You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh

sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang

merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini.

Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai."

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan

pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini

diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia

sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai

kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari

100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat

serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun

sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan

1
bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut

mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan

jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-

awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase

perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan

kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan

stabilitas emosional.

Menurut Sadida (2006) sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa

memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh orang dewasa yang

tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap

PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangn tersebut adalah keliru.

Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus

diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam

praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh

yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umummnya

memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam

keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah

guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap

perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak

terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim.

Pendidkan TK mengupayakan program pengembangan prilaku/pembiasaan dan

kemampuan dasar pada diri anak secara optimal. Pada masa ini anak memasuki

tahap praoperasional konkret dalam berfikir dari aktifitas kegiatan di TK. Pada saat

ini sifat egosentris pada anak semakin nyata, anak mulai memiliki persoektif yang

berbeda dengan orang lain yang berada disekitarnya. Piaget dalam Sujiono,

2
(2008:26). Dengan demikian maka perlu dikembangkan kemampuan anak usia dini

sesuai dengan perubahan dalam pengambangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK).

KBK membagi ruang lingkup pengembangan pembelajaran di TK menjadi

bidang pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan terus

menerus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi kebiasaan yang baik

sedangkan bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang

dipersiapkan guru untuk meningkatkan kemampuan kreativitas sesuai dengan tahap

perkembangan anak yaitu bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. (Depdiknas, 2004:

3-4). Berdasarkan uraian ditasa maka penulis ingin mengambil salah satu bentuk

pengajaran yang merupakan kegiatan pembiasaan atau terus menerus yang mana

berhubungan dengan tahap perkembangan anak berupa bahasa. Dalam pembelajaran,

kosakata sangat diperlukan pengembangannya pada anak-anak sehingga penulis

mencari media pembelajaran yang bisa menambah perbendaharaan kosakata anak

dimana pembelajaran tersebut dilakukan dengan pengembangan pembiasaan sesuai

dengan permintaan kurikulum yang dikeluarkan Depdiknas.

Dalam pendidkan, menurut Haryono (1997) salah satu kesuksesan dalam belajar

adalah guru ketika mengajar harus bersedia memakai media yang variatif.

Berdasarkan alasan inilah penulis ingin menggunakan media wall words yang sangat

imajinatif untuk menambah perbendaharaan kata anak yang cocok untuk anak-anak.

Adapun media yang akan digunakan penulis untuk meningkatkan kosakata anak

adalah dengan memakai media Wall Words atau kalau diartikan dalam bahasa

Indonesia artinya Kata Dinding.

3
Kosakata sangat diperlukan bagi anak. Kosakata ini sangatlah berkaitan dengan

membaca, berbicara bahkan mengenal suatu tanda dan beda yang ada disekitarnya.

Kosa kata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam

suatu bahasa juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan

seseorang dalam berbicara dan menulis. Kosa kata dari suatu bahasa itu selalu

mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan yang semakin

kompleks.

Berdasarkan definisi di atas, jelas bahwa penguasaan kosa kata yang

cukup, penting untuk bisa belajar bahasa dengan baik. Lagi pula berbicara

mengenai bahasa maka hal itu tidak bisa terlepas dari kosa kata. Kosa kata

adalah kata-kata yang dipahami orang baik maknanya maupun

penggunaannya. Berapa banyak kosa kata yang harus dipunyai seseorang ?

Seorang harus punya kosa kata yang cukup untuk bisa memahami apa yang

dibaca dan didengar, bisa berbicara dan menulis dengan kata yang tepat

sehingga bisa dipahami oleh orang lain.

Pendidikan TK merupakan langkah awal untuk mengenalkan pada anak

tentang dunia sekolah, selanjutnya kurikulum TK anak tidak diperbolehkan

belajar membaca seperti di SD. Namun kenyataannya untuk melanjutkan ke

SD, anak-anak diberi tes waawancara dan membaca dan mengenal kata atau

huruf sehingga mengharuskan bagi sekolah TK untuk mempersiapkan anak

didiknya agar dapat mengenal kata mulai dari huruf, kata, frase sampai

kalimat. Namun hal ini mempunyai hambatan karena anak dalam belajar idak

bisa dipaksakan karena dunia mereka masih dalam dunia belajar sambil

4
bermain sehingga ada yang kurang minat anak dalam memperkenalkan huruf

dan kata serta kalimat namun kekurangannya ada juga pada guru yang mana

menggunakan alat peraga yang kurang diminati anak padahal kegiatan

tersebut berkaitan dengan meningkatkan kemampuan bahasa anak.

Mengatasi masalah ini maka penulis mencoba penyelasaiannya dengan

media wall words. Media Wall Words adalah media belajar mengenal kata

dimana kata-kata yang dipelajari tersebut nantinya akan ditempel di dinding

yang sudah disediakan di kelas. Sehingga dengan menempelkannya di

dinding dan hal ini juga dilakukan terus menerus sesuai dengan aturan

Dikanas yang menuntut pembiasaan maka si anak bisa lebih mudah

mengingat kata tersebut tanpa harus dipaksakan karena mereka mengingatnya

secara alamiah dsikarenakan sering melihat kata tersebut dan sering

mengingat artinya. Setiap harinya akan ada waktu untuk penambahan kosa

kata walaupun haya satu kata, lalu kata tersebut akan ditempel di dinding.

Teknik ini mengenalkan anak mullai dari mengenal huru lalu kata sampai ke

kalimatpun bisa.Dengan demikian tanpa disadari anak telah belajar membaca.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik meneliti: “Penggunaan

Media Wall Words untuk meningkatkan perbendaharan kosakata anak di TK

Adzkia Pasir Putih Tabing Padang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

5
1. Kurangnya meningkatkan minat anak dalam mempersiapkan kegiatan dalam

tahap pengenalan bahasa.

2. Kurangnya alat peraga yang digunakan guru dalam kegiatan tahap pengenalan

bahasa.

3. Kurang maksimalnya guru dalam menggunakan alat peraga yang digunakan.

4. Kurangnya para guru menggunakan media yang kreatif dalam mengenalkan

tahap bahasa ini.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu meluas maka penting bagi penulis untuk

membatasi penelitiannya.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi

masalah dengan mengambil penelitian terhadap tahap perkembangan anak

dalam berbahasa yang memfokuskan penelitian pada penembahan

perbendaharaan kosakata anak melalui media Wall Words di kelas B2 di TK

Adzkia Pasir Putih Tabing Padang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan. Apakah dengan menggunakan media Wall Words dapat menambah

perbendaharaan kosakata anak dalam berbahasa?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

6
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat penambahan kosakata anak

dengan menggunakan media Wall Words ini.

2. Untuk mengetahui reaksi anak dalam menggunakan media WallWords ini

3. Untuk menumbuhkan minat anak dalam belajar kata dan mengetahui kata

sehingga bisa berbahasa yang baik.

4. Sebagai syarat mendapatkan gelar S1.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Bagi anak kelas B2 di TK Adzkia yang terlibat sebagai subjek penelitian

mempunyai implikasi langsung terhadap perubahan dan peniongkatan dalam

menumbuhkembangkan kesiapan berbahasa anak.

2. Untuk guru, metode ini bisa menjadi inspiratif bagi mereka dalam penyajian

materi pelajaran.

3. Bagi anak, penyajian materi pelajaran melalui media ini merupakan suatu

penyegaran bagi mereka selain metode ceramah yang sering digunakan guru

dalam menerangkan pelajaran.

You might also like