You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan
kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus
harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan
hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan
“abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum
viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau
sampai awal trimester ketiga.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam
abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik
pengeluaran abortus.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan
20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)

B. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Penyebab dari segi Maternal


Penyebab secara umum:
• Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.

2
• Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
1) hipertensi
2) nephritis
3) diabetes
4) anemia berat
5) penyakit jantung
6) toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:


1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus

Penyebab dari segi Janin


1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

3
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara
dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin
dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.

D. Manifetasi Klinis
• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
• Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
• Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

4
E. Pemeriksaan Penunjang
• Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus
• Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup
• Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

5
F. Komplikasi
• Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
• Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah.

G. Jenis –Jenis Abortus


Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Merupakan 80 % dari semua kasus abortus (Anonim,1981).
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus
hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
• Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang dilakukan
dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik
adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
• Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
obat-obat tertentu.

6
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
• Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
• Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
• Kehamilan di luar nikah.
• Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
• Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
• Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
• Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus


Abortus Provokatus Medisinalis
• Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
• Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
• Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
• Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan
lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
• Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
• Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
• Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
• Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

7
• Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
• Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
• Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

AKIBAT ABORTUS PROVOKATUS


1. Perforasi
2. luka pada serviks uteri
3. pelekatan pada kavum uteri
4. perdarahan
5. infeksi dan lain-lain
Cara – cara Abortus Provokatus Kriminalis Kekerasan Mekanik :
1. Umum
a. Latihan olahraga berlebihan
b. Naik kuda berlebihan
c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
d. Tekanan / trauma pada abdomen
Wanita cemas akan kehilangan kehamilannya karena olah raga yang berlebih dan
mungkin kekerasan yang berpengaruh terhadap janinnya. Aktivitas hiruk pikuk,
mengendarai kuda biasanya tidak efektif dan beberapa wanita mencari kekerasan dari
suaminya. Meninju dan menendang perut sudah umum dan kematian akibat ruptur organ
dalam seperti hati, limpa atau pencernaan, telah banyak dilaporkan. Ironisnya, uterus
biasanya masih dalam kondisi baik.

2. Lokal
a. Memasukkan alat-alat yang dapat
menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
b. Alat merenda, kateter atau alat
penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk
melepas kantung amnion
c. Alat untuk memasang IUD

8
d. Alat yang dapat dilalui arus listrik
e. Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara
medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada
ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac
dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika
penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat
mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak
maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat
mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat
dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang
melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter
maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan
alat yang steril maka resikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui
hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke
belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan
dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi
dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh
alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar
dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan
benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran
dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity.
Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding
vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar
atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman
berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum
suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien
yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf
parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang
berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan

9
abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja
Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui
mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat
mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan
secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik,
formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal
maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari
vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang
muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus
dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan
nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal
termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari
nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin

10
Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan dan terjadi dengan sendirinya (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999). Jenis abortus spontan merupakan 20 % dari semua abortus
(Anonim,1981).
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila
abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8
minggu atau lebih.
6. Abortus Habitualis, abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih

11
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau
artifisial / terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkomplet dan abortus komplet.
1. Abortus Iminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai
kontraksi, serviks masih tertutup. Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan
bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam
waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan
ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin.
Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba
didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera
ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.

Penatalaksanaan
• Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
• Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas
• Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
• Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg

12
• Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
• Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,
tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin
sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
• Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus,
disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg
intramuskular.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
3. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan
keluar.
Penatalaksanaan :
• Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
• Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular

13
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan
konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa
kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
• Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
• Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
• Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama
lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
• Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam
• Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator
Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam.

14
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu
infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per
menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan
sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah
pasien istirahat satu hari.
• Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh
dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
• Penanggulangan infeksi :
1. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam
ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
2. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam
ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
3. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
• Tingkatkan asupan cairan
• Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
1. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik
atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan
dari uterus.
7. Abortus Terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan /
indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan
membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal, korban perkosaan(masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan
indikasi kelainan janin yang berat. Pada pasien yang menolak dirujuk beri
pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk selama 10
hari.

15
Dirumah Sakit :
• Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
• Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
• Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
• Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
• Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
• Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
• Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta
reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
• Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi
• Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-
tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran
menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. jangan langsung dilakukan kuretase
2. tentukan dulu janin mati atau hidup. Jika memungkinkan periksa dengan USG
3. jangan terpengaruh hanya dengan pemeriksaan B-HCG yang positif, karena
meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan 2
bulan setelah kematian janin

H. Diagnostik
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak
gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam
abnormal HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik.
JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !

16
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari
jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan
penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan
letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam
ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks).
Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda
akut lainnya.

I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus


Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan
dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan
kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o
untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok
terbesar yang bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua dengan eksplorasi jari
maupun kuret

Pertimbangan
Kehamilan lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin
misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan
trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat
diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah
keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).

17
Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh
Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling
jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
Penatalaksanaan pasca abortus
• Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi
uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
• Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
2. Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain
• kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
• kelainan pada plasenta
• faktor maternal
• kelainan traktus genetalia
3. Jenis-jenis abortus
a. Abortus Provocatus terbagi atas :
• Abortus provocatus medicinalis/artificialis/therapeuticus
• Abortus provocatus kriminalis
b. Abortus Spontan terdiri atas :
• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Inkomplit
• Abortus Komplit
• Missed Abortion
• Abortus Habitualis
4. Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)

19
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi,
dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan
paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.

B. Saran
1. Penulis berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran
seorang perawat sesuai dengan mata kuliah yang bersangkutan.
2. Jika terdapat hal-hal yang tidak benar dalam penulisan makalah ini, mohon pembaca
mengkritik karena kritik itu baik demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

• http://abortus.blogspot.com
• http://wikipedia.org
• hidayat2s blog
• http://kamussehat.wordpress.com
• http://mypotik.blogspot.com
• Internet Makalah Kebidanan dengan sumber :
o Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani,
Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,
Media Aesculapius, Jakarta : 2002
o K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
o Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.
o Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka
o Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI
• Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Univ. Padjadjaran Bandung,
Obstetri Patologi, Elsatar Offset Bandung

21

You might also like