You are on page 1of 11

BUDI DAYA UDANG

Page 1
Universitas Kristen Petra
187
Lampiran 1 : Kaidah pemeliharaan yang baik untuk udang.
1. Pengelolaan Media Budi Daya
Kualitas air tambak harus dipertahankan dalam kondisi prima. Kondisi air
akan berubah selama pemeliharaan, antara lain akibat tingginya laju pertumbuhan
plankton. Pertumbuhan plankton yang terlalu tinggi akibat pemberian pakan yang
berlebihan bisa membahayakan kehidupan udang karena akan mempengaruhi
ketersediaan oksigen. Tipisnya ketersediaan oksigen terutama terjadi pada malam
hari, yakni ketika proses fotosintesis tidak berlangsung. Pada malam hari,
plankton membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga terjadi persaingan
memperebutkan oksigen dengan udang.
Jika kadar oksigen yang terlarut di dalam tambak hanya sedikit, udang akan
mengalami stres. Tanda udang yang stres adalah sering berenang ke permukaan
air dan pada tahap yang lebih kritis udang akan berlompatan ke udara. Jika
masalah ini tidak segera ditangani, udang akan mati. Hal ini biasanya terjadi pada
pukul 02.00-05.00 pagi. Karena itu, pada saat-saat tersebut perlu dilakukan
pengukuran kadar oksigen terlarut. Pengukuran parameter kualitas air, seperti pH,
salinitas, kandungan amonia, nitrit, dan nitrat, juga harus dilakukan secara berkala.
Jika terjadi kekurangan oksigen seperti di atas atau parameter kualitas air
lainnya tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan, perlu segera diambil tindakan
penggantian air yang lebih banyak. Pada waktu penggantian air, aerator atau
kincir air tetap dioperasikan. Posisi aerator tersebut diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran dan perputaran air tambak secara
merata.
2. Pengendalian Predator
Selama masa pelmeliharaan, meskipun air yang masuk ke tambak sudah
melalui penyaringan, kemungkinan besar telur ikan, benih ikan, kepiting, dan
udang liar yang menjadi predator udang masih bisa terbawa masuk bersama
dengan aliran air. Beberapa waktu kemudian hewan-hewan itu akan tumbuh besar
dan menyamai, bahkan melebihi ukuran udang yang dipelihara sehingga
mengancam kehidupan udang. Udang liar pun akan memangsa udang yang
dipelihara terutama saat udang sedang berganti kulit (molting). Pemberantasan
predator bisa dilakukan dengan cara penebaran pestisida, misalnya pestisida
saponin dengan dosis 5 ppm. Pestisida yang diberikan akan membunuh ikan,
tetapi tidak akan membunuh udang yang dipilihara. Cara pemberantasannya
adalah menutup sementara pintu pemasukan air, kemudian saponin langsung
disebar. Beberapa saat kemudian, ikan yang menjadi predator akan mati dan
segera dibuang dari tambak. Jika semua ikan diperkirakan mati, air kembali
dimasukkan dan kincir air kembali beroperasi seperti semula.
3. Pengelolaan Pakan
Sejak ditebar dan selama pemeliharaan hingga menjelang panen, udang perlu
diberi pakan yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya Pemberian pakan ini
dilakukan secara rutin. Selain menyebabkan pemborosan, kesalahan dalam
pemberian pakan juga bisa menurunkan kualitas air sehingga terjadi kegagalan
panen. Sementara itu, kekurangan pemberian pakan akan menghambat
pertumbuhan udang. Persoalan lain dalam pemberian pakan adalah penyebaran
Page 2
Universitas Kristen Petra
188
Lampiran 1 : Kaidah pemeliharaan yang baik untuk udang.
pakan yang tidak merata sehingga pertumbuhan udang tidak seragam. Karena itu,
pemberian pakan perlu direncanakan secara baik sejak awal.
Di samping bersifat nocturnal atau aktif mencari makanan pada malam hari,
sifat udang termasuk lambat dan terus menerus. Udang tidak memiliki kebiasaan
mencari makanan hingga ke dalam lumpur. Dengan demikian, pakan udang
sebaiknya disediakan sepanjang waktu terutama pada malam hari. Dari segi
kepraktisan, pemberian pakan sebaiknya dilakukan 4-6 kali sehari. Jika pakan
diberikan sebanyak empat kali sehari, sebaiknya dilakukan pada pukul 10.00,
17.00, 22.00, dan 04.00. Jika lima kali sehari, dilakukan pada pukul 10.00, 16.00,
20.00, 24.00, dan 05.00. Sementara itu, jika pakan diberikan enam kali sehari,
sebaiknya dilakukan pada pukul 05.30, 11.00, 16.00, 20.00, 24.00, dan 03.00.
Prinsip dasar pemberian pakan pada udang adalah pakan harus tepat sasaran.
Artinya, pakan yang diberikan hendaknya mudah dicapai udang. Ada dua cara
pemberian pakan yang lazim dilakukan, yakni penebaran langsung ke seluruh
tambak dan penggunaan tempat khusus yang disebut baki pakan (feed tray).
Pemberian pakan dengan cara ditebar langsung dianjurkan dilakukan di tambak
yang dasarnya cukup keras dan tidak berlumpur, sementara itu jika dasar pakan
berlumpur, sebaiknya menggunakan baki pakan.
Agar pakan tersebar merata ke seluruh tambak, ditengah tambak perlu
dilengkapi jembatan, Selain dengan jembatan, penyebaran pakan juga bisa
menggunakan perahu. Teknik penyebaran pakan pada siang hari adalah 25% di
sisi tambak dan 75% di tengah tambak. Sementara itu, teknik penebaran pakan
pada malam hari adalah 50% di sisi tambak dan 50% di tengah tambak.
Jumlah atau dosis pakan yang diberikan setiap hari dipengaruhi oleh
ketersediaan pakan alami di dalam tambak. Dosis pakan yang diberikan bervariasi,
tergantung dari ukuran udang dan laju pertumbuhannya. Umumnya, pabrik pakan
mencantumkan dosis pemberian pakan pada kemasan produknya. Sebagai patokan,
udang ukuran 0,5-2 gram/ekor diberi pakan 10-15% dari BB (berat badan) per
hari. Udang ukuran 2-15 gram/ekor sebanyak 6-10% dari BB per hari dan untuk
udang yang lebih besar dari 15 gram/ekor sebanyak 3-5% dari BB per hari. Jika
selera makan udang berkurang, porsi pakan yang diberikan dikurangi 3% dari
total BB udang yang dipelihara, sedangkan jika selera udang meningkat, porsi
pakannya diperbesar menjadi 5% dari BB. Selera makan udang bisa diketahui dari
sampling.
4. Sampling
Selama pemeliharaan berlangsung, sampling atau pengambilan contoh udang
yang dipelihara perlu dilakukan secara rutin, minimum setiap 2-3 minggu sekali.
Selain untuk menduga jumlah udang yang terdapat pada tambak, sampling juga
digunakan untuk melihat laju pertumbuhan dan status kesehatan udang. Laju
pertumbuhan dan jumlah populasi udang berkaitan dengan dosis pakan. Sampling
dilakukan dengan cara menangkap udang secara acak di lokasi yang mewakili
kemudian dilakukan pengukuran panjang dan berat tubuh udang. Tabel di bawah
menuunjukkan laju pertumbuhan normal udang windu di tambak.
Page 3
Universitas Kristen Petra
189
Lampiran 1 : Kaidah pemeliharaan yang baik untuk udang.
Umur (Hari)
Berat (Gram)
PL 20-30
0.012
10
0.53
19
1.10
28
2.50
37
5.50
46
8.00
55
10.00
64
15.00
73
20.00
82
24.00
91
28.00
102
29.00
109
30.00
120
33.00
Tabel laju pertumbuhan normal udang windu di tambak.
Page 4
Universitas Kristen Petra
190
Lampiran 2 : Hasil Kuisioner tentang Pengujian dan Penilaian Program oleh
Responden I
No
Kriteria Penilaian
Penilaian
1. Kelayakan program
3
2.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk mendeteksi penyakit pada ikan dan udang
3
3.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk pengobatan penyakit pada ikan dan udang
2
4. Kemudahan penggunaan program
3
5. Tampilan program
4
Keterangan :
Penilaian menggunakan skala 1 sampai 5, dimana nilai 1 merupakan nilai
terendah sedangkan nilai 5 merupakan nilai maksimum. Kriteria penilaian adalah
sebagai berikut :
• Nilai 1 : Sangat Kurang
• Nilai 2 : Kurang
• Nilai 3 : Cukup
• Nilai 4 : Baik
• Nilai 5 : Sangat Baik
Saran :
• Untuk pengobatan pada udang cukup sesuai dengan teori, tetapi yang
lebih penting masukkan cara pencegahan-pencegahan yang harus
dilakukan agar penyakit tidak timbul, karena 90% tambak terkena
penyakit tidak dapat disembuhkan, dan panen akan gagal memenuhi
target.
• Tambah lagi varian spesies dan penyakit-penyakit baru.
Page 5
Universitas Kristen Petra
191
Lampiran 3 : Hasil Kuisioner tentang Pengujian dan Penilaian Program oleh
Responden II
No
Kriteria Penilaian
Penilaian
1. Kelayakan program
4
2.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk mendeteksi penyakit pada ikan dan udang
3
3.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk pengobatan penyakit pada ikan dan udang
3
4. Kemudahan penggunaan program
5
5. Tampilan program
5
Keterangan :
Penilaian menggunakan skala 1 sampai 5, dimana nilai 1 merupakan nilai
terendah sedangkan nilai 5 merupakan nilai maksimum. Kriteria penilaian adalah
sebagai berikut :
• Nilai 1 : Sangat Kurang
• Nilai 2 : Kurang
• Nilai 3 : Cukup
• Nilai 4 : Baik
• Nilai 5 : Sangat Baik
Saran :
• Database kurang banyak.
• Detail database kurang.
• Beberapa pertanyaan membingungkan.
Page 6
Universitas Kristen Petra
192
Lampiran 4 : Hasil Kuisioner tentang Pengujian dan Penilaian Program oleh
Responden III
No
Kriteria Penilaian
Penilaian
1. Kelayakan program
3
2.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk mendeteksi penyakit pada ikan dan udang
3
3.
Keakuratan dan kesimpulan yang dihasilkan program
dibandingkan dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh
responden untuk pengobatan penyakit pada ikan dan udang
3
4. Kemudahan penggunaan program
4
5. Tampilan program
4
Keterangan :
Penilaian menggunakan skala 1 sampai 5, dimana nilai 1 merupakan nilai
terendah sedangkan nilai 5 merupakan nilai maksimum. Kriteria penilaian adalah
sebagai berikut :
• Nilai 1 : Sangat Kurang
• Nilai 2 : Kurang
• Nilai 3 : Cukup
• Nilai 4 : Baik
• Nilai 5 : Sangat Baik
Saran :
• Rule terlalu kompleks, seharusnya diberi kompensasi untuk jawaban.
• Variasi penyakit perlu diperbanyak.
• Gambar-gambar perlu diperbanyak, keterangan diperjelas.
Page 7
1. Judul
Pembuatan Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendeteksi Penyakit Ikan Dan Udang
Pada Tambak.
2. Latar Belakang
Seiring makin kompleksnya penyakit yang timbul pada hewan air dan
berkembangnya kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara
cepat (khususnya untuk mendapatkan informasi dalam melakukan pencegahan
dan pengobatan). Maka dengan berkembangnya teknologi komputerisasi
sekarang ini diharapkan dapat memudahkan untuk mendeteksi penyakit-penyakit
yang timbul pada hewan air tersebut, terkadang penyakit tersebut tidak
menampakan gejala-gejala yang mencolok, namun dampaknya bila sampai parah
bisa menghabiskan atau mematikan seluruh ternak di petak tersebut. Karena itu
penulis membuat Tugas Akhir ini untuk membantu para pemilik tambak air
dalam mengidentifikasi penyakit-penyakit yang merugikan tambak mereka ,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar dapat mengurangi kematian
ikan dan udang pada tambak air payau tersebut, dan dapat juga mengurangi
kerugian yang diderita oleh para pemilik tambak air payau. Sekaligus
pengobatan-pengobatan apa saja yang harus dilakukan apabila gejala-gejala
penyakit tersebut mulai muncul.
3. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup
Masalah yang timbul adalah jika ternak terjangkit penyakit dan penyakit
terlambat untuk diidentifikasi maka penyakit akan susah untuk disembuhkan dan
untuk menghindari kerugian lebih lanjut maka ternak harus di-panen saat itu juga
walau umur dan size-nya belum cukup besar.
Ruang lingkup dibatasi pada:
• Penyakit hewan air tawar dan payau khususnya spesies udang dan
ikan yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
manusia.
Page 8
• Sasaran pengguna dari software ini adalah para pemilik dan teknisi
tambak air payau dan tawar.
• Desain software menggunakan software Borland Delphi 7.0.
• Database yang digunakan adalah Microsoft Access 2003.
4. Tujuan Tugas Akhir
Membantu para pemilik tambak air payau dan tawar dalam mengidentifikasi
penyakit yang diderita binatang yang diternakannya sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan agar penyakit tersebut tidak semakin parah sehingga jumlah
kematian ternak akibat penyakit dan kerugian yang diderita pemilik tambak dapat
ditekan seminimal mungkin.
5. Tinjauan Pustaka
Penulis mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku tentang hama
dan penyakit hewan air, untuk kemudian dijadikan knowledge based. Selain itu
juga dilakukan wawancara terhadap expert (pakar) insinyur perikanan untuk
pengumpulan datanya. Adapun sebagian dari data-data tersebut adalah sebagai
berikut:
5.1. Sebagian dari data-data penyakit tersebut adalah sebagai berikut :
• Penyakit White Spot Syndrome Baculovirus Complex (WSBV) atau
penyakit bintik putih. Mempunyai nama lain HHNBV (Baculoviral
Hypodermal & Hematopoietic Necrosis; Shrimp Explosive Epidermic
Desease (SEED); Penyakit Virus Cina , RV-PJ (Rod-Shaped Nuclear
Virus of Penaeus Japonicus; Penyakit Virus Jepang, Cina & Korea) ,
SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo Virus;
Penyakit Merah; Penyakit bintik putih; Penyakit Virus Thailand).
• Penyakit WSBV dapat terjangkit pada spesies udang famili Penaeus
Monodon (Udang Windu), Penaeus japonicus, Penaeus chinensis
(=orientalis), Penaeus indicus, Penaeus merguiensis, Penaeus
Setiferus, Litopenaeus vannamei (udang putih), Litopenaeus
stylirostris (Blue Shrimp / lansia), Penaeus aztecus dan Penaeus
Page 9
duorarum. Khusus pada 5 famili terakhir , jika terjangkit penyakit
WSBV dapat menimbulkan infeksi yang keras dan mematikan.
• Penyakit WSBV juga dapat menyerang spesies ikan , tidak hanya
spesies udang. Ikan lele juga bisa terkena penyakit ini. Pada ikan lele
penyakit ini disebabkan oleh protozoa seperti chilodonella atau
trichodina. Jika tidak diantisipasi secara cepat , maka bisa berakibat
sangat fatal yaitu kematian secara serentak (massal).
• Kolam lele juga seringkali terkena penyakit bintik merah. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri jenis pseudomonas dan aeromonas. Tanda-
tandanya mirip dengan penyakit bintik putih , yaitu pada sekujur
tubuh ikan tampak bintik-bintik putih. Hanya saja perbedaan terletak
pada tanda ke-2 , yaitu pada sirip punggung dan sirip dada ada
pendarahan. Penyebab utama adalah adanya perubahan suhu yang
drastis.
• Segala penyakit yang menyerang budidaya ikan pada dasarnya
bersumber dari dua hal , yakni pH air yang tidak ideal dan toksid
(racun) yang tinggi di dasar kolam.
• Penyakit Taura Syndrome Virus (TSV) atau Taura Syndrome (TS)
disebut juga penyakit ekor merah. Penyakit ini mempunyai tahap
Peracute / akut dan tahap Kronis / penyembuhan. Penyakit ini sangat
dikenal pada tahap pembenihan Penaeus Vannamei yang muncul
dalam 14 hingga 40 hari penyediaan postlarvae ke dalam kolam dan
tangki pemeliharaan. Udang yang terkena TSV adalah benih yang
kecil dan khas dengan berat 0.05 gram hingga kurang dari 5 gram.
• Tingkat dari Alkanitas dan Salinitas dari air tambak air payau juga
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ternak. Juga jenis-jenis
plankton tertentu dapat pula menjadi penyebab dari penyakit-
penyakit.
5.2. Para Expert di bidang perikanan.
• Peran dari expert (ahli) ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam
pembuatan Tugas Akhir , khususnya pada tahap pengumpulan data.
Page 10
Expert juga akan membantu dalam proses mengubah data-data
tersebut menjadi bentuk rule-rule. Para expert tersebut adalah :
• Ir. Perikanan Bambang Tri.
• Ir. Perikanan Etty Ernawati.
• Ir. Perikanan Mai Sony Ardianto.
• Ir. Perikanan Norman.
• Ir. Perikanan Setio Wahyudi.
5.3. Metode pencariannya menggunakan metode mix-mode (forward chaining
dan backward chaining).
• Metode backward chaining adalah proses penalaran dengan
pendekatan goal-driven. Pendekatan goal-driven memulai titik
pendekatannya dari goal yang akan dicari nilainya kemudian bergerak
untuk mencari informasi (fakta-fakta) yang mendukung goal (solusi)
tersebut.
• Metode forward chaining adalah proses penalaran dengan pendekatan
data-driven. Pendekatan data-driven memulai titik pendekatannya
dari primitive yang akan dimasukkan nilainya kemudian dari
informasi (fakta-fakta) yang dimasukkan akan dicari goal (solusi)
yang didukung oleh informasi tersebut.
• Metode mix-mode adalah metode yang memakai forward chaining
dan backward chaining dalam 1 inference engine. Cara kerja dari
metode ini adalah dengan pertama kali memakai forward chaining
untuk me-reduce kemungkinan dari goal–goal yang ada , lalu setelah
semua informasi yang diketahui sudah dimasukkan , baru proses
backward chaining dimulai untuk menanyakan hal–hal yang lebih
detail sampai suatu goal (solusi) terbukti.
5.4. Software-nya akan dibuat menggunakan software Borland Delphi 7.
• Borland Delphi 7 adalah sebuah software yang digunakan untuk
membuat suatu software dengan menggunakan bahasa pemrograman
dari Pascal.
6. Metodologi Penelitian
Page 11
• Studi literatur
Mempelajari tentang Aplikasi Sistem Pakar (ASP), cara-cara untuk membuat
rule-rule yang diperlukan. Serta mempelajari metode forward chaining dan
backward chaining, yang merupakan metode yang akan digunakan penulis
untuk membuat tugas akhir ini.
• Pengumpulan data
Cara pengumpulan data adalah melalui studi literatur tentang penyakit ternak
tambak air payau dan tawar dan wawancara dengan pakar insinyur perikanan.
• Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan akan diubah dalam bentuk rule-rule. Yang
nantinya akan digunakan dalam pembuatan software.
• Analisa rancangan software
Melakukan analisa terhadap hasil pengolahan data untuk menetapkan metode
apa yang akan digunakan.
• Pembuatan software
Dilakukan pembuatan software sesuai dengan hasil desain dan analisa yang
telah dilakukan. Selain itu juga dilakukan dokumentasi selama tahap ini.
• Pengujian software
Tahap pengujian software yang telah dibuat apakah bebas dari error. Bila
masih terdapat error, maka akan dilakukan perbaikan terhadap software.
• Penarikan kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dari hasil pembuatan tugas akhir. Pengambilan
kesimpulan ini didapatkan dari hasil pengujian yang telah dilakukan. Tugas
akhir dinyatakan berhasil bila sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dan user friendly.
7. Relevansi
Software yang dibuat penulis dapat digunakan oleh para pemilik dan teknisi
dari tambak air payau dan tawar untuk membantu dalam mengidentifikasi
penyakit yang diderita hewan ternaknya agar dapat diambil tindakan pencegahan
supaya penyakit tersebut tidak semakin parah sehingga angka kematian ternak
dapat dibuat seminimal mungkin.
Page 12
8. Jadwal Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Daftar
Kegiatan
1234123412341234
Pengumpulan Data
Analisa sistem
Perancangan sistem
Pembuatan Program
Uji coba program
Penyusunan laporan
9. Daftar Pustaka
A. Rantetondok, Ir. M. Fish. Sc.. Hama dan Penyakit Ikan, Ujung Pandang :
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, 1986.
Amri, Khairul, M.Si., Ir., Budidaya Udang Windu secara Intensif, Jakarta:
AgroMedia Pustaka, 2003.
Buchanan, Robert E. and Buchanan, Estelle D., Bacteriology, New York: The
Macmillan Company, Fifth Edition.
Cahyono, Ifnu, Isolasi Bioaktif Ekstrak Kasar Dari Jaringan Tentakel Ubur-ubur
dan Aplikasinya Terhadap Pertumbuhan Bakteri Vibrio harveyi, Malang:
Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan, 2001.
Durkin, John, Expert System: Design and Development, New Jersey: Macmillan
Publishing Company, 1994.
Eplhinstone, C. Allen J., Ph. Prior, Bacterial Wilt Diease Molecular and
Ecological Aspects with 98 Figures , 8 in Colour and 62 Tables, New York:
Springer-Verlay Berlin Heidelberg , Inra Editions, 1998.
Ernawati, Etty, Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus), Malang:
Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan, 1992.
Hadie, Wartono dan Supriatna, Jatna, Pengembangan Udang Galah dalam
Hatchery dan Budidaya, Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),
1998.
Page 13
Hoffman, Glenn L., Dr. and Meyer, Fred P., Dr., Parasites of Freshwater Fishes,
Shepherdstown , West Virginia: Bureau of Sport Fisheries and Wildlife ,
Division of Fishery Research edited by Dr. John C. Landolt , Shepherd
College, 1974.
Hormaeche, C.E., Penn, C.W. and Smyth, C.J., Molecular Biology of Bacterial
Infection Current Status and Future Perspectives, Cambridge: The Society of
General Microbiology , Trinity 400, 1992.
L.B. Holthuis Rijksmuseum van Natuurlijke Historie Leiden, The Netherlands,
FAO Species Catalogue Vol. 1 – Shrimps And Prawns of The World, Rome:
Food And Agriculture Organization of The United Nations, 1980.
M. Ghufran H. Kordi K., Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan, Jakarta: PT
Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, 2004.
Sniezko, Stanislas F., Dr. and Axelrod, Herbert R., Dr., Diseases of Fishes, West
Virginia 25430: Bureau of Sport Fisheries and Wildlife Eastern Fish Disease
Laboratory Kearneysville, 1970.
Vincent van Ginneken, Common Parasitical Infections in Clarias Batrachus-
Culture in East-Java, Wageningen: Universitas Brawijaya Fakultas
Perikanan, 1987.

You might also like