You are on page 1of 8

SOLAT SUNNAH DAN KEUTAMAANNYA

Sholat sunnah sering pula disebut sebagai sholat tathawwu’ atau sholat nawafil. Sholat sunnah pada dasarnya bisa
dilakukan secara mutlaq dua rakaat-dua rakaat kapanpun juga selain pada waktu-waktu yang dilarang untuk sholat.
Disamping itu, terdapat pula sholat-sholat sunnah dengan tujuan khusus. Sholat-sholat tersebut adalah sebagai
berikut :

1. SOLAT ROWATIB

Sholat Sunnah Rowatib sepintas nampak seperti hal yang biasa menurut kita. Namun banyak dari kita yang
tidak mengetahui bahwa Rosulullah tidak pernah meninggalkan sholat sunnah ini selain dalam perjalanan.
Kalaupun tertinggal karena lupa, sakit atau tertidur, beliau mengqodo’nya. Dari sini dapat kita simpulkan betapa
pentingnya kedudukan sholat sunnah rowatib ini disamping sholat-sholat fardlu.

Sholat Sunnah Rawatib sangat dianjurkan / ditekankan untuk dilakukan. Menurut pendapat beberapa ulama,
orang yang terus menerus meninggalkannya maka ketakwaannya tidak bisa dipercaya dan ia pun berdosa.
Alasannya, karena terus menerus meninggalkannya menunjukkan kadar keislamannya yang sangat rendah dan
ketidakpeduliannya terhadap sholat sunnah rowatib. Adapun keistimewaan sholat sunnah rowatib adalah
merupakan penambal kekurangan dan kesalahan seseorang ketika melaksanakan sholat fardlu. Karena manusia
tidak terlepas dari kesalahan, maka ia membutuhkan sesuatu yang dapat menutupi kesalahannya tersebut.

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunnah yang bukan wajib, karena Allah, (sebanyak) dua
belas rakaat dalam setiap hari, Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah (istana) di surga.”
(Kemudian) Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata, “Setelah aku mendengar hadits ini aku tidak pernah
meninggalkan shalat-shalat tersebut.” [1]

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan shalat sunnah rawatib, sehingga Imam an-Nawawi
mencantumkan hadits ini sebagai hadits yang pertama dalam bab: keutamaan shalat sunnah rawatib (yang
dikerjakan) bersama shalat wajib (yang lima waktu), dalam kitab beliau Riyadhus Shaalihiin. [2]

Berdasarkan Hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa

Saya menghafal sepuluh rokaat dari Rosulullah: dua rokaat sebelum sholat zhuhur, dua rokaat setelah sholat
zhuhur, dua rokaat setelah sholat maghrib di rumah beliau, dua rokaat setelah sholat isya’ di rumah beliau,
dan dua rokaat sebelum subuh. Sebelum subuh ini adalah waktu di mana tidak seorang pun yang datang
kepada Rosulullah SAW. Hafshah memberitahuku bahwa jika muazin mengumandangkan adzan dan fajar telah
terbit, maka beliau sholat dua rokaat.

Berdasarkan hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa sholat sunnah rowatib terdiri dari dua rokaat sebelum
Dzuhur, dua rokaat setelah dzuhur, dua rokaat setelah maghrib, dua rokaat setelah isya’, dan dua rokaat sebelum
subuh setelah terbit fajar.

Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata

Rosulullah sholat empat rokaat sebelum sholat dzuhur di rumahku. Kemudian beliau keluar dan sholat
bersama orang-orang, lalu pulang ke rumahku dan melakukan sholat dua rokaat.

1
Berdasarkan hadist riwayat ini, beberapa ulama menyimpulkan bahwa jumlah rokaat sholat sunnah rowatib
adalah 12 rokaat.

Keutamaan melaksanakan sholat sunnah rowatib di rumah :

1. Untuk menghindari riya’ (sikap pamer), ujub (membanggakan diri sendiri), dan untuk tidak
memperlihatkan amal baik kepada khalayak ramai.
2. Lebih mudah untuk khusyuk dan ikhlas lantaran suasananya yang sepi (tidak banyak orang).
3. menghidupkan rumah dengan dzikir kepada Allah dan sholat seperti sabda Rosulullah,

Jadikanlah sebagian sholat kalian di rumah-rumah kalian, dan jangan kalian menjadikannya sebagai kuburan

Yang paling utama dari sholat-sholat sunnah rowatib ini adalah sholat sunnah sebelum fajar. Hal ini
berdasarkan riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata,

tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah selain dua rokaat fajar.

Rosulullah bersabda :

Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya

Oleh karena itu Roslullah selalu melakukan sholat dua rokaat fajar dan sholat witir, baik ketika di rumah
maupun ketika dalam perjalanan.

Sholat sunnah rowatib selain witir dan sholat sunnah fajar tidak disunnahkan dilakukan ketika dalam perjalanan.
Hal ini didasarkan dari riwayat ketika Ibnu Umar r.a. ditanya tentang sholat rowatib Dzuhur ketika dalam
perjalanan ia berkata,

Seandainya aku melakukan sholat rowatib, tentunya aku tidak mengqoshor sholat.

Ibnul Qayyim berkata,

Termasuk tuntunan Rosulullah dalam perjalanan adalah mengqoshor sholat fardlu. Tidak ada riwayat dari
beliau yang menunjukkan bahwa beliau melakukan sholat sunnah sebelum dan setelah sholat qoshor tersebut,
kecuali sholat witir dan sholat sunnah fajar

Adapun dalam pelaksanaannya Rosulullah mensunnahkan untuk memendekkan sholat sunnah fajar.
Berdasarkan riwayat Shohih Bukhori dan Muslim Aisyah r.a. berkata :

Rosulullah selalu memendekkan sholat dua rokaat sebelum sholat subuh.

Dalam sholat subuh, pada rokaat pertama setelah membaca Al Fatihah Rosulullah melanjutkannya dengan
membaca surat Al Kafirun dan pada rokaat kedua dengan Al Ikhlash. Pernah juga pada rokaat pertama
Rosulullah membaca surat Al Baqoroh ayat 136 setelah membaca Al Fatihah dan Ali Imron ayat 64 pada rokaat
kedua. Hal ini juga dilakukan beliau pada sholat dua rokaat setelah maghrib berdasarkan riwayat Al Baihaqqi
dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud r.a. yang menjelaskan tentang seringnya Roslulullah membaca surat Al Kafiruun
dan Al Ikhlas pada sholat dua rokaat  setelah sholat maghrib dan sebelum sholat subuh.

2
2. Sholat Witir
Shalat sunnah Witir adalah shalat sunnah muakkadah (sangat ditekankan), berdasarkan hadits Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

"Shalat Witir adalah hak atas setiap Muslim. Barangsiapa yang ingin berwitir dengan lima raka’at, maka lakukanlah;
barangsiapa yang ingin berwitir dengan tiga raka’at, maka lakukanlah; dan barangsiapa yang ingin berwitir dengan
satu raka’at, maka lakukanlah.” [1]

‘Ali radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, “Shalat Witir tidaklah wajib seperti shalat fardhu kalian. Akan tetapi ia adalah
sunnah yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” [2]

Keutamaan Shalat Witir


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

"Wahai Ahlul Qur'an, shalat Witirlah kalian karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu witir (Maha Esa) dan
mencintai orang-orang yang melakukan shalat Witir.” [3]

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz (wafat th. 1420 H) rahimahullaah mengatakan.

“Hadits ini menunjukkan bahwa sudah seharusnya bagi ahlul ilmu (ulama) memiliki perhatian yang lebih (terhadap
shalat Witir) daripada selainnya, meskipun shalat ini disyari’atkan untuk semua kaum Muslimin. Sehingga, orang-
orang yang mengetahui keadaan dan perbuatan mereka mau mengikuti mereka. Jumlah paling sedikit dari shalat
Witir adalah satu raka’at, yang dilakukan antara ‘Isya’ sampai fajar. Allah Ta’ala adalah witir (Maha Esa) dan
mencintai orang-orang yang melakukan shalat Witir, dan Dia mencintai segala apa yang menyelarasi sifat-sifat-Nya.
Allah Ta’ala Mahasabar dan mencintai orang-orang yang sabar, kecuali sifat keagungan dan kesombongan (artinya
Allah tidak menyukai orang yang sombong). Para hamba mengikuti sifat-sifat-Nya, yaitu pada apa yang selaras
dalam diri hamba berupa kedermawanan dan kebaikan” [4]

Hukum Orang Yang Terus Menerus Meninggalkan Shalat Witir


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata, “Shalat Witir adalah sunnah muakkadah, berdasarkan
kesepakatan kaum Muslimin. Barangsiapa yang terus-menerus meninggalkannya, maka persaksiannya ditolak (tidak
diterima).” [5]

Beliau rahimahullaah pernah ditanya tentang orang yang tidak menekuni (biasa meninggalkan) shalat-shalat sunnah
rawatib. Maka beliau menjawab.

“Barangsiapa terus-menerus meninggalkannya, maka hal itu menunjukkan sedikitnya (pemahaman) agamanya, dan
persaksiannya ditolak (tidak diterima), berdasarkan pendapat Imam Ahmad dan Imam asy-Syafi’i dan selain
keduanya” [6]

Secara bahasa, witir artinya ganjil. Sholat witir adalah sholat dengan jumlah rakaat ganjil yang dikerjakan sebagai
penutup sholat-sholat dari pagi sampai malam. Sholat witir hukumnya sunnah muakkadah. Sebaiknya sholat witir
dikerjakan tiga rakaat jika mendapatkan keluangan waktu, atau satu rakaat jika waktunya sempit.

Waktu sholat witir sama dengan waktu sholat malam, yakni sesudah isya’ sampai tibanya waktu shubuh. Sebaiknya,
sholat witir dikerjakan sesudah sholat tahajjud. Tetapi, jika seseorang khawatir tidak akan bangun maka hendaknya
ia melakukan sholat witir sebelum tidur. Jika nanti ternyata ia bangun malam dan melakukan sholat malam, maka ia
tidak perlu melakukan sholat witir lagi.

 Dari A’isyah Rda. Bahwasannya Rasulullah SAW shalat malam 13 raka’at, dengan witir 5 raka’at di mana
beliau Tasyahud (hanya) di raka’at terakhir dan salam. (HR Imam Bukhari dan Muslim)

3
Beliau juga pernah berwitir dengan tujuh dan lima raka’at yang tidak dipisah dengan salam atau pun
pembicaraan. (HR Imam Muslim)

3. Sholat Tahajjud

Sholat tahajjud atau sholat malam (qiyamul lail) merupakan sholat sunnah yang amat penting. Diantara yang
membuktikan hal itu ialah bahwa ia dinashkan langsung oleh Al-Qur’an. Pertama, dalam QS Al-Muzzammil. Kedua,
dalam QS Al-Isra’ : 79. Sholat malam merupakan sarana untuk memperkokoh kekuatan ruhiyah seorang muslim.

Diantara keistimewaan sholat malam ialah :

1. Sholat malam akan menjadikan pelakunya kelak dibangkitkan oleh Allah di akhirat dalam kedudukan yang
terpuji. Bisa pula Allah akan mengangkatnya suatu saat di dunia ini dalam kedudukan yang terpuji.
2. Sholat malam merupakan sarana yang sangat tepat untuk bermunajat kepada Allah pada saat kebanyakan
manusia terbuai dalam tidurnya.
3. Sholat malam merupakan salah satu sarana untuk menggapai kasih sayang Allah, karena ia merupakan
kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih terdahulu.
4. Sholat malam akan mendatangkan kepada pelakunya perkataan yang berat (bermakna dan mantap).
5. Sholat malam sangat tepat untuk meminta pertolongan kepada Allah, terutama jika dilakukan pada sepertiga
malam yang terakhir dimana saat itu merupakan saat dimana doa sangat mudah dikabulkan, karena Allah
turun ke langit dunia dan menyeru,”Siapa yang memohon ampun akan Kuampuni. Siapa yang meminta akan
Kuberi”.

Sholat tahajjud hendaknya dilakukan dua rakaat dua rakaat, dimulai dengan dua rakaat ringan. Jumlah rakaat
keseluruhannya tidak dibatasi. Akan tetapi Nabi saw tidak pernah melakukan sholat malam lebih dari sebelas rakaat
baik di bulan Ramadhan ataupun diluar bulan Ramadhan, berdasarkan hadits A’isyah ra. Akan tetapi kebiasaan Nabi ini
tidak menunjukkan pembatasan atau larangan dalam melebihi jumlah tersebut, karena sholat sunnah secara umum
tidaklah dibatasi selama tidak dilakukan pada waktu-waktu yang dilarang untuk sholat.

Sholat tahajjud bisa dilakukan kapan saja sesudah sesudah isya’ sampai tibanya waktu sholat shubuh. Akan tetapi
waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir. Hendaknya sholat malam ini dilakukan sesuai dengan
kemampuan. Apabila seseorang merasa sangat mengantuk, hendaklah ia tidur terlebih dahulu, baru kemudian
menunaikan sholat malam. Nabi melarang sholat sunnah dalam keadaaan mengantuk karena dikhawatirkan pelakunya
akan menggerutu dan mengucapkan sesuatu yang tidak baik dalam sholatnya sementara dia tidak sadar karena
mengantuk.

Khusus selama bulan Ramadhan, umat Islam baik laki-laki maupun perempuan sangat didorong untuk menghidupkan
malamnya dengan sholat malam (qiyam ramadhan) yang kemudian terkenal dengan sebutan sholat tarawih. Qiyam
ramadhan bisa dilakukan sendiri-sendiri ataupun secara berjamaah. Akan tetapi menurut jumhur ulama, yang lebih
utama adalah melakukannya secara berjamaah di masjid.

 
Sholat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang naik.

Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga
waktu dzuhur.

Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali
salam.

4
A. Tata Cara Shalat Dhuha

1. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams


2. Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha

Niat shalat dhuha adalah:

Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: ” Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.”

Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:

“Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan
itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu”. “Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit,
turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika
masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu,
limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh”.

B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha

Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:

“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah,
setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah,
setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah
sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:


“Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah)
dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan
banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu
Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang
akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; “Ya!
Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat
Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat
kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini

5
dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan
dibangunkan sebuah rumah di surge.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memeroleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:

“Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan
mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-
nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika” (“Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata:
“Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore
harimu”).

Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka
pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat
Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah….(Shahih al-Targhib: 673). Dalam sebuah
hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh)
berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat
(Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna” (Shahih al-
Jami`: 6346).

5. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun
dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi)

Source: http://islam-download.net/cara-mudah-cepat/cara-sholat-dhuha.html#ixzz1A21Nq4bJ

Sholat Tahiyyatul Masjid

Sholat tahiyyatul masjid ialah sholat dua rakaat yang disunnahkan mengerjakannya ketika seseorang memasuki
masjid, sebelum ia duduk.

Hadits Rasulullah SAW terkait salat tahiyyatul masjid antara lain :

 “Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum salat dua
rakaat lebih dahulu” (H.R. Bukhari dan Muslim)

6
 
Sholat Gerhana

Sholat gerhana (sholat kusuuf) ialah sholat yang dikerjakan tatkala terjadi gerhana, baik gerhana bulan ataupun
gerhana matahari. Beberapa kalangan membedakan nama sholat ini berdasarkan jenis gerhananya. Untuk gerhana
bulan, sholatnya disebut sholat khusuuf. Adapun untuk gerhana matahari, sholatnya disebut sholat kusuuf.

Hukum sholat gerhana adalah sunnah muakkadah, untuk laki-laki maupun perempuan. Yang lebih utama ialah
melakukannya secara berjamaah, meskipun tidak menjadi syarat. Hendaknya imam mengucapkan “Ashsholatu
jaami’ah” sebelum sholat dimulai. Waktu sholat gerhana ialah semenjak terjadinya gerhana sampai gerhana itu
selesai.

Menurut jumhur ulama, sholat gerhana adalah dua rakaat dimana pada setiap rakaat terdapat dua ruku’. Secara urut
demikian : takbiratul ihram – membaca Al-Fatihah dan disunnahkan membaca ayat Al-Qur’an sesudah itu – takbir lalu
ruku’ (disunnahkan memanjangkan ruku’) – berangkat berdiri dari ruku sambil mengucapkan “Sami’allahu liman
hamidahu; Rabbanaa wa lakal hamdu” sehingga berdiri dengan kedua tangan bersedekap – membaca Al-Fatihah dan
disunnahkan membaca ayat Al-Qur’an sesudah itu – takbir lalu ruku’ (disunnahkan memanjangkan ruku’) – i’tidal
sebagaimana pada sholat biasa – sujud – duduk diantara dua sujud – sujud – lalu beranjak ke rakaat kedua dengan
cara yang sama seperti rakaat pertama. Dengan demikian keseluruhan sholat terdiri atas empat kali berdiri sambil
membaca Al-Fatihah dan ayat Al-Qur’an, empat kali ruku’, dan empat kali sujud. [berdasarkan hadits A’isyah ra]

Disamping itu, saat terjadi gerhana hendaknya kita banyak mengucapkan dzikir, doa, dan istighfar.

Sholat Minta Hujan (Istisqa’)

Meminta hujan bisa dilakukan dengan cara-cara berikut :

1. Dengan berdoa saja.


2. Dengan berdoa pada khutbah Jum’at dan para jamaah mengamininya. [berdasarkan hadits riwayat Bukhari –
Muslim].
3. Dengan melakukan sholat istisqa’ – dan cara ini yang paling utama - sebagai berikut :

Sholat dua rakaat secara berjamaah. Pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah lalu Surat Al-A’laa. Pada rakaat kedua
membaca Al-Fatihah lalu Surat Al-Ghaasyiyah. Disamping sholat, terdapat pula khutbah, dimana begitu khutbah usai,
semua orang membalik selendangnya : yang di kanan dipindah ke kiri dan yang di kiri dipindah ke kanan, lalu
semuanya menghadap ke kiblat berdoa dengan suara yang dikeraskan sambil mengangkat tangan dimana punggung
tangan mengarah ke langit. Jika belum melakukan sholat istisqa’ maka sesudah itu melakukan sholat. Sholat juga bisa
dilakukan sebelum khutbah.

Sholat ‘Id

1. Sholat ‘id hukumnya sunnah muakkadah.


2. Waktu pelaksanaan sholat ‘id adalah sejak matahari naik setinggi tombak (=tiga meter) sampai menjelang
matahari tepat berada diatas kepala.
3. Hendaknya mandi sebelumnya, memakai minyak wangi, dan mengenakan pakaian terbagus yang ia miliki.
4. Untuk sholat idul fithri hendaknya makan terlebih dulu, tetapi tidak halnya dengan sholat idul adhha.
5. Sebaiknya sholat dilakukan di lapangan, kecuali jika ada udzur seperti hujan maka sholat bisa dilakukan di
masjid.
6. Hendaknya semua wanita dan anak-anak diajak serta.

7
7. Berangkat dan pulang dengan melalui jalan yang berbeda.
8. Sholat tidak usah memakai adzan, iqamat, dan tidak pula ucapan “Ashsholatu jaami’ah”.
9. Disunnahkan bertakbir tujuh kali dengan mengangkat tangan setelah takbiratul ihram pada rakaat pertama,
dan bertakbir lima kali dengan mengangkat tangan setelah takbir qiyam (takbir intiqal).
10. Sholat ‘id tidak didahului dengan sholat sunnah baik sebelum ataupun sesudahnya.
11. Sholat ‘id bisa dilakukan baik dengan berjamaah ataupun sendirian, baik di lapangan, di masjid, ataupun di
rumah.
12. Disunnahkan pula ada khutbah sesudah sholat ‘id.

Jika dari sholat-sholat ini ada yang terlewat, disunnahkan untuk mengqodo’nya. Demikian juga jika terlewat
sholat witir, maka disunnahkan untuk mengqodo’nya di siang hari. Rosulullah mengqodho’ dua rokaat sholat
sunnah fajar dan sholat subuh ketika tertidur dan belum melaksanakannya. Beliau juga pernah mengqodho’
sholat sunnah qobliyah dzuhur setelah sholat ashar. Adapun disyariatkannya mengqodho’ sholat sunnah rowatib
lainnya dapat dianalogikan sholat-sholat yang disebutkan di dalam nash hadist.

Rosulullah bersabda,

Barangsiapa tertidur atau lupa dan tidak sholat witir, hendaknya melakukannya ketika ia bangun atau ketika
mengingatnya. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud).

Ketika mengqodho’ sholat witir, hendaknya juga mengqodho’ sholat sunnah sebelumnya. Hal ini didasarkan
pada riwayat Aisyah r.a. yang ia berkata,

Rosulullah jika tidak sholat malam karena tidur atau sakit, beliau sholat di siang hari dua belas rokaat.

You might also like