Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kristalisasi
Batu ureter
Obtruksi
info yang adekuat
Menekan syaraf sekitar Insisi bedah
Refluk diginjal
Kurang haluaran Salah persepsi tentang
urine penyakit
Nyeri Kerusakan intergritas
Infeksi kulit
5. Manifestasi Klinis
Gelombang nyeri yang luar biasa, kolik, akut, yang menyebar kepaha dan genetalia.
Rasa panas dan terbakar dipinggang.
Nyeri ketok ginjal.
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
Hematuria (Suddarth & Brunner, 1997).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Terjadi hematuria secara makroskopik atau mikroskopik.
Sendimen urine mengandung eritrosit dan leokosit.
Proteinuria ringan.
b. Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat batu radiopak, pielografi intravena untuk
melihat batu radiolusen dan menilai sekresi ginjal..
c. Ultrasonografi/ USG (Suddarth & Brunner, 1997).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Atasi nyeri, mandi hangat diarea panggul dapat bermanfaat.
b. Terapi nutrisi dan medikasi, masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentukan batu (mis:
Kalsium)
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakarpareal, merupakan prosedur non invasif
yang digunakan untuk menghancurkan batu dan kaliks ginjal. Setelah batu tersebut
pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan
secara spontan.
d. Ureterolitotomi, pembedahan pengangkatan batu.
e. Penyuluhan, karena resiko kambuh yang tinggi, perawat harus memberikan
pelajaran mengenai batu ureter dan mencegah kekambuhan (Suddarth & Brunner,
1997).
8. Komplikasi
Hidronefrosis
Pionefrosis
10
Uremia
Gagal ginjal (Mansjoer,2000).
2) Sirkulasi
Tanda: takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri). Tekanan darah hipotensi/termasuk Postural.
3) Integritas kulit
Peka terhadap tanda-tanda dan gejala komplikasi.
4) Eliminasi
Gejala: Ketidakmampuan defekasi atau flatus
Tanda: Distensi abdomen, penurunan haluaran urine, penurunan atau tidak
adanya bising usus (ileus), kekacauan abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: Haus
Tanda: : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk
6) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen,
Tanda: nyeri tekan, otot tegang (abdomen),
7) Pernafasan
Tanda: Takipnea.
d. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa, warna kuning, coklat gelap, berdarah: secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat ), sepihan, mineral,
bakteri, pus; ph mungkin asam meningkatkan sistin dan asam urat ) atau alkalin
( meningkatkan magnesium, fosfat, amonium, atau batu kalsium fosfat ).
Hb/Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau politemia terjadi (mendorong
prepitasi pemadatan ) atau anemia ( pendarahan, disfungsi/gagal ginjal).
Foto Rongsent KUB, menunjukan adanya kalkuli dan/perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
Sistoureterokopi, visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan/atau efek obstruksi.
Scan CT, mengidentifikasi/mengambarkan kalkuli dan masa lain: ginjal, ureter,
distensi kandung kemih.
Ultarasound ginjal, untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu
(Doenges, 2000).
12
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
dari kelompok atau individu dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian tentang status kesehatan klien atau pasien (Effendy Nasrul,1995).
Sedangkan yang dikutif dari Gordon, 1976 (Nursalam, 2001) mendefinisikan
bahwa diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan yang potensial dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, diagnosa mampu dan mempunyai
wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Pernyataan diagnosa keperawatan
aktual terdiri dari tiga bagian yang meliputi PES (problem, etiologi, dan symptom).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan kanker
kolon adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas: Penurunan
kekuatan dan ketahanan nyeri / ketidaknyamanan.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) kondisi dan prognosis penyakit dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang imformasi yang adekuat
(Doenges, 2000).
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah
menentukan perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi perkembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, dimana tahapan ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi
(Nursalam, 2001).
Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan, penetapan tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan. Dikutip dari iyer, et al, 1996 dalam (Nursalam, 2001).
13
Terdapat tiga rencana tindakan dalam tahap perencanaan yaitu rencana tindakan
perawat, rencana tindakan pelimpahan (medis dan tim kesehatan lain) dan program
medis untuk klien yang dalam pelaksanaannya dibantu perawat (Capernito, 2000).
Untuk menentukan prioritas kebutuhan dalam intervensi keperawatan, ada dua hirarki
yang ada digunakan, yaitu:
a. Hirarki “ Maslow “ (1960) dalam (Nursalam, 2001) membagi kebutuhan dalam
lima tahap yaitu: kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial dan harga diri
Contoh hirarki yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas diagnosa
keperawatan adalah:
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Keterangan:
a. Kebutuhan Fisiologis
Contoh: udara segar, air, cairan elektrolit, makanan, dan sex
b. Rasa aman dan nyaman
Contoh: terhindar dari penyakit, pencurian dan perlindungan hukum
c. Mencintai dan Dicintai
Contoh: kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima kelompok
d. Harga Diri
Contoh: dihargai, menghargai (respek dan toleransi)
e. Aktualisasi Diri
Contoh: ingin diakui, berhasil dan menonjol.
14
2.
. 2. Jelaskan penyebab nyeri. data dasar
kebutuhan
(Doenges,
4. Anjurkan 5. Pendekatan
untuk perawatan mandi frustasi, me
ditempat tidur. pasien, me
(Doenges,
5. Jadwalkan aktivitas yang
memungkinkan pasien cukup
waktu untuk menyelesaikan
tugas pada kemampuan paling
baik.
4 Kurang pengetahuan Tujuan: Mengutarakan Mandiri:
tentang kondisi, pemahaman proses penyakit. 1. Kaji pengetahuan klien 1. Memberikan
prognosis, dan kebutuhan Kriteria hasil: tentang penyakit dan harapan dapat me
pengobatan berhubungan - Melakukan prosedur yang masa datang. informasi
dengan kurang diperlukan. menjelaskan
imformasi adekuat. - Memulai perubahan gaya situasi indiv
hidup.
- Ikut serta dalam proses 2. Pembilasan
18
keperawatan. 2. Kaji program diet sesuai kesempatan
individual. batu.
cairan/dehid
tambahan d
(Doenges, 2
3. Imformasi y
3. Jelaskan secara singkat dan kerjasama k
sederhana mengenai: proses kepe
- Pengertian batu ureter
- Penyebab batu ureter
- Tanda dan gejala
- Penanganan batu ureter
- Pencegahan batu ureter 4. Obat-obatan
4. Diskusikan program obat atau menga
obatan hindari obat yang dijual pada penyeb
bebas dan membaca semua makanan
label produk/kandungan dalam secara indivi
makanan. (Doenges, 2
. 5. Menurunkan
5. Diet rendah oksalat, contoh oksalat.
pembatasan coklat, minuman (Doenges, 20
mengandung kafein, bit dan
bayam.
20
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2000). Implementasi sebaiknya dibuat sesuai
dengan situasi klien dan peralatan rumah sakit
Pelaksanaan atau implementasi merupakan aplikasi keperawatan oleh perawat dan
klien. Hal-hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan implementasi adalah
intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validitas,
pengasahan keterampilan interpersonal, intelektual, dan psikologi individu. Terakhir
melakukan pendokumentasian keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
(Nursalam, 2001).
Dalam tahap implementasi ini, perawat berperan sebagai pelaksana keperawatan,
memberi support, pendidik, advokasi, dan pencatatan/penghimpunan data
(Carpenito,1999).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan yang intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam,2001).
Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu Formatif dan Sumatif:
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka pendek, atau
evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah tindakan
keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif biasanya disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir, evaluasi jangka
panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna
dilakukan dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi
tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan format
“SOAP” (Nursalam, 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
21
Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam tahap evaluasi ini, yaitu:
masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, dan
masalah baru.
6. Perencanaan Pulang
a. Nyeri hilang/terkontrol
b. Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
c. Komplikasi dicegah/minimal
d. Proses penyakit prognosis dan program terapi dipahami (Doenges, 2000).