Professional Documents
Culture Documents
com/KEPEMIMPINAN-KEPALA-SEKOLAH-PADA-SEKOLAH-PILOT-
PROYEK-MBS-DI-SMP-....html
Drs. F i r m a n, M.Pd. *)
program kerja,
penghambat dan,
Abstrak
Kata Kunci : MBS, Kepemimpinan, Kepala Sekolah
PENDAHULUAN
pendidikan
tidak
mengalami
pendidikan. Salah satu faktor yang sangat penting peranannya dalam usaha
faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
sebagai penentu keberhasilan proses belajar, tetapi bila kepala sekolah tidak
menunjukkan bahwa para guru ataupun staf lainnya akan dapat bekerja dengan
merupakan pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi
anak buahnya. Sedangkan menurut Davis & Newstrom (1990) pola tindakan
sebagai norma perilaku yang digunakan seorang pada saat orang mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dari berbagai studi
METODE PENELITIAN
sekolah pada sekolah MBS meliputi, (1) dalam perencanan program kerja (2)
monitoring; (4) Apa faktor pendukung dan penghambat (5) bagaimana strategi
mengatasi kendala.
kunci adalah kepala sekolah. Instrumen utama adalah peneliti sendiri. Teknik
sistem funnel sejak awal sampai akhir pengumpulan data. dengan cara mereduksi,
dan memaparkan data, serta menarik simpulan. Untuk menguji kredibilitas data
menjadi lebih efisien dan efektif serta relevan dengan keadaan. Paradigma baru
demokratis memandang usulan dan ide dari bawahan merupakan aset terpendam
organisasi dan selalu digali oleh seorang pemimpin (Irmim & Rochim , 2005).
Diskusi yang dilakukan melahirkan visi sekolah.
keadaan di masa yang akan datang yang dicita-citakan oleh seluruh personil
Proses yang ditempuh kepala sekolah dengan senantiasa membuka diri akan
komunikasi yang sehat serta iklim kerja yang kondusif. Karakteristik yang
disebutkan itu, oleh Pidarta (1988) menamai kepemimpinan yang efektif ialah
diambil oleh kepala sekolah berkaitan dengan visi, misi dan tujuan akan lebih
baik, logis, ideal, sebab merupakan hasil pemikiran dari beberapa orang
pemimpin juga merupakan visi bersama dari anggota yang dipimpinnya (share
vision). High agreement over goal terjadi apabila guru-guru dilibatkan dalam
bahwa partisipasi masyarakat dan orang tua yang tergabung dalam komite
Gaya
demokratis-partisipatif
yang
dituju oleh program MPMBS. Penelitian Bafadal (1997) menyebutkan salah satu
faktor determinan sekolah yang baik adalah peran kepala sekolah sebagai agen
Bahkan penelitian Edmond (1979) menyimpulkan bahwa tidak ada sekolah yang
baik dipimpin oleh kepala sekolah yang bermutu rendah, kepala sekolah yang
disamping memilki
jawab dalam implementasinya, namun pada sisi lain juga memiliki kelemahan
antara lain dapat mengganggu tugas- tugas lain, kurang efektif dan efisien dalam
menyusun program kerja dan rencana anggaran. Pihak yang terlibat dalam
penyusunan tersebut adalah kepala sekolah, wakasek, kepala urusan, guru dari
demokratis-partisipatif
bawahan untuk memperoleh hasil yang optimal yang ditandai, (1) kepala sekolah
handayani;
mengkomunikasikan visi, misi, nilai dan filosofi yang ingin dicapai; (3) Kepala
sekolah senantiasa bekerjasama dalam satu team work bersama wakil kepala
sekolah dan para dewan guru; (4) kepala sekolah dapat menciptakan iklim kerja
dan iklim belajar yang sehat, dan penuh keakraban.; (5) menjalin hubungan kerja
sama dengan stakeholder dan tercipta rasa saling pengertian dan tanggung jawab
Pada tahap pelaksanaan ini ada dua hal pokok yang dilakukan kepala
sekolah sesuai yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya adalah, (1)
tahap sosialisasi program kerja, (2) tahap pelaksanaan program kerja MPMBS.
(2)
kepala
sekolah
mampu
program kerja sekolah khususnya dan tentang konsep MPMBS umumnya, (2)
meningkatkan hubungan antara warga sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.
dahulu. Senada dengan itu, Arifin (1994) mengatakan Salah satu peran
oleh kemampuan mengkomunikasikan visi, misi, nilai, dan filosofi sekolah pada
stakeholder pada tahap sosialisasi kepala sekolah melakukan kegiatan seperti; (1)
mengadakan rapat koordinasi, (2) pengarahan oleh Kepala Sekolah pada saat
upacara bendera, (3) pemberian informasi kepada orang tua siswa melalui surat
edaran, dan penjelasan pada saat pembagian rapor, (4) penjelasan kepada siswa
penelitia Arifin (1994) mengatakan salah satu ciri sekolah yang efektif adalah
bahwa kepala sekolah melakukan komunikasi timbal balik dengan karyawan tata
usaha dengan penuh keakraban. Apa yang tampak tersebut menurut Mulyasa
sosialisasi adalah lebih menitik beratkan pada upaya menjaga hubungan yang
kegiatan sosialisasi melalui (1) rapat koordinasi; (2) pengarahan oleh kepala
sekolah; (3) menyebarkan informasi surat edaran; dan (4) penjelasan oleh guru
wali kelas. pada siswa.
sangat penting, sebab tanpa fungsi ini, maka apa yang direncanakan dan
diorganisir itu tidak dapat direalisasi dalam kenyataan. Fungsi ini berkaitan
dengan personil. Agar personil tersebut dapat bekerja secara optimal ada
beberapa hal yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jogoroto yaitu
memotivasi dan menjalin hubungan yang erat dengan para personil baik secara
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka
memberi motivas antara lain (1) menjalin hubungan yang manusiawi dalam
memotivasi guru dan staf dengan filosofi semangat “tut wuri handayani” (2)
Pelibatan dan dukungan semua pihak terutama masyarakat, orang tua, dan
hubungan antar manusia (manusiawi) agar terbina hubungan yang harmonis, dan
yang harmonis dan kompak. Hubungan manusiawi yang dihadirkan oleh kepala
sekolah tidak lain maksud dan tujuannya adalah agar membangkitkan semangat
Melihat hasil kedua program tersebut yang sudah sesuai dengan rencana
sasaran, maka dua prgram tersebut dapat dikatakan sudah berjalan efektif.
Dikatakan demikian karena hasil yang telah dicapai sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan arahan Dikmenum yaitu jika hasil
program MPMBS sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, berarti program
MPMBS efektif.
dapat dikatakan bahwa hasil ketiga hasil program tersebut cukup efektif karena
hasil yang telah dicapai sesuai dengan beberapa karateristik keefektifan sekolah.
dalam suatu organisasi bukan saja mampu memberikan informasi atas apa yang
bawahan. Irmim & Rochim (2005) mengatakan monitoring dan evalusai penting
dikatakan agar setiap persoalan bisa diantisipasi sedini mungkin dan bisa
monitoring dan evaluasi hanya melibatkan satu orang untuk terlibat yaitu wakil
kepala sekolah. Hal in dapat diartikan bahwa kepala sekolah cenderung tertutup
dan menutup partisipasi bawahan yang lain untuk memberikan saran dan
pendapat. Oleh karena itu dapat dipresepsi bahwa kepala sekolah tidak
(1994) mengatakan salah satu ciri pemimpin otoriter adalah sikap yang menonjol
bahwa kepala sekolah sangat tegas dan disiplin dalam mencapai sasaran target
yang telah direncanakan. Ini juga mengindikasikan bahwa kepala sekolah sangat
saat selama progam MPMBS berlangsung. Hal ini dimaksudkan jika terjadi
semakin parah. Hal ini sesuai dengan pendapat Dikmenum bahwa penerapan
secara terus menerus. Monitoring ini dilakukan oleh Kepala Sekolah secara
langsung dan tidak langsung. Terkait monitoring dan evaluasi terhadap keluar
ada akses dari pihak stakeholder untuk melakukan pengawasan dan kontrol
terhadap penggunaan anggaran. Dalam hal ini kepala sekolah hanya melibatkan
bendaharawan sekolah. Hal ini dapat dikatakan masih belum sesuai dengan
esensi dari program MPMBS, yakni adanya transparansi.
maksud (1) agar hasil pelaksanaan program peningkatan mutu sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan, (2) agar akuntabilitas program dan keuangan dapat
Sarana dan fasilitas yang mencukupi, (2) jumlah dan kualifikasi guru yang
memadai, (3) Faktor siswa yang unggul, (4) Dukungan kemitraan dari
masyarakat khususnya orang tua siswa, dan (5) Kepemimpinan kepala sekolah
sebagian guru kurang disiplin serta kurang memahami tugas profesinya, (2)
masih terbatasnya sarana dan prasarana khususnya peralatan dan komputer, (3)
Dukungan masyarakat dan orang tua siswa belum optimal; (4) sebagian orang tua
siswa kaemna kondisinya ekonominya lemah, maka dukungan dana juga tidak
masyarakat dan orang tua agar terlibat aktif dalam program sekolah; (3)
sarana yang ada; (4) Menggali sumber dana dari masyarakat dengan memberi
demokratis-partisipatif,
menerapkan gaya kepemimpinan hubungan antar manusia (humanist), (3) dalam
adalah : sarana dan fasilitas yang memadai, jumlah dan kualifikasi guru yang
intensif, memenuhi saranan dan prasarana yang kurang, menggali sumber dana
kendala yang muncul seperti sarana dan fasilitas, dukungan kemitraan, dan
Bafadal, I., 1997. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif, Makalah Loknas
Penelitian Kualitatif Ilmu Sosial & Keagamaan, Lemlit Unisma, Malang, tgl.
11 – 13 Nopember.
Davis, K., & Newstrom, J.W, 1990. Prilaku dalam Organisasi Jilid I, Jakarta:
Erlangga.
Press.
Edmonds, R.1979. Some School Work and More Can. Social Policy, 9 (2).
Dept.ofEvaluation Services.
Irmim S. & Rochim A, 2005. Dua Puluh Kebiasaan Pemimpin Informatif, Seyma
Media.
Juran, J.M., 1992. Juran On Quality By Design : The New Steps for Planning
Quality into Goods and Services. New York : The Free Press.