You are on page 1of 14

GERAKA

N NON
BLOK

Tugas
Kewarganegara
an 2010 / 2011

A. Dimas Dharmawan XI.B / 3

Ananda Putra XI.B / 4

Felix Adriant XI.B /

Robby Rijanto XI.B / 21

Y. Bramanda Ryan XI.B / 26

Zoraida Gizela XI.B / 30


Gerakan Non-Blok (GNB)

GNB (Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang


terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan
atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum
dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan,
integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka
menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan
segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan
menentang segala bentuk blok politik. Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia
dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi
tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka,
Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.

Anggota-anggota penting di antaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan,


Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik
Rakyat Cina. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti
NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan
yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-
negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni
Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk
melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan
terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan
Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni Soviet menginvasi
Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara
anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal
yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.
Sejarah

Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri India, Nehru
dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan
lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang
disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis
dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:

1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.


2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian

Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-
Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana,
negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka
untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah
lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia,
Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan
Kwame Nkrumah dari Ghana.

Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika


anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur.
Muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti
Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah
sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.
Dasar Pembentukan

Dasar pembentukan GNB didasarkan pada Dasasila Bandung, yaitu:

Dasasila Bandung

1. Menghormati hak-hak dasar manusia


2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar
maupun kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam soalan-soalan dalam negeri
negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian
mahupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, Tidak melakukan campur
tangan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi mahupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum , ataupun lain-
lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan
Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional
Negara Anggota GNB

Afganistan · Afrika Selatan · Republik Afrika Tengah · Aljazair · Angola · Antigua


dan Barbuda · Arab Saudi · Bahama · Bahrain · Bangladesh · Barbados · Belarus · Belize ·
Benin · Bhutan · Bolivia · Botswana · Brunei · Burkina Faso · Burundi · Chad · Chili ·
Djibouti · Dominika · Republik Dominika · Ekuador · Mesir · Guinea Khatulistiwa · Eritrea ·
Ethiopia · Filipina · Gabon · Gambia · Ghana · Grenada · Guatemala · Guinea · Guinea-
Bissau · Guyana · Honduras · India · Indonesia · Iran · Jamaika · Kamboja · Kamerun ·
Kenya · Kolombia · Komoro · Republik Kongo · Republik Demokratik Kongo · Korea
Utara · Kuba · Kuwait · Laos · Lebanon · Lesotho · Liberia · Libya · Madagaskar ·
Maladewa · Malawi · Malaysia · Mali · Mauritania · Mauritius · Mongolia · Maroko ·
Mozambik · Myanmar · Namibia · Nepal · Nikaragua · Niger · Nigeria · Oman · Pakistan ·
Palestina · Panama · Pantai Gading · Papua Nugini · Peru · Qatar · Rwanda · Saint Lucia ·
Saint Vincent dan Grenadines · Sao Tome dan Principe · Senegal · Seychelles · Sierra
Leone · Singapura · Somalia · Sri Lanka · Sudan · Suriname · Swaziland · Suriah · Tanjung
Verde · Tanzania · Thailand · Timor Leste · Togo · Trinidad dan Tobago · Tunisia ·
Turkmenistan · Uganda · Uni Emirat Arab · Uzbekistan · Vanuatu · Venezuela · Vietnam ·
Yaman · Yordania · Zambia · Zimbabwe

Negara pemantau

Armenia · Azerbaijan · Brasil · Republik Rakyat Cina · El Salvador · Kazakhstan ·


Kosta Rika · Kroasia · Kirgizstan · Meksiko · Montenegro · Serbia · Ukraina · Uruguay

Organisasi pemantau

Uni Afrika · Liga Arab · Perserikatan Bangsa-Bangsa


Pertemuan

Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang
pernah menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri
Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia.
Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang
menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga
tahun.

Pertemuan berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56


negara anggota di mana anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di
Afrika. Kebanyakan dari pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-Israel
dan Perang India-Pakistan.

Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh
25 anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan
Siprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme
dan neo-kolonialisme.

Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah
satu yang paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen
untuk menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang
penting dalam even-even tersebut.

Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003.
Namun, GNB kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang
Dingin.
Sekretaris Jendral

Sekretaris Jendral Gerakan Non-Blok


Nama Asal negara Mula Akhir
i
Josip Broz Tito  Yugoslavia 1961 1964
Gamal Abdel Nasser  Mesir 1964 1970
Kenneth Kaunda  Zambia 1970 1973
Houari Boumédienne  Aljazair 1973 1976
William Gopallawa  Sri Lanka 1976 1978
Junius Richard Jayewardene  Sri Lanka 1978 1979
Fidel Castro  Kuba 1979 1983
N. Sanjiva Reddy  India 1983 1982
Zail Singh  India 1982 1986
Robert Mugabe  Zimbabwe 1986 1989
Janez Drnovšek  Yugoslavia 1989 1990
Stipe Mesić  Yugoslavia 1991 1991
Branko Kostić  Yugoslavia 1991 1992
Dobrica Ćosić  Yugoslavia 1992 1992
Suharto  Indonesia 1992 1995
Ernesto Samper Pizano  Kolombia 1995 1998
Andrés Pastrana Arango  Kolombia 1998 1998
Nelson Mandela  Afrika Selatan 1998 1999
Thabo Mbeki  Afrika Selatan 1999 2003
Datuk Seri Mahathir bin  Malaysia 2003 2003
Mohammad
Datuk Seri Abdullah Ahmad  Malaysia 2003 2006
Badawi
Fidel Castro  Kuba 2008 -
Raúl Castro  Kuba 2008 2009
Hosni Mubarak  Mesir 2009 sekaran
g

Tempat dan tanggal KTT GNB

 KTT I – Belgrade, 1 September 1961 – 6 September 1961


 KTT II – Kairo, 5 Oktober 1964 – 10 Oktober 1964
 KTT III – Lusaka, 8 September 1970 – 10 September 1970
 KTT IV – Aljir, 5 September 1973 – 9 September 1973
 KTT V – Kolombo, 16 Agustus 1976 – 19 Agustus 1976
 KTT VI – Havana, 3 September 1979 – 9 September 1979
 KTT VII – New Delhi, 7 Maret 1983 – 12 Maret 1983
 KTT VIII – Harare, 1 September 1986 – 6 September 1986
 KTT IX – Belgrade, 4 September 1989 – 7 September 1989
 KTT X – Jakarta, 1 September 1992 – 7 September 1992
 KTT XI – Cartagena de Indias, 18 Oktober 1995 – 20 Oktober 1995
 KTT XII – Durban, 2 September 1998 – 3 September 1998
 KTT XIII – Kuala Lumpur, 20 Februari 2003 – 25 Februari 2003
 KTT XIV – Havana, 11 September 2006 – 16 September 2006
 KTT XV – Sharm elSheik, Mesir, 11 Juli 2009 – 16 Juli 2009

Hasil GNB
GNB I (1961)
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok (GNB) I berlangsung di Beograd,
Yugoslavia pada tanggal 6 September 1961. sekitar 23 negara sepakat menjadi anggota GNB
dalam konferensi yang diprakarsai lima pemimpin yang menjadi sponsor pendirian GNB itu
adalah

 Presiden Soekarno (Indonesia)


 Presiden Gamal Abdul Naser (Mesir)
 Presiden Josep Broz Tito (Yugoslavia)
 PM Pandit Jawaharlal Nehru (India) dan
 Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)

Tujuan KTT I ini guna mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan bercita-cita
melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. KTT I ini merupakan
kelanjutan dari KAA 1955 di Bandung. Dalam konferensi rasa, bantuan untuk kemajuan dan
perkembangan serta perlucutan senjata.

GNB II (1964)
KTT II ini diselenggarakan pada tanggal 5 – 10 Oktober 1964 di Kairo Mesir, dipimpin oleh
Presiden Gamal Abdul Naser. KTT ini dihadiri oleh 48 negara peserta dan 10 negara
pengamat ini memberikan perhatian kepada masalah-masalah ekonomi.
Dalam KTT yang diselenggarakan dua kali ini mulai tampak ada pertentangan antara
kelompok negara modern dibawah pimpinan Nehru dan kelompok negara radikal dipimpin
oleh Soekarno dan Nkrumah.

GNB III (1970)


KTT III diselenggarakan di Zambia pada tanggal 8 – 10 September 1970, dipimpin oleh
Presiden Kenneth Kaunda. Tema pokok KTT ini adalah permasalahan rezim resialis
minoritas kulit putih di Afrika Selatan. KTT ini dihadiri oleh 54 negara dan 9 negara
pengamat.

GNB IV (1973)
KTT IV berlangsung pada tanggal 5 – 9 September 1973 di Algiers, Aljazair dibawah
pimpinan Presiden Houari Boumedienne. KTT terselenggara pada saat hubungan kedua blok
membaik. Tema pokok KTT IV ini adalah masalah negara-negara melarat. KTT dihadiri oleh
75 negara peserta. Pengamat terdiri atas organisasi gerakan kemerdekaan dan pembebasan
Afrika Selatan dan Amerika Latin.

GNB V (1976)
KTT V dilaksanakan pada tanggal 16 – 19 Agustus 1976 di Colombo, Srilanka dipimpin oleh
PM Ny. Sirimavo Bandaranaike. KTT ini mempertegas kepentingan negara-negara Non Blok
yang dirugikan oleh tata ekonomi dunia yang tidak adil, yang dapat mengancam perdamaian
dunia. KTT ini juga ditandai adanya persaingan antara sesama negara anggota Non Blok.
India, Indonesia dan Yugo berusaha mencegah timbulnya perpecahan di antara mereka.
Hasilnya dituangkan dalam “Deklrasi dan Program Aksi Colombo” yang intinya antara lain:
melanjutkan dan meningkatkan program Gerakan Non Blok ke arah tata ekonomi dunia baru.

GNB IV (1979)
KTT IV diselenggarakan di Havana, Cuba dipimpin oleh Presiden Fidel Castro. KTT ini
diselenggarakan pada tanggal 3 – 7 September 1979 ini dihadiri oleh 94 negara peserta
peninjau dari 20 negara dan 18 organisasi. KTT diliputi oleh pertentangan antara kelompok
moderat dan radikal, tetapi telah berhasil merumuskan deklarasi politik yang berisi revolusi
yang memperkuat prinsip-prinsip Non Blok terhadap dominasi ekonomi asing yang
merugikan negara berkembang. Keanggotaan Kamboja belum dapat diselesaikan maka
Kamboja hadir sebagai peninjau.

GNB VII (1983)


KTT VII yang sedianya akan diselenggarakan di Bagdad pada bulan September 1982 batal
karena terjadi perang Irak – iran. Akhirnya diselenggarakan di India pada tanggal 7 – 12
Maret 1983, dipimpin oleh PM. Ny. Indira Gandhi. KTT ini dihadiri 101 negara dan
memutuskan untuk memberikan dukungan penuh bagi rakyat Afganistan untuk memutuskan
nasibnya sendiri, dengan sistem sosial ekonomi yang bebas dari campur tangan asing.

GNB VIII (1986)


KTT VIII diselenggarakan di Harare, Zimbabwe dipimpin oleh PM robert Mugabe, pada
akhir 1986 dihadiri oleh 101 negara. KTT tetap mendukung Afganistan dalam menentukan
nasibnya sendiri.

GNB IX (1989)
KTT IX diselenggarakan pada tanggal 4 – 7 September 1989 di bawah pimpinan Presiden Dr.
Janes Drnovsek. KTT ini dihadiri oleh 102 negara.
Dalam KTT ini menetapkan bahwa untuk memperkuat setia kawan internasional dan
kerjasama bagi pembangunan alih teknologi adalah mutlak serta perlunya dialog-dialog
Selatan-Selatan. KTT juga membahas mengenai pelestarian lingkungan hidup, yaitu
menghindarkan pencemaran terhadap air, udara, dan tanah serta menghindarkan perusakan
tanah dan pembabatan hutan.

GNB X (1992)
KTT X diselenggarakan di Jakarta, Indonesia pada bulan September 1992, dipimpin oleh
Soeharto. KTT ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini
menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB tentang berbagai masalah,
seperti hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama utara selatan dalam era pasca perang
dingin.

Hasil KTT ini yang terpenting adalah :

 Hak azazi manusia dan kemerdekaan merupakan keabsahan universal dan percaya
bahwa kemajuan ekonomi serta sosial akan memudahkan tercapainya semua sasaran.
GNB menolak konsep mengenai hak asazi manusia dan demokrasi yang didiktekan
oleh negara tertentu atas negara lain.
 Prihatin atas beban hutang dari negara-negara berkembang.
 Mendesak dilakukannya pembaruan ekonomi dunia guna memperkuat kemampuan
PBB dalam meningkatkan kerjasama dan penggabungan internasional
 Menyerukan pengalihan anggaran militer untuk memudahkan peningkatan ekonomi,
sosial dan negara-negara berkembang
 GNB memberikan perhatian terhadap masalah aparthid di Afrika Selatan di samping
mengutuk terhadap pembasmian etnis Bosnia.
 Menyambut baik hasil Pertemuan Puncak Bumi di Rio de Jeneiro tentang lingkungan
hidup dan pembangunan
GNB XI (1995)
KTT XI diselenggarakan di Cartagena, Kolumbia yaitu Ernesto Samper Pizano. Pada waktu
pembukaan KTT, dilakukan juga penyerahan ketua KTT sebelumnya yaitu dari Presiden
Soeharto ke Presiden Kolumbia.

GNB XII(1998)

Di Durban, AfrikaSelatan 1-6September 1998 Membahas tentang usaha demokratisasi dalam


hubungan antarnegara di seluruh dunia.

GNB XIII(2003)
Di Kuala Lumpur, Malaysia 20-25 Februari 2003. Membahas tentang revitalisasi GNB dan
usaha meredakan Perang Teluk III.

GNB XIV(2006)
Di Havana, Kuba 1-6September 2006 Menghasilkan deklarasi yang mengutuk serangan
Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengkritik kebijakan negara
AmerikaSerikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil dan
berkembang.

GNB XV (2009)

Di Sharm el-Sheikh, Mesir 11-16 Juli 2009

Deklarasi KTT GNB di Sharm el-Sheikh menyebutkan kesetiaan negara-negara anggota


untuk mendukung semua upaya memerangi segala bentuk terorisme di seluruh penjuru dunia.
Deklarasi ini meminta semua negara di dunia untuk menaati aturan internasional dan
sejumlah ratifikasi PBB dalam memerangi terorisme. Berdasarkan deklarasi tersebut,
perdamaian yang berdasarkan keadilan harus memuat segala mekanisme puncak perdamaian,
termasuk pendirian negara independen Palestina, penghentian pembangunan permukiman
zionis di daerah-daerah Palestina dan kembalinya para pengungsi Palestina ke tanah airnya.
di Sharm el-Sheikh Mesir membuktikan perhatian sidang GNB kali ini terhadap berbagai
masalah penting negara-negara sedang berkembang.
Peran Indonesia dalam GNB

1. Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB. BersamaJawaharlal Nehru yang juga
pelopor KAA, PresidenSoekarno menggagas pembentukan GNB. bersama empat
pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan
berdirinya GNB.
2. Dalam KTT GNB X tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah penyelenggaraan
KTT dan Presiden Soeharto bertindak sebagai ketua GNB. PesanJakarta, yang disepakati
dalam KTT GNB ke-10 di Jakarta, adalah dokumen penting yang dihasilkan pada periode
kepemimpinan Indonesia dan memuat visi baru GNB, antara lain:
1.Mengenai relevansi GNB setelah Perang Dingin dan
meningkatkan kerjasama konstruktif sebagai
komponen integral hubungan internasional;
2.Menekankan pada kerjasama ekonomi internasional
dalam mengisi kemerdekaan yang berhasil dicapai
melalui perjuangan GNB sebelumnya;
3.Meningkatkan potensi ekonomi anggota GNB melalui
peningkatan kerjasamaSelatan-Selatan.
3. Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah hutang luar negeri negara-negara
berkembang (HIPCs/ Heavily Indebted Poor Countries) yang terpadu, berkesinambungan
dan komprehensif.
4. Sesuai dgn KTT Cartagena, Indonesia bersama Brunei Darussalam mendirikan Pusat
Kerjasama Teknik Selatan-Selatan GNB.
5. Indonesia memprakarsai kerja sama teknis dibeberapa bidang misalnya bidang pertanian
dan
kependudukan.
6. Indonesia saat ini menjadi Ketua KomiteEkonomi dan social, Ketua Kelompok Kerja
PerlucutanSenjata pada Komite Politik, dan anggota Komite Palestina.

You might also like