You are on page 1of 167

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

MELALUI TEKNIK PENGANDAIAN DIRI SEBAGAI TOKOH


DALAM CERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL
PADA SISWA KELAS X4 SMA N 2 TEGAL

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh
Nama :Nurul Melti Indah Septiani
NIM :
Program Studi : Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa Dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI,


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Agustus 2007

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Agus Nuryatin. M.Hum Drs. Mukh Doyin. M.Si


SARI

Septiani, Nurul Melti Indah. 2007. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen


Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita dengan
Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4 SMA N 2 Tegal. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Agus Nuryatin, M.Si. Pembimbing
II. Drs. Mukh Doyin, M. Si.

Kata Kunci : Kemampuan Menulis Cerpen, Teknik Pengandaian Diri sebagai


Tokoh dalam Cerita, dan Media Audio Visual.

Pada umumnya, dalam situasi resmi siswa SMA masih mengalami


kesulitan untuk menuliskan gagasan serta ide-idenya dengan baik dan benar.
Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa SMA N 2 Tegal. Kesulitan
menulis cerpen disebabkan oleh 3 faktor yaitu: faktor guru, faktor siswa, faktor
media beserta teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Masalah-
masalah yang dialami siswa meliputi sulit mengeluarkan ide-ide, kehabisan
bahan, tidak tahu bagaimana memulai menuliskan sebuah cerita, dan sulit
menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masalah yang
dialami guru yaitu kurang memberi respons terhadap pelajaran menuli cerpen
sehingga sering dilewati, tidak memanfaatkan media yang tersedia, kurang
kreatif dalam pengembangan potensi diri para siswa.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diungkapkan dalam
penelitian ini adalah 1) apakah penggunaan media audio visual dengan teknik
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat meningkatkan kemampuan
menulis cerpen, dan 2) adakah pengaruh penggunaan media audio visual
dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam menulis cerpen terhadap
perubahan tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran menulis cerpen.
Tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan
menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita
dengan media audio visual, dan 2) mendeskripsikan pengaruh penggunaan
teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual
dalam menulis cerpen.
Berdasarkan rumusan masalah dari hasil penelitian serta pembahasannya,
maka disimpulkan bahwa melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam
cerota dengan media audio visual kemampuan menulis cerpen siswa kelas X
SMA N2 Tegal mengalami peningkatan sebesar 11,63 atau 18,30 %. Hasil rata-
rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 63,56 dan pada siklus I rata-
ratanya menjadi 70,31 atau meningkat sebesar 10,62 % dari rata-rata
pratindakan, kemudian pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 75,19 atau
meningkat sebesar 6,94 dari siklus I. Pemerolehan ini menunjukan bahwa
pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh
dalam cerita dengan media audio visual pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal
dapat meningkat dan berhasil. Sedangkan perilaku siswa kelas X4 SMA N 2
Tegal setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

iii
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual
mengalami perubahan kearah positif. Perubahan tersebut ditunjukan dengan
perilaku siswa yang kelihatan lebih serius dan bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan menulis cerpen.
Selanjutnya,dari hasil penelitian tersebut, maka penulis menyarankan
beberapa hal dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis cerpen
sebagai berikut: 1) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya
memandang bahwa pembelajaran menulis cerpen merupakan bagian yang
penting dan tak terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
sehingga pembelajaran menulis cerpen ini hendaknya mendapat porsi yang
cukup dan tidak dilewati begitu saja.
2) para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam
memilih teknik dan media pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat
mengikuti proses pembelajaran dan tidak merasa jenuh. Salah satu alternatif
dalam menggunakan media pembelajaran adalah penggunaan teknik
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita film yang diputar melalui media
audio visual yang telah terbukti dapat meningkatkan minat dan kemampuan
siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen secara aktif dan
menyenangkan. Hal ini dimungkinkan karena siswa lebih banyak menggunakan
alat inderanya yang mencakup pendengaran dan penglihatan. 3) para guru
Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya mengembangkan penggunaan media
audio visual secara kreatif dan efektif misalnya dengan cara memperbanyak
jenis cerita dan bahan ajar lain yang berhubungan kesusastraan. 4) hendaknya
media audio visual juga digunakan pada mata pelajaran yang lain secara
bervariasi dengan media-media yang lain.

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007

Nurul Melti Indah Septiani

v
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Bahasa dan

Seni, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 14 Agustus 2007

Panitia Ujian

Ketua, Sekertaris,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum Drs. Mukh Doyin, M.Si


NIP 131281222 NIP 132106367

Penguji I,

DR. Subyantoro, M.Hum


NIP 132005032

Penguji II, Penguji III,

Drs. Mukh. Doyin, M.Si Drs. Agus Nuryatin, M.Hum


NIP 132106367 NIP 131813650

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

vi
Motto :

Jangan takut menyerah atas sesuatu yang baik untuk menuju sesuatu yang
lebih baik
(Kenny Rogers)
Manusia sejati adalah mereka yang tersenyum pada masalah, mengumpulkan
kekuatan dari penderitaan dan tumbuh berani dengan bercermin diri
(Thomas Paine)
Berbahagialah mereka yang memiliki impian dan mau berusaha untuk
mewujudkannya
(Anonim)

Persembahan

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah swt


karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak (Alm), bintang dalam taman hatiku
terimakasih atas segala pengorbananmu
damailah dalam firdaus-Nya
Ibu pelita hidupku yang tak pernah letih
terangi hatiku dan sejukkan ranting dahagaku,
keluarga besarku dan sahabat-sahabatku
yang telah mengisi hari-hariku.

vii
PRAKATA

Puji syukur tiada terhingga ke hadirat Allah swt, atas segala limpahan

nikmat dan karunia yang diberikan kepada penilis, sehingga penulis memperoleh

kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini, meskipun penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih banyak kelemahan-kelemahan dan semata-mata karena

keterbatasan penulis, baik dalam ilmu maupun pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari

bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

serta Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan

izin penelitian ini,

2. Drs. Agus Nuryatin M.Hum dan Drs. Mukh. Doyin M.Si, dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya

dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan

bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis,

3. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

menyemaikan ladang dan menanamkan ilmu sebagai bekal yang sangat

bermanfaat,

4. Drs. Surono, kepala SMA N 2 Tegal yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk mengadakan penelitian ini,

viii
5. Dra. Sri Mulyani R. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA N2 Tegal

yang telah memberikan motivasi serta kerelaannya membantu penulis

dalam penelitian.

6. Siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal, yang telah bersedia membantu

pelaksanaan penelitian.

7. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas doa, dukungan, perhatian,

kesabaran, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini,

8. Keluarga Besarku, Pa de, Bu de serta kakak-kakaku tercinta Mba Edang,

Mba Dian, Mas Untung dan Mas Achyar terimakasih atas doa, motivasi,

serta bantuan moril maupun materialnya hingga kudapat menyelesaikan

karya kecil ini

9. Sahabat-sahabatku Ita, Wiwin, Mar, Kiki, Dani, Ari, dan Mas Fendi.

Terimakasih atas kebahagiaan yang kalian bagi untukku, bersama kalian

kumengerti arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya.

10. Teman-teman seperjuangan di PBSI angkatan 2003 terima kasih atas

segala informasi, bantuan, dukungan dan semua yang telah diberikan.

11. Teman-teman Florist kost, Roger dan Aee trimakasih atas bantuan fasilitas

komputernya, Achel, Mamih, Upi, Anna, Soma, Bilqis, Utty, Lusy

bersama mereka aku belajar menjalani hidup ini.

Insya Allah jasa-jasa mereka akan saya kenang sepanjang hayat dan

semoga Yang Mahakuasa memberikan yang terbaik dan Ridlo-Nya kepada kita

semua di kehidupan sekarang dan yang akan datang.

ix
Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna

dan skripsi ini pun masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun dari pembaca saya harapkan. Penulis juga sangat berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2007

Nurul Melti Indah S

x
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii

SARI........................................................................................................... iii

PERNYATAAN......................................................................................... v

PENGESAHAN ......................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

PRAKATA................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan ............................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 5

1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................... 7

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 7

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka......................................................................................... 10

2.2 Landasan Teoretis ................................................................................... 14

2.2.1 Hakikat Menulis ............................................................................ 15

xi
2.2.2 Hakikat Cerita Pendek .................................................................. 15

2.2.3 Hakikat Menulis Kreatif Cerita Pendek ......................................... 29

2.2.4 Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita ................. 31

2.2.5 Hakikat Media ............................................................................... 32

2.2.5.1 Pengertian Media ....................................................................... 33

2.2.5.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Media ....................................... 33

2.2.5.3 Fungsi Media dalam Proses Belajar Mengajar .......................... 34

2.2.5.4 Media Audio Visual .......................................................... 35

2.2.5.5 Tujuan Penggunaan Media Audio Visual .................................. 36

2.2.5.6 Penggunaan Media Audio Visual ............................................... 37

2.3 Kerangka Berfikir .................................................................................. 38

2.4 Hipotesis Tindakan ................................................................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 40

3.2 Subjek Penelitian .................................................................................... 41

3.3 Variabel Penelitian .................................................................................. 42

3.3.1 Keterampilan Menulis Cerpen .................................................... 42

3.3.2 Pembelajaran dengan Media Audio Visual ................................ 43

3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 44

3.4.1 Instrumen Tes ................................................................................ 44

3.4.2 Instrumen Nontes .......................................................................... 53

3.5 Siklus I ................................................................................................... 56

3.5.1 Perencanaan ................................................................................... 57

xii
3.5.2 Tindakan ........................................................................................ 57

3.5.3 Pengamatan dan Observasi ........................................................... 58

3.5.4 Refleksi ......................................................................................... 58

3.6 Siklus II .................................................................................................. 58

3.6.1 Perencanaan ................................................................................... 59

3.6.2 Pengamatan dan Observasi ........................................................... 59

3.6.3 Refleksi ......................................................................................... 60

3.7 Instrumen Penelitian .............................................................................. 60

3.7.1 Bentuk Instrumen .......................................................................... 60

3.7.2 Penilaian Hasil Menulis Cerpen .................................................... 61

3.7.3 Wawancara .................................................................................... 63

3.7.4 Dokumen yang berupa foto ........................................................... 64

3.8 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 64

3.8.1 Teknik Tes ..................................................................................... 65

3.8.2 Teknik Nontes ............................................................................... 66

3.9 Teknik Analisis Data .............................................................................. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 69

4.1.1 Kondisi Awal ................................................................................ 69

4.1.2 Hasil Tes Siklus I ........................................................................... 77

4.1.2.1 Hasil Tes ........................................................................... 78

4.1.2.2 Hasil Nontes ...................................................................... 86

4.1.3 Hasil Tes Siklus II.......................................................................... 98

xiii
4.1.3.1 Hasil Tes ........................................................................... 99

4.1.3.2 Hasil Nontes ...................................................................... 107

4.2 Pembahasan............................................................................................. 117

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui

Media Audio Visual Pada Siswa Kelas X4 SMA N 2 Tegal. ........ 117

4.2.2 Peningkatan Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual dengan

Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita terhadap

perubahan tingkah laku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal .............. 123

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................. 125

5.2 Saran ....................................................................................................... 126

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................ 128

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Jumlah Siswa Kelas X4 SMA N 2 Tegal .............................. 42


Tabel 2 : Tabel Pedoman Penilaian ............................................................... ....
45
Tabel 3 : Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek .................. 45
Tabel 4 : Daftar Skala Skor Keterampilan Menulis Cerita Pendek ................. 52
Tabel 5 : Kriteria Penilaian Hasil Menulis Cerita Pendek ............................... 61
Tabel 6 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan ........ 70
Tabel 7 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tema ...................................................................................... 71
Tabel 8 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Alur ........................................................................................ 72
Tabel 9 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Latar ....................................................................................... 72
Tabel 10 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Sudut Pandang ....................................................................... 73
Tabel 11 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Gaya Bahasa .......................................................................... 74
Tabel 12 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tokoh dan Penokohan ........................................................... 75
Tabel 13 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Kepaduan Antar Unsur .......................................................... 76
Tabel 14 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I ................... 78
Tabel 15 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tema ...................................................................................... 79
Tabel 16 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Alur ....................................................................................... 80
Tabel 17 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Latar ....................................................................................... 80

xv
Tabel 18 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Sudut Pandang ....................................................................... 81
Tabel 19 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Gaya Bahasa .......................................................................... 82
Tabel 20 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tokoh dan Penokohan ........................................................... 83
Tabel 21 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Kepaduan Antar Unsur .......................................................... 84
Tabel 22 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus II .................. 99
Tabel 23 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tema ...................................................................................... 101
Tabel 24 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Alur ....................................................................................... 102
Tabel 25 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Latar ...................................................................................... 102
Tabel 26 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Sudut Pandang ...................................................................... 103
Tabel 27 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Gaya Bahasa ......................................................................... 104
Tabel 28 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Tokoh dan Penokohan .......................................................... 105
Tabel 29 : Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Aspek Kepaduan Antar Unsur .......................................................... 106
Tabel 30 : Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek ................ 119
Tabel 31 : Prosentase Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek ........ 120
Tabel 32 : Daftar Nilai Pra Tindakan ................................................................ 127
Tabel 33 : Daftar Nilai Siklus I ......................................................................... 128
Tabel 34 : Daftar Nilai Siklus II ......................................................................... 129
Tabel 35 : Observasi Siklus I ............................................................................. 130
Tabel 36 : Observasi Siklus II ............................................................................ 132
Tabel 37 : Rekap Observasi Perilaku Positif Siswa Siklus I .............................. 134

xvi
Tabel 38 : Rekap Observasi Perilaku Negatif Siswa Siklus I ............................ 135
Tabel 39 : Rekap Observasi Perilaku Positif Siswa Siklus II ............................ 136
Tabel 40 : Rekap Observasi Perilaku Negatif Siswa Siklus II ........................... 137
Tabel 41 : Rekap Observasi Peningkatan Perilaku Positif Siswa Siklus I ......... 138
Tabel 42 : Rekap Observasi Peningkatan Perilaku Negatif Siswa Siklus II ...... 139
Tabel 43 : Rekap Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ........................................ 140
Tabel 44 : Daftar Peningkatan Nilai 7 Aspek Pada Tiap Siklus ........................ 142
Tabel 45 : Daftar Peningkatan Prosentase Nilai 7 Aspek Pada Tiap Siklus ...... 143
Tabel 46 : Daftar Siswa Kelas X4 Tahun Pelajaran 2006/2007
SMA N 2 Tegal ................................................................................. 144
Tabel 47 : Rekapitulasi Hasil Angket Siklus I .................................................... 145
Tabel 48 : Rekapitulasi Hasil Angket Siklus II................................................... 147

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Aktivitas Guru Memberikan Apersepsi ..................................... 94


Gambar 2 : Aktivitas Guru Memberikan Materi Pembelajaran .................... 95
Gambar 3 : Aktivitas Siswa Menyaksikan Pemutaran Film ......................... 96
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Bertanya Jawab denganGuru ........................... 96
Gambar 5 : Aktivitas Siswa Menulis Sebuah Cerita Pendek ........................ 97
Gambar 6 : Aktivitas Siswa Menyaksikan Pemutaran Film ......................... 114
Gambar 7 : Aktivitas Siswa Menulis Cerita Pendek ..................................... 115
Gambar 8 : Aktivitas Siswa Membacakan Ceria Pendek .............................. 116

xviii
DAFTAR DIAGRAM

1. Diagram 1 : Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan ..................... 77


2. Diagram 2 : Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus I .............................. 85
3. Diagram 3 : Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus II ............................. 107
4. Diagram 4 : Hasil Peningkatan Menulis Cerita Pendek .............................. 122

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi oleh

karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa

Indonesia baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan

memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami

informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung tetapi juga dapat

memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara

langsung

Menurut Tarigan (1983:1) keterampilan berbahasa mencakup 4 segi

yaitu menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speacking Skill), Membaca

(Reading Skill), dan Menulis (Reading Skill). Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis haruslah terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata, keterampilan

menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui

latihan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif

(Tarigan 1982:4) kegiatan menulis bertujuan untuk mengungkapkan fakta-

1
2

fakta, pesan sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para

pembacanya.

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan di dalam kehidupan yang

serba modern ini. Komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara tertulis.

Keterampilan menulis merupakan ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa

yang terpelajar. Sehubungan dengan hal tersebut, ada seorang penulis yang

mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk

mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan

mempengaruhi. Di dalam dunia pendidikan menulis mempunyai arti yang

sangat penting. Siswa yang sering menulis akan menjadi terampil dan

terarah kemampuan berekspresinya sehingga secara tidak langsung akan

mempertajam kemampuan berpikir.

Menulis merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Kata menulis mempunyai

dua arti Pertama, menulis berarti kegiatan mengungkapkan gagasan secara

tertulis (Wiyanto 2004:3) kesimpulan itu, disampaikan setelah dia

mengalami sendiri. Mula-mula dia merasa sulit sekali menulis. Beberapa

kali menulis selalu tidak lancar. Bahkan sering pula macet dan gagal total.

Beruntunglah pengalaman pahit itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus

belajar dan mencoba. Berkat seringnya menulis dia menjadi terkenal.

Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan

berlatih, semakin rajin berlatih, kemampuan menulis akan meningkat. Untuk

itu keterampilan menulis siswa perlu ditumbuh kembangkan.


3

Dalam perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia sesuai Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan oleh pemerintah menghendaki terwujudnya

suasana yang menarik agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya

salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa adalah

menulis sebuah cerpen, cerpen itu sendiri merupakan salah satu genre sastra

berbentuk prosa yang berbeda bentuk dengan bentuk sastra yang lain

misalnya novel. Selain itu, cerpen merupakan cerita fiksi berbentuk prosa

yang relatif pendek ruang lingkup permasalahannya yang menyuguhkan

sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian

pengarang dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Tetapi

keterampilan menulis cerpen yang diajarkan selama ini masih menggunakan

metode konvensional yang kurang menarik dan membosankan. Untuk itu,

diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang baru yang lebih

memberdayakan siswa dan memanfaatkan teknologi yang semakin

berkembang dewasa ini. Di sini peneliti mencoba meneliti penggunaan

media audio visual sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis cerpen.

Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang pengetahuan terapan

yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan

pendidikan di Indonesia, untuk itu diperlukan kemampuan untuk

memanfaatkan teknologi modern dalam upaya untuk mengembangkan

pendidikan. Upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan

hendaknya terus dilakukan karena media pendidikan mempunyai peranan


4

penting dalam komunikasi. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

sekolah merupakan suatu program pengembangan pengetahuan,

keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra

Indonesia.

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat

penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media

pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang

pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana

dan Rivai 2001:2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah

efektivitas komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar

(Pranggawidagda 2002:145).

Oleh karena itu, di sini peneliti menggunakan media audio visual,

karena audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan

dalam pembelajaran menulis cerpen. Media ini dapat membantu siswa dalam

belajar menulis cerpen karena media audio visual yang digunakan dalam

penelitian ini berupa video compact disc merupakan perpaduan antara media

suara (audio) dan media gambar (visual) yang dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi pembelajarannya dan dapat digunakan untuk

merangsang daya imajinasi siswa sehingga siswa dapat dengan mudah

menuangkan gagasan-gagasan dan ide-idenya ke dalam sebuah rangkaian

kata-kata indah hingga menjadi sebuah cerita yang dapat dinikmati.

Dengan adanya media audio visual yang menampilkan gambar beserta

suaranya akan mempermudah siswa untuk menangkap informasi yang


5

dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan

dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Selain itu proses belajar mengajar

akan terasa lebih hidup dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan

menggunakan media audio (suara), pembelajaran menulis cerpen yang

menggunakan media audio (suara) kurang maksimal digunakan dalam

pembelajaran menulis cerpen karena penggunaan media audio hanya

menampilkan sebuah suara yang kurang memaksimalkan potensi siswa

dalam menangkap informasi yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan

inspirasi dan ide-idenya yang akan digunakan untuk menulis sebuah cerpen.

1.2 Identifikasi Masalah

Kemampuan menulis cerpen pada siswa SMA N 2 Tegal masih rendah.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor guru, siswa, dan

media beserta teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Masalah-masalah yang dialami siswa meliputi sulit mengeluarkan ide-ide,

kehabisan bahan, tidak tahu bagaimana memulai menuliskan sebuah cerita,

dan sulit menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Masalah yang muncul pada diri siswa ini dapat diatasi dengan pembelajaran

Bahasa Indonesia yang disajikan dalam bentuk yang lebih menarik antara

lain dengan penggunaan media yang tepat yaitu penggunaan media audio

visual agar siswa merasa lebih senang dan tidak jenuh.

Sedangkan masalah yang dialami guru yaitu kurang memberi respon

terhadap pelajaran menulis cerpen sehingga sering dilewati. Tidak

memanfaatkan media yang tersedia, kurang kreatif dalam mengembangkan


6

potensi diri para siswa. Pembelajaran menulis cerpen harus mendapat porsi

yang cukup karena banyak unsur-unsur yang perlu diketahui dan diajarkan

secara terperinci agar siswa lebih mudah memahaminya. Guru hendaknya

dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan secara kreatif

menggunakan sarana dan media yang ada untuk menarik minat siswa,

menghargai hasil karya siswa dengan memberikan penilaian dan pujian

seperlunya, menggunakan bermacam-macam metode secara bervariasi

sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

Faktor ketiga yang menyebabkan rendahnya keinginan siswa menulis

cerpen ialah media yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen

karena selama ini guru hanya memberikan penjelasan cara-cara menulis

cerpen secara teori tanpa adanya media yang digunakan untuk mendukung

serta menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting disuguhkan

untuk meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi siswa dalam

mengungkapkan perasaan ide-ide yang sebenarnya ada dalam potensi setiap

siswa hingga dapat memudahkan mereka untuk bercerita yang akan

dituangkan atau disajikan dalam bentuk tulisan yang nantinya bisa menjadi

rangkaian kata-kata yang sangat indah meski relatif pendek.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul

sangatlah kompleks sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini

bertujuan agar pembahasan masalah tidak terlalu luas. Oleh karena itu,
7

permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu : rendahnya kemampuan

menulis cerpen pada siswa kelas X SMA N 2 Tegal. Permasalahan tersebut

akan diatasi dengan cara menggunakan sebuah media yang dapat membantu

merangsang daya imajinasi siswa dalam menulis sebuah cerita pendek yaitu

dengan menggunakan media audio visual

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Seberapa besarkah penggunaan media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat meningkatkan

keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal ?

2. Adakah pengaruh penggunaan media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam menulis cerpen terhadap

perubahan tingkah laku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal dalam proses

pembelajaran menulis cerpen?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui

media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal


8

2. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan media audio visual dengan

teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam menulis cerpen terhadap

perubahan tingkah laku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal dalam proses

pembelajaran menulis cerpen.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi

beberapa pihak. Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoretis dan

manfaat praktis.

Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat

bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat

memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar

terutama dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui media

audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita.

Dengan adanya pemanfaatan media audio visual akan memberikan daya

tarik kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannya melalui daya

imajinasi dalam menuliskan sebuah cerita sehingga dapat menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan.

Manfaat penelitian bagi siswa temuan penelitian ini akan

mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat agar dapat

dituangkan dalam sebuah cerita yang relatif singkat yang lebih dikenal

dengan cerpen. Selain itu dapat merangsang imajinasi siswa dalam

mengembangkan sebuah cerita dan menuangkan gagasan-gagasannya secara


9

tertulis dan teknik pengandaian diri yang digunakan dalam penelitian ini

juga akan mempermudah para siswa dalam menciptakan karakter-karakter

tokoh yang akan digunakan dalam tulisan yang berbentuk cerpen.

Sedangkan bagi penulis atau peneliti, temuan penelitian ini dapat dijadikan

penambah semangat dan wawasan kehidupan terutama wawasan dalam

karya penulisan.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

Urgensi bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang

dihayati, diamati, dan dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang

lain, apabila telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam

komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu

proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan tersebut

kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang

lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif

(Tarigan, 1983: 3-4). Tetapi dalam menulis banyak hal yang perlu

diperhatikan salah satunya adalah penggunaan bahasa, agar orang lain dapat

membaca tulisan yang ditulis maka di tuntut adanya bahasa yang mudah

dipahami. Oleh karena itu, keterampilan ini membutuhkan perhatian dan

keseriusan dari seluruh instrumen penyelenggara pendidikan terutama guru

dan kurikulum yang mendukung.

10
11

Realitas menunjukan bahwa keterampilan menulis belum optimal

dikuasai oleh siswa, bahkan juga oleh mahasiswa. Mereka kebanyakan

menganggap bahwa menulis bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Menulis juga dianggap sesuatu kegiatan yang menjenuhkan dan

membosankan. Oleh karena itu, perlulah kiranya guru mencari dan

menerapkan metode dan penggunaan media dalam upaya meningkatkan

keterampilan keterampilan menulis, khususnya menulis sebuah cerpen para

siswa.

Penelitian tentang keterampilan menulis telah banyak dilakukan.

Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis naratif,

deskriptif, dan argumentatif. Tetapi penelitian mengenai keterampilan menulis

cerpen masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk

melakukan penelitian keterampilan menulis cerpen. Penelitian ini berjudul,

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Teknik Pengandaian Diri

Sebagai Tokoh Dalam Cerita Melalui Media Audio Visual Pada Siswa Kelas

X SMU N 2 Tegal.

Penelitian mengenai keterampilan menulis banyak dilakukan dengan

menawarkan metode/ media yang bermacam-macam sebagai upaya untuk

meningkatkan keterampilan menulis siswa. Terdapat penelitian-penelitian

yang relevan dengan penelitian ini. Setidaknya relevan dalam hal pemakaian

metode, media maupun desain penelitian. Pemakaian media dan metode pada

setiap penelitian tersebut desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) atau Claasroom Action Resarch (CAR).


12

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian

yang dilakukan oleh Kusworosari pada tahun 2007. penelitian tersebut

berjudul. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Pengalaman

Pribadi sebagai Basis Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa

kelas X1 SMA N 5 Semarang. Melalui pendekatan proses dan pengalaman

pribadi penelitian yang dilakukan Kusworowati mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis data penelitian, keterampilan menulis cerpen dari siklus I

dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,31 atau 18% dengan nilai

rata-rata klasikal pada siklus II 73,65% peningkatan keterampilan menulis

cerpen pada siswa kelas X1 SMA N 5 Semarang, diikuti adanya perubahan

perilaku belajar yang positif dari perilaku negatif.

Penelitian lain yang relevan ialah penelitian yang dilakukan oleh

Fariqoh pada tahun 2002, penelitian tersebut berjudul Peningkatan Menulis

Cerita Pendek dengan metode karya wisata pada siswa kelas I3 MA Ma’hadut

Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal Tahun Ajaran 2001/2002. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh fariqoh menunjukkan bahwa, penelitian menulis cerita

pendek (cerpen) dengan menggunakan metode karya wisata mengalami

peningkatan dari sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan siklus I

sebesar 10,72 % dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II meningkat sebesar

7,25 % dan dengan demikian pengajaran penulisan cerita pendek dengan

metode karya wisata dapat meningkatkan penguasaan ide siswa mengenai

unsur-unsur pembangun cerpen


13

Penelitian lain yang relevan ialah penelitian yang dilakukan oleh

Tutiyah (2005) dalam penelitiannya yang berbentuk skripsi berjudul

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerkak dengan Metode Karya Wisata

pada Siswa Kelas IE SMP Negeri 1 Banjarmangun. Penelitiannya mengkaji

tentang metode karya wisata yang berguna untuk meningkatkan keterampilan

siswa dalam menulis cerkak. Penelitian yang telah dilakukan memperoleh

hasil peningkatan keterampilan siswa yang signifikan dengan nilai rata-rata

siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus ke siklus I meningkat sebesr 2,27.

setelah menggunakan metode karya wisata nilai rata-rata keterampilan siswa

dalam menulis cerkak meningkat sebesar 0,51.

Penelitian yang relevan lainnya, setidaknya sama-sama menggunakan

media Audio Visual penelitian yang dilakukan oleh Pangesti pada tahun 2005.

Penelitian tersebut berjudul peningkatan keterampilan menyimak dongeng

dengan media Audio Visual pada siswa kelas VII D SMP N 30 Semarang.

Berdasarkan penelitian tersebut, dengan menggunakan media Audio Visual

mengalami peningkatan sebesar 10,1% selain itu dengan adanya penelitian ini

terjadi perubahan positif perilaku terhadap proses pembelajaran menyimak

dongeng dengan menggunakan media Audio Visual sebagian siswa merasa

senang dan tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa judul skripsi di atas, diketahui bahwa penelitian

tentang menulis cerpen sudah mulai banyak dilakukan meski masih terbatas,

dari beberapa penelitian tentang menulis cerpen di atas menunjukkan adanya

peningkatan. masing-masing penelitian menggunakan media dan teknik yang


14

berbeda-beda dan menghasilkan peningkatan yang berbeda-beda pula. Tetapi

upaya peningkatan menulis cerpen masih perlu di kembangkan dan dilakukan

melalui berbagai cara. Salah satu cara peningkatan keterampilan menulis yang

dipilih oleh penulis adalah peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui

teknik pengandaian diri sebagai tokoh dengan media audio visual

Dari beberapa penelitian tentang menulis cerpen di atas belum ada satu

pun yang memanfaatkan media audio visual untuk meningkatkan keterampilan

para siswa dalam menulis cerpen oleh karena itu peneliti merasa perlu

memanfaatkan media ini untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen,

selain itu kehadiran media audio visual dalam pembelajaran masih dianggap

sebagai hal yang baru oleh banyak sekolah serta memerlukan keterampilan

khusus untuk mengoperasikan. Beberapa sekolah, terutama yang berlokasi di

kota besar, memang sudah menerapkan penggunaan media ini di samping

media elektronik lain seperti televisi dan tape recorder, namun seberapa besar

manfaatnya belum diketahui secara pasti.

2.2 Landasan Teoretis

Dalam landasan teori ini penulis menguraikan teori-teori yang

diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian

landasan teori tersebut terdiri atas teori tentang menulis cerpen, teknik

pengandaian diri dan media audio visual


15

2.2.1 Hakikat Menulis

Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan

dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan

mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara

tertulis. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif dalam hal ini,

menulis cerpen termasuk salah satu kegiatan menulis kreatif. Sumiharja dkk

dalam Kusworosari

Menurut Trianto dalam Kusworosari (2002:2) Tulisan kreatif merupakan

tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui

kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali menyenangi, menikmati, dan

mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam

teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan

berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa

kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai

pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk

dikomunikasikan kepada orang lain, melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu

yang bermakna. Salah satu teks bersifat kreatif adalah teks cerpen seperti

penulisan cerpen.

2.2.2 Hakikat Cerita Pendek

1. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk

mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di


16

dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan

yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita

yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika

ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi

persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek (Suharianto 1982:39).

Selanjutnya Suharianto (1982:39) juga menambahkan bahwa “cerita

pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk

menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik

perhatian pengarang”. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya

pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi

tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan

latar yang terbatas.

Cerpen memuat penceritaan kepada satu peristiwa pokok, peristiwa pokok

itu tidak selalu “sendirian” ada peristiwa lain yang sifatnya mendukung

peristiwa pokok. Styagraha dalam Murdiati (1985:49) berpendapat bahwa

cerpen adalah karakter yang dijabarkan lewat rentetan kejadian-kejadian dari

pada kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang terjadi di dalamnya lazim

merupakan suatu pengalaman / penjelajahan.

Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa

cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup

permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang

menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal.


17

2. Unsur-unsur pembangun cerpen

Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan

erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur

pembangun cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak.

Koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah

totalitas amat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu

bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: alur atau plot,

tokoh penokohan,latar (setting), sudut pandang (point of view), gaya bahasa,

dan tema.

a. Alur atau plot

Pengertian alur dalam cerita pendek atau dalam karya fiksi pada umumnya

adalah “rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa

sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu

cerita” (Aminuddin 1987:17). Alur menyajikan peristiwa-peristiwa atau

kejadian kejadian kepada kita, tidak hanya dalam temporalnya tetapi juga

dalam hubungannya secara kebetulan. Alur membuat kita sadara akan

peristiwa-peristiwa tidak hanya sebagai elemen-elemen temporal tetapi juga

sebagai pola yang berbelit-belit tentang sebab dan akibat. Secara ringkas dapat

dikatakan bahwa alur adalah hubungan sebab akibat.

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang

disusun secara logis dalam pengertian ini, alur merupakan suatu jalur tempat

lewatnya rentetan peristiwa yang tidak terputus-putus oleh sebab itu, suatu

kejadian dalam suatu cerita menjadi sebab akibat kejadian yang lain. Kejadian
18

atau peristiwa-peristiwa itu tidak hanya berupa perilaku yang tampak seperti

pembicaraan atau gerak gerik, tetapi juga menyangkut perubahan tingkah laku

tokoh yang bersifat non fisik, seperti perubahan cara berpikir, sikap

kepribadian dan sebagainya. Alur cerita rekaan terdiri dari alur buka, alur

tengah, alur puncak dan alur tutup. Alur merupakan tulang punggung suatu

cerita unsur alur yang penting adalah konflik dan klimaks. Konflik dalam fiksi

terdiri dari konflik internal dan konflik eksternal Baribin dalam Murdiati

(1985: 61-62).

Menurut Suharianto (1982:28) menyebutkan bahwa alur atau plot terdiri

atas lima bagian, yaitu (1) pemaparan atau pendahuluan, yakni bagian cerita

tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal

cerita, (2) penggawatan, yaitu bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang

terlibat dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap

terasakan adanya konflik dalam cerita tersebut. Konflik itu dapat terjadi antara

tokoh dan tokoh, antar tokoh dan masyarakat sekitar, atau antar tokoh dengan

nuraninya sendiri, (3) seperti yang disebutkan di atas mulai memuncak, (4)

puncak atau klimaks yaitu bagian yang melukiskan peristiwa mencapai

puncaknya (5) peleraian yaitu bagian cerita tempat pengarang memberikan

pemecahan dari semua peristiwa yang telah terjadi dalam cerita atau bagian.

Dilihat dari cara penyusunannya bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot

cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur sorot balik (flash back), dan

alur campuran. Disebut alur lurus apabila cerita disusun mulai dari awal

diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan


19

masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan

bergerak ke muka menuju titik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan

alur campuran yakni gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot

balik. Tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak

menimbulkan kesan ada dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah, baik

waktu maupun tempat kejadian (Suharianto 1982:29).

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau

plot adalah jalinan peristiwa secara beruntutan dalam cerita dengan

memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan

kesatuan yang padu, bulat dan utuh.

b. Tokoh dan Penokohan

Menurut Baribin dalam Murdiati (1985:54) berpendapat bahwa

perwatakan dalam suatu fiksi biasanya dapat dipandang dari dua segi. Pertama

mengacu pada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita, yang kedua adalah

mengacu kepada pembauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang

membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh adalah yang

melahirkan peristiwa Saleh Saad dalam Lukman Ali,(1967:122). Ditinjau dari

segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi

dua, yaitu tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh

tambahan ( Sayuti, 1988:31)

Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi

yaitu secara analitik dan secara dramatik. Secara analitik yaitu pengarang

langsung memaparkan tentang watak tokoh atau karakter tokoh, pengarang


20

langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala,

penyayang dan sebagainya. Secara dramatik yaitu penggambaran perwatakan

yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui pilihan

nama, melalui penggambaran fisik / postur tubuh, cara berpakaian, tingkah

laku terhadap tokoh-tokoh lain, lingkungannya dan sebagainya dan melalui

dialog (Baribin 1985 : 55-57 dalam Murdiati).

Tokoh

Tokoh adalah yang melahirkan peristiwa (Saleh Saad dalam Lukman Ali,

1967:122). Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh

fiksi dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh

periferal atau tokoh tambahan ( Suminto, 1988:31).

Ragam tokoh atau pelaku menurut Aminudin dibedakan menjadi

1) Pelaku utama / inti adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam

suatu cerita

2) Pelaku tambahan atau pelaku pembantu adalah tokoh yang memiliki

peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi,

melayani, mendukung pelaku utama

3) Pelaku protagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga

di senangi pembaca

4) Pelaku antagonis adalah pelaku yang tidak sesuai dengan apa yang di

dambakan oleh pembaca

5) Charcter adalah pelaku yang tidak banyak menunjukkan adanya

kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya di hadapkan pada suatu


21

permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi

batin yang kompleks.

6) Complek character adalah pelaku yang pemunculannya banyak dibebani

permasalahan. Complek character juga ditandai dengan munculnya pelaku

yang memilik obsesi batin yang cukup kompleks sehingga kehadirannya

banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks pula.

7) Pelaku dinamis adalah pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan

batin dalam keseluruhan penampilannya

8) Pelaku statis adalah pelaku yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau

perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita itu berakhir

Berdasarkan fungsinya, tokoh dapat di bagi menjadi dua, yakni:

1) Tokoh sentral adalah tokoh utama yang diceritakan dalam cerita. Tokoh

sentral dibedakan menjadi

2) Tokoh utama atau protagonis yakni tokoh yang memegang peran pimpinan.

Ia menjadi sorotan dalam cerita

Berdasarkan cara menampilkan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan

menjadi:

1) Tokoh dasar/ sederhana atau pipih, yakni tokoh yang hanya diungkapkan

salah satu segi wataknya saja. Watak tokoh datar sedikit sekali berubah.

Termasuk di dalamnya adalah tokoh strereotif

2) Tokoh bulat/ kompleks atau bundar, yakni tokoh yang wataknya kompleks,

terlihat kekuatan dan kelemahannya. Ia mempunyai watak yang dapat

dibedakan dengan tokoh-tokoh yang lain. Tokoh ini dapat mengejutkan


22

pembaca, karena kadang-kadang dalam dirinya dapat terungkap watak

yang tidak terduga sebelumnya

Bagan berikut akan memperjelas uraian di atas

Tokoh utama/protagonist
Tokoh sentral Tokoh antagonis
Tokoh wirawan/wirawati
Menurut fungsinya

Tokoh andalan
Tokoh bawahan
Tokoh Tokoh tambahan

Menurut cara Tokoh datar/sederhana/pipih


menampilkan
Tokoh bulat/kompleks/bundar

Penokohan

Menurut Aminuddin (1987:79) penokohan adalah cara pengarang

menampilkan tokoh atau pelaku. Suharianto (1982:31) mengemukakan bahwa

yang dimaksud dengan penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita,

baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan

hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan

jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain.

Penokohan merupakan pelaku karena yang dilukiskan adalah mengenai

watak-watak. Tokoh / pelaku cerita, maka disebut dengan perwatakan /


23

penokohan adalah pelukisan tokoh/ pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan

tingkah lakunya dalam cerita.

c. Latar atau setting

Latar atau landasan tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat

peristiwa terjadi termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang

dapat diamati, seperti di kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong,

di kafetaia, di sebuah puskesmas, di dalam penjara dan sebagainya. Termasuk

di dalam unsur latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim

atau periode sejarah dan sebagainya (Baribin 1985 : 63-64 dalam Murdiati).

Latar dibedakan menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik (latar

material) latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat,

kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, bahasa dan

lain-lain. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah latar di dalam wujud fisik.

Latar ialah waktu, tempat, atau lingkungan terjadinya peristiwa. Suminto

A. Sayuti (1988:60) mengemukakan bahwa paling tidak ada empat unsur yang

membentuk latar fiksi yaitu, (1) lokasi geografis yang sesungguhnya,

termasuk di dalamnya topografi, scenery “Pemandangan” tertentu, dan juga

detil-detil interior sebuah kamar / ruangan, (2) pekerjaan dan cara-cara hidup

tokoh sehari-hari, (3) waktu terjadinya action “Peristiwa” (tindakan), termasuk

di dalamnya periode historis, musim, tahun dan sebagainya, dan (4)

lingkungan religius, moral, intelektual, sosial dan emosional tokoh-tokohnya.

Latar tidak hanya sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan untuk

mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran tempat, waktu dan situasi


24

akan membuat cerita tampak lebih hidup logis. Latar juga dimaksudkan untuk

membangun atau menciptakan suasana tertentu yang dapat menggerakan

perasaan dan emosi pembaca serta menciptakan mood atau suasana batin

pembaca

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat di simpulkan latar (setting) adalah

segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan tempat, waktu

dan suasana cerita.

d. Sudut pandang atau point of view

Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang memandang siapa

yang bercerita di dalam cerita itu atau sudut pandang yang diambil pengarang

untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang ini berfungsi melebur atau

menggabungkan tema dengan fakta. Untuk menceritakan suatu hal dalam

cerita fiksi, pengarang dapat memilih dari sudut mana ia akan menyajikannya.

Suminto A. Sayuti (1988: 74) dengan mengkompilasi pendapat Robert

Stanson dan William Kenney mengemukakan bahwa ada empat macam sudut

pandang yang dapat dipilih oleh pengarang, yaitu (1) sudut pandang first-

person-central atau akuan-sertaan, (2) sudut pandang first-person-peripherial

atau akuan-taksertaan, (3) sudut pandang third person-om-niscient atau diaan-

mahatahu, dan (4) sudut pandang third-person-limited atau diaan-terbatas.

Dijelaskan oleh Suminto A. Sayuti (1988:74) bahwa di dalam sudut pandang

akuan-sertaan tokoh sentral cerita adalah pengarang yang secara langsung

terlibat dalam cerita, sedangkan di dalam sudut pandang akuan-taksertaan

tokoh “aku” biasanya hanya menjadi pembantu atau pengantar tokoh lain yang
25

lebih penting. Pencerita dalam sudut pandang akuan-taksertaan biasanya

hanya muncul di awal atau di akhir cerita saja. Adapun di dalam sudut

pandang diaan-mahatahu, pengarang berada di luar cerita, biasannya

pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang mahatahu dan mampu

berdialaog langsung dengan pembaca. Berbeda dengan hal itu adalah sudut

pandang diaan-terbatas. Dalam sudut pandang ini pengarang memperguanakan

orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Di sini

pengarang hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang dijadikan

tumpuan cerita

Pengertian yang diungkapkan oleh Suminto A. Sayuti data sebenarnya

tidak jauh beda dengan yang di kemukakan oleh Baribin dan Suharianto dalam

bukunya yang berjudul “Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi” dan “Dasar-Dasar

Karya Sastra” mengemukakan bahwa, Sudut pandang adalah posisi dan

penempatan diri pengarang dalam ceritanya atau dari mana ia melihat

peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Ada beberapa macam

sudut pandang yaitu (1) pengarang sebagai tokoh cerita, (2) pengarang sebagai

tokoh samping, (3) pengarang sebagai orang ketiga, (4) pengarang sebagai

pemain dan narator (Baribin 1985 : 75-76 dalam Murdiati).

Yang dimaksud titik pandang atau point of view adalah cara pengarang

menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan (Aminuddin

1987:90). Point of view pada dasarnya adalah visi pengarang artinya sudut

pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita.


26

Ada beberapa jenis pusat pengisahan (point of view). Menurut Suharianto

(1982:36) jenis pusat pengisahan, yaitu (1) pengarang sebagai pelaku utama

cerita. Tokoh yang akan menyebut dirinya sebagai “aku” (2) pengarang ikut

main tetapi bukan sebagai pelaku utama, (3) pengarang serba hadir. Dalam hal

ini pengarang tidak berperan sebagai apa-apa. Pelaku utama cerita tersebut

orang lain dapat “dia” atau kadang-kadang disebut namanya tetapi pengarang

serba tahu apa yang akan dilakukan atau bahkan apa yang ada dalam pikiran

pelaku cerita, (4) pengarang peninjau, dalam pusat pengisahan ini pengarang

seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku cerita atau yang ada

dalam pikirannya. Pengarang sepenuhnya hanya mengatakan/menceritakan

apa yang dilihatnya.

Dari beberapa pendapat peneliti simpulkan bahwa sudut pandang atau

point of view adalah cara memandang yang digunakan pengarang sebagai

sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan latar, dan sebagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah cerita kepada pembaca.

e. Gaya

Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian

bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Aminudin (1987:72)

mengemukakan bahwa gaya bahasa mengandung pengertian cara pengarang

menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah

dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat

menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Wiyanto (2005:84)

mengemukakan bahwa Gaya bahasa adalah: cara khas dalam menyampaikan


27

pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang

dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan

perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan

tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi

indah dan bernilai seni.

Selanjutnya Sumardjo (1986:92) mengemukakan gaya bahasa adalah cara

khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih

tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakannya dalam sebuah

cerpen, itulah gaya seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi

pengarang itu sendiri. Dan sebagai pribadi, ia berada secara khas di dunia ini.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya adalah

keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih bahasa secara tepat dan

sesuai dengan watak pikiran dan perasaan. Setiap pengarang mempunyai gaya

yang berbeda-beda dalam mengungkapkan hasil karyanya.

f. Tema

Menurut Wiyanto (2005:78) Tema adalah pokok pembicaraan yang

mendasari cerita. selanjutnya Suharianto (1982:28) mengatakan:

Tema sering disebut juga dasar cerita: yakni pokok permasalahan yang

mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra tersebut

dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Hakikatnya tema adalah

permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita

atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin

dipecahkan dengan karyanya itu.


28

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang mendasari suatu cerita

yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya

sastra.

g. Amanat

Amanat dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral dan nilai-

nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Amanat

pengarang terdapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra

(Zulfahnur 1996 : 26 dalam…). Dari tema cerita tergambar amanat yang ingin

sampaikan oleh pengarang. Menurut Suharianto (1983 :70) amanat ialah nilai-

nilai yang ada di dalam cerpen. Menurut Wiyanto (2005:84) amanat adalah

unsur pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur

pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya

sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca

seluruhnya.

Amanat dapat disampaikan secara implisit dan eksplisit, amanat biasanya

memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis, maka amanat itu

menyorot pada masalah manfaat yang dapat dipetik dari cerita yang dibaca,

oleh karena sebuah karya sastra yang jelek sekalipun akan memberikan

manfaat kepada kita, jika kita mampu memetik manfaatnya.


29

2.2.3 Hakikat Menulis Kreatif Cerita Pendek

Dasar penulisan kreatif atau creative writting sama dengan menulis

biasa, pada umumnya. Unsur kreativitas mendapat tekanan dan perhatian besar

karena dalam hal ini sangat penting peranannya dalam penggembangan proses

kreatif seorang penulis/pengarang dalam karya-karyanya, kreativitas ini dalam

ide maupun akhirnya (Titik, dkk. 2003:31)

Kreativitas dapat di artikan sebagai perilaku yang berbeda dengan

perilaku umum, kecenderungan jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru

lain dari yang umum, bentuk berpikir yang cenderung jlimet dan menentang

arus. Pengertian kreativitas dapat juga mengacu pada pengertian hasil yang

baru, berbeda dengan yang pernah ada (Roekhan 1991:4-5 dalam

Kusworosari)

Terdapat empat unsur dalam kreativitas yakni: (1) keterampilan

berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat, dan (4) daya imajinasi. Menurut

(Roekhan 1991:1 dalam Kusworosari) proses penulisan kreatif sastra pada

hakikatnya yaitu:proses penciptaan karya sastra. Proses itu di mulai dari (1)

munculnya ide dalam benak penulis, (2) menangkap dan merenungkan ide

tersebut (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh. (4) membahasakan

ide tersebut dan menatanya (ini masih dalam benak penulis), dan diakhiri

dengan (5) menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra

Dalam penulisan kreatif sastra terdapat tiga unsur penting yakni: (1)

kreativitas, (2) bekal keterampilan bahasa, dan (3) bekal keterampilan sastra,

kreativitas sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap


30

dan mematangkan ide, mendayagunakan bahasa secara optimal, dan

mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra

yang berwarna baru.

Tujuan Menulis Kreatif Cerita Pendek

Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan yang bertujuan untuk mencapai

nilai-nilai artistic dan nilai-nilai kesenian. Terdapat dua tujuan yang dapat

dicapai melalui pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiatif

dan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan

penulisan kreatif orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan

mungkin menciptakan kembali secara kritis sebagai hal yang dijumpai dalam

teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri, ekspresif dalam arti

bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai

pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk

dikomunikasikan kepada orang lain dalam dan melalui tulisan kreatif, sebagai

sesuatu yang bermakna Sayuti dalam Kusworosari (2002:5)

Kedua tujuan tersebut sekaligus memberikan peluang bagi

pembentukan pribadi kreatif. Dalam kaitan ini, kepribadian hendaknya

dipahami tidak hanya sebagai kumpulan sejumlah unsur kepribadian.

Berdasarkan kenyataan harus diakui bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi

yang kreatif antara ciri yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan

secara tegas.

Ciri-ciri pribadi kreatif tersebut adalah (1) keterbukaan terhadap

pengalaman baru, (2) keluwesan dalam berpikir, (3) kebebasan dalam

mengemukakan pendapat (4) kaya imajinasi (5) perhatian yang besar terhadap
31

kegiatan cipta mencipta, (6) Keteguhan dalam mengajukan pendapat atau

pandangan dan, (7) Kemandirian dalam mengambil keputusan Sayuti 2002:2

(dalam Kusworosari)

Proses kreatif adalah perubahan organisasi kehidupan pribadi. Jadi,

proses kreatif itu bersifat personal. Setiap pengarang memiliki daya juang

kreatif yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dari aspek pribadi tersebut

kreatifitas merupakan suatu tindakan yang muncul dari tindakan pribadi yang

unik dan khas, sebagai tanggapan terhadap lingkungannya, tanggapan

seseorang penulis (pengarang) terhadap lingkungan itu akan menolong

inisiatif mengulur imajinasi. Pengaluran imajinasi itu menunjukan bahwa

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru.

2.2.4 Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita

Pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita akan membantu dan

mempermudah siswa untuk mengembangkan ide cerita karena mereka dapat

berimajinasi untuk menjalankan sebuah cerita dengan mudah sesuai dengan

karakter yang ingin mereka bangun dalam tokoh tersebut sehingga dapat

mempengaruhi jalan cerita yang diinginkan dan mereka dapat mengemas

maupun merubah jalan cerita dalam film menjadi sebuah cerpen yang menarik

sesuai daya khayal dan imajinasi yang mereka bangun lewat tokoh yang

mereka pilih.

Seperti yang di jelaskan di atas tentang tokoh dan penokohan kita dapat

mempelajari beberapa karakter tokoh yang akan mendukung jalannya sebuah


32

peristiwa dalam cerita. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita karena peneliti melihat bahwa

karakter sebuah tokoh sangatlah penting dan sangat berpengaruh dalam proses

pembuatan cerpen. Karena tanpa tokoh beserta karakternya sebuah cerita tidak

akan pernah bisa tercipta. Oleh karena itu, peneliti mengarahkan siswa untuk

memilih salah satu tokoh yang menarik dalam film yang telah diputarkan, dan

meminta mereka agar mereka berimajinasi seolah-olah mereka menjadi tokoh

dalam film tersebut dan mengembangkan jalan cerita sesuai keinginannya

melalui karakter tokoh yang telah dipilih. Hal ini akan mempermudah siswa

untuk menuangkan idenya dalam membuat sebuah cerita yang menarik dan

mereka dapat dengan mudah mengembangkan cerita tersebut menjadi sebuah

cerpen yang indah.

2.2.5 Hakikat Media

Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses

komunikasi/ proses penyampaian pesan. Proses ini harus diciptakan atau

diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar menukar pesan atau

informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi di sini dapat

berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru untuk mempermudah

penyampaian pesan atau informasi dalam proses komunikasi, perlu

dipergunakan sarana yang disebut media (Suratno 2006: 41)


33

Media adalah suatu alat yang digunakan dalam proses mengajar yang

berupa perangkat keras maupun lunak berfungsi untuk menyampaikan dan

memperjelas materi untuk mencapai tujuan.

2.2.5.1 Pengertian Media

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

dapat merangsang untuk belajar dengan segala alat lahir yang dapat

menyajikan pesan, media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,

didengar dan dibaca. media merupakan alat, metode dan teknik yang

digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi interaksi antara

guru dengan siswa dalam proses pembelajaran (Hamalik 1994:12)

Batasan-batasan mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan

bahwa media adalah suatu alat lahir, metode, teknik dan jenis komponen yang

berfungsi sebagai perangsang kegiatan belajar, menyebar ide laporan dan

merupakan bentuk komunikasi antara pengirim dan penerimaan pesan dalam

bentuk Audio maupun Audio Visual.

2.2.5.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Memilih media yang terbaik untuk tujuan pengajaran bukan pekerjaan

yang mudah, pemilihan itu didasarkan pada beberapa faktor yang saling

berhubungan sebagai berikut (1) situasi dan latar belakang pekerjaan yang

sebenarnya perlu ditiru dalam pengajaran, (2) pengadaan media dapat

dipertanggung jawabkan untuk pelajaran yang bersangkutan, (3) media yang


34

dipilih sesuai dengan kebutuhan siswa, (4) nilai bahan pelajaran (perubahan

tingkah laku yang diharapkan terjadi, jumlah siswa yang dilatih, dan isi mata

pelajaran) sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media

tersebut .

Penggunaan media memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya

yaitu membangkitkan motivasi, memperjelas informasi yang disampaikan

guru, dan menambah variasi teknik penyajian pelajaran. Adapun kerugian

dalam penggunaan media yaitu membutuhkan waktu, tenaga, dana, dan

keterampilan khusus, perlu pemeliharaan dan perbaikan, perlu ruangan dan

tempat yang aman dan layak.

2.2.5.3 Fungsi Media dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat

penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media

pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang

pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Sudjana dan

Rivai 2001: 2). Selain itu, media pembelajaran dapat menambah efektivitas

komunikasi dan interaksi antara pengajar dan siswa.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam

proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh

karena itu media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu dan

mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian, hasil pembelajaran

dapat lebih optimal.


35

2.2.5.4 Media Audio Visual

Media Audio Visual, maksud penggunaan Audio Visual di sini adalah

penggunaan media yang dapat didengar sekaligus dilihat / disajikan dan alat

yang digunakan adalah berupa piringan bergambar dan bersuara seperti yang

kita kenal dengan sebutan VCD (Video Compact Disk). Penggunaan Audio

Visual merupakan perpaduan antara media Audio(suara) dengan media Visual

(gambar) yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara

guru sebagai tenaga pengajar dan siswa dalam proses pembelajaran media

Audio Visual merupakan sinkronisasi antar media Audio dan media Visual,

yang sangat mendukung dan mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi

audien atau pendengar Audio Visual atau yang lebih dikenal dengan VCD.

VCD ( Video Compact Disk ) adalah sistem penyimpanan dan rekaman video

dimana signal Audio Visual direkam pada disket plastik bukan pita magnetik (

Arsyad. 2003:36).

VCD ( Video Compact Disk )mempunyai keterampilan antara lain:

a. Reverse /fast for word

Gerak cepat / gerak lambat baik maju/mundur

b. Singgle frame baik gerak maju / mundur

c. Pencari gambar secara cepat

d. Stereosound

Media Audio Visual mempunyai dua perangkat yaitu perangkat keras atau

hardware dan perangkat lunak atau software. Adapun perangkat keras


36

dari Video Compact Disk adalah Player atau alat yang memproses perangkat

lunak ke dalam tampilan gambar sedangkan perangkat lunak berupa kepingan

disk yang berisi data yaitu : film (jalan cerita) selain player dan kepingan disk

dan software ada alat yang membantu fungsi player dan kepingan disk dalam

menampilkan gambar, alat tersebut berupa televisi yang nantinya di

hubungkan dengan player melalui kabel

Sudjana (1997:2) mengatakan bahwa penggunaan media mempunyai

manfaat dalam proses pembelajaran. Manfaat penggunaan media

pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1. Pembelajaran akan semakin menarik sehingga menarik perhatian siswa

sehingga menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pembelajaran lebih baik

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru mengajar setiap jam pelajaran

4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar tetapi juga aktivitas seperti

mengamati, melakukan mendemonstrasikan dll.

2.2.5.5 Tujuan Penggunaan Media Audio Visual

Penggunaan media Audio Visual dalam proses pembelajaran bertujuan

untuk (1) memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas


37

pengertian dan konsep yang abstrak kepada siswa (2) mengembangkan sikap-

sikap yang dikehendaki (3) mendorong siswa untuk melakukan kegiatan lebih

lanjut.

Penekanan dalam pengajaran menggunakan media Audio Visual adalah

pada nilai belajar yang diperoleh melalui pengalaman kongkret, tidak hanya

akan berarti bila dipergunakan sebagai proses pengajaran. Materi Audio

Visual hanya akan berarti bila dipergunakan sebagai proses pengajaran.

Peralatan Audio Visual tidak harus digolongkan sebagai pengalaman belajar

yang diperoleh dari penginderaan yaitu indra penglihatan dan indra

pendengaran, tetapi sebagai alat teknologis yang bisa memperkaya serta

memberikan pengalaman konkret kepada para siswa (Sudjana 2001 :58).

2.2.5.6 Penggunaan Media Audio Visual

Penggunaan media audiovisual menuntut persiapan yang matang serta

keterampilan khusus mengenai cara mengoperasikan media agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung dengan lancar, terhindar dari resiko kerusakan

media, dan mencegah akibat buruk yang berhubungan dengan pemakaian arus

listrik

1. Persiapan

Sebelum menggunakan media Audio Visual setiap guru hendaknya

mengikuti langkah

a. Menentukan topik dan program

b. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai


38

c. Mengecek peralatan yang akan dipergunakan

d. Menempatkan layar TV/VCD pada posisi yang tepat

e. Memperhitungkan durasi waktu pemakaian sesuai dengan alokasi waktu

pelajaran

2. Pelaksanaan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat penyajian program yaitu

a. Posisi duduk siswa diatur pada posisi yang nyaman dan enak

b. Guru memberi penjelasan tata tertib selama pemutaran VCD

c. Siswa dapat mencatat hal-hal yang dianggap perlu

3. Penulisan Cerita Pendek

Kegiatan ini dilakukan setelah siswa menyaksikan pemutaran media audio

visual. Guru menugasi siswa untuk menulis cerita pendek sesuai ide yang

didapat setelah menyaksikan pemutaran film dan mengandaikan dirinya

sebagai salah satu tokoh dalam film yang dapat memudahkan siswa dalam

menulis sebuah cerpen.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran keterampilan menulis cerpen melalui media Audio

Visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita merupakan

salah satu bentuk pembelajaran berbahasa dan bersastra. Pembelajaran ini

bertujuan agar siswa terampil dalam menyampaikan idenya secara mendetail

dan dapat mengembangkan cerita dengan mudah sesuai karakter yang ingin

dibangun lewat pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita tersebut sehingga
39

seolah-olah siswa ikut masuk berperan dalam cerita dalam film yang

diputarkan agar dapat diubah menjadi cerpen yang menarik sebelum siswa

menulis cerpen sehingga mereka dapat menulis cerpen dengan baik.

Pembelajaran menulis cerpen dilakukan sebagai sarana untuk

meningkatkan keterampilan menulis cerpen karena permasalahan yang

dihadapi oleh kebanyakan guru adalah cara mengatasi rendahnya

keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Untuk mengatasi hal tersebut

peneliti melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis

cerpen dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui

media audio visual. Dengan mengandaikan diri siswa akan lebih mudah untuk

mengembangkan sebuah cerita dan penggunaan media audio visual di sini

untuk memunculkan ide-ide siswa setelah menyaksikan pemutaran film

dengan media audio visual

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis tindakan

penelitian ini dapat meningkatan keterampilan menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada

siswa Kelas X SMA N 2 Tegal


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan model tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan

tindakan nyata dan proses pengembangan keterampilan dalam mendeteksi dan

memecahkan masalah. Peneliti memilih rancangan penelitian tindakan kelas

karena keterampilan menulis cerpen di kelas X4 masih rendah. Dengan rancangan

ini peneliti berharap agar keterampilan menulis cerpen di kelas X4 semakin

meningkat. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas

empat langkah yaitu:

1.Perencanaan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan menulis cerpen

2.Tindakan adalah pembelajaran macam apa yang dilakukan peneliti sebagai

upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen

3.Observasi atau pengamatan adalah pengamatan terhadap kinerja siswa selama

proses pembelajaran dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa

4.Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil pengamatan

sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar selanjutnya

40
41

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus ini dapat

digambarkan dengan mengikuti alur sebagai berikut:

Masalah Hasil

Siswa Siswa
kurang terampil
terampil menulis
menulis cerpen
cerpen 1. Perencanaan 1. Perencanaan

4. Refleksi 2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan


Siklus I Siklus II

3. Pengamatan 3. Pengamatan

Gambar 1 : Skema model tindak lanjut kelas

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis cerita pendek

siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal

Kelas X SMA N 2 Tegal terbagi menjadi delapan kelas, rincian yang

jelas tentang siswa kelas X SMA N 2 Tegal seperti yang terdapat pada tabel

berikut:
42

Tabel 1 : daftar Jumlah siswa kelas X SMA N 2 Tegal

No Kelas Siswa Putra Siswa Putri Jumlah

1. X1 17 23 40

2. X2 17 22 39

3. X3 16 22 38

4. X4 18 21 39

5. X5 17 22 39

6. X6 18 20 38

7. X7 17 22 39

8. X8 17 22 39

Dari jumlah kelas X tersebut, peneliti atau penulis hanya mengambil

subjek penelitian pada kelas X4 yang berjumlah 39 siswa dan terdiri dari 18 putri

dan 21 putra.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada dua macam yaitu keterampilan menulis cerpen

dan pembelajaran melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

dengan menggunakan media audio visual

3.3.1 Keterampilan menulis cerpen

Keterampilan menulis cerpen yang dimaksud adalah keterampilan siswa

untuk menuliskan sebuah cerita setelah melihat dan mendengarkan / menyaksikan

pemutaran film remaja yang digunakan untuk mempermudah dalam menemukan

ide-ide dan mengembangkan sebuah cerita. Indikator keterampilan menulis dapat


43

diamati dari kesesuaian isi cerpen. Bagian-bagian inti lengkap seperti pembukaan,

isi dan penutup. Isi cerpen yang sesuai dengan judul dan alur cerita yang terarah.

Target penelitian ini adalah untuk menentukan solusi terhadap kondisi siswa yang

keterampilan menulis cerpennya masih rendah sehingga dicapai suatu kondisi

baru yaitu siswa terampil menulis cerpen dengan teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita melalui media audio visual.

3.3.2 Pembelajaran dengan Media Audio Visual

Penggunaan media audio visual dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan rasa ingin tahu dan memunculkan ide yang sangat menarik di

benak siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar

mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu media audio

visual dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu dan mempermudah

proses belajar mengajar. Tindakan yang hendak dilakukan dalam proses

pembelajaran menulis cerpen yaitu pembelajaran dengan menggunakan media

audio visual yang memerlukan persiapan yang matang. Pembelajaran menulis

cerpen didahului dengan pemutaran VCD. Setelah pemutaran VCD, Posisi duduk

siswa diatur pada posisi yang nyaman dan enak, guru memberi penjelasan tata

tertib selama pemutaran VCD, siswa dapat mencatat hal-hal yang dianggap perlu.

Kemudian pembelajaran menulis cerpen dilakukan setelah siswa menyaksikan

pemutaran film dengan media audio visual. Guru menugasi siswa untuk menulis

cerita pendek sesuai ide yang didapat setelah menyaksikan pemutaran film dan
44

mengandaikan dirinya sebagai salah satu tokoh dalam film yang dapat

memudahkan siswa dalam menulis sebuah cerpen.

3.4 Instrumen Penlitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini,

adalah tes dan nontes untuk mengukur peningkatan keterampilan menulis cerpen

melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio

visual. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes tersebut

dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II, yang pada akhirnya

setelah analisis hasil tes siklus II dapat diketahui peningkatan keterampilan

menulis cerpen melalui media audio visual dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita

3.4.1 Instrumen Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes

dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II dengan tujuan untuk

mengukur keterampilan siswa dalam menulis cerpen melalui teknik pengandaian

diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Pada hasil tes siklus I

dianalisis, dari hasil analisis akan diketahui kelemahan siswa dalam kegiatan

menulis cerpen, yang selanjutnya sebagai dasar untuk menghadapi tes pada siklus

II, yang pada akhirnya setelah dianalisis hasil tes siklus II dapat diketahui

peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audiovisual.


45

1. Tes yang berupa soal esai menulis cerpen dilaksanakan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan memperhatikan kriteria-

kriteria penilaian yang telah ditentukan . kriteria-kriteria penilaian tersebut

yakni 1) Tema, 2) Alur, 3) Latar, 4) Sudut pandang, 5) Gaya Bahasa,

6) Tokoh dan Penokohan, 7) Kepaduan unsur-unsur dalam cerpen

Tabel 2 : Tabel Pedoman Penilaian

No Aspek Penilaian Skor Maksimal

2. Tema 10

3. Alur 20

4. Latar 10

5. Sudut pandang 10

6. Gaya Bahasa 10

7. Tokoh dan Penokohan 20

8. Kepaduan unsur-unsur dalam cerpen 20

Jumlah 100

Tabel 3 : Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Cerita Pendek

(Cerpen)

No Aspek penilaian Skala Nilai Patokan

1 Tema Sangat baik Baik dalam mendeskripsikan tema

yang terkandung dalam cerita dan

ditawarkan kepada pembaca, baik

dalam menyajikan tema dari


46

kesimpulan keseluruhan cerita.

Baik Cukup baik dalam mendeskripsikan

tema yang terkandung dalam cerita

dan ditawarkan kepada pembaca, baik

dalam menyajikan tema dari

kesimpulan keseluruhan cerita

Kurang baik dalam mendeskripsikan

Cukup baik tema yang terkandung dalam cerita

dan ditawarkan kepada pembaca, baik

dalam menyajikan tema dari

kesimpulan keseluruhan cerita

Tidak baik dalam mendeskripsikan

Kurang baik tema yang terkandung dalam cerita

dan ditawarkan kepada pembaca, baik

dalam menyajikan tema dari

kesimpulan keseluruhan cerita

2. Alur Sangat baik Permainan alur/plot menarik, ada

tegangan dan kejutan serta

pembayangan yang akan terjadi,

atmosfer cerita khas

Baik Permainan alur/plot cukup menarik,

ada tegangan dan kejutan serta

pembayangan yang akan terjadi,


47

atmosfer cerita khas

Cukup baik Permainan alur/plot kurang menarik,

ada tegangan dan kejutan serta

pembayangan yang akan terjadi,

atmosfer cerita khas

Kurang baik Permainan alur/plot tidak menarik,

ada tegangan dan kejutan serta

pembayangan yang akan terjadi,

atmosfer cerita khas

3. Latar/setting Sangat baik Tepat dalam memilih tempat yang

mengukuhkan terjadinya peristiwa,

tepat memilih waktu yang memiliki

tampakan atmosfer, dan tepat

menggambarkan suasana yang

mendukung peristiwa

Baik Cukup tepat dalam memilih tempat

yang mengukuhkan terjadinya

peristiwa, tepat memilih waktu yang

memiliki tampakan atmosfer, dan

tepat menggambarkan suasana yang

mendukung peristiwa
48

Cukup baik Kurang tepat dalam memilih tempat

yang mengukuhkan terjadinya

peristiwa, tepat memilih waktu yang

memiliki tampakan atmosfer, dan

tepat menggambarkan suasana yang

mendukung peristiwa

Kurang baik Tidak tepat dalam memilih tempat

yang mengukuhkan terjadinya

peristiwa, tepat memilih waktu yang

memiliki tampakan atmosfer, dan

tepat menggambarkan suasana yang

mendukung peristiwa

4. Sudut Pandang Sangat baik Baik dalam memberikan perasaan

kedekatan tokoh, baik dalam

menjelaskan kepada pembaca siapa

yang dituju dan menunjukkan

perasaan tokoh kepada pembaca.

Baik Cukup baik dalam memberikan

perasaan kedekatan tokoh, baik dalam

menjelaskan kepada pembaca siapa

yang dituju dan menunjukkan

perasaan tokoh kepada pembaca.


49

Cukup baik Kurang baik dalam memberikan

perasaan kedekatan tokoh, baik dalam

menjelaskan kepada pembaca siapa

yang dituju dan menunjukkan

perasaan tokoh kepada pembaca.

Kurang baik Tidak baik dalam memberikan

perasaan kedekatan tokoh, baik dalam

menjelaskan kepada pembaca siapa

yang dituju dan menunjukkan

perasaan tokoh kepada pembaca

5. Gaya Bahasa Sangat baik Tepat dalam memilih bahasa yang

mengandung unsur emotif bersifat

konotatif, mengedepankan dan

mengaktualkan sesuatu yang

dituturkan dan tepat dalam memilih

ungkapan yang mewakili sesuatu

yang diungkapkan

Baik Cukup tepat dalam memilih bahasa

yang mengandung unsur emotif

bersifat konotatif, mengedepankan

dan mengaktualkan sesuatu yang

dituturkan dan tepat dalam memilih

ungkapan yang mewakili sesuatu


50

yang diungkapkan

Cukup baik Kurang tepat dalam memilih bahasa

yang mengandung unsur emotif

bersifat konotatif, mengedepankan

dan mengaktualkan sesuatu yang

dituturkan dan tepat dalam memilih

ungkapan yang mewakili sesuatu

yang diungkapkan

Kurang baik Tidak tepat dalam memilih bahasa

yang mengandung unsur emotif

bersifat konotatif, mengedepankan

dan mengaktualkan sesuatu yang

dituturkan dan tepat dalam memilih

ungkapan yang mewakili sesuatu

yang diungkapkan

6. Tokoh dan Sangat baik Pelukisan watak tokoh tajam dan

penokohan nyata, tokoh mampu membawa

pembaca mengalami peristiwa

cerita
Baik Pelukisan watak tokoh cukup tajam

dan nyata, tokoh mampu membawa


51

Cukup baik pembaca mengalami peristiwa cerita

Pelukisan watak tokoh kurang tajam

dan nyata, tokoh mampu membawa

Kurang baik pembaca mengalami peristiwa cerita

Pelukisan watak tokoh tidak tajam

dan nyata, tokoh mampu membawa

pembaca mengalami peristiwa cerita

7. Kepaduan unsur- Sangat baik Perpaduan keenam unsur dalam

unsur dalam cerpen cerpen seperti: Tema, alur, latar,

sudut pandang, gaya bahasa,tokoh

dan penokohan dikemas dengan baik

menjadi sebuah cerita yang

menarik

Baik Perpaduan keenam unsur dalam

cerpen seperti: Tema, alur, latar,

sudut pandang, gaya bahasa,tokoh

dan penokohan dikemas dengan

cukup baik menjadi sebuah cerita

yang menarik

Cukup baik Perpaduan keenam unsur dalam

cerpen seperti: Tema, alur, latar,


52

sudut pandang, gaya bahasa, tokoh

dan penokohan dikemas dengan

kurang baik menjadi sebuah cerita

yang menarik

Kurang baik Perpaduan keenam unsur dalam

cerpen seperti: Tema, alur, latar,

sudut pandang, gaya bahasa,tokoh

dan penokohan dikemas dengan tidak

baik menjadi sebuah cerita yang

menarik

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, dapat di ketahui siswa yang

berhasil mencapai skala nilai sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik

Berikut ini skala nilai menulis cerita pendek (cerpen)

Tabel 4 : daftar Skala Skor Keterampilan Menulis Cerita Pendek

No. Aspek Penilaian Skala Skor

SB B C K

1. Tema 16-20 11-15 6-10 0-5


2. Alur 8-10 6-8 3-5 0-2
3. Latar 8-10 6-8 3-5 0-2
4. Sudut Pandang 8-10 6-8 3-5 0-2
5. Gaya Bahasa 8-10 6-8 3-5 0-2
6. Tokoh dan Penokohan 16-20 11-15 6-10 0-5
7. Kepaduan unsur-unsur dalam cerpen 16-20 11-15 6-10 0-5
53

Keterangan:

SB : Sangat Baik

B : Baik

C : Cukup Baik

K : Kurang Baik

3.4.2 Instrumen nontes

Instrumen non tes dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,

jurnal, dan dokumentasi

a) Pedoman Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung

dengan membuat catatan khusus mengenai perilaku siswa dalam kegiatan menulis

cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media

audio visual. Observasi dipergunakan untuk memperoleh data tentang perilaku

siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dan pada siklus II. Peneliti

sebelumnya mempersiapkan lembar observasi untuk dijadikan pedoman dalam

pengambilan data. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti, dibantu

oleh guru mata pelajaran dan teman sejawat. Dalam observasi ini ketiga orang ini

mengamati perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Proses observasi dan

pengamatan segera mungkin direkam dalam benak peneliti dengan membuat

catatan-catatan khusus mengenai perilaku-perilaku yang terjadi selama

pembelajaran berlangsung atau dengan memberikan chek list pada lembar

observasi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti. Observasi juga dilakukan

terhadap peneliti maupun siswa itu sendiri


54

b) Pedoman Wawancara

Wawancara dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan keterampilan menulis cerpen melalui media

audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita. Data

yang diambil mengenai kesan, pesan dan pendapat siswa terhadap pembelajaran

menulis cerpen.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data dengan

wawancara terstruktur dan terbuka. wawancara tidak dilakukan pada semua

subjek penelitian, namun hanya pada siswa yang terlihat menonjol dalam:

1. Peningkatan hasil menulis cerpen bagi yang mendapat nilai tertinggi

2. Penurunan hasil menulis cerpen bagi yang mendapat nilai terendah

3. Sikap positif dalam kegiatan menulis cerpen

4. Bersikap negatif dalam kegiatan menulis cerpen

Aspek yang diungkapkan dalam wawancara ini adalah:

1. Kebiasaan bersikap positif dalam menulis cerpen

2. Kebiasaan bersikap negatif dalam menulis cerpen

3. Respon siswa terhadap pembelajaran menulis

4. Penyebab peningkatan penulisan cerpen

5. Penyebab penurunan penulisan cerpen

c) Pedoman jurnal

Teknik jurnal dalam penelitian ini ada dua yaitu, jurnal siswa dan jurnal

guru. Untuk jurnal siswa, siswa diminta untuk memberi tanggapan, kesan, kritikan
55

terhadap pembelajaran keterampilan menulis cerpen melalui teknik pengandaian

diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual yaitu cara peneliti

menyampaikan materi / bahan yang digunakan untuk menuliskan sebuah cerpen.

Dengan demikian akan terungkap kekurangan dan kelebihan para siswa pada saat

pembelajaran berlangsung. Hal ini sangat dibutuhkan oleh peneliti untuk

mengevaluasi dan merefleksi jurnal siswa tersebut.

Jurnal diberikan pada siswa setelah pembelajaran sikluls I berakhir. Jurnal

guru berisi catatan-catatan mengenai perilaku siswa dan respon siswa, keaktifan

siswa pada saat pembelajaran keterampilan menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri dengan media audio visual. Seperti yang diungkapkan di atas

setelah selesai pembelajaran menulis cerpen melalui media audio visual, penulis

membuat jurnal guru sebagai refleksi yang menggunakan aspek:

1. Sikap positif siswa tentang cara menulis cerita pendek

2. Sikap negatif siswa tentang cara menulis cerita pendek

3. Respon positif siswa dalam proses pembelajaran

4. Respon negatif siswa dalam proses pembelajaran

5. Sikap positif siswa terhadap metode pembelajaran

6. Sikap negatif siswa terhadap metode pembelajaran

7. Respon positif siswa terhadap metode yang digunakan

8. Respon negatif siswa terhadap metode yang digunakan


56

Siswa setiap selesai pembelajaran menulis cerpen melalui media audio

visual juga membuat jurnal yang mengungkapkan aspek

1. Penyebab kesulitan dalam menulis cerpen

2. Penyebab kemudahan dalam menulis cerpen

3. Persiapan siswa saat menulis cerpen selama menggunakan meida audio

visual.

d) Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data

nontes yang berupa gambar (foto) yang diambil peneliti pada proses

pembelajaran siklus I maupun siklus II berlangsung. Yang perlu dijadikan

dokumentasi dalam penelitian ini yaitu pada inti kegiatan menulis cerpen, pada

saat para siswa menyaksikan pemutaran film dengan penuh perhatian dan

pemahaman akan isi cerita pada film yang ditayangkan dan pada saat siswa

mencoba menuangkan atau menuliskan cerita film tersebut menjadi sebuah cerpen

yang dikembangkan sendiri. Peneliti menanggapi hal ini perlu dijadikan sebagai

data. Hal ini dimaksudkan dapat sebagai bukti bahwa penelitian peningkatan

keterampilan menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita dengan media audio visual benar-benar nyata dilakukan oleh peneliti

3.5 Siklus I

Siklus pertama ini dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran menulis

cerpen dengan menggunakan cara yang sudah biasa dilakukan guru. Selain itu

juga digunakan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang dapat digunakan


57

sebagai bahan kajian serta bahan pembanding dengan pembelajaran pada siklus

kedua. Langkah- langkah yang digunakan pada siklus pertama yaitu:

3.5.1 Perencanaan

Pada siklus pertama, penulis menyusun rencana pembelajaran yang berisi

(1) judul yang meliputi jenis mata pelajaran, kelas dan semester, kompetensi

dasar, indikator hasil belajar, dan alokasi waktu (2) langkah-langkah pembelajaran

yang meliputi apresiasi, kegiatan inti, dan penutup. (3) alat pelajaran dan metode

pembelajaran, (4) jenis penilaian, (5) sumber bahan, dan (6) lembar kerja siswa.

Alat pelajaran yang digunakan adalah media audio visual dengan CD film

remaja yang berjudul “Dealova” metode yang digunakan adalah ceramah, Tanya

jawab,pemutaran film dan penugasan. Jenis penilaian yang digunakan adalah

nontes yaitu pengamatan (observasi) terhadap kinerja siswa selama proses

pembelajaran dan penilaian terhadap hasil menulis cerpen para siswa. Hasil

menulis cerpen siswa diobservasi meliputi isi, kesesuaian judul, panjang cerpen,

alur cerita, pemilihan dan pengembangan karakter tokoh dengan menggunakan

lembar observasi.

3.5.2 Tindakan

Tindakan yang dilakukan oleh guru adalah mengadakan apresiasi berupa

Tanya jawab tentang berbagai macam film remaja yang digemari para siswa.

Tujuan dari apresiasi ini adalah menggali pengetahuan dan pengalaman siswa

tentang berbagai macam film remaja yang pernah dilihat. Di samping itu peneliti
58

juga memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang hendak

dilaksanakan yaitu mengenai menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual.

3.5.3 Pengamatan dan observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu

observasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa. Hasil penulisan cerpen siswa

diobservasi di luar jam pelajaran berdasarkan isi, panjang cerita, alur, pemilihan

dan pengembangan karakter tokoh dalam cerita.

3.5.4 Refleksi

Penulis menganalisa hasil pengamatan terhadap kinerja siswa dan hasil

kerja siswa. Analisa kinerja siswa meliputi sejauh mana siswa aktif mengikuti

kegiatan pembelajaran menulis cerpen. Analisa hasil menulis cerpen dilakukan

dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisa digunakan sebagai kajian

dan bahan pembanding terhadap hasil siklus kedua.

3.6 Siklus II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan keterampilan siswa

dalam menulis cerpen dengan cara melakukan proses pembelajaran dengan

menggunakan media audio visual yaitu dengan memutarkan sebuah film remaja

“Cinta Pertama”. Hasil pembelajaran pada siklus kedua ini diharapkan lebih baik
59

dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus pertama. Siklus kedua ini juga

melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus pertama.

3.6.1 Perencanaan

Pada siklus kedua ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang

bagian-bagiannya sama dengan rencana pembelajaran siklus pertama.

Perbedaannya terdapat pada langkah-langkah pembelajaran. Setelah apresiasi,

siswa menyaksikan pemutaran film “Dealova” yang akan memudahkan siswa

menemukan ide cerita, dan memilih karakter tokoh yang akan membantu siswa

dalam mengembangkan cerita yang akan ditulis, setelah itu siswa dapat menulis

cerpen pada lembar yang telah disediakan.

3.6.2 Pengamatan atau Observasi

Dalam siklus kedua ini peneliti juga mengamati kinerja siswa selama

pembelajaran berlangsung. Apakah siswa lebih aktif melaksanakan kegiatan dan

apakah siswa lebih antusias menulis cerpen. Selain itu peneliti juga bertanya

langsung kepada beberapa siswa apakah mereka lebih menyukai pembelajaran

pada siklus kedua dari pada pembelajaran pada siklus pertama beserta alasan-

alasannya. Hasil menulis cerpen siswa juga diobservasikan dengan cara yang

sama dengan siklus pertama


60

3.6.3 Refleksi

Pada siklus kedua ini penulis menganalisa hasil pengamatan terhadap

kinerja siswa dan penilaian hasil kerja siswa. Analisa kinerja siswa meliputi

sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan menulis cerpen dan

membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus pertama dalam bentuk

prosentase. Apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga menganalisa hasil

menulis cerpen siswa dengan dengan cara menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil

analisa dipergunakan sebagai bahan kajian dan bahan pembanding terhadap hasil

penilaian siklus pertama dalam bentuk prosentase. Apakah ada peningkatan rata-

rata nilai. Dengan demikian permasalahan seberapa besar peningkatan minat dan

seberapa besar peningkatan keterampilan siswa kelas X SMA N 2 Tegal dapat

diketahui

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang diteliti. Dalam sub- bab ini dibahas bentuk dan validitas instrumen

3.7.1 Bentuk Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk penilaian nontes

dan dokumentasi yang berupa foto. Ada tiga jenis penilaian nontes yang

digunakan yaitu penilaian kinerja siswa, penilaian hasil menulis cerpen siswa, dan

wawancara dengan beberapa siswa tentang sikap, kesulitan, respon, dan motivasi

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen


61

3.7.2 Penilaian Hasil Menulis Cerpen

Penilaian hasil menulis cerpen para siswa dilakukan setelah mereka selesai

menuliskan atau menuangkan sebuah cerita dalam lembar kerja yang disediakan

pada siklus I maupun siklus II. Penilaian meliputi isi cerita, kesesuaian judul

dengan isi, pemilihan karakter tokoh, alur cerpen dengan menggunakan kriteria

penilaian sebagai berikut:

Tabel 6 : Kriteria penilaian hasil menulis cerpen

No Aspek Kategori Profil Penilaian Rentang skor

1. Tema Sangat baik Sangat relevan dengan cerpen yang ditulis 9-10
Baik Relevan dengan cerpen yang ditulis 6-8
Cukup Cukup relevan dengan cerpen yang ditulis 3-5
Kurang Tidak relevan dengan cerpen yang ditulis 0-2

2. Alur Sangat baik Rangkaian peristiwa yang sangat runtut 18-20


Baik Rangkaian peristiwa yang runtut 12-16
Cukup Rangkaian peristiwa yang cukup runtut 6-10
Kurang Rangkaian peristiwa yang tidak runtut 0-4
3. Latar Sangat baik Latar dapat menggambarkan karakter 9-10
tokoh dengan baik
Baik Latar dapat menggambarkan karakter 6-8
tokoh cukup baik
Cukup Latar dapat menggambarkan karakter 3-5
tokoh kurang baik
Kurang Latar dapat menggambarkan karakter 0-2
tokoh tidak baik
4. Sudut Sangat baik Sudut pandang dapat menjelaskan tokoh 9-10
Pandang dengan baik
Baik Sudut pandang dapat menjelaskan tokoh 6-8
cukup baik
Cukup Sudut pandang dapat menjelaskan tokoh 3-5
kurang baik
Kurang Sudut pandang dapat menjelaskan tokoh 0-2
tidak baik
62

5. Gaya Bahasa Sangat baik Penggunaan bahasa yang sesuai dan tepat 9-10

Baik Penggunaan bahasa yang sesuai dan 6-8


cukup tepat
Cukup Penggunaan bahasa yang sesuai dan agak 3-5
tepat
Kurang Penggunaan bahasa yang tidak sesuai 0-2
6. Tokoh dan Sangat baik Sangat sesuai dengan tokoh film 18-20
penokohan Baik Sesuai dengan tokoh dalam film 12-16
Cukup Cukup sesuai dengan tokoh dalam film 6-10
Kurang Kurang sesuai dengan tokoh dalam film 0-4
7. Kepaduan Sangat baik Perpaduan antar unsur sangat baik 18-20
unsur-unsur Baik Perpaduan antar unsur baik 12-16
dalam Cukup Perpaduan antar unsur sangat baik 6-10
cerpen Kurang Perpaduan antar unsur kurang 0-4
Berdasarkan profil skor penilaian tersebut, nantinya akan dapat dibuat

instrumen penelitian untuk hasil menulis cerpen yang meliputi penilaian, isi

cerpen, kesesuaian isi dengan judul, pemilihan karakter tokoh, dan alur cerita.

Nilai setiap siswa diperoleh dari jumlah skor dikalikan bobot setiap aspek

dengan rumusan sebagai berikut :

N = Σ S x 10

Keterangan : N = Nilai setiap aspek

Σ S = Jumlah skor

6,25 = Bobot tiap aspek

Rata-rata nilai diperoleh dengan menjumlahkan nilai seluruh responden

kemudian membaginya dengan jumlah responden. Dengan rumusan sebagai

berikut :

ΣΝ
R =
Σr
63

Keterangan : R = Rata-rata nilai siswa

ΣΝ = Jumlah nilai seluruh siswa

Σ r = Jumlah responden

Selain instrument-instrumen di atas, diperlukan pula instrument fisik yaitu

sebuah CD yang berisi film remaja berjudul ”Cinta Pertama”, satu unit VCD

player, satu unit televisi, dan satu daya yang sesuai.

3.7.3 Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti di luar waktu proses belajar mengajar

setelah siklus kedua dilaksanakan terhadap siswa yang nilai hasil menulis cerpen

pada siklus II masih kurang dan siswa yang nilainya mengalami peningkatan

menjadi lebih baik

Aspek yang diungkapkan dalam wawancara yaitu:

1) Sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran baik pada siklus

pertama maupun kedua

2) Kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus

pertama maupun kedua

3) Tanggapan / respon yang dilakukan siswa terhadap proses pembelajaran

pada siklus pertama dan kedua

4) Motivasi yang menyebabkan siswa mengalami peningkatan keterampilan

menulis cerpen pada siklus pertama

Hasil wawancara dianalisa dan disimpulkan sebagai penguat jawaban

terhadap permasalahan seberapa besar peningkatan minat siswa terhadap


64

pembelajaran menulis cerpen setelah siswa mengalami pembelajaran menulis

cerpen menggunakan media audio visual.

3.7.4 Dokumen yang berupa foto

Foto yang diambil berupa aktivitas-aktivitas siswa dalam penelitian.

Gambar-gambar foto di deskripsikan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan siswa

pada setiap siklus. Pengambilan data melalui dokumentasi foto dilakukan pada

saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan teman untuk

mengambil gambar atau mendokumentasikan pembelajaran melalui foto.

Proses pengambilan foto dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses

pembelajaran yang terdiri dari (1) Kegiatan awal pembelajaran, (2) Kegiatan

belajar mengajar, (3) Kegiatan siswa menyaksikan film, (4) Kegiatan tanya jawab,

(5) Kegiatan menulis cerpen, (6) Kegiatan membacakan hasil menulis cerpen

Pengambilan foto dalam proses pembelajaran menulis cerpen dapat dijadikan

gambaran perilaku siswa dalam penelitian. Foto yang diambil sebagai sumber data

yang dapat memperjelas hasil penelitian

3.8 Teknik pengumpulan data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data

yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan suatu alat penelitian

yang akurat, karena hasilnya sangat menentukan mutu dan penelitian. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes

dan teknik nontes


65

3.8.1 Teknik Tes

Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan tes, tes ini dilakukan

sebanyak dua kali yakni pada kedua siklus dilakukan tes menulis cerpen melalui

media audio visual dengan teknik penandaian diri sebagai tokoh. Kekurangan

yang terdapat pada siklus pertama harus dapat diperbaiki pada siklus kedua.

Dalam penelitian ini siswa melaksanakan tugas secara individu yakni setiap siswa

menulis sebuah cerpen pada lembar yang telah disediakan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data dengan teknik

tes adalah:

a. Memberikan materi pembelajaran menulis cerpen

b.Memutarkan sebuah film

c. Mengarahkan siswa dalam proses pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

d.Siswa ditugasi menulis cerpen melalui media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh

e. Meneliti dan mengolah data dari hasil penelitian

f. Peneliti mengukur kemampuan menulis siswa berdasarkan hasil tes pada siklus I

dan siklus II

Berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II target tingkat keberhasilan

siswa ditetapkan jika dapat mencapai nilai rata-rata kelas 75 dan batas ketuntasan

yang dicapai siswa adalah 60.


66

3.8.2 Nontes

Teknik nontes yang digunakan yaitu observasi, wawancara, jurnal dan

dokumentasi. Teknik pengumpulan data nontes diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini ada tiga jenis teknik nontes yang

dipergunakan yaitu pengamatan kinerja siswa dilaksanakan pada saat

pembelajaran, sedangkan penilaian hasil wawancara dilaksanakan setelah proses

pembelajaran

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengungkapkan data keaktifan siswa selama

proses pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Adapun tahap observasi oleh

peneliti dibantu seorang teman dan peneliti. Adapun tahap penelitiannya yaitu:

a. Mempersiapkan lembar observasi yang berisi beberapa pertanyaan tentang

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

b. Melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu mulai dari

penjelasan guru, proses belajar mengajar sampai dengan siswa menulis cerpen.

c. Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah

dipersiapkan

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data penyebab

kesulitan hambatan dalam pembelajaran menulis cerpen. Wawancara dilakukan

pada 4 siswa yaitu 2 siswa yang mendapat nilai tertinggi dan 2 siswa yang

mendapat nilai rendah. Penilaian ini didapat berdasarkan nilai tes siklus I dan

berdasarkan observasi yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran .


67

3. Jurnal

Setiap akhir pembelajaran menulis cerpen siswa menulis jurnal yang berisi

pesan dan kesan yang mereka hadapi dalam menulis cerpen, serta saran tentang

pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dalam cerita dengan media audio visual atau hal-hal yang ingin di kemukakan

siswa berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen

4. Dokumentasi

Pengambilan data melalui dokumentasi foto dilakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan teman untuk mengambil

gambar atau mendokumentasikan pembelajaran melalui foto. Proses pengambilan

foto dilakukan pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran yang terdiri

dari (1) Kegiatan awal pembelajaran, (2) Kegiatan belajar mengajar, (3) Kegiatan

siswa menyaksikan film, (4) Kegiatan tanya jawab, (5) Kegiatan menulis cerpen,

(6) Kegiatan membacakan hasil menulis cerpen Pengambilan foto dalam proses

pembelajaran menulis cerpen dapat dijadikan gambaran perilaku siswa dalam

penelitian. Foto yang diambil sebagai sumber data

3.9 Teknik Analisis Data

Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk

pengamatan kinerja siswa dan penilaian hasil menulis cerpen. Hasil wawancara

menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh dari pengamatan kinerja

setiap siswa pada siklus pertama dan siklus kedua berupa skor dijumlahkan dan

diubah menjadi nilai kuantitatif dengan rumus :


68

N1 = JS x 10

N2 = JS x 10

Keterangan : N1 = Nilai siklus 1

N2 = Nilai siklus 2

JS = Jumlah skor

10 = Bobot tiap skor

Nilai seluruh siswa dijumlahkan dan di rata-rata kemudian dibandingkan antara

hasil siklus pertama dengan siklus kedua. Selisih rata-rata nilai dari siklus pertama

dan kedua. Selisih rata-rata nilai dari siklus pertama dan kedua di prosentasekan

dengan rumus:

Ν R2 - Ν R1
ΡΡ = x 100 %
Ν R1

Keterangan: PP = Prosentase kenaikan nilai menulis cerpen siswa

NR1= Rata-rata siklus 1

NR2= Rata-rata siklus 2

Persentase tersebut digunakan sebagai bahan kajian dan bahan

pembanding dalam menjawab permasalahan seberapa besar peningkatan

keterampilan siswa dalam menulis cerpen setelah diberi pembelajaran menulis

cerpen menggunakan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan

media audio visual.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas diperoleh dari hasil tes dan nontes, baik

pada siklus I maupun siklus II. Hasil kedua tes tersebut terangkum dalam dua

bagian yaitu: siklus I dan siklus II. Hasil tes tindakan siklus I dan siklus II berupa

keterampilan siswa menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Hasil tindakan siklus I dan siklus II

tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif.

Hasil nontes siklus I dan siklus II diperoleh dari data observasi, jurnal,

wawancara dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes siklus I dan siklus II

disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif.

4.1.1 Kondisi Awal

Kemampuan siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal dalam menulis cerita pendek

rata-rata masih rendah. Hal ini diketahui dari data yang peneliti peroleh dari guru

mata pelajaran di SMA tersebut. Dari hasil pengamatan selama peneliti

melakukan observasi masih banyak siswa yang kurang tertarik pada pembelajaran

menulis cerpen. Siswa tampak kesulitan dalam menuangkan ide-ide ke dalam

bentuk cerpen, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti

penggunaan media dan teknik pembelajaran yang kurang sesuai.

69
69
70

Kesulitan-kesulitan siswa juga tampak dari hasil kerja siswa. Hasil yang

dicapai siswa masih rendah, hal ini terbukti dari isi cerpen yang tidak sesuai

dengan tema atau bahan pengajaran, isi cerpen tidak sesuai dengan judul, alur

yang tidak jelas, konflik dan karakter tokoh yang kurang sesuai. Seperti nampak

pada tabel berikut:

Tabel 1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan

No. Kategori Rentang Frekuensi Bobot Persen Rata-rata


Nilai Skor
1. Sangat Baik 85-100
2. Baik 70-84 10 26 26
3. Cukup 60-69 19 1223 48 2479 : 39 =
4. Kurang 50-59 10 546 26 63,56
5. Sangat Kurang 0-49
Jumlah 39 2748 100
Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa hasil tes keterampilan menulis

cerita pendek peserta didik mencapai nilai rata-rata 63,56 dalam kategori baik.

Dari 39 siswa tidak ada satupun siswa yang berhasil meraih predikat sangat baik

selanjutnya sebanyak 10 siswa atau 26 % memperoleh nilai baik yaitu antara 70-

84. ada 19 siswa atau 48 % memperoleh nilai cukup dengan skor antara 60-69

kemudian ada 10 siswa atau 26 mendapat nilai kurang dengan skor antara 0-59.

Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tujuh aspek penilaian yang

diujikan, meliputi: (1)Tema, (2)Alur, (3)Latar, (4)Sudut Pandang, (5)Gaya

Bahasa, (6)Tokoh dan Penokohan, (7)Kepaduan antar unsur dalam cerpen.


71

4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema Pra Tindakan

Penilaian aspek Tema difokuskan pada pembentukan Tema dari cerita

yang akan ditulis dalam menulis cerita pendek. Hasil penilaian tema dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat Baik 9-10
2. Baik 6-8 39 252 100 252 :39
3. Cukup 3-5 6,46
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 252 100
Data tabel 2 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek Tema untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal ada siswa

yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 39 siswa atau 100%.

Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang

mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek Tema dalam menulis cerita pendek

sebesar 6,46 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam

menentukan tema pada cerpennya sudah baik.

4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur Pra Tindakan

Penilaian aspek alur difokuskan pada jalinan peristiwa yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian alur dapat dilihat pada tabel

berikut:
72

Tabel 3 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 18-20
2. Baik 12-16 29 382 74 482 : 39 =
3. Cukup 6-10 10 100 26 12,36
4. Kurang 0-4
Jumlah 39 482 100
Data tabel 3 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek Alur untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau maksimal tidak ada

siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16 dicapai 29 siswa atau

74%. Kategori cukup 6-10 dicapai oleh 10 siswa atau 26% dan kategori kurang

dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata

pada aspek Alur dalam menulis cerita pendek sebesar 12,36 dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan alur pada cerpennya

sudah baik.

4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar Pra Tindakan

Penilaian aspek Latar difokuskan setting tempat dan waktu yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian Latar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 9-10


2. Baik 6-8 39 262 100
3. Cukup 3-5 262 : 39
4. Kurang 0-2 =6,72
Jumlah 39 262 100
73

Data tabel 4 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek Latar untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal tidak ada

siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 38 siswa atau

97%. Kategori cukup 3-5 dicapai oleh 1 siswa atau 3% dan kategori kurang

dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata

pada aspek latar dalam menulis cerita pendek sebesar 7,15 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan latar pada cerpennya

sudah baik.

4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang Pra Tindakan

Penilaian aspek sudut pandang difokuskan pada sudut pandang yang akan

digunakan oleh penulis yang akan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil

penilaian sudut pandang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 9-10
2. Baik 6-8 39 262 100 262 : 39 =
3. Cukup 3-5 6,72
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 262 100
Data tabel 5 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek Sudut Pandang untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal

tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 39

siswa atau 100 %. Kategori cukup dengan skor 3-5 dan kategori kurang dengan

skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek Sudut
74

Pandang dalam menulis cerita pendek sebesar 6,72 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan sudut pandang pada

cerpennya sudah baik.

4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa Pra Tindakan

Penilaian aspek gaya bahasa difokuskan pada gaya bahasa yang akan

digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian gaya

bahasa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 9-10
2. Baik 6-8 39 265 100 265 :39 =
3. Cukup 3-5 6,79
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 265 100
Data tabel 6 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek gaya bahasa untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal

tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 39

siswa atau 100 %. Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak

ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek gaya bahasa

dalam menulis cerita pendek sebesar 6,79 dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kemampuan siswa dalam menentukan gaya bahasa pada cerpennya sudah

baik.
75

4.1.1.6 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan Pra

Tindakan

Penilaian aspek tokoh dan penokohan difokuskan pada tokoh dan

penokohan yang akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita

pendek. Hasil penilaian tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 7 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20

2. Baik 12-16 29 381 74 481 : 39 =

3. Cukup 6-10 10 100 26 12,33

4. Kurang 0-4

Jumlah 39 481 100

Data tabel 7 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal ada 1 siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16

dicapai 29 siswa atau 74%. Kategori cukup 6-10 dicapai oleh 10 siswa atau 26 %

dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor

kurang. Jadi rata-rata pada aspek tokoh dan penokohan dalam menulis cerita

pendek sebesar 12,33 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

dalam menentukan tokoh dan penokohan pada cerpennya sudah baik.


76

4.1.1.7 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Kepaduan antar unsur dalam

cerpen Pra Tindakan

Penilaian aspek kepaduan atar unsur dalam cerpen difokuskan pada

kesesuaian/ kepaduan antar unsur yang dapat membangun sebuah cerita yang

akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian

kepaduan antar unsur dalam cerpen dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 8 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Kepaduan antar unsur

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 18-20
2. Baik 12-16 30 385 77 475 : 39 =
3. Cukup 6-10 9 90 23 12,18
4. Kurang 0-4
Jumlah 39 475 100
Data tabel 8 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek dalam

aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16

dicapai 30 siswa atau 77%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai 9 siswa atau

23% dan kategori kurang dengan skor 0-4 tidak ada siswa yang mendapatkan skor

kurang. Jadi rata-rata pada aspek tokoh dan penokohan dalam menulis cerita

pendek sebesar 12,18 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

dalam memadukan antar unsur pada cerpennya sudah baik.

Hasil tes menulis cerita pendek pada pra tindakan dapat dilihat pada

diagram dibawah ini:


77

Diagram Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Pra


Tindakan

48
50
40
Persen (%)

26 26
30
20
10
0
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
Baik Kurang

Kategori

Diagram I

Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Pra Tindakan

4.1.2 Hasil Tes Siklus I


Hasil penelitian siklus I ini merupakan tindakan awal penelitian melalui

media audio visual dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita.

Pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen siklus I terdiri atas tes dan nontes.

Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut:

4.1.2.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis cerita pendek siklus I ini merupakan data awal setelah

dilakukannya tindakan pembelajaran melalui media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh. Kriteria perincian pada siklus I meliputi tujuh

aspek penilain, yakni: (1) Tema (2) Alur (3) Latar (4) Sudut pandang (5) Gaya
78

bahasa (6) Tokoh dan penokohan (7) Kepaduan antar unsur dalam cerpen. Secara

umum hasil tes keterampilan menulis cerita pendek melalui media audio visual

dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat dilihat pada tabel

1 berikut :

Tabel 9 Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siklus I

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Persen Rata-rata


Skor
1. Sangat Baik 85-100 0 0 0
2. Baik 70-84 27 1908 69 2742 : 39
3. Cukup 60-69 10 720 26
4. Kurang 50-59 2 114 5
5. Sangat kurang 0 -49
Jumlah 39 2742 100 70, 31
Dari tabel 9 diatas menunjukan bahwa hasil tes keterampilan menulis

cerita pendek peserta didik mencapai nilai rata-rata 70,31 dalam kategori baik.

Dari 39 siswa tidak ada satupun siswa yang berhasil meraih predikat sangat baik

selanjutnya sebanyak 27 siswa atau 69 % memperoleh nilai baik yaitu antara 70-

84 ada 10 siswa atau 26% yang mendapat skor antara 60-69 kemudian ada 2

siswa atau 5% mendapat skor antara 0-59.

Hasil tes tersebut merupakan jumlah skor tujuh aspek penilaian yang

diujikan, meliputi: (1)Tema, (2)Alur, (3)Latar, (4)Sudut Pandang, (5)Gaya

Bahasa, (6)Tokoh dan Penokohan, (7)Kepaduan antar unsur

dalam cerpen.
79

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema Siklus I

Penilaian aspek Tema difokuskan pada pembentukan Tema dari cerita

yang akan ditulis dalam menulis cerita pendek. Hasil penilaian tema dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 10 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat Baik 9-10
2. Baik 6-8 39 257 100 257 :39
3. Cukup 3-5 6,59
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 257 100
Data tabel 10 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Tema untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal

ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 39 siswa atau

100%. Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa

yang mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek Tema dalam menulis cerita pendek

sebesar 6,59 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam

menentukan tema pada cerpennya sudah baik.

4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur Siklus I

Penilaian aspek alur difokuskan pada jalinan peristiwa yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian alur dapat dilihat pada tabel

berikut :
80

Tabel 11 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 18-20
2. Baik 12-16 36 513 92 533 : 39
3. Cukup 6-10 3 30 8 13,92
4. Kurang 0-4
Jumlah 39 543 100
Data tabel 11 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Alur untuk kategori sangat baik dengan skor 20-18 atau maksimal

tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 16-12 dicapai 36

siswa atau 92%. Kategori cukup 6-10 dicapai oleh 3 siswa atau 8% dan kategori

kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-

rata pada aspek Alur dalam menulis cerita pendek sebesar 13,92 dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan alur pada cerpennya

sudah baik.

4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar Siklus I

Penilaian aspek Latar difokuskan setting tempat dan waktu yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian Latar dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 12 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 9-10
2. Baik 6-8 38 274 97 279 : 39
3. Cukup 3-5 1 5 3 7,15
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 279 100
81

Data tabel 12 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Latar untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal

tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 38

siswa atau 97%. Kategori cukup 3-5 dicapai oleh 1 siswa atau 3% dan kategori

kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-

rata pada aspek latar dalam menulis cerita pendek sebesar 7,15 dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan latar pada

cerpennya sudah baik.

4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang Siklus I

Penilaian aspek sudut pandang difokuskan pada sudut pandang yang akan

digunakan oleh penulis yang akan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil

penilaian sudut pandang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 13 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 9-10

2. Baik 6-8 39 278 100 278 : 39

3. Cukup 3-5 7,13

4. Kurang 0-2

Jumlah 39 278 100

Data tabel 13 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Sudut Pandang untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau

maksimal tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8

dicapai 39 siswa atau 100 %. Kategori cukup dengan skor 3-5 dan kategori kurang
82

dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek

Sudut Pandang dalam menulis cerita pendek sebesar 7,13 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan sudut pandang pada

cerpennya sudah baik

4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa Siklus I

Penilaian aspek gaya bahasa difokuskan pada gaya bahasa yang akan

digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian gaya

bahasa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 9-10
2. Baik 6-8 38 278 97 283 :39
3. Cukup 3-5 1 5 3 13,67
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 283 100
Data tabel 14 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek gaya bahasa untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau

maksimal tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8

dicapai 38 siswa atau 97 %. Kategori cukup 3-5 dicapai oleh 1 siswa atau 3 % dan

kategori kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang.

Jadi rata-rata pada aspek gaya bahasa dalam menulis cerita pendek sebesar 13,67

dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan

gaya bahasa pada cerpennya sudah baik.


83

4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

Siklus I

Penilaian aspek tokoh dan penokohan difokuskan pada tokoh dan

penokohan yang akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita

pendek. Hasil penilaian tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 15 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20 1 18 3

2. Baik 12-16 36 522 92 560 : 39

3. Cukup 6-10 2 20 5 14,36

4. Kurang 0-4

Jumlah 39 560 100

Data tabel 15 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal ada 1 siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16

dicapai 36 siswa atau 92%. Kategori cukup 6-10 dicapai oleh 2 siswa atau 5 %

dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor

kurang. Jadi rata-rata pada aspek tokoh dan penokohan dalam menulis cerita

pendek sebesar 14,36 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

dalam menentukan tokoh dan penokohan pada cerpennya sudah baik.


84

4.1.2.1.7 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Kepaduan antar unsur

dalam cerpen Siklus I

Penilaian aspek kepaduan atar unsur dalam cerpen difokuskan pada

kesesuaian/ kepaduan antar unsur yang dapat membangun sebuah cerita yang

akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian

kepaduan antar unsur dalam cerpen dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 16 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20


2. Baik 12-16 39 542 100 542 : 39
3. Cukup 6-10 13,90
4. Kurang 0-4
Jumlah 39 542 100
Data tabel 16 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16

dicapai 39 siswa atau 100%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dan kategori

kurang dengan skor 0-4 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-

rata pada aspek tokoh dan penokohan dalam menulis cerita pendek sebesar

13,90dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam

memadukan antar unsur pada cerpennya sudah baik.

Hasil tes keterampilan menulis cerita pendek pada siklus I dapat dilihat

pada diagram berikut ini :


85

Diagram Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus I

69
70
60
50
Persen (%)

40
30 26
20
10 5
0
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Kategori

Diagram 2

Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus 1

Data diagram menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

siswa mencapai 70,31 dalam kategori cukup. Untuk kategori sangat baik tidak ada

siswa yang dapat mencapainya. Kategori baik sebesar 72% kategori cukup baik

sebesar 23 % dan kategori kurang sebesar 2 %. Masih minimnya kemampuan

menulis cerpen kemungkinan disebabkan teknik yang digunakan oleh peneliti

masih baru dan siswa masih merasa asing sehingga siswa perlu menyesuaikan

diri.
86

4.1.2.2 Hasil Nontes

Hasil nontes pada siklus I didapatkan dari observasi, jurnal, wawancara,

dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut :

4.1.2.2.1 Hasil Observasi

Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran

menulis cerita pendek melalui media audio visual dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal. Pengambilan

data observasi bertujuan untuk mengetahui respon perilaku siswa dalam menerima

pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual

Berikut beberapa aspek observasi:

1. Semua siswa antusias dan semangat mengikuti pembelajaran menulis cerita

pendek dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media

audio visual

2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik

3. Semua siswa aktif bertanya, menjawab dan berkomentar mengenai materi yang

dijelaskan oleh guru

4. Semua siswa membuat catatan mengenai materi yang dijelaskan oleh guru

5. Semua siswa bersemangat menuliskan sebuah cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual

6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis cerita pendek dengan serius dan tekun
87

7. Siswa mampu mengumpulkan hasil menulis cerita pendek dengan tertib dan

tepat

8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek

dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio

visual.

Pada siklus I ini terdapat beberapa perilaku siswa yang dapat terdeskripsi

melalui observasi. Selama pembelajaran menulis cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh melalui media audio visual belum semua siswa

dapat mengikuti dengan baik. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena pola

pembelajaran yang diterapkan merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu

proses untuk menyesuaikan diri

Hasil observasi ini dapat diketahui bahwa belum ada perubahan atau

peningkatan tingkah laku yang cukup berarti. Hal ini dapat dibuktikan dengan

mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti dengan bantuan

seorang teman.

Dari aspek pertama yaitu semua siswa aktif dan bersemangat mengikuti

pembelajaran menulis cerpen dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dalam cerita melalui media audio visual dikatagorikan baik karena sekitar 85%

siswa yang begitu antusias mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual. Masih

banyak siswa yang asik bercerita dengan teman sebelahnya dan rame sendiri.

Aspek yang kedua yaitu semua siswa memperhatikan penjelasan guru

dengan baik. Selama pembelajaran berlangsung sebagian siswa atau 15% dari
88

jumlah keseluruhan kurang memperhatikan penjelasan guru. Hanya 85% dari

jumlah siswa yang dengan serius memperhatikan penjelasan guru. Pada siklus I

siswa belum terbiasa melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

dengan media audio visual. Masih banyak yang bertanya karena kurang jelas

terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru karena mereka tidak memperhatikan

ketika dijelaskan

Aspek yang ketiga yaitu semua siswa aktif bertanya. Menjawab dan

berkomentar mengenai materi yang dijelaskan oleh guru. Hasil dari observasi

hanya 13% siswa yang aktif bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh

guru.

Aspek yang keempat yaitu semua siswa membuat catatan mengenai materi

yang dijelaskan oleh guru termasuk dalam kategori cukup karena sekitar 90% dari

jumlah seluruh siswa mencatat meteri /hal-hal yang penting sisanya mereka masih

asik bercerita dengan teman

Aspek yang kelima yaitu semua siswa bersemangat dalam menulis cerita

pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dengan media audio visual.

Siswa yang bersemangat menulis cerita pendek hanya sebesar 69% atau termasuk

dalam kategori cukup. Semangat siswa bisa ditumbuhkan dengan selalu

memotivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung

Aspek yang keenam yaitu semua siswa mengerjakan tugas menulis cerita

pendek dengan serius dan tekun termasuk dalam kategori baik, karena hanya 77%

siswa yang serius dan tekun dalam mengerjakan tugas menulis cerita pendek.

Siswa yang lain masih ngobrol dengan teman-temannya


89

Aspek yang ketujuh yaitu semua siswa mengumpulkan hasil menulis cerita

pendek dengan tertib dan tepat waktu. Pada siklus I ini dapat dikatakan termasuk

kategori cukup karena 69% siswa dapat mengumpulkan tugas menulis cerpen

dengan tertib tetapi masih ada sebagian siswa yang masih meminta tambahan

waktu

Aspek yang kedelapan yaitu siswa mampu merefleksi proses dan hasil

pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Pada aspek ini terlihat hanya 64%

siswa yang mampu merefleksi hasil menulis cerpen.

4.1.2.2.2 Hasil Jurnal Siswa

Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal siswa. Pengisian

jurnal dilaksanakan oleh seluruh siswa dikelas X4 SMA N 2 Tegal tanpa kecuali

jurnal tersebut berisi tentang ungkapan perasaan siswa selama pembelajaran

menulis cerita pendek berlangsung. Pengisian jurnal dilaksanakan pada akhir

pembelajaran menulis cerita pendek melalui media teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita denan media audio visual. Tujuan diadakan jurnal

untuk mengetahui pesan, kesan, dan saran dari siswa selama pembelajaran

berlangsung. Pesan, kesan dan saran tersebut terangkum dalam dua pertanyaan

yakni

(1) Apakah anda senang dengan materi menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media audio

visual ?
90

(2) Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

(3) Apakah melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan

media audio visual dapat memberikan kemudahan dalam menulis cerpen?

(4) Apakah anda merasa lebih faham dan tertarik belajar menulis cerpen melalui

teknik pengandaian dirisebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media

audio visual?

(5) Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual yang telah

diajarkan!

Dari hasil jurnal siklus I, dapat diketahui 35 siswa atau sebanyak 90%

memberikan kesan yang baik, siswa merasa senang selama mengikuti

pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Siswa merasa senang karena

mereka dapat mengungkapkan/ menyalurkan isi hatinya, melatih imajinasinya,

mengekspresikan diri, mangasah kemampuan berbahasa, menambah pengetahuan

siswa tentang menulis cerpen dan selama proses belajar mereka merasa rilek

(santai). Sisanya 4 siswa atau sebanyak 10 % merasa kurang senang, mereka

menganggap menulis cerita pendek adalah hal yang sulit dan mereka juga masih

belum terbiasa dengan menggunakan teknik pengandaian diri sebagai tokoh

seperti dalam cerita yang di perkenalkan oleh guru (peneliti). kemudian sebanyak

35 siswa atau 90 % siswa memberikan pesan yang baik yang dapat mendukung

proses pembelajaran. Siswa merasa butuh terhadap materi yang disampaikan oleh
91

peneliti. Namun 4 siswa lainnya atau 10 % tidak memberikan pesan yang

mendukung pembelajaran.

Dalam siklus II ini 35 siswa atau sebanyak 90 % memberikan saran yang

positif, yakni saran yang dapat mendukung pembelajaran menulis cerita pendek. 4

siswa lainnya atau 10 % tidak memberikan saran yang dapat mendukung

pembelajaran

4.1.2.2.3 Hasil Jurnal Guru

Berdasarkan pengamatan guru pada saat pembelajaran berlangsung, minat

siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual dapat

dikatakan cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada keaktifan siswa ketika

mengikuti pelajaran dan pada saat Tanya jawab

Minat siswa tersebut juga didukung dengan pemutaran film remaja yang

sesuai dan disukai para siswa sehingga siswa sudah terkondisi dengan sendirinya

dengan rasa tertarik mereka terhadap cerita film yang diputarkan yang bisa

dijadikan acuan untuk menulis cerpen

Tingkah laku siswa dalam kelas sudah baik mereka tampak serius

memahami isi cerita film yang sedang diputarkan tetapi masih ada beberapa anak

yang asik bercerita dengan teman disebelahnya sehingga mereka kurang

memahami isi film yang dapat memudahkan mereka menulis cerpen.


92

4.1.2.2.4 Hasil Wawancara

Pada siklus I sasaran wawancara terhadap empat orang siswa terdiri atas

dua siswa yang mendapatkan nilai baik dan dua orang yang mendapatkan nilai

rendah. Wawancara ini mencakup tujuh pertanyaan yakni:

(1) Apakah anda pernah melakukan kegiatan menulis cerpen?

(2) Jenis cerpen apa yang biasanya anda sukai? Berikan alasannya!

(3) Apakah anda senang dengan pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

(4) Apakah yang menyebabkan anda senang atau tidak senang dengan

pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dengan media audio visual?

(5) Apakah anda lebih mudah menerima dan memahami isi cerita melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

(6) Apakah kesulitan yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran yaitu setelah pembelajaran

selesai peneliti mewawancari dua siswa yang terlihat aktif dan serius mengerjakan

saat pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga mewawancarai dua siswa

yang terlihat kurang semangat mengikuti pelajaran hal ini dilakukan sebagai

penguat jawaban terdahap permasalahan seberapa besar peningkatan minat siswa

terhadap pembelajaran menulis cerpen menggunakan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual.


93

Dari keempat siswa menjawab mereka pernah menulis cerpen karena

sebelumnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia telah mengajarkan

pembelajaran menulis cerpen dan pada umumnya mereka menjawab bahwa jenis

cerpen yang biasa ditulis yaitu cerpen yang bertemakan cinta. Dua orang siswa

menjawab kalau mereka senang menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual, mereka merasa lebih

santai, cepat menemukan ide-ide dan memudahkan mereka menemukan karakter

tokoh yang sesuai sedang dua siswa yang lain mereka merasa kesulitan karena

tidak terlalu jelas mencerna isi film yang diputarkan dan sulit memilih karakter

tokoh yang sesuai. Dari ke empat siswa mereka masih merasa kesulitan dalam

menentukan judul (tema) dan cara mengembangkan cerita yang baik

4.1.2.2.5 Hasil Dokumentasi

Pada siklus 1 dokumentasi foto yang difokuskan pada kegiatan selama

pembelajaran berlangsung, berupa kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek

melalui teknik pengadaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio

visual meliputi kegiatan menampilkan sebuah film remaja yang digemari oleh

siswa kemudian siswa menyaksikan pemutaran film dengan konsentrasi penuh

terhadap cerita dan tokoh-tokoh dalam film tersebut yang akan membantu dan

mempermudah siswa dalam menulis sebuah cerita pendek. Dokumentasi foto ini

merupakan bukti konkret selama pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dengan media audio visual. Dokumentasi foto

yang diambil pada saat penelitian meliputi:


94

1) Kegiatan awal pembelajaran, 2) Kegiatan guru memberikan sedikit

materi, 3) Para siswa menyaksikan pemutaran film, 4) Guru memberikan

penjelasan kepada siswa yang bertanya, 5) Siswa menulis sebuah cerpen.

Deskripsi siklus I selengkapnya dipaparkan sebagai berikut :

Gambar 1 (Kegiatan awal pembelajaran menulis cerpen)

Pada tahap siklus I pada gambar 1 tersebut menunjukan kegiatan siswa

saat pembelajaran menulis cerita pendek berlangsung, yaitu pada awal

pembelajaran saat guru melaksanakan apersepsi dan menyampaikan tujuan

pelajaran dari gambar diatas terlihat kondisi kelas dan siswa yang beraneka

ragam, dan terlihat sebagian besar siswa begitu antusias memperhatikan

penjelasan guru .
95

Gambar 2 (Kegiatan guru memberikan materi)

Pada gambar 2 diatas tampak guru sedang memberikan / menuliskan

materi atau hal-hal penting yang harus diperhatikan siswa dalam menulis cerpen

sehingga mereka dapat membuat cerpen dengan mudah dan menarik.


96

Gambar 3 (Kegiatan siswa menyaksikan film)

Pada gambar 3 diatas tampak para siswa begitu senang dan serius

menyaksikan pemutaran film “Dealova” yang digunakan sebagai media untuk

mempermudah siswa dalam menulis cerpen pada siklus I

Gambar 4 (Kegiatan guru memberikan penjelasan pada salah satu siswa)


97

Pada gambar 4 diatas tampak beberapa orang siswa menanyakan seputar

isi dan karakter tokoh dalam film yang telah dilihat kepada guru dan guru

memberikan arahan kepada mereka tentang penggunaan karakter tokoh dalam

film tersebut yang bisa dijadikan gambaran dan memudahkan mereka dalam

menulis sebuah cerita pendek yang menarik

Gambar 5 ( Kegiatan siswa menulis cerpen)

Pada gambar diatas tampak siswa begitu serius menulis sebuah cerita

pendek setelah selesai menyaksikan pemutaran film “Dealova”. Semua siswa

terlihat serius dalam menuliskan sebuah cerita pendek dengan teknik pengandaian

diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual yang telah diajarkan

oleh peneliti. Hasil siklus I sudah mencapai target namun rata-rata hasil menulis

siswa masih minim yakni 70,31. sebagian siswa masih sulit dalam menentukan

tema dan karaktek tokoh dalam cerpen.


98

4.1.1.3 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan penelitian pada siklus I ini dapat diketahui bahwa hasil yang

diperoleh siswa belum memuaskan baik dari segi tes maupun nontes. Dari hasil

tes menulis cerita pendek diperoleh hasil nilai siswa masih sudah mencapai target

yang diinginkan namun hasilnya masih minim, yakni hanya mencapai rata-rata

70,31 hal ini disebabkan adanya sedikit kendala yakni sebagian siswa sulit

menentukan tema cerita dan karakter tokoh yang sesuai. Disamping itu

berdasarkan jurnal siswa, wawancara, observasi dan dokumentasi foto diperoleh

hasil perilaku siswa belum mengalami perubahan perilaku yang cukup berarti, hal

ini di sebabkan masih banyak siswa yang kurang tertarik untuk menulis sebuah

cerpen dan penggunaan teknik pengandaian diri hal ini dikarenakan teknik ini

baru mereka ketahui dan belum memahami benar bagaimana penggunaan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dan penggunaan media audio visual dalam

pembelajaran menulis cerpen.

4.1.3 Hasil Tes Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan karena karena pada siklus I keterampilan

menulis cerita pendek pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal masih dalam kategori

yang cukup dan belum memenuhi target maksimal pencapaian nilai rata-rata kelas

yang ditentukan. Selain perubahan perilaku dalam pembelajaran menulis cerita

pendek masih tergolong normal dan belum tampak perubahan yang berarti.

Dengan demikian tindakan siklus II diadakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada siklus II penelitian dilaksanakan dengan rencana dan persiapan yang lebih

matang dari pada siklus I. Dengan adanya perbaikan-perbaikan yang mengarah

pada peningkatan hasil pembelajaran tanpa mengesampingkan penggunaan media


99

audio visual dan teknik pengandaian diri sebagai tokoh, maka hasil penelitian

yang berupa hasil tes kemampuan menulis cerpen siswa meningkat dari kategori

cukup meningkat ke kategori baik. Meningkatnya nilai tes ini diikuti pula dengan

peningkatan perilaku siswa yang lebih aktif, kreatif, dan lebih terbuka dalam

menerima pembelajaran melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita melalui media audio visual. Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes

siklus II ini diuraikan sebagai berikut:

4.1.3.1 Hasil Tes

Hasil tes menulis cerita pendek pada siklus II ini merupakan data kedua

setelah diberlakukan perbaikan tindakan pembelajaran pada pra tindakan dan

siklus I, namun masih tetap menggunakan teknik pengandaian diri melalui media

audio visual. Kriteria penilaian pada siklus ini masih tetap sama seperti pada

siklus I meliputi 7 aspek yaitu: (1) Tema (2) Alur (3) Latar (4) Sudut pandang (5)

Gaya bahasa (6) Tokoh dan penokohan (7) Kepaduan antar unsur dalam cerpen.

Secara umum hasil tes menulis cerita pendek melalui pendekatan keterampilan

proses dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17 Hasil Tes Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siklus II

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Persen Rata-rata


Skor
1. Sangat Baik 85-100 1 86 3
2. Baik 70-84 34 2592 87 2933 : 39 =
3. Cukup 60-69 4 255 10 75,21
4. Kurang 0-59
5. Sangat kurang 0-49
Jumlah 39 2933 100
100

Dari tabel 17 di atas menunjukan bahwa hasil tes kemampuan menulis

cerpen siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal masuk dalam kategori baik, secara klasikal

mencapai nilai rata-rata 75,21 yang berada diantara skor 70-84. Dari 39 siswa, ada

1 siswa atau 3% yang mendapat nilai sangat baik yaitu pada rentang nilai 85-100,

34 siswa atau 87 % mendapatkan nilai baik yaitu pada rentang nilai 70-84, 4 siswa

atau 10% mendapat nilai cukup baik yaitu pada rentang nilai 60-69 dan tidak ada

siswa yang mendapatkan nilai kurang yaitu pada rentang 0-59. Peningkatan

kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal disebabkan

beberapa faktor yang melingkupinya, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor

internal dapat dilihat dari kemampuan siswa yang semakin meningkat, siswa

mulai paham dengan apa yang diajarkan guru atau peneliti. Latihan menulis cerita

pendek secara terus menerus akan berdampak positif pada kemampuan siswa

yakni kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek semakin meningkat. Faktor

eksternal yang tak kalah pentingnya adalah strategi atau pendekatan yang

digunakan oleh guru atau peneliti, dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dalam cerita melalui media audio visual peneliti berhasil meningkatkan

pemahaman siswa dalam menulis cerita pendek.

Hasil rata-rata yang meningkat ini merupakan keberhasilan guru atau

peneliti dan siswa melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

dengan media audio visual. Melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita dengan media audio visual guru atau peneliti dapat mengatasi persoalan

yang dialami oleh siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal. Sekarang siswa kelas X4

sudah bisa menulis cerita pendek dengan baik dan mempehatikan 7 aspek dalam
101

cerpen seperti : (1) Tema (2) Alur (3) Latar (4) Sudut pandang (5) Gaya bahasa

(6) Tokoh dan penokohan (7) Kepaduan antar unsur dalam cerpen.Hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil pencapaian skor siswa yang mengalami peningkatan pada

tiap aspek penilaian cerita pendek dibawah ini.

4.1.3.1.1 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema Siklus II

Penilaian aspek Tema difokuskan pada pembentukan Tema dari cerita

yang akan ditulis dalam menulis cerita pendek. Hasil penilaian tema dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 18 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tema

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat Baik 9-10 3 27 8 303 :39 =
2. Baik 6-8 36 276 92 7,77
3. Cukup 3-5
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 303 100
Data tabel 18 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Tema untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal

ada 3 siswa atau 8% yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 36

siswa atau 92%. Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak

ada siswa yang mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek Tema dalam menulis

cerita pendek sebesar 7,77 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan

siswa dalam menentukan tema pada cerpennya sudah baik.


102

4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur Siklus II

Penilaian aspek alur difokuskan pada jalinan peristiwa yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian alur dapat dilihat pada tabel

berikut

Tabel 19 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Alur

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20 6 107 15

2. Baik 12-16 33 493 85 600 : 39

3. Cukup 6-10

4. Kurang 0-4

Jumlah 39 600 100 15,38

Data tabel 19 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Alur untuk kategori sangat baik dengan skor 20-18 atau maksimal

ada 6 siswa atau 15% yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 16-12

dicapai 33 siswa atau 85%. Kategori cukup 6-10 dan kategori kurang dengan skor

0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek Alur

dalam menulis cerita pendek sebesar 15,38 dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kemampuan siswa dalam menentukan alur pada cerpennya sudah baik.

4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar Siklus II

Penilaian aspek Latar difokuskan setting tempat dan waktu yang akan

ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian Latar dapat dilihat pada tabel

berikut
103

Tabel 20 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Latar

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 9-10 2 18 5


2. Baik 6-8 37 282 95 300 : 39
3. Cukup 3-5 7,69
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 300 100
Data tabel 20 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Latar untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau maksimal ada

2 siswa atau 5% yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8 dicapai 37

siswa atau 95%. Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor 0-2 tidak

ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek latar dalam

menulis cerita pendek sebesar 7,69 dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kemampuan siswa dalam menentukan latar pada cerpennya sudah baik.

4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang Siklus II

Penilaian aspek sudut pandang difokuskan pada sudut pandang yang akan

digunakan oleh penulis yang akan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil

penilaian sudut pandang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 21 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Sudut Pandang

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata


1. Sangat baik 9-10 1 9 3
2. Baik 6-8 38 291 97 300 : 39
3. Cukup 3-5 7,69
4. Kurang 0-2
Jumlah 39 300 100
104

Data tabel 21 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek Sudut Pandang untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau

maksimal ada 1 siswa atau 3% yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8

dicapai 38 siswa atau 97 %. Kategori cukup dengan skor 3-5 dan kategori kurang

dengan skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan. Jadi rata-rata pada aspek

Sudut Pandang dalam menulis cerita pendek sebesar 7, 69 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan sudut pandang pada

cerpennya sudah baik.

4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa Siklus II

Penilaian aspek gaya bahasa difokuskan pada gaya bahasa yang akan

digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian gaya

bahasa dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 22 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Gaya Bahasa

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 9-10 1 9 3

2. Baik 6-8 38 289 97 298 :39

3. Cukup 3-5 7,64

4. Kurang 0-2

Jumlah 39 288 100

Data tabel 22 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek gaya bahasa untuk kategori sangat baik dengan skor 9-10 atau

maksimal ada 1 siswa atau 3% yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 6-8

dicapai 38 siswa atau 97 %. Kategori cukup 3-5 dan kategori kurang dengan skor
105

0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek gaya

bahasa dalam menulis cerita pendek sebesar 7,64 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan gaya bahasa pada

cerpennya sudah baik.

4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

Siklus II

Penilaian aspek tokoh dan penokohan difokuskan pada tokoh dan

penokohan yang akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita

pendek. Hasil penilaian tokoh dan penokohan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 23 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Tokoh dan Penokohan

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20 1 18 3

2. Baik 12-16 38 564 97 582 : 39

3. Cukup 6-10 14,92

4. Kurang 0-4

Jumlah 39 582 100

Data tabel 23 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal ada 1 siswa atau 3 % yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-

16 dicapai 38 siswa atau 97%. Kategori cukup 6-10 dan kategori kurang dengan

skor 0-2 tidak ada siswa yang mendapatkan skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek

tokoh dan penokohan dalam menulis cerita pendek sebesar 14,92 dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan tokoh dan

penokohan pada cerpennya sudah baik.


106

4.1.3.1.7 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Kepaduan antar unsur

dalam cerpen Siklus II

Penilaian aspek kepaduan atar unsur dalam cerpen difokuskan pada

kesesuaian/ kepaduan antar unsur yang dapat membangun sebuah cerita yang

akan digunakan oleh penulis dan ditampilkan dalam cerita pendek. Hasil penilaian

kepaduan antar unsur dalam cerpen dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 24 Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Aspek Keterpaduan Antar Unsur

No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Persen Rata-rata

1. Sangat baik 18-20

2. Baik 12-16 29 390 74 550 : 39

3. Cukup 6-10 10 160 26 14,10

4. Kurang 0-4

Jumlah 39 662 100

Data tabel 24 menunjukan bahwa keterampilan menulis cerita pendek

dalam aspek tokoh penokohan untuk kategori sangat baik dengan skor 18-20 atau

maksimal tidak ada siswa yang mencapainya. Kategori baik dengan skor 12-16

dicapai 29 siswa atau 74%. Kategori cukup dengan skor 6-10 dicapai 10 siswa

atau 26%. dan kategori kurang dengan skor 0-4 tidak ada siswa yang mendapatkan

skor kurang. Jadi rata-rata pada aspek tokoh dan penokohan dalam menulis cerita

pendek sebesar 14,10 dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa

dalam memadukan antar unsur pada cerpennya sudah baik.


107

Diagram Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus II

90 87
80
70
60
persen (%)

50
40
30
20
10
10 3
0
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Kategori

Diagram 3
Hasil Tes Menulis Cerita Pendek Siklus II

4.1.3.2 Hasil Nontes

Hasil nontes pada siklus I didapatkan dari observasi, jurnal, wawancara,

dan dokumentasi foto, Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut:

4.1.3.2.1 Hasil Observasi

Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran

menulis cerita pendek melalui media audio visual dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal. Pengambilan

data observasi bertujuan untuk mengetahui respon perilaku siswa dalam menerima

pembelajaran menulis cerita pendek melalui media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

Keterangan aspek observasi:


108

1. Semua siswa antusias dan semangat mengikuti pembelajaran menulis cerita

pendek dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media

audio visual

2. Semua siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik

3. Semua siswa aktif bertanya, menjawab dan berkomentar mengenai materi yang

dijelaskan oleh guru

4. Semua siswa membuat catatan mengenai materi yang dijelaskan oleh guru

5. Semua siswa bersemangat menuliskan sebuah cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual

6. Semua siswa mengerjakan tugas menulis cerita pendek dengan serius dan tekun

7. Siswa mampu mengumpulkan hasil menulis cerita pendek dengan tertib dan

tepat

8. Siswa mampu merefleksi proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek

dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio

visual.

Dari hasil observasi pada siklus II dapat diketahui perubahan tingkah laku

siswa kearah yang positif. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi setiap

aspek yang telah diobservasi / diamati oleh peneliti pada siklus II yaitu sebesar

69%. Ini berarti sebagian besar siswa mengalami peningkatan dari perilaku negatif

menjadi perilaku positif

Aspek observasi yang pertama yaitu semua siswa antusias dan semangat

mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual dapat dikategorikan sangat
109

baik dengan pencapaian 92%. Siswa sudah mulai semangat dan antusias

mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita melalui media audio visual

Aspek yang kedua yaitu semua siswa memperhatikan penjelasan guru

dengan sangat baik. Pada siklus II 95% dari siswa memperhatikan penjelasan

yang disampaikan oleh guru atau peneliti. Pada siklus II ini sudah ada peningkatan

perilaku dari siklus I.

Dari aspek observasi yang ketiga yakni siswa aktif bertanya dan menjawab

serta berkomentar mengenai materi yang disampaikan oleh guru atau peneliti.

Selama pembelajaran berlangsung belum memperoleh hasil yang memuaskan

namun sudah ada peningkatan karena 21% dari siswa aktif dalam bertanya dan

berkomentar terhadap penjelasan yang disampaikan oleh guru atau peneliti.

Aspek yang keempat yaitu semua siswa membuat catatan mengenai materi

yang dijelaskan oleh guru dapat dikategorikan sangat baik atau mencapai skor

100%. Semua siswa rajin menuliskan hal-hal yang penting dalam buku

catatannya.

Aspek yang kelima semua siswa bersemangat menuliskan sebuah cerita

pendek dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media

audio visual. Ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru atau peneliti

siswa terlihat lebih bersemangat. Persentase pembelajaran ini mencapai 77%

Aspek yang keenam yaitu semua siswa mengerjakan tugas menulis cerita

pendek dengan serius dan tekun mencapai 87% atau masuk dalam kategori sangat

baik.
110

Aspek yang ketujuh siswa mampu mengumpulkan hasil menulis cerita

pendek dengan tertib dan tepat. Pada aspek ini mencapai persentase 97% atau

termasuk kategori sangat baik. Pada siklus II ini semua siswa mengumpulkan

tugas menulis cerita pendek dengan tertib dan tepat.

Aspek yang kedelapan yaitu siswa mampu merefleksi proses dan hasil

pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Kemampuan siswa untuk

merefleksi proses dan hasil pembelajaran menulis cerpen semakin meningkat

yaitu mencapai 72% atau termasuk dalam kategori baik.

4.1.3.2.2 Hasil Jurnal Siswa

Jurnal yang digunakan pada siklus II masih sama dengan yang digunakan

pada siklus I, jurnal tersebut berisi tentang ungkapan perasaan siswa selama

pembelajaran menulis cerita pendek berlangsung. Jurnal siswa diisi oleh semua

siswa di kelas X4 SMA N 2 Tegal. Pengisian jurnal dilaksanakan pada akhir

pembelajaran menulis cerita pendek melalui media audio visual dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita.

Pengisian jurnal pada siklus II ini sudah pernah dilakukan siswa pada

siklus I. Siswa tampak senang memperoleh lembar jurnal dan ingin segera

mengisinya. Suasana pada saat siswa mengisi jurnal tampak tenang. Mereka

menjawab semua pertanyaan dibawah ini :


111

(1) Apakah anda senang dengan materi menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media audio

visual ?

(2) Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

(3) Apakah melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan

media audio visual dapat memberikan kemudahan dalam menulis cerpen?

(4) Apakah anda merasa lebih faham dan tertarik belajar menulis cerpen melalui

teknik pengandaian dirisebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media

audio visual?

(5) Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual yang telah

diajarkan!

Dari hasil jurnal siklus II, dapat diketahui 39 siswa atau sebanyak 100%

memberikan kesan yang baik, siswa merasa senang selama mengikuti

pembelajaran menulis cerita pendek melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Siswa merasa senang karena

mereka dapat mengungkapkan/ menyalurkan isi hatinya, melatih imajinasinya,

mengekspresikan diri, mangasah kemampuan berbahasa, menambah pengetahuan

siswa tentang menulis cerpen dan selama proses belajar mereka merasa rilek

(santai). Peningkatan ini disebabkan siswa telah mengenal teknik dan media yang

digunakan peneliti, kemudian mereka merasa teknik dan media yang digunakan

oleh guru (peneliti) dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan

dan tidak membosankan. Sebanyak 38 siswa atau 97 % siswa memberikan pesan


112

yang baik yang dapat mendukung proses pembelajaran. Siswa merasa butuh

terhadap materi yang disampaikan oleh peneliti. Namun 1 siswa lainnya atau 3 %

tidak memberikan pesan yang mendukung pembelajaran.

Dalam siklus II ini 38 siswa atau sebanyak 97 % memberikan saran yang

positif, yakni saran yang dapat mendukung pembelajaran menulis cerita pendek. 1

siswa lainnya atau 3 % tidak memberikan saran yang dapat mendukung

pembelajaran

Dari hasil penilaian di atas dapat diketahui bahwa dari aspek yang

diungkapkan dari jurnal yakni, pesan, kesan dan saran secara keseluruhan

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan siswa sudah mulai terbiasa dengan

pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti.

4.1.3.2.3 Hasil Wawancara

Pada siklus II sasaran wawancara terhadap empat orang siswa terdiri atas

dua siswa yang mendapatkan nilai baik dan dua orang yang mendapatkan nilai

rendah. Wawancara ini mencakup tujuh pertanyaan yakni:

1. Apakah anda pernah melakukan kegiatan menulis cerpen?

2. Jenis cerpen apa yang biasanya anda sukai? Berikan alasannya!

3. Apakah anda senang dengan pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

4. Apakah yang menyebabkan anda senang atau tidak senang dengan

pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dengan media audio visual?


113

5. Apakah anda lebih mudah menerima dan memahami isi cerita melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

6. Apakah kesulitan yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual?

Pada umumnya

Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran yaitu setelah pembelajaran

selesai peneliti mewawancari dua siswa yang terlihat aktif dan serius mengerjakan

saat pembelajaran berlangsung. Selain itu peneliti juga mewawancarai dua siswa

yang terlihat kurang semangat mengikuti pelajaran hal ini dilakukan sebagai

penguat jawaban terdahap permasalahan seberapa besar peningkatan minat siswa

terhadap pembelajaran menulis cerpen menggunakan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual.

Dari keempat siswa menjawab mereka pernah menulis cerpen karena

sebelumnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia telah mengajarkan

pembelajaran menulis cerpen dan pada umumnya mereka menjawab bahwa jenis

cerpen yang biasa ditulis para siswa yaitu cerpen yang bertemakan cinta. Dua

orang siswa menjawab kalau mereka senang menulis cerpen menggunakan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual, mereka

merasa lebih santai, cepat menemukan ide-ide dan memudahkan mereka

menemukan karakter tokoh yang sesuai sedang dua siswa yang lain mereka

merasa kesulitan karena tidak terlalu jelas mencerna isi film yang diputarkan dan

sulit memilih karakter tokoh yang sesuai. Dari ke empat siswa mereka sudah bisa

mentukan tema dan memilih karakter tokoh yang sesuai.


114

4.1.3.2.4 Hasil Dokumentasi

Pada siklus 1 dokumentasi foto yang difokuskan pada kegiatan selama

pembelajaran berlangsung, berupa kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek

dengan teknik pengadaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio

visual meliputi kegiatan menampilkan sebuah film remaja yang digemari oleh

siswa kemudian siswa menyaksikan pemutaran film dengan konsentrasi penuh

terhadap cerita dan tokoh-tokoh dalam film tersebut yang akan membantu dan

mempermudah siswa dalam menulis sebuah cerita pendek. Dokumentasi foto ini

merupakan bukti konkret selama pembelajaran menulis cerrpen dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh melalui media audio visual. Dokumentasi foto

yang diambil pada saat penelitian meliputi: 1) Kegiatan awal pembelajaran 2)

Kegiatan guru memberikan sedikit materi 3) Para siswa menyaksikan pemutaran

film 4) Guru memberikan penjelasan kepada siswa yang bertanya 5) Siswa

menulis sebuah cerpen

Deskripsi siklus II selengkapnya dipaparkan sebagai berikut:

Gambar 6 (Kegiatan siswa menyaksikan film)


115

Pada gambar 6 diatas tampak para siswa begitu senang dan serius

menyaksikan pemutaran film “Cinta Pertama” yang digunakan sebagai media

untuk mempermudah siswa dalam menulis cerpen pada siklus II

Gambar 7 (Kegiatan siswa menulis cerpen)

Pada gambar diatas tampak siswa begitu serius menulis sebuah cerita

pendek setelah selesai menyaksikan pemutaran film “Cinta Pertama”. Semua

siswa terlihat serius dalam menuliskan sebuah cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual yang telah

diajarkan oleh peneliti. Hasil siklus II sudah mencapai target namun rata-rata hasil

menulis siswa yaitu 75,21.


116

Gambar 8 (Kegiatan siswa membacakan hasil menulis cerpen)

Tampak salah seorang siswa sedang membacakan hasil menulis cerpen.

Dalam membacakan cerpennya, ekspresi siswa ini nampak menghayati dalam

menyampaikan isi cerita pendek kepada teman-temannya. Siswa yang lain

memperhatikan pembacaan cerpen tersebut, tetapi masih ada beberapa anak

tersenyum melihat ekspresi temannya yang sedang menghayati isi cerpen. Siswa

ini nampak berhasil dalam membawakan / mengekspresikan karakter tokoh.

4.1.3 Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari peneliti siklus II ini, sudah banyak

terjadi peningkatan nilai dan perilaku siswa kelas X4 SMA N2 Tegal. Pada siklus

II ini, rata-rata siswa mencapai 75,21 % nilai tersebut sudah melebihi standar nilai
117

yang ditargetkan. Hal ini disebabkan siswa sudah lebih memahami mengenai

cerita pendek, siswa sudah mulai terbiasa dengan teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita melalui media audio visual yang telah diterapkan. Dari

perilaku siswa sudah ada peningkatan dari siklus I pada siklus II, siswa sudah

lebih aktif dan memperhatikan penjelasan guru (peneliti) dengan baik .

4.2 Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ditujukan untuk menemukan jawaban atas

permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Permasalahan pertama yaitu

adakah peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh melalui media audio visual pada siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal.

Permasalahan yang kedua yaitu adakah perubahan perilaku siswa kelas X4 SMA

N2 Tegal.

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui Media Audio

Visual Pada Siswa Kelas X4 SMA N 2 Tegal.

Persoalan peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual dapat

dijawab dengan deskriptis data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan

rata-rata kemampuan menulis certia pendek dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual dari tahap siklus I ke siklus

II.
118

Pada kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek dengan teknik

pengandaian diri sebagai tokoh melalui media audio visual siklus I terlihat bahwa

kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek belum memenuhi rata-rata yang

telah ditentukan. Hasil tes menulis cerita pendek siswa pada siklus I mencapai

70,31. Pembelajaran menulis cerita pendek pada siklus I walaupun dioptimalkan

pembelajarannya dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

melalui media audio visual namun hasilnya belum memuaskan.

Keadaan tersebut disebabkan oleh masih banyaknya siswa yang

mengalami kesulitan dalam menulis cerita pendek diantaranya dalam menentukan

tema dan karakter tokoh yang sesuai, siswa juga belum begitu memahami aspek-

aspek yang terdapat dalam penulisan cerita pendek. Siswa belum dapat mengemas

kata-kata hingga menjadi rangkaian kata yang menarik dan indah ke dalam bentuk

cerpen

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita melalui media audio visual. Hasil pada siklus II lebih

baik dari siklus I, hasil siklus II mengalami peningkatan. Lebih rinci peningkatan

kemampuan menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita dengan media audio visual dapat dilihat pada tiap aspek penilaian yang

disajikan pada tabel berikut :


119

Tabel Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek

No Aspek Penilaian Nilai Rata-rata Kelas Peningkatan

PT SI S II PT – S I SI – SII PT – S II

1. Tema 64.6 65.9 77.7 0.13 1.18 1.31

=65 = 66 = 78

2. Alur 61.8 69.6 76.9 1.56 1.46 3.02

= 62 = 70 = 77

3. Latar 67.2 71.5 76.9 0.43 0.54 0.97

=67 = 72 = 77

4. Sudut Pandang 67.2 71.3 76.9 0.41 0.56 0.97

= 67 = 71 = 77

5. Gaya Bahasa 67.9 72.6 76.4 0.47 0.38 0.85

= 68 = 73 = 76

6. Tokoh dan 61.65 71.8 74.6 2.03 0.56 2.59

Penokohan = 62 = 72 = 75

7. Kepaduan antar 60.9 69.5 70.5 1.72 0.20 1.92

unsur = 61 = 70 = 71

63.56 70.31 75.21 6.75 4.88 11.63

= 64 = 70 = 75
120

Tabel Prosentase Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek

No Aspek Penilaian Nilai Rata-rata Kelas Peningkatan (%)

PT SI S II PT – S I SI – SII PT – S II

1. Tema 0.13 1.18 1.31 2.01 17.90 20.28

2. Alur 1.56 1.46 3.02 12.62 10.49 24.43

3. Latar 0.43 0.54 0.97 6.40 7.55 14.43

4. Sudut Pandang 0.41 0.56 0.97 6.10 7.85 14.43

5. Gaya Bahasa 0.47 0.38 0.85 6.92 5.23 12.52

6. Tokoh dan 2.03 0.56 2.59 16.46 3.90 21

Penokohan

7. Kepaduan antar 1.72 0.20 1.92 14.12 1.44 15.76

unsur

6.75 4.88 11.63 10.62 7.95 15.46

Data tabel diatas merupakan rekapitulasi hasil tes kemampuan menulis

cerita pendek siklus I dan siklus II. Uraian tabel diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut.

Hasil tes siklus I menulis cerita pendek dengan rata-rata nilai mencapai 70

atau dalam kategori baik karena dalam rentang 70 -84. tetapi nilai tersebut belum

memenuhi rata-rata nilai yang ditentukan yaitu 75. Nilai rata-rata tersebut

diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian.


121

Pada aspek tema nilai rata-rata sebesar 66 masuk dalam kategori cukup.

Aspek penggunaan alur nilai rata-rata sebesar 70 masuk kategori cukup. Aspek

penggunaan latar nilai rata-rata sebesar 72 masuk dalam kategori baik. Aspek

penggunaan sudut pandang nilai rata-rata 71 masuk dalam kategori baik. Aspek

gaya bahasa nilai rata-rata 73 masuk dalam kategori baik. Aspek penentuan

karakter tokoh/ penokohan nilai rata-rata 72 masuk dalam kategori baik. Aspek

kepaduan antar unsur nilai rata-rata 70 masuk dalam kategori baik.

Kemampuan siswa menulis cerpen pda siklus I belum bias mencapai nilai

rata-rata hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang melingkupinya, seperti

faktor internal dan eksternal. Factor internal ini dapat dilihat dari hasil menulis

cerita pendek dalam aspek kebahasaan dan aspek kesastraan yang masih kurang.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian tiap aspek menunjukan hasil yang

kurang memuaskan. Faktor eksternal berasal dari penggunaan teknik dan media

pembelajaran yang kurang sesuai.

Hasil tes menulis cerita pendek siklus II diperoleh rata-rata sebesar 75,21

dalam kategori baik, karena berada dalam rentang 70-84. Pencapaian nilai tersebut

telah mencapai nilai rata-rata yang ditentukan. Nilai masing-masing aspek

diuraikan sebagai berikut.

Pada aspek tema nilai rata-rata sebesar 78 masuk dalam kategori baik.

Aspek penggunaan alur nilai rata-rata sebesar 77 masuk ktegori baik. Aspek

penggunaan latar nilai rata-rata sebesar 72 masuk dalam kategori baik. Aspek

penggunaan sudut pandang nilai rata-rata 71 masuk dalam kategori baik. Aspek

gaya bahasa nilai rata-rata 76 masuk dalam kategori baik. Aspek penentuan
122

karakter tokoh/ penokohan nilai rata-rata 75 masuk dalam kategori baik. Aspek

kepaduan antar unsur nilai rata-rata 71 masuk dalam kategori baik.

Kemampuan siswa menulis cerpen pda siklus II sudah bisa mencapai nilai

rata-rata. Karena pada siklus II ini nilai rata-rata siswa mencapai 75 hal ini

dikarenakan penggunaan teknik dan media yang sesuai sehingga dapat

mendukung atau mempermudah siswa dalam menulis sebuah cerita pendek yang

baik dan menarik.

Peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual dari pratindakan, siklus I,

dan siklus II dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut.

80
70
60
Nilai Rata-rata

50
40 75
64 70
30
20
10
0
PT SI S II

Diagram batang 4. Hasil Keterampilan Menulis Cerpen


Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Keterangan: PT = Pratindakan, SI = Siklus I, SII = Siklus II
123

4.2.2 Peningkatan Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual dengan Teknik

Pengandaian diri sebagai Tokoh dalam cerita terhadap perubahan

tingkah laku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal

Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai perubahan perilaku siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada siklus I dan siklus II.

Perubahan perilaku tersebut diperoleh dari observasi, jurnal, wawancara dan

dokumentasi foto, yang dipaparkan dalam uraian di bawah ini.

Dari hasil nontes yaitu melalui observasi pada siklus I kesiapan siswa untuk

mengikuti pembelajaran melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam

cerita dengan media audio visual terlihat, sikap siswa dalam menerima materi

pembelajaran juga belum terfokus. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya

siswa yang mengobrol sendiri, adanya siswa yang bercanda dan tidak bersemangat

mengikuti pembelajaran

Pada siklus II sudah ada perubahan perilaku siswa. kesiapan mengikuti

pelajaran sudah mulai terliat dan sikap siswa dalam menerima pelajaran sudah

mulai terfokus, sebagian besar siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru

dan mereka nampak serius memperhatikan isi cerita film beserta karakter para

tokoh dalam film yang diputarkan, hanya beberapa siswa saja yang masih tetap

mengobrol sendiri

Berdasarkan hasil jurnal dari siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin

senang terhadapteknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media

audio visual. Menurut sebagian besar siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal yang

menyatakan bahwa teknik tersebut dapat mempermudah mereka dalam menulis

cerpen karena kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dapat diatasi dengan teknik

tersebut.
124

Berdasarkan hasil angket dari siklus I ke siklus II diperoleh hasil bahwa

sebagian dari jumlah keseluruhan siswa menyatakan setuju bahwa teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual dalam

menulis cerpen sangat menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas siswa

dalam menulis cerpen. Selain itu teknik tersebut juga dapat memotivasi dan

menumbuhkan minat bagi siswa untuk menulis cerpen.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa siswa senang dan

tertarik dengan pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri

sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Siswa juga dapat

mengambil manfaat dari pembelajaran tersebut, siswa semakin tahu banyak

tentang cerpen dan bagaimana menulis cerpen. Selain itu pembelajaran menulis

cerpen melalui metode latihan terbimbing dengan media teks lagu siswa semakin

berminat menulis cerpen.

Berdasarkan hasil dokumen foto siklus I ke siklus II yaitu siswa semakin

tertib dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui teknik

pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual. Dari hasil

foto (gambar 5) menunjukkan aktivitas saat menulis cerpen pada siklus I, terlihat

masih ada siswa yang melakukan perilaku negatif yaitu bercanda dengan

temannya saat proses belajar di kelas, sedangkan pada siklus II yang ditunjukkan

pada gambar 7, siswa terlihat sangat serius dalam menulis cerpen. Berdasarkan

kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa dalam

mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami peningkatan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menulis cerpen melalui

teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Selain itu, terdapat perubahan perilaku
125

yaitu dari perilaku negatif ke perilaku positif siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran menulis cerita pendek.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dari hasil penelitian serta

pembahasannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA N 2 Tegal mengalami

peningkatan sebesar 11,63 atau 18,30 %. Hasil rata-rata tes menulis cerpen

pratindakan sebesar 64 (pembulatan ke atas dari 63,56) dan pada siklus I

rata-ratanya menjadi 70 (pembulatan ke bawah dari 70,31) atau meningkat

sebesar 10,62 % dari rata-rata pratindakan, kemudian pada siklus II

diperoleh rata-rata sebesar 75 (pembulatan ke bawah dari 75,19) atau

meningkat sebesar 6,94 dari siklus I. Pemerolehan ini menunjukan bahwa

pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai

tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada siswa kelas X4 SMA

N 2 Tegal dapat meningkat dan berhasil.

2. Perilaku siswa kelas X4 SMA N 2 Tegal setelah mengikuti pembelajaran

menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita

dengan media audio visual mengalami perubahan kearah positif.

Perubahan tersebut ditunjukan dengan perilaku siswa yang kelihatan lebih

serius dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen.

126
127

5.2 Saran

Berdasarkan simpul hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan

beberapa hal dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis cerpen


sebagai berikut:

1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa


pembelajaran menulis cerpen merupakan bagian yang penting dan tak

terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga


pembelajaran menulis cerpen ini hendaknya mendapat porsi yang cukup

dan tidak dilewati begitu saja.


2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam

memilih teknik dan media pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat
mengikuti proses pembelajaran dan tidak merasa jenuh. Salah satu

alternatif dalam menggunakan media pembelajaran adalah penggunaan

teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita film yang diputar
melalui media audio visual yang telah terbukti dapat meningkatkan minat

dan kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen


secara aktif dan menyenangkan. Teknik pengandaian diri sebagai tokoh

dalam cerita dapat membantu siswa dalam menulis cerpen karena siswa
lebih banyak menggunakan alat inderanya yang mencakup pendengaran

dan penglihatan.
3. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya mengembangkan

penggunaan teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dan media
audio visual secara kreatif dan efektif misalnya dengan cara

memperbanyak jenis cerita dan bahan ajar lain yang berhubungan

kesusastraan.
4. Hendaknya media audio visual juga digunakan pada mata pelajaran yang

lain secara bervariasi dengan media-media yang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar


Barulgensindo

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Fariqoh. 2002. Pengantar Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya


Wisata pada Siswa Kelas 1-3 MA Ma’mahadut Thalabah Babakan
Lebaksiu Tegal tahun ajaran 2001/2002. Skripsi : Universitas Negeri
Semarang.

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya Bakti

Kusworosari. 2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan


Pengalaman Pribadi sebagai Basis melalui Pendekatan Proses pada
Siswa Kelas X SMA N 5 Semarang. Skripsi : Universitas Negeri
Semarang.

Murdiati. 2006. Optimalisasi Majalah Dinding dalam Pembelajaran Apresiasi


Cerpen dengan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas X4 SMA N
1 Keling Kabupaten Jepara tahun ajaran 2005/2006. Skripsi :
Universitas Negeri Semarang.

Pranggawidagda, Suwara. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta : Adi


Cita

Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta : Widya Duta

Sudjana, Nana dan Achmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Baru
Algensindo

Suratno. 2006. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita melalui Media Audio


Visual dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa
Kelas VII A SMP N Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran
2005/2006

Sayuti, A Suminto. 1988. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tarigan. 1983. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :


Angkasa Bandung.

Titik, dkk. 2003. Teknik Menulis Cerita Anak. Yogyakarta.

Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah Penunjang Pembelajaran Bahasa


Indonesia SMP dan SMA. Jakarta : Grasindo

128
151

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang : SMA
Kelas :X
Waktu : 2 x 45

A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu mengungkapkan pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai
bentuk tulisan sastra melalui menulis puisi, menulis cerpen, atau
menciptakan karya sastra berdasarkan berbagai latar/ setting.

B. KOMPETENSI DASAR
Menulis berbagai karya sastra (Puisi & Cerpen)

C. INDIKATOR
Menulis cerpen berdasarkan 7 aspek dalam cerpen
Mengembangkan ide dalam bentuk cerpen

D. MATERI POKOK
Menulis Cerpen

E. SKENARIO PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
1. Guru bertanya jawab tentang cerpen dan bertanya tentang film favorit
yang bisa dilihat siswa
2. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari
152

INTI
1. Guru mengenalkan kepada siswa media audio visual yang akan
dipergunakan dalam pembelajaran menulis cerpen
2. Guru memutarkan sebuah film yang digunakan dalam pembelajarn
untuk menarik perhatian dan minat siswa
3. Siswa menyaksikan pemutaran film dengan perhatian/konsentrasi
penuh pada cerita film
4. Siswa dibantu guru mengidentifikasi unsur-unsur dalam film tersebut
yang dapat digunakan untuk menulis cerpen
5. Siswa mengandaikan dirinya menjadi salah satu tokoh dalam film dan
mengembangkan cerita sesuai daya imajinasinya
6. Siswa menulis sebuah cerpen berdasarkan pengandaian diri sebagai
tokoh dan mengembangkan cerita sesuai keinginannya

PENUTUP
1. Guru beserta siswa merefleksi unsur-unsur dan cara yang
digunakan dalam menulis cerpen
2. Guru beserta siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen

F. MEDIA / SUMBER
Media : TV dan VCD
Sumber :
1) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X
2) Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X,
Erlangga

G. PENILAIAN
1. Penilaian proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan
153

2. Penelitian hasil
Buatlah sebuah cerpen berdasarkan pengandaian diri sebagai tokoh
dalam cerita film yang telah diputarkan

Tegal, April 2007

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Dra. Sri Mulyani R Nurul Melti I.S


NIP. 132141542 NIM. 2101403564
154

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia


Jenjang : SMA
Kelas :X
Waktu : 2 x 45

A. STANDAR KOMPETENSI
Mampu mengungkapkan pendapat, gagasan, dan perasaan dalam berbagai
bentuk tulisan sastra melalui menulis puisi, menulis cerpen, atau
menciptakan karya sastra berdasarkan berbagai latar/ setting.

B. KOMPETENSI DASAR
Menulis berbagai karya sastra (Puisi & Cerpen)

C. INDIKATOR
Menulis cerpen berdasarkan 7 aspek dalam cerpen
Mengembangkan ide dalam bentuk cerpen

D. MATERI POKOK
Menulis Cerpen

E. SKENARIO PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
1. Guru bertanya jawab tentang pembelajaran menulis cerpen pada
pembelajaran sebelumnya
2. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang dipelajari
155

INTI
1. Guru memutarkan sebuah film yang digunakan dalam pembelajarn
untuk menarik perhatian dan minat siswa
2. Siswa menyaksikan pemutaran film dengan perhatian/konsentrasi
penuh pada cerita film
3. Siswa dibantu guru mengidentifikasi unsur-unsur dalam film tersebut
yang dapat digunakan untuk menulis cerpen
4. Siswa mengandaikan dirinya menjadi salah satu tokoh dalam film dan
mengembangkan cerita sesuai daya imajinasinya
5. Siswa menulis sebuah cerpen berdasarkan pengandaian diri sebagai
tokoh dan mengembangkan cerita sesuai keinginannya

PENUTUP
1. Guru beserta siswa merefleksi unsur-unsur dan cara yang digunakan
dalam menulis cerpen
2. Guru beserta siswa menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen

F. MEDIA / SUMBER
Media : TV dan VCD
Sumber :
a. Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X
b. Buku paket Bahasa dan Sastra Indonesia untuk siswa kelas X,
Erlangga

G. PENILAIAN
1. Penilaian proses
Penilaian proses dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan
156

2. Penelitian hasil
Buatlah sebuah cerpen berdasarkan pengandaian diri sebagai tokoh
dalam cerita film yang telah diputarkan

Tegal, April 2007

Guru Mata Pelajaran Peneliti

Dra. Sri Mulyani R Nurul Melti I.S


NIP. 132141542 NIM. 2101403564
157

Nama :
No/Kelas :

FORMAT ANGKET

Berilah tanda ( √ ) pada setiap pertanyaan siswa yang sesuai dengan skala
penelitian yang tersedia dibawah ini:

No Pertanyaan Skala Penilaian


SS S KS TS STS
1. Keterampilan menulis cerpen dapat
meningkatkan kretifitas siswa dalam belajar
2. Siswa merasa senang terhadap cara guru
menerangkan keterampilan menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh
dalam cerita dengan media audio visual
3. Saya senang dengan teknik pengandaian diri
sebagai tokoh dalam cerita yang digunakan dalam
pembelajaran menulis cerpen
4. Teknik yang digunakan oleh guru dapat
memotivasi siswa untuk menulis cerpen
5. Media audio visual dengan pemutaran film
remaja dapat memudahkan siswa menemukan ide
sehingga siswa dapat menulis cerpen dengan baik
6. Saya senang dengan media audio visual
(pemutaran film) yang digunakan oleh guru
dalam pembelajaran
7. Suasana kelas dapat membantu pemahaman siswa
dalam menulis cerpen
8. Saya senang dengan pembelajaran menulis cerpen
dengan teknik pengandaian diri sebagai tokoh
dalam cerita
9. Saya dapat mengungkapkan dan menuangkan dan
menuangkan ide dan gagasan dalam cerpen
10. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru sekarang
lebih menyenangkan

Keterangan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
KS : Kurang setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
158

Nama :
No/Kelas :

FORMAT JURNAL SISWA

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur !

1. Apakah anda senang dengan materi menulis cerpen melalui teknik


pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
2. Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audiovisual
(pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
3. Apakah melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita
dengan media audio visual (pemutaran film) memberikan kemudahan
dalam menulis cerpen?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
4. Apakah anda merasa lebih faham dan tertarik belajar menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
5. Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual
(pemutaran film) yang telah diajarkan oleh guru (peneliti)!
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
159

Nama :
No/Kelas :

FORMAT JURNAL GURU

1. Bagaimanakah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cepen


melalui pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio
visual?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
2. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menuls menulis
cerpen melalui pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………....
3. Bagaimanakan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis
cerpen melalui pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Bagaimanakan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………....
5. Uraikan fenomena-fenomena lain yang muncul pada saat pembelajaran
berlangsung!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
160

PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I DAN II

1. Apakah anda pernah melakukan kegiatan menulis cerpen?


2. Jenis cerpen apa yang biasanya anda sukai? Berikan alasannya!
3. Apakah anda senang dengan pembelajaran menulis cerpen melalui
teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
4. Apakah yang menyebabkan anda senang atau tidak senang dengan
pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai
tokoh dengan media audio visual?
5. Apakah anda lebih mudah menerima dan memahami isi dongeng
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan
media audio visual?
6. Apakah kesulitan yang anda alami dalam menulis cerpen melalui
teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
161

WAWANCARA SIKLUS I DAN II

Responden :
No Responden :
Hari dan tanggal :
Tempat :
Kelas :
Waktu :
Topik :

1. Apakah anda pernah melakukan kegiatan menulis cerpen?


2. Jenis cerpen apa yang biasanya anda sukai? Berikan alasannya!
3. Apakah anda senang dengan pembelajaran menulis cerpen melalui
teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
4. Apakah yang menyebabkan anda senang atau tidak senang dengan
pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai
tokoh dengan media audio visual?
5. Apakah anda lebih mudah menerima dan memahami isi dongeng
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan
media audio visual?
6. Apakah kesulitan yang anda alami dalam menulis cerpen melalui
teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual?
162

Nama :
No/Kelas :

JURNAL SISWA SIKLUS I

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur !

1. Apakah anda senang dengan materi menulis cerpen melalui teknik


pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
2. Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audiovisual
(pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
3. Apakah melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita
dengan media audio visual (pemutaran film) memberikan kemudahan
dalam menulis cerpen?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
4. Apakah anda merasa lebih faham dan tertarik belajar menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
5. Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual
(pemutaran film) yang telah diajarkan oleh guru (peneliti)!
…………………………………………………………………………….
………………………………………………
163

Nama :
No/Kelas :

JURNAL SISWA SIKLUS II

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur !

1. Apakah anda senang dengan materi menulis cerpen melalui teknik


pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan menggunakan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
2. Kesulitan apakah yang anda alami dalam menulis cerpen melalui teknik
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audiovisual
(pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
3. Apakah melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita
dengan media audio visual (pemutaran film) memberikan kemudahan
dalam menulis cerpen?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
4. Apakah anda merasa lebih faham dan tertarik belajar menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual (pemutaran film)?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
5. Berilah kesan dan pesan tentang pembelajaran menulis cerpen melalui
pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual
(pemutaran film) yang telah diajarkan oleh guru (peneliti)!
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
164

Lembar Kerja Siswa

Nama :
No/Kelas :

.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
165

.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
166

.............................................................................................................................................
149

REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKLUS II

No. Aspek SS S KS TS STS


∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Keterampilan 22 56.41 15 38.46 2 5.13 - - - -
menulis cerpen
dapat
meningkatkan
kretifitas siswa
dalam belajar
2. Siswa merasa 9 23.08 28 71.79 2 5.13 - - - -
senang terhadap
cara guru
menerangkan
keterampilan
menulis cerpen
melalui teknik
pengandaian
sebagai tokoh
dalam cerita
dengan media
audio visual
3. Saya senang 8 20.51 27 69.23 4 10.26 - - - -
dengan teknik
pengandaian diri
sebagai tokoh
dalam cerita yang
digunakan dalam
pembelajaran
menulis cerpen
4. Teknik yang 14 35.90 22 56.41 3 7.69 - - - -
digunakan oleh
guru dapat
memotivasi
siswa untuk
menulis cerpen
5. Media audio 15 38.46 23 58.97 1 2.56 1 2.56 - -
visual dengan
pemutaran film
remaja dapat
memudahkan
siswa
menemukan ide
sehingga siswa
dapat menuliskan
150

cerpen dengan
baik
6. Saya senang 15 38.46 16 41.03 8 20.51 - - - -
dengan media
audio visual
(pemutaran film)
yang digunakan
oleh guru dalam
pembelajaran
7. Suasana kelas 5 12.82 18 46.15 13 33.33 2 5.13 1 2.56
dapat membantu
pemahaman
siswa dalam
menulis cerpen
8. Saya senang 7 17.95 23 58.80 9 23.08 - - - -
dengan
pembelajaran
menulis cerpen
dengan teknik
pengandaian diri
sebagai tokoh
dalam cerita
9. Saya dapat 10 25.64 20 51.28 9 23.08 - - - -
menggungkapkan
dan menuangkan
ide dan gagasan
dalam cerpen
10. Pembelajaran 14 35.90 23 58.97 2 5.13 - - - -
yang dilakukan
oleh guru
sekarang lebih
menyenangkan
147

REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKLUS I

No. Aspek SS S KS TS STS


∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
1. Keterampilan 22 56.41 15 38.46 2 5.13 - - - -
menulis cerpen
dapat
meningkatkan
kretifitas siswa
dalam belajar
2. Siswa merasa 11 28.21 24 61.54 4 10.26 - - - -
senang terhadap
cara guru
menerangkan
keterampilan
menulis cerpen
melalui teknik
pengandaian
sebagai tokoh
dalam cerita
dengan media
audio visual
3. Saya senang 12 30.77 23 58.97 4 10.26 - - - -
dengan teknik
pengandaian diri
sebagai tokoh
dalam cerita yang
digunakan dalam
pembelajaran
menulis cerpen
4. Teknik yang 11 28.21 25 64.10 3 7.69 - - - -
digunakan oleh
guru dapat
memotivasi
siswa untuk
menulis cerpen
5. Media audio 19 48.72 15 38.46 5 12.82 - - - -
visual dengan
pemutaran film
remaja dapat
memudahkan
siswa
menemukan ide
sehingga siswa
dapat menuliskan
148

cerpen dengan
baik
6. Saya senang 13 33.33 22 56.41 4 10.26 - - - -
dengan media
audio visual
(pemutaran film)
yang digunakan
oleh guru dalam
pembelajaran
7. Suasana kelas 9 23.08 15 38.46 10 25.64 4 10.26 1 2.56
dapat membantu
pemahaman
siswa dalam
menulis cerpen
8. Saya senang 9 23.08 22 56.41 8 20.51 - - - -
dengan
pembelajaran
menulis cerpen
dengan teknik
pengandaian diri
sebagai tokoh
dalam cerita
9. Saya dapat 13 33.33 22 56.41 4 10.26 - - - -
menggungkapkan
dan menuangkan
ide dan gagasan
dalam cerpen
10. Pembelajaran 7 17.95 25 64.10 7 17.95 - - - -
yang dilakukan
oleh guru
sekarang lebih
menyenangkan

You might also like