You are on page 1of 13

c 

      
  

oleh Suara Al-Fakir pada 09 November 2010 jam 10:29

<Photo 1

Menurut mayoritas pemikir politik Islam, seperti al-Mawardi dalam kitabnya, ³Y Y Y 
 
       !  " " # $ 
%$&$" " "&&$#""!' baik menurut akal maupun
syara¶. ""  $' tidak mungkin ada suatu Negara atau daerah tanpa pemerintahan yang
dipimpin oleh kepala Negara atau daerah. Sebab, jika demikian, maka masyarakat akan hidup
tanpa ada pihak yang mencegah terjadinya kedhaliman dan tidak ada yang akan menyelesaikan
perselisihan dan persengketaan (h    h  
 r. Sedangkan ""  !(, kepala
Negara atau daerah diperlukan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan, juga masalah
keagamaan. Sedangkan untuk membentuk atau melestarikan pemerintahan yang sah,
membutuhkan proses pemilihan dan suksesi.

Pemilu, akan menjadi ³hajat orang banyak´ jika dapat mencerminkan kedaulatan rakyat. Oleh
karena itu, memberikan suara kepada salah satu calon pemimpin bukanlah sebuah kewajiban
secara personal (‰  r menurut Islam, namun sebatas kewajiban secara komunal (‰ 
‰ r. Akan tetapi, di saat ini, ketika kita telah larut dalam permainan politik dan kurang
memihak terhadap kepentingan rakyat, sementara diyakini ada salah satu calon pemimpin yang
dipercaya dapat menjadi pemimpin dan membawa perubahan ke arah ³pro rakyat´, maka
partisipasi politik dan memberikan suara pada saat pemungutan suara menjadi sebuah kewajiban
secara personal (‰  r.

 )

Pemilihan kepala negara sama artinya dengan memilih Khalifah pada masa awal kematian Nabi
dahulu, semuanya harus tetap mengacu pada aturan main yang ditetapkan oleh Islam.

Di dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan negara, agama dan politik atau agama
dan kepemimpinan, semuanya satu kesatuan. Karena hidup kita ini diatur oleh agama dari hal
yang paling kecil sampai pada hal yang terbesar. Hidup adalah tingkah laku, dan tingkah laku
dibatasi oleh norma agama termasuk tingkah laku dalam berpolitik.
c      
     

"   " *

4p
&&&"$ 

(Nabi dan Rasul adalah refleksi dari pemimpin, baik dalam skala besar maupun dalam skala
kecil, dan suka atau tidak suka, mereka adalah contoh, pedoman atau acuan bagi manusia
lainnyar

Rujukannya lihat :

ã       
     
  h      h hh   
         (QS. Al-An¶aam: 9r

ã  h  h

                    
    h     (QS. Yusuf: 109r

ã  h  h
 
 
 
              
         ã (QS. Al-Anbiyaa¶: 7r

Imam dalam sholat tidak boleh wanita, kecuali makmumnya juga wanita (berdasarkan Imam
Hanafi, Syafi¶i, Hambali dan Ja¶fari/ Imammiahr
4p +$"&    

Rujukannya :

³    h       h  (QS. An-Nisaa¶: 34r

Ayat ini memang konteksnya berbicara seputar rumah tangga, akan tetapi secara logikanya,
seorang kepala rumah tangga saja haruslah laki-laki, apalagi seorang kepala negara yang
notabene sebagai kepala atau pemimpin dari banyak kepala keluarga lain, maka tidak bisa lain,
dia haruslah laki-laki.

4p ã $+$ &$& ,-(QS. Ali Imran: 36r


4p & *

ã    h   Y     h   ! h 
   h    
     
   "
    h   h   
    
  !      
 h  
 h               
 
    (HR. Bukhari, Turmudzi dan An-Nasa¶ir

Hadits tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
seorang wanita, tidak akan mendapatkan keberuntungan. Padahal, meraih sebuah keberuntungan
dan menghindarkan diri dari kesusahan adalah sebuah anjuran. Dari sini, Ulama berkesimpulan
bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara.
Ketentuan semacam ini, menurut al-Qâdhi Abû Bakr ibn al-¶Arabiy merupakan konsensus para
ulama.

Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah,
keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama. Perbedaan ini,
dilatarbelakangi adanya perbedaan sudut pandang dalam menilai kepemimpinan semacam ini,
apakah termasuk bagian dari kekuasaan, persaksian, ataukah fatwa.

Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi¶i berpendapat bahwa wanita tidak berhak menjadi
pemimpin, meski dalam lingkup yang lebih terbatas. Sebab, bagaimanapun juga, menjadi
pemimpin, baik dengan kekuasaan luas maupun terbatas, pada hakikatnya sama. Yang
membedakan hanyalah wilayah kekuasaannya semata. Padahal, Rasulullâh jelas-jelas melarang
seorang wanita menjadi pemimpin.

Sedangkan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita dapat menjadi penguasa dalam urusan harta.
Beliau berpandangan, ketika wanita diperbolehkan memberikan kesaksian dalam urusan harta,
berarti memberikan keputusan dalam wilayah tersebut juga sudah semestinya diperbolehkan.

Ibn Jarîr ath-Thabariy, memiliki pandangan yang lebih longgar dalam permasalahan ini. Beliau
berpendapat bahwa wanita dapat menjadi pemimpin daerah secara mutlak dalam semua hal.
Dalam pandangan beliau, kepemimpinan semacam ini, identik dengan fatwa. Padahal, Rasulullâh
sendiri merestui dan melegalkan seorang wanita untuk memberikan fatwa, sebagaimana sabda
yang beliau sampaikan;

ãY  
            

Prinsipnya, menurut beliau, setiap orang yang memiliki kredibilitas untuk menengahi pertikaian
atau persengketaan di antara manusia, (tanpa memandang jenis kelamin, entah laki-laki ataukah
perempuanr maka keputusan hukumnya legal dan sah-sah saja, kecuali hal-hal yang memang
telah diputuskan oleh  , yaitu masalah kepemimpinan besar (    r.


../
c,,,

1. Bagaimana dengan pemerintahan Ratu Saba¶ yang dikenal bernama Balqis?

- Ratu Balqis menjadi kepala negara, jauh sebelum dia mengenal Islam dan dipercaya
kawin dengan Nabi Sulaiman. Setelah dia ditundukkan oleh Sulaiman dan menjadi istrinya,
otomatis yang menjadi kepala negara adalah Sulaiman, bukan lagi Balqis.

2. Apakah Islam melakukan diskriminasi terhadap perempuan ?

Islam tidak melakukan diskriminasi.


Untuk memimpin suatu negara, orang harus benar-benar total, baik dalam waktu, pikiran
maupun resiko dan tanggung jawabnya bahkan terkadang harus rela disibukkan oleh aktifitasnya,
menghadiri rapat di berbagai kesempatan, melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu
saja sulit dilakukan oleh seorang wanita, karena ia juga harus melayani suami dan anak-anak
sebagai tugas utamanya.

ã   h       


         h#  
 Y hh  
    
hh h     
h  $%Y 
 & ''(

ã%h        
h     h     h
     
)                
   h    
     h "          
     
 h     h       (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umarr

Dalam sejarah, Nabi SAW mengikutsertakan wanita dalam medan perang, namun mereka bukan
dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas memberikan pertolongan bagi
mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah Az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian
wanita juga mempersiapkan konsumsi seperti dilakukan oleh µAisyah, istri Beliau. Bahkan
Khadijah istri Nabi yang pertama adalah seorang saudagar (pengusahar.

"&  0 ' $0 '  !'   " !+!0( $+
!&% %$ &1$""
& &&"&" %%2,

Patut dicatat bahwa tugas seorang menteri tidak seberat dan sebesar tanggung jawab tugas kepala
negara. Di sisi lain, menteri tetap harus bertanggung jawab kepada pemimpinnya, yaitu presiden
(dalam istilah agamanya, isteri memiliki tanggung jawab atas kepemimpinannya dalam rumah
tangga suaminyar.

Itulah contoh dan bentuk emansipasi wanita di dalam Islam.


c$$! &$!

- Ini terbalik, Al-Qur¶an dan Hadits tidak membenarkan wanita memimpin pria, istri
memimpin suami, Imam wanita Makmum laki-laki.

$"$" " $$!$"!


&$ 

- Tetap saja pada waktu pemilihan pertama, sang pemimpin adalah wanita dan sang wakil
adalah laki-laki, tetap bertentangan dengan ajaran Islam.

 %$$ 

- Bila sudah tidak ada lagi laki-laki Islam yang mampu jadi pemimpin !

c%$ /%$" 

Golput (Golongan Putihr artinya tidak memilih. Inipun tidak dibenarkan oleh Islam. Ali bin Abu
Thalib sempat tidak setuju dengan kepemimpinan Abu Bakar pasca kematian Nabi Muhammad.
Tetapi itu diawali dengan ketidakpuasan Fatimah az-Zahrah, Istri Ali, yang juga puteri
kesayangan Rasul dengan keputusan politik Abu Bakar terhadap tanah Fadak yang diklaim
sebagai warisan Nabi SAW untuk puterinya itu. Namun setelah Fatimah wafat dan dengan
pemikiran yang panjang kedepan, enam bulan sesudahnya Ali bin Abu Thalib akhirnya memilih
mengikuti kepemimpinan Abu Bakar selaku Khalifah/ kepala negara.

Dalam hal kepemimpinan, Islam secara tegas memberi arahan pada umatnya tentang kriteria dan
juga kewajiban untuk melaksanakan pemilihannya. Hal ini telah dinyatakan dalam nash-nash
syar¶i.
Nabi Muhammad SAW bersabda:

ã  h             h



   h    
     (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairahr

Bila untuk sebuah rombongan kafilah saja diwajibkan pengangkatan kepemimpinan sebagai
ketua rombongan yang bertanggung jawab terhadap jemaahnya, apa lagi dalam suatu ruang
lingkup kenegaraan!!!

--Armansyah & berbagai sumber--


ALASAN WANITA TIDAK MENJADI PEMIMPIN «

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad,
keluarga dan sahabatnya.

Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya mengenai "Pemimpin Wanita dalam
Tinjauan". Sekarang kita akan melihat mengapa wanita tidak pantas jadi pemimpin. Semoga
bermanfaat.

 
& &

$ ; Pemimpin wanita pasti merugikan

Abu Bakrah berkata,

ϝ
˴ Ϯ˵γέ˴ ώ˴ Ϡ˴Α˴ Ύ͉Ϥϟ˴ Ϫ˶ Ϡ͉ϟ΍± ϢϠγϭ ϪϴϠϋ Ϳ΍ ϰϠλ± ϝ ˴ Ύ˴ϗ ϯ˴ή˸δϛ˶ Ζ ˴ ˸ϨΑ˶ ˸ϢϬ˶ ˸ϴϠ˴ϋ
˴ ΍Ϯ˵ϜϠ͉ϣ˴ ˸Ϊϗ˴ α
˴ έ˶ Ύ˴ϓ Ϟ
˴ ˸ϫ΃˴ ϥ
͉ ΃˴«˲ϡ˸Ϯϗ˴ ΢
˴ Ϡ˶˸ϔϳ˵ ˸Ϧϟ˴
Γ˱ ΃˴ή˴ ˸ϣ΍ Ϣ˵ ϫ˵ ή˴ ˸ϣ΃˴ ΍˸Ϯϟ͉ϭ˴ »

³Tatkala ada berita sampai kepada Nabi shallallahu ¶alaihi wa sallam bahwa bangsa Persia
mengangkat putri Kisro (gelar raja Persia dahulur menjadi raja, beliau shallallahu ¶alaihi wa
sallam lantas bersabda, ´ Suatu kaum itu tidak akan bahagia apabila mereka menyerahkan
kepemimpinan mereka kepada wanita´. ´ (HR. Bukhari no. 4425r

Dari hadits ini, para ulama bersepakat bahwa syarat al imam al a¶zhom (kepala negara atau
presidenr haruslah laki-laki. (Lihat Adhwa¶ul Bayan, 3/34, Asy Syamilahr

Al Baghowiy mengatakan dalam Syarhus Sunnah (10/77r pada Bab ´Terlarangnya Wanita
Sebagai Pemimpin´:

´Para ulama sepakat bahwa wanita tidak boleh jadi pemimpin dan juga hakim. Alasannya,
karena pemimpin harus memimpin jihad. Begitu juga seorang pemimpin negara haruslah
menyelesaikan urusan kaum muslimin. Seorang hakim haruslah bisa menyelesaikan sengketa.
Sedangkan wanita adalah aurat, tidak diperkenankan berhias (apabila keluar rumahr. Wanita itu
lemah, tidak mampu menyelesaikan setiap urusan karena mereka kurang (akal dan agamanyar.
Kepemimpinan dan masalah memutuskan suatu perkara adalah tanggung jawab yang begitu
urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya adalah orang yang tidak memiliki kekurangan
(seperti wanitar yaitu kaum pria-lah yang pantas menyelesaikannya.´

$&"; Wanita kurang akal dan agama

Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam bersabda,


˸ϳ΃˴έ˴ Ύ˴ϣϦ
͉ ϛ˵ ΍˴Ϊ˸Σ·˶ ˸Ϧϣ˶ ϡ˶ ί˶ Ύ˴Τ˸ϟ΍ Ϟ
˶Ο
˵ ή͉ ϟ΍ ΐ
͋ Ϡ˵ϟ˶ ΐ
˴ ϫ˴ ˸Ϋ΃˴ Ϧ
˳ ϳ˶Ωϭ˴ Ϟ
˳ ˸Ϙϋ
˴ Ε
˶ Ύ˴μϗ˶ Ύ˴ϧ ˸Ϧϣ˶ Ζ
˵

³Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat
menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.´ (HR.
Bukhari no. 304r

Apa yang dimaksud dengan kurang akal dan agamanya?

Ada yang menanyakan kepada Syaikh ¶Abdul Aziz bin ¶Abdillah bin Baz: Saya seringkali
mendengar hadits ´wanita itu kurang akal dan agamanya.´ Dari hadits ini sebagian pria akhirnya
menganiaya para wanita. Oleh karena itu ±wahai Syaikh- kami memintamu untuk menerangkan
makna hadits ini.
Adapun makna hadits Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam:

ϩϝϝ΍ ϝ ϭ αέ ΍ϱ ϝϱ ϕϑ ϥϙ΍ ΩΡ· ϥϡ ϡ ί΍ Ρϝ΍ ϝΝέϝ΍ Ώϝϝ Ώ ϝύ΃ ϥϱΩϭ ϝϕω Ε΍ ιϕ΍ϥ ϥϡ Εϱ΃έ ΍ ϡ
ϝϕω ϥ΍ ι ϕϥ ΍ ϡ ΍ϡ ϩϝϝ΍ ϝϭαέ ΍ ϱ ϝϱϕ ˮ ϝΝέ Γ Ω ΍ ϩεΏ ϥϱΕ΃έϡ ϝ΍ ΓΩ ΍ ϩ ε Ε
αϱϝ ΃ ϝ΍ϕ ˮ ΍ ϩ
ˮ ϡ ι Ε ϡϝ ϭ ϝι
Εϡ ϝ Εν
΍ Ρ ΍ Ϋ· Ε
αϱϝ΃ ϝ΍ ϕˮ ΍ ϩϥϱΩ ϥ ΍ ι ϕϥ

³Tidaklah aku pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya sehingga dapat
menggoyangkan laki-laki yang teguh selain salah satu di antara kalian wahai wanita.´ Lalu ada
yang menanyakan kepada Rasulullah, ´Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud kurang akalnya?´
Beliau shallallahu ¶alaihi wa sallam pun menjawab, ´Bukankah persaksian dua wanita sama
dengan satu pria?´ Ada yang menanyakan lagi, ´Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
kurang agamanya? ´ Beliau shallallahu ¶alaihi wa sallam pun menjawab, ´Bukankah ketika
seorang wanita mengalami haidh, dia tidak dapat melaksanakan shalat dan tidak dapat
berpuasa?´ (HR. Bukhari dan Muslimr

Jadi, Nabi shallallahu ¶alaihi wa sallam menjelaskan bahwa !&"&&"


$!adalah dari sisi penjagaan dirinya dan persaksian tidak bisa sendirian, harus bersama
wanita lainnya. Inilah kekurangannya, seringkali wanita itu lupa. Akhirnya dia pun sering
menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dalam persaksiannya. Oleh karena itu, Allah
Ta¶ala berfirman,

Ϧ
˴ ϣ˶ ϥ
˴ ˸Ϯο
˴ ˸ήΗ˴ ˸ϦϤ͉ ϣ˶ ϥ
˶ Ύ˴Η΃˴ή˴ ˸ϣ΍˴ϭ ˲ϞΟ
˵ ή˴ ϓ˴ Ϧ
˶ ˸ϴϠ˴Ο
˵ έ˴ Ύ˴ϧϮ˵Ϝϳ˴ ˸Ϣϟ˴ ˸ϥΈ˶ϓ˴ ˸ϢϜ˵ ϟ˶Ύ˴Οέ˶ ˸Ϧϣ˶ Ϧ ˶ ˸ϳ˴Ϊϴ˶Ϭη
˴ ΍ϭ˵ΪϬ˶ ˸θΘ˴ ˸γ΍˴ϭ˸ϥ΃˴ ˯˶ ΍˴ΪϬ˴ θ
͊ ϟ΍ Ϟ
͉π
˶ Η˴
ϯ˴ή˸Χ΄˵˸ϟ΍ Ύ˴Ϥϫ˵ ΍˴Ϊ˸Σ·˶ ή˴ ϛ͋ ά˴ Θ˵ ϓ˴ Ύ˴Ϥϫ˵ ΍˴Ϊ˸Σ·˶

³Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramur. Jika tak ada
dua oang lelaki, maka (bolehr seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya.´ (QS. Al Baqarah:
282r

.&"&&"!adalah ketika wanita tersebut dalam kondisi haidh


dan nifas, dia pun meninggalkan shalat dan puasa, juga dia tidak mengqodho shalatnya. Inilah
yang dimaksud kurang agamanya. (Majmu¶ Fatawa Ibnu Baz, 4/292r

$ ; Wanita ketika shalat berjama¶ah menduduki shaf paling belakang

Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam bersabda,

ϫ˴ ή˵ Χ
˶ ΁ Ύ˴ϫή͊ η
˴ ϭ˴ Ύ˴Ϭϟ˵ϭ͉ ΃˴ ϝ
˶ Ύ˴Οή͋ ϟ΍ ϑ
˶ Ϯ˵ϔλ
˵ ή˵ ˸ϴ˴ΧΎ˴Ϭϟ˵ϭ͉ ΃˴ Ύ˴ϫή͊ η
˴ ϭ˴ Ύ˴ϫή˵ Χ
˶ ΁ ˯˶ Ύ˴δϨ͋ϟ΍ ϑ
˶ Ϯ˵ϔλ
˵ ή˵ ˸ϴΧ
˴ ϭ˴ Ύ

³Sebaik-baik shof untuk laki-laki adalah paling depan sedangkan paling jeleknya adalah paling
belakang, dan sebaik-baik shof untuk wanita adalah paling belakang sedangkan paling jeleknya
adalah paling depan.´ (HR. Muslim no. 440r

$ ; Wanita tidak dapat menikahkan dirinya sendiri, tetapi harus dengan wali

Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam bersabda,

ϰ
͈ ϟ˶Ϯ˴ Α˶ ϻ
͉ ·˶ Ρ
˴ Ύ˴Ϝϧ˶ ϻ
˴

³Tidak ada nikah kecuali dengan wali.´ (HR. Abu Daud no. 2085, Tirmidzi no. 1101 dan Ibnu
Majah no. 1880. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohihr.

$$; Wanita menurut tabiatnya cenderung pada kerusakan

Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam bersabda,

Χ
˴ ˯˶ Ύ˴δϨ͋ϟΎ˶Α ΍Ϯ˵λ˸ϮΘ˴ ˸γ΍˴ϭ˸ήδ
˴ ϛ˴ Ϫ˵ Ϥ˵ ϴ˶ϘΗ˵ Ζ
˴ ˸Βϫ˴ Ϋ˴ ˸ϥΈ˶ϓ˴ ˬ ϩ˵ ϼ
˴ ˸ϋ΃˴ ϊ˶ Ϡ˴π
͋ ϟ΍ ϰ˶ϓ ˯˳ ˸ϰη˴ Ν ˴ Ϯ˴ ˸ϋ΃˴ ͉ϥ·˶ϭ˴ ˬ ϊ˳ Ϡ˴ο
˶ ˸Ϧϣ˶ Ϧ
˴ ˸ϘϠ˶Χ
˵ Ϧ
͉ Ϭ˵ ϧ͉Έ˶ϓ˴ ˬ ΍˱ή˸ϴ Ϫ˵ ˴Η
ˬ ϭ˴Έϧ˶ ˸ Ε˴ήϜ˴ ˸Θϫ˴ ˵ Ϟ˴ϣ˸ ϱ˴ΰϟ˴˸ ΄˴ϋ˸ϮΟ ˴ ˴ ϑ˴Ύδ˸ΗϮ˴ ˸λϭ˵ ΍ Ώ˶ϼϨ˷γ ˶ ΍˴˯˶ Φ˴ϳ˸έ΍˱

³Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang
rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau
memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu
membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.´ (HR.
Bukhari no. 5184r

$; Wanita mengalami haidh, hamil, melahirkan, dan menyusui


Allah Ta¶ala berfirman,

Ϧ
͉ Ϭ˵ Η˵ Ϊ͉ ό˶ ϓ˴ ˸ϢΘ˵ ˸ΒΗ˴ ˸έ΍ ϥ
˶ ·˶ ˸ϢϜ˵ ΋˶ Ύ˴δϧ˶ ˸Ϧϣ˶ ξ
˶ ϴ˶ΤϤ˴ ˸ϟ΍ Ϧ ˴ ϣ˶ Ϧ˴ ˸δΌ˶ ϳ˴ ϲ˶΋Ύ͉Ϡϟ΍˴ϭ Ϧ ͉ Ϭ˵ Ϡ˵Ο
˴ ΃˴ ϝ
˶ Ύ˴Ϥ˸Σ΄˴˸ϟ΍ Ε
˵ Ύ˴ϟϭ˵΃ϭ˴ Ϧ
˴ ˸πΤ
˶ ϳ˴ ˸Ϣϟ˴ ϲ˶΋Ύ͉Ϡϟ΍˴ϭ ή˳ Ϭ˵ ˸η΃˴ Δ˵ Λ˴ Ύ˴ϠΛ˴
΍˱ή˸δϳ˵ ϩ˶ ή˶ ˸ϣ΃˴ ˸Ϧϣ˶ Ϫ˵ ϟ˴ ˸Ϟό˴ ˸Πϳ˴ Ϫ˴ Ϡ͉ϟ΍ ϖ
˶ Θ͉ϳ˴ ˸Ϧϣ˴ ϭ˴ Ϧ͉ Ϭ˵ Ϡ˴˸ϤΣ
˴ Ϧ˴ ˸όπ
˴ ϳ˴ ˸ϥ΃˴

³Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopauser di antara perempuan-


perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnyar, maka masa iddah mereka adalah
tiga bulan; dan begitu (pular perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan
yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya.´ (QS. Ath Tholaq : 4r

  h  h


 h     h    h 
    *

$ "#"; Wanita mudah putus asa dan tidak sabar

Kita telah menyaksikan pada saat kematian dan datangnya musibah, seringnya para wanita
melakukan perbuatan yang terlarang dan melampaui batas seperti menampar pipi, memecah
barang-barang, dan membanting badan. Padahal seorang pemimpin haruslah memiliki sifat sabar
dan tabah.

  

Wanita hanya diperbolehkan menjadi pemimpin di rumahnya, itu pun di bawah pengawasan
suaminya, atau orang yang sederajat dengannya. Mereka memimpin dalam hal yang khusus yaitu
terutama memelihara diri, mendidik anak dan memelihara harta suami yang ada di rumah.
Tujuan dari ini semua adalah agar kebutuhan perbaikan keluarga teratasi oleh wanita sedangkan
perbaikan masyarakat nantinya dilakukan oleh kaum laki-laki. Allah Ta¶ala berfirman,

Η˶ Ϯ˵ϴΑ˵ ϲ˶ϓ ϥ
˴ ˸ήϗ˴ ϭ˴ έ˴ ϭ˴ Ϫ˴ Ϡ͉ϟ΍ Ϧ
˴ ˸όσ
˶ ΃˴ϭ˴ Γ˴ Ύ˴ϛΰ͉ ϟ΍ Ϧ
˴ ϴ˶Η΁˴ϭ˴ Γ˴ Ύ˴Ϡμ
͉ ϟ΍ Ϧ ˴ ˸Ϥϗ˶ ΃˴ϭ˴ ϰ˴ϟϭ˵΄˸ϟ΍ Δ˶ ϴ͉Ϡ˶ϫ˶ Ύ˴Π˸ϟ΍ Ν
˴ ή͊ Β˴ Η˴ Ϧ ˴ ˸Οή͉ Β˴ Η˴ Ύ˴ϟϭ˴ Ϧ
͉ Ϝ˵ Ϊ˵ ϳ˶ήϳ˵ Ύ˴Ϥϧ͉ ·˶ Ϫ˵ ϟ˴Ϯ˵γ
΍˱ήϴ˶Ϭ˸τΗ˴ ˸Ϣϛ˵ ή˴ Ϭ͋ τ˴ ϳ˵ ϭ˴ Ζ˶ ˸ϴΒ˴ ˸ϟ΍ Ϟ
˴ ˸ϫ΃˴ β ˴ ˸Οή͋ ϟ΍ Ϣ˵ Ϝ˵ ˸Ϩϋ ˴ ΐ ˴ ϫ˶ ˸άϴ˵ ϟ˶ Ϫ˵ Ϡ͉ϟ΍

³Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah
dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.´ (QS. Al Ahzab: 33r

Rasulullah shallallahu ¶alaihi wa sallam bersabda,


Ύ˴ϬΘ˶ ϴ͉ϋ
˶ έ˴ ˸Ϧϋ
˴ ˲Δϟ˴Ϯ˵Ό˸δϣ˴ ϰ
˴ ˸ϫϭ˴ ˲Δϴ˴ ϋ
˶ ΍˴έ Ύ˴ϬΟ
˶ ˸ϭί˴ Ζ
˶ ˸ϴΑ˴ ϰ˶ϓ Γ˵ ΃˴˸ήϤ˴ ˸ϟ΍˴ϭ

³Dan wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban
mengenai orang yang diurusnya.´ (HR. Bukhari no. 2409r

Kita hendaknya menerima ketentuan Allah yang Maha Bijaksana ini. Bukanlah Allah
membendung hak asasi manusia, tetapi Dialah yang mengatur makhluk-Nya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan kebahagiaannya masing-masing.

% % &!/&

Syaikh Bakar Abu Zaid berkata, ³Masing-masing wajib mengimani dan menerima bahwa harus
ada perbedaan antara laki-laki dan wanita, baik dari segi lahir dan batin, menurut tinjauan
syari¶at Islam. Masing-masing harus ridho dengan taqdir Allah dan syari¶at Islam. Perbedaan ini
adalah semata-mata menuju keadilan, dengan perbedaan ini kehidupan bermasyarakat menjadi
teratur.
Tidak boleh masing-masing berharap memiliki kekhususan yang lain, sebab akan mengundang
kemarahan Allah, karena masing-masing tidak menerima ketentuan Allah dan tidak ridho dengan
hukum dan syari¶at-Nya. Seorang hamba hendaknya memohon karunia kepada Rabbnya. Inilah
adab syari¶at Islam untuk menghilangkan kedengkian dan agar orang mukmin ridha dengan
pemberian Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman di dalam surat An Nisaa¶ ayat 32 yang
maksudnya adalah kita dilarang iri dengan kedudukan orang lain.
Selanjutnya, jika hanya berharap ingin meraih sifat lain jenis dilarang di dalam Al Qur¶an, maka
bagaimana apabila mengingkari syari¶at Islam yang membedakan antara laki-laki dan wanita,
menyeru manusia untuk menghapusnya, dan menuntut supaya ada kesamaan antara laki-laki dan
wanita, yang sering disebut dengan istilah emansipasi wanita. Tidak diragukan lagi bahwa ini
adalah teori sekuler, karena menentang taqdir Allah «.´ (Hirosatul Fadhilahr

&$3

Inilah ketentuan di dalam Islam. Tentunya bila dilaksanakan, kebaikan dan kejayaan akan diraih
kaum muslimin sebagaimana yang pernah dialami para Rasul, para sahabatnya, dan generasi
sesudahnya. Tetapi jika peraturan ini dilanggar, jangan berharap perdamaian di dunia apalagi
kenikmatan di akhirat. Tetapi lihatlah perzinaan dan fitnah wanita serta kehancuran aqidah,
ibadah, akhlaq, dan ekonomi yang ini tidak bisa kita tutupi lagi, belum lagi besok di alam kubur,
belum lagi di alam akhirat.
Ya Allah, tunjukilah kami (dengan izin-Mur pada kebenaran dari apa-apa yang kami
perselisihkan di dalamnya. Sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa yang
Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.

Y     h h h 

  h+ 
    
     
   


****
Diselesaikan sore hari di Wisma MTI, 11 Rabi¶ul Akhir 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel http://rumaysho.com

You might also like