You are on page 1of 16

Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah

July 7, 2010 | In: ilmu

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

SIFAT DAN ISI TULISAN

Sifat dan isi tulisan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1.    Kreatif dan Objektif

a.    Tulisan berisi gagasan kreatif yang merupakan hasil pemikiran secara terbuka

b.    Tulisan didukung oleh data dan informasi yang terpercaya

c.     Bersifat asli(bukan karya jiplakan dan menjauhi duplikasi

2.                                      Logis dan Sistematis

a.                                                       Tiap langkah penulisan dirancang secara sistematis dan


runtut

b.                                                       Pada dasarnya karya tulis memuat unsur-unsur identifikasi


masalah, analisis permasalahan, kesimpulan dan memuat saran-saran atau rekomendasi

PENULISAN KARYA ILMIAH

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hendaknya berisi rancangan yang teratur sebagai berikut:

I.            Bagian Awal

1.                                      Cover

2.                                      Halaman Judul.

a.    Judul diketik dengan huruf besar sesuai dengan masalah dan tidak membuka peluang untuk
penafsiran yang bermacam-macam.

b.    Nama penulis ditulis dengan jelas

3.                Lembar Pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan


4.                Kata pengantar dari penulis

5.                Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Pustaka,Daftar Tabel dan
Lampiran

6.                Abstrak/Ringkasan

II.                     Bagian Inti

1.                                      Pendahuluan

Bagian pendahuluan mencakup hal-hal sebagai berikut:

a.                                                  Latar belakang yang memuat alasan mengangkat masalah


tersebut menjadi karya tulis dan penjelasan tentang penting dan menariknya masalah tersebut
ditulis

b.                                                  Uraian singkat mengenai gagasan kreatif yang ingin


disampaikan

c.                                                  Mengandung pertanyaan yang dijawab melalui tulisan

d.                                                  Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan

2.                                      Tinjauan Pustaka

a.    Tinjauan pustaka meliputi uraian-uraian dan penjelasan yang menunjukkan landasan teori
dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang akan dikaji

b.    Uraian mengenai pendapat yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji

c.     Uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan

3.                                      Metode Penulisan

Metode penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara cermat
cara atau prosedur pengumpulan data dan informasi, analisis permasalahan, pengambilan
kesimpulan, serta perumusan saran atau rekomendasi,

4.                                      Bagian Isi/Pembahasan

a.    Analisis permasalahan didasarkan pada data atau informasi, serta telaah pustaka untuk
menghasilkan alternatif pemecahan masalah atau gagasan kreatif

b.    Kesimpulan yang diambil harus konsisten


c.     Saran yang disampaikan berupa gagasan yang berkaitan dengan kesimpulan

5.                Bagian Akhir

a.    Daftar pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan mudah
menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar pustaka untuk buku, dimulai dengan
menulis nama pengarang,tahun penerbitan,judul buku,nama penerbit dan tempat terbit.
Penulisan daftar pustaka dari jurnal dimulai dari nama penulis,tahun,judul penulisan,nama
jurnal,volume,dan nomor halama. Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis
alamat website-nya dan tanggal pengutipan.

b.    Daftar riwayat hidup peserta minimal mencakup nama lengakap, tempat tanggal lahir, karya
tulis yang pernah dibuat dan prestasi yang pernah diraih.

c.     Lampiran (jika diperlukan)

PERSYARATAN PENULISAN

Naskah karyanya menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dengan tata bahasa dan ejaan yang
disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang mudah dimengerti,
tidak menggunakan singkatan seperti tdk,tsb,yg,dgn,dll,sbb.

PENGETIKAN

1.                Tata Letak

a.    Karya tulis diketik 1.5 spasi pada kertas berukuran A4( font 12, Times New Roman).

b.    Batas pegetikan

1.                Samping kiri 4 cm

2.                Samping kanan 3 cm

3.                Batas atas dan batas bawah masing-masing 3 cm

c.     Jarak pengetikan Bab, Sub-bab dan perinciannya:

1.                Jarak pengetikan antara Bab,Sub-bab adalah 3 spasi, sub-bab dan kalimat
dibawahnya 2 spasi

2.                Judul Bab diketik di tengah-tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 3 cm dari
tepi atas tanpa garis bawah

3.                Judul Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan tendensi 5(lima) ketukan dan
diberi garis bawah
4.                Jika masih ada sub judul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti aturan
diatas lalu diikuti oleh kalimat berikutnya

2.                Pengetikan Kalimat

Alinea baru diketik sebaris dengan baris diatasnya dengan jarak 2 (dua) spasi

3.                Penomoran Halaman

a.    Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar kelompok, kata pengantar
dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan bawah ( i, ii, dan
seterusnya)

b.    Bagian inti sampai dengan bagian penutup memakai angka Arab dan diketik dengan jarak 3
cm dari tepi kanan dan 1.5 dari tepi atas (1,2,3, dan seterusnya)

c.     Nomor halaman pertama dari setiap bab tidak ditulis tetapi diperhitungkan.
PEDOMAN DESAIN POSTER

PERSYARATAN TEKNIS

a.    Poster digambar pada kertas berukuran A3, tanpa batas tepi

b.    Desain poster menggunakan cetak digital dengan menggunakan komputer aplikasi atau
software yang sudah umum (Corel Draw, Photoshop, atau kombinasi aplikasi yang lain) dapat
juga menampilkan foto, grafik.

c.     Tidak diperkenankan terdapat tempelan-tempelan kertas/sejenisnya

d.    Jumlah warna bebas

e.    Menyerahkan Soft File berikut Hard Copy (Hasil Poster)

f.      Poster harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

·             Visible                            : Mudah dilihat

·             Interesting              : Menarik

·             Structured              : Terstruktur

·             Useful                            : Berguna, informative

·             Accurate                            : Teliti

·             Legitimate              : Mengikuti Persyaratan


·             Simple                            : Sederhana

f.      Format Poster

Poster yang dibuat harus memuat :

·             Judul, nama penulis

·             Isi Poster memuat alur pikir yang jelas, yaitu latar belakang, permasalahan, tujuan, hasil
temuan, kesimpulan/saran.

·             Tonjolkan bagian-bagian yang dianggap paling penting untuk diinformasikan (misal
hasil, temuan, saran)

JADILAH GURU YANG BAIK (Tujuh Hukum Mengajar)


Juni 6, 2009 — Wahidin

John  Milthon  Gregory  merupakan  penulis  buku  yang  terkenal  tentang Tujuh  Hukum 
Mengajar.  Inilah  beberapa  petunjuk  yang  perlu  dipersiapkan oleh seorang guru yang baik.

1. Persiapkan   bahan   pelajaran   dengan   mempelajarinya   berulang-ulang. Jangan


mengandalkan bahwa kita sudah pernah mempelajarinya karena apa yang kita ketahui dahulu
pasti sebagian sudah terhapus dari ingatan kita.
2. Carilah   urutan   yang   logis   dari   tiap   bagian   dalam   pelajaran   yang dipersiapkan tersebut.
Setiap pelajaran selalu berangkat dari pengertian-pengertian dasar yang sederhana baru ke
tingkat pengertian yang tinggi. Pelajari urut-urutan yang logis dari pelajaran yang dipersiapkan
tersebut sampai  terwujud  suatu  pengertian  yang  dapat  saudara  uraikan  dengan kata-kata
sendiri.
3. Carilah analogi atau ilustrasi untuk mempermudah penjelasan fakta-fakta dan prinsip-prinsip
yang sulit dimengerti oleh siswa. Khususnya prinsip-prinsip abstrak.
4. Carilah  hubungan  antara  apa  yang  diajarkan  dan  kehidupan  sehari-hari siswa.  Hubungan-
hubungan  inilah  yang  akan  menentukan  nilai  praktis penerapan dari pelajaran itu.
5. Gunakan  sebanyak  mungkin  sumber  referensi  berupa  buku-buku  atau bahan-bahan yang
sesuai, tetapi pahami dahulu sebaik-baiknya sebelum menyampaikan kepada siswa.
6. Harap  diingat  bahwa  lebih  baik  mengerti  sedikit,  tetapi  benar-benar mantap daripada
mengetahui banyak, tetapi kurang mendalam.
7. Sediakan waktu yang khusus untuk mempersiapkan tiap pelajaran sebelum berdiri  di  depan 
kelas.  Dengan  persiapan  matang,  kita  akan  semakin menguasai pengetahuan dan gambaran
apa yang diajarkan akan semakin jelas.

Sumber: John Milthon Gregory. Tujuh Hukum Mengajar

8 Keterampilan Mengajar
Juni 13, 2009 — Wahidin
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:

Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan
pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut

Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan


memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan
perhatian.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan
media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan

Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala


informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan
tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal,
tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan

Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu
mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.

Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini
adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.

Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan


penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar
yang optimal.

Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan


guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan
memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.

Guru Perlu Memiliki Kecerdasan Berganda


Oktober 18, 2008 — Wahidin

Oleh : Marjohan
Guru SMA Negeri 3 Batusangkar
(Program Layanan Keunggulan) Kepedulian orang terhadap pendidikan dewasa ini sudah
meningkat. Sekarang kita dapat menemui ratusan artikel yang berbicara tentang peningkatan
kualitas pendidikan melalui surat kabar, majalah, seminar dan lewat cyber atau internet. Salah
satu judul atau topik yang sering diangkat orang dalam berbagai seminar dan talkshow adalah
bagaimana melejitkan potensi diri dan menumbuh-kembangkan pendidikan yang berimbang
antara “imtaq dan iptek”- iman dan taqwa- dan ilmu pengetahuan dan teknologi- atau topik
tentang mengembangkan kepintaran berganda antara IQ, EQ dan SQ.
Konsep- konsep untuk mengembangkan kepintaran berganda- mutiplied intelligent- ini
kemudian dibawa ke dalam dunia pendidikan (ke sekolah) dan ke dalam rumah tangga. Namun
konsep dan teori tentang kecerdasan berganda corongnya lebih banyak mengarah kepada dunia
anak- anak dan para siswa di sekolah. Untuk mereka sengaja dirancang berbagai program,
pelatihan atau training disertai dengan segudang resep bagaimana agar mereka bisa memiliki
kepintaran berganda- menjadi generasi muda yang memiliki multiplied intelligent dengan
harapan kelak bisa hidup indah, mudah dan jauh dari gelisah.
Menerapkan dan mengarahkan corong konsep pendidikan kepintaran berganda kepada anak
didik di sekolah dapat dianggap sebagai langkah yang tepat. Namun kebijakan ini tidak
berimbang kalau guru- guru nya sendiri belum memiliki kepintaran berganda. Bagaimana guru
bisa menerapkan perannya yang cukup banyak seperti sebagai educator, motivator, counselor,
dan lain- lain- kalau mereka tidak memiliki kepintaran berganda.
Bagaimana realita tentang kualitas guru- guru dan konsep kepintaran berganda mereka pada
banyak sekolah ? apakah mereka sudah memiliki kepintarasn berganda atau malah mereka hanya
memiliki kemampuan pas- pasan saja sebagai seorang guru (?).
Pada banyak sekolah, umumnya guru- guru hanya memiliki kepintaran tunggal, yaitu hanya
sekedar menguasai mata pelajaran mereka saja. Guru yang begini adalah realita kebanyakan
guru- guru. Siswa memandang guru yang demikian sebagai guru yang biasa- biasa saja. Motivasi
yang mereka berikan kepada siswa terasa juga biasa- biasa saja. Namun bila ada guru yang
memiliki beberapa kepintaran- selain menguasai bidang studinya, juga cakap dalam hal lain,
seperti pintar berpidato, pandai komputer dan internet, hangat pribadinya, dan lain- lain, maka
guru yang demikian pasti memiliki tempat spesial dalam hati anak didik mereka.
Guru dengan kepintaran berganda seperti yang disebutkan tadi agaknya dapat diberi label
sebagai guru yang profesional atau guru yang berkualitas. Mereka adalah guru yang memiliki
karakter- cerdas kognitifnya, cerdas affektifnya dan cerdas psikomotoriknya. Guru yang begini
tentu sangat menyenangkan, namun populasi mereka tentu saja tidak banyak. Namun setiap
guru- kalau ada motivasi, keinginan dan usaha maka tentu saja mereka bisa-musti menjadi guru-
guru yang spesial bagi anak didiknya. .
Sebahagian guru, seperti halnya kaum remaja, juga ada yang terjebak kedalam budaya instant-
budaya yang menginginkan hasil bisa diperoleh serba cepat- bearaktifitas sedikit tetapi ingin
memperoleh hasil yang cepat dan untungnya besar. Budaya instant tentu harus dijauhi, dan
begitu juga dengan budaya lain seperti budaya floating thinking- fikiran suka mengambang-,
budaya senang melakukan rekayasa, budaya demam lomba penampilan, budaya demam
mengambil barang kredit, budaya demam bergosip, budaya ABS- asal bapak senang, budaya
otoriter dan suka membentak- bentak sampai kepada budaya hedonisme – kesukaaan untuk
mencari kesenangan melulu. Poin- poin ini agaknya lebih bersifat refleksi terhadap fenomena
dalam dunia pendidikan kita.
Mengapa refleksi di atas bisa menjadi fenomena dikalangan sebahagian kaum pendidik (?).
Barangkali fenomena ini terjadi akibat sikap mental, atau sikap sejak awal.
Dahulu menjadi guru begitu mudah dan gampang. Kalau kuota guru masih kurang maka kuota
ini bisa disisip dan bisa dipesan lewat memo orang- orang yang berkuasa di atas.maka
terjaringlah guru- guru yang sebagian bukan the right man on the right place. Pada akhirnya
bermunculanlah guru- guru seperti fenomena yang disebutkan di atas- yaitu guru guru yang
kurang kritis dan berbudaya floating thingking, miskin kreatifitas, berbudaya instant, dan lain-
lain.
Respon generasi muda juga menentukan eksistensi dan kualitas guru. Tetap saja pada banyak
sekolah siswa tergolong pintar pada mulanya segan untuk memilih karir guru sebagai cita- cita
mereka. Kalau ada itu pun hanya bagi segelintir siswa saja. Itu pun diakibatkan oleh faktor‘X”,
seperti karena alasan ekonomi orangtua,atau agar tidak perlu susah payah mencari kerja.
Umumnya siswa yang tergolong pintar dengan tingkat ekonomi orangtua yang lebih mapan
memilih universitas non kependidikan yang berada di pulau Jawa. Pilihan mereka untuk kategori
karir guru jatuh pada pilihan yang ke sekian. Maka akibatnya kualitas guru- guru secara umum
cendrung biasa- biasa saja. Adalah suatu hikmah sejak lapangan kerja menjadi makin sulit dan
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi idaman bagi sebagian mahasiswa di universitas,
karena PNS sudah memberi iming- iming hidup enak, ada uang lauk- pauk dan uang tujada
(tunjangan daerah) maka mereka yang belajar di Universitas non kependidikan memutar haluan
untuk menyerbu program akta kependidikan agar nanti bisa melamar menjadi guru. Tentu saja
hal ini menjadi hak pribadi setiap warga negara.
Kini guru guru musti punya paradigma, bagaimana menjadi guru bermartabat dan profesional.
Paradigma ini bisa dicapai kalau mereka mengembangkan diri. Mereka, misalnya, harus berpikir
untuk memiliki kecerdasan berganda, karena kecerdasan berganda juga patut untuk dimiliki oleh
guru- guru.
Adalah pilihan yang tidak bijak bila hanya anak didik saja yang diminta dan diusahakan untuk
mengembangkan diri untuk memiliki kepintaran berganda. Sementara guru- gurunya dibiarkan
saja memiliki kepintaran tunggal atau tidak pintar sama sekali sebagai seorang guru.
Bobi De Porter (2002), dengan bukunya Quantum Teaching, telah memberi kaum pendidik
inspirasi tentang bagaimana untuk memiliki kepintaran berganda itu. Ia mengatakan bahwa orang
(atau guru) yang memiliki kepintaran berganda harus menguasai atau memiliki bidang: seni,
language, interpersonal, music, natural, body, intrapersonal dan logis.
Untuk mengimplementasikan konsep kepintaran berganda tersebut bagi diri sendiri maka setiap
guru perlu untuk memiliki sense of art- rasa seni, mengembangkan kemampuan berbahasa lisan
dan tulisan. Mereka perlu untuk melibatkan diri dalam pergaulan , memiliki teman yang luas,
mengikuti organisasi, dan melakukan koresponden.
Pengembangan kepintaran berganda lain nya adalah untuk bidang natural. Mereka harus
memahami prinsip “go back to the nature” memiliki rasa peduli pada alam dan lingkungan.
Mereka perlu untuk melakukan rekreasi dan merasakan betapa alam ciptaan Tuhan itu begitu
indah dan menyegarkan. Kemudian setiap guru perlu untuk memiliki badan yang bugar, mereka
perlu berolahraga untuk mengeluarkan keringat agar jantung dan paru- paru selalu sehat. Untuk
melengkapi konsep kepintaran berganda untuk poin interpersonal yang lain, maka mereka perlu
melakukan kontemplasi- merenungan tentang kelebihan dan kekurangan diri, dan
mengembangkan sikap- sikap positif. Kemudian mereka juga perlu mengembamgkan
kemampuan berlogika.
Mengimplementasikan konsep kepintaran berganda – mutliplied intelligent- sungguh sangat
bermanfaat bagi pengembangan diri dan untuk itu konsep ini harus dilaksanakan sekarang juga,
tak perlu ditunggu- tunggu sampai datang hari esok. Sehubungan dengan konsep pengembangan
kepintaran berganda, Agus Nggermanto (2003) juga memberikan sedikip resep. Ia mengatakan
bahwa untuk memiliki kepintaran berganda maka setiap orang (guru) perlu untuk
mengimplementasikan konsep multi intelegensi. Ini mencakup tiga unsur yaitu intelligent
quotient, emotional quotient dan spiritual quotient, atau kecerdasan otak, kecerdasan emosi dan
kecerdasan spiritual.
Kecerdasan otak mencakup unsur logis (matematika) dan linguistik (verbal atau bahasa).
Kecerdasan emosional mencakup unsur interpersonal dan intrapersonal. Sedangkan kecerdasan
spiritual adalah bagaimana menghayati dan mengabdi kan diri – beribadah- kepada Khalik (Sang
pencipta alam) ini.
Setelah memahami konsep kepintaran berganda, maka mereka juga perlu untuk mengembangkan
karakter karakter positif- seperti karakter senang berfikir positif. Tokoh pendidikan Indonesia ,
Ki Hajar Dewantoro, sudah mewarisi kita konsep untuk memiliki kepintaran berganda, resepnya
cukup sederhada yaitu: ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo, tutwuri handayani.
Kalau sekarang banyak ajakan datang agar guru perlu mengubah diri untuk menjadi guru yang
bermartabat dan guru profesional, maka salah satu wujud untuk menjadi guru yang demikian
adalah melalui konsep pengembangan diri menjadi kaum pendidik dengan kepintaran berganda

Ini saya posting tulisannya Dorothy L. Nolte tentang pendidikan untuk anak-anak.

Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi anda semua :

Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.


Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.
Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.
Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.
Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.
Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.
Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka
sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus
untuk hidup.

METODOLOGI PENELITIAN
Oktober 31, 2008 — Wahidin

A. Jenis Penelitian
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada anak didik. Mereka harus
memperoleh kecakapan dan pengetahuan sekolah, disamping mengembangkan pribadinya.
Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada murid- murid yang merupakan proses pengajaran
(proses belajar mengjar) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan cara- cara atau metode-
metode.

Menurut Nana Sudjana (1989: 76) Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan degnan sisiwa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Jadi metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode
pengajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip- prinsip psikologi dan prinsip- prinsip
pendidikan bagi perkembangan anak untuk mempertinggi kapasitas hasil pendidikan dan
pengajran di sekolah.

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian in adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran melalui metode pendahuluan pada pelajaran matematika. Ini berarti
bahwa penelitian untuk memecahkan permasalahn pembelajaran di kelas. Berdasarkan hal itu
bahwa penelitain ini bersifat penelitian tindakan (action Research).

Action Research yaitu suatu bentuk kajian melalui self reflective yang bercirikan pada kegiatan
partisipatif dan kolabaoratif dilakukan oleh para peserta pada situasi sosial dalam rangka
meningkatkan rasionalitas dan penilaian mereka terhadap praktek/ pelaksanaan suatau kegiatan
yang dilakukan (MDK Kurikulum 2002: 92).

Penelitian tindakkan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran di
kelas. Upaya yang dilakukan dengan melaksanakan tindakan unutk mencari jewaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari- hari di kelas (Kasbolah, 1998/ 1999: 12).

Kemmis dalam Kasbolah (1998/ 1999: 13) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu penelitian bersifat refektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial (termasuk
pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, termasuk memahami pekerjaan ini
serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.

Lewin dalam Kasbolah (1998/ 1999 : 14-15 ) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang merupakan suatu rangkaian langkah- langkah (a spiral of Steps). Setiap
langkah terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi untuk lebih
jelas dapat dilihat gambar sebagai berikut :

Dari beberapa definisi penelitain tindakan kelas tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa
pengertian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan
dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Pada dasarnya penelitian tindakan bertujuan untuk memeprbaiki dan menigkatkan kualitas
pembelajaran. Mengingat tuntunan masyarakat terhadap dunia pendidikan akhir- akhir ini begitu
antusias sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terjadinya
perubahan yang signifikan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Oleh
karena itu sekolah harus melahirkan sumber daya manusia yang baik.

B. Prosedur Penelitain

Prosedur yang digunakan dalam penelitain ini, mengembangkan sebagaimana yang lazim
digunakan dalam penelitian dengan menggunakan siklus (cycle). Dalam penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan ke arah
peningkatan dan perbaikan proses dalam mengajar. Sebelum tahap- tahap dilaksanakan dalam
peneltian yang menggunakan siklus- siklus terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan sebagai
penelitain pendahuluan dengan tujuan untuk meningkatkan perbaikan dalam mengajar.
Mengidentifikasi permasalahan dan gagasan yang tetap sesuai dengan masalah dalam
pengembangan pembelajaran yang ada di kelas. Dalam kegiatan ini peneliti dan guru secara
langsung sudah melibatkan diri untuk aktif dan kreatif dalam rangkaian kegiatan yang ada di
sekolah.

Model siklus yang digunakan berbentuk spiral sebagimana dikembangkan oleh kemmis dan
Taggart (Kasbolah, 1998/1999: 14) yaitu merupakan momen- momen dalam bentuk spiral yang
meliputi : perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect).
Kemudian pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilakukan peneliti pada
dasarnya sama, tetapi ada modifikasi pada tahap perencanaan.

Siklus kegiatan dapat digambarkan sebagai berikut.

Secara operasional tahapan- tahapan kegiatan penelitain dalam setiap siklus dapat dijelaskan
sebagi berikut :
1.Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian ditindak lanjuti
dengan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Data awal diperoleh dari hasil evaluasi
mata pelajran matematika yang sudah terdekomentasikan dalam daftar nilai siswa dan dari hasil
pengamatan lansung dalam setiap pembelajaran matematika. Hal ini membantu peneliti dalam
menentukan kelmahan dan hambatan siswa dalam belajar matematika yang selanjutnya
difokuskan pada strategi penemuan pada geometri yang dijadikan bahan bagi peneliti.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksankan tindakan sesuai dengan perncanan yagn telah dirumuskan.
Dengan alat pengumpul data yang telah disusun, tim observasi mencermati jalannya
pembelajaran berlangsung secara wajar. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang dilaksanakan guru dan peningkataan hasil belajar siswa.

3. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi yang telah
disiapkan sebelumnya. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitain tindakan
kelas yaitu mengamati segala sesuatu yang berlansung saat proses pembelajaran untuk
melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun
rencana berikutnya.

4. Tahap Refleksi

Hasil penemuan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran ditindaklanjuti dengan kegiatan


refleksi. Refleksi merupakan kegiatan analitis sintetis, interpretasi dan ekspanasi (penjelasan)
terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian
yang sangat penting untuk memahami dan mencari makna terhadap proses dan pelaksanaan
tindakan sebagai dampak adanya intervensi tindakan yang dilaksanakan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian


Pelaksanan tindakan kelas (PTK) di SDN I Ciseureh Kecamatan Purwakarta Kabupaten
Purwakarta, penelitian tindakan ini dilaksanakan untuk memudahkan koordinasi dengan peneliti,
guru dan kepala sekolah karena sebagai tempat tugas. Sampel yang diteliti yaitu siswa- siswi
kelas V SD Negeri I Ciseureh Purwakarta, pada semester II tahun ajaran 2006- 2007 yang
berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 18 orang siswa laki- laki dan 9 orang siswa perempuan.

Dengan dipilihnya sekolah ini untuk penelitain karena dengan beberapa pertimbangn yang
diambil yaitu, sebagai berikut :

1. sebagai tempat mengajar, sehingga peneliti dengan guru dan siswa sudah saling mengenal
tetapi peneliti tidak lalai dalam melaksanakan tugas dan tidak semata- mata hanya
sebagai tempat penelitian.

2. adanya anggapan bahwa pelajran matematika adalah pelajaran yang membosankan, serta
dengan rendahnya nilai matematika pada akhir semester satu.

3. Letak sekolah dekat dengan tempat tinggal peneliti yang jarkanya kurang lebih 500 meter,
dan merasa tanggung jawab secara moril untuk meningkatkan kualitas pembelajran
matematika.

Sebagai subjek peneliti dengan kinerja guru dan aktivitas belajar peserta didik, dalam
pembelajran matematika dengan mengugnakan metode penemuan.

Karakteristik dari subjek peneliti adalah sebagai berikut :

1. Letak geografis sekolah SDN 1 Ciseureh sangat starategis tidak jauh dari kota Purwakarta
sekitar km jaraknya, juga dekat dengan pemukiman penduduk.

2. Kondisi sosial ekonomi siswa rata- rata menengah ke bawah.

3. Kualifikasi pendidikan guru dari …………………guru kulifikasi pendidikannya SPG,


DII, S1, sehingga penelitain ini dapat dilaksanaakn prestasi belajar dengan perolehan
nilai UAS nilainya masih rendah.
D. Metode Pengumpulan Data

Untuk megetahui hasil, ketika hasil proses pelaksanaan tindakan dilakukan, maka diguankan
instrumen penelitian untuk mengumpulkan data diantaranya:

a. Observasi

Yaitu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengamati tingkah laku individu baik
sisiwa atau para gurunya selama proses pembelaran berlangsung.

Data yang ingin di jaring melalui lembar observasi adalah data yang berupa perkataan
dan aktifitas yaitu komunikasi interaktif antarguru. Kegiatannya menyangkut proses
pembelajaran matematika serta temuan- temuan pada saat diskusi kolaboratif dengan
guru mitra dan guru teman sejawat setelah pembelajaran.

b. Angket

Pembuatan angket ini bertujuan untuk mengetahui, menjaring data yang telah valid
(absah) dan reliable (dapat dipercaya) mengenai tanggapan sisiwa, pendapat guru mitra
penelitian, guru teman sejawatdan kepala sekolah

c. Tes Hasil Belajar

Adalah serentetan latihan soal yang digunakan untuk mengukur keterampilan,


pegetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.

E. Metode Analisis Data

Dalam analisis data berlangsung dari awal hingga pelaksanaan program tindakan. Data dalam
penelitain dianalisis dengan mengikuti pola mulai dari tahap orientasi hingga tahap karakteristik,
fokus permasalahan dan tujuan penelitian.

Data akan diolah menggunakan teknik analisis kulitatif unuk menunjukan dinamika proses
dengan memberikan konseptual, yaitu data tentang unjuk guru, aktivitas belajar siswa.
Selanjutnya analisis data observasi pada pengolahan data yang dikemukakan oleh Spadley
(1980) yaitu :

1. Pengolahan Data

Data mentah yang diperoleh melalui observasi, angket dan tes disimpulkan dan
dideskripsikan dalam bentuk matrik data. Untuk memudahkan interprestasi data, semua
data yang terkumpul diklasifikasikan dengan pembubuhan kode, sehingga dapat lebih
jelas.

2. Validitas Data

Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus
permasalahan dan temuan penelitain terkait validitas yang digunakan dalam penelitain
adalah :

a. Triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan (Validitas) data yang


memanfatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.

b. Audit trail yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian
yang telah diperiksa dengan mengimformasikan kepada sumber data pertama (peneliti
dan siswa)

c. Member check yaitu mengecek kebenaran data temuan peneliti dengan


mengkompirmasiskan dengan guru. Mitra penelitain melalui refleksi diskusi pada
setiap siklus sampai akhir keseluruhan pelaksanaaan tindakan. sehingga terjaring data
yang lengkap dan memiliki validitas dan realibilitas yagn tinggi.

Data yang diperoleh pada tahap ini, diinterpretsikan berdasarkan kerangka teoritik
atau aturan- aturan yang diperoleh antarpeneliti dan guru untuk menciptakan suasana
pemblejaran yang lebih baik sebagai acuan dalam melakukan tindakan selanjutnya,
atau untuk meningkatkan kinerja guru.

You might also like