Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Aditya Bagaskara (01)
Aninda Pratiwi (03)
Arvinda Yuli Kristanti (05)
Daisyta Mega Sari (06)
Rio Bagos (27)
Rizal Nur Cholis (28)
Kelas XI IPS 2
SMA N 11 YOGYAKARTA
Kata Pengantar
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah
ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan karya tulis kami.
Penulis
A. Sejarah Keraton Kasultanan Yogyakarta
K
eraton Kesultanan Yogyakarta didirikan pada tahun 1756 M oleh Pangeran Mangkubumi,
yang kemudian bertahta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I. Pendirian Keraton yang
sekaligus menandai berdirinya Kota Yogyakarta ini diabadikan dengan ornamen simbolik
berupa candrasengkala berbunyi ”Dwi Naga Rasa Tunggal”, yang bermakna angka tahun
1682 Jawa. Ornamen berupa 2 ekor naga saling berlilitan ini, terdapat di pintu gerbang
atau Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlati yang berada di dalam Keraton
Kasultanan Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengku Buwono Idikenal sebagai arsitek yang banyak membangun
karya arsitektur megah. Selain Keraton Kasultanan, Sultan juga membangun
Pesanggrahan Tamansari, Benteng Vredeburg serta Tugu Pal Putih yang menjadi simbol
Kota Yogyakarta. Bahkan, bangunan Keraton KasunananSurakarta pun merupakan karya
arsitektur hasil rancangannya. Karya terbesar Sultan adalah landscape Kota Yogyakarta
yang berorientasi pada poros magis Pantai Selatan, Panggung Krapyak, Keraton, Tugu
Pal Putih, dan Gunung Merapi, dan berada di antara aliran 2 sungai, Sungai Code dan
Sungai Winogo. Konon, kedua sungai ini sempat dibelokkan arahnya untuk memberikan
ruang yang memadai untuk pembangunan Keraton berikut bentengnya. Letak Keraton
secara geografis digambarkan dalam sebuah tembang Mijil:
Kali Nanga pancingkok ing puri, Gunung Gamping kulon, Hardi Mrapi ler wetan
prenahe,
Kota-kota kerajaan di Jawa pada umumnya memiliki empat komponen utama, yang
dikenal sebagai konsep Catur Gatra Tunggal atau empat komponen dalam satu kesatuan.
Komponen-komponen itu adalah Keraton, Masjid, Alun-alun, dan Pasar. Di yogyakarta
semua komponen itu masih terpelihara lestari dan menjadi bagian aktivitas kehidupan
warganya.
Sebagai situs pusaka budaya, Keraton Kasultanan Yogyakarta
masih mempertahankan dan melestarikan sebagian besar bentuk dan
fungsi bangunannya. Menelusuri halaman-halaman Keraton dengan
mengenali berbagai bentuk dan fungsi bangunannya adalah salah
satu cara untuk memahami sebuah tradisi budaya yang sudah
berlangsung selama dua setengah abad lamanya.