You are on page 1of 30

Campak

Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat menular, sekitar
90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis.
Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10 tahun,
kebanyakan orang dewasa imun.Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi paling
sering pada anak umur sekolah yang belum di imunisasi dan pada remaja dan orang
dewasa muda yang telah di imunisasi

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama lain
penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola.
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus morbili
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam
setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer.A. et al, 2000)
Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis campak dan cacar memberi kesan
kemungkinan bahwa campak dapat diberantas. Tanda-tanda ini adalah 1. ruam khas,
2. tidak ada reservoir binatang, 3. tidak ada vektor, 4. kejadian musiman dengan masa
bebas penyakit, 5. virus laten tidak dapat ditularkan, 6. satu serotip, dan 7. vaksin
efektif. (Behrman.R.E. et al, 1999).
II.1. DEFINISI
Campak adalah suatu penyakit infeksi virus aktif menular, ditandai oleh tiga stadium :
1. stadium inkubasi atau kataral sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-
tanda atau gejala-gejala, 2. stadium prodromal dengan enantem (bercak koplik) pada
mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza,
dan batuk yang semakin berat, dan 3. stadium akhir atau konvalesen dengan ruam
makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan
disertai oleh demam tinggi. (Behrman.R.E. et al, 1999).

II.2. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus RNA
dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang
diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak,
virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik,
tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi
intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal
(stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis
kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah
pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah
pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. (Berhman.R.E. et al, 1999)

II.3. EPIDEMIOLOGI
Biasanya penyakit ini timbul pada masa aanak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila si ibu belum pernah menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2
bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili
pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir
mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. (Hassan.R. et al, 1985)

II.4. PATOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva. (Hassan.R. et
al, 1985)
Penularan : secara droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya menyerang
pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. (Rachman.M. dan Dardjat.M.T., 1986)
Biasanya ada hiperplasi jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa
multinukleus (sel raksasa retikuloendotelial Warthin- Finkeldey) dapat ditemukan. Di
kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak
koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak
pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas
kedalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis
interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht.
Bronkopneumoni dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. (Berhman.R.E. et
al, 1999)

II.5. MANIFESTASI KLINIS


Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai
waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa
inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari
dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. (Berhman.R.E. et al,
1999)
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu (Hassan.R. et al, 1985, Andriyanto.I.,
1996) :
1. stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC), malaise,
batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.
2. stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara
makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di
bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare
dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. (Hassan.R. et al, 1985)
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut (Anonim) :
Anamnesis
1. anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili.
2. mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. dapat disertai diare dan muntah.
4. dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis,
petekie, ekimosis.
5. anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik
1. pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. pada umunya anak tampak lemah.
3. koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh.

II.6. DIAGNOSIS BANDING


1. german measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. eksantema subitum. Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal.
(Hassan.R. et al, 1985)
Rubeola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari
roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi
enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana
tingkat demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi
ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya
membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat
disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan
konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas purpura
petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet dengan susunan daging angsa
di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan.

II.7. KOMPLIKASI
Bila ada, berupa komplikasi segera (Anonim) :
- Trakeobronkitis dan laringotrakeitis biasanya telah ada, merupakan sebagian dari
manifestasi morbili.
- Otitis media merupakan komplikasi paling sering terjadi, harus dicurigai bila demam
tetap tinggi pada hari ketiga atau keempat sakit.
- Bronkopneumonia / bronkiolitis oleh virus morbili sendiri atau infksi sekunder (oleh
pneumokokus, hemofilus influenzae) dengan gejala batuk menghebat, timbul sesak
nafas.
- Aktivasi tuberkulosis laten.
- Lain-lain (jarang) : ensefalitis, miokarditis, tromboflebitis, sindrom Guillain-Barre,
dan lain-lain.

II.8. PENATALAKSANAAN
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)
1. istirahat
2. pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.
3. medikamentosa :
- antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
- ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive
(codein) tidak boleh digunakan.
- Mukolitik bila perlu
- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat
bermanfaat. (Anonim)

II.9. PROGNOSIS
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan
umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
(Hassan.R. et al, 1985)

II.10. PENCEGAHAN
Imunisasi aktif : ini dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten.
Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pencegahan juga dengan imunisasi pasif. (Hassan.R. et al, 1985)

Diposting oleh Admin Pada 10.29.00


Label: Artikel Kedokteran, Pediatrik
medlinux.blogspot.com/2007/09/campak.html

Campak (Morbili)
Posted on Januari 29, 2009 by idmgarut

Campak (Morbili) adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.Morbili
adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala
utama ringan, ruam demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.

Morbili merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering terjadi
komplikasi yang serius

Hampir semua anak di bawah 5 tahun di negara berkembang akan terserang penyakit
ini, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia remaja atau dewasa
muda yang tidak terlindung oleh imunisasi

Penyakit morbili sebetulnya tidak berakibat fatal apabila menyerang anak-anak yang
sehat dan bergizi baik. Tetapi apabila di negara di mana anak yang menderita kurang
gizi sangat banyak, morbili merupakan penyakit yang berakibat fatal

dan menyebabkan angka kematian meningkat sampai 512%

Anak-anak yang bergizi kurang dan terserang morbili, biasanya akan diikuti dengan
keadaan yang disebut kwashiorkor. Keadaan ini dapat diterangkan oleh karena
meningkatnya kebutuhan kalori dan protein semasa proses infeksi yang disertai
dengan demam, nafsu makan menurun dan gangguan pada mulut anak yang
rnenyebabkan kesulitan menelan. Di samping itu terjadi perubahan pada mukosa usus
yang menyebabkan timbulnya protein losing enteropathy

Untuk itu sangat perlu diadakan tindakan pencegahan. Salah satu tindakan yang
dinilai paling efektif adalah dengan cara imunisasi. Hal ini dapat memungkinkan basil
yang diinginkan sama dengan bila suatu infeksi alamiah terjadi, dan tanpa pengaruh
berat seperti bila terinfeksi dengan penyakit itu sendiri.

Di Indonesia sudah sejak tahun 1982 program imunisasi morbili dilaksanakan. adapun
tujuan imunisasi sendiri adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, bila
mungkin mengeradikasi penyakit tersebut. Untuk mengeradikasi penyakit menular
yang mikroorganismenya dapat menginfeksi lebih dari satu hospes, atau pun dapat
hidup dalam lingkungan yang kurang menguntungkan merupakan hal yang
mustahil ?. Tetapi bila mikroorganisme tersebut secara total bergantung kepada
manusia, maka eradikasi penyakit tersebut dapat dilakukan, sebab kedua virus
tersebut banyak persamaannya antara lain :

- jika menginfeksi akan menimbulkan ruam yang khas dan menimbulkan kekebalan
dalam jangka waktu yang lama.

- kedua jenis virus ini tidak mempunyai hewan reservoir dan tidak menimbulkan
keadaan carrier kronik.

Dit.Jen. P2M & PLP sudah melaksanakan program imunisasi morbili secara massal.
Untuk mencapai efektifitas optimum, banyak faktor yang harus diperhatikan misal :
potensi vaksin itu sendiri, umur anak yang divaksinasi, luas jangkauan imunisasi dan
lain-lain. Jangkauan imunisasi ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : fasilitas
vaksin, letak daerah yang akan divaksinasi, kemampuan petugas dan lain-lain.
Sedang umur anak yang divaksinasi tiap negara berbeda-beda, tergantung keadaan
negara tersebut. Untuk potensi vaksin sangat dipengaruhi cara pengiriman,
penyimpanan, penanganan di lapangan dan jenis vaksin itu sendiri. Potensi vaksin
morbili yang baik menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah vaksin morbili
yang mempunyai potensi

103,0/0,5 ml/dosis.

Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak
yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja
anak tidak terkena campak sama sekali.

PENYEBAB CAMPAK

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili.Pada awalnya, gejala
campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi
menjadi 3 fase.

- Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase
ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun.
Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.

- Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu,
seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila
melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulut muncul
bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami
diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-
40,50c.

- Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi
yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan
bertahap dan merambat. Bermula dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan
kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga
tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler.


Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun,
ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan
tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh.
Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya.
Bercak merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu
rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan
yang butuh waktu sampai 2 minggu.

CARA PENULARAN

Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui
perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut.
Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.
Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak.
Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain
sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali
seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman
selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk
ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya.

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus
keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar,
justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak
jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar
campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai
muncul di sekujur tubuh.

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah.
Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada
tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit
dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil
bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.

PENGOBATAN GEJALA

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang
terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka
diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya.
Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa
berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang
berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul
membaik. Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena
mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah
kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis).
Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan
panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak.
Lain halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan
sesak napas. Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit
campak itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat
terjadi pada anak yang kurang gizi.

PENANGANAN YANG BENAR

Anjuran :

Ø Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau
sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
Ø Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya
kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi
campak.

Ø Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna, karena anak campak rentan
terjangkit infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini
masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang
masih lemah.

Ø Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.

Ø Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.

Ø Anak perlu beristirahat yang cukup.

PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK

Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa muncul kapan
saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Campak pada anak perlu dicegah
dengan imunisasi. Apalagi campak banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya,
vaksin campak tak memiliki efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus yang
dilemahkan, maka bisa saja satu dari sekian juta virusnya menimbulkan efek samping.
Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak jadi panas atau diare.
Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat hamil.
Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin menurun pada usia
kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi campak dilakukan di usia
tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di bawah 9 bulan belum bisa membentuk
kekebalan tubuh dengan baik maka pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15
bulan dengan imunisasi MMR (Measles, Mumps and Rubella). Dengan vaksinasi ini
diharapkan bilapun anak terkena campak, maka dampaknya tidak sampai berat atau
fatal karena tubuh sudah memiliki antibodinya.
Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet pada vaksin
MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi campak tidak diulang.
kekhawatiran itu tidak perlu ada lagi jika anak sudah mencapai usia tiga tahun dan
mengalami proses tumbuh kembang yang normal. “Sebaiknya anak divaksinasi saja.
Boleh ditunda tapi jangan sampai ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa
divaksinasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati.”

BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN

Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak jerman
jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. “Kalaupun ada biasanya terjadi pada
anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14 tahun,”.
Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam
tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai terlalu parah dan cepat
menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan penderita juga biasanya menurun
karena terjadi pembengkakan limpa.
Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil karena
bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya, anak yang dilahirkan
akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata bayi akan mengalami katarak begitu
lahir, ada ketulian, dan ada pengapuran di otak, sehingga anak bisa mengalami
keterbelakangan perkembangan.

Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk melindungi
janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan ini nantinya akan
diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan. Perlunya vaksinasi rubela pada
pria, karena campak jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri
yang tengah hamil.

http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/campak-morbili/

CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola)


Posted on July 9, 2008 by dokteryuliana

Oleh: dr. Yuliana

Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi
di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari
50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita campak akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai
umur 4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita
campak. Bila si ibu belum pernah menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya
tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila
seorang wanita menderita campak ketika dia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita campak pada usia kehamilan
trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir
mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.1,2

Etiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring. Virus
ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui
kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah
5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan
perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan
demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin
berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan
sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat
berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan
ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses
ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi
limfosit.1,4,5

Manifestasi Klinis

1. Inkubasi

Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.

2. Prodromal

Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang
terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari ke- 4
atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk,
pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.

Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema
hampir selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini
muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang setelah
1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan molar bawah,
terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal
yang lain.

3. Erupsi (Rash)

Terjadinya eritema berbentuk


makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini muncul pertama pada
daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian menyebar dengan
cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24
jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga
pada muka dan dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik
mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini
mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka
pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah
sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula
disertai muntah dan anoreksia. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala
saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran
kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula
terjadi sedikit splenomegali.

Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari muka.
Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam
muncul. Ruam
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan menghilang
setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik untuk
morbili. 1,2,3,4,6,7

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat
untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat
dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah
pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false
negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan
IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi
1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan
sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine,
nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.4

Komplikasi

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
mempermudah terjadinya komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien
dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul,
antara lain gangguan respirasi (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni,
laringotrakeobronkitis), komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis), juga diare, miokarditis,
trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak, keratitis, hemorragic measles
(morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam, dan gejala cerebral) serta
kebutaan. 1,2,4,8

Terapi

Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:


a. pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena
demam.

b. kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran
dan adanya komplikasi

c. suplemen nutrisi

d. antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder

e. anti konvulsi apabila terjadi kejang

f. anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.

g. pemberian vitamin A

Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang


terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan
mortalitas.

Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A

h. antivirus

Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan


secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat
dan penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin
ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.

i. pengobatan komplikasi1,2,4,5

Pencegahan
Imunisasi Aktif

Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak


dengan dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan.
Imunisasi ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.

Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi :

- Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,


kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.

- Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai
resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus
diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah
itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan
interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.

Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat

0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV

maksimal 15 ml/dose IM.1,9

DAFTAR PUSTAKA

1. Fennelly, Glenn J. 2006. Measles. (Online, http://www.emedicine.com/


PED/topic1388.htm, diakses tanggal 11 Desember 2006)

2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Anonimous (1). 2006. Measles. (Online, http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/


meas.pdf, diakses tanggal 11 Desember 2006

4. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi.
Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.

5. Cronan, Kate. 2005. Measles. (Online, http://www.kidshealth.org/


parent/infections/lung/measles.html, diakses tanggal 11 Desember 2006).
6. Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.
2006. Measles. Online, www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg,
diakses tanggal 11 Desember 2006).

7. Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB


Saunders Company.

8. William, W. 2002. Current Pediatric Diagnosis & Treatment 16 th edition. USA:


MacGraw-Hill Education

9. Soegijanto, 2001. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi Pertama. Jakarta: Pengurus


Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-
morbili-measles-rubeola/

CAMPAK / MORBILI

oleh : ERFANDI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

o Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium,


yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi.

o Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh gejala
prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya
bercak merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang
kemudian menghitam dan mengelupas.

2. ETIOLOGI

Penyebabnya sejenis virus yang tergolong dalam family Paramixovirus, yaitu


genus virus morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama
prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.

Cara penularannya adalah dengan droplet dan kontak langsung.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Masa tunas 10 – 20 hari tanpa gejala.

b. Stadium kabaral / prodormal.

Berlangsung 4 – 5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotopobia,


konjungtivitis, bercak koplik coryza.

c. Stadium erupsi.

Berlangsung 2 – 3 hari setelah stadium prodormal. Timbul enantema pada


palatum mole, pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula,
splenomegali, adanya ras makulo papous pada seluruh tubuh dan panas
tinggi serta biasanya terjadi black measles.

d. Stadium konvalesensi (penyembuhan).

Erupsi berkurang meninggalkan hiperpigmentasi yang akan menghilang


sendiri serta suhu menurun sampai menjadi normal.

4. PATOFISIOLOGI

Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berklembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala
pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala
patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk
berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam
sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi
virus.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni.

b. Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya


multinucleated giant sel yang khas.
c. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4
minggu kemudian.

6. PENATALAKSANAAN TERAPI

Morbili merupakan suatu penyakit self – limiting, sehingga pengobatannya


hanya bersifat symtomatik, yaitu:

o Memperbaiki keadaan umum.

o Antipiretika bila suhu tinggi.

o Seldativum.

o Obat batuk.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis tinggi


biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis,
yaitu:

o Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.

o Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

o Anak yang sakit.

o Orang tua.
b. Riwayat kesehatan

o Keluhan utama.

o RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).

o Riwayat kesehatan lalu.

o Riwayat kesehatan keluarga.

o Riwayat kehamilan (anak yang sakit). ANG…..x, imunisasi……x, ada


kelainan / tidak.

o Riwayat imunisasi (bayi dan anak).

o Riwayat nutrisi.

o Riwayat tumbuh kembang.

c. Pola aktivitas sehari-hari

o Nutrisi / minum : 1) Dirumah

2) Dirumah sakit

o Tidur / istirahat : 1) Dirumah

2) Dirumah sakit

o Kebersihan : 1) Dirumah

2) Dirumah sakit

o Eliminasi : 1) Dirumah

2) Dirumah sakit

d. Pemeriksaan fisik
o K/U lemah

o TTV (suhu di atas 38oC)

o Pemeriksaan mulai dari kepala – musculoskeletal termasuk neurology.

e. Pemeriksaan penunjang

o Pemeriksaan darah

o Pemeriksaan sel giant

o Pemeriksaan serologis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia.

b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam,


tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan
gatal.

d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang


menurun.

e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

3. INTERVENSI / IMPLEMENTASI

a. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia.

Kriteria – standart:

- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang


tepat.
- Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Keperawatan:

o Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai


es).

Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan


merangsang nafsu makan

o Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak
terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat
ketika diminum).

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.

o Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau
bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.

Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan


asupan makanan.

o Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai
membaik.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.

b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.

Criteria – standart:

- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.

- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.

Intervensi keperawatan:
o Memberikan kompres dingin / hangat.

Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhsu tubuh pada pasien.

o Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.

Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan


suhu tubuh.

o Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai


indikasi.

Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk


mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam,


tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan
gatal.

Kriteria – standart:

- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.

- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.

Intervensi keperawatan:

o Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep
dokter.

Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh


anak.

o Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat
tidak nyaman.

Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan


menambah rasa tidak nyaman.
o Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering
dibedaki.

Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa


pasien.

o Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan
PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine.

Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa


nyaman.

d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang


menurun.

Criteria – standart:

- Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.

- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah


terserang panyakit.

Intervensi keperawatan:

o Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal
untuk meninggikan kepalanya.

Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi


udara dalam paru.

o Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.

Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.

o Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau


membawanya keluar selama masih demam.
Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu
tubuh.

e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.

Kriteria – standart:

- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.

- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar


tidak mudah timbul komplikasi yang berat.

Intervensi keperawatan:

o Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak,


terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.

o Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan


pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar tidak
mudah timbul komplikasi yang berat.

Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang


pencegahan penyakit anaknya.

4. EVALUASI

a. Suhu tubuh normal / turun (36,7oC – 37,6oC).

b. Cairan dan nutrisi dalam tubuh seimbang.

c. Tubuh tidak merasa gatal.

d. Orang tua / keluarga mengerti mengenai penyakit morbili dan


pencegahannya.

C. LITERATUR
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak
FKUI. Jakarta: _______

http://puskesmas-oke.blogspot.com/2008/12/campak-morbili.html

MORBILI

Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat menular, sekitar
90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang subklinis.
Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak
yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja
anak tidak terkena campak sama sekali.

Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10 tahun,
kebanyakan orang dewasa imun. Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi paling
sering pada anak umur sekolah yang belum di imunisasi dan pada remaja dan orang
dewasa muda yang telah di imunisasi. (Behrman.R.E. et al, 1999).

Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama lain
penyakit ini adalah morbili, measles, atau rubeola.

Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus morbili
terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam
setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer.A. et al, 2000)

Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis campak dan cacar memberi kesan
kemungkinan bahwa campak dapat diberantas. Tanda-tanda ini adalah 1. ruam khas,
2. tidak ada reservoir binatang, 3. tidak ada vektor, 4. kejadian musiman dengan masa
bebas penyakit, 5. virus laten tidak dapat ditularkan, 6. satu serotip, dan 7. vaksin
efektif. (Behrman.R.E. et al, 1999).

II. 1. Definisi

Dalam bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa
Inggris, measles. Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah
campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. 1

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,
yaitu: a. Stadium kataral, b. Stadium erupsi, c. Stadium konvalesensi. 1
II. 2. Etiologi

Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan
adalah dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita. 1

Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui
perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut.
Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.
Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak.
Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain
sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali
seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman
selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk
ditularkan. Apalagi dampak campak cukup berbahaya. 1

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus
keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar,
justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak
jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya. Dokter justru akan mengusahakan agar
campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai
muncul di sekujur tubuh. 1

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah.
Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada
tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan gatal yang mendorongnya menggaruk kulit
dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil
bernanah. Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman. 1

II. 3. Epidemiologi

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan
mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita
morbili. Bila si ibu belum pernah menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2
bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili
pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir
mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. (Hassan.R. et al, 1985)

II. 4. Patofisiologi

Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel
mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva. (Hassan.R. et
al, 1985)

Penularan : secara droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya menyerang


pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. (Rachman.M. dan Dardjat.M.T., 1986)
Biasanya ada hiperplasi jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa
multinukleus (sel raksasa retikuloendotelial Warthin- Finkeldey) dapat ditemukan. Di
kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak
koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan bercak
pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring meluas
kedalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis
interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht.
Bronkopneumoni dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder. (Berhman.R.E. et
al, 1999).

II. 5. Gambaran Klinis

Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai
waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa
inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari
dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. 1 (Berhman.R.E. et al,
1999)

Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium, yaitu (Hassan.R. et al, 1985, Andriyanto.I.,
1996) :

1. stadium kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 ºC), malaise,
batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi.

Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. stadium erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara
makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di
bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di
daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare
dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. stadium
konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)


yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas
atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2
minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. 1(Hassan.R. et al, 1985)

II. 6. Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut : 1

Anamnesis

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili.

2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.

3. Dapat disertai diare dan muntah.

4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis,
petekie, ekimosis.

5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.

Pemeriksaan fisik

1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya
tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.

2. Pada umunya anak tampak lemah.

3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).

Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang
munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi,
muka, dan kemudian seluruh tubuh.

II. 7. Penatalaksanaan

Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)
1. Istirahat

2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.

3. Medikamentosa :

- Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam

- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.

- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive


(codein) tidak boleh digunakan.

- Mukolitik bila perlu

- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat


bermanfaat.

II. 8. Komplikasi

Bila ada, berupa komplikasi segera:

- Trakeobronkitis dan laringotrakeitis biasanya telah ada, merupakan sebagian dari


manifestasi morbili.

- Otitis media merupakan komplikasi paling sering terjadi, harus dicurigai bila demam
tetap tinggi pada hari ketiga atau keempat sakit.

- Bronkopneumonia / bronkiolitis oleh virus morbili sendiri atau infksi sekunder (oleh
pneumokokus, hemofilus influenzae) dengan gejala batuk menghebat, timbul sesak
nafas.

- Aktivasi tuberkulosis laten.

- Lain-lain (jarang) : ensefalitis, miokarditis, tromboflebitis, sindrom Guillain-Barre,


dan lain-lain.

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti otitis media akut,
ensefalitis atau bronkopneumonia.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh virus


Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi
protein, penderita penyakit menahun, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada
keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
Komplikasi neurologis pada morbili dapat berupa hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optika dan ensefalitis. Ensefalitis morbili dapat terjadi
sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita morbili atau dalam satu bulan
setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (ensefalitis morbili
akut), pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif
(immunosuppresive measles encephalopathy) dan sebagai subacute Scleroting
panencephalitis (SSPE).

Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan
sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili
adalah 1: 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili
hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit
ini progresif dan fatal serta ditemukan pada anak dan orang dewasa. Ditandai oleh
gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,
kejang dan koma. Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderita meninggal
dunia dalam 6 bulan – 3 tahun setelah terjadi gejala pertama. Meskipun demikian
remisi spontan masih bisa terjadi.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang
peranan dalam patogenesisnya. Biasanya anak menderita morbili sebelum umur 2
tahun sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun setelah morbili. SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan
menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5 – 1,1 tiap 10 juta, sedangkan
setelah infeksi morbili sebesar 5,2 – 9,7 tiap 10 juta.

Immunosuppresive measles encephalopathy didapatkan pada anak dengan morbili


yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena
pemakaian obat-obatan imunosupresif.

II. 9. Pencegahan

Imunisasi aktif ini dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten.
Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pencegahan juga dengan imunisasi pasif. (Hassan.R. et al, 1985)

Penyakit morbili ini dapat dicegah dengan :

1. Imunisasi aktif. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan
tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi. Imunisasi
kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai campak-parotitis-rubella (measles-
mumps-rubella/MMR).

II. 10. Prognosis

Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan
umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.
(Hassan.R. et al, 1985)
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniasih, D. dan Hasuki, I., 2006, Langkah Efektif Mengatasi Campak


http://www.tabloid-nakita.com/artikel.

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Percetakan Infomedika,
Jakarta.

1. The New England Journal of Medicine, 2002, Prevention of Recurrent Stones


in Idiopathic Hypercalciuria, www.nejm.com.

http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/morbili/

You might also like