama pencelupan
menyentuh spesimen harus segar/baru, oleh karena itu banyaknya bagian struktur
dan dilihat atau difoto dengan mikroskop logam. Pemeriksaan struktur mikro
METODE PENELITIAN
Bahan yang dipilih dalam penelitian ini adalah baja karbon menengah
baja ST 60 dengan kadar karbon 0,452%C. Baja karbon ini dibentuk menjadi
spesimen kekuatan tarik, kekerasan, ketangguhan, muai panas dan struktur mikro.
jumlah 9 buah yang terdiri dari 3 buah pembanding utama (raw material),3 buah
r = 30 mm p = 10 mm
d = 12 mm m = 10 mm
D = 18 mm Lo = 60 mm
h = 50 mm Lt = 200 mm
32
33
Spesimen uji kekerasan (gambar 11) berjumlah 9 buah yang terdiri dari
3 buah pembanding utama (raw material), 3 buah kontrol quenching dan 3 buah
E23-56T (gambar 9 ) dengan jumlah spesimen 9 buah yang terdiri dari 3 buah
sebagai pembanding utama (raw material), 3 buah sebagai kontrol quenching dan
Muai Panas (ASTM E80). (gambar 10) dengan jumlah 9 buah diantaranya 3 buah
sebagai pembanding utama (raw material), 3 buah sebagai kontrol quenching dan
B. Alur Penelitian
Urutan dalam penelitian ini dimulai dari uji komposisi kimia bahan, untuk
pemanasan. Bahan dibentuk spesimen sesuai standar yang ditentukan dan memenuhi
persyaratan specimen sejumlah 9 buah pada tiap-tiap jenis specimen dari 4 jenis
pengujian yaitu uji tarik, uji ketangguhan, uji kekerasan, uji muai panas.masing-
masing terdiri dari dari 3 buah sebagai pembanding utama (raw material), sebagai
Perlakuan panas dilakukan dalam dapur pemanas, yang pertama yaitu proses
quenching pada suhu 830 oC (0,452%C sesuai bahan). Spesimen selain raw material
dikenai proses ini, suhu pemanasan dilakukan bertahap mulai suhu kamar, suhu
400oC /jam selama 98 menit kemudian ditahan sekitar 30 menit (holding time),
diharapkan suhu telah mencapai 650 oC pemanasan awal (pree heating) dilanjutkan
sampai suhu yang dituju yaitu 830 oC. Pada suhu terakhir ini dipertahankan selama
30 menit (holding time) dengan maksud agar pemanasan benar-benar merata pada
seluruh lapisan spesimen, kemudian dicelup dalam Oli Mesran SAE 40 yang
8300 C
pengulangan dari quenching akan tetapi didinginkan dengan perlahan. Spesimen yang
dikenai tempering dimasukkan dalam dapur pemanas, lalu distel dari suhu kamar ke
suhu 600 oC untuk perlakuan tempering kemudian di tahan selama 75 menit dengan
spesimen sifat fisis (foto struktur mikro) dengan cara memotong salah satu ujung
alkohol dan asam nitrat 2,5% kemudian dilihat dengan mikroskop logam.
Pengujian tarik, uji kekerasan, uji ketangguhan, uji muai panas masing-masing
banyaknya pengujian untuk spesimen Raw Material adalah 3x, untuk quenching 3x
bahan dari masing-masing perlakuan. Secara jelas, urutan pelaksanan penelitian ini
Machining
Uji Kekerasan
Uji Tarik
Uji Muai panas
Uji Ketangguhan
Foto Mikro
Kesimpulan
C. Peralatan penelitian
D. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam
meneliti status kelompok, manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, suatu peristiwa maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat suatu deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor serta hubungan antar
kelompok perlakuan (treatment) yaitu untuk sekali kelompok eksperimen temper dan
sekali untuk kelompok kontrol yaitu quenching serta sekali untuk kelompok kontrol
utama atau Raw Material. Penelitian dilakukan untuk mengetahui besar kekuatan
tarik, keliatan, harga kekerasan, bentuk penampang patahan dan struktur mikro.
39
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses quenching dan proses
tempering.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat fisis (Foto Mikro dan
penampng patahan) dan sifat mekanis ( Uji Tarik, Uji Ketangguhan, Uji
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah faktor lain diluar variabel penelitian yang di teliti,
Lembar pengamatan sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah ini akan
dengan tertib dan data yang didapat tercatat dengan baik. Wawancara dengan ahli
metalurgi akan memberikan gambaran umum mengenai penelitian yang akan sedang
dilakukan, untuk itu perlu konsultasi dengan pakar/ahli metalurgi sebelum melakukan
penelitian dan persiapan bahan serta instrumen lainnya. Adapun lembar pengamatan
Kekuatan ( Beban
Perpanjangan (%) Kontraksi (%)
Spesimen Kg/mm²) Max
σy σu Lo Lı e Ao Aı q Pmax
e = Prosen perpanjangan
41
ΔL ΔL
Spesimen αL
Lo Ln To Tn
Spesimen G R α β K A0 W
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan data
deskriptif yang dilakukan dengan cara melukiskan dan merangkum pengamatan dari
penelitian yang dilakukan. Data yang dihasilkan digambarkan secara grafis dalam
struktur, ukuran dan bentuk butiran dari masing-masing kelompok perlakuan. Foto
makro bentuk penampang patahan juga dapat dianalisis bentuk dan perambatan retak
masing-masing perlakuan.
H. Tempat Penelitian
Teknik Mesin UNNES Semarang. Pengambilan data Uji Komposisi Kimia dilakukan
Pengujian Sifat Mekanis yang terdiri dari uij tarik, uji ketangguhan dan Sifat Fisis
yaitu foto struktur mikro di Laboratorium Bahan Teknik Mesin UGM Yogyakarta.
Sedangkan untuk Muai Panas dan uji kekerasan dilakukan di Laboratorium Bahan
UNNES Semarang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
gambar grafik dan foto yang meliputi komposisi unsur kimia padamaterial yang
bentuk patahan.
1. Uji Komposisi
tersebut tergolong dalam medium carbon steel atau baja karbon sedang.
suhu quenching. Berikut adalah tabel koposisi kimia yang diperoleh dari
44
45
2. Uji Tarik
material baja karbon sedang sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil
penamang patahannya.
Data ini diperoleh dalam tiga kelomok pengujian yaitu spesimen raw
materials, hasil proses quenching Oli Mesran SAE 40 dan hasil dari proses
tempering 6000C. Hasil pengujian tarik ditunjukan dalam tabel di bawah ini :
Pembacaan informasi dari data tersebut di atas akan lebih mudah jika
100
86.88
90 81.35
Tegangan (N/mm)
80 67.74
70
60
50
40
30
20
10
0
raw material quench temper
28,26% dan setelah proses tempering 600oC menjadi sebesar 81,35 kg/mm2
Grafik Perpanjangan
16.00%
14.06%
14.00% 12.38%
12.00%
9.80%
Perpanjangan
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Raw Materials Quench Temper
setelah proses quenching Oli Mesran SAE 40 atau menurun 20,84%, setelah
50.00% 49.15%
48.00%
Kontraksi (%)
46.88%
46.00%
44.16%
44.00%
42.00%
raw material quench temper
proses quenching atau menurun 5,80% dan setelah perlakuan proses temper
3. Kekerasan
logam. Setiap spesimen dikenai tiga titik injakan yang menghasilkan data
Oli Mesran SAE 40, temper suhu 600oC seperti pada tabel.
48
bawah ini :
120.0 118.3
115.0
112.13
110.0
HRC
105.0
100.0
100.0
95.0
90.0
Raw Materials quench temper
menjadi 118,3 HRC atau naik 18,27 %, menjadi sebesar 112,13 HRC setelah
HRC.
49
material baja karbon sedang sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil
spesimen raw materials, hasil proses quenching Oli Mesran SAE 40, temper
600oC. Hasil pengujian impact ini dapat ditunjukkan dalam tabel di bawah
ini:
1.000
0.902
0.900
0.800
5. Muai Panas
dibawah ini :
3000 2828
2500
1500
1000
500
0
Raw Quench Temper
5,44%.
Spesimen muai panas temper Oli Mesran SAE 40 naik setelah dilakuakan
bentuk patahan inilah yang akan dikaji. Dari hasil pengujian yang telah
materials, quench dan temper. Hasil pengujian tarik meghasilkan bentuk dan
patahan yang berbeda. Raw Material dengan perbesaran 500 kali penampang
yang tinggi.
cup cone. Perbedaan diantara raw material dengan quench terletak pada
tekstur spesimen quench yang cenderung lebih kasar dan rata menanadakan
lebih kasar dan berserat dibandingkan dengan raw material dan quenching
53
menandakan bahan ini bersifat liat. Hasil penampang patahan ini dapat dilihat
penampang kritis yang telah di tentukan, penampang hasil patahan inilah yang
akan di amati. Penampang hasil patahan pengujian takik secara teliti dapat
yang bebeda. secara umum bentuk patahan pada pengujian pukul takik ada
tiga bentuk yaitu : patah getas/rapuh, patah liat dan patah campuran.
bentuk kristal yang kasar dan tidak rata, sehingga menunjukkan bahan ini
sangat halus dan berserat menandakan bahan ini mempunyai kekerasan tinggi
penampang patahan butiran kasar dan berserat tetapi pada ujungnya patahan
tinggi. Hasil penampang patahan ini dapat dilihat dalam gambar di bawah ini
8. Foto Mikro
hasil dilakukan foto struktur mikro. Berikut hasilnya dari foto mikro :
a. Raw Materials
sesuai dengan kadar karbon yang dikandung bahan yaitu 0,473 % C. Pada
struktur mikro raw materials jumlah butir kristalnya dalam satu satuan
Perlit
Ferrit
Struktur mikro quenching terlihat struktur perlit dan ferit, dimana perlit
Ferrit
Perlit
c. Tempering 600oC
Perlit
B Pembahasan
Data hasil penelitian yang ditabulasikan dalam bentuk diagram batang dan
antara raw materials, proses quenching Oli Mesran SAE 40 dengan suhu 830oC
dan yang mengalami proses tempering dengan suhu pemanasan 600oC yang
adalah perlit dan ferit, dimana perlit berwarna gelap dan ferit berwarna putih.
57
Struktur yang tampak ini sesuai dengan kadar karbon yang terkandung bahan
yaitu 0,452 %C. bentuk kristal yang besar dan hampir berimbang, hasil patahan
raw materials tampak terjadi pengecilan penampang dengan bentuk kristal yang
kasar dan tidak rata, sehingga menunjukkan bahan ini mempunyai sifat liat dan
lunak Hasil kekerasan yang dimiliki sebesar 100,0 HRC dengan hasil
ketangguhan 0,465 J/mm2, hasil muai panas 1721x10-6/oC dan hasil kekuatan
pada penelitian ini. dengan media quenching Oli Mesran SAE 40 struktur mikro
yang dihasilkan menunjukkan kekerasan tinggi dengan adanya struktur baru ini
materials. Ferrit dengan bongkahan besar dan tersebar tidak teratur, diantara
perlit dan martensit yang baru terbentuk pada proses ini, perlakuan quenching
Oli Mesran SAE 40 terlihat bentuk patahan yang rata tanpa terjadi pengecilan
penampang, tekstur dengan butiran sangat halus dan berserat menandakan bahan
mempunyai kelemahan yaitu getas, sehingga harus di temper agar dapat dipakai
(Amstead,1997). Hasil kekerasan yang dimiliki sebesar 118,3 HRC dengan hasil
ketangguhan 0,617 J/mm2, hasil muai panas 3314x10-6/oC dan hasil kekuatan
mengubah martensit menjadi ferrit dan sementit, dengan lepasnya karbon dari
keuletan bahan naik dan kekuatan tariknya naik, sehingga penampang patahan
akan membentuk partial cup-cone dengan butiran lebih kasar lagi. hasil
0,902 J/mm2, hasil muai panas 3911x10-6/oC dan hasil kekuatan tarik sebesar
81,35 Kg/mm2.
ST 60) yang terdiri dari kelompok perbedaan dari raw materails, quenching
Oli Mesran SAE 40 dan temper 600oC, memberikan hasil yang baik pada
Kekerasan setelah di hardening meningkat tajam dan akan perlahan menurun jika
suhu temper dinaikkan, dapat dilihat juga dari reduksi penampang patahan uji
bahan akan sangat keras dan cenderung getas sehingga perpanjangan dan reduksi
penampang hampir tidak ada dan bentuk penampang patahnya flat sehingga
kenaikan kekuatan tarik dan kekerasan jika dilanjutkan pada proses tempering,
59
Pola hubungan suhu tempering dengan kekuatan tarik jelas tampak sekali,
demikian juga terhadap nilai kekerasannya, semakin tenggi. Dengan kata lain
PENUTUP
A. Simpulan
pembahasan pada proses quenching Oli Mesran SAE 40 dan temper maka dapat
1. Sifat mekanis (uji tarik, uji kekerasan, uji ketangguhan, dan muai panas)
pada carbon ST 60 :
39,11x10-6/oC.
60
61
partial cup-cone..
B. Saran
dipengaruhi oleh suhu panas yang ditentukan dari kadar karbon dan
unsur lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Doan, G.E. 1952. The Principles of Physical Metallurgy New York: Mc Graw
Boo Company.
Rajan, TJ, Sharma, 1997, New Delhi, Prentice Hall of India Private Limited :
Heat Treatment Principlea and Techniques