You are on page 1of 179

USIA MENARCHE REMAJA

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun (Depkes, 1993).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa baik secara jasmani maupun rohani.
Tahapan ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana terjadi perubahan besar dan cepat
dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial/tingkah laku. Perubahan
fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota badan dan sebagainya; serta perubahan
yang lain seperti berfikir/kecerdasan, bertingkah laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan
secara bertahap sesuai dengan umurnya (BKKBN, 2000).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia menarche
antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial ekonomi, kesehatan umum,
kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik tertentu dan jumlah anggota keluarga. Penelitian
Burhanuddin (2007) menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri Bugis Kota dan Desa di
Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10.62 tahun sampai 15.71 tahun. Hal
ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia rata-rata 12,93 tahun dan kelompok Desa
200 orang dengan usia rata-rata 13,18 tahun pada pelajar putri Bugis. Disimpulkan bahwa
ditemukan perbedaan berat badan, status gizi, status sosial ekonomi dan aktivitas fisik
responden terhadap pencapaian usia menarche pada pelajar putri Bugis Kota dan Desa di
Sulawesi Selatan.

Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan adalah berat badan,
sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui analisis jalur terdapat aspek yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan (2) status
gizi dan (3) status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang berpengaruh secara tidak
langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas fisik (Burhanuddin, 2007).

1. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus
dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Depkes RI, 2001).

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa
remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir (16-
19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya, ingin
bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas
tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan,
mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir antara lain: pengungkapan
kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya,
dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI, 2001b).

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan
fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks yaitu
terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-
laki (Depkes RI, 2001b).

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang
meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis, cemas,
frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia, sehingga remaja
menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,
sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba (Depkes RI, 2001b).

2. Menarche

Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari
alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami
perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada
usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-
faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur
10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan
sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan
menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi
adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada
satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan
tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap
bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan
indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut
hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang.
Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak
menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding
uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah,
dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga
tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh
karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan
darah sederhana

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan
bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur,
atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang berlebihan, kondisi
yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat
berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).

3. Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang
diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status
sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan
keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut
Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung
percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan
formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang
menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam
lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non
formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi
serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke
arah percepatan usia menarche remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Topik: Kesehatan Reproduksi Remaja. Menstruasi.


http://situs.kesrepro.info/krr/materi/menstruasi.htm

BKKBN. Materi Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Bagi Fasilitator. Badan
Kordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. 2000.

Burhanuddin, Sudirman. Beberapa Variabel yang Berpengaruh terhadap Usia Menarche


Pelajar Putri Bugis Kota dan Desa di Sulawesi Selatan (Suatu Pendekatan Antropologi
Ragawi Ditinjau dari Aspek Biologis dan Lingkungan. 2007. http://www.adln.lib.unair.ac.id/

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan Remaja di Sekolah Tingkat
Lanjut. Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Jakarta. 1993.

Departemen Kesehatan RI. Materi Inti Kesehatan Reproduksi Remaja. Depkes RI. Jakarta.
2001a.

Departemen Kesehatan RI, United Nations Population Found. Yang Perlu Diketahui

Petugas Kesehatan Tentang Kesehatan Reproduksi. Depkes RI. Jakarta. 2001b.

Ginarhayu. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri
(9 – 15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta
Timur Pada Tahun 2002.

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71129&lokasi=lokal

Kartono. Psikologi Wanita. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Mandar Maju.
Bandung. 1992.
Sanjatmiko, Prihandoko. Menarche sebagai Tanda Maturitas Seksual Remaja. Faktor-Faktor
Lingkungan Sosial Budaya yang Mendukung Proses Menarche Remaja Wanita (Studi
Kasus terhadap Peer Group di Daerah Sekitar Kota Metropolitan DKI Jakarta).

http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72329&lokasi=lokal

Rose A. Frisch dari Harvard menyatakan bahwa makin dini usia


menarche akan makin lambat usia menopause alamiah (spontaneous
menopause). Gonzales dan Villena (1997) melakukan penelitian pada
469 wanita di Peru menemukan bahwa keterlambatan usia menarche
berhubungan dengan kedinian usia menopause. Namun, Van Noord, et
al. (1997) yang meneliti 3756 wanita di Belanda tidak menemukan
korelasi antara usia menarche dan usia menopause. Data di atas
menunjukkan bahwa hubungan antara usia menarche dengan
menopause masih kontroversial (Jadi, bisa untuk judul KTI, kan? ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause antara lain adalah
merokok (bukti cukup banyak), paritas dan BMI (bukti masih
terbatas). Current smoking berhubungan secara dosis-
response dengan kedinian usia menopause, menjadi lebih awal 1,5
tahun. Multiparitas (Kehamilan lebih dari satu kali) berhubungan
dengan keterlambatan usia menopause, sedangkan nuliparitas (tidak
pernah atau tidak dapat hamil) berhubungan dengan kedinian usia
menopause. Kegemukan berhubungan dengan keterlambatan usia
menopasue. Di dunia Barat, rata-rata usia menopause alamiah adalah
51,4 tahun (95% populasi pada usia 40 - 58 tahun). Keterlambatan
usia menopause berhubungan dengan peningkatan resiko kanker
payudara, dengan peningkatan resiko 2,4 kali (Gao, et al., 2000)
sampai 6 kali (Suh, et al., 1996). Sementara itu Gao, et al. juga
menunjukkan bahwa usia menarche berhubungan secara
terbalikdengan resiko terkena kanker payudara; remaja perempuan
dengan usia menarche pada saat atau di atas 17 tahun mempunyai
resiko 30% lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan
dengan mereka dengan usai menarche pada saat atau di bawah usia
12 tahun, namun hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian lain.

Wasw. Wr. Wb.


Pemodelan Usia
Menarche
Dengan Regresi
Logistik Ordinal
dan Metode
CHAID
Author: Syah, Silvana
Salah satu kejadian penting dalam proses pubertas seorang perempuan
adalah saat di mulainya siklus menstruasi. Pada perempuan, pubertas itu di
tandai dengan menstruasi yang pertama (menarche). Menurut penelitian
yang di lakukan Bagga dan Kulkarni (2000), usia menarche terbagi dalam
kategori: cepat (<11 tahun), Ideal (11-13 tahun), terlambat (> 13 tahun).
Cepat lambatnya menarche tergantung pada genetika, kondisi sosial
ekonomi, faktor gizi, kesehatan secara umum, gaya hidup, pengaruh musim
dan letak geografis (Thomas et al. 2000). Tujuan dari penelitian ini adalah
Abstract:
menyusun kurva model peluang usia menarche dan mengkaji peluang dari
faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche. Di harapkan dengan
mengetahui peluang usia menarche dapat di identifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi seorang perempuan mendapatkan menarche cepat, ideal
maupun lambat. Kurva peluang usia menarche berbentuk fungsi logistik.
Sedangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
seorang perempuan mendapatkan menarche cepat, ideal maupun lambat di
gunakan analisis regresi ordinal logistik dan metode CHAID.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10916
PERAWAT PROFESIONAL
ILMU KEPERAWATAN

Showing newest 1 of 23 posts from April 2008. Show older posts

Showing newest 1 of 23 posts from April 2008. Show older posts

Tuesday, April 29, 2008

blogfriendster
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri
koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan
iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria
berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila
plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri)
mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis
pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil
menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya
berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya
pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali
dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan
konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan
deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner
dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner
dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan 16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh
arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis;
pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi
nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular
endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus
intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama
20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling
banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium
kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner,
sebagian besar dari miocardium distal mati .18)

Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)

Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung


¯
Tak berfungsinya otot jantung dan tak mampu berkontraksi dengan kuat
¯
Regangan sistolik
¯
Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi
¯
Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark)
¯
Penurunan Curah Sekuncup
¯
Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer
¯
Curah jantung rendah (syok kardiogenik)
¯
Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327

g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19)
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)

No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG


1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada
anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL
2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’
3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat,
infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai
depresi ST. sering bersama MI inferior
4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau
diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’
5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2
6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

Sumber: Davey, 2006, halaman 144; Silvia Anderson, 2003, 538.


h. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
1) Keluhan utama klasik
Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit,
tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual.
2) Kelainan lain
Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut.
3) Bersifat atipik
Pada manula; kolaps atau bingung
Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.
4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner
yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.20)
i. Komplikasi
Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu
yang penting dalam perawatan infark miocard.
Tabel 2
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI)

No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme


1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel
2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung
3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif
4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark
5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot
aritmia
6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler,
nekrosis atau ruptur

7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium


8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari
Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut
9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel
mengikuti infark
10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen
yang baru
11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan
Autoimun
12. Emboly pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena tungkai bawah

Sumber: Underwood, 2000, halaman 356

j. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG istirahat
2) DPL, LED, CRP
3) Enzim jantung dan isoenzim
4) Troponin I atau T
5) Ekokardiografi
6) Tes latihan
7) Arterografi koroner21)
8) Elektrolit
9) Sel darah putih
10) Kolesterol/trigliserida serum
11) Foto dada
12) Pemeriksaan pencitraan nuklir
13) Pencitraan daerah jantung
14) Angiografi koroner.22)

k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark.23)


Bagan 2
Penatalaksanaan Acut Miocard Infark

Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006,


halaman 34.

l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan
otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi
listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika
pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai
komplikasi.24)

Konsep aktivitas
Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.25) Intoleransi aktivitas
yaitu suatu keadaan dimana seorang klien mempunyai energi fisiologi atau
psikologi yang tidak memadai untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas
sehari-hari yang diperlukan/diinginkan.26)
Etiologi
Pada AMI akan terjadi iskemi pada miokardial, terjadi karena miokardial
kekurangan suplai oksigen, sehingga terjadi hipoksia pada jaringan
jantung.keadaan ini menyebabkan berubahnya integritas membran sel pada
jantung, menyebabkan penurunan kontraktility jantung. Akibat dari penurunan
daya kontraksi jantung maka darah tidak bisa dipompakan semaksimal
mungkin. Bila aktivitas meningkat maka kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi meningkat, sedangkan kontraktilitas otot jantung menurun, sehingga
akan terjadi intoleransi aktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas :
Tingkat perkembangan tubuh
Kesehatan fisik seperti penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi
Keadaan nutrisi
Emosi
Kelemahan neuromuskuler dan sekeletal
Pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi :
Gangguan muskulosekeletal
Osteoporosis
Atropi
Kontraktur
Kekakuan dan sakit sendi.
Gangguan kardiovaskuler
Postural hipotensi
Vasodilatasi vena
Peningkatan penggunaan valsava manuver.

Gangguan sistem respirasi


Penurunan gerak pernafasan
Bertambahnya sekresi paru
Atelektasis
Hipostatis pneumonia.
Karakteristik
Ada tiga fase rehabilitasi aktivitas pada penderita penyakit jantung. Fase I, yaitu
sewaktu masih tinggal di rumah sakit, dimulai segera setelah kondisi pasien
stabil; biasanya 24-48 jam setelah serangan jantung. Terapi latihan menyerupai
aktivitas kehidupan sehari-hari seperti duduk, berdiri dan berjalan.
Latihan fisik ringan dimaksudkan untuk mencegah penggumpalan darah.
Pertama-tama dilakukan dengan menggerakkan kaki di tempat tidur. Hari
berikutnya pasien duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menggantung.
Gerakan tangan meliputi : meluruskan tangan sejajar pundak, membuka dan
menutupnya. Sedangkan kepala menggeleng, memutar kekiri dan kekanan.
Pada hari berikutnya pasien dilatih berdiri dan berjalan perlahan. Kemudian
intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di koridor. Menjelang akhir
Fase Rawat, pasien diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1,5 kilometer.
Setiap mulai dan selesai latihan diukur nadi dan tensi serta dicatat/
didokumentasikan.
Fase II yaitu fase pasca rawat inap. Tujuan pada fase ini adalah secara progresif
memperbaiki kapasitas fungsional pasien menurunkan faktor resiko, dan
menyiapkan pasien untuk kembali pada kehidupan normal dengan latihan dan
penyuluhan. Aktifitasnya seperti erobik ringan sampai sedang dan aktivitas
latihan kekuatan.
Fase III : program pemeliharaan. Hendaknya memberikan kesempatan pada
pasien untuk melanjutkan program yang diperoleh dari fase I dan fase II.

Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam beraktivitas


Pengkajian keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
Data subjektif:
Klien mengatakan mudah lelah/letih dan badan lemah.
Klien mengatakan nyeri dada, jantung berdebar-debar, sesak nafas, pusing,
vertigo selama dan setelah beraktivitas.
Data objektif:
Menolak/takut untuk melakukan pergerakan.
Tekanan darah meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas.
Frekuensi jantung meningkat atau menurun selama dan sesudah aktivitas.
Kulit pucat.
Pernafasan cepat/tachypnea selama dan sesudah aktivitas.
Perubahan gambaran EKG: tachycardi/bradycardi, aritmia, iskemia selama dan
sesudah aktivitas.
Lemah, gelisah.

Diagnosa keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI


”Aktivitas yang tidak toleran berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan
perifer/tidak kecukupan oksigen untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-
hari.”27)
Rencana keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
1) Hasil yang diharapkan
a) Kelemahan berkurang
b) Berpartisipasi dalam perawatan diri
c) Klien mengatakan pusing berkurang/hilang
d) Expresi wajah tampak cerah/tidak kesakitan
e) Mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin
f) Klien menunjukkan kestabilan tanda vital (110/70 – 120/80 mmHg)
g) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan/peningkatan ke nilai
normal
2) Perencanaan
Mandiri ;
a) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Catat adanya denyut
jantung ekstra, penurunan nadi.
Rasional:
Adanya disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada
palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung extra atau penurunan nadi
membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.28)
b) Raba nadi (radial, karotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitudo, (penuh, kuat), dan simetris. Catat adanya pulsus
alternans, nadi bigeminal, atau defisit nadi.
Rasional:
Perbedaan frekuensi, kesamaan, dan keteraturan nadi menunjukkan efek
gangguan curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.29) Penurunan curah
jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan/kekuatan nadi.
Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut/pantau.30)
c) Auskultasi tekanan darah. Bandingkan kedua tangan dan diukur dengan tidur,
duduk, dan berdiri bila bisa.
Rasional:
Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi
miokardia dan rangsang vagal. Namun, hipertensi juga fenomena umum,
kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin, dan
atau masalah vaskular sebelumnya. Hipotensi orthostatik mungkin berhubungan
dengan komplikasi infark contoh gagal jantung kongestif.31)
d) Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan
angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran.
Rasional :
Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan rangsangan sistemik.
Takikardi terjadi sebagai respon saraf simpatis dan berlanjut sebagai
kompensasi penurunan curah jantung.32)
e) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Rasional :
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri atau memerlukan
peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat dapat menimbulkan syok dengan
merangsang system saraf simpatis mengakibatkan kerusakan lanjut.
f) Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing
dan teknik distraksi
Rasional :
Membantu dalam menurunkan persepsi atau respon nyeri. Membantu
memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif.

g) Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan tepat.


Rasional:
Kelebihan latihan meningkatkan konsumsi /kebutuhan oksigen dan
mempengaruhi fungsi miokardia.
h) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi,
jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan.33)
Rasional:
Melakukan aktivitas kembali secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap
cadangan jantung.34)
i) Auskultasi bunyi nafas
Rasional:
Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.35)
Kolaborasi ;
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional :
Meningkatkan jumlah iksigen yang ada untuk pemakaian miokard dan juga
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemik jaringan.36)
Kaji ulang seri EKG
Rasional :
Pada infark myocad akan dijumpai tanda-tanda ‘deep Q wave pattern’ atau
kompleks QS yang abnormal, elevasi atau depresi ST dan gelombang T yang
terbalik.37)
Berikan obat-obat trombolitik sesuai indikasi.
Rasional :
Melarutkan bekuan darah dalam arteri.
Intervensi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
1) Identifikasi respon klien terhadap aktivitas:
Observasi nadi, tekanan darah, dan pernafasan saat istirahat dan setelah
aktivitas.
Hentikan aktivitas bila ditemukan:
i. Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo.
ii. Frekuensi nadi menurun/gagal untuk meningkat.
iii. Tekanan darah sistolik menurun.
iv. Frekuensi diastolic meningkat 15 mmHg.
v. Frekuensi pernafasan menurun.
2) Tingkatkan aktivitas secara bertahap:
Untuk klien yang sedang atau pernah tirah baring lama, mulai lakukan rentang
gerak sedikitnya 2 x sehari.
Rencana waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
Beri suport pada klien dalam melakukan aktivitas gerak dan beri penghargaan
atas apa yang sudah dicapai.
3) Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas:
Luangkan waktu istirahat selama aktivitas.
Anjurkan lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali bila
tidak memungkinkan.
Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia jantung.
Ajarkan pernafasan efektif.
Untuk klien dengan insufisiensi paru-paru kronik, ajarkan pernafasan
diafragmatik:
Letakkan tangan perawatdiatas abdomen dibawah dasar iga klien dan tetap
berada di tempat ini sementara klien menghirup udara.
Untuk inhalasi, klien harus merelaksasikan bahunya, hirup melalui hidung dan
dorong lambung melawan tangan perawat, tahan nafas selama 1-2 detik untuk
menjaga alveoli terbuka.
Untuk ekshalasi, klien harus menghembuskan nafas secara perlahan-lahan
melalui mulut, sementara perawat memberikan sedikit tekanan pada dasar iga
klien.

Anjurkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara bertahap.


4) Kolaborasi dengan dokter untuk:
Terapi;
Diit;
Rehabilitasi.
Evaluasi keperawatan terkait dengan aktivitas pada pasien AMI
Klien mampu bertoleransi terhadap aktivitas secara optimal sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan.

Kerangka teori
Bagan 3

Sumber : Marilynn E. Doenges, 2004, hal. 7


Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjawab pertanyaan sebagai berikut:


Bagaimana pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut
Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana perumusan diagnosa keperawatan terkait masalah pengkajian
adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana perencanaan keperawatan untuk masalah pengkajian adanya
Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark (AMI)?
Bagaimana pelaksanaan intervensi yang berhubungan dengan masalah
pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark
(AMI)?
Bagaimana evaluasi keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa masalah
pengkajian adanya Intoleransi Aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard Infark
(AMI)?

Salah satu aspek penting perawatan pasien MI adalah pengkajian keperawatan.


Penkajian dilakukan untuk mendapatkan data dasar tentang informasi status
terkini pasien sehingga setiap perubahan bisa diketahui sesegera mungkin.
Pengkajian sistematis mencakup riwayat yang cermat khususnya berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2) Tingkat kelelahan
Aktivitas yang membuat lelah
Riwayat sesak nafas
3) Gangguan pergerakan
Penyebab gangguan pergerakan
Tanda dan gejala
Efek dari gangguan pergerakan

4) Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Postur/bentuk tubuh
1 Skoliosis
2 Kiposis
3 Lordosis
4 Cara berjalan
Ektremitas
Kelemahan
Gangguan sensorik
Tonus otot
Atropi
Tremor
Gerakan tak terkendali
Kekuatan otot
Kemampuan jalan
Kemampuan duduk
Kemampuan berdiri
Nyeri sendi
Kekakuan sendi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri
koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan
iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria
berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila
plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri)
mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis
pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil
menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya
berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya
pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali
dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan
konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan
deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner
dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner
dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh
arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis;
pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi
nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular
endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus
intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama
20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling
banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium
kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner,
sebagian besar dari miocardium distal mati .18)
Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)

Insufisiensi aliran arteri koronaria ke otot jantung


¯
Tak berfungsinya otot jantung dan tak mampu berkontraksi dengan kuat
¯
Regangan sistolik
¯
Penurunan kemampuan ventrikel dalam berkontraksi
¯
Jantung gagal memompa (40% ventrikel kiri mengalami infark)
¯
Penurunan Curah Sekuncup
¯
Kematian jaringan perifer akibat Iskemia jaringan perifer
¯
Curah jantung rendah (syok kardiogenik)
¯
Kematian (85% akibat syok jantung)

Dirangkum dari: Guyton Athur, 2002, halaman 327

g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19)
Lihat tabel 1.
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)

No Regio MI Arteri Yang Tersumbat Hantaran EKG


1. Anterior Arteria koronaria desendens anterior sinistra V2 – V5 ‘lead dada
anteroseptal’ biasanya pada lead I dan aVL
2. Inferior Koronaria dextra (biasanya) II, III, aVF ‘lead inferior’
3. Posterior Kanan atau sirkumfleksa V1-V2 (perubahan resiprokal), sulit dilihat,
infark menyebabkan timbulnya gelombang R (bukan gelombang q) disertai
depresi ST. sering bersama MI inferior
4. Lateral Arteria koronaria desendens anterior sinistra cabang sirkumfleksa atau
diagonal I, aVL, V5,6 ‘Lead Lateral’
5. Septal Desendens anterior sinistra V1 – V2
6. Apikal Desendens anterior sinistra V5 – V6

Sumber: Davey, 2006, halaman 144; Silvia Anderson, 2003, 538.


h. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering pada Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
1) Keluhan utama klasik
Nyeri dada sentral yang berat seperti tertekan yang berlangsung £ 20 menit,
tidak berkurang dengan pemberian nitrat, disertai berkeringat, pucat, dan mual.
2) Kelainan lain
Aritmia, henti jantung, atau gagal jantung akut.
3) Bersifat atipik
Pada manula; kolaps atau bingung
Pada penderita Diabetes perburukan setatus metabolik atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.
4) Sebagian besar pasien memiliki faktor resiko atau penyakit jantung koroner
yang diketahui; 50 % tanpa didahului angina.
i. Komplikasi
Deteksi awal dan pengobatan yang tepat dari komplikasi merupakan salah satu
yang penting dalam perawatan infark miokard. Lihat tabel 2.

Tabel 2
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI)

No. Komplikasi Interfal waktu Mekanisme


1. Mati mendadak Biasanya dalam beberapa hari Sering fibrilasi ventrikel
2. Aritmia Beberapa hari pertama Resiko penurunan curah jantung
3. Nyeri menetap 12 jam – beberapa hari Nekrosis miokard yang progresif
4. Angina Segera atau ditunda (minggu) Iskemia otot jantung yang tidak infark
5. Gagal jantung Bermacam - macam Disfungsi ventrikel mengikuti nekrosis otot
aritmia
6. Ketidak mampuan mitral Beberapa hari pertama Disfungsi otot papiler,
nekrosis atau ruptur
7. Perikarditis 2 – 4 hari Infark transmural dengan radang perkardium
8. Ruptur jantung (dinding ventrikel, septem, atau otot papiler) 3 – 5 hari
Lemahnya dinding mengikuti nekrosis otot dan radang akut
9. Trombosis mural Satu minggu atau lebih Kelainan permukaan endotel
mengikuti infark
10. Aneurisma ventrikel Empat minggu atau lebih Pengerutan jaringan kolagen
yang baru
11. Sindroma Dressier (nyeri dada, demam, efusi) Minggu – beberapa bulan
Autoimun
12. Emboly pulmo Satu minggu atau lebih Trombosis vena tungkai bawah
Sumber: Underwood, 2000, halaman 356
j. Pemeriksaan Dignostik
1) EKG istirahat
2) DPL, LED, CRP
3) Enzim jantung dan isoenzim
4) Troponin I atau T
5) Ekokardiografi
6) Tes latihan
7) Arterografi koroner
8) Elektrolit
9) Sel darah putih
10) Kolesterol/trigliserida serum
11) Foto dada
12) Pemeriksaan pencitraan nuklir
13) Pencitraan daerah jantung
14) Angiografi koroner.
k. Penatalaksanaan Acut Miocard Infark.
Lihat bagan 2.
Bagan 2
Penatalaksanaan Acut Miocard Infark
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2006,
halaman 34.

l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan
otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi
listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika
pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai
komplikasi.
Fisiologi Curah Jantung
m. Curah Jantung Normal
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung
setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan
bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari
jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali
untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara
disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Curah
jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai
indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh.

Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan curah jantung:


1) Aliran balik vena
2) Mekanisme Frank Starling
3) Refleks Bainbridge
Aliran darah hampir selalu meningkat bila konsumsi oksigen jaringan juga
meningkat.
n. Curah Jantung Yang Rendah Secara Patologis
Penurunan curah jantung adalah pemompaan darah yang tidak adekuat oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penyebab penurunan
curah jantung dapat dibedakan menjadi:
1) Faktor – faktor jantung yang menyebabkan penurunan nilai batas
pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan darah adekuat ke jaringan.
Misalnya:
(a) Infark miocard yang berat
(b) Penyakit katup jantung yang berat
(c) Miocarditis
(d) Tamponade jantung
(e) Kekacauan metabolisme jantung
2) Penurunan Aliran Balik Vena yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
(a) Penurunan volume darah
(b) Dilatasi vena acut
(c) Penyumbatan vena – vena besar.

Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah
jantung yaitu:
Altered Heart Rate/Rhythm
a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia)
b) Palpitasi
c) Elektro cardiography (ECG) changes.
Altered Preload
Distensi vena jugularis
Fatigue
Edema
Murmur
Peningkatan/penurunan Central Venous Return (CVP)
Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP)
Weight gain.
Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke
Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.
Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acute Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arrytmia
Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Lihat bagan 3.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Karies gigi atau pembusukan gigi adalah suatu kerusakan destruktif progresif
dan mengenai jaringan-jaringan gigi yang mengalami perkapuran. 1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :
Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental
Adanya bakteri jenis Streptococcus dan Lactobacillus
Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti : permen, coklat.
Faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan,
usia dan jenis kelamin, DM,TBC.
Berdasarkan survei Litbankes, prosentase angka kesakitan gigi menduduki
peringkat ke-6 terbanyak (SKRT 1992). Di Indonesia prevalensi karies gigi tetap
diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survei
kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral Kesehatan Gigi pada tahun 1995 di
10 propinsi di Indonesia (1984-1988) pada daerah kota anak umur 8 tahun
mempunyai prevalensi karies 45,2%, rata-rata 0,94, anak umur 12 tahun
sebesar 76,62% rata-rata 2.21, sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai
prevalensi kariesnya 73,2& dengan rata-rata 2,69. 2)
Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi
karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia
menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi pada anak usia prasekolah.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik
karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan,
Klaten. Hasil survei pendahulu di dapatkan lebih separuh dari 42 anak
mengalami karies gigi.

Rumusan Masalah
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak di TK
Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten tahun 2006?”

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak TK di TK
Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo,
Prambanan Klaten.
b. Mengetahui ciri-ciri anak TK dengan karies gigi berdasarkan usia, makanan,
jenis kelamin dan kebiasaan sehari-hari seperti menggosok gigi di TK Kemudo
II, Kemudo, Prambanan Klaten.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah bahan masukan untuk pihak sekolah maupun orang
tua seiswa dalam mencegah karies gigi pada siswa di TK Kemudo II, Kemudo,
Prambanan Klaten.

Ruang Lingkup Penelitian


3. Ruang Lingkup Keilmuan
Keperawatan anak dan kebutuhan dasar manusia khususnya menambah
pengetahuan tentang kesehatan gigi anak.
4. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo,
Prambanan Klaten.
Ruang Lingkup Masalah :
Masalah pada penulisan ini dibatasi usia, jenis kelamin, suku bangsa, bentuk
gigi, jenis makanan yang sering dikonsumsi dan pola pemeliharaan gigi.
5. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten.
6. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini didasarkan pada tahun 2006.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori 3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :
Sumber : Suwelo, I.S. 1992
Nurachman, Elly. 2001

Pertanyaan Penelitian
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi di TK Kemudo II,
Kemudo, Prambanan Klaten?”
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis
1. Berdasarkan Metode
Dalam penelitian ini menggunakan survei deskriptif
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada komunitas
anak-anak Taman Kanak-Kanak.

Definisi Operasional

NO Variabel
Subvariabel Definisi Operasional Skala Parameter
1 Karakteristik anak yang menderita karies gigi. Segala ciri anak yang menderita
karies gigi meliputi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Bentuk gigi
e. Janis makanan yang sering dikonsumsi
f. Pola pemeliharaan gigi Naminal
Sub. Variabel :
a. Usia
Umur anak dalam tahun dan bulan pada saat pendaftaran pada saat diadakan
penelitian Naminal
b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Naminal
c. Suku Bangsa Merupakan kelompok etnis/ras yang meliputi :
1. Jawa
2. Sunda
3. Batak
4. Dayak Naminal
d. Bentuk Gigi Penampilan gigi yang meliputi :
5. Bentuk/ukuran
6. Susunan gigi
7. Keteraturan
8. Kondisi permukaan
9. Keutuhan Naminal
e. Jenis Makanan Yang Sering Dikonsumsi Makanan/minuman yang paling sering
dikonsumsi dan berkaitan dengan kejadian karies gigi Naminal
f. Pola Pemeliharaan Gigi Kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan
gigi agar tidak terjadi karies gigi yang meliputi :
1) Frekuensi menggosok gigi
2) Kaontrol dokter gigi

Populasi dan Sampel


5. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi TK Kemudo II, Kemudo
Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.
6. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswa TK Pertiwi Kemudo II,
Kemudo Prambanan Klaten sebanyak 42 orang.

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi.

Instrumen Pengumpulan Data


Jenis Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner
untuk wawancara dan observasi.

Pengolahan Data
7. Editing
8. Koding
9. Tabulating

Analisa Data
Data penelitian diolah dengan teknik univariate yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel silang dan tabel
frekuensi.
10. Tabel frekuensi merupakan deskriptisasi
11. Tabel silang merupakan hasil pengelompokan data dari tabel frekuensi data
yang diperoleh akan dianalisa menggunakan analisa prosentasi sebagai berikut :
0% : Tidak ada
1% - 24% : Sebagian kecil
25% - 49% : Kurang dari separuh
50% : Separuh
51% - 74% : Lebih dari separuh
75% - 99% : Sebagian basar
100% : Seluruh nya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Data penelitian ini di peroleh langsung dari siswa-siswi di TK Pertiwi Kemudo II
dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi kepada responden yang
mengalami karies gigi. Jumlah siswa di TK Pertiwi Kemudo II tahun 2006 adalah
42 dan yang menderita karies gigi sebanyak 24 anak (57,14%). Variabel
penelitian ini adalah karakteristik anak yang menderita karies gigi.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan penelitian dapat
mengetahui karakteristik yang paling banyak muncul pada anak yang menderita
karies gigi di TK Pertiwi Kemudo Prambanan Klaten, yaitu :
1. Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (58,33%) anak menderita karies gigi
berusia lebih dari 6 tahun
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83 %) anak yang menderita karies
berjenis kelamin perempuan.
3. Berdasarkan Suku Bangsa
Dari hasil penelitian, seluruh (100%) anak yang menderita karies gigi berasal
dari suku Jawa.
4. Bentuk Gigi
Dari hasil penelitian, sebagian kecil (8,33%) anak yang menderita karies gigi
memiliki gigi yang tidak teratur yaitu gigi yang berjejal.
5. Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi
Dari hasil penelitian, kurang dari separuh (25%) yang menyukai makanan manis
tetapi sebagaian besar (75%) menyukai makanan lunak.
6. Berdasarkan Pola Pemeliharaan Gigi
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83%) menggosok gigi dua kali sehari
tetapi seluruhnya (100%) cara menggosok giginya tidak berurutan.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 24 anak yang menderita
karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten Jawa Tengah
adalah sebagai berikut :
1. Proporsi karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II adalah sebanyak 57,14%.
2. Lebih dari separuh anak yang menderita karies gigi berusia lebih dari enam
tahun berjenis kelamin perempuan dan karakteristik yang paling menonjol
adalah seluruh anak (100%) menggosok gigi dengan cara yang tidak berurutan.

Saran
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tingkat satu. Maka dari itu bagi peneliti
berikutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu tentang
hubungan antara karies gigi dengan nutrisi, pola gigi atau nutrisi selama
kehamilan.
4. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 57,14% anak yang menderita karies gigi,
berplak sedang. Maka dari itu diharapkan agar petugas Puskesmas memberikan
penyuluhan tentang karies gigi dan latihan menggosok gigi yang benar.

KUESIONER

Identitas Responden
Nama :
Umur :
Sudah Menstruasi atau belum :

Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan cara


memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda paling tepat.
Menurut pendapat saudara apakah yang anda ketahui tentang Menarche ?
A. Perdarahan pertama kali yang siklik dari rahim sebagai tanda bahwa alat
kandungan menuaikan faalnya.
B. Nyeri pada daerah perut sampai pinggang disertai dengan perdarahan pada
daerah kelaminnya.
C. Perdarahan pada daerah alat kelamin yang disebabkan oleh penyakit.
Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi ciri-ciri kelamin
sekunder pada wanita adalah ?
D. Somatotropon
E. Androgen
F. Estrogen
Menurut pendapat saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa
pubertas tanda yang paling awal nampak adalah ?
G. Mengalami menstruasi
H. Pertumbuhan payudara
I. Pertumbuhan rambut diketiak dan sekitar kemaluan
Menurut pendapat Saudara, apabila seorang perempuan menginjak masa
pubertas tanda yang paling akhir nampak adalah ?
J. Mengalami menstruasi
K. Pertumbuhan payudara
L. Pertumbuhan rambut diketiak dan disekitar kemaluan
Menurut pendapat saudara hormon apa yang mempengaruhi pertumbuhan ?
M. Hormon Ganadotropik
N. Hormon Tirotropik
O. Hormon Somatotropik
Menurut Saudara normalnya seorang perempuan akan mengalami menstruasi
yang pertama kali umur berapa ?
P. 4 – 10 tahun
Q. 10 – 16 tahun
R. 16 – 22 tahun
Menurut pendapat saudara apakah yang dimaksud dengan masa subur pada
seorang wanita ?
S. Masa yang akan dialami oleh setiap wanita sebelum menstruasi pertama kali
tiba
T. Masa dimana seorang wanita yang sudah menstruasi pertama kali dan
berisiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual
U. Penurunan fungsi organ reproduksi pada wanita setelah masa haid berakhir
Menurut pendapat Saudara salah satu faktor eksternal yang mempercepat
seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ?
V. Faktor gizi yang baik
W. Faktor keamanan yang terjamin
X. Faktor pendidikan yang layak
Menurut pendapat saudara, salah satu faktor internal yang mempercepat
seorang perempuan mengalami menstruasi untuk pertama kali adalah ?
Y. Faktor intelegensi yang tinggi
Z. Faktor keturunan
AA. Faktor keamanan yang tinggi
Menurut pendapat saudara, jarak yang normal siklus menstruasi berapa hari
sekali ?
BB. 21 hari
CC. 28 hari
DD. 35 hari
Menurut pendapat saudara, darah menstruasi berasal dari ?
EE. Lapisan dinding vagina
FF. Saluran kencing
GG. Lapisan dinding rahim
Menurut pendapat saudara, kehamilan pada seorang wanita dapat terjadi karena
apa ?
HH. Melakukan hubungan seksual sebelum menstruasi pertama kali tiba
II. Melakukan hubungan seksual sesudah menstruasi pertama kali tiba
JJ. Jika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa subur setelah
dilakukan pemotongan di kedua saluran telur (tubectomy)
Menurut pendapat saudara, kapankah organ reproduksi wanita menunaikan
faalnya ?
KK. Pada saat hormon progesteron dan estrogen meningkat
LL. Pada saat sel telur sedang berfungsi dengan teratur
MM. Pada saat timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder
Menurut pendapat saudara normalnya seorang perempuan mengalami
mensturasi berapa lama ?
NN. 3 – 7 hari
OO. 7 – 11 hari
PP. 11 – 15 hari
Nyeri yang hebat pada perut yang sukar ditahan dan mencengkeram (kejang)
biasanya terjadi pada waktu ?
QQ. Sebelum menstruasi
RR. Pada waktu menstruasi
SS. Sesudah menstruasi
JADWAL WAKTU PENELITIAN

NO KEGIATAN W A K T U
Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 KUESIONER
JADWAL WAKTU PENELITIAN

No Kegiatan W A K T U
Agustus September Oktober November Desember
I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Ujian Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Olah Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Ujian K.T.I
DAFTAR PUSTAKA

Data Kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 SLTP N I Prambanan Klaten

Evelyn Billing, Metode Ovulasi Billing, Kepustakaan Populer, Gramedia, Jakarta


2004
Kingston Berly, Mengatasi Nyeri Haid, Arcan, 1995

Kartono Mohamad, Kontradiksi dalam Kesehatan Reproduksi, Pustaka Sinar


Harapan, Jakarta, 1998

Nursalam, Metodologi Riset Keperawatan, CV Infomedika, Jakarta, 2001

Sarwano Prawiroharjo, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 1981

Sastra Winata Sulaiman, Obstetri Fisiologi, Elemen, Bandung, 1983

Notoatmodjo Soekidjo, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta


1995

Notoatmodjo Soekidjo, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku


Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, 1993.

Winkel W. S, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996

WWW. acicis Murdech. edu.qu/ni 15 Mei 2007 pukul 19.07

WWW. Clitoris.com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW.depkes.Co.Id 1 April 2007 pukul 12.00


WWW. Kes repro.info.Com 1 April pukul 12.00

WWW. Menarage.Com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW. Mum.Org.Com 1 April 2007 pukul 12.00

WWW.journal Unair.ac.id 1 April 2007 pukul 12.00


KUNCI JAWABAN

A
C
B
A
C
B
B
A
B
B
C
B
B
A
A

Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun
perubahan mental, waktu anak berusia remaja menemukan kesempatan untuk
mencoba yang baru. Pada tahun 2000, kaum muda berumur 14 sampai 24
tahun berjumlah 43,3 juta orang, merupakan 21% penduduk Indonesia yang
merupakan tulang punggung negeri ini dan bagian dari masyarakat, yang perlu
pendidikan dan bimbingan lengkap demi masa depannnya. Saat ini para remaja
sangat dipengaruhi oleh media massa, termasuk internet, film dan musik.
Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru dan lebih
intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi yang berkaitan
dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam medapatkan informasi tentang hal-
hal yang menyangkut tentang organ reproduksi merupakan salah satu faktor
yang mempercepat seseorang menginjak masa pubertas.
WWW.acicis.Murdech.edu.qu/ni
option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29
1 April 2007 Jam 12.00

Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri


dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi
yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan
konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut
kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai
menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa
pancaroba itu ia mulai keluar dari ketergantungan kepada keluarganya, mampu
menentukan sikap dalam menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa
norma yang harus diambilnya dari luar, serta beberapa banyak ajaran orang
tuanya yang dia terima. Dan pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan
baru, sesuatu tarikan terhadap lawan jenis, serta telah berfungsinya organ
reproduksi untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian
diatas dapat diketahui bahwa dampak dari menarche sangat berbagai macam,
ada baiknya remaja putri mengetahui pentingnya informasi tentang menarche,
sehingga ia dapat berindak dengan baik dan benar, sehingga ia tahu apa yang
harus dia lakukan pada saat mengalami menstruasi serta dampak negatif dari
menstruasi dapat ditekan seminimal mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi
dapat distimulus dari berbagai faktor diantaranya : sosial ekonomi, kultur,
pendidikan, pengalaman. Angka kejadian haid yang pertama kali (menarche)
banyak terjadi pada jenjang SLTP.

WWW.Kesrepro Info.com/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.Pdf
1 April 2007 Jam 12.00

Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa


kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis
dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur
untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk
pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi.
Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya
menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang
telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual
dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-
By-Accident”

WWW.depkes.go.id 1 April 2007

LAPORAN PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP


TENTANG MENARCHE DI SLTP N I
PRAMBANAN KLATEN JAWA TENGAH
TAHUN 2007

Disusun Oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2007
LAPORAN PENELITIAN
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS VIII SLTP
TENTANG MENARCHE DI SLTP N I PRAMBANAN KLATEN
JAWA TENGAH TAHUN 2007

Disusun oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187
Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui
pada tanggal 12 Februari 2008

Pembimbing,

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kep


KARYA TULIS ILMIAH

Dipertahankan di depan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi


Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta dan diterima Untuk memenuhi salah satu
syarat mengikuti Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan Pada tanggal 20 Februari 2008

Mengesahkan
Direktur Akademi Keperawatan
Panti Rapih Yogyakarta

C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp


NIK. 198310006

Penguji :
C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp ………………………

Agnes Mahayanti, S.Kep.,Ns ………………………


MOTTO
PERSEMBAHAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan
Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 22

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan,


Kecamatan Prambanan, Klaten tahun 2007 23

Tabel 3 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche


Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 24

Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang


Mempengaruhi Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP
N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 25

Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang


Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 26

Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas Yang


Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 27

Tabel 7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan


Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 28

Tabel 8 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur


Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 29

Tabel 9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada


Seorang Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 30

Tabel 10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang


Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 31
Tabel 11 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang
Mempercepat Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 32
Tabel 12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang
Normal Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007 33

Tabel 13 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi


Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 34

Tabel 14 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan


Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 35

Tabel 15 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Berfungsinya Organ


Reproduksi Wanita Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 36

Tabel 16 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang


Wanita Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan
Prambanan, Klaten Tahun 2007 37

Tabel 17 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang


Mencengkeram Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 38

Tabel 18 Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche Di SLTP N I


Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 39

Tabel 19 Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja


Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007 40

Tabel 20 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan


Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun 2007 41
Tabel 21 Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten Tahun
2007 42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Kuesioner


Lampiran 2. Lembar Kunci Jawaban
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4. Hasil Pengkodean dan Tabulating
Lampiran 5. Rencana Jadwal Penelitian
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ISI ix
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
Tinjauan Teori 6
1. Perkembangan Seksual Wanita 6
2. Pubertas 7
3. Menarche 8
4. Fisiologi Haid 10
5. Dismenore 11
6. Pengetahuan 13
Kerangka Teori 16
Pertanyaan Penelitian 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
Jenis Penelitian 17
Desain Penelitian 18
7. Definisi Operasional 18
8. Populasi dan Sampel 18
9. Teknik Pengumpulan Data 19
10. Instrumen Pengumpulan Data 19
11. Pengolahan Data 19
12. Analisa Data 20
BAB IV HASIL PENELITIAN 21
BAB V PEMBAHASAN 43
BAB VI PENUTUP 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko


NIM : 252187
Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di
SLTP N 1 Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007
Tanggal Uji : 20 Februari 2008
Pembimbing : C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp
Judul Pustaka : 8 buku (1981-2004) 7 akses internet (2007)
Jumlah Halaman : XI, 51 halaman, daftar pustaka, lampiran

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu dari banyak


manifestasi pubertas dan remaja awal pada anak perempuan. Pada periode
pubertas ini terjadi proses pematangan kelenjar-kelenjar seksual dan dapat
terjadi antara usia 12-16 tahun. Yang diteliti dalam tingkat pengetahuan pada
remaja putri kelas VIII SLTP N 1 Prambanan meliputi dari usia, status
menstruasi, pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas,
fisiologi haid, dismenore. Tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode survey deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan bagaimana
Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP N 1 Prambanan Tentang
Menarche.
Penelitian ini menggunakan total population yaitu seluruh anggota populasi yang
sudah ataupun belum menstruasi menjadi anggota sampel. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik angket, berupa data primer
yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
Hasil penelitian yang dilakukan adalah lebih dari separuh (67,13%) responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah. Penelitian ini menyarankan bagi pihak sekolah agar
memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar
generasi muda tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan,
dan untuk peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam yaitu : Hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada
remaja putri pedesaan dan perkotaan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang
Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan di Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Ibu C. Sri Ujiningtyas, S. Kp selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta dan Pembimbing Teknis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Bapak Ign Gonggo Prihatmono, SKM dan Bapak A.Y Sutedjo, SKM selaku dosen
pengampu riset dan pengembangan keperawatan.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis,

BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
1. Berdasarkan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Fenomena
disajikan secara apa adanya tanpa adanya manipulasi dan peneliti tidak
mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa
terjadi.1)
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan fakta-fakta yang ada atau ditemukan serta huibungannya
dengan teori.
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (aplied Research) karena
menerapkan berbagai disiplin ilmu untuk mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan remaja putri tentang Menarche.
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada situasi yang
sebenarnya.

Desain Penelitian
5. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Parameter


1. Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche Segala sesuatu yang
diketahui Remaja Putri tentang Menarche meliputi :
1. Pengertian Menarche
2. Perkembangan seksual wanita
3. Pubertas
4. Fisiologi haid
5. Dismenore (Nyeri haid)
Diukur dengan 15 pertanya-an dengan kriteria untuk setiap pertanyaan :
-1 Skore benar 1
-2 Skore salah 0 ordinal Nilai parameter :
Skore 0 – 5 = Rendah
Skore 6 – 10 = Sedang
Skore 11 – 15 = Tinggi
6. Pupulasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua remaja putri di kelas VIII SLTP N I
Prambanan Klaten.
b. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII SLTP N I Prambanan
Klaten sebanyak 143 anak. Sampel ini diambil menggunakan teknik total
populasi.
7. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan teknik angket, berupa data primer yang didapatkan
dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
8. Instrumen Pengumpulan Data
Jenis instrumen yang digunakan untuk menghimpun data adalah kuesioner dan
alat tulis. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup yaitu
kuesionar yaitu kuesioner yang mempunyai keuntungan mudah ditabulasi tetapi
kurang mencakup jawaban dari responden. Jenis pertanyaan yang menyediakan
beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih satu jawaban yang
sesuai dengan pendapatnya.
9. Pengolahan Data
a. Editing
Memeriksa seluruh kuesioner yang telah diisi oleh responden yang meliputi
kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan kelengkapan
daftar pertanyaan dan keajegan jawaban responden.
b. Koding
Memberikan tanda atau simbol pada jawaban yang diterima.
c. Tabulating
Menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk kemudian disajikan
dalam bentuk tabel.
10. Analisa Data
Menggunakan analisa data univariate dan data jawaban dapat dianalisa secara
kuantitatif. Analisa univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa kuantitatif adalah analisis yang digunakan
untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran
maupun hasil dari konversi dari data kualitatif ke data kuantitatif.2)
Konsep analisa yang diambil :
0 % : Tidak ada
1-24 % : Sebagian kecil
25-49 % : Kurang dari separuh
50 % : Separuh
51-74 % : Lebih dari separuh
75-99 % : Sebagian besar
100 % : Keseluruhan

ABSTRAK

Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko


NIM : 252187
Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di
SLTP N 1 Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007
Tanggal Uji : 18 Februari
Pembimbing : C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp
Judul Pustaka : 8 buku (1981-2004) 7 akses internet (2007)
Jumlah Halaman : XI, 51 halaman, daftar pustaka, lampiran

Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu dari banyak


manifestasi pubertas dan remaja awal pada anak perempuan. Pada periode
pubertas ini terjadi proses pematangan kelenjar-kelenjar seksual dan dapat
terjadi antara usia 12-16 tahun. Yang diteliti dalam tingkat pengetahuan pada
remaja putri kelas VIII SLTP N 1 Prambanan meliputi dari usia, status
menstruasi, pengertian menarche, perkembangan seksual wanita, pubertas,
fisiologi haid, dismenore. Tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode survey deskriptif, dimana peneliti ingin menggambarkan bagaimana
Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP N 1 Prambanan Tentang
Menarche.
Penelitian ini menggunakan total population yaitu seluruh anggota populasi yang
sudah ataupun belum menstruasi menjadi anggota sampel. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik angket, berupa data primer
yang didapatkan dari remaja putri kelas VIII SLTP N I Prambanan Klaten.
Hasil penelitian yang dilakukan adalah lebih dari separuh (67,13%) responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah. Penelitian ini menyarankan bagi pihak sekolah agar
memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar
generasi muda tidak berhenti di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan,
dan untuk peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam yaitu : Hubungan antara ras dan gizi dengan umur menarche pada
remaja putri pedesaan dan perkotaan.

BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan peneliti dapat mengetahui
Tingkat Pengetahuan Remaja putri kelas VIII SLTP Tentang Menarche Di SLTP N
I Prambanan Klaten, yaitu :
Pembahasan Persoal :
Berdasarkan Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, Menarche pun akan berlangsung
dengan sendirinya. Hal ini karena menarche merupakan kejadian yang fisiologis
yang dialami oleh seorang wanita yang menginjak masa puber. Dari hasil
penelitian, sebagian besar (75.50%) responden berumur diantara 13 - 14 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya menarche biasanya pada usia 13 - 14.

Berdasarkan Status Menstruasi


Prevalensi yang sudah menstruasi lebih banyak dari pada yang belum
menstruasi. Dari hasil penelitian, sebagian besar (81.11%) responden sudah
mengalami menstruasi.

Berdasarkan Pengertian Menarche


Salah satu usaha dalam memberikan pengetahuan tentang menarche adalah
dengan cara pengajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru biologi. Dengan
mengetahui pengertian menarche diharapkan siswi/remaja putri mengetahui
bahwa rahimnya telah menuaikan faalnya. Dari hasil penelitian, Lebih dari
separuh (54.55%) responden tidak mengetahui tentang pengertian menarche.
Dengan hal itu mungkin dapat meningkatkan angka sex pranikah di kalangan
remaja dan kehamilan di luar nikah.

Berdasarkan Hormon Yang Mempengaruhi Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada


Wanita.
Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru diduga salah satu
penyebab responden menjawab benar. Dari hasil penelitian, Lebih dari separuh
(65.73%) responden mengetahui tentang hormon yang mempengaruhi ciri-ciri
kelamin sekunder pada wanita.
Berdasarkan Tanda Pubertas yang tampak paling awal pada remaja putri
Diduga karena tidak pernah memperlihatkan perubahan bentuk tubuh pada
waktu menginjak pubertas sehingga dari hasil penelitian, Lebih dari separuh
(62.94%) responden tidak mengetahui tentang tanda Pubertas yang nampak
paling awal.

Berdasarkan Tanda Pubertas Yang Nampak Paling Akhir Pada Remaja Putri
Di duga karena tidak pernah memperhatikan perubahan bentuk tubuh dan alat
reproduksi pada waktu mengijak Pubertas atau karena perubahan bentuk tubuh
dan alat reproduksi yang berlangsung secara bersamaan sehingga dari hasil
penelitian, Sebagian besar (76.93%) responden tidak mengetahui tentang tanda
pubertas yang nampak paling akhir yaitu menstruasi pertama kali (menarche).

Berdasarkan hormon pertumbuhan


Pengajaran dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan oleh
Bapak/Ibu guru kepada siswinya terus menyumbang dalam hal Pengetahuan
siswi terhadap hormon pertumbuhan. Dari hasil Penelitian, lebih dari Separuh
(59.44%) responden mengetahui tentang hormon pertumbuhan.

Berdasarkan Normalnya Umur Terjadinya Menarche


Dengan mengalaminya sendiri waktu terjadinya menarche membuat sebagian
besar (93.70%) responden mengetahui normalnya umur terjadinya menarche.
Hal ini juga disebabkan oleh pengetahuan yang didapat dari sekolahannya.

Berdasarkan Masa Subur Pada Seorang Wanita


Diharapkan dengan mengetahui masa subur dapat menekan angka terjadinya
kehamilan atau sex pranikah, Dari hasil penelitian, sebagian besar (89.51%)
responden mengetahui tentang masa subur pada seorang wanita. Hal ini
disebabkan oleh pengetahuan yang didapat dari sekolahannya.
Berdasarkan Faktor Eksternal yang mempercepat menarche.
Makanan yang bergizi adalah salah satu faktor eksternal yang mempercepat
terjadinya menarche. Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (51.75%) tidak
mengetahui faktor yang mempercepat menarche. Hal ini mungkin disebabkan
karena kurangnya informasi tentang menstruasi pertama kali (menarche).

Berdasarkan Faktor Internal yang mempercepat Menarche


Faktor Keturunan adalah salah satu faktor internal yang mempercepat
menarche. Dari hasil penelitian, Sebagian besar (90.90%) responden
mengetahui faktor internal yang mempercepat menarche.

Berdasarkan Siklus Menstruasi yang Normal


Dengan mengalami sendiri tentang siklus menstruasi di duga sebagian besar
(81.81%) responden mengetahui tentang siklus menstruasi normal.

Berdasarkan Tentang Asal Darah Menstruasi


Perkembangan informasi yang begitu cepat dan mudah diakses bagi kaum
pelajar, sehingga kami pelajar atau responden menjawab lebih dari separuh
(68.53%) responden mengetahui asal darah menstruasi.

Berdasarkan Terjadinya Kehamilan


Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (64.34%) responden tidak mengetahui
terjadinya kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang alat
reproduksi sangatlah penting karena untuk menekan kehamilan di luar nikah
pada usia remaja.

Berdasarkan Organ Reproduksi Wanita Menuaikan Faalnya


Pada saat sel telur sedang berfungsi dengan teratur inilah salah satu faktor
penyebab kehamilan. Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (62.94%)
responden tidak mengetahui berakhirnya tanda pubertas yang paling akhir
(menstruasi pertama kali). Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang
kehamilan di sekolah sangatlah kurang sehingga apabila remaja putri sudah
menstruasi melakukan hubungan intim sangat beresiko terjadinya kehamilan,
karena alat kandungannya sudah menuaikan faalnya.

Berdasarkan Lamanya Seorang Wanita Mengalami Menstruasi


Sebagian besar (81.11%) responden sudah menstruasi diduga dengan
pengalaman tersebut, responden menjawab benar. Dari hasil penelitian,
sebagian besar (89.51) responden mengetahui lamanya seorang wanita
mengalami menstruasi

Berdasarkan Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram


Kurangnya hormon Progesteron dan estrogen pada waktu sebelum menstruasi
diduga penyebab nyeri yag mencengkeram. Dari hasil Penelitian, lebih dari
separuh (51.04%) responden mengetahui terjasinya nyeri yang mencengkeram.

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche


Diduga karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mata
pelajaran biologi yang didapatkan dari Bp/Ibu guru disekolahnya sehingga siswi
kelas VIII SLTP N1 Prambanan lebih dari separuh (67.13%) responden memiliki
tingkat pengetahuan sedang tentang Menarche.

Berdasarkan Tabel Silang Antara Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja


Putri Tentang Menarche
Dari 143 responden (92,30%) responden berumur 13-14 tahun yang berjumlah
132 orang, dan memiliki tingkat pengetahuan sedang. Diduga pada saat umur
13-14 tahun responden sudah mengalami menstruasi untuk pertama kalinya,
sehingga responden masih dapat

mengingat dengan jelas peristiwa terseut. Dan bagi responden yang berumur
kurang dari atau lebih dari 13-14 tahun kemungkinan belum pernah atau
bahkan sudah lupa tentang peristiwa tersebut sehingga tingkat pengetahuannya
rendah.

Berdasarkan Status Menstruasi Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri


Tentang Menarche
Dari 143 responden (81,11%) sudah mengalami menstruasi yang berjumlah 116
orang dan memiliki tingkat pengetahuan sedang. Hal ini diduga apabila
responden sudah menstruasi akan lebih mengetahui tentang menstruasi
sehingga responden dapat menjawab pertanyaan dari peneliti.

Berdasarkan Status Menstruasi Dengan Umur Remaja Putri


Dari 143 responden, (81,11%) sudah mengalami menstruasi yang berjumlah
116 orang, dan sebagian besar (92,30%) responden berumur diantara 13-14
tahun dengan jumlah 132 orang. Diduga perkembangan teknologi yang cukup
pesat seperti VCD, komputer dan internet yang mempermudah kita mengakses
berbagai hal yang kita inginkan. Adapun faktor gizi, faktor tempat tinggal dan
faktor ras yang diduga dapat mempercepat seorang wanita menstruasi untuk
pertama kalinya.

Dari hasil penelitian, separuh responden dapat menjawab dengan benar


kuesioner yang diberikan meliputi : Pengertian menarche, perkembangan
seksual wanita, pubertas, fisiologi haid dan dismenore. Setelah dianalisa
didapatkan lebih dari separuh siswa SLTP N I Prambanan Kelas VIII tidak
mengetahui terjadinya kehamilan, dan memiliki tingkat pengetahuan sedang
sehingga mempunyai resiko tinggi terjadinya kehamilan di luar nikah.
Dari beberapa komponen kuesioner yang diberikan dapat diketahui pengetahuan
remaja putri tentang menarche yang sudah baik meliputi pengetahuan tentang :
Hormon remaja putri mengalami menarche, masa subur pada seorang wanita,
faktor internal yang mempercepat menarche, siklus menstruasi yang normal,
asal darah menstruasi, lamanya seorang wanita mengalami menstruasi dan
terjadinya nyeri yang mencengkeram.
Dari data yang didapat juga diketahui bahwa pengetahuan remaja putri tentang
menarche yang kurang baik meliputi : Pengertian menarche, tanda pubertas
yang nampak paling awal pada remaja putri, tanda pubertas yang nampak
paling akhir pada remaja putri, faktor eksternal yang mempercepat menarche,
terjadinya kehamilan, dan berfungsinya organ reproduksi. Kebanyakan remaja
putri menjawab kurang tepat tentang hal tersebut. Hal ini dapat diperbaiki
dengan pemberian informasi dari Bp/Ibu guru khususnya yang mengajar biologi,
sehingga kehamilan di luar nikah di usia remaja dapat ditekan sekecil mungkin.

Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
a. Responden yang bersedia untuk diajak kerjasama dalam mengisi kuesioner.
b. Bantuan dan kesempatan yang diberikan dari SLTP N I Prambanan dan Siswi
kelas VIII.
c. Bantuan dari pembimbing KTI yang selalu membimbing dalam penyusunan.
2. Faktor Penghambat
a. Waktu yang terbatas dari peneliti.
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 143 remaja di SLTP N I
Prambanan, Klaten, Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Untuk tingkat pengetahuan tentang menarche diperoleh lebih dari separuh
(67.13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh
(26.57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6.30%)
responden memiliki tingkat pengetahuan rendah.

Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 64.34% remaja putri tidak mengetahui
terjadinya suatu kehamilan. Maka dari itu diharapkan agar pihak sekolah
memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar
generasi muda yang akan menjadi tulang punggung negeri ini tidak berhenti di
tengah jalan dalam mengenyam pendidikan. Dan dapat menyukseskan program
wajib belajar 9 tahun dari pemerintah.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini meneliti tentang tingkat pengetahuan remaja putri Kelas VIII
tentang menarche di SLTP N I Prambanan diharapkan bagi peneliti berikutnya
dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : hubungan antara ras
dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.

INSIDEN
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari
sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada
penderita parotitis tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi
dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari
keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun
subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan
tidak dapat terjangkit parotits karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan
secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai
9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara
10 sampai 14 tahun.5

PATOGENESIS

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel


traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah,
air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum.2

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.3
MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1


sampai 2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri
otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul
pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian
dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang
masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis.

(Sumber: http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-
epidemika.html)

Perkembangan Seksual Wanita


Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ
seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna
dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan
pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin.
Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang
dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil,
sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan
yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis
terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini
seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil,
sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi.
Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua
aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.

www.clitoris.com/modules.Php?op=modload & name=downloads & file = index &


reg = getit = 444

1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi

www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access

www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.pdf

Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang


batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas
yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid
sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas
yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal
belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin
saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia
juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya
dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan
yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,


namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan
bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang
pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memhami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-
dimensi tersebut.

Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2).
Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain
itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak
lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka
pada dunia remaja. http://www.duniaguru.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29

Fisiologi Curah Jantung


a. Curah Jantung Normal
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung
setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan
bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari
jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali
untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara
disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Curah
jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai
indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh.

Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan curah jantung:


1) Aliran balik vena
2) Mekanisme Frank Starling
3) Refleks Bainbridge
Aliran darah hampir selalu meningkat bila konsumsi oksigen jaringan juga
meningkat.
b. Curah Jantung Yang Rendah Secara Patologis
Penurunan curah jantung adalah pemompaan darah yang tidak adekuat oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Penyebab penurunan
curah jantung dapat dibedakan menjadi:
1) Faktor – faktor jantung yang menyebabkan penurunan nilai batas
pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan darah adekuat ke jaringan.
Misalnya:
(a) Infark miocard yang berat
(b) Penyakit katup jantung yang berat
(c) Miocarditis
(d) Tamponade jantung
(e) Kekacauan metabolisme jantung.
2) Penurunan Aliran Balik Vena yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
(a) Penurunan volume darah
(b) Dilatasi vena acut
(c) Penyumbatan vena – vena besar.
Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah
jantung yaitu:
Altered Heart Rate/Rhythm
a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia)
b) Palpitasi
c) Elektro cardiography (ECG) changes.
Altered Preload
Distensi vena jugularis
Fatigue
Edema
Murmur
Peningkatan/penurunan Central Venous Return (CVP)
Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP)
Weight gain.

Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke
Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.

Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acut Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arytmia

Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)


Bagan 3
Patofisiologi Komplikasi AMI sebagai etiologi penurunan curah jantung
Dirangkum dari: http://health.allrefer.com/health/heart-attack-info.html;
Guyton Athur, 2002, halaman 327

Penatalaksanaan Keperawatan Resiko Penurunan Curah Jantung Pada Pasien


Acut Miocard Infark (AMI)
c. Pengkajian Keperawatan Terkait Dengan Resiko Penurunan Curah Jantung
Pada Pasien Acut Miocard Infark (AMI)
1) Data Subyektif
a) Klien mengatakan lemah, mudah capai
b) Klien mengatakan sesak nafas
c) Klien mengatakan pusing (pening)
d) Klien mengatakan nyeri dada (skala 0 – 4)
2) Data Obyektif
a) Tekanan darah menunjukkan penurunan
b) Denyut nadi: cepat dan teraba lemah
c) Distensi vena jugularis
d) Capilary refil lambat lebih dari tiga detik
e) Pernafasan: menunjukkan peningkatan frekuensi
f) Kulit teraba dingin, tampak banyak keluar keringat dingin
g) Ujung – ujung extremitas tampak kebiruan dan pucat
h) Klien menunjukkan expresi wajah kesakitan akibat nyeri dada
i) Jumlah pengeluaran urine dalam 24 jam, menunjukkan penurunan (kurang
dari 0,5 cc/kgBB/jam)
j) Hasil rekaman EKG menunjukkan aritmia/disritmia
k) Tampak edema pada ekstremitas bawah, palpebra
l) Tampak edema paru – paru pada pemeriksaan radiologi
m) Terdengar bunyi nafas tambahan (creckles/rales) pada auskultasi paru –
paru
n) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normal
(ureum, kreatinin, LDH, CKMB, hematokrit).
d. Diagnosa Keperawatan Terkait Resiko Penurunan Curah Jantung Pada Pasien
Acut Miocard Infark (AMI) adalah Resiko Penurunan Curah Jantung berhubungan
dengan:
1) Perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal
2) Penurunan preload/peningkatan tahanan vaskular sistemik (TVS)
3) Otot infark/diskinetik, kerusakan struktural, contoh aneurisma ventrikular,
kerusakan septal.

Perkembangan Seksual Wanita


Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ
seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna
dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan
pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin.
Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang
dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil,
sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan
yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis
terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini
seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil,
sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi.
Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua
aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.

www.clitoris.com/modules.Php?op=modload & name=downloads & file = index &


reg = getit = 444

1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi

www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access

3.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN :


Dewasa ini petanda biokimia untuk menilai kerusakan sel otot jantung pada
penderita sindrom koroner akut semakin berkembang. Sindrom koroner akut
merefleksikan proses fisiologis dari iskemia miokard akut, dan lebih penting dari
sudut pandang klinik, merupakan suatu ‘continuum’ (proses berkelanjutan)
resiko
bagi penderita dengan nyeri dada. Selama tiga dasa warsa terakhir, iskemia
miokard
akut ditentukan sebagai penderita infark miokard atau non infark miokard,
berdasarkan kriteria badan kesehatan dunia (WHO), dimana diagnosis infark
miokard
ditegakkan dengan adanya dua dari tiga kriteria : gejala klinis & nyeri dada yang
menjurus ke miokard infark, perubahan elektrokardiografi (EKG), dan parameter
biokimiawi ( misalnya peningkatan CK-MB). Pada kriteria pertama, pengamatan
seksama pada gejala klinik merupakan hal yang sangat penting, namun dari
data
statistik, gejala tidak spesifik terdapat pada sepertiga penderita, terutama pada
penderita diabetes dan usia lanjut, yang umumnya menunjukan gejala iskemia
ayng
tiddak khas. Kriteria kedua, yaitu adanya perubahan pada EKG, merupakan
piranti
diagnosis infark miokard yang penting, disamping untuk menentukan terapi
trombolitik. Namun demikian, EKG mempunyai sensitifitas yang rendah, hanya
sekitar 50%. Kriteria ketiga adanya peningkatan pada parameter biokimia, yang
pada masa lalu digunakan aktifitas enzim CK-MB sebagai ‘baku emas enzim’
tetapi
karena keterbatasan spesifisitas, telah dicoba untuk memakai petanda
biokimiawi
yang lain seperti mioglobin, troponin.
American Heart Association (AHA) memperkirakan 1,5 juta penduduk Amerika
mengalami serangan jantung setiap tahunnya dan kira-kira 34.000 dari kasus
tersebut dikeluarkan dari rumah sakit karena tidak diketahui diagnosanya, dan
kira -
kira 25% sering meninggal selama 24 jam pertama dan sebagian dari kasus ini
diagnosanya tidak terdeteksi (56). Angka kematian dan komplikasi dari
penderita ini
mewakili > 20% kejadian malpraktek pada kedokteran gawat darurat. Jelas
bahwa
diperlukan petanda biokimiawi sebagian piranti diagnosis dan menilai beratnya
kerusakan sel otot jantung pada penderita dengan nyeri dada akut, sehingga
para
klinisi juga akan meningkatkan kewaspadaan dalam manajemen pelayanan bagi
penderita dengan lebih baik, yang akhirnya dapat menurunkan mortalitas.

2.2.9. Patofisiologi iskemi dann infark miokard


IMA adalah kematian otot jantung akibat suplai oksigen yang tidak mencukupi
(tidak adekuat) dalam waktu yang cukup lama . Pada umumnya terjadi oklusi
trombosis pada arteri koroner mengalami plak ateromatoes. Trombosis
merupakan
faktor utama terjadinya iskemi akut baik pada angina pektoris tak stabil maupun
IMA.
IMA merupakan keadaan berat yang terjadi akibat oklusi mendadak pembuluh
koroner atau pun cabangnya yang mengalami skerosis. Oklusi tersebut biasanya
disebabkan oleh adanya perubahan pada plak ateroma yang menyebabkan
tertutupnya lumen arteri koronaria secara mendadak (70,71).
Keberhasilan terapi trombolitik sangat me ndukung anggapan tersebut,
walaupun
dikatakan bahwa trombosit bukan satu-satunya faktor yang berperan dalam
terjadinya IMA ( 29). Dilaporkan bahwa hampir 90% penderita IMA transmural
(5-
10%) sulit dibuktikan adanya trombus sebagai penyebabnya dan pada keadaan
ini
spasme arteri koroner terlibat di dalamnya (71). Patofisiologi IMA nontransmural
(
subendokardial) belum banyak diketahui, atau adanya trombosis pada arteri
koroner
kecil yang telah mengalami aterosklerosis berat. Selain itu dapat pula
diakibatkan
adanya spasme koroner. Patogenesis terjadinya trombosis melibatkan banyak
faktor,
antara lain vasoplasme akibat hilangnya endothelium dependent dilator
mechanism
pada aterosklerosis.
Demikian pula menurunnya sintesis faktor-faktor endoterial yang beraksi
sebagai
antikoagulan seperti tisue plasmibogen activator dan prostasiklin paa
aterosklerosis,
juga ikut berperan dalam terbentuknya trombosis. Juga berbagai penelitian
klinik
telah memperlihatkan adanya hubungan antara lipoprotein dan trombosis.
Terjadinya
oklusi koroner selama 20 menit akan diikuti dengan terjadinya nekrosis miokard
(
Infark Miokard).
Adanya nekrosis miosit akan menyebabkan kehilangan intergitas membran
sel dan makromolekul intraselluler akan berdifusi ke dalam jaringan interstitial
miokard dan selanjutnya akan masuk ke dalam mikrovakskuler dan limfatik
kardiak.
Perubahan morfologi akan terjadi dalam 12 jam pertama setelah infark miokard
berupa inflamasi dan infiltrasi seluler, kemudian setelah 24 jam daerah infark
akan
nampak pucat atau kekuningan dengan batas yang jelas, yang pada
pemeriksaan
histologik ditemukan adanya infiltrasi lekosit .

2.2.8. INFARK MIOKARD AKUT


2.2.8.1. Morfologi aterosklerosis koroner
Aterosklerosis adalah suatu bentuk aterosklerosis yang terutama mengenai
lapisan intima dan umumnya terjadi pada arteri muskuler ukuran besar dan
sedang
serta merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik. Kerusakan
vaskuler dan pembentukan trombus merupakan kunci dari proses dan
progresifitas
aterosklerosis serta patogenesis sindrom koroner akut. Kerusakan vaskuler
dimaksud
di klarifikasikan atas 3 tipe, yaitu Tipe 1 bila terjadi gangguan fungsi sel endotel
tetapi tanpa terjadi perubahan substansi morfologi, tipe 2 terjadi kerusakan
endotel
dan intima dengan lamina interna elastik yang masih utuh dan tipe 3 kerusakan
endotel dengan intima & media (45).
2.2.8.1.1. Lesi dini
Adanya perubahan ultrastruktur yang terjadi pada aterosklerosis spontan,
khususnya lesi dini telah dilaporkan oleh Stary. Pada penelitian otopsi dari artei
koroner dan aorta pada orang-orang usia muda telah ditemukan adanya evolusi
secara mikroskopis dari aterosklerosis. Hal ini akibat adanya kerusakan vaskuler
tipe
1 berupa kerusakan sel endotel yang diakibatkan gangguan aliran darah atau
faktor
lainnya sehingga makrofag atau sel busa ditemukan dalam intima, yang me
rupakan
tanda dini penumpukan lipid ( Stary I). oleh Stary lesi ini di klarifikasikan atas :
Stary I bila ditemukan adanya makrofag ataus sel busa dalam intima, Stary II
bila
ditemukan juga sel-sel otot polos yang mengandung lipid dan tersebarnya lipid
ektraseluler, Stary III tampak adanya inti lipid ekstra seluler yang multipel
sedangkan Stary IV bila adanya ateroma (50)

2.2.8.1.2. Progresi aterosklerosis


Lesi dini aterosklerosis lebih cepat mengalami progresi pada mereka
dengan berbagai faktor resiko koroner. Pada beberapa plak dapat terjadi
progresi
secara lambat, tetapi ada juga yang cepat.adanya fisura minor yang terjadi pada
lapisan lemak atau plak ateroma akan diikuti dengan pembentukan trombus da
©2003 Digitized by USU digital library 12
terjadinya fibrosis. Selanjutnya bila terjadi fisura plak yang dalam atau ulseri
maka
dapat terjadi oklusi trombus dan timbul sindrom koroner akut

2.2.7.2. Nilai Prognostik Pemeriksaan Troponin T Pada APTS


Peningkatan kadar TnT merupakan faktor prediksi yang kuat meningkatnya
mortalitas (24). Gokhan, Gok dan Kaptanoglu (69) mendapatkan 34% penderita
angina akut saat istirahat mengalamai kenaikan kadar TnT dan setengahnya
berkembang menjadi IMA. Sedangkan pada 50% penderita IMA tersebut
meninggal
dalam perawatan. Sementara penderita angina akut saat istirahat dengan kadar
TnT
yang tidak terukur hanya 4,1% yang berkembang menjadi IMA. Hamm CW dkk
(63)
melaporkan penelitian terhadap 109 orang penderita angina pektoris yang stabil
yang dilihat kadar CK, CKMB, dan troponin T setiap 8 jam selama 2 hari setelah
dirawat, troponin T dapat terdeteksi rata-rata pada kadar 0,78 ng/ml pada 39%
penderita angina akut saat istirahat. Hanya 3 dari penderita tersebut mengalami
peningkatan CK-MB. Dari 33 penderita yang troponin T meninggi, 30%
mengalami
infark miokard. Sebaliknya hanya 1 dari 51 penderita angina saat istirahat
dengan
troponin T negatif yang berkembang menjadi IMA.
Penilaian resiko pada saat awal sangant diperlukan pada penderita dengan
penyakit
koroner tak stabil, misalnya APTS. Beberapa penelitian dengan jumlah sampel
yang
sedikit telah menunjukan bahwa penderita APTS dengan peningkatan kadar TnT
mempunyai prognosis jangka pendek maupun jangka panjangyang buruk. Bertil
Lindahl dkk dalam kelompok studi FRISC meneliti 976 penderita APTS dan
menemukan adannya peningkatan resiko serangan jantung jika terjadi
peningkatan
nilai troponin T pada 24 jam pertama. Jika kadar troponin T kurang dari 0,06
ng/ml
mempunyai resiko rendah (4,3%) ; 0,06-0,18 ng/ml mempunyai resiko sedang
(10,5%) dan jika lebih dari 0,18 ng/ml mempunyai resiko tinggi untuk menadi
IMA
atau kematian penyakit jantung. Penelitian ini menunjukan bahwa nilai troponin
T
maksimal pada 24 jam pertama dapat disajikan sebagai petunjuk prognostik
bebas
dan penting.
Stubbs dkk juga mendapatkan hasil yang sama, dari 460 penderita nyeri dada
dan
diikuti selama rata-rata 3 tahun, 183 penderita terbukti APTS. Sebanyak 34%
penderita APTS tersebut mempunyai troponin T positif, dan secara bermakna
kematian jantung dan IMA berbeda dari yang troponin T nya negatif.

2.2.5. STRATIFIKASI RESIKO


Penentuan penyakit jantung koroner ditentukan dari gambaran klinis, EKG,
riwayat penyakit, kadar troponin serta faktor resiko terjadinya arterosklerosis.
Perubahan EKG merupakan pelengkap dari riwayat penyakit dan gejala klinis
dan
masih menjadi suatu proses stratifikasi penting dari sindroma koroner akut .
Bila memungkinkan perekaman EKG dilakukan saat nyeri dada timbul.
Gambaran EKG yang normal yang normal pada saat episode nyeri dada
merupakan
dasar kuat untuk menyatakan gejala yang tidak spesifik oleh sebab kardiak,
sememtara perubahan dinamis dari segmen ST dan gelombang T yang inversi
sangat mendukung diagnosa angina tak stabil atau non Q wave infark miokard.
Gelombang T yang inversi dan isolated relatif ringan dan prognosenya baik
dibanding
dengan perubahan segmen ST. saat ini dapat dinyatakan bahwa EKG inisial tidak
hanya memprediksikan perjalanan jangka pendek tetapi depresi segmen ST juga
menunjukan menandai kelompok resiko tinggi pada waktu yang lama (55).
Konsentrasi serum troponin T dan I merupakan indikator peningkatan resiko
baik
secara independen maupun merupakan pendukung dari perubahan EKG. Tanpa
memperdulikan perubahan EKG penderita dengan perubahan serum troponin
mempunyai resiko lebih tinggi dibanding dengan yang normal. Disadari bahwa
terdapat perbedaan waktu selama 2 -4 jam setelah muncul gejala baru dapat
dideteksi perubahan serum troponin dan mencapai puncaknya pada 12-14 jam
kemudian. Peningkatan troponin ini merupakan indikator untuk komplikasi
jangka
pendek dan jangka panjang. Selanjutnya dengan dasar informasi diatas
penetapan
diagnosis angina yang stabil dapat dilakukan stratifikasi penderita dalam tiga
kelompok yaitu kelompok resiko rendah, sedang dan tinggi ( tabel 4).
Stratifikasi resiko ini merupakan proses yang berkesimbungan selama perawatan
penderita pada fase akut termasuk evaluasi riwayat penyakit sekarang, penyakit
terdahulu dan gambaran EKG. Pemeriksaan serum kardiak secara diagnostik
sangat
diperlukan dans sesuai dengan guidelines 1994 merekomendasikan bahwa baik
kadar CK dan CK-MB diperiksa paa waktu dan setiap 6 sampai 8 jam dan
seterusnya
paa 24 jam. guidelines 1994 belum merekomendasikan pemeriksaan troponin
secara
rutin untuk deteksi kerusakan miokard. Sejak itu berbagai studi telah
menunjukan
bahwa peningkatan kaar troponin T dan I berhubungan dengan dampak buruk
dari
penderita sindroma koroner akut .

1.2.4. TROMBOSIS PLAK


Lebih dari 75% trombus yang ditemukan di sindroma koroner akut, terletak
ditempat dimana plak menglamai ruptur. Bila plak yang tidak stabil mendapat
pencetus, makka kap yang tipis tersebut akan koyak dan kemudian
berlangsunglah
proses selanjutnya berupa pembentukan trombus yang dimulai dari fisura atau
robekan kap tadi. Mula- mula terjadi akumulasi trombosit ditempat koyakan,
kemudian ditambah dengan adanya fibrin, membentuk gumpalan dini yang
disebut
white clot yang secara langsung berusaha menutupi semua permukaan yang
robek
tadi. Kemudian datanglah eritrosit untuk menutupi seluruh white clot.
Didalam komponen plak, gumpalan lipid memiliki efek trombogenisitas yang
paling kuat, hal ini disebabkan oleh karena pengaruh adanya faktor jaringan,
dimana
faktor jaringan ini mengaktifkan faktor IX dab X bersama membentuk trombin.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi respons trombogenesis ditempat kap
yang
terkoyak tadi adalah :
1. Substrat trombogenik yang memang selalu berada di tempat tersebut.
2. Iregularitas permukaan plak dan sempitnya stenosis ; semakin tajam
lengkungan
kap stenosis dan semakin iregular, maka semakin mudah terjadi proses
trombogenesis tersebut.
3. Keseimbangan trombotik-trombotik faktor trombogenik misalnya
hiperagregabilitas, hiperkoagulabilitas dan menurunnya fibrinolisis meningkatkan
resiko terjadinya trombus pada sindroma koroner akut

1.2.3. Ruptur Plak


Ruptur plak ditemukan pada 56 %-95% sindroma koroner akut, Forrester
yang memeriksa dengan angioskopis intraoperatif mendapatkan 95% sindroma
koroner akut ditemukan adanya ruptur plak (49). Tid ak semua plak yang terjadi
pada proses aterogenesis menjadi plak yang tidak stabil, hal tersebut tergantung
dari bentuknya kap dan gumpalan lipid yang ada, dan proses yang
mendasarinya,
dan hal ini sangat berhubungan dengan tampilan klinis.
Menurut American Heart Association, tipe plak dihubungkan dengan tampilan
klinis dapat dibagi menjadi 5 tipe yaitu (50) :
1. Tipe 1 : Penebalan tunika intima, makrofag, isolated foam cell, pada
fase ini tampilan klinisnya asimptomatik.
2. Tipe 2 : Fatty streak, terdapat akumulasi lipid intra sel dan infiltrasi
makrofag serta otot polos, fase ini juga masih asimptomatik.
3. Tipe 3 : masih seperti diatas tetapi disertai pula dengan lipid ekstra
sel dan deposisi jaringan ikat, juga masih asimptomatik.
4. Tipe 4 : Ateroma terdapat gumpalan lipid pada tunika intima, sel
inflamasi mulai infiltrasi diikuti dengan makrofag, sel busa, da sel T,
biasanya tampilan klinis pada fase ini asimptomatik, namun bisa
juga angina stabil.
5. Tipe 5a : Seperti tipe 4 disertai denganlapisan jaringan fibrous,
tampilan klinis masih seperti tipe 4.
Tipe 5b : Ateroma dengan klasifikasi berat di dalam core atau
lesinya, tampilan klinis apa fase ini adalah anginastabil.
Tipe 5c :Fibrous-ateroma dengan trombus mural dengan komponen
lipid yang minimal, tampilan klinisnya masih seperti 5 b.
6. Tipe 6 : Complicated lesion , terjadi ruptur plak tipe 4 dan 5 dengan
hemorhagi intra mural dan mulainya proses trombogenesis insitu.
Tampilan klinis dari fase adalah suatu keadaan yang disebut
sindroma koroner akut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi instabilitas dan ruptur plak (45) :
Faktor Eksternal :
1. Sistemik : Lingkungan internal/faktor farmakologik.
2. Faktor intrinsik dari plak : besarnya plak, lokasi plak, kepadatan lipid dan
ketebalan kap yang menyelimuti plak.
Faktor Internal :
1. Aktifitas sel inflmasi
2. Infeksi
3. Disfungsi endotel
4. Proliferasi sel otot polos
Evaluasi dari plak yang stabil menjadi tidak stabil melalui 5 tahap yaitu : aktifasi
endotel, kemudian LDL masuk ke dalam sel dan teroksidasi, kemudian memacu
produksi sitokin da n protease ( MMP expression), sehingga menyebabkan
rupturnya
plak. Lima puluh persen dari timbulnya sindroma koroner akut, biasanya
didahului
oleh faktor pencetus seperti : yang berhubungan dengan aktifitas saraf simpatis
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba,
peningkatan
aliran darah koroner, peningkatan kontraktilitas otot jantung, latihan fisik berat,
stress emosional dan lain sebagainya.

1.2.2. Struktur Plak


Pada mulanya telah disepakati bahwa terjadinya sindroma koroner akut oleh
karena adanya penutupan yang tiba-tiba dari aliran darah koroner yang
aterosklerotik yang kemudian mengakibatkan kekurangan oksigen di otot
jantung
dan akibatnya terjadi jaringan iskemi sampai jaringan nekrosis. Luas tidaknya
jaringan nekrosis yang terjadi mempengaruhi harapan hidup penderita sindroma
koroner akut. Pada saat itu diperkirakan semakin besar ateroma yang ada di
pembuluh darah semakin mudah menyebabkan sindroma koroner akut, akan
tetapi
ternyata pada penelitian dibuktikan bahwa justru pada stenosis yang ringan dan
sedang lebih banyak terjadi sindroma koroner akut dan hal ini diduga oleh
karena
pecahnya ateroma tersebut ( ruptur plak)
Plak aterosklerosis yang sudah matang terdiri dari bermacam- macam yaitu :
lipid core atau gumpalan lipid, gumpalan lipid ini terdiri dari sel-sel makrofag
yang
mengandung lipid di dalamnya, dan lipoprotein yang terjebak di dalam
subendotelial
maupun ruang ekstra sel. Di dalam bungkah lipid tersebut konsistensinya lunak,
selselnya
jarang ( hiposeluler) dan juga terdapat gumpalan kolesterol ester ( yang
berkonsistensi lunak) dan kristal kolesterol yang berkonsistensi agak keras.
Kemudian gumpalan lipid ini diselimuti oleh suatu kap yang terdiri dari matriks
jaringan ikat. Bila gumpalan lipid tersebut dominan dengan kap tipis, maka
ateroma
tersebut disebut sebagai plak yang stabil. Sebaliknya bila gumpalan lipid leih
padat
dengan kap yang kuat dan tebal disebut sebagai plak stabil. Maka bila dicermati,
terdapat dua macam plak yaitu yang stabil dan plak yang tidak stabil.

1.2. SINDROMA KORONER AKUT.


1.2.1. Defnisi
Sindroma koroner akut adalah suatu peralihan (spektrum) manifestasi dari
penyakit jantung iskemik meliputi angina tak stabil hingga infark miokard akut
(IMA)
dengan gelombang Q atau pun tanda gelombang Q (Gambar 2).
1.2.1.1. Patofisiologi sindroma koroner akut
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang progresif dengan
bermacam tampilan klinis, dari yang asimtomatis, angina stabil maupun
sindroma
koroner akut, sampai kematian jantung mendadak (13). Hasil pengamatan
patologis,
angiokopis dan biologis menunjukan adanya perbedaan gejala klinik antara
angina
tak stabil dan infard miokard, disebabkan mekanisme patifisiologi yang
mendasarinya yakni ruptur aterosklerosis, dengan derajat trombosis yang
berbedabeda
dan ada tidaknya embolisasi distal (7,43). Pada definisi yang diperluas,
sindroma koroner akut meliputi
Gambar 2. Continuum dari sindroma koroner akut
The Continuum of Acute Coronary Syndromes
Mycardial Ischemia
Stable angina Unsable angina Non Q-Wave Ml Q-Wave Ml
Currently undetected Non Q -Wave Ml
Ischemic Cell Injury
Reversible Small Area Ireversible Large Area
Juga semua penderita dengan kejadian awal yang menuju keparahan angina.
Walaupun studi Framingham menunjukan bahwa angina tak stabil hanya
terdapat
pada 10% kasus yang merupakan manifestasi awal dari penyakit arteri koroner
diluar miokard infark, tetapi umumnya penderita mengalami suatu siklus atau
perubahan pola nyeri dada, dan hanya jumlah kecil yang memerlukan perhatian
maupun perawatan di rumah sakit. Diagosis angina tak stabil tidak memerlukan
perubahan EKG, biarpun adanya perubahan ini akan meningkatkan spesifisitas
diagnosis dan menunjukan prognosis yang jelek ( klasifikasi Braunwald).
Kejadian penyakit jantung koroner meliputi dua tahap yang berbeda. Tahap
pertama terdiri dari suatu periode awal asimtomatik, dimana terbentuk plak
aterosklerotik non obstruktif, dan progresi lebih lanjut tergantung pada faktor
resiko.
Tahaop kedua terjadi trombogenesis dengan cepat dikarenakan koyaknya plak
yang
mengeluarkan kontituennya yang bersifat trombogenik, seperti kolagen dan
tromboplastin jaringan yang menstimulasi agregasi trombosit, pembentukan
fibrin,
dan perkembangan terjadinya trombus yang oklusif. Hasil akhir dari robeknya
plak
tergantung pada keseimbangan hemostatis .
Keseimbangan hemostatis ini merupakan suatu interaksi yang kompleks antara
dinamika aliran darah, komponen dinding pembuluh darah, trombosit dan
protein
plasma, begitu juga dengan faktor-faktor regulasi pada trombosit, sistem
koagulasi
dan sistem fibrinolisis.
Kejadian trombosis pada penyakit jantung ateroskleros is dipengaruhi dan
distimulasi oleh beberapa faktor seperti : 1). Disfungsi endotel, 2). Hiperaktifitas
trombosit, 3). Peningkatan aktifitas prokoagulan, dan 4). Gabungan kapasitas
fibrinolisis.

HUBUNGAN KADAR TROPONIN-T DENGAN GAMBARAN KLINIS PENDERITA


SINDROMA KORONER AKUT
ELIAS TARIGAN
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB-I
PENDAHULUAN
Pertanda biokimia dewasa ini dan di masa yang akan datang aka terus
mempunyai peran penting pada diagnostik, stratifikasi maupun pengobatan
penderita dengan sindroma koroner akut. Penatalaksanaan dengan metode
intervensi yang agresif namun rasional diperlukan untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian pada sindroma koroner akut. Masalahnya adalah belum
sempurnanya petanda yang dapat dipakai dengan mudah namun dapat
sepenuhnya
dipercaya untuk deteksi dini terjadinya perburukan kejadian koroner pada
sindroma
koroner akut . Pemeriksaan histopatologis ternyata membuktikan adanya
kerusakan
minimal pada sel miokard atau mikro infark pada seluruh permukaan
miokardium
penderita sindroma koroner akut yang mengalami perburukan serangan koroner
atau
kematian. Kerusakan sel tersebut tidak dapat terlihat sebagai perubahan
elektrokardiogram (EKG) ataupun dalam pemeriksaan laboratorium enzim-enzim
jantung yang selama ini rutin dikerjakan untuk diagnostik kerusakan miokard
suatu
sindroma iskemik akut .
Akhir-akhir ini telah dikembangkan suatu pertanda biokimiawi yang baru
dalam pemeriksaan kerusakan sel miosit otot jantung dengan memantau
penglepasan suatu protein kontraktil sel miokard yaitu troponin T akibat
disintegrasi
sel pada iskemi berat. Penelitian diluar negri menunjukan bahwa troponin T ini
mempunyai sensitifitas 97% dan spesifitas 99% dalam deteksi kerusakan sel
miokard. Bahkan disebutkan penanda ini dapat mendeteksi kerusakan sel miosit
jantung yang sangan minimal (mikro infark), yang mana oleh penanda jantung
yang
lain, hal ini tidak ditemukan .
Sehingga pada keadaan ini dikatakan sensitifitas dan spesitifitas troponin T
lebih superior dibandingkan pemeriksaan enzim-enzim jantung lainnya.
Penelitian
petanda biokimia ini banyak yang berfokus padda diagnosa dini dan juga untuk
menilai prognostik, karena jika ditemukan dalam plasma, penanda ini dapat
mengenali kelompok pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
serangan jantung baik saat dirawat di rumah sakit (fase akut) maupun sesudah
keluar dari rumah sakit . Beberapa penelitian melaporkan dengan pengukuran
troponin T, suatu protein yang dilepas dari kerusakan otot jantung, merupaka
indikator terbaik yang dapat digunakan untuk menilai penderita yang
mempunyai
resiko kematian dari serangan jantung (7-11). Penelitian pada pusat kedokteran
universitas Duke di Amerika Serikat menyimpulkan pemeriksaan troponin T
adalah
indikator yang baik dari kerusakan otot jantung, terutama jika dipakai pada
penderita yang dengan pemeriksaan CK-MB dan EKG tidak menunjukan suatu
kerusakan otot jantung yang nyata.
Dari laporan pertama Hamm dkk (1992) tentang penelitian troponin T yang
meninggi pada populasi kecil dengan pasien angina pektoris tak stabil,
disebutkan
bahwa resiko kematian dan infark miokard selama dirawat di rumah sakit sangat
meningkat, meskipun diberikan pengobatan yang adekuat .
Hal yang sama pada studi FRISC, menyatakan nilai prognostik penderita
sindroma koroner akut berhubungan erat dengan kadar absolut troponin T saat

INFARCT MYOCARD ACUTE


Merupakan salah satu kegawatan dalam bidang jantung. Berasal dari
penyempitan, pembuntuan, dan spasme yang lama dari pembuluh darah
koroner, sehingga dinding jantung (myocardium) jantung menjadi kekurangan
oksigen, dan sel-selnya menjadi mati (nekrosis). Penyakit ini umumnya
menyerang orang berumur 40 tahun ke atas.
Gejala yang khas pada penyakit ini berupa nyeri dada substernal (kira-kira
sekitar uluhati/diatasnya), lebih dari 30 menit, menjalar, terjadi pada waktu
istirahat/melakukan kegiatan, dan nyeri tersebut tidak hilang dengan istirahat.
Keluhan penyerta lainnya dapat berupa lemas, keringat dingin, mual, muntah,
dan kehilangan kesadaran. Nyeri tersebut sering dikira sakit maag oleh banyak
penderita.
Menurut kriteria WHO (1983), bila minimal dua dari kriteria berikut positif, maka
penderita dikatakan menderita Infarct Myocard Acute :
Nyeri dada tipikal (substernal, lebih dari 30 menit, menjalar, tidak hilang waktu
istirahat)
EKG (rekaman gelombang listrik jantung) : Q patologis, ST elevasi, dan inversi
gelombang T.
Pemeriksaan enzym : peningkatan kadar LDH, CPK, CKMB, SGOT, SGPT, dan
peningkatan troponin T.
Penatalaksanaan penderita tersebut harus di ruang intensif (ICCU). Adapun
tujuan utama perawatannya adalah :
Menghilangkan rasa nyeri
Mencegah perluasan infark
Menangani komplikasi yang terjadi
Program rehabilitasi medis.
Nah, bila Anda menemui penderita dengan keluhan di atas, segeralah
mendatangi rumah sakit terdekat, khususnya yang ada fasilitas ruang
intensifnya.

HIPERTENSI
Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum timbul di dalam
masyarakat. Merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh
darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal
biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi
90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Diagnosis hipertensi dibuat atas dasar hasil beberapa kali pemeriksaan, kecuali
bila tekanan darahnya sangat tinggi dapat ditetapkan dengan satu kali
pemeriksaan. Keluhan yang mungkin timbul antara lain nyeri pada daerah
kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan otot-otot,
mual, muntah, dan sebagainya.
Terdapat beberapa klasifikasi dari hipertensi, antara lain :
Penyebabnya : hipertensi primer (tidak diketahui sebabnya), dan hipertensi
sekunder (akibat penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan).
Klasifikasi menurut WHO 1999, berdasarkan dari tekanan diastolik, yaitu :
derajat I (95-109 mmHg); derajat II (110-119 mmHg); derajat III (> 120
mmHg).
Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh,
peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan
dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus [kencing manis], merupakan suatu jenis penyakit hormonal,
timbul akibat gangguan produksi atau gangguan dari penggunaan insulin. Insulin
merupakan hormon yang diperlukan untuk mengubah gula, karbohidrat, dan zat
lain menjadi energi untuk kehidupan. Penyebab pasti penyakit ini masih misteri,
meskipun faktor genetik dan lingkungan [seperti kegemukan dan kurang
olahraga] memegang peranan penting.
Saat ini ada tiga tipe utama diabetes, yaitu :
Diabetes tipe I, timbul karena pankreas gagal/hanya sedikit dalam memproduksi
insulin, sehingga timbul peningkatan kadar gula. Umumnya timbul pada usia 8-
12 tahun, dan wanita lebih awal 1,5 tahun. Gejala yang timbul antara lain :
sering kencing, rasa haus/lapar yang berlebihan, penurunan berat badan [10-
30%], mudah lelah, emosional, dan sebagainya. Faktor penyebabnya antara lain
: proses autoimmun yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas, virus
[mumps, coxsackie, hepatitis], diet [tidak minum ASI, konsumsi nitrosamin
dalam jumlah besar], keracunan, stess, dsb.
Diabetes tipe II, timbul dari resistensi insulin [tubuh gagal untuk menggunakan
insulin secara baik, baik penggunaan ataupun sekresinya], dan terjadi defisiensi
relatif dari insulin. Umumnya timbul pada usia 40 tahun keatas, wanita lebih
banyak daripada pria. Gejala yang timbul mencakup gejala pada diabetes tipe I,
ditambah : sering terjadi infeksi, penglihatan kabur, luka sukar/lama sembuh,
rasa tebal pada tangan dan kaki, infeksi berulang pada kulit, mulut, ataupun
saluran kemih. Faktor penyebab terpenting adalah genetik dan kegemukan.
Selain diabetes tipe II, terdapat istilah pre-diabetes. Pre-diabetes timbul bila
kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk
didiagnosis sebagai diabetes tipe II.
Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada wanita hamil. Terjadi
pada sekitar 4% wanita hamil.
Diagnosis ditegakkan dengan :
Anamnesis, dari keluhan sering kencing, rasa lapar/haus berlebihan, penurunan
berat badan [10-30%], mudah lelah, riwayat keluarga dengan diabetes, dsb.
Pemeriksaan fisik, misalnya adanya kelainan pada retina mata, luka yang sukar
sembuh, dan sebagainya.
Pemeriksaan laboratorium, yaitu kadar gula darah puasa ³ 126 mg/dL (7.0
mmol/L); kadar gula darah 2 jam setelah makan atau gula darah random ³ 200
mg/dL (11.1 mmol/L).
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan :
Diet, yang dianjurkan adalah 10-20% kalori dari protein, < 10% kalori dari
lemak saturated dan polyunsaturated, sisanya diperoleh dari lemak
monounsaturated dan karbohidrat. Hindari pula konsumsi makanan yang
mengandung gula murni.
Olahraga, terbukti dapat memperbaiki toleransi glukosa dan menurunkan
pengobatan.
Obat-obatan oral, khususnya pada diabetes tipe II. Misalnya golongan biguanide
[metformin], sulfonilurea [Glimepiride, Glipizide, Glyburide], Thiazolidinediones
[Pioglitazone, Rosiglitazone], a-Glucosidase inhibitors [Acarbose, Miglitol].
Insulin, baik short acting, intermediate, ataupun long acting insulin. Insulin
diberikan pada diabetes tipe I. Selama terapi, baik dengan obat oral ataupun
insulin, gula darah dipertahankan pada level 80-150 mg/dL (4.4-8.3 mmol/L).
Komplikasi yang mungkin timbul :
Koma hypoglikemia ataupun koma hyperglikemia [ketoasidosis diabetes, koma
hyperosmolar non ketotik]. Timbul akibat kurang pengontrolan kadar gula.
Gangguan jantung, diabetic retinopathy, gangguan ginjal [nephropathy],
neuropathy dan kerusakan saraf, gangguan kulit, diabetic foot, gangguan
kesehatan mulut, problem psikologi akibat kronisnya penyakit.
Prognosis :
Dengan pengaturan diet, olahraga, serta pengobatan yang baik, akan
memperkecil timbulnya komplikasi.
Waspadai Nyeri Dada Lebih dari 15 Menit
Date: Wednesday, July 12 @ 00:09:34 WIT
Topic: Berita
| 12-07-2006 |
Jantung Koroner Picu Kematian pada Jam-jam Pertama
Penyakit jantung masih menjadi salah satu pembunuh terbesar di dunia.
Hebatnya lagi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan kapan saja tanpa
mengenal waktu. Bahayanya lagi, jika tidak mendapatkan penanganan dengan
segera, dapat berakibat fatal, karena penderita bisa meninggal dunia pada jam-
jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama.

“Angka kematian tertinggi penderita jantung koroner justru terdapat pada jam-
jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama. Makanya, penyakit ini harus
diwaspadai,” ujar Dr Syaifullah Napu, dokter spesialis jantung Rumah sakit Asia
Medika Jambi.

Dijelaskan, penyakit jantung koroner atau Atherosklerosis adalah proses yang


menyebabkan dinding pembuluh nadi menjadi tebal, kaku, dan keras, sehingga
rongga pembuluh menjadi sempit. Penyempitan ini antara lain disebabkan
karena meningkatnya kadar kolesterol dan lemak dalam darah.

Yang dimaksud kolesterol, menurut Syaifullah, semacam kombinasi lemak dan


protein yang merupakan bahan penting bagi bermacam-macam hormon.
Kolesterol terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan dan
mengendap pada dinding pembuluh darah.

Endapan kolesterol ini, lanjut dia, menimbulkan penyempitan pembuluh darah,


sehingga mengurangi aliran darah ke otot jantung. “Otot jantung yang
kekurangan darah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini
menimbulkan rasa nyeri di dada yang dikenal sebagai Angina Pektoris (AP). Di
samping itu, dada merasa seperti tertekan oleh benda berat, terutama pada
daerah jantung,” paparnya.

Menurut Syaifullah, perasaan sakit ini ada kemungkinan menjalar ke lengan kiri
sampai di ujung kelingking, punggung atas sampai dirahang, ulu hati dan lengan
kanan. Perasaan ini timbul jika kegiatan fisik meningkat atau dalam keadaan
tekanan emosional. “Bagi penderita jantung koroner yang keadaannya telah
lanjut, rasa sakit itu juga sudah terasa waktu istirahat atau waktu tidur,”
terangnya.

Ia juga mengatakan, jika penyempitan pembuluh darah atau angina pectoris


biasanya hilang setelah istirahat. “Bila Anda merasa tanda-tanda angina pectoris
saya menyarankan untuk segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.
Kemungkinan besar Anda mengalami serangan jantung,” ungkapnya.

Dikatakan,serangan jantung (acute myocard infarct) umumnya terjadi karena


pembuluh darah koroner yang menyempit atau mendadak tertutup sama sekali
oleh bekuan darah yang mengalir di dalamnya. Akibatnya sebagian jantung tidak
bekerja. Kejadian ini disebut infarct. Bila pembuluh koroner besar tersumbat
infarct menjadi lebih besar. Akibatnya jantung tidak dapat lagi memompa darah.

Jika pembuluh darah koroner menjadi tertutup sama sekali, maka penderita
dapat meninggal dunia. Pada serangan jantung mendadak penderita harus
segera dibawa ke rumah sakit. Dengan perawatan yang segera dan intensif
dibagian penyakit jantung gawat ada kemungkinan jiwa penderita masih bisa
tertolong.

Sedangkan tanda-tanda serangan jantung itu, lanjut dia, biasanya dada nyeri
lebih dari 15 menit, keluar keringat dingin, napas susah, wajah pucat dan rasa
nyeri tidak hilang setelah istirahat. Syaifullah juga menambahkan, jika penyakit
jantung koroner terjadi karena adanya kelainan pada pembulu koroner. Pembulu
koroner adalah sepasang pembuluh nadi cabang pertama dari Aorta yang
mengantarkan zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi jaringan dinding jantung.

Kelainan pembuluh koroner ini berupa penyempitan pembuluh darah koroner


sebagai akibat dari proses atherosklerose. Proses atherosklerose adalah
pengerasan dinding pembuluh darah karena penimbunan lemak yang berlebuh.

Penyempitan pembuluh darah, lanjut dia, dipercepat oleh kolesterol atau kadar
lemak dalam darah tinggi, berat badan berlebih, kurang bergerak, tekanan
darah tinggi, banyak merokok, tekanan jiwa, penyakit gula, atau diabetes
melitus. Semua ini adalah faktor risiko penyakit jantung koroner.(*)
Mengenal lebih dekat penyakit jantung koroner dan faktor-faktor risikonya
Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko
timbulnya penyakit jantung akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah
terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih
ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan.
Seberapa besar peran jantung dalam ‘hidupnya’ seorang manusia? Jantung
adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai “pemompa darah’’ yang sejak bayi
dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja dan tidak akan berhenti selama
hidup kita. Jika alat ini berhenti bekerja dalam beberapa waktu saja, maka akan
berakhirlah suatu kehidupan. Jantung terbentuk dari serabut-serabut otot
khusus dan dilengkapi dengan jaringan syaraf yang secara teratur dan otomatis
memberikan rangsangan berdenyut bagi otot jantung. Dengan denyutan ini
jantung memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh termasuk arteri
koroner (arteri yang memasok/mensuplai darah ke otot-otot jantung).
Dengan semakin tua dan memburuknya kondisi alat-alat tubuh oleh bermacam-
macam ‘faktor risiko’ seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol yang
meningkat dalam darah dan lain-lain, pembuluh darah akan menyempit dan
tersumbat seperti sumbatan karat pada sebuah pipa.
Apa yang terjadi jika yang tersumbat adalah arteri koroner? Aliran darah tidak
akan sampai ke otot-otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal
sebagai iskemik (ischaemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-
serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat
menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita
merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul
karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas
ataupun dalam keadan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di
tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau
kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang
juga dirasakan seperti ‘sulit bernafas’. Kondisi lainnya dikenal dengan acute
myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri
secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri
koroner secara tiba-tiba, dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat,
nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat.
Kerusakan otot jantung yang terjadi cukup lama dan tidak segera dibuka
sumbatannya akan menyebabkan kematian otot jantung dan tidak akan pulih
lagi.
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yaitu:
a. Faktor risiko alami (atau yang tidak dapat dicegah) seperti keturunan/genetik,
usia, jenis kelamin (perempuan pre menopause mempunyai risiko lebih rendah
terhadap penyakit ini dibandingkan laki-laki atau perempuan post menopause ).
b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki, dikurangi atau dimodifikasi :
- Kolesterol. Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan
oleh tubuh dan dapat juga berasal dari makanan yang kita makan. Sejauh
masukan seimbang dengan kebutuhan, maka kita akan tetap sehat. Namun
seringkali karena kolesterol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan
berlemak (dan biasanya enak) maka kadar kolesterol akan meningkat sampai di
atas nilai normal tolerir tubuh kita. Kelebihan itu akan mengendap dalam
pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitkan dan pengerasan yaitu
atherosclerosis.
- Tekanan Darah Tinggi (hypertensi). Tekanan darah tinggi secara terus
menerus akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah arteri secara
perlahan-lahan, apabila kerusakan dinding ini diperberat dengan endapan
lemak/kolesterol akan menimbulkan penyempitan rongga pembuluh darah, dan
hal ini juga dapat terjadi pada arteri koroner. Kontrol yang baik pada pasien
hypertensi dapat diupayakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pembuluh
darah dan meminimalkan kemungkinan terkena penyakit jantung koroner.
- Rokok. Peranan rokok terhadap Penyakit jantung koroner dapat timbul dalam
beberapa cara, diantaranya:
· Karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok lebih kuat
menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan
haemoglobinnya sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk
membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.
· Perokok memiliki kadar koleseterol HDL (‘kolesterol baik’) yang lebih rendah,
berarti pelindung terhadap penyakit jantung koroner menurun.
· Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan
tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala tersebut, penderita
tidak sadar akan penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.
- Faktor risiko lainnya seperti Obesitas (kegemukan), Diabetes Mellitus,
Kurangnya aktivitas fisik, akan dibahas lebih mendalam dalam topik- topik
pembahasan berikutnya.
Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko di
atas akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit
mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan
dibandingkan pengobatan (operasi ‘by pass’, obat-obatan) serta rehabilitasi
yang harus dilakukan apabila ‘Si PJK’ sudah menyerang.
Sebanyak-banyaknya kenikmatan yang didapat dari makanan ‘berlemak’, rokok
dan lain-lain pada saat ini, jauh akan lebih baik untuk dapat menikmati hidup
sehat sampai akhir hayat. Untuk itu, marilah kita mulai kebiasaan hidup sehat
sejak dini (Vyta)

USIA PADA MENARCHE DI INDONESIA

LD Hendrawati dan Josef Glinka SVD

ABSTRAK?RINGKASAN
Sejak 1937 data menarche dikumpulkan di Indonesia. Satu ikhtisar dari
keseluruhan literatur dan disertasi yang tak diterbitkan sampai 1996 akan ditulis
di dalam kertas ini. Data mulai dari Jawa, beberapa yang lain juga dari Sulawesi,
Sumatra dan, baru-baru ini, dari Flores. Yang umum harga rata-rata di suatu
urutan yang diachronic menunjukkan suatu kecenderungan dari penurunan usia
menarcheal dari 0145 tahun per dekade. Ini berarti bahwa di dalam
umum kondisi-kondisi kekayaan dan kesehatan di Indonesia memperbaiki di
dalam enam dekade yang terakhir. Perbedaan-perbedaan penting secara
statistik di menarcheal
usia antara anak-anak perempuan dari kelas sosio-ekonomi yang berbeda's dan
posisi ayah itu, seperti pedagang-pedagang (1413), guru (1448) dan petani
(-1463); kaya (1390), medium meletakkan (1460) dan lemah(miskin (1488);
antara anak-anak perempuan dari kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda
seperti berkenaan dengan kota
(-1227), [desa/kampung] nelayan (1285), [desa/kampung] petani (1319). Peran
dari masukan protein binatang seperti(ketika faktor paling yang berpengaruh di
mana
perbedaan-perbedaan di usia menarcheal antara anak-anak perempuan yang
makan daging eg. 13 kali (1164) dan [mereka/yang] yang makan hanya 1-4 kali
satu minggu (1346).
pendidikan ibu melembagakan satu faktor pengaruh tak langsung karena para
ibu lebih baik dididik sudah pengetahuan yang diperlukan untuk memberi
mereka
makanan anak-anak lebih pantas. Usia menarcheal adalah: 1219 dari ibu
dengan universitas, 1288 dengan sekolah menengah dan 1293 dengan yang
rendah
pendidikan. Data ini mengkonfirmasikan pernyataan bahwa usia pada menarche
melembagakan suatu indikator yang sensitip dari kekayaan dan kesehatan dari a
populasi ( Bielicki &Welon 1982; Brasel 1978).
Pertumbuhan dan usia pada menarche diperlakukan sebagai indikator
kaya dan kesehatan baik suatu populasi [ Bielicki &
Welon 1982; Brasel 1978]. Sebagai suatu usia proses fisiologis
pada menarche bahkan lebih sensitip di yang lingkungan
kubah dibanding pertumbuhan meskipun ketinggian nya ( HR =089) genetical
penentuan [ Bergman &Orczykowska-Swiatkowska
1988]

MATERIAL
Di sini di bawah suatu tinjauan ulang literatur dari riset menghasilkan di
usia di menarche di Indonesia. Riset yang pertama dikenal
telah dilaksanakan dalam 1937 oleh suatu sarjana Belanda dan adalah
dilanjutkan hingga yang saat ini oleh Indonesians.
Kebanyakan tanggal/date datang dari Jawa (Semarang, Jakarta, Klaten,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, Tengger) tetapi ada
juga beberapa data dari Madura (Pamekasan), Sumatra
(-Palembang, Kayu Agung), Sulawesi (Ujung Pandang)
dan West-Flores (Rekening. 1). Meja 2 masa kini pengaruh
dari kondisi-kondisi yang ekonomi-sosial di usia pada menarche di dalam
tempat-tempat yang berbeda. Kondisi-kondisi lingkungan menyerah Table
3 mencerminkan di dalam perbedaan-perbedaan unsur pokok ekonomi-sosial
juga,
yang disebabkan oleh bersifat jabatan dan ekonomi lokal
situasi orang-orang. Suatu faktor yang sangat penting, yaitu.
masukan protein binatang mingguan, disampaikan dalam Table 4.Berapa jauh
pendidikan ibu mempengaruhi usia pada menarche mencerminkan
Meja 5.

ANALISA DAN DISKUSI

Melihat Table 1, memerintahkan(memesan diachronically, seseorang dapat


amati suatu garis zigzaggy yang pelan-pelan mengurangi. Jika kita
[menggambar/menarik] suatu lini regresi untuk mendapat kecenderungan yang
umum lalu bcoefficient
mencapai suatu nilai dari 00145 per tahun untuk semua
catatan-catatan dan 001626 per tahun hanya untuk Jawa. Ini berarti itu
di dalam enam dekade yang terakhir nilai terharapkan dari usia pada
menarche meneteskan?jatuh dari 1408 dalam 1937 sampai 1322 dalam 1996
karena semua catatan dan dari 1379 sampai 1283 di dalam keduanya
tahun masing-masing hanya untuk Jawa. Menurut yang lain
penerbitan-penerbitan bisa jadi berkata itu secara umum kesehatan dan
perbaikan kondisi-kondisi perihal gizi di Indonesia disebabkan
oleh kesehatan yang lebih baik melayani di dalam daerah pedesaan dan oleh
yang dilanjutkan
tindakan-tindakan yang informatif di makanan yang sehat antar para ibu.
-Tetapi
ada suatu pemburukan yang besar melompat antara 1938 (1267) dan
1948 (1463), yaitu. pada akhir Orangorang Belanda kolonial
posisi dan setelah peperangan dan kemerdekaan. Dua
faktor-faktor bisa bertanggung jawab atas pembusukan ini: (1)
masa perang dan Jepang posisi adalah satu waktu kelaparan di dalam
kebanyakan bidang-bidang dari Indonesia, dan yang umum peningkatan di
dalam
usia pada menarche mencerminkan situasi ini; (2) karena
data dikumpulkan di sekolah-sekolah dan, selama Belanda ini
waktu kolonial, hanya anak-anak dari orang tua yang berada bisa
pergi ke sekolah, sedangkan setelah kemerdekaan setiap anak-anak mendapat
pergi peluang ke sekolah, anak-anak rom Table 2 mencerminkan sumur
bagaimana status yang ekonomi mempengaruhi proses dari waktu menjadi
masak seksual. Secara umum raders adalah yang kaya atau kelas tertinggi
sedangkan petani-petani membangun kaya atau lemah(miskin seperti juga dari
keluarga-keluarga yang lemah(miskin. Data ini mencerminkan kedua-duanya
faktor-faktor. kelas lebih rendah. Di dalam kebanyakan dari kasus-kasus,
perbedaan-perbedaan itu secara statistik penting.

Meja 1.Usia pada Menarche Setiap Tahun


Place Usia Author/year
Semarang 13,07 Bree-Maeuleman, 19371
Jakarta 12,67 Bree-Maeuleman, 19381
Klaten 14,63 Radioputro, 1948
Yogyakarta 14,48 Doerjadibroto, 1952-58 (1970)
Surabaya 13,96 The Tik Lien, 19592
Palembang 13,90 Noer, 1975
Kayu Agung 15,52 Noer, 1975
Surabaya 13,20 Ferdinandus, 1976
Ujung Pandang 14,29 Luhulima, 1979
Malang 13,27 Sjamsuar 1983
Yogyakarta 13,09 Aswin, 1985
Surabaya 12,81 Yoeliana, 1990
Pamekasan 12,62 Hendrawati, 1993
Surabaya 12,00 Kurniasari, 1994
Surabaya 12,03 Kurniasari, 1994
West-Flores 13,22 Sukadana, 1995
Tengger 13,27 Putri, 1996
Catatan: 1 yang dikutip setelah Doerjadibroto, 1970; 2 yang dikutip setelah
Sjamsuar 1983

Meja 2.Usia pada Menarche oleh Socio-Economic Condition


Place Occupation/profession Usia Author, tahun
Yogyakarta

pedagang-pedagang 14,13 Doerjadibroto, 1970


para guru 14,48
petani-petani 14,63
Palembang kaya 13,90 Noer, 1973
medium 14,60
lemah(miskin 14,88
Surabaya kelas tertinggi 12,39 Ferdinandus, 1980
kelas menengah 13,78
kelas lebih rendah 13,98
Malang kelas tertinggi 12,98 Sjamsuar, 1983
kelas lebih rendah 13,38
Pamekasan kelas tertinggi 12,12 Hendrawati, 1993
kelas menengah 12,70
kelas lebih rendah 13,03

Meja 3.Usia pada Menarche oleh Environment


Place Lingkungan Usia,Pengarang tahun
Palembang berkenaan dengan kota 13,90 Noer, 1975
sub yang berkenaan dengan kota 15,52
Madura berkenaan dengan kota 12,27 Hendrawati, 1993
pedesaan (nelayan) 12,85
pedesaan (petani-petani) 13,19

Faktor yang sama di bekerja ketika faktor lingkungan adalah


dipertimbangkan (Rekening. 3)di mana [alat; makna] yang berkenaan dengan
kota satu secara ekonomis lebih baik meletakkan populasi sedangkan [alat;
makna] yang tidak-pasti pedesaan
kondisi-kondisi ekonomi. (Ia) tidak hanya permasalahan makanan
masukan tetapi juga beban dari pekerjaan yang anak-anak harus
rusak [desa/kampung]-[desa/kampung] [Jasicki et al. 1962]. Satu perkecualian
adalah
[desa/kampung]-[desa/kampung] nelayan. Secara ekonomis mereka secara
umum dilihat
seperti yang termiskin populasi tetapi mereka mengkonsumsi secara sistematis
lebih banyak protein binatang dibanding petani-petani yang, mengacu pada a
lelucon, makan daging hanya ketika yang manapun petani atau ayam
sedang sakit.

Meja 4.Usia pada Menarche oleh masukan protein Binatang


masukan protein binatang per minggu Usia, pengarang tahun
13 kali atau more/week 11,64 Hendrawati, 1993
9-12 times/week 12,22
5-8 times/week 13,03
1-4 times/week 13,46

Pentingnya masukan protein binatang adalah bagus


yang didokumentasikan di Table 4.Di dalam pertumbuhan dan waktu menjadi
masak
[alat; makna] kekayaan proses bukan banyak tanpa suatu makanan yang masuk
akal
masukan oleh anak-anak. Itu telah jelas itu secara umum bettereducated
para ibu memberi ilmu gizi anak-anak lebih baik mereka
menurut usia dibanding lebih sedikit para ibu yang dididik kerjakan. Hal ini
sepertinya proofed di Table 5.Korelasi antara
pendidikan ibu dan usia menarcheal dari mereka
para putri adalah sangat penting sedangkan tidak ada korelasi adalah
yang ditemukan antara pendidikan dan usia ayah itu pada menarche
dari para putri mereka.

Meja 5.Usia pada Menarche sehubungan dengan Tempat Pendidikan Formal Ibu
Tempat pendidikan Ibu Usia, Pengarang tahun
Madura Yang lebih tinggi 12,19 Hendrawati, 1993
Medium 12,88
Lebih rendah 12,93

Seperti kesimpulan bisa jadi berkata usia itu pada menarche


lembagakan suatu indikator yang sensitip kaya dan kesehatan dari a
populasi ( Bielicki &Welon 1982; Brasel 1978).
PAROTITIS
Definisi
Mumps atau epidemic parotitis merupakan penyakit akibat virus pada manusia.
Merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak dan masih merupakan
masalah kesehatan di negara-negara dunia
Manifestasi klinik pada umumnya adalah bengkak dan nyeri pada kelenjar saliva
disertai panas badan.
Bengkak yang nyeri pada testis dapat pula terjadi
Pada umumnya gejala tidak terlalu berat pada anak-anak, namun pada remaja
dan dewasa dapat lebih berat dan komplikasi seperti infertilitas dan sufertilitas
pada umumnya dapat terjadi
Pada umumnya penyakit ini adalah self limited, dan tidak ada terapi spesifik .

Penyebab

Mumps disebabkan oleh paramyxovirus, dan dapat menyebar dari orang ke


orang melalui droplet ludah atau kontak langsung dengan bahan yang
terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi
Pada umumnya yang dapat terinfeksi adalah anak-anak usia 2 hingga 12 tahun
pada umumnya mudah terinfeksi, meskipun dapat juga terjadi pada golongan
umur yang lain.
Orchitis (pembengkakan testis) dapat terjadi pada 10–20% penderita laki-laki,
tetapi sterilitas jarang terjadi

Meningitis virus dapat terjadi pada kurang lebih 5% penderita mumps. Pada
orang tua, susunan syaraf pusat, pankreas, prostat, payudara, dan organ lain
mungin dapat terkena
Pada umumnya masa inkubasinya 18 hingga 21
Mumps secara umum merupakan penyakit yang ringan pada anak-anak di
negara berkembang
Pada saat dewasa, mumps cenderung menginfeksi ovarium, menyebabkan
oophoritis, serta testis, yang menyebabkan orchitis. Testis matur rentan
terhadap mumps yang akan menyebabkan infertilitasertility. Adults infected with
mumps are more likely to develop severe symptoms and complications
Symptoms
Gejala umum mumps :
Bengkak pada kelenjar ludah (parotis à parotitis ) pada lebih dari 90% penderita
pada satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan nyeri pada bagian
belakang rahang pada saat mengunyah.
Demam
Sakit kepala
Nyeri telan
Orchitis, nyeri inflamasi pda testis. Pria setelah pubertas yang menderita mumps
berisiko 15 - 20% menderita orchitis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk mumps
Keluhan dapat dikurangi dengan pemberian Acetaminophen/Paracetamol
Berkumur dengan air garam hangat, makanan halus, dan perbanyak cairan
dapat membantu mengurangi keluhan.
Penderita diberi nasehat untuk menghindari makanan-makanan asam seperti jus
jeruk dan lain-lain karena makanan-makanan ini dapat menstimulasi kelenjar
ludah, sehingga akan terasa semakin nyeri.
Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting, dan prognosisnya pada umumnya baik,
meskipun organ yang lain dapat terlibat.
Sterilitas pada penderita laki-laki sangat jarang
Setelah sakit, imunitas seumur hidup biasanya muncul
Mumps dapat dicegah dengan vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada umumnya :
Infeksi pada organ yang lain
Sterilitas pada laki-laki ( jarang, seringkali terjadi pada laki-laki usia lebih tua )
Bentuk ringan meningitis (jarang, 40% kasus terjadi tanpa pembengkakan
kelenjar parotis)
Encephalitis (sangat jarang, bila terjadi fatal)
Kadang-kadang dapat terjadi hilangnay pendengaran (hearing loss) , uni atau
bilateral
Pencegahan
Vaksinasi mumps : imunisasi MMR (mumps, measles, rubella) saat ini terdapat
kombinasi dengan vaksin varicella (MMRV)
WHO merekomendasikan penggunaan vaksin mumps ( di Inggris diberikan pada
usia 15 bulan, sedangkan di AS pada umur 12-15 bulan dan umur 4-6 tahun)
Efikasi vaksin tergantung pada strain dari vaksin, tetapi pada umumnya berkisar
80%

(Sumber http://www.fkm.unair.ac.id/kuliah%20MUMPS.ppt)
PAROTITIS

PENDAHULUAN

Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar


ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotis, merupakan tanda-tanda
yang biasa ada. Nama parotitis epidemica kurang tepat sebab tidak selalu ada
radang di parotis dan penyakit tersebut tidak selalu mewabah. Merupakan suatu
penyakit menular yang akut.

II. ETIOLOGI

Disebabkan oleh virus. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang
juga mencakup parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya
diketahui ada satu serotip. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama
digunakan untuk isolasi virus. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan
virus RN rantai tunggal dan anggota dari family Paramyxoviridae, genus
Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-
neuramidase dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.

III. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari
sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada
penderita parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat
pula diisolasi dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama
sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi
klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur
6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena dilindungi oleh anti
bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada
umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun,
kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.5
IV. PATOGENESIS

Virus masuk tubuh mungkin via hidung/mulut; proliferasi terjadi di parotis/epitel


traktus respiratorius kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam di
jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah glandula parotis.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah,
air seni dan liquor. Mumps ialah suatu infeksi umum.

Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.

V. MANIFESTASI KLINIS

Masa tunas 14 sampai 24 hari. Dimulai dengan stadium prodromal, lamanya 1


sampai 2 hari dengan gejala demam, anoreksia, sakit kepala, muntah dan nyeri
otot. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 0C sampai 39,50C kemudian timbul
pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian
dapat menjadi bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun perabaan, terlebih-lebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang
masam, ini merupakan gejala khas untuk parotitis epidemika.

Infeksi Kelenjar Ludah

Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan
malaise. Dalam 24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan
gerakan mengunyah, esok harinya tampak glandula parotis membesar yang
cepat bertambah besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1 sampai 3 hari.
Biasanya demam menghilang 1 sampai 6 hari dan suhu menjadi normal sebelum
hilangnya pembengkakan kelenjar. Bagian bawah daun telinga terangkat ke atas
dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis. Pembengkakan dapat disertai
nyeri hebat; nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal
berlangsung kira-kira selama 6 – 10 hari. Biasanya satu glandula parotis
membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari. Adakalanya
kanan dan kiri membesar bersamaan. Parotis unilateral ditemukan kira-kira 25
%. Pembengkakan glandula submaksilaris dapat dilihat dan diraba di depan
angulus mandibulae. Mumps glandula submaksilaris tanpa parotitis secara klinis
tidak dapat dibedakan dengan adenitis cervical.
Epididymo-orchitis

Menduduki tempat kedua pada lelaki dewasa menurut frekuensi manifestasi


klinis, biasanya timbul sporadik parotitis dapat mendahului parotitis atau sebagai
manifestasi sendiri daripada mumps. Epididimitis selalu disertai orchitis.
Ditemukan 20-30%, unilateral pada lelaki yang menderita mumps sesudah
pubertas, insiden orchitis bilateral rendah, kira-kira 2 %.

Orchitis kebanyakan terjadi dalam 2 minggu pertama. Adakalanya di minggu


ketiga. Diagnosis mumps orchitis tanpa parotitis ditegakkan dengan titer
complement fixing antibodies yang meningkat selama masa rekonvalesensi.

Orchitis dimulai dengan tiba-tiba demam, menggigil, sakit kepala, nausea,


muntah dan nyeri abdomen bagian bawah. Keluhan-keluhan tersebut biasanya
paralel dengan beratanya orchitis. Lamanya demam jarang lebih dari 1 mingggu,
demam turun secara krisis atau lysis. Bersama timbulnya demam, testis
membengkak cepat disertai nyeri yang hebat. Tidak ada kekhawatiran akan
impotensi atau sterilitas sebab:
- Orchitis kebanyakan unilateral
- Bila ada orchitis bilateral, sangat jarang terjadi atrofi total pada kedua testis.

Meningoencephalitis

Insiden kira-kira 10%, biasanya timbul 3-10 hari sesudah parotitis, dapat juga
mendahului parotitis. Ditandai oleh demam, sakit kepala, nausea, muntah, kaku
kuduk, gangguan kesadaran dan jarang ada kejang. Positive Brudzinski’s and
Kernig’s Signs. Liquor menunjukkan plecytosis dengan kebanyakan limfosit,
protein meninggi, glukosa dan klorida normal.

Biasanya demam menurun secara lysis dalam 3-10 hari. Perjalanan penyakit
serupa benign aseptic meningitis dan biasanya tanpa sequelae.

Pankreatitis

Kelainan berat teapi jarang skali, tia-tiba ada keluhan hebat di epigastrium
disertai demam, menggigil, lemah sekali,nausea dan muntah. Keluh kesah
hilang perlahan – lahan dalam 37 hari, biasanya sembuh sempurna. Bila seorang
perempuan menderita mumps disertai nyeri abdomen bagian bawah berarti ada
oophoritis, bila ovarium kanan yang sakit maka keadaan tersebut mungkin tidak
dapat dibedakan dengan acute appendicitis.

Kelenjar lain yang dapat meradang pada mumps, walaupun jarang ialah
tiroiditis, mastitis, dacryoadenitis dan bartholinitis.

Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah lekosit normal atau terdapat leukopenia dengan limfositosis relatif.


Sebagai pemeriksaan tambahan dapat dilakukan complement-fixing antibody
test, neutralization test, isolasi virus, uji intradermal dan pengukuran kadar
amylase dalam serum.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada
pemeirksaan fisis. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan
pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah
satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.

- Keterangan klinis berupa :

- ada kontak dengan penderita mumps 2-3 minggu sebelumnya

- gambaran klinis serupa parotitis

- tanda-tandaaseptoc meningitis

- Iksolasi virus mumps dan test serologic tidak diperlukan pada mumps yang
klasik tetapi pada keadaan-keadaan yang meragukan seperti bila tidak ada
parotitis atau pada recurrent parotitis. Sekurang-kurang ada 3 uji serologic
untuk mebuktikan spesifik mumops antibodies:

· Complement fixation antibodies (CF)

· Hemagglutination inhibitor antibodies (HI)


· Virus neutralizing antibodies (NT)

CF paling praktis dan paling dipracya. Countries antibodies dapat dibuktikan di


darah pada minggu ke-1 dan pada akhir minggu ke-2 sudah ada peninggian
jelas. Titer meningkaty lebih ari 4 kali atau lebih berarti mumps.

Keterangan Laboratorium tambahan

Kadar amylae dala serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankteattis.
Kadar amylase rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan paroits,
puncaknya tercapai di minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada
minggu ke-2 atau 3. kira-kira 70% mumps disertai amylase yang meninggi.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain, seperti pada infeksi virus
termasuk infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza 1
dan 3, sitomegalovirus, atau keadaan koksakivirus yang jarang dan infeksi
koriomeningitis limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji
laboratorium spesifik;

- Parotitis supuratif, dimana nanah sering dapat dikeluarkan dari duktus

- Parotitis berulang, suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tetapi


mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas

- Kalkulus salivarius, menyumbat saluran parotis, atau lebih sering saluran


submandibuler dimana pembengkakan intermitten,

- Limfadenitis preaurikuler atau servikal anterior karena sebab apapun,

- Limfosarkoma atau tumor parotis lain yang jarang

- Orkitis akibat infeksi selain daripada parotitis epidemika, misalnya infeksi yang
jarang oleh koksakivirus atau virus koriomeningitis limfositik, atau parotitis yang
disebabkan oleh sitomegalovirus pada anak yang terganggu imunnya.1

VIII. PENGOBATAN
Istirahat di tempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar
parotis. Simtomatik diberikan kompres panas atau dingin dan juga diberikan
analgetika. Diet makanan cair dan lunak. Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20
ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.
Self limiting disease. Perjalanan penyakit tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba.2,3

IX. PROGNOSIS

Pada umumnya bagus sekali, kematian sangat jarang. Meningoencephalitis


biasanya tidak ganas dabn jarang bersequele walaupun insiden setelah atrofi
testis setelah orchitis tinggi tetapi kemandulan sangat jarang ditemukan. Hanya
persentasi kecil yang mendapat tuli permanen.

X. PENCEGAHAN

Perlindungan pasif

Gammaglobulin biasanya tidak efektif. Khasiat mumps immunoglobulin juga


tidak jelas.

Imunisasi aktif

- Inactivated mumps virus vaccine tidak efektif

- Live attenuated mumps virus vaccine Jery Lin mulai digunakan 1968 di USA,
tidak disertai demam.

- Suntikan subkutan, kira-kira 95% akan membuat mumps antibodies tetapi


antibodinya jauh lebih rendah daripada diperoleh sesudah menderita mumps.
Vaksinasi memberikan perlindungan yanhg bagus sekali paling sedikit 4 tahun.
Tidak dianjurkan kepada:

· Anak dibawah 1 tahun yang alergi terhadap protein telur/neomycin

· Yang mendapat obat-obatan immunosupresif


Ada kombinasi dengan vaksin morbili dan vaksin rubella.

DAFTAR PUSTAKA

http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-epidemika.html

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun
perubahan mental. Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide
baru dan lebih intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi
yang berkaitan dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam mendapatkan
informasi tentang hal-hal yang menyangkut tentang organ reproduksi
merupakan salah satu faktor yang mempercepat seseorang menginjak masa
pubertas.1)
Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh
pertumbuihan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan
psikologisnya2)
Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalami masa pubertas, dalam
masa kanak-kanak seorang anak perempuan indung telur nya dikatakan masih
dalam keadaan istirahat belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika
mencapai pubertas (akil balig), maka terjadi perubahan-perubahan dalam ovoria
yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh tubuh
perempuan tersebut. Menurut Prof.Sulaiman sastra winata di dalam buku nya
obstetri fisiologi memgatakan bahwa pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun
dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim dan lingkungan. Kejadian yang
terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (Menarche).
Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Gejala
awal adalah terjadi nya pertumbuhan payudara (Thelarche), kemudian tumbuh
rambut kemaluan (Pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak.
Barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid akan datang secara siklik 3)
Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa
alat kandungan menuaikan faalnya. Dalam pubertas anak akan tumbuh dengan
cepat dan mendapatkan bentuk tubuh yang khas bagi jenisnya. Dengan
pubertas ini wanita masuk dalam masa produktif, artinya masa mendapat
keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun 3)
Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri
dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi
yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan
konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut
kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai
menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja itu ia mulai keluar dari
ketergantungan kepada keluarganya, mampu menentukan sikap dalam
menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa norma yang harus
diambilnya dari luar, serta beberapa ajaran orang tuanya yang dia terima. Dan
pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan baru, sesuatu tarikan terhadap
lawan jenis, serta telah berfungsinya organ reproduksi untuk mempersiapkan
dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
dampak dari menarche berbagai macam, ada baiknya remaja putri mengetahui
pentingnya informasi tentang menarche, sehingga ia dapat betindak dengan baik
dan benar, sehingga ia tahu apa yang harus dia lakukan pada saat mengalami
menstruasi serta dampak negatif dari menstruasi dapat ditekan seminimal
mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi dapat distimulus dari berbagai faktor
diantaranya : sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman. Angka kejadian
haid yang pertama kali (menarche) banyak terjadi pada jenjang SLTP.4)
Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa
kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis
dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur
untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk
pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi.
Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya
menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang
telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual
dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-
By-Accident”5)
Menarche, umumnya terjadi pada usia sekitae 13 tahun, meskipun bisa terjadi
pada usia lebih dini, sekitar umur 9 tahun, atau bahkan agak lambat, pada usia
12 tahun.6)
Dari penelitian Tanner dan Eveleth dari tahun 1986-1990 tentang angka
kejadian menarche di beberapa negara adalah sebagai berikut Amerika 12.8
tahun, Argentina 12.5 tahun, Australia 13.0 tahun, Perancis 13.0 tahun,
Denmark 13.0 tahun, Singapore 12.4 tahun, Japan 12.5 tahun, Somalia 13.1
tahun, Negeria 13.3 tahun, Kuba 13.0 tahun .7)
Hasil penelitian di beberapa tempat di indonesia bahwa rata-rata umur
menarche : Ujung pandang 14.29 tahun, Semarang 13.07 tahun, Jakarta 12.67,
Klaten 14,63 tahun Yogyakarta 14.48 tahun, Surabaya 13.07 tahun, Palembang
13.90 tahun Kayu Agung 15.52 tahun.8)
Menurut data kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 terdapat siswa putri
dengan jumlah 143 anak. Dengan tahun kelahiran 1992 sebanyak 2 anak, tahun
1993 sebanyak 27 anak, tahun 1994 sebanyak 105 anak, tahun 1995 sebanyak
9 anak.9)
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SLTP Prambanan.

Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SLTP N I
Prambanan?
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri kelas VIII
SLTP tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten ?

Manfaat Penelitian
1. Pihak Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan pengetahuan tentang sistem alat
reproduksi.
2. Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam penerapan teori metodologi penelitian
dan memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas VIII SLTP
tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten.
3. AKPER Panti Rapih
Menambah bahan bacaan bagi mata ajaran Maternitas.

Ruang Lingkup
4. Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah keperawatan maternitas.
5. Sasaran
Sasaran penelitian di fokuskan pada siswi/remaja putri kelas VIII SLTP N I
Prambanan.
6. Lokasi
Lokasi penelitian di SLTP N I Prambanan Klaten.
7. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2007 – 12 Februari 2008.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori
1. Perkembangan Seksual Wanita
Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ
seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna
dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan
pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin.
Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang
dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil,
sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan
yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis
terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini
seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil,
sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi.
Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua
aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.1)

2. Pubertas
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Tidak ada batas yang tajam antara akhir masa kanak-kanak dan awal
masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas mulai dengan
berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi
dengan mantap dan teratur.
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan
berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita mulai
kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.
Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim dan kebudayaan. Pada abad
ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah umur yang lebih
muda, yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan gizi.
Kejadian penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Apa yang
primer menyebabkan mulainya pubertas diketahui. Yang diketahui ialah bahwa
ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis,
dan hormon ini keluarkan atas pengaruh Relasing factor dari hipotalamus. Dalam
ovarium folikel mulai tumbuh dan walaupun folikel-folikel itu tidak sampai
menjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel
tersebut sudah sanggup mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira
bersamaan korteks kelenjar suprarenal mulai membentuk androgen, dan
hormon ini memegang peranan dan pertumbuhan badan.
Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak ialah pertumbuhan
badan anak yang lebih cepat, terutama ekstremitasnya, dan badan lambat laun
mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon
Somatotropin, diduga bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama
disebabkan oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu
menyebabkan penutupan garis epifisis tulang-tulang sebingga pertumbuhan
badan berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia
interna, genitalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder.Dalam masa pubertas
genitalia interna dan genitalia eksterna lambat laun tumbuh untuk mencapai
bentuk dan sifat seperti pada manusia dewasa 2)
3. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :

Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi 3)
Fisiologi Haid
Cyclus menstruasi
Perubahan yang dialami uterus pada siklus menstruasi terjadi pada lapisan
endomitrium. Selama ± 1 bulan dapat kita bedakan siklus menstruasi menjadi 4
masa (stadia) :
Stadium Menstruasi (desquamasi)
Hari pertama fase menstruasi ini adalah permulaan dari siklus menstrusi, yaitu
terlepasnya lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, lekosit,
kelenjar, kuman dan atau tanpa sel telur yang keluar pervaginan secara
spontan. Fase ini lamanya 3-5 hari.
Stadium Post Menstruum (stadium regenerasi)
Oleh pengaruh estrogen yang dihasilkan sel-sel folikel pada lapisan endometrium
yang sudah terlepas tadi mulai terjadi regenerasi epitel, memanjangnya kelenjar
endometrium dan bertambahnya jumlah sel-sel jaringan ikat endometrium,
lamanya fase ini 9 hari ( hari ke 5 sampai ke 14).
Stadium Intermenstruum (stadium proliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi ± 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar
tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok.

Stadium Praementruum (stadium sekresi)


Pada masa ini endometrium kira-kira tetap tebal tapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endametrium
tertimbun glycogeen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk
telur memang maksud dari perubahan ini tidak lain dari pada mempersiapkan,
endometrium untuk menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (Stratum
Compactum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-
kelenjar, lapisan mampung (Stratum Spongiosium), yang banyak lubang-
lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan
bahwa yang disebut stratum basale.
Stadium sekresi ini berlangsng dari hari ke 14 – 28 kalau tidak terjadi kehamilan
makan endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus
menstruasi, pengeluaran darah menstrusi berlangsung antara 3-7 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Dan disertai
rasa nyeri pada bagian perut. 4)
Dismenore (Nyeri Haid)
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupan
sehari-hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan.
Gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai, penyakit
ini patogenesisnya belum dapat dipecahkan, istilah dismenore hanya dipakai jika
nyeri haid demikian hebat sehingga tidak dapat melakukan aktivitas dalam
beberapa jam/hari. Nyeri haid dibedakan menjadi 2 :
Dismenore Spasmodik (Kejang)
Kejang merupakan nyeri yang hebat, sukar ditahan, dan mencengkeram. Nyeri
ini terasa di bagian bawah perut dan berawal tepat sebelum masa haid mulai.
Nyeri ini dapat berlangsung setengah hari sampai lima hari dan acapkali nyeri
berkepanjangan. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri ini sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Ada
yang pingsan, mual muntah.
Dismenore Kongestif (Pegal Menyiksa)
Cara pasti untuk mengetahui apakah seseorang menderita nyeri ini adalah
menanyakan bagaimana ia tahu datangnya masa haid. Orang yang menderita
pegal yang menyiksa, anda mengetahui berhari-hari sebelumnya bahwa masa
haid akan tiba
Tubuh anda mungkin pegal-pegal, buah dada mungkin sakit, dan perut anda
kembung, tidak dapat merapikan pakaian anda dan beha anda terasa terlalu
ketat, sakit kepala, mudah tersinggung.5)

Pengetahuan
a. Menurut Soekidjo Notoatmojo
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dan sangat penting dalam
pembentukan perilaku atau tindakan seseorang.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengetahauan adalah segala sesuatu yang diketahui.
c. Menurut Sutardjo Hadisusilo
Pengetahuan adalah pemahaman atau hal tahu akan sesuatu yang bersifat
spontan tanpa mengetahui seluk beluk secara dalam. Penelitian Rogers pada
tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
didalam diri orang tersebut terjadi proses :
Awareness atau kesadaran, dimana orang tersebut menyadari atau mengetahui
lebih dulu terhadap stimulus.
Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
Evaluation atau menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus bagi dirinya.
Trial atau mencoba, dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
Adaptation dimana subyek berperilaku sesuai pengetahuan, kesegaran dan sikap
terhadap stimulus.6)
Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasikan, menyatakan.
b. Memahami
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang nyata.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam stuktur organisasi dan ada
kaitannya satu sama lain.
Kata kerja yang digunakan adalah misalnya dapat menggambarkan,
memisahkan, membedakan, meng-kelompokkan.
e. Sintesis
Sintesis menujukkan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata kerja yang
dipakai seperti dapat menyusun, dapat meningkatkan, dapat merencanakan,
dapat menyesuaikan.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu meteri atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi
yang akan diukur dari subyek penelitian.7)

Kerangka Teori
Menurut : BS. BLOOM

Sumber : W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996 hal 245

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP tentang Menarche
di SLTP N I Prambanan Klaten ?

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Tempat Penelitian


1. Letak Geografis SLTP N I Prambanan Klaten
SLTP N I Prambanan berada di desa Kongklangan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, yang mempunyai luas tanah 1200
meter persegi.
2. Keadaan Siswa
a. Jumlah siswa
Siswa SLTP N I Prambanan Klaten berjumlah 717 dengan pembagian laki-laki
berjumlah 306 orang dan perempuan 411 orang.
b. Jumlah siswa berdasarkan kelas
SLTP N I Prambanan terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VII ada 6 kelas dari
kelas A sampai F dengan jumlah siswa 240, sedangkan kelas VIII ada 6 kelas
dari kelas A sampai kelas F dengan jumlah siswa 240 dan kelas IX juga ada 6
kelas dari kelas A sampai F dengan jumlah siwa 237.
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden

Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Umur Responden Jumlah %


1 Umur £ 12 tahun 9 6,30
,2 Umur 13-14 tahun 132 92,30
3 Umur > 14 tahun 2 1,40
Jumlah 143 100
Sumber data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (92,30%)
responden berumur diantara 13-14 tahun, (6,30%) berumur kurang atau sama
dengan 12 tahun berjumlah 9 orang, dan (1,40%) berumur lebih dari 14 tahun
berjumlah 2 orang.
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Status Menstruasi Jumlah %


1 Sudah 116 81,11
2 Belum 27 18,89
Jumlah 143 100
Sumber data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (81,11%)
responden sudah mengalami menstruasi, dan sebagian kecil (18,89%)
responden belum mengalami menstruasi.

Tabel 3
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 65 45.45
2 Salah 78 54.55`
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh
(54.55%) responden tidak mengetahui tentang Menarche hal ini ditunjukan
dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (45.45%) dari responden
mengetahui pengertian Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang
benar.
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang Mempengaruhi
Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 94 65,73
2 Salah 49 34,27
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh
(65,73%) responden mengetahui tentang Hormon yang mempengaruhi ciri-ciri
Kelamin Sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan jawaban benar,
kurang dari separuh (34,27%) responden tidak mengetahui hormon yang
mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan
jawaban yang salah.
Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 53 37,06
2 Salah 90 62,94
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62,94%)
responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal
hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37,06%)
responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar.

Tabel 6
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 33 23,07
2 Salah 110 76,93
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (76,93%)
responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir
hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, sebagian kecil (23,07%)
responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 7
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan
Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 85 59.44
2 Salah 58 40.56
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (59.44%)
responden mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan
dengan jawaban yang benar, kurang dari separuh (40.56%) responden tidak
mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan dengan jawaban
yang salah.
Tabel 8
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 134 93,70
2 Salah 9 6,30
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (93,70%)
responden mengetahui Normalnya Umur Menarche hal ini ditunjukkan dengan
jawaban benar, (6,30%) rsponden menjawab salah Tentang Normalnya Umur
Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.

Tabel 9
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada Seorang Wanita
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 128 89.51
2 Salah 15 10.49
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%)
responden mengetahui tentang masa subur pada seorang wanita. Hal ini
ditunjukkan dengan jawaban benar, dan sebagian kecil (10.49%) responden
menjawab salah tentang masa subur pada seorang wanita.
Tabel 10
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang Mempercepat
Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 69 48.25
2 Salah 74 51.75
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (51.75%)
responden tidak mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (48.25%)
responden menjawab benar hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 11
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang Mempercepat
Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 130 90.90
2 Salah 13 9.10
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (90.90%)
responden mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini ditunjukkan
dengan jawaban yang benar, (9.10%) responden menjawab salah hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 12
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang Normal
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 117 81.81
2 Salah 26 18.19
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (81.81%)
responden mengetahui mengetahui tentang siklus mestruasi yang normal hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar, sebagian kecil(18.19%) responden
menjawab salah tentang siklus menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban
yang salah.
Tabel 13
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 98 68.53
2 Salah 45 31.47
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (68.53%)
responden mengetahui Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan
jawaban yang benar, kurang dari separuh (31.47%) reesponden menjawab
salah tentang Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang
salah.
Tabel 14
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 51 35.66
2 Salah 92 64.34
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (64.34%)
responden tidak mengetahui Terjadinya Kehamilan hal ini ditunjukkan pada
jawaban yang salah, kurang dari separuh (35.66%) responden mengetahui
terjadinya kehamilan hal ini ditunjukkan pada jawaban yang benar.

Tabel 15
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Organ Reproduksi Wanita
Dalam Menuaikan Faalnya Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 53 37.06
2 Salah 90 62.94
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62.94%)
responden tidak mengetahui berfungsinya organ reproduksi wanita hal ini
ditunjukkan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37.06%) responden
mengetahui berakhirnya masa pubertas hal ini ditunjukkan jawaban yang benar.
Tabel 16
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang Wanita
Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 128 89.51
2 Salah 15 10.49
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%)
responden mengetahui lamanya seorang wanita mengalami Menstruasi hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang benar, sebagian kecil (10.49%) responden tidak
mengetahui lamanya seorang wanita mengalami menstruasi hal ini ditunjukkan
pada jawaban yang salah.
Tabel 17
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang
Mencengkeram
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Kriteria Jawaban Jumlah %


1 Benar 73 51.04
2 Salah 70 48.96
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari dari separuh
(51.04%) responden mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang benar, kurang dari separuh (48.96%)
responden tidak mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang salah.

Tabel 18
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

No Tingkat Pengetahuan Jumlah %


1 Tinggi 38 26,57
2 Sedang 96 67,13
3 Rendah 9 6,30
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer

Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP
N I Prambanan pada tahun 2007, lebih dari separuh (67,13%) responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah.
Tabel 19
Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja
Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan
Tinggi Sedang Rendah
Jml % Jml % Jml %
1 Umur £ 12 tahun - - 8 5.60 1 0.70
,2 Umur 13-14 tahun 38 26.57 86 60.13 8 5.60
3 Umur > 14 tahun - - 2 1.40 - -
Jumlah 38 26.57 96 67.13 9 6.30
Sumber data : Primer
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 9 responden berusia lebih
dari atau sama dengan 12 tahun (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan
sedang dan (0.70%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Terdapat 132
responden yang berusia antara 13-14 tahun, lebih dari separuh (60.13%)
mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sebagian kecil (26.57%) mempunyai
tingkat pengetahuan tinggi, (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah,
Terdapat 2 responden yang berumur lebih dari 14 tahun, (1.40%) mempunyai
tingkat pengetahuan sedang.
Tabel 20
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007

Tinggi Sedang Rendah


Jml % Jml % Jml %
1 Sudah 31 21.68 79 55.24 6 4.19
2 Belum 7 4.90 17 11.90 3 2.09
Jumlah 38 26.58 96 67.14 9 6.28
Sumber Data : Primer

Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 116 responden yang sudah
menstruasi, lebih dari separuh (55.24%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan sedang, sebagian kecil (21.68%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan tinggi, (4.19%) responden mempunyai tingkat pengetahuan
randah. Terdapat 27 responden yang belum menstruasi, sebagan kecil (11.90%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang, (4.90%) responden
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, (2.09%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan rendah.

Tabel 21
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007

Umur
£ 12 tahun 13 – 14 tahun > 14 tahun
Jml % Jml % Jml %
1 Sudah 2 1.40 112 78.32 2 1.40
2 Belum 7 4.89 20 13.99 0 -
Jumlah 9 6.29 132 92.31 2 1.40
Sumber Data : Primer

Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, 116 responden yang sudah
menstruasi, sebagian besar (78.32%) responden berusia 13 – 14 tahun,
sebagian kecil (1,40%) responden berusia kurang dari atau sama dengan 12
tahun, sebagian kecil (1.40%) responden berusia lebih dari 14 tahun. Terdapat
27 responden yang belum menstruasi, sebagian kecil (13.99%) responden
berusia 13 – 14 tahun, sebagian kecil (4.89%) responden berusia kurang dari
atau sama dengan 12 tahun.

JUDUL RESUME

KARAKTERISTIK ANAK YANG MENDERITA KARIES GIGI


DI TK PERTIWI KEMUDO II, KEMUDO, PRAMBANAN
KLATEN, JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo. H
NIM : 252187

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2007
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
Kerangka Teori 3
Pertanyaan Penelitian 3
BAB III METODE PENELITIAN 4
Jenis Penelitian 4
Desain Penelitian 5
Variabel Penelitian/Definisi Operasional
Populasi dan Sample
Teknik Pengeumpulan Data
Instrumen Pengeumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
LAMPIRAN

Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Pendukung
a. Responden yang bersedia untuk diajak kerjasama dalam mengisi kuesioner.
b. Bantuan dan kesempatan yang diberikan dari SLTP N I Prambanan dan Siswi
kelas VIII.
c. Bantuan dari pembimbing KTI yang selalu membimbing dalam penyusunan.
2. Faktor Penghambat
a. Waktu yang terbatas dari peneliti.

LAMPIRAN 1

PENGANTAR KUESIONER

Kepada :
Yth. Siswi-siswi kelas VIII
Di SLTP N I Prambanan
Klaten

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembuatan tugas akhir sebagai mahasiswa DIII Reguler
Akademi Keperawatan Panti Rapih, maka saya mengadkaan penelitian dengan
judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di
SLTP N I Prambanan Klaten, 2007”. Untuk itu saya mohon kesediaan siswi-siswi
untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya akan menjaga kerahasiaan
jawaban yang diberikan dan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Atas
bantuan, tanggapan dan kesediaannya untuk menjadi responden, saya ucapkan
terima kasih.

Yogyakarta, Desember 2007

B. WIJANARKO LISTYO HATMOKO


Mahasiswa AKPER Panti Rapih

Persembahan:
Untuk ke dua orang tua saya,
yang selalu mengharapkan hal terbaik
bagi anak nya.

Data Subyektif
a) Klien mengatakan lemes
b) Klien mengatakan mudah capai
c) Klien mengatakan sesak nafas
d) Klien mengatakan pusing kalau banyak bergerak (pening)
e) Klien mengatakan nyeri dada (skala 0 – 4)
Data Obyektif
f) Tekanan darah menunjukkan penurunan
g) Denyut nadi: cepat dan teraba lemah
h) Distensi vena jugularis
i) Capilary refill lambat lebih dari tiga detik
j) Pernafasan: menunjukkan peningkatan frekuensi
k) Kulit teraba dingin, tampak banyak keluar keringat dingin
l) Ujung – ujung extremitas tampak kebiruan dan pucat
m) Klien menunjukkan expresi wajah kesakitan akibat nyeri dada
n) Jumlah pengeluaran urine dalam 24 jam, menunjukkan penurunan (kurang
dari 0,5 cc/kgBB/jam)
o) Hasil rekaman EKG menunjukkan aritmia/disritmia
p) Tampak edema pada ekstremitas bawah, palpebra
q) Tampak edema paru – paru pada pemeriksaan radiologi
r) Terdengar bunyi nafas tambahan (creckles/rales) pada auskultasi paru – paru
s) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normal
(ureum, kreatinin, LDH, CKMB, hematokrit).

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos,
yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).1) Pekerjaan
jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau
menghadapi beban.2)
Acut Miocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi
pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot
jantung mati karena kekurangan oksigen.3)
Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya(cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada
pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama
lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%.4)
Dari data Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, angka kematian
pada AMI tahun 2006 sebanyak 27 pasien dari 118 kasus dan sejak 01 januari
tahun 2007 sampai 30 april tahun 2007 sebanyak 3 pasien meninggal dari 30
kasus. Diperkirakan jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya.5)
Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik,
psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI
curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak
mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi
aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien
dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan
agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien
dari rumah sakit.6)
Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan
penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat
sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan
memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang
profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya
pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan
fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan
menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark
(AMI).
Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik melakukan studi
kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut
Myocard Infark (AMI).
Rumusan Masalah
“Bagaimana Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard
Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih
Yogyakarta”.
Tujuan
Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
dengan Acut Myocard Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah
sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian adanya intoleransi aktivitas pada pasien dengan Acut
Myocard Infark (AMI).
Manfaat
Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam menyusun suatu hasil
penelitian dengan metode studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas
pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Memperdalam dan menambah wawasan pengetahuan perawatan tentang
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Akademi Keperawatan Panti Rapih
a. Sebagai bahan bacaan pada mata ajaran Medikal Bedah system
kardiovaskuler dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pemenuhan
kebutuhan aktivitas pada pasien dangan Acut Myocard Infark (AMI).
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Rumah Sakit Panti Rapih
Memberikan informasi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan aktivitas pada
pesien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Ruang Lingkup
Mata Kuliah
Merupakan penelitian dalam ruang lingkup mata ajaran Keperawatan Medikal
Bedah yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Tempat
Diruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan agustus tahun 2007.

STUDI KASUS

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS


PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI)
DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
WUYUNG VEMBRIYANTO HADI
252230 / IV

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI RAPIH


YOGYAKARTA
2007
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI KASUS
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI)
DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Wuyung Vembriyanto Hadi
252230

Proposal Penelitian ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui pada:


Tanggal, ....... Agustus 2007
Pembimbing,

IGN. EKO SUSILO, S.Kep. Ns.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian ini dengan Judul ” STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI) DI RUANG PERAWATAN
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA ”.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta.
Dalam menyusun Proposal ini penulis mendapat dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu C Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp, selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti
Rapih Yogyakarta
Bapak Ign. Eko Susilo, S. Kep., Ns, selaku pembimbing dalam penyusunan
Proposal.
Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Proposal ini masih banyak
kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan Proposal ini.
Yogyakarta, Mei 2006
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori 6
1. Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian 6
b. Kriteria 6
c. Etiologi 7
d. Klasifikasi 8
e. Patogenesis 8
f. Patofisiologi 8
g. Morfologi 10
h. Tanda dan gejala 11
i. Komplikasi 12
j. Pemeriksaan diagnostic 14
k. Penatalaksanaan Acut Myocard Infark 15
l. Prognosis 16
2. Konsep aktivitas
a. Pengertian 16
b. Etiologi 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas 17
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau
immobilisasi...................................................................... 17
e. Karakteristik.............................................................................. 18
3. Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam
beraktivitas
a. Pengkajian 20
b. Diagnosa 21
c. Rencana 21
d. Intervensi 25
e. Evaluasi 27
Kerangka Teori 27
Pertanyaan Penelitian 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian 29
Desain penelitian 30
Populasi, sample dan teknik sampling 30
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 31
Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data 32
Instrument Pengolahan Data 32
Pengolahan Data 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pengkajian
1. Identitas pasien

No Kriteria Pasien A Pasien B Pasien C


1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Berat badan
5. Pekerjaan
6. Lama menderita AMI
7. Faktor Resiko
a. Keturunan
b. Merokok
c. Tekanan darah tinggi
d. Hiperlipidemia
e. Diabetes melitus
f. Stress
g. Kolesterol tinggi
8. Diagnosa medik
9. Dokter yang merawat
Interpretasi :

2. Data obyektif dan subyektif yang ditemukan dalam pengkajian terkait dengan
intoleransi aktivitas

Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Data obyektif
a. Status kesadaran
1) Kualitatif
2) Kuantitatif
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
d. Suhu
e. SaO2
f. Capillary refill

Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
g. Pernapasan
h. Ekspresi wajah
i. Hasil rekaman EKG menunjukkan kompleks QS yang abnormal, elevasi/depresi
ST dan gelombang T terbalik
j. Pemeriksaan radiology (foto dada)
k. Hasil pemeriksaan laboratoriam
3) Kolesterol
4) CKMB
5) Laktat dehidrogenase (LDH)

Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
l. Terapi obat
6) Nitrogliserin
7) Beta bloker
8) Antagonis kalsium
9) Anti platelet
10) Heparin
11) Morphin
12) Asetil kolin
13) Trombolisis
14) Terapi oksigen

Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
2. Data Subyektif
a. Klien nengatakan lelah/letih dan badan lemas
b. Klien nengatakan pusing, dan vertigo
c. Klien mengatakan jantung berdebar-debar, sesak nafas, selama dan setelah
beraktivitas
d. Klien mengatakan nyeri datang secara mendadak, saat kerja, saat istirahat,
olahraga berat, saat marah dan kadang saat dingin

Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Klien mengatakan nyeri hilang saat istirahat atau minum obat
Interpretasi :

Diagnosa keperawatan yang ditemukan terkait dengan intoleransi aktivitas

No Nama Pasien Diagnosa keperawatan


1. A
2. B
3. C
Interpretasi :

Perencanaan masalah keperawatan terkait dengan intoleransi aktivitas

Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan
angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran
b. Kaji dan catat respon pasien atau efek obat
c. Kaji ulang riwayat nyeri angina dan nyei infatk miokard
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera

Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman
f. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan kiri
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek
h. Berikan makanan lembut, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah
makan

Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
i. Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing
dan teknik distraksi
j. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker
b. Pantau perubahan EKG
c. Berikan obat-obat trombolitik
d. Berikan antiangina sesuai indikasi, contoh nitrogliseril
Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan beta bloker sesuai indikasi
f. Berikan antagonis kalsium sesuai indikasi, contoh verapamil dan diltiazen
Interpretasi :

Intervensi masalah keperawatan terkait dengan intoleransi aktivitas

Intevensi hari 1-V


Pasien A Pasien B Pasien C
1. Mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan
angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran
b. Kaji dan catat respon pasien atau efek obat
c. Kaji ulang riwayat nyeri angina dan nyei infatk miokard
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera

Intevensi hari 1-V


Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman
f. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan kiri
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek
h. Berikan makanan lembut, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah
makan
i. Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing
dan teknik distraksi

Intevensi hari 1-V


Pasien A Pasien B Pasien C
j. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker
b. Pantau perubahan EKG
c. Berikan obat-obat trombolitik
d. Berikan antiangina sesuai indikasi, contoh nitrogliseril

Intevensi hari 1-V


Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan beta bloker sesuai indikasi
f. Berikan antagonis kalsium sesuai indikasi, contoh verapamil dan diltiazen
Interpretasi :

Evaluasi proses dan hasil terkait dengan intoleransi aktivitas


1. Evaluasi proses terkait dengan intoleransi aktivitas

Evaluasi proses hari 1


Pasien A Pasien B Pasien C
1. Data obyektif
a. Status kesadaran
1) Kualitatif
2) Kuantitatif
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
d. Suhu
e. SaO2
f. Capillary refill

Evaluasi proses hari 1


Pasien A Pasien B Pasien C
g. Pernapasan
h. Ekspresi wajah
i. Hasil rekaman EKG menunjukkan kompleks QS yang abnormal, elevasi/depresi
ST dan gelombang T terbalik
j. Pemeriksaan radiology (foto dada)
k. Hasil pemeriksaan laboratoriam
1) Kolesterol
2) CKMB
3) Laktat dehidrogenase (LDH)

Evaluasi proses hari 1


Pasien A Pasien B Pasien C
l. Terapi obat
1) Nitrogliserin
2) Beta bloker
3) Antagonis kalsium
4) Anti platelet
5) Heparin
6) Morphin
7) Asetil kolin
8) Trombolisis
9) Terapi oksigen

Evaluasi proses hari 1


Pasien A Pasien B Pasien C
2. Data Subyektif
a. Klien mengatakan badannya lemas dan lelah
b. Klien nengatakan pusing, dan vertigo
c. Klien mengatakan jantung berdebar-debar, sesak nafas, selama dan setelah
beraktivitas
d. Klien mengatakan nyeri datang secara mendadak, saat kerja, saat istirahat,
olahraga berat, saat marah dan kadang saat dingin

Evaluasi proses hari 1


Pasien A Pasien B Pasien C
e. Klien mengatakan nyeri hilang saat istirahat atau minum obat
Interpretasi :
Keterangan : criteria dalam evaluasi proses hari 1 digunakan untuk
mengevaluasi intervensi hari 11 – V

2. Evaluasi hasil terkait dengan intoleransi aktivitas


No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C
1. Kriteria hasil
a) Klien mengatakan lemasnya berkurang
b) Klien mengatakan nyerinya hilang atau berkurang ( skala 0-1)

No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C


c) Klien menunjukkan menurunnya ketegangan
d) Denyut nadi klien normal (60-100 kali per menit)
e) Tekanan darah klien normal (120/70-120/80 mmHg)
f) Pernapasan klien normal (12-20 kali per menit )
g) Kesadaran klien kompos mentis
h) Klien tampak rileks
i) Hasil rekam EKG menunjukkan gelombang sinus ritme (SR)
j) Pemeriksaan laboratorium : kolesterol atau trigliserida laktat dehidrogenase
dan enzim CKMB dalam batas normal

No Evaluasi hasil Pasien A Pasien B Pasien C


k) Suhu normal (36-370C)
l) Reflek pupil 2+/2+ atau isokor
2. Pencapaian tujuan
Interpretasi :

April 19, 2008 in Weblogs | Permalink

TrackBack

TrackBack URL for this entry:


http://blogs.www.friendster.com/t/trackback/849354

Listed below are links to weblogs that reference blog gratis:


Comments
Post a comment
Sign In
Post a comment

Name:
wuyung

You are currently signed in as wuyung.

Comments:
Recent Posts

* blog gratis

Syndicate this site (XML)


About Us | Contact Us | Events | Promote My Profile | Help | Terms of Service |
Privacy Policy

Posted by WUYUNGVH at 1:26 PM 0 comments Links to this post

Reaction

s:

Newer Posts Older Posts Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Anda pengunjung ke

Free Hit Counter

New
My title page contents

My Google Pagerank
TRANSLATE THIS BLOG
Translate this page from Indonesian to the following language!

Widget by ateonsoft.com

adsense

Search Google

Masukkan istilah pencarian Anda Kirim formulir


Cari
pencarian

NEWS
Google

Valentine, Google Rilis Situs untuk Calon Pengantin

Detikcom

- 14 Feb 2011

- 49 menit lalu

Jakarta - Di hari Valentine, Google pun tak mau ketinggalan menebarkan kasih sayang
kepada para penggunanya. Selain memajang logo Google bernuansa cinta, ...

Artikel Terkait »

dicuplik dari Google - 2/2011

Samsung Buat Tablet Mirip iPad


Tempo Interaktif

- 14 Feb 2011

- 1 jam lalu

Tablet yang diluncurkan dalam ajang Mobile World Congress di Barcelona itu berjalan
dengan sistem operasi buatan Google yang khusus untuk perangkat tablet, ...

Artikel Terkait »

dicuplik dari Google - 2/2011

Simbol Cinta di Logo Google

Inilah.com

- 14 Feb 2011

- 6 jam lalu

COM, Jakarta – Sudahkah Anda mengakses Google hari ini? Heran dengan logo Google
menampilkan gambar cinta dan dominasi warna. Mari cari tahu. ...

dicuplik dari Google - 2/2011

Presiden Mesir Turun, Staf Google Puji Facebook

Inilah.com

- 13 Feb 2011

- 13 Feb 2011

COM, Jakarta - Eksekutif Google Wael Ghonim cukup terkenal dalam revolusi Mesir.
Setelah Hosni Mubarak mundur, Ghonim mengucapkan rasa terimakasihnya pada ...

Artikel Terkait »

dicuplik dari Google - 2/2011

didukung oleh

Blog Archive
• ► 2009 (23)
o ► December (1)
 Get Music Audio Video at www.modflip.com
o ► June (1)

 verification
o ► May (1)

 <!-- Search Google --> Masukkan istilah penc...


o ► January (20)

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ASTEROSKLEROSIS


 MACAM-MACAM PENYAKIT KELAMIN
 Rematik
 Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor S...
 Karies Gigi
 Pengertian Metode Kanguru
 Askep pada klien dengan GE
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
 KARAKTERISTIK REMAJA
 Kecenderungan Kenakalan Remaja
 TIDUR DAN ISTIRAHAT
 Obat Cerna
 PENYULUHAN PENGGUNAAN ORALIT
 Gondongan (Mumps, Parotitis Epidemika)
 Pencegahan Stroke
 ISPA
 Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
 TRAUMA KEPALA
 Nutrisi Yang Dibutuhkan Di Usia Balita
 HEPATITIS A

• ▼ 2008 (23)
o ▼ April (23)
 blogfriendster
 blogfriendster
 linkku
 Muscles of the Human Body
 Geneva Doctors
 Geneva Health
 Spinal Cord Model 6x (W42505)
 ClinicalOne
 Mentone Educational Centres
 healthcare professional
 AMI BAB I
 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jantung mer...
 PAROTITIS
 Masa Remaja
 Age at Menarche in Indonesia
 code
 DAFTAR PUSTAKA
 ACUTE MYOCARD INFARK
 CARIES GIGI
 MENARCHE
 KEPERAWATAN

Pictures from Electron Microscopes

Slideshow
Bandwidth Speed Test

Google Maps
• Google Maps
• http://bux.to/?r=wuyung
• http://wuyungnurse.blogspot.com
• http://wuyungvh.blogspot.com
• http://akperpantirapih.blogspot.com
• http://wuyungjunior.blogspot.com
• http://slatebird.com/q0owqvm4yda-6fvlpsoa
• http://zzecjjibcbmicyw.certainbet.com/track.asp?
a=c&u=127336645&s=1639&e=42998121

Game BARU
• Game BARU (Gladiatus)
• http://bux.to/?r=wuyung

Profil Penulis
WUYUNGVH

YOGYAKARTA, sleman, Indonesia

NURSE

View my complete profile

ADSENSE

There was an error in this gadget

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KECEMASAN SISWA DALAM

MENGHADAPI MENARCHE

DI SLTPN 2 GENTENG KECAMATAN GENTENG

KABUPATEN BANYUWANGI
BAB 1

PENDAHULUAN

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Latar Belakang

Dalam perjalanan hidup, normalnya wanita mengalami periode menstruasi atau


haid mulai dari usia remaja hingga menopause Dra. Dini Kasdu, M. Kes, (2005 :
9) Haid atau menstruasi adalah proses keluarnya darah yang terjadi secara
periodik atau siklik emdomestrium. Keluarnya darah dari vagina disebabkan
luruhnya lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan
sel telur yang tidak dibuahi.

Siklus menstruasi terdiri atas perubahan-perubahan di dalam ovarium dan


uterus. Menstruasi berlangsung kira-kira lima hari, selama masa ini epithelium
permukaan lepas dari dinding uterus dan perdarahan pun terjadi pada usia
remaja haid pertama kira-kira usia 12 hingga 16 tahun. Panjang masa siklus
menstruasi rata-rata 28 hari 14 hari persiapan untuk ovulasi dan 14 hari
selanjutnya. Pendapat Sriyono, (2008 : 57).

Memasuki masa puber, pada perempuan diawali dengan terjadinya menstruasi.


Hal ini menandai bahwa organ reproduksi telah aktif, yaitu dengan telah
diproduksinya sel telur (ovum). Seseorang terjadi sejak awal menstruasi pada
masa remaja sampai umur 40 atau 50 tahun.

Menarche adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan (deskuamasi ) endometrium. Sarwono, (2005 : 103).

Selanjutnya dijelaskan menarche ialah haid yang pertama terjadi yang


merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil.
Erna, F. P, (2005 : 69). Proses menarche pada seorang wanita dimulai pada usia
10 – 14 tahun. Saat itu kelenjar hipofisis mulai berpengaruh, kemudian ovarium
mulai bekerja menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini akan
mempengaruhi uterus pada dinding sebelah kanan dan terjadilah proses
menstruasi. Maulana, (2009 : 15).

Premenarche adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul
pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode tanpa gejala.
Riset melaporkan Taylor, (1994) bahwa sekitar 10-30 % wanita produktif
mengalami sindrom premenarche. Etiologi dan Perubahan sikap premenarche
belum diketahui. Para peneliti beranggapan bahwa perubahan sikap
premenarche adalah akibat dari faktor hormonal, psikologis, dan nutrisi.
Perubahan sikap premenarche yang terjadi sebelum berlangsungnya masa
menarche diantaranya cemas, ketegangan dan kegugupan, cepat marah, berat
badan bertambah, edema pada ekstrimitas, payudara sakit, abdomen terasa
penuh, nafsu makan, ingin makan yang manis, depresi, cepat lupa cepat
menangis dan bingung. Baradero, (2007 : 10).

Penanganan yang efektif dalam mengatasi kecemasan pada siswa akan


mempengaruhi prognosis. Oleh karena itu bidan atau paramedis perlu
memberikan konseling pada remaja tentang cara-cara mengatasi kecemasan
saat menarche sehingga dapat mengurangi kecemasan pada remaja saat
menarche selain itu untuk mengurangi kecemasan perlu mengatur pola yang
memenuhi gizi seimbang dan olahraga.

Penelitian ini kecemasan dari siswa yang menghadapi menarche (premenarche)


inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari orang tua, oleh karena itu siswa
premenarche diharapkan bersikap positif dalam menghadapi menarche agar
tidak timbul masalah selama menarche. Oleh sebab itu penelitian ini ingin
mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2
Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi yang rata-rata siswa
tersebut sudah mengalami menarche.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena - fenomena yang terdapat pada asumsi - asumsi diatas


peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng, banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat kecemasan pada awal mengalami haid, maka peneliti merumuskan
masalah dengan membatasi pada tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi
menarche seperti: “Bagaimana tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi
menarche ?”

<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di


SLTPN 2 Genteng Kabupaten Banyuwangi.

<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->Manfaat Penelitian

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman nyata dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah sebagai


penerapan dari mata kuliah.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bagi Institusi

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan hasilnya nanti
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan
guna meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagi Responden

Untuk menembah pengalaman tentang menarche dan menangani keluhan -


keluhan yang dirasakan.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Bagi Profesi

Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada


seluruh masyarakat.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Landasan Teori

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Konsep Dasar Kecemasan

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Pengertian

Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah dan


aktifitas sistem saraf otonom dalam merespon terhadap ancaman yang tidak
jelas, tidak spesifik.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen membagi tingkat kecemasan menjadi empat


tingkatan yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan


menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan


mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk


memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir tentang
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan sehingga dapat memusatkan pada
suatu objek lain.

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Tingkat Panik


Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari
proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Dengan
panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,
jika berlangsung terus dalam waktu lama maka terjadi kelelahan yang
berlebihan bahkan menyebabkan kematian.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Ciri-Ciri Kecemasan

Menurut Brenda Goodner ciri-ciri kecemasan adalah :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Kecemasan Ringan

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Meningkatkan kesadaran

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Terangsang untuk melakukan tindakan

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Termotivasi secara positif

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Sedikit mengalami peningkatan tanda-


tanda vital

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Kecemasan Sedang

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Lebih tegang

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Menurunnya konsentrasi dan persepsi

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Sadar, tapi fokusnya sempit

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Sedikit mengalami tanda-tanda vital

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Gejala-gejala fisik tidak berkembang : sakit


kepala, sering berkemih, mual, palpitasi, letih.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Kecemasan Berat

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Persepsi menjadi terganggu

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Perasaan tentang terancam atau takut


meningkat

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Komunikasi menjadi terganggu

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Mengalami peningkatan tanda-tanda vital


lebih dramatis, diare, palpitasi, nyeri dada, muntah

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Panik

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Perasaan terancam

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Gangguan realitas


<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tidak mudah untuk berkomunikasi

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Kombinasi dari gejala-gejala fisik yang


disebutkan diatas dengan peningkatan tanda-tanda vital akan lebih awal dari
tanda panik, tetapi akan lebih buruk jika intervensi yang dilakukan gagal.

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Dapat membahayakan diri sendiri dan


orang lain.

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


kecemasan

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang berpikir dan bekerja. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktiv
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi Menurut Hurlock,
yang dikutip oleh Nursalam, (2001 : 133).

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Status Perkawinan

Seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai rasa percaya diri dan
ketenangan dalam melakukan kegiatan (menurut Dartkows, yang dikutip oleh
Nursalam, (2001 : 133).

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi


sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai
yang diperkenalkan menurut Brower, yang dikutip oleh Nursalam, (2001 : 133).

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Pendapatan

Penghasilan setiap bulannya juga berkaitan dengan gangguan pola psikiatri.


Diketahui pula bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah prevalensi
psikiatrinya lebih banyak. Jadi keadaan penghasilan yang rendah mempunyai
peningkatan kecemasan Nursalam, (2001:133).

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Cara Menilai Kecemasan

Pengukuran kecemasan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung


yang dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan dengan pendapat
responden. Notoadmojo, (2003 : 132) skala kecemasan disusun untuk
mengungkapkan sikap pro dan kontra positif dan negatif, setuju dan tidak setuju,
sebagai obyek sosial. Dalam skala kecemasan, obyek sosial tersebut berlaku
sebagai obyek kecemasan.

Kemudian data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan disajikan dalam
bentuk presentase menggunakan rumus. Untuk menilai tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi menarche menggunakan tingkat kecemasan Hars (Hamilton
Anxiety Rating Scale) sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Penilaian

0: Tidaka ada (tidak ada gejala sama sekali)

1: Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)

2: Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3: Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)

4: Sangat berat (semua gejala ada)

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Penilaian Derajat Kecemasan

Skor <6>

6-14 (kecemasan ringan)

15-27 (kecemasan sedang)

>27 (kecemasan berat)

Sumber : (Nursalam, 2008).

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Konsep Dasar Siswa

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Arti Siswa

Siswa adalah wanita yang beranjak atau mulai dewasa. Cipta Karya, (2001 :
282).

Selanjutnya dijelaskan bahwa siswa ialah wanita yang mulai dewasa sudah
sampai umur untuk kawin. Balai Pustaka, (2007 : 944).

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan variabel siswa yang berumur
12-16 tahun sesuai dengan pendapat Mirza Maulana yang mengatakan bahwa
siswa menarche pertama kali pada usia 12-16 tahun. Maulana, (2009 : 18).

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Konsep Dasar Premenarche

Premenarche adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul
pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode tanpa gejala.
Baradero, (2007 : 10).

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Konsep Dasar Menarche :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Arti Menarche

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Menarche adalah haid yang pertama kali


yang baru datang setelah berumur 14 tahun. Siti, (2005 : 115).
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Selanjutnya menurut Sarwono, (2005 :
103) menarche merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Begitu juga pendapat lain menjelaskan


bahwa menarche ialah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Erna, (2005 : 69).

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Menurut Maulana, (2009 : 19) menarche


suatu proses pengeluran darah dari uterus disertai serpihan selaput dinding
uterus pada wanita dewasa yang terjadi secara periodik.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Arti Siklus Menstruasi

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Siklus menarche ialah suatu kejadian


yang terjadi pada ovarium yang menghasilkan perubahan tidak hanya pada
uterus, tetapi juga pada tubuh wanita secara keseluruhan. Sylvia, (2003 : 169).

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Referensi lain mengatakan bahwa siklus


menarche adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya
haid berikutnya. Sarwono, (2005 : 103).

Kemudian juga dijelaskan bahwa tujuan siklus menarche untuk melepas ovum
dalam persiapan fertilisasi pada kira-kira jarak 4 minggu dan untuk
mempersiakan uterus dan seluruh tubuh wanita untuk menerima dan
mengembangkan hasil fertilisas ini. Siklus ini diatur terutama oleh glandula
pituitari anterior, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan glandula tersebut
mengadakan stimulus (rangsangan) gonad pada saat pubertas belum seluruhnya
dipahami.

Telah diketahui bahwa : 1). Terdapat pengendalian neurohormonal pada


glandula pituitari anterior oleh hipotalamus dan siklus menarche tersebut
dipengaruhi oleh faktor emosional, misalnya perubahan pekerjaan, berpindah
dari tempat yang berbeda, kematian orang yang dicintai dan sebagainya. 2). Bila
glandula pituitari anterior mengatur sekresi estrogen dan progesteron, maka
glandula pituitari anterior itu sendiri diatur oleh kedua sekresi tersebut. Lamanya
siklus menarche rata-rata adalah 28 hari. Verralls, (2003 : 169-170).

Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas saja, antara beberapa wanita tetapi
juga pada wanita yang sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia
seseorang. Rata–rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1
hari pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari. Dan pada wanita usia 55 tahun 51,9
hari. Jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari
pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus
haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira--
kira 97% wanita yang berevolusi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika
siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur biasanya
siklusnya tidak berevolusi. Lama haid biasanya antara 3-5 hari. Ada yang 1-2
hari dikuti darah sedikit–sedikit kemudian ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap
wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata–rata 33,2 ±
16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak,
pada wanita dengan anemi defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih
banyak. Jumlah darah haid lebih 80 cc dianggap patologik. Sarwono, (2005 :
103).

Pada tiap siklus haid dikenal tiga masa utama

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Masa haid selama dua sampai delapan


hari. Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-
hormon ovarium paling rendah (minimum).

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Masa proliferasi sampai hari keempat


belas. Pada waktu itu endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium
mengadakan proliferasi. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat
terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Sesudahnya dinamakan masa sekresi.


Pada ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan
progesteron. Dibawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang
tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak pada akhir masa ini stroma endometrium
berubah ke arah sel-sel desidual terutama yang berada di seputar pembuluh-
pembuluh arterial. Sarwono, (2006 : 46).

4 Fase Endometrium Dalam Siklus Haid

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Fase menstruasi atau deskuamasi, dalam


fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya
startum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah fena dan
anteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglotinasi, sel-sel epitel
dan stroma yang mengalami disentegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus,
servik dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 - 4 hari.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Fase pasca haid atau fase regenerasi


luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagai besar berangsur–
angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang baru tumbuh dari
sel–sel epitel endometrium pada waktu ini tebal endomertium + 0,5 mm fase ini
telah mulai sejak fase menarche dan berlangsung + 4 hari.

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Fase Intermenstruum atau fase proliferasi


dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal + 3,5 mm fase ini
berlangsung dari hari kelima sampai hari keempat belas dari siklus haid. Fase
proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase :

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Fase Proliferasi Dini berlangsung antara


hari ke-4 sampai hari ke-7, fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang
tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-
kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit bentuk kelenjar ini merupakan
ciri khas fase proliferasi sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian masih
menunjukkan suasana fase menarche dimana terlibat perubahan-perubahan
involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboit strama padat dan sebagian
menunjukkan aktifitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan didepan
tonjolan-tonjolan, anestomosis nukleus sel stroma relatif besar sebab sitiplasma
relatif sedikit.

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Fase Proliferasi Madya berlangsung


antara hari ke-8 sampai hari ke-10, fase ini merupakan bentuk transis dan dapat
dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torok dan tinggi. Kelenjar
berkeluk-keluk dan bervariasi sejumlah stroma mengalami edema tampak
banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang.

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Fase Proliferasi Akhir berlangsung hari


ke-2 sampai hari ke-14, fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang
tidak rata dan dengan banyak mitosis inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi, stroma bertumbuh aktif dan padat.

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Fase Prahaid atau Fase Sekresi


berlangsung sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28.
Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi untuk kelenjar
berubah menjadi panjang berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah, yang makin
lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang
kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan
perubahan ini adalah untuk perubahan mempersiapkan endometrium menerima
telur yang dibuahi.

Fase sekresi dibagi atas :

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Fase Sekresi Dini, endometrium lebih


tipis dari pada fase sebelumnya kerena kehilangan cairan.

Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan yaitu :

<!--[if !supportLists]-->(1) <!--[endif]-->Lapisan neometrium, yaitu lapisan ini


tidak aktif, kecuali mitisis pada kelenjar.

<!--[if !supportLists]-->(2) <!--[endif]-->Stratum Sepongiosus, yaitu lapisan


tengah berbentuk anyaman seperti spon ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar
yang melebar dan berkeluk-berkeluk dan sedikit stroma diantaranya.

<!--[if !supportLists]-->(3) <!--[endif]-->Stratum Kompaktum, yaitu lapisan atas


yang padat saluran-saluran kelenjar sempit ilumennya berisi sekret, dan
stromanya edema.

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Fase Sekresi Lanjut, Endometrium dalam


fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi
ini. Dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang
berkeluk-keluk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan
perkembangan ovum. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah menjadi sel desidua
jika terjadi kehamilan. Arwono, (2005 : 112).
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Mekanisme menstruasi : Hormon Steroid
estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium dibawah
pengaruh estrogen endometrium memasuki fase proliferasi, sesudah ovulasi,
endomertium memasuki fase sekresi. Dengan menurunnya kadar estrogen dan
progesteron pada akhir siklus haid, terjadi regresi endometrium yang kemudian
diikuti oleh perdarahan. Mekanisme haid belum diketahui seluruhnya, akan
tetapi sudah dikenal beberapa faktor, kecuali faktor hormonal, memegang
peranan dalam hal ini yang penting ialah :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Faktor–faktor enzim dalam fase


proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpanya enzim-enzim histologik dalam
endometrium serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam
mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan
endometrium khususnya dengan pembentukan stroma dibagian bawahnya pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat
mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah
berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak
zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk
implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka
dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan
merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu,
timbul gangguan dalam metabolisms endometrium yang mengakibatakan
regresi endometrium dan pendarahan.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Faktor faktor muskular mulai fase


proliferasi terjadi pembentukan sistim faskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endomertium itu tumbuh pula arteria-arteria
fena-fena dan hubungan antaranya, seperti digambarkan diatas dengan regresi
endometrium timbul statis dalam fena-fena serta saluran-saluran yang
menghubungkan dengan arteri, dan akhirnya terjadi mekrosis dalam perdarahan
dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari fena. Sarwono,
(2005 : 11).

<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Perubahan Masa Menstruasi.

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Perubahan Fisik

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Ovarium

Perubahan-perubahan yang terdapat pada ovarium pada siklus haid ialah


sebagai berikut. Dibawah pengaruh FSH beberapa folikel mulai berkembang,
akan tetapi hanya satu yang tumbuh terus menjadi matang. Sarwono, (2005 :
110).

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Endometrium

Hampir sepanjang siklus haid pembuluh-pembuluh darah menyempit dan


melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memuncak dan
berwarna merah karena penuh dengan darah, berganti-ganti. Bila tidak terjadi
pembuahan korpus luteum mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar
progesteron dan estrogen menurun. Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi
keadaan endometrium kearah regresi, dan pada satu saat lapisan fungsional
endometrium terlepas dari stratu basale yang dibawahnya. Peristiwa ini
menyebabkan pembuluh-pembuluh darah terputus, dan terjadilah pengeluaran
darah yang disebut haid. Sarwono, (2005 : 114).

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Penambahan BB, payudara sakit, edema


pada ekstrimitas, abdomen terasa penuh, nafsu makan bertambah, ingin makan
yang manis-manis. Baradero, (2007 : 11).

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Perubahan Psikologis : Cemas,


ketegangan dan kegugupan, cepat marah, depresi, cepat lupa, cepat menangis.
Baradero, (2007 : 11).

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Pengobatan Yang Tersedia :

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Untuk rasa cemas, ketegangan dan


kegugupan dan cepat marah kurangi asupan susu, keju, mentega dan gerak
badan.

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Untuk berat badan yang bertambah


karena menarche, edema pada ekstrimitas, payudara sakit, abdomen terasa
penuh, nafsu makan bertambah, ingin makan yang manis kurangi asupan
garam, kopi, teh, cola, coklat, dan lemak hewan.

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Untuk depresi, cepat lupa, cepat


menangis tingkatkan asupan vitamin B dan sayur–sayuran hijau. Baradero, (2007
: 11).

<!--[if !supportLists]-->d) <!--[endif]-->Gizi kurang atau terbatas selain akan


mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan
terganggunya fungsi reproduksi, hal ini akan berdampak gangguan haid, tetapi
akan membaik bila asupan gizinya baik. Seberapa jauh pengaruh status gizi
terhadap terjadinya menarche belum ada, yang melakukan penelitian. Sebagai
bahan perbandingan di bawah ini akan diuraikan tentang asupan energi total
dan keragaman komponen diet. Asupan energi bervariasi sepanjang siklus haid,
terjadi peningkatan energi pada fase luteal dibandingkan fase folikuler.
Peningkatan konsumen energi premenstruasi dengan ekstra penambahan 87-
500 Kkal/ hari. Kesimpulannya bahwa estrogen mengakibatkan efek penekanan
atau penurunan terhadap nafsu makan Krummel, (1996). Identifikasi tentang
jenis nutrisi yang dapat mengakibatkan perubahan asupan energi belum
didapatkan data yang pasti. Ada yang berpendapat karbohidrat merupakan
sumber peningkatan asupan kalori selama fase luteal, yang lain berpendapat
bahwa konsumsi softdrink yang mengandung gula cenderung meningkat selama
fase luteal. Selain itu juga ada, yang berpendapat bahwa asupan lemak dan
protein akan meningkatkan pada fase luteal. Dengan demikian selama fase
luteal terjadi peningkatan asupan makanan atau energi Krummel, (1996). Pada
remaja perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang, karena sangat dibutuhkan pada saat haid,
terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka dampaknya akan
terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus
haid. Komposisi diet baik secara kuantitatif maupun kualitatif dianggap
mempengaruhi siklus menarche serta penampilan reproduksi. Tetapi timbul
pertanyaan seberapa sering faktor diet dipandang sebagai penyebab timbulnya
menarce, masih jarang penelitian yang menggunakan diet sebagai metode
perlakuan dan uraiannya sering tidak lengkap atau tumpang tindih. Siklus
menarche bukan dipengaruhi oleh diet vegetarian tetapi diet yang bervariasi
dalam hal lemak, serat dan nutrien lainnya Krummel, (1996).

Diet Vegetarian : Pengaruh diet vegetarian terhadap hormon sex telah diteliti, 9
orang vegetarian diberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folikuler
memanjang, rata-rata 4,2 hari juga, FSH meningkat, E2 menurun secara
signifikan. Sebaliknya 16 orang diet biasa beralih kediet yang kurang daging
selama 2 bulan mengalami pemendekan fase folikuler, rata-rata 3,8 hari,
mengalami penurunan frekuensi puncak LH dan peningkatan pada LH. Setelah
mengalami 2 x injeksi LHRH, terjadi hubungan antara diet dengan fungsi
menarche. Pada wanita yang mengonsumsi diet vegetarian terjadi peningkatan
frekuensi gangguan siklus menarche. Prevalensi ketidak teraturan menarche
26,5% pada vegetarian dan 4,9% pada non vegetarian.

Diet Rendah Lemak : Hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi
lemak ternyata pada diet tinggi lemak tidak memberikan perbedaan kadar
hormon dalam plasma dan urine, kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh
pada kadar hormon sex. Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan
3 efek utama : panjang siklus menarche meningkat rata-rata 1,3 hari lamanya
waktu menarche meningkat rata-rata 0,5 hari dan fase folikuler meningkat rata-
rata 0,9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang bukan vegetarian bila
berubah kediet rendah lemak akan memperpanjang siklus menarche sebagai
akibat dari memanjangnya fase menarche dan fase folikuler. Erna, (2005 : 70).

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Selain kita harus memahami siklus


menarche, lamanya menarche, keluhan serta pengobatan menarche kita juga
harus mengerti gangguan-gangguan yang dapat terjadi saat menarche.
Gangguan yang dapat terjadi karena menarche dan siklusnya diantaranya :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Hypermenorea (Menoragia) ialah


perdarahan menarche yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus,
misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari
biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan
pelepasan endometrium pada waktu menarche dan sebagainya. Terapi pada
hipermenorea pada mioma uteri niscaya tergantung dari penanganan mioma
uteri, sedang diagnosis dan terapi polip endometrium serta gangguan pelepasan
endometrium terdiri atas kerokan. Sarwono, (2005 : 204).

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Hipomenorea ialah perdarahan menarche


yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Sebab-sebabnya dapat
terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi),
pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika ditemukan sebab yang nyata,
terapi terdiri atas menenangkan penderita.

<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Polimenorea ialah siklus menarche lebih


pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih
banyak dari menarche biasa. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan
hormonal yang mengkibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa
luteal dan sebagainya.

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Oligomenorea

Disini siklus menarche lebih panjang, lebih dari 35 hari.

<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Amenorea ialah keadaan tidak adanya


menarche untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian
antara amenorea, primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang
amenorea primer terlebih dahulu apabila seorang wanita berumur 18 tahun
keatas, tidak pernah dapat menarche; sedang pada amenorea sekunder
penderita pernah mendapat menarche, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih
sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan
genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang
timbul dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Sarwono, (2005:205).

Selanjutnya dijelaskan bahwa amenorea ialah tidak adanya menarche. Ada dua
bentuk amenorea yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer timbul
apabila menarche pertama tidak terjadi pada umur 16 tahun. Amenorea primer
bisa diakibatkan oleh kelainan genetik, endokrin, atau efek perkembangan
kongenital. Amenorea sekunder timbul apabila seorang wanita yang sudah
menarche berhenti menarchenya selama 3-6 bulan. Kadang-kadang tidak ada
menarche, satu kali masih dianggap normal. Kehamilan adalah penyebab utama
dari amenorea. Amenorea sekunder bisa juga timbul sebagai respon terhadap
stres yang berat, perubahan fungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, ovarium,
timid, dan kelenjar adrenal. Wanita yang memakai kontrasepsi oral bisa juga
mengalami amenorea selama 6 bulan setelah berhenti memakai kontrasepsi
oral. Amenorea sekunder bisa juga dialami oleh atlet yang terlalu banyak
menghabiskan kalori, karena menarche yang normal memerlukan sekitar 17%
lemak dari tubuh. Hilangnya 10-15% berat badan dapat menyebabkan
amenorea. Amenorea bisa juga mempengaruhi kepadatan tulang yang
mengakibatkan osteoporosis.

Terapi : Pengobatan bergantung pada penyebab amenorea. Terapi hormon bisa


diberikan. Wanita dengan amenorea memerlukan konseling untuk manangani
gangguan konsep diri dan infertilitas. Baradero, (2007 : 10).

<!--[if !supportLists]-->6) <!--[endif]-->Dismenorea atau nyeri menarche


mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-
wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena
gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walau
frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun
sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.
Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah
sebelum dan selama menarche dan sering kali mual maka istilah dismenorea
hanya dipakai jika nyeri menarche demikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari. Dismenorea dibagi atas :
Dismenorea Primer yaitu nyeri menarche yang dijumpai tanpa kelainan pada alat
genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena itu siklus haid pada
bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan menarche dan berlangsung untuk beberapa
jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa
nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi
dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri
dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan sebagainya.

Etiologi : Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea


primer, antara lain :

<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Primer Kejiwaan : Pada gadis-gadis yang


secara emosional tidak stabil, apabila jika mereka tidak mendapat penerangan
yang baik tentang proses menarche, mudah timbul dismenorea.

<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Faktor Konstitusi : Faktor ini yang erat


hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan
sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.

<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Faktor Alergi : Teori ini dikemukakan


setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria,
migrain atau asma. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin menarche.

Selanjutnya menurut dr. Budi, dysmenorrhoe ialah nyeri saat menarche yang
sering difikirkan oleh gadis-gadis yang mengalaminya. Dysmenorrhoe ini
merupakan keluhan yang sering dirasakan di masyarakat sehingga menjadi
penyebab yang paling banyak hilangnya waktu kerja atau absen masuk sekolah.
Di Amerika Serikat pernah dilaporkan dysmenorrhoe menyebabkan hilangnya
600 juta jam kerja pertahun. Ada 2 jenis dysmenorrhoe :

<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Dysmenorrhoe primer yaitu nyeri pada


saat menarche tanpa ada kelainan organ di rongga panggul, diperkirakan hanya
berkaitan dengan faktor intrinsik. Karakteristiknya nyeri menarche muncul
bersamaan dengan datangnya menarche dan berakhir beberapa jam kemudian,
meskipun beberapa kasus nyeri berlanjut hingga beberapa hari. Keluhan nyeri
mulai dari yang ringan seperti rasa mulas, kram pada perut, hingga ada yang
berat seperti nyeri orang melahirkan. Beberapa kasus disertai dengan mual,
muntah, tidak mau makan, diare, nyeri kepala, rasa lelah dan rasa tegang.
Dysmenorrhoe primer akan berkurang dengan bertambahnya usia, yang sering
adalah berkurang dan bahkan hilang saat setelah melahirkan bisa juga dengan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri.

<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Dysmenorrhoe sekunder adalah nyeri


menarche dimana didapatkan kelainan organik, seperti endometriosis, mioma
uteri, adenomiosis dan mungkin infeksi di rongga-rongga panggul. Karakteristik
nyeri dysmenorrhoe sekunder lebih spesifik bergantung dari penyebabnya maka
pengobatan berdasarkan kelainan yang ditemukan. Budi, (2007 : 36).

Menurut literatur lain dijelaskan bahwa dismenorea adalah nyeri uteri pada saat
menarche. Dismenorea primer tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa
timbul tanpa penyakit organik. Intensitas dismenorea bisa berkurang setelah
hamil atau pada umur sekitar 30 tahun. Dismenorea primer mengenai sekitar 50-
75% wanita yang masih menarche. Sekitar 10% mengalami dismenorea berat
sehingga mereka tidak bisa bekerja. Dismenorea sekunder timbul sebagai
respon terhadap penyakit organik seperti endomertiosis, fibroit uteri, clan
pemakaian IUD. Dismenorea primer biasa timbul pada hari pertama atau kedua
dari menarche. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen
bawah.

Terapi dismenorea primer dapat diatasi dengan obat ibuprofen, naproxen, dan
ketoprofen sedangkan dismenorea sekunder diatasi dengan memperbaiki
penyebab organik. Baradero, (2007 : 9).

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Perempuan paling rentan pada kesehatan


organ reproduksi karena bentuk organ reproduksi utama bersifat menerima atau
dalam bentuk lubang yang agak besar, sehingga pengaruh luar mudah masuk,
baik secara sengaja dengan hubungan seksual atau proses seksualitas yang lain,
maupun secara tidak sengaja melalui media tertentu. Oleh karena itu organ
reproduksi perempuan paling penting untuk diperhatikan.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual di gambarkan sebagai berikut :

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan :

- Umur

- Gizi

Tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche

Berat
>27

Sedang

15-27

Ringan

6-14

Tidak ada kecemasan

<>

- Status perkawinan

- Pendidikan

- Pendapatan

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

Keterangan :
<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

: Di teliti

<!--[if !vml]-->

<!--[endif]-->

: Tidak di teliti

Sumber : (Nursalam, 2008)

Gambar 2.1 : Gambar konsep tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi


menarche di SLTPN 2 Genteng.

BAB 3

METODE PENELITIAN

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian deskriptif peristiwa


dilakukan secara sistematik dan lebih menekankan pada data faktual dari pada
penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan
peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena
tersebut bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak perlu adanya suatu
hipotesis. Nursalam, (2003 : 83).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain deskriptif yaitu penelitian


ingin mengetahui Tingkat Kecemasan Siswa dalam menghadapi Menarche di
SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Karena siswa di
SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi belum pernah
mendapatkan pelajaran mengenai pendidikan seksual baik secara informal
maupun non formal.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Variabel

Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi
menarche.

Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala

Tingkat Seberapa besar Tingkat kecemasan Ordinal


kecemasan tingkat kecemasan berat >27, sedang
siswa dalam siswa saat 15-27, ringan 6-14,
menghadapi menghadapi dan tidak ada
menarche. menarche, meliputi: kecemasan <6.>

<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Umur

<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Status
Perkawinan

<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]--
>Pendidikan

<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]--
>Pendapatan

<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Gizi

Sumber : (Nursalam, 2008).

<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Populasi

Arikunto berpendapat bahwa populasi ialah keseluruhan subyek penelitian.


Arikunto, (2006:130). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas satu usia 12–16 khususnya di SLTPN 2 Genteng Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 60
orang. Jumlah siswa kelas VII adalah 280 siswa, siswa perempuan sebanyak 120
siswa diambil secara acak dengan setiap kelas di wakili 8 sampai 9 siswa.

<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi studied sampel, maka
penelitian ini tersebut disebut penelitian sampel. Sampel sendiri adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Arikunto, (2006 : 131). Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah secara random dengan total siswa kelas satu usia 12-
16 tahun yang bersekolah di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi sejumlah 60 orang. Dengan rincian sampel dari kelas 7 A, kelas 7 B,
kelas 7 C, kelas 7 D, kelas 7 E, kelas 7 F, dan 7 G.

<!--[if !supportLists]-->E. <!--[endif]-->Lokasi dan Waktu Penelitian

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tempat


Penelitian dilaksanakan di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi. Penelitian di daerah tersebut didasarkan pada tingkat kecemasan
siswa dalam menghadapi Menarche oleh karena siswa kelas satu usia 12-16
tahun belum pernah mendapatkan pelajaran mengenai pendidikan seksual baik
secara informal maupun non formal.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Waktu

Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Juli sampai Agustus 2009.

<!--[if !supportLists]-->F. <!--[endif]-->Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tehnik Pengumulan Data

Pengumpulan data dengan menggunakan data primer yaitu setelah lembar


kuesioner dibagikan kepada responden, lembar tersebut akan diambil pada hari
itu juga.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan
inform consent. Kuesioner sendiri mempunyai pengertian sejumlah pertanyaan
tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Arikunto, (2006 : 151).

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan ialah check list atau sebuah
daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom
yang sesuai dan rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan–tingkatan, misalnya mulai dari
benar dan salah.

<!--[if !supportLists]-->G. <!--[endif]-->Teknik Analisis Data

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Editing

Peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kebenaran yang telah diperoleh


dari responden. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ialah menjumlahkan dan
melakukan korelasi.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Coding

Merupakan tahap kedua setelah editing dimana peneliti memberikan kode pada
setiap kuesioner yang disebarkan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Scoring

Peneliti memberikan skor untuk tiap-tiap pertanyaan, bila pertanyaan favorable


nilai 2 untuk jawaban (benar), nilai 1 untuk jawaban (salah), dan apabila
pertanyaan unfavorable nilai 1 untuk jawaban (benar), nilai 2 untuk jawaban
(salah).

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Tabulating


<!--[if !vml]--> <!--[endif]-->Kemudian data yang sudah terkumpul
selanjutnya dianalisis dan disajikan dalam bentuk prosentase menggunakan
rumus :

N=

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang diujikan (0,05).

Selanjutnya dimasukkan pada kriteria objektif sebagai berikut :

Positif : 50 – 100%

Negatif : <>

Sedangkan kriteria untuk menilai tingkat kecemasan saat menarche diantaranya


sebagai berikut :

Skor <6>

6-14 (kecemasan ringan)

15-27 (kecemasan sedang)

>27 (kecemasan berat)

Sumber : (Nursalam, 2008)

<!--[if !supportLists]-->H. <!--[endif]-->Etika Penelitian

Penelitian ini melibatkan obyek manusia maka tidak boleh bertentangan dengan
etika agar responden dapat terlindungi untuk itu perlu adanya Surat Izin dari
Kepala Sekolah SLTPN 2 Genteng, Kepala Desa Kaligondo Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi dan rekomendasi dari Ketua Program Studi D3
Kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto. Setelah mendapatkan persetujuan
penelitian dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Lembar Kuesioner

Diberikan kepada siswi kelas VII SLTPN 2 Genteng sebelum penelitian agar dapat
mengetahui maksud peneliti.

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Tanpa Nama

Tanpa lembaran pengumpulan data, nama responden tidak dicantumkan hanya


diberi kode.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin


kerahasiaannya oleh peneliti.

<!--[if !supportLists]-->I. <!--[endif]-->Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa hambatan seperti minimnya buku sumber
yang kami miliki dikarenakan ada batasan minimal untuk tahun penerbitan
sebuah judul buku yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga kami harus
mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mencari di daerah luar kota. Disamping
itu peneliti masih sulit memahami pedoman penyusunan Karya Tulis Ilmiah
karena kurangnya contoh referensi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang studi deskriptif tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi pada bulan Juli 2009.

SLTPN 2 Genteng terletak di Dusun Sumber Wadung, Desa Kaligondo,


Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Sekolah yang luasnya 15.000.000
m <!--[if !vml]--> <!--[endif]--> dengan jumlah siswa 736 anak, dengan sarana
dan prasarana yang cukup lengkap, sekolah ini juga mempersiapkan diri menuju
sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).

Hasil penelitian mengenai pengetahuan remaja putri tentang tingkat kecemasan


siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi diperoleh melalui kuesioner yang berisikan 8 pertanyaan
yang diberikan kepada 60 siswa remaja putri secara random di SLTP Negeri 2
Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi.

Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data terdiri dari
data umum dan data khusus yang selanjutnya dilakukan proses analisa data.

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Data Umum.

Tabel 4.1 Distribusi Umur Siswa (12-16 tahun) di SLTPN 2 Genteng Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.

No Umur (Tahun) Jumlah Prosentase (%)

1 12 6 10,00

2 13 50 83,33

3 14 3 0,05
4 15 1 0,016

5 16 0 0

TOTAL 60 100

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang berumur 12 tahun
sebanyak 6 orang (10,00 %), siswa yang berumur 13 tahun sebanyak 50 orang
(83,33 %), siswa yang berumur 14 tahun sebanyak 3 orang (0,05 %), siswa yang
berumur 15 tahun sebanyak 1 orang (0,016 %), siswa yang berumur 0 tahun
sebanyak 0 orang (0 %).

Tabel 4.2 Distribusi Gizi Siswa di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng


Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.

No Gizi Jumlah Prosentase (%)

1 Baik 12 20,00

2 Cukup 46 76,67

3 Kurang baik 2 3,33

TOTAL 60 100,00

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai gizi baik
sebanyak 12 orang (20,00 %), siswa yang mempunyai gizi cukup sebanyak 46
orang (76,67 %), siswa yang mempunyai gizi kurang baik sebanyak 2 orang
(3,33 %).

Tabel 4.3 Sumber Informasi Yang Di Dapat Siswa Tentang Menarche di SLTPN 2
Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.

No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 Televisi 12 20,00

2 Majalah 3 0,05

3 Orang Tua 45 75,00

TOTAL 60 100,00

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat informasi
dari televisi 12 orang (20,00 %), yang mendapat informasi dari majalah 3 orang
(0,05 %), yang mendapat informasi dari orang tua 45 orang (75,00 %).

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Data Khusus


Tabel 4.4 Distribusi Umur Siswa Terhadap Tingkat Kecemasan pada tanggal 16
Juli 2009.

Kurang
N Umur Baik Cukup Tidak BaikTotal
å Baik
o (th)
å % å % å % å % å %

1 12 6 - - - - 1 1,67 5 8,33 6 10,00

2 13 50 - - 7 11,66 15 25,00 28 46,67 50 83,33

3 14 3 - - 3 5,00 - - - - 3 0,05

4 15 1 - - 1 1,67 - - - - 1 0,016

5 16 0 - - - - - - - - 0 0

Total 60 - - 11 18,33 16 26,67 33 55,00 60 100

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang berusia 12 tahun 6
orang yang berpengetahuan kurang baik 1 orang (1,67 %), yang mempunyai
pengetahuan tidak baik 5 orang (8,33 %), siswa yang berumur 13 tahun 50
orang yang mempunyai pengetahuan cukup 7 orang (11,66 %) mempunyai
pengetahuan kurang baik 15 orang (25,00 %) mempunyai pengetahuan tidak
baik 28 orang (46,67 %), siswa yang berusia 14 tahun 3 orang, yang mempunyai
pengetahuan cukup (5,00 %), siswa yang berusia 15 tahun 1 orang, mempunyai
pengetahuan cukup (1,67 %).

Tabel 4.5 Distribusi Gizi SiswaTerhadap Tingkat Kecemasan pada tanggal 16 Juli
2009.

Kurang Tidak
N Baik Cukup Total
Gizi å Baik Baik
o
å % å % å % å % å %

1 Baik 12 - - 12 20,00 - - - - 12 20,00

2 Cukup 46 - - 10 16,66 34 56,67 2 3,33 46 76,67

3 Kurang 2 - - - - - - 2 3,33 2 3,33

Total 60 - - 22 36,66 34 56,67 4 6,66 60 100

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa gizi baik berjumlah 12
orang dengan kriteria cukup 12 orang (20,00 %), siswa gizi cukup hampir
dominan yaitu berjumlah 46 orang dengan kriteria cukup 10 orang (16,66 %),
yang berkriteria kurang baik 34 orang (56,67 %), yang berkriteria tidak baik 2
orang (3,33 %), siswa gizi kurang berjumlah 2 orang dengan kriteria tidak baik 2
orang (3,33 %).

Tabel 4.6 Tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche pada tanggal
16 Juli 2009.

Tingkat Kecemasan siswa


No Jumlah Prosentase (%)
dalam menghadapi menarche.

1 Baik - -

2 Cukup 11 18,33

3 Kurang Baik 33 55,00

4 Tidak Baik 16 26,67

TOTAL 60 100,00

Sumber : Data primer hasil kuesioner yang diolah peneliti.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi menarche dengan kriteria baik tidak ada, cukup 11 orang (18,33
%), kurang baik 33 orang (55,00 %) tidak baik 16 orang (26,67 %).

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dibahas dari hasil analisa tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi tahun 2009. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
bulan Juli 2009 didapatkan 33 siswa (55,00 %) memiliki pengetahuan kurang
baik. Hal ini dipengaruhi oleh minimnya informasi yang diterima. Informasi yang
diterima dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
terdiri kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan usia. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial budaya, lingkungan fisik,
lingkungan sosial (Notoatmojo, 2003 : 120-121).

Di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi merupakan


komunitas siswa-siswa yang beragam latar belakang. Tidak adanya sumber
informasi yang benar, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan sosial sekitar individu
mempengaruhi perilaku dan penampilan seseorang (Notoatmojo, 2003 : 120).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi menarche


meliputi: umur, status perkawinan, pendidikan, pendapatan, dan gizi, tetapi
dalam penelitian ini subjek peneliti adalah siswa kelas 1 di SLTPN 2 Genteng
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi sehingga faktor-faktor yang
digunakan oleh peneliti yaitu umur dan gizi saja.

Tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng


Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi paling banyak terdapat pada
kelompok umur 13 tahun seperti pada tabel 4.4 sebanyak 50 orang (83,33 %).
Semakin cukup usia, tingkat pengetahuan atau kematangan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan menerima informasi (Latipun, 2001 : 232).

Kebutuhan gizi siswa ternyata sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan


dalam menghadapi menarche, terbukti pada tabel 4.5 tentang distribusi gizi
siswa terhadap tingkat kecemasan, semakin baik gizi siswa tersebut semakin
baik pula kondisi siswa dalam menghadapi menarche.

Sumber informasi yang di dapat siswa tentang menarche di SLTPN 2 Genteng


Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi dari orang tua, teman, guru dan
media massa seperti majalah, TV dan internet. Orang tua sangat berperan
penting dalam hal pemberian bimbingan karena lingkungan keluarga merupakan
lingkungan yang sangat dekat dengan siswa, ini dapat dilihat pada tabel 4.3
dimana yang lebih dominan dalam pemberian sumber informasi yaitu berasal
dari orang tua yang berjumlah 45 (75,00 %), yang ke dua adalah lingkungan
masyarakat.

Yang tidak kalah pentingnya adalah media elektronika yaitu televisi. Faedah alat
bantu seperti pemutaran video kaset adalah mempermudah penerimaan
informasi, karena 75%-87% pengindraan melalui mata (Notoatmojo, 2003 : 64).

Sedangkan bentuk komunikasi dimana seorang komunikan dan komunikator


dapat langsung tatap mata sehingga stimulus yaitu pesan/ informasi yang
disampaikan komunikan dapat langsung direspon pada saat itu juga. Apabila
tidak jelas dapat langsung diklarifikasi kepada komunikator (Notoatmojo, 2002 :
75).

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti merasa masih banyak
kekurangan karena keterbatasan waktu dan pengalaman dalam melakukan
penelitian. Semoga peneliti selanjutnya lebih sempurna.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Simpulan

Berdasarkan data analisis dapat disimpulkan sebagai berikut :

Mayoritas siswa 83,33 % yang dipengaruhi umur, meliputi : 7 siswa dengan


tingkat kecemasan cukup (11,66 %), 15 siswa dengan tingkat kecemasan kurang
baik (25,00 %), 28 siswa dengan tingkat kecemasan tidak baik (46,67 %);
Mayoritas siswa 76,67 % yang dipengaruhi gizi, meliputi: 10 siswa dengan
tingkat kecemasan cukup (16,66 %), 34 siswa dengan tingkat kecemasan kurang
baik (56,67 %), 2 siswa dengan tingkat kecemasan tidak baik (3,33 %); Mayoritas
siswa 55,00 % memiliki tingkat kecemasan yang kurang baik karena karena
dipengaruhi umur siswa, tingkat gizi, dan sumber informasi yang didapat siswa.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Saran

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bagi Tempat Penelitian


Agar pihak sekolah dapat memasukkan materi mengenai tingkat kecemasan
dalam menghadapi menarche dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
seperti dalam pelajaran biologi atau melalui kegiatan ekstra kurikuler lain guna
memberikan tambahan pengetahuan dan informasi mengenai tingkat
kecemasan dalam menghadapi menarche bagi siswanya terutama remaja putri
dalam masa pubertas serta melakukan pembinaan secara periodik pada siswa
tentang pengetahuan kesehatan reproduksi.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Bagi AKBID Poltekkes Mojopahit


Mojokerto.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan bacaan di
perpustakaan.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagi Siswa

Agar para remaja putri khususnya remaja putri kelas 1 di SLTPN 2 Genteng
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi untuk dapat lebih aktif dalam
menggali pengetahuan tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi
menarche.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mighwar, 2000. Psikologi Remaja, Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Brenda, Goodner. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinis Praktis. Jakarta:


EGC

Carpenito, Lynda Jual1. 1999. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Dorland. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset

Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara

Lie, Stephen. 2004. Terapi Vegetarian Untuk Penyakit Kewanitaan. Jakarta :


Prestasi Pustaka

Lioni, ida. 2008. Hamilton Anxiety Range Scale. http://idalioniells.multiply.com. 8


Maret 2009

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ihnu Keperawatan


Edisi I. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ihnu Keperawatan


Edisi II. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam @ Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset


Keperawatan. Jakarta: CV. Agung Seto
Okparasta. 2008. Dismenorea. http://fkunsri.wordpress.com , 8 Maret 2009

Owen, Elizabeth. 2005. Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Widya


Medika

Raybun, William. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika

Santoso, Budi dr. 2007. Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : SKP

Stuart & Sundden. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sugiono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabet

Sulaiman, Sastrawinata. 2004. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset.

Diposkan oleh BeJo Net Community di 11.09

KTI D3 KEBIDANAN : GAMBARAN USIA MENARCHE SISWI


KELAS 1 SMP

KTI D3 KEBIDANAN LENGKAP HUB : OVIK Hp. 081 904 015 729
begin_of_the_skype_highlighting 081 904 015
729 end_of_the_skype_highlighting
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Timbulnya menstruasi ini karena berfungsinya organ-organ hipotalamus, hipofise,
ovarium dan uterus secara terkoordinasi. Pada awal-awal menstruasi sering tidak
teratur bahkan bisa berlangsung 1-2 tahun dan pada waktu itu sering terdapat
menstruasi yang belum mengeluarkan telur (Dep Kes RI, 1992 : 30). .
Peristiwa ini bisa berproses dalam suasana hati yang normal pada anak gadis tetapi
kadang kala juga bisa berjalan tidak lancar atau tidak normal dan bisa menimbulkan
masalah-masalah psikosomatis (Kartono, 1992 : 111).
Dalam dasawarsa terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda.
Semmel weiis dalam Sarwono (1999) menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau
usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Sekarang
usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun
tetapi rata-rata 12,5 tahun. Hal ini disebabkan oleh makin baiknya nutrisi dan
kesehatan sekarang (Sarwono, 1999 : 92). Statistik menunjukkan bahwa usia
menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Menurut Brown dalam Sarwono (1999) menurunnya waktu usia menarche itu
sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan
berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi ditengah-tengah masa pubertas,
yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Cepat atau lambatnya kematangan
seksual (menstruasi ; kematangan fisik) ini selain dipengaruhi oleh konstitusi fisik
individual juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara
hidup dan lingkungan anak. Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang
anak gadis bisa memperlambat timbulnya menstruasi (Kartono, 1992 : 112).
Di SMP Negeri I Maospati jumlah keseluruhan murid perempuan kelas I adalah 150
orang. Dari sekian jumlah murid perempuan kelas I, yang sudah mengalami haid
adalah 95%. Menarchenya terjadi rata-rata usia 11-13 tahun.
Beberapa ahli mengatakan bahwa anak perempuan dengan jaringan lemak yang
lebih banyak, lebih cepat mengalami menarche. Latihan atletik yang berat dapat
memperlambat menarche dan atau mengganggu fungsi menstruasi. Saat timbulnya
menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antara
usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada antar ibu dan anak
perempuannya. Selain itu juga terdapat perbedaan etnis dalam usia saat menarche,
misalnya lebih lambat pada kulit hitam. Menarche lebih lambat timbul di daerah
pedesaan dibandingkan dengan perkotaan dan lebih cepat didaerah dataran rendah.
Faktor lain seperti penyakit kronis terutama yang mempengaruhi masukan makanan
dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche (Pardede, 2002 : 154).
Sekitar 1/3 dari jumlah penduduk indonesia terdiri dari kelompok usia remaja yang
perlu mendapat bimbingan dan perhatian yang lebih besar, karena pada usia
tersebut merupakan periode transisi dalam siklus hidup dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang penuh dengan masalah dan tantangan kehidupan (Dep Kes RI
dan WHO, 2003 : 1). Fase tibanya haid ini merupakan suatu peristiwa dimana
remaja benar-benar telah siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya.
Semakin muda usia remaja dan semakin belum siap menerima peristiwa haid akan
semakin terasa kejam dan mengancam pengalaman menstruasi tersebut.
Pengamatan secara psikoanalitis menunjukkan bahwa ada reaksi-reaksi psikis
tertentu pada saat haid pertama lalu timbul proses yang disebut sebagai komplek
kastrasi atau trauma genetalia (Kartono, 2002 : 112-113).
Menstruasi yang datangnya sangat awal, dalam artian anak gadis tersebut masih
sangat muda usianya, dan kurang mendisiplinkan diri dalam hal kebersihan badan
menyebabkan menstruasi itu dialami oleh anak sebagai suatu beban baru atau
sebagai satu tugas baru yang tidak menyenangkan. Kadang muncul anggapan yang
keliru yaitu anggapan yang sesuai dengan teori cloaca yang menyatakan segala
sesuatu yang keluar dari rongga tubuh itu adalah kotor, najis, menjijikkan, serta
merupakan tanda noda dan tidak suci. Dalam situasi yang demikian menarche
dihayati anak sebagai satu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya
dimana ia harus menyingkir, menyendiri, atau harus diisolir. Maka kelak ketika ia
telah menjadi dewasa, ia selalu cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan
orang lain, jika ia tengah mendapatkan haidnya. Reaksi individual anak gadis pada
saat menarche berbeda-beda atau bervariasi. Pada umumnya mereka diliputi
kecemasan-kecemasan berupa fobia atau berwujud minat yang sangat berlebihan
terhadap badan sendiri dalam bentuk hypochondria. Bisa juga berwujud rasa
bersalah atau berdosa yang sangat ekstrim yang kemudian menjadi reaksi paranoid
(Kartono, 2002 : 114-118). Beberapa perubahan mental lain yang terjadi adalah
berkurangnya kepercayaan diri (malu, sedih, khawatir dan bingung) (BKKBN, 2001 :
5). Dengan demikian perlu diberikan pendidikan tentang menarche kepada remaja
putri sebelum mereka menghadapi menarche.
1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah
Peristiwa menarche yang sifatnya sangat komplek meliputi unsur-unsur hormonal
dan psikososial. Menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan
kesehatan umum, faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, cara hidup dan
lingkungan. Pada waktu yang lampau menarche berkisar antara usia 15-19 tahun
tetapi terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yaitu antara
usia 11-13 tahun.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan fenomena permasalahan pada latar belakang di atas maka penulis
merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah gambaran usia menarche siswi kelas 1
SMP Negeri I Maospati ?”

1.4 Tujuan penelitian


1.4.1 Tujuan umum
Menggambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi usia siswi kelas 1 SMP Negeri I Maospati.
2. Mengidentifikasi jumlah siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid.
3. Mengidentifikasi usia menarche siswi kelas 1 yang sudah mengalami haid.
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat teoritis
Berdasarkan penelitian ini dapat digambarkan usia menarche siswi kelas 1 SMP
Negeri I Maospati sehingga dapat mengetahui apakah usia menarchenya awal,
normal, atau lambat.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi institusi sekolah
Sebagai masukan bagi kebijaksanaan program dalam rangka pengawasan,
pengendalian, dan pembinaan bagi remaja putri.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih bagi institusi
pendidikan, khususnya dalam bidang perpustakaan dan diharapkan menjadi
masukan yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga dan merupakan proses belajar guna
meningkatkan dan menambah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
penelitian.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti lain dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori tentang menarche


2.1.1 Pengertian
Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita
(Sarwono, 1999 : 92).
Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau
datang bulan yang pertama kali (BKKBN, 1997 : 27)
2.1.2 Karakteristik usia menarche
Usia remaja yang mendapat menarche bervariasi yaitu : antara usia 10-16 tahun,
tetapi rata-rata 12,5 tahun (Sarwono, 1999 : 104), antara 11-15 tahun, rata-rata 13
tahun (Pardede, 2002 : 154).
2.1.3 Macam-macam menarche
1. Menarche prekoks
Menarche prekoks yaitu sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.
2. Menarche tarda
Menarche tarda yaitu menarche yang baru datang umur 14-16 tahun. (Sarwono, 1999
: 236).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche
Menurut Sarwono (1999) :
1. Faktor keturunan
Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga.
Hubungan antara usia menarche sesama saudara kandung lebih erat dari pada
antara ibu dan anak perempuannya.
2. Keadaan gizi
Makin baiknya nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak
perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih cepat mengalami
menarche dari pada anak yang kurus.
3. Kesehatan umum
Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis seperti penyakit
kronis, terutama yang mempengaruhi masukkan makanan dan oksigenasi jaringan
dapat memperlambat menarche. Demikian pula obat-obatan.
Menurut Kartono (1992) :
1. Faktor ras atau suku bangsa
Perbedaan etnis dalam usia saat menarche, misalnya di Amerika Serikat paling cepat
pada hispanics, lebih lambat pada kulit hitam dan paling lambat pada caucasian.
2. Faktor iklim
Menarche lebih lambat timbul di daerah pedesaan dibandingkan dengan perkotaan
dan lebih cepat di daerah dataran rendah.
3. Cara hidup
Latihan atletik yang berat dapat memperlambat menarche dan atau mengganggu
fungsi menstruasi.

4. Lingkungan
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa film-flim seks (blue
flims), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan
rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan
seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis
menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus,
kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior,
melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang
kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar
indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar
induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi.
Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ
reproduksi.
2.1.5 Fisiologi menstruasi
Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan
baru bekerja pada masa pubertas (Sarwono, 1999 : 110). Karena pengaruh hormon
FSH (Follicle stimulating hormone) dan estrogen, selaput rahim (endometrium)
menjadi sangat tebal, bila terjadi ovulasi berkat pengaruh prosgesteron selaput ini
menjadi lebih tebal lagi dan kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok.
Bersamaan dengan itu, endometrium menjadi lembek seperti karet busa dan
melakukan persiapan-persiapan supaya sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang.
Bila tidak ada sel telur yang bersarang, endometrium ini terlepas dan menjadi
perdarahan disebut haid (Mochtar, 1998 : 15)
2.1.6 Mekanisme haid
Hormon streoid, estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
endometrium. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium memasuki fase
proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid terjadi regresi
endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal dengan nama
haid (Sarwono, 1999 : 119)
2.2 Kajian teori tentang remaja
2.2.1 Pengertian
Masa remaja atau masa adolesensi adalah fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke
masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede,
2002 : 138).
1. Menurut buku-buku pediatri
Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak. Remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk
tinggal.
4. Menurut undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah
remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Dik Nas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang
sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih,
2004 : 2).
2.2.2 Tahap-tahap masa remaja
1. Masa remaja awal (10-14 tahun)
Yang dimaksud masa remaja awal adalah periode dimana masa anak telah lewat dan
pubertas dimulai. Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian
besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan
pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya.
2. Masa remaja menengah (15-16 tahun)
Masa ini adalah masa perubahan dan pertumbuhan yang paling dramatis. Masa
remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas,
timbulnya ketrampilan, ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan
terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak
emosional dan psikologis dengan orang tua.

3. Masa remaja akhir


Masa remaja akhir adalah tahap dari perkembangan pubertas sebelum masa dewasa.
Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang dewasa,
termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai
pribadi (Pardede, 2002 : 139)

KTI KEBIDANAN KTI KEBIDANAN DI 21.09

0 KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langgan: Poskan Komentar (Atom)

TENTANG KAMI
KTI KEBIDANAN

KAMI MENYEDIAKAN MAKALAH, KTI KEBIDANAN, ASUHAN KEBIDANAN


UNTUK SEMUA KTI, HUB : OVIK Hp. 081904015729

LIHAT PROFIL LENGKAPKU

ONLINE

CHAT ROOM
View shoutbox
ShoutMix chat widget
Regresi Linear
Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui
pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel.
Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen
atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel
terikat atau variabel dependen.

Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu
buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan
beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Analisis regresi linear merupakan
metode statistik yang paling jamak dipergunakan dalam penelitian-penelitian sosial, terutama
penelitian ekonomi. Program komputer yang paling banyak digunakan adalah SPSS
(Statistical Package For Service Solutions).

Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah
variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah:

Y = a + b X.

Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta
(intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat
kartesius.

Langkah penghitungan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS adalah: Analyse
--> regression --> linear. Pada jendela yang ada, klik variabel terikat lalu klik tanda panah
pada kota dependent. Maka variabel tersebut akan masuk ke kotak sebagai variabel dependen.
Lakukan dengan cara yang sama untuk variabel bebas (independent). Lalu klik OK dan akan
muncul output SPSS.
Interpretasi Output

1. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam


menjelaskan varians variabel terikatnya. Mempunyai nilai antara 0 – 1 di mana nilai yang
mendekati 1 berarti semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
varians variabel terikatnya.

2. Nilai t hitung dan signifikansi

Nilai t hitung > t tabel berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat, atau bisa juga dengan signifikansi di bawah 0,05 untuk
penelitian sosial, dan untuk penelitian bursa kadang-kadang digunakan toleransi sampai
dengan 0,10.

3. Persamaan regresi

Sebagai ilustrasi variabel bebas: Biaya promosi dan variabel terikat: Profitabilitas (dalam
juta rupiah) dan hasil analisisnya Y = 1,2 + 0,55 X. Berarti interpretasinya:

1. Jika besarnya biaya promosi meningkat sebesar 1 juta rupiah, maka profitabilitas
meningkat sebesar 0,55 juta rupiah.
2. Jika biaya promosi bernilai nol, maka profitabilitas akan bernilai 1,2 juta rupiah.

Interpretasi terhadap nilai intercept (dalam contoh ini 1,2 juta) harus hati-hati dan sesuai
dengan rancangan penelitian. Jika penelitian menggunakan angket dengan skala likert
antara 1 sampai 5, maka interpretasi di atas tidak boleh dilakukan karena variabel X tidak
mungkin bernilai nol. Interpretasi dengan skala likert tersebut sebaiknya menggunakan
nilai standardized coefficient sehingga tidak ada konstanta karena nilainya telah
distandarkan.

Contoh: Pengaruh antara kepuasan (X) terhadap kinerja (Y) dengan skala likert antara 1
sampai dengan 5. Hasil output yang digunakan adalah standardized coefficients sehingga
Y = 0,21 X dan diinterpretasikan bahwa peningkatan kepuasan kerja akan diikuti dengan
peningkatan kinerja atau penurunan kepuasan kerja juga akan diikuti dengan penurunan
kinerja. Peningkatan kepuasan kerja dalam satu satuan unit akan diikuti dengan
peningkatan kinerja sebesar 0,21 (21%).

Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana,
hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn.

Dengan Y adalah variabel bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta
(intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.

Interpretasi terhadap persamaan juga relatif sama, sebagai ilustrasi, pengaruh antara motivasi
(X1), kompensasi (X2) dan kepemimpinan (X3) terhadap kepuasan kerja (Y) menghasilkan
persamaan sebagai berikut:

Y = 0,235 + 0,21 X1 + 0,32 X2 + 0,12 X3

1. Jika variabel motivasi meningkat dengan asumsi variabel kompensasi dan


kepemimpinan tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat
2. Jika variabel kompensasi meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan
kepemimpinan tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat.
3. Jika variabel kepemimpinan meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan
kompensasi tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat.

Interpretasi terhadap konstanta (0,235) juga harus dilakukan secara hati-hati. Jika
pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert antara 1 sampai dengan 5 maka tidak
boleh diinterpretasikan bahwa jika variabel motivasi, kompensasi dan kepemimpinan bernilai
nol, sebagai ketiga variabel tersebut tidak mungkin bernilai nol karena Skala Likert terendah
yang digunakan adalah 1.
Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan
menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa
secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi
secara parsial tidak. Sebagai ilustrasi: seorang penjahat takut terhadap polisi yang membawa
pistol (diasumsikan polisis dan pistol secara serempak membuat takut penjahat). Akan tetapi
secara parsial, pistol tidak membuat takut seorang penjahat. Contoh lain: air panas, kopi dan
gula menimbulkan kenikmatan, tetapi secara parsial, kopi saja belum tentu menimbulkan
kenikmatan.

Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara
statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi asumsi normalitas, multikolinearitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi linearitas (akan dibahas belakangan).

Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah 1)
koefisien determinasi; 2) Uji F dan 3 ) uji t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir
analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui
signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan adjusted R Square dan jika
bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat dilakukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul

1. Dalam uji regresi sederhana apakah perlu menginterpretasikan nilai F hitung?

Uji F adalah uji kelayakan model (goodness of fit) yang harus dilakukan dalam analisis
regresi linear. Untuk analisis regresi linear sederhana Uji F boleh dipergunakan atau
tidak, karena uji F akan sama hasilnya dengan uji t.
2. Kapan menggunakan uji dua arah dan kapan menggunakan uji dua arah?

Penentuan arah adalah berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian dan perumusan
hipotesis. Jika hipotesis sudah menentukan arahnya, maka sebaiknya digunakan uji satu
arah, tetapi jika hipotesis belum menentukan arah, maka sebaiknya menggunakan uji dua
arah. Penentuan arah pada hipotesis berdasarkan tinjauan literatur. Contoh hipotesis dua
arah: Terdapat pengaruh antara kepuasan terhadap kinerja. Contoh hipotesis satu arah:
Terdapat pengaruh positif antara kepuasan terhadap kinerja. Nilai t tabel juga berbeda
antara satu arah dan dua arah. Jika menggunakan signifikansi, maka signifikansi hasil
output dibagi dua terlebih dahulu, baru dibandingkan dengan 5%.

3. Apa bedanya korelasi dengan regresi?

Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku bolak-balik,
sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan dengan A. Untuk
regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi tidak boleh dikatakan
B berpengaruh terhadap A. Dalam kehidupan sehari-hari kedua istilah itu (hubungan dan
pengaruh) sering dipergunakan secara rancu, tetapi dalam ilmu statistik sangat berbeda. A
berhubungan dengan B belum tentu A berpengaruh terhadap B. Tetapi jika A
berpengaruh terhadap B maka pasti A juga berhubungan dengan B. (Dalam analisis lanjut
sebenarnya juga ada pengaruh yang bolak-balik yang disebut dengan recursive, yang
tidak dapat dianalisis dengan analisis regresi tetapi menggunakan structural equation
modelling).

Read more: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/regresi-


linear.html#ixzz1DvgvaVTa

You might also like