Professional Documents
Culture Documents
N NON
BLOK
Tugas
Kewarganegara
an 2010 / 2011
Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India, Nehru
dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan
lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang
disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis
dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-
Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana,
negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah
lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia,
Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan
Kwame Nkrumah dari Ghana.
Dasasila Bandung
Negara pemantau
Organisasi pemantau
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang
pernah menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia.
Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang
menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga
tahun.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh
25 anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan
Siprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme
dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah
satu yang paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen
untuk menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang
penting dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003.
Namun, GNB kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang
Dingin.
Sekretaris Jendral
Hasil GNB
GNB I (1961)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok (GNB) I berlangsung di Beograd,
Yugoslavia pada tanggal 6 September 1961. sekitar 23 negara sepakat menjadi anggota GNB
dalam konferensi yang diprakarsai lima pemimpin yang menjadi sponsor pendirian GNB itu
adalah
Tujuan KTT I ini guna mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan bercita-cita
melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. KTT I ini merupakan
kelanjutan dari KAA 1955 di Bandung. Dalam konferensi rasa, bantuan untuk kemajuan dan
perkembangan serta perlucutan senjata.
GNB II (1964)
KTT II ini diselenggarakan pada tanggal 5 – 10 Oktober 1964 di Kairo Mesir, dipimpin oleh
Presiden Gamal Abdul Naser. KTT ini dihadiri oleh 48 negara peserta dan 10 negara
pengamat ini memberikan perhatian kepada masalah-masalah ekonomi.
Dalam KTT yang diselenggarakan dua kali ini mulai tampak ada pertentangan antara
kelompok negara modern dibawah pimpinan Nehru dan kelompok negara radikal dipimpin
oleh Soekarno dan Nkrumah.
GNB IV (1973)
KTT IV berlangsung pada tanggal 5 – 9 September 1973 di Algiers, Aljazair dibawah
pimpinan Presiden Houari Boumedienne. KTT terselenggara pada saat hubungan kedua blok
membaik. Tema pokok KTT IV ini adalah masalah negara-negara melarat. KTT dihadiri oleh
75 negara peserta. Pengamat terdiri atas organisasi gerakan kemerdekaan dan pembebasan
Afrika Selatan dan Amerika Latin.
GNB V (1976)
KTT V dilaksanakan pada tanggal 16 – 19 Agustus 1976 di Colombo, Srilanka dipimpin oleh
PM Ny. Sirimavo Bandaranaike. KTT ini mempertegas kepentingan negara-negara Non Blok
yang dirugikan oleh tata ekonomi dunia yang tidak adil, yang dapat mengancam perdamaian
dunia. KTT ini juga ditandai adanya persaingan antara sesama negara anggota Non Blok.
India, Indonesia dan Yugo berusaha mencegah timbulnya perpecahan di antara mereka.
Hasilnya dituangkan dalam “Deklrasi dan Program Aksi Colombo” yang intinya antara lain:
melanjutkan dan meningkatkan program Gerakan Non Blok ke arah tata ekonomi dunia baru.
GNB IV (1979)
KTT IV diselenggarakan di Havana, Cuba dipimpin oleh Presiden Fidel Castro. KTT ini
diselenggarakan pada tanggal 3 – 7 September 1979 ini dihadiri oleh 94 negara peserta
peninjau dari 20 negara dan 18 organisasi. KTT diliputi oleh pertentangan antara kelompok
moderat dan radikal, tetapi telah berhasil merumuskan deklarasi politik yang berisi revolusi
yang memperkuat prinsip-prinsip Non Blok terhadap dominasi ekonomi asing yang
merugikan negara berkembang. Keanggotaan Kamboja belum dapat diselesaikan maka
Kamboja hadir sebagai peninjau.
GNB IX (1989)
KTT IX diselenggarakan pada tanggal 4 – 7 September 1989 di bawah pimpinan Presiden Dr.
Janes Drnovsek. KTT ini dihadiri oleh 102 negara.
Dalam KTT ini menetapkan bahwa untuk memperkuat setia kawan internasional dan
kerjasama bagi pembangunan alih teknologi adalah mutlak serta perlunya dialog-dialog
Selatan-Selatan. KTT juga membahas mengenai pelestarian lingkungan hidup, yaitu
menghindarkan pencemaran terhadap air, udara, dan tanah serta menghindarkan perusakan
tanah dan pembabatan hutan.
GNB X (1992)
KTT X diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada bulan September 1992, dipimpin oleh
Soeharto. KTT ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini
menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah,
seperti hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang
dingin.
Hak azazi manusia dan kemerdekaan merupakan keabsahan universal dan percaya
bahwa kemajuan ekonomi serta sosial akan memudahkan tercapainya semua sasaran.
GNB menolak konsep mengenai hak asazi manusia dan demokrasi yang didiktekan
oleh negara tertentu atas negara lain.
Prihatin atas beban hutang dari negara-negara berkembang.
Mendesak dilakukannya pembaruan ekonomi dunia guna memperkuat kemampuan
PBB dalam meningkatkan kerjasama dan penggabungan internasional
Menyerukan pengalihan anggaran militer untuk memudahkan peningkatan ekonomi,
sosial dan negara-negara berkembang
GNB memberikan perhatian terhadap masalah aparthid di Afrika Selatan di samping
mengutuk terhadap pembasmian etnis Bosnia.
Menyambut baik hasil Pertemuan Puncak Bumi di Rio de Jeneiro tentang lingkungan
hidup dan pembangunan
GNB XI (1995)
KTT XI diselenggarakan di Cartagena, Kolumbia yaitu Ernesto Samper Pizano. Pada waktu
pembukaan KTT, dilakukan juga penyerahan ketua KTT sebelumnya yaitu dari Presiden
Soeharto ke Presiden Kolumbia.
GNB XII(1998)
GNB XIII(2003)
Di Kuala Lumpur, Malaysia 20-25 Februari 2003. Membahas tentang revitalisasi GNB dan
usaha meredakan Perang Teluk III.
GNB XIV(2006)
Di Havana, Kuba 1-6September 2006 Menghasilkan deklarasi yang mengutuk serangan
Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengkritik kebijakan negara
AmerikaSerikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil dan
berkembang.
GNB XV (2009)
1. Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB. BersamaJawaharlal Nehru yang juga
pelopor KAA, PresidenSoekarno menggagas pembentukan GNB. bersama empat
pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan
berdirinya GNB.
2. Dalam KTT GNB X tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah penyelenggaraan
KTT dan Presiden Soeharto bertindak sebagai ketua GNB. PesanJakarta, yang disepakati
dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, adalah dokumen penting yang dihasilkan pada periode
kepemimpinan Indonesia dan memuat visi baru GNB, antara lain:
1.Mengenai relevansi GNB setelah Perang Dingin dan
meningkatkan kerjasama konstruktif sebagai
komponen integral hubungan internasional;
2.Menekankan pada kerjasama ekonomi internasional
dalam mengisi kemerdekaan yang berhasil dicapai
melalui perjuangan GNB sebelumnya;
3.Meningkatkan potensi ekonomi anggota GNB melalui
peningkatan kerjasamaSelatan-Selatan.
3. Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah hutang luar negeri negara-negara
berkembang (HIPCs/ Heavily Indebted Poor Countries) yang terpadu, berkesinambungan
dan komprehensif.
4. Sesuai dgn KTT Cartagena, Indonesia bersama Brunei Darussalam mendirikan Pusat
Kerjasama Teknik Selatan-Selatan GNB.
5. Indonesia memprakarsai kerja sama teknis dibeberapa bidang misalnya bidang pertanian
dan
kependudukan.
6. Indonesia saat ini menjadi Ketua KomiteEkonomi dan social, Ketua Kelompok Kerja
PerlucutanSenjata pada Komite Politik, dan anggota Komite Palestina.