You are on page 1of 11

Blok Beton Terkunci

DESKRIPSI

Blok beton terkunci merupakan inovasi teknologi yang relatif baru di bidang
pengamanan gerusan lokal akibat aliran sungai. Gerusan lokal merupakan suatu
fenomena yang biasa terjadi di hilir bangunan yang dibangun pada aliran sungai. Gejala
gerusan lokal seringkali tampak terjadi di hilir peredam energi atau di sekitar pilar
jembatan. Dampak dari gerusan lokal harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada
penurunan stabilitas keamanan bangunan air. Proses terjadinya gerusan lokal biasanya
dipicu oleh tertahannya angkutan sedimen yang dibawa bersama aliran oleh struktur
bangunan dan peningkatan turbulensi aliran akibat gangguan suatu struktur. Untuk
menyeimbangkan angkutan sedimen sesuai dengan kapasitasnya, maka aliran akan
menggerus dasar sungai di hilir struktur, sehingga terjadi penurunan dasar sungai yang
cukup dalam di hilir struktur dan dikenal sebagai gerusan lokal. Apabila penurunan dasar
ini berlangsung pada suatu ruas sungai dengan panjang tertentu, maka hal ini bukan
lagi merupakan fenomena gerusan lokal, melainkan dikenal sebagai gejala degradasi
dasar sungai.

Pengamanan bangunan keairan terhadap gerusan lokal maupun degradasi dasar


sungai dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara dengan tujuan untuk

1
mencegah dan mengurangi dalam gerusan lokal yang terjadi agar kestabilan bangunan
tetap terjaga. Cara penanggulangan gerusan lokal yang sudah biasa dilakukan selama
ini adalah dengan penyesuaian desain bangunan peredam energi dan pembuatan
bangunan pengendali dasar sungai (bottom controller) yang terbuat dari pasangan batu,
bronjong atau beton bertulang dengan biaya yang cukup besar. Sedangkan
pemanfaatan blok beton terkunci yang biasa digunakan untuk menahan abrasi akibat
ombak di daerah pantai belum biasa digunakan.

Tantangan lapangan terkait dengan masalah gerusan lokal dan degradasi dasar
sungai adalah keterbatasan waktu pelaksanaan, kecenderungan morfologi sungai yang
selalu berubah dan data lapangan yang terbatas. Berkaitan dengan hal ini, struktur blok
beton terkunci yang modular, saling terkunci, mudah diterapkan di lapangan dengan
metoda dan alat bantu yang tidak terlalu rumit dapat digunakan sebagai alternatif
pengendalian gerusan lokal dan degradasi dasar di sungai.

Untuk memantapkan desain penanggulangan dengan struktur ini, maka telah


dilakukan percobaan di laboratorium untuk tiga jenis blok beton terkunci guna
mengetahui karakteristik dan keandalan struktur ini dalam menanggulangi masalah
gerusan lokal dan degradasi dasar sungai.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BLOK BETON TERKUNCI


1. Dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang modular.
2. Komponen dapat dicetak secara fabrikasi atau “insitu”.
3. Berat komponen “relatif ringan” tetapi dapat saling mengait dalam arah vertikal,
horizontal dan arah memanjang aliran.
4. Kaitan antar komponen cukup lentur tetapi tidak mudah lepas agar bangunan
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan morfologi sungai.
5. Tahan terhadap abrasi dan benturan batu oleh aliran sungai yang membawa
pasir kerakal dan batuan.
6. Lantai kerja untuk memasang blok beton harus rata untuk memudahkan
pemasangan dan biasanya kendala dalam pemasangan ini adalah susahnya
membuat lantai kerja yang rata.

2
PRINSIP KERJA BLOK BETON TERKUNCI

Blok beton terkunci memiliki prinsip kerja dapat meningkatkan stabilitas terhadap
gaya seret bergantung kepada arah lengan momen guling yang mana blok beton
tersebut dapat berguling. Keadaan saling terkait blok beton terkunci mampu menahan
gaya seret sebesar 5 – 7 kali lebih besar dibandingkan jika blok beton tersebut berdiri
sendiri. Kaki-kaki blok beton sangat baik untuk meredam energi aliran dan
meningkatkan daya tahan terhadap geser dan guling. Namun demikian jika di daerah
hulu atau udik terdapat aktivitas manusia, misalkan daerah perkotaan, kaki-kaki tersebut
dapat mengakibatkan sampah-sampah yang terbawa aliran air terkait sehingga secara
estetika kurang baik.

Jenis Blok Beton Terkunci

Jenis atau bentuk blok beton terkunci yang digunakan dan dikembangkan adalah
sebagai berikut:

1) Blok beton balok-kaki enam yang diterapkan pada pemecahan masalah–masalah :


a) Gerusan lokal dan degradasi dasar sungai Cipamingkis di Cibarusah.
b) Pengendalian perubahan morfologi sungai Ciliwung di Kebun Raya Bogor.
c) Pengendalian gerusan tebing sungai Brantas di hilir Bendung Karet Jatimlerek.

2) Blok beton kubus–kaki enam yang diterapkan untuk memecahkan masalah :


a) Penanggulangan darurat dan permanen gerusan lokal di hilir Bendung Karet
Jatimlerek.
b) Penanggulangan darurat kerusakan bangunan pengendali dasar sungai Ciujung
di hilir bendung gerak Pamarayan.

3) Blok beton balok-kaki delapan yang direncanakan untuk :


a) Perkuatan ujung krib pelindung gerusan tebing sungai Cikaengan.
b) Bottom panel pelindung gerusan tembok pangkal jembatan Sempaga.
c) Perkuatan ujung krib pengendalian perubahan morfologi sungai dan pelindung
gerusan tembok pangkal jembatan Cibuni.

Adapun dimensi dan gambar desain

ke tiga blok beton tersebut seperti tampak pada gambar-gambar berikut ini.

3
0.5m

0.7m

0.25 0.25 0.5m 0.25 0.25


m m m m
Gambar 1 Dimensi blok beton balok-kaki enam.

5cm

50cm
50cm

Gambar 2 Dimensi blok beton kubus-kaki enam.


0.63
6
Detail Blok Beton 0.31
8m
0.45 1.272
m

0.45 0.45
m m 0.45 0.9 0.45
m m
Gambar 3 Dimensi blok beton balok-kaki delapan.

Penerapan Blok Beton Terkunci di Lapangan

Dalam menghadapi masalah keterbatasan waktu pelaksanaan, kecenderungan


morfologi sungai yang selalu berubah dan data lapangan yang terbatas diperlukan suatu

4
teknologi tepat guna yang dapat memecahkan masalah yang timbul akibat keterbatasan
tersebut. Untuk itu, dalam penanggulangan masalah gerusan lokal dan degradasi dasar
sungai diterapkan konsep penanggulangan menggunakan blok beton berkaki.

Untuk memenuhi kriteria struktur blok beton berkaki yang telah ditetapkan,
maka struktur ini dirancang dengan membuat cetakan-cetakannya terlebih dahulu.
Adapun cetakan untuk pembuatan blok beton ini dibagi menjadi dua bagian yang
terpisah. Blok beton dicetak di tempat dan setelah kering kemudian di pasang dan di
susun sesuai gambar desain dengan menggunakan alat pengangkut mekanik “ crane”.

Pada perhitungan kekuatan strukturnya, blok beton berkaki di desain dengan


mutu beton K-170 (fc = 17 Mpa) dengan besi baja tulangan U-24 (fy = 240 Mpa).
Dengan mutu yang demikian, struktur tersebut di desain agar cukup kuat dan tidak
patah saat pemasangan di lapangan.

1) Blok Beton Balok-Kaki Enam

Keandalan dari blok beton balok-kaki enam tersusun sebagai alternatif bangunan
pengendali degradasi dasar sungai telah di uji coba di laboratorium dengan model fisik
dan hasilnya dapat langsung diterapkan di lapangan. Bentuk balok–kaki enam ini relatif
stabil karena lengan momen terhadap titik guling cukup panjang.

Gambar 4 Percobaan uji model fisik blok beton balok-kaki enam.

5
Berkaitan dengan masalah keterbatasan di lapangan, desain blok beton balok-
kaki enam ini telah diterapkan dalam menanggulangi masalah-masalah:
a) pengendalian degradasi dasar sungai Cipamingkis di Cibarusah;
b) pengendalian perubahan morfologi sungai Ciliwung di Kebun Raya Bogor.

Berdasarkan hasil uji model fisik di laboratorium, bangunan pengendali dasar di


sungai Cipamingkis yang tersusun dari blok beton balok-kaki enam masih tetap stabil
walau debit sungai mencapai, Q = 900 m 3/det dengan kecepatan rata-rata aliran, v =
3,9 m/det.

Hasil pengamatan di lapangan pasca penerapan menunjukan bahwa bangunan


ini cukup efektif dan stabil dalam mengendalikan perubahan dasar sungai. Masalah yang
timbul lebih pada nilai estetika yang kurang baik, di mana sampah yang terbawa aliran
seringkali tersangkut di kaki blok beton tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan guna menjaga kestabilan dalam penerapan
blok beton balok-kaki enam di lapangan:
a) Dimensi blok beton yang dihasilkan harus presisi, karena hasil cetakan yang
kurang baik dapat mempengaruhi kekuatan dan kestabilan struktur.
b) Sebelum pemasangan blok beton dilakukan, lantai kerja harus benar-benar rata.
Hal ini penting sekali dalam menjaga agar penyusunan blok beton terutama
untuk lapisan kedua dan seterusnya tetap rata dan tidak miring.

Gambar 5 Penerapan blok beton balok-kaki enam di lapangan.

6
c) Desain kaitan antar struktur perlu diperbaharui kembali agar bangunan dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan morfologi sungai tanpa harus kehilangan
kestabilan dan kekuatan struktur.
d) Untuk kemudahan pelaksanaan waktu pemasangan sebaiknya dipilih pada musim
kering dimana muka air dan kecepatan aliran sungai relatif rendah.
e) Meskipun kinerja struktur blok beton berkaki dalam menanggulangi masalah
gerusan lokal menurut hasil model cukup baik, namun demikian untuk menilai
kinerja struktur ini di lapangan perlu pemantauan lebih lanjut.

Dibandingkan dengan 2 bentuk yang lain, jenis blok beton balok-kaki enam
mempunyai keunggulan sebagai berikut:
a) Dapat terkait dalam arah samping, searah aliran dan arah vertikal. Karakteristik
ini sangat diperlukan untuk menyusun bangunan pengendali dasar sungai.
b) Karena lengan momen terhadap titik guling cukup panjang, maka bentuk balok–
kaki enam ini paling stabil.

Namun demikian di samping kelebihan tersebut, jenis blok beton balok-kaki


enam mempunyai kelemahan sebagai berikut:
a) Agar blok beton saling terkait dengan baik, maka blok–blok beton tersebut perlu
disusun secara cermat dan rapi. Hal ini hanya dapat dilakukan pada kondisi debit
aliran sungai rendah.
b) Jika tidak tersusun dengan baik, blok beton cenderung terputar arah horisontal
hingga titik guling berada pada sumbu pendek dan menjadi mudah berguling.

2) Blok Beton Kubus-Kaki Enam

Karakter lengan momen guling blok beton kubus-kaki enam relatif sama panjang
pada semua kemungkinan titik guling menjadikan blok beton tipe ini sangat cocok untuk
dijadikan sebagai pelindung gerusan lokal di hilir bangunan.

Susunan struktur blok beton kubus-kaki enam telah dicoba di laboratorium dan
diterapkan di lapangan dalam menanggulangi masalah:
a) Penanggulangan darurat dan permanen gerusan lokal di hilir Bendung Karet
Jatimlerek.

7
b) Penanggulangan darurat kerusakan bangunan pengendali dasar sungai Ciujung
di hilir bendung gerak Pamarayan.

Kinerja dari struktur beton berkaki sebagai pelindung gerusan lokal di hilir
Bendung Karet Jatimlerek telah dicoba dengan uji model fisik 2 dimensi di laboratorium
dengan kondisi sebagai berikut:
a) Debit yang dialirkan mulai dari Q = 150 m 3/det hingga Q = 1500 m3/det.
b) Blok beton disusun secara acak di atas lapisan boulder, hal ini dilakukan untuk
kemudahan pada saat pelaksanaan pemasangan.
c) Lapisan geotekstil diberikan di antara pelapisan boulder dan blok beton berkaki.

Gambar 6 Uji model fisik blok beton kubus-kaki enam.

Kinerja dari blok beton bendung karet Jatimlerek berdasar uji model fisik adalah
seperti berikut:
a) Pada kondisi muka air hilir normal, proteksi dari blok beton dan boulder relatif
stabil, baik dari debit terkecil hingga debit terbesar. Pada kondisi ini tidak ada
pergerakan dari blok beton maupun boulder.
b) Kondisi blok beton dan boulder tetap stabil meskipun muka air hilir telah
diturunkan 2 meter dari kondisi normal (diasumsikan telah terjadi degradasi
sebesar 2 meter).

8
Berdasarkan peninjauan lapangan, dalam penerapan konsep desain
penanggulangan ditemukan beberapa hambatan yaitu:
a) Sulit untuk menyusun blok beton ini di lapangan sesuai dengan yang telah
dikonsepkan dalam uji model fisik 2 dimensi.
b) Debit air pada saat pemasangan blok beton di lapangan sedang besar sehingga
sulit untuk mengetahui penyusunan dan letak blok beton.
c) Namun demikian dari hasil pengamatan terhadap kemungkinan perubahan turap
besi penguat apron dan kondisi gerusan lokal di hilir peredam energi, dapat
disimpulkan bahwa blok beton dapat bekerja dengan baik.

Gambar 7 Penerapan blok beton kubus-kaki enam di lapangan.

Lengan momen guling kubus–kaki enam relatif sama panjang pada semua
kemungkinan titik guling. Kondisi ini memberikan karakteristik sebagai berikut :
a) Stabilitas guling blok kubus-kaki enam relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan blok balok–kaki enam yang tersusun dengan baik.
b) Namun demikian blok kubus–kaki enam dapat dijatuhkan secara acak dan terkait
dengan baik. Karakteristik ini merupakan keunggulan blok kubus–kaki enam
untuk diterapkan dalam kondisi kedalaman aliran yang besar untuk menunjang
penanggulangan darurat.

9
c) Bentuk kubus–kaki enam lebih kompak, sehingga lebih kuat / tidak mudah patah
jika disusun secara acak dengan jalan dijatuhkan dengan batuan alat pengangkut
mekanik (crane).

3) Blok Beton Balok-Kaki Delapan

Kemiripan karakteristik dan dimensi dengan blok beton balok-kaki enam


menyebabkan blok beton balok-kaki delapan juga memiliki kestabilan yang relatif sama.
Blok beton ini sangat cocok jika digunakan sebagai pelindung kaki (bottom panel )
pelindung gerusan di kaki sebuah struktur atau sebagai krib pelindung gerusan tebing
sungai karena stabilitas guling ke arah lengan momen guling terpendek. Namun
demikian blok beton balok–kaki delapan mempunyai kelemahan dalam segi kekuatan
pada ikatan antar blok beton jika harus disusun untuk membentuk sebuah bangunan
pengendali dasar sungai.

Meski telah direncanakan untuk diterapkan dalam menanggulangi masalah di


jembatan Cikaengan, namun demikian struktur ini belum dapat diterapkan di lapangan.
Desain ini tidak dapat diterapkan di lapangan secara menyeluruh karena jumlah blok
beton yang akan dipasang relatif sedikit dan untuk memasang blok beton ini diperlukan
alat angkat yang masih sulit untuk didatangkan ke lokasi. Kondisi ini membuat biaya
pembuatan besi cetakan dan biaya sewa alat angkat (crane) menjadi relatif mahal dan
tidak ekonomis karena blok beton yang harus diangkat dan dipasang jumlahnya sedikit.

Gambar 8 Blok beton balok-kaki delapan.

10
Secara umum karakteristik bentuk blok beton balok–kaki delapan mirip dengan
karakteristik bentuk blok beton balok–kaki enam. Namun demikian blok beton balok–
kaki delapan mempunyai keunggulan dan kelemahan sebagai berikut :
a) Jika digunakan sebagai “bottom panel” pelindung gerusan di kaki sebuah struktur
atau sebagai krib pelindung gerusan tebing sungai, bentuk ini mempunyai
keunggulan dalam hal stabilitas guling ke arah lengan momen guling terpendek.
b) Namun demikian blok beton balok–kaki delapan mempunyai kelemahan dalam
segi kekuatan kait jika harus disusun untuk membentuk sebuah bangunan
pengendali dasar sungai.

Gambar 9 Uji model fisik blok beton balok-kaki delapan.

Biaya Investasi, Operasi dan Pemeliharaan Blok Beton Terkunci

Perkiraan biaya investasi blok beton terkunci untuk pengamanan gerusan lokal
berdasarkan harga tahun 2005 adalah sebesar Rp. 2.750.000,00 - Rp. 5.500.000,00.
Biaya investasi adalah untuk biaya pembuatan cetakan blok beton terkunci yang berkisar
sekitar Rp. 2.000.000,00 – Rp. 4.000.000,00 (tergantung jenis blok beton terkunci) dan
biaya pembuatan blok beton terkunci tersebut yang berkisar antara Rp. 750.000,00 –
Rp. 1.500.000,00 per buahnya.

11

You might also like