Professional Documents
Culture Documents
Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu mereka yang berumur 10-19 tahun (Depkes, 1993).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa baik secara jasmani maupun rohani.
Tahapan ini sangat menentukan bagi pribadi remaja dimana terjadi perubahan besar dan cepat
dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial/tingkah laku. Perubahan
fisik/jasmani seperti berat badan, ukuran anggota badan dan sebagainya; serta perubahan
yang lain seperti berfikir/kecerdasan, bertingkah laku, perasaan/kejiwaan yang berjalan
secara bertahap sesuai dengan umurnya (BKKBN, 2000).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia menarche
antara lain adalah pengaruh genetik, kondisi sosial ekonomi, kesehatan umum,
kesejahteraan, status gizi, jenis latihan fisik tertentu dan jumlah anggota keluarga. Penelitian
Burhanuddin (2007) menemukan bahwa dari 400 orang pelajar putri Bugis Kota dan Desa di
Sulawesi Selatan yang sudah menarche berusia antara 10.62 tahun sampai 15.71 tahun. Hal
ini meliputi kelompok Kota 200 orang dengan usia rata-rata 12,93 tahun dan kelompok Desa
200 orang dengan usia rata-rata 13,18 tahun pada pelajar putri Bugis. Disimpulkan bahwa
ditemukan perbedaan berat badan, status gizi, status sosial ekonomi dan aktivitas fisik
responden terhadap pencapaian usia menarche pada pelajar putri Bugis Kota dan Desa di
Sulawesi Selatan.
Ditemukan parameter pembeda terkuat melalui analisis diskriminan adalah berat badan,
sebagai pemicu percepatan usia menarche. Melalui analisis jalur terdapat aspek yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian usia menarche yaitu: (1) berat badan (2) status
gizi dan (3) status sosial ekonomi orang tua. Sedangkan faktor yang berpengaruh secara tidak
langsung adalah aktivitas fisik responden melalui (1) aktivitas fisik (Burhanuddin, 2007).
1. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun, merupakan masa yang khusus
dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa
dewasa (Depkes RI, 2001).
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa
remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa remaja akhir (16-
19 tahun). Ciri khas tahap remaja awal antara lain: lebih dekat dengan teman sebaya, ingin
bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Ciri khas
tahap remaja tengah antara lain: mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan,
mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak,
berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas tahap remaja akhir antara lain: pengungkapan
kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya,
dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak (Depkes RI, 2001b).
Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ
reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan
fungsi reproduksi. Perubahan itu ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks yaitu
terjadinya haid pada remaja puteri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-
laki (Depkes RI, 2001b).
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang
meliputi : (1) Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif (mudah menangis, cemas,
frustasi dan tertawa; agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi. (2). Perkembangan intelegensia, sehingga remaja
menjadi: mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,
sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba (Depkes RI, 2001b).
2. Menarche
Menarche didefinisikan sebagai pertama kali menstruasi, yaitu keluarnya cairan darah dari
alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah. Sudah lebih dari setengah abad rata-rata usia menarche mengalami
perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi 13 tahun, secara normal menstruasi awal terjadi pada
usia 11 – 16 tahun (Kartono, 1992).
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-
faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur
10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi,
dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan
sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan
menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi
adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada
satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan
tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap
bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan
indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut
hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang.
Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak
menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding
uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah,
dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga
tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh
karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan
darah sederhana
Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan
bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur,
atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami menstruasi yang berlebihan, kondisi
yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat
berlangsung lebih lama dari periode normal (Anonim, 2008).
Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang
diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status
sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan
keterpaparan terhadap media massa orang dewasa (Ginarhayu, 2002). Sedangkan menurut
Sanjatmiko (2004) tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung
percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan
formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang
menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam
lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non
formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi
serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke
arah percepatan usia menarche remaja.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. Materi Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Bagi Fasilitator. Badan
Kordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. 2000.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan Remaja di Sekolah Tingkat
Lanjut. Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Depkes RI. Jakarta. 1993.
Departemen Kesehatan RI. Materi Inti Kesehatan Reproduksi Remaja. Depkes RI. Jakarta.
2001a.
Departemen Kesehatan RI, United Nations Population Found. Yang Perlu Diketahui
Ginarhayu. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri
(9 – 15 Tahun) Pada Siswi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Jakarta
Timur Pada Tahun 2002.
http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=71129&lokasi=lokal
Kartono. Psikologi Wanita. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Mandar Maju.
Bandung. 1992.
Sanjatmiko, Prihandoko. Menarche sebagai Tanda Maturitas Seksual Remaja. Faktor-Faktor
Lingkungan Sosial Budaya yang Mendukung Proses Menarche Remaja Wanita (Studi
Kasus terhadap Peer Group di Daerah Sekitar Kota Metropolitan DKI Jakarta).
http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=72329&lokasi=lokal
blogfriendster
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri
koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan
iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria
berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila
plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri)
mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis
pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil
menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya
berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya
pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali
dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan
konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan
deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner
dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner
dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan 16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh
arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis;
pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi
nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular
endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus
intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama
20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling
banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium
kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner,
sebagian besar dari miocardium distal mati .18)
Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)
g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19)
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG istirahat
2) DPL, LED, CRP
3) Enzim jantung dan isoenzim
4) Troponin I atau T
5) Ekokardiografi
6) Tes latihan
7) Arterografi koroner21)
8) Elektrolit
9) Sel darah putih
10) Kolesterol/trigliserida serum
11) Foto dada
12) Pemeriksaan pencitraan nuklir
13) Pencitraan daerah jantung
14) Angiografi koroner.22)
l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan
otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi
listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika
pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai
komplikasi.24)
Konsep aktivitas
Pengertian
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.25) Intoleransi aktivitas
yaitu suatu keadaan dimana seorang klien mempunyai energi fisiologi atau
psikologi yang tidak memadai untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas
sehari-hari yang diperlukan/diinginkan.26)
Etiologi
Pada AMI akan terjadi iskemi pada miokardial, terjadi karena miokardial
kekurangan suplai oksigen, sehingga terjadi hipoksia pada jaringan
jantung.keadaan ini menyebabkan berubahnya integritas membran sel pada
jantung, menyebabkan penurunan kontraktility jantung. Akibat dari penurunan
daya kontraksi jantung maka darah tidak bisa dipompakan semaksimal
mungkin. Bila aktivitas meningkat maka kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi meningkat, sedangkan kontraktilitas otot jantung menurun, sehingga
akan terjadi intoleransi aktivitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas :
Tingkat perkembangan tubuh
Kesehatan fisik seperti penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi
Keadaan nutrisi
Emosi
Kelemahan neuromuskuler dan sekeletal
Pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi :
Gangguan muskulosekeletal
Osteoporosis
Atropi
Kontraktur
Kekakuan dan sakit sendi.
Gangguan kardiovaskuler
Postural hipotensi
Vasodilatasi vena
Peningkatan penggunaan valsava manuver.
Kerangka teori
Bagan 3
4) Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran
Postur/bentuk tubuh
1 Skoliosis
2 Kiposis
3 Lordosis
4 Cara berjalan
Ektremitas
Kelemahan
Gangguan sensorik
Tonus otot
Atropi
Tremor
Gerakan tak terkendali
Kekuatan otot
Kemampuan jalan
Kemampuan duduk
Kemampuan berdiri
Nyeri sendi
Kekakuan sendi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan teori
Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian
Beberapa pengertian Acut Miocard Infark (AMI) adalah:
Nekrosis Iskemik pada miokard akibat sumbatan akut pada arteri koroner.7)
Nekrosis otot jantung, biasanya ventrikel kiri, biasanya akibat ateroma arteri
koronaria dengan pemberat terjadinya trombus atau perdarahan pada plak.8)
Nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.9)
Penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner, mengakibatkan
iskemia miocard dan nekrosis.10)
b. Kriteria
Acut Miocard Infark (AMI) menurut WHO harus mempunyai dua dari tiga kriteria
berikut:
1) Riwayat klinis nyeri dada selama lebih dari 20 menit
2) Perubahan serial EKG
3) Peningkatan dan penurunan enzim jantung (biomakers).11)
c. Etiologi
Penyebab yang amat sering adalah penyakit jantung koroner ateromatosa, bila
plak ateromatosa koroner (tidak selalu yang sangat mempersempit lumen arteri)
mengalami erosi atau ruptur, terjadi penyebaran plak mendadak dan trombosis
pada lumen arteri koroner.12) Perubahan pola angina yang mendadak dari stabil
menjadi tak stabil atau terjadinya Acute Miocard Infark (AMI) biasanya
berhubungan dengan fisura plak pada titik stress regangan tinggi (misalnya
pada batas akut arteri koroner kanan/Right Coronary Artery) dan sering sekali
dalam hubungannya dengan plak aterosklerosis minor, dinding arteri robek, dan
konstituen trombogenik dinding ateri terpajan lumen, hal ini menyababkan
deposit platelet, pembentukan trombus, dan penurunan aliran darah koroner
dengan cepat: maka satu lesi minor dapat berkembang menjadi deseksi koroner
dalam waktu beberapa menit dan terjadi oklusi akut.13)
Penyebab Acute Miocard Infark (AMI) lain yang jarang:
1) Emboli arteri koroner (trombus, vegetasi terinfeksi)
2) Spasme arteri koroner (obat – obat NB, misalnya kokain)14)
3) Trombosis arteri koroner spontan (keadaan protrombotik)15)
4) Anomali arteri koroner
5) Diseksi arteri koroner spontan16)
d. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi, anatomi, dan diagnostik.
Morfologi dan anatomi : Transmural dan nontransmural
Diagnosa klinik : STEMI, NSTEMI, Q wave, Non Q wave.
Sumber: http://www.clevelandclinicmede.com/diseasemanagemen, 30Mei 2002
e. Patogenesis
Miocard Infark terjadi bila arteri koroner tersumbat, miocard yang disuplai oleh
arteri tersebut mengalami iskemik dan dalam beberapa jam terjadi nekrosis;
pemulihan aliran darah dengan cepat bisa mencegah infark dan membatasi
nekrosis.17)
f. Patofisiologi
Sebagian besar Acute Miocard Infark (AMI) disebabkan oleh gangguan vaskular
endothelium akibat unstable atherosclerosis plaque yang menstimulasi trombus
intra coroner dan menyumbat aliran coroner. Jika penyumbatan terjadi selama
20 – 40 menit akan terjadi kematian sel miocardial yang irreversible. Paling
banyak terjadi pada bagian distal dari aliran suplay coroner yaitu endocardium
kemudian akan ke miocardium dan akhirnya ke epicardium. Daerah infark akan
membentuk sirkulasi kolateral. Biasanya setelah 6 – 8 jam sumbatan koroner,
sebagian besar dari miocardium distal mati .18)
Bagan 1
Skema Patofisiologi Acut Miocard Infark (AMI)
g. Morfologi
Lokasi dan luas infark tergantung pada:
1) Letak penyumbatan arteri koroner
2) Struktur anatomik pasokan darah
3) Ada atau tidaknya sirkulasi anastomotik dalam anyaman arteri koronaria.19)
Lihat tabel 1.
Tabel 1
Sumbatan Arteri Koronaria dan Regio Acut Miocard Infark (AMI)
Tabel 2
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI)
l. Prognosis
Prognosis Acut Miocard Infark (AMI) tergantung pada besar dan lokasi kerusakan
otot jantung. Dan prognosis lebih buruk jika disertai kerusakan sistem konduksi
listrik. Kira – kira satu dan tiga pasien meninggal. Prognosis yang baik jika
pasien masih hidup setelah dua jam serangan, tetapi kemungkinan akan disertai
komplikasi.
Fisiologi Curah Jantung
m. Curah Jantung Normal
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta oleh jantung
setiap menit. Merupakan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi dan
bertanggung jawab untuk transportasi substansi – substansi ke dan dari
jaringan. Aliran balik vena dan curah jantung harus setara satu sama lain kecuali
untuk beberapa denyut jantung pada suatu waktu bila darah untuk sementara
disimpan atau dikeluarkan dari jantung dan paru – paru.
Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas tubuh. Curah
jantung meningkat sebanding dengan luas permukaan tubuh disebut sebagai
indeks jantung, yaitu curah jantung per meter persegi luas permukaan tubuh.
Beberapa tanda dan gejala sebagai defining characteristics dari penurunan curah
jantung yaitu:
Altered Heart Rate/Rhythm
a) Arhytmia (takhycardia, bradycardia)
b) Palpitasi
c) Elektro cardiography (ECG) changes.
Altered Preload
Distensi vena jugularis
Fatigue
Edema
Murmur
Peningkatan/penurunan Central Venous Return (CVP)
Peningkatan/penurunan Pulmonal Arteri Wedge Pressure (PAWP)
Weight gain.
Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke
Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.
Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acute Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arrytmia
Skema Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Lihat bagan 3.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karies gigi atau pembusukan gigi adalah suatu kerusakan destruktif progresif
dan mengenai jaringan-jaringan gigi yang mengalami perkapuran. 1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :
Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental
Adanya bakteri jenis Streptococcus dan Lactobacillus
Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti : permen, coklat.
Faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan,
usia dan jenis kelamin, DM,TBC.
Berdasarkan survei Litbankes, prosentase angka kesakitan gigi menduduki
peringkat ke-6 terbanyak (SKRT 1992). Di Indonesia prevalensi karies gigi tetap
diperkirakan 60-80% dari jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan survei
kesehatan gigi yang dilakukan oleh direktoral Kesehatan Gigi pada tahun 1995 di
10 propinsi di Indonesia (1984-1988) pada daerah kota anak umur 8 tahun
mempunyai prevalensi karies 45,2%, rata-rata 0,94, anak umur 12 tahun
sebesar 76,62% rata-rata 2.21, sedangkan anak umur 14 tahun mempunyai
prevalensi kariesnya 73,2& dengan rata-rata 2,69. 2)
Adanya interaksi antara faktor penyebab karies, merupakan awal terjadinya lesi
karies gigi. Hasil laporan penelitian-penelitian di berbagai tempat di Indonesia
menunjukkan adanya prevalensi yang cukup tinggi pada anak usia prasekolah.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik
karies gigi pada anak usia prasekolah di TK Kemudo II, Kemudo, Prambanan,
Klaten. Hasil survei pendahulu di dapatkan lebih separuh dari 42 anak
mengalami karies gigi.
Rumusan Masalah
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak di TK
Kemudo II, Kemudo, Prambanan, Klaten tahun 2006?”
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik anak yang menderita karies gigi pada anak TK di TK
Kemudo II, Kemudo, Prambanan Klaten
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi karies gigi pada anak TK di TK Kemudo II, Kemudo,
Prambanan Klaten.
b. Mengetahui ciri-ciri anak TK dengan karies gigi berdasarkan usia, makanan,
jenis kelamin dan kebiasaan sehari-hari seperti menggosok gigi di TK Kemudo
II, Kemudo, Prambanan Klaten.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah bahan masukan untuk pihak sekolah maupun orang
tua seiswa dalam mencegah karies gigi pada siswa di TK Kemudo II, Kemudo,
Prambanan Klaten.
Kerangka Teori 3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi :
Sumber : Suwelo, I.S. 1992
Nurachman, Elly. 2001
Pertanyaan Penelitian
“Bagaimana karakteristik anak yang menderita karies gigi di TK Kemudo II,
Kemudo, Prambanan Klaten?”
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis
1. Berdasarkan Metode
Dalam penelitian ini menggunakan survei deskriptif
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada komunitas
anak-anak Taman Kanak-Kanak.
Definisi Operasional
NO Variabel
Subvariabel Definisi Operasional Skala Parameter
1 Karakteristik anak yang menderita karies gigi. Segala ciri anak yang menderita
karies gigi meliputi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa
d. Bentuk gigi
e. Janis makanan yang sering dikonsumsi
f. Pola pemeliharaan gigi Naminal
Sub. Variabel :
a. Usia
Umur anak dalam tahun dan bulan pada saat pendaftaran pada saat diadakan
penelitian Naminal
b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Naminal
c. Suku Bangsa Merupakan kelompok etnis/ras yang meliputi :
1. Jawa
2. Sunda
3. Batak
4. Dayak Naminal
d. Bentuk Gigi Penampilan gigi yang meliputi :
5. Bentuk/ukuran
6. Susunan gigi
7. Keteraturan
8. Kondisi permukaan
9. Keutuhan Naminal
e. Jenis Makanan Yang Sering Dikonsumsi Makanan/minuman yang paling sering
dikonsumsi dan berkaitan dengan kejadian karies gigi Naminal
f. Pola Pemeliharaan Gigi Kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan
gigi agar tidak terjadi karies gigi yang meliputi :
1) Frekuensi menggosok gigi
2) Kaontrol dokter gigi
Pengolahan Data
7. Editing
8. Koding
9. Tabulating
Analisa Data
Data penelitian diolah dengan teknik univariate yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel silang dan tabel
frekuensi.
10. Tabel frekuensi merupakan deskriptisasi
11. Tabel silang merupakan hasil pengelompokan data dari tabel frekuensi data
yang diperoleh akan dianalisa menggunakan analisa prosentasi sebagai berikut :
0% : Tidak ada
1% - 24% : Sebagian kecil
25% - 49% : Kurang dari separuh
50% : Separuh
51% - 74% : Lebih dari separuh
75% - 99% : Sebagian basar
100% : Seluruh nya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data penelitian ini di peroleh langsung dari siswa-siswi di TK Pertiwi Kemudo II
dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi kepada responden yang
mengalami karies gigi. Jumlah siswa di TK Pertiwi Kemudo II tahun 2006 adalah
42 dan yang menderita karies gigi sebanyak 24 anak (57,14%). Variabel
penelitian ini adalah karakteristik anak yang menderita karies gigi.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan penelitian dapat
mengetahui karakteristik yang paling banyak muncul pada anak yang menderita
karies gigi di TK Pertiwi Kemudo Prambanan Klaten, yaitu :
1. Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (58,33%) anak menderita karies gigi
berusia lebih dari 6 tahun
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83 %) anak yang menderita karies
berjenis kelamin perempuan.
3. Berdasarkan Suku Bangsa
Dari hasil penelitian, seluruh (100%) anak yang menderita karies gigi berasal
dari suku Jawa.
4. Bentuk Gigi
Dari hasil penelitian, sebagian kecil (8,33%) anak yang menderita karies gigi
memiliki gigi yang tidak teratur yaitu gigi yang berjejal.
5. Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi
Dari hasil penelitian, kurang dari separuh (25%) yang menyukai makanan manis
tetapi sebagaian besar (75%) menyukai makanan lunak.
6. Berdasarkan Pola Pemeliharaan Gigi
Dari hasil penelitian, lebih dari separuh (70,83%) menggosok gigi dua kali sehari
tetapi seluruhnya (100%) cara menggosok giginya tidak berurutan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 24 anak yang menderita
karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II, Kemudo Prambanan Klaten Jawa Tengah
adalah sebagai berikut :
1. Proporsi karies gigi di TK Pertiwi Kemudo II adalah sebanyak 57,14%.
2. Lebih dari separuh anak yang menderita karies gigi berusia lebih dari enam
tahun berjenis kelamin perempuan dan karakteristik yang paling menonjol
adalah seluruh anak (100%) menggosok gigi dengan cara yang tidak berurutan.
Saran
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tingkat satu. Maka dari itu bagi peneliti
berikutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu tentang
hubungan antara karies gigi dengan nutrisi, pola gigi atau nutrisi selama
kehamilan.
4. Bagi Puskesmas
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 57,14% anak yang menderita karies gigi,
berplak sedang. Maka dari itu diharapkan agar petugas Puskesmas memberikan
penyuluhan tentang karies gigi dan latihan menggosok gigi yang benar.
KUESIONER
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Sudah Menstruasi atau belum :
NO KEGIATAN W A K T U
Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV
1 BAB I
2 BAB II
3 BAB III
4 KUESIONER
JADWAL WAKTU PENELITIAN
No Kegiatan W A K T U
Agustus September Oktober November Desember
I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan Proposal
2 Ujian Proposal
3 Pengumpulan Data
4 Olah Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Ujian K.T.I
DAFTAR PUSTAKA
A
C
B
A
C
B
B
A
B
B
C
B
B
A
A
Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun
perubahan mental, waktu anak berusia remaja menemukan kesempatan untuk
mencoba yang baru. Pada tahun 2000, kaum muda berumur 14 sampai 24
tahun berjumlah 43,3 juta orang, merupakan 21% penduduk Indonesia yang
merupakan tulang punggung negeri ini dan bagian dari masyarakat, yang perlu
pendidikan dan bimbingan lengkap demi masa depannnya. Saat ini para remaja
sangat dipengaruhi oleh media massa, termasuk internet, film dan musik.
Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide baru dan lebih
intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi yang berkaitan
dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam medapatkan informasi tentang hal-
hal yang menyangkut tentang organ reproduksi merupakan salah satu faktor
yang mempercepat seseorang menginjak masa pubertas.
WWW.acicis.Murdech.edu.qu/ni
option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29
1 April 2007 Jam 12.00
WWW.Kesrepro Info.com/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.Pdf
1 April 2007 Jam 12.00
LAPORAN PENELITIAN
Disusun Oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187
Disusun oleh :
Nama : B. Wijanarko Listyo Hatmoko
NIM : 252187
Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui
pada tanggal 12 Februari 2008
Pembimbing,
Mengesahkan
Direktur Akademi Keperawatan
Panti Rapih Yogyakarta
Penguji :
C. Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp ………………………
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR ISI ix
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
Tinjauan Teori 6
1. Perkembangan Seksual Wanita 6
2. Pubertas 7
3. Menarche 8
4. Fisiologi Haid 10
5. Dismenore 11
6. Pengetahuan 13
Kerangka Teori 16
Pertanyaan Penelitian 16
BAB III METODE PENELITIAN 17
Jenis Penelitian 17
Desain Penelitian 18
7. Definisi Operasional 18
8. Populasi dan Sampel 18
9. Teknik Pengumpulan Data 19
10. Instrumen Pengumpulan Data 19
11. Pengolahan Data 19
12. Analisa Data 20
BAB IV HASIL PENELITIAN 21
BAB V PEMBAHASAN 43
BAB VI PENUTUP 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang
Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten Jawa Tengah Tahun 2007”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan di Akademi Keperawatan Panti Rapih Yogyakarta.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Ibu C. Sri Ujiningtyas, S. Kp selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta dan Pembimbing Teknis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Bapak Ign Gonggo Prihatmono, SKM dan Bapak A.Y Sutedjo, SKM selaku dosen
pengampu riset dan pengembangan keperawatan.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis,
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
1. Berdasarkan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Fenomena
disajikan secara apa adanya tanpa adanya manipulasi dan peneliti tidak
mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa
terjadi.1)
2. Berdasarkan Tujuan
Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan fakta-fakta yang ada atau ditemukan serta huibungannya
dengan teori.
3. Berdasarkan Manfaat
Penelitian ini merupakan penelitian terapan (aplied Research) karena
menerapkan berbagai disiplin ilmu untuk mengetahui bagaimana tingkat
pengetahuan remaja putri tentang Menarche.
4. Berdasarkan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan pada situasi yang
sebenarnya.
Desain Penelitian
5. Definisi Operasional
ABSTRAK
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan peneliti dapat mengetahui
Tingkat Pengetahuan Remaja putri kelas VIII SLTP Tentang Menarche Di SLTP N
I Prambanan Klaten, yaitu :
Pembahasan Persoal :
Berdasarkan Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, Menarche pun akan berlangsung
dengan sendirinya. Hal ini karena menarche merupakan kejadian yang fisiologis
yang dialami oleh seorang wanita yang menginjak masa puber. Dari hasil
penelitian, sebagian besar (75.50%) responden berumur diantara 13 - 14 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya menarche biasanya pada usia 13 - 14.
Berdasarkan Tanda Pubertas Yang Nampak Paling Akhir Pada Remaja Putri
Di duga karena tidak pernah memperhatikan perubahan bentuk tubuh dan alat
reproduksi pada waktu mengijak Pubertas atau karena perubahan bentuk tubuh
dan alat reproduksi yang berlangsung secara bersamaan sehingga dari hasil
penelitian, Sebagian besar (76.93%) responden tidak mengetahui tentang tanda
pubertas yang nampak paling akhir yaitu menstruasi pertama kali (menarche).
mengingat dengan jelas peristiwa terseut. Dan bagi responden yang berumur
kurang dari atau lebih dari 13-14 tahun kemungkinan belum pernah atau
bahkan sudah lupa tentang peristiwa tersebut sehingga tingkat pengetahuannya
rendah.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian terhadap 143 remaja di SLTP N I
Prambanan, Klaten, Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
Untuk tingkat pengetahuan tentang menarche diperoleh lebih dari separuh
(67.13%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh
(26.57%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6.30%)
responden memiliki tingkat pengetahuan rendah.
Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 64.34% remaja putri tidak mengetahui
terjadinya suatu kehamilan. Maka dari itu diharapkan agar pihak sekolah
memberikan penyuluhan kesehatan tentang seksualitas bagi remaja agar
generasi muda yang akan menjadi tulang punggung negeri ini tidak berhenti di
tengah jalan dalam mengenyam pendidikan. Dan dapat menyukseskan program
wajib belajar 9 tahun dari pemerintah.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini meneliti tentang tingkat pengetahuan remaja putri Kelas VIII
tentang menarche di SLTP N I Prambanan diharapkan bagi peneliti berikutnya
dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam yaitu : hubungan antara ras
dan gizi dengan umur menarche pada remaja putri pedesaan dan perkotaan.
INSIDEN
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari
sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada
penderita parotitis tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat pula diisolasi
dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari
keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun
subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur 6 – 8 bulan
tidak dapat terjangkit parotits karena dilindungi oleh anti bodi yang dialirkan
secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada umur antara 5 sampai
9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun, kemudian umur antara
10 sampai 14 tahun.5
PATOGENESIS
Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.3
MANIFESTASI KLINIS
(Sumber: http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-
epidemika.html)
1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :
Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi
www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access
www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20Kes%20Jiwa%20Remaja.pdf
Masa Remaja
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2).
Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain
itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak
lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka
pada dunia remaja. http://www.duniaguru.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=120&Itemid=29
Altered afterload
Cold/clammy skin
Nafas pendek/dyspnea
Oliguria
Perpanjangan capillary refill
Penurunan nadi perifer
Variations in blood pressure readings
Penurunan/peningkatan Sistemic vascular resistance (SVR)
Penurunan/peningkatan Pulmonal vascular resistance (PVR)
Perubahan warna kulit.
Altered contractility
a) Crackles
b) Cough
c) Orthopnea/paroxysmal nocturnal dyspnea
d) Cardiac Output < 4 L/menit
e) Cardiac Index < 2,5 L/menit
f) Penurunan fraksi ejeksi, Stroke Volume Index (SVI), Left Ventricular Stroke
Work Index (LVSWI)
g) Bunyi Jantung S3 dan S4.
Behavioral/emotional
anxiety
Restlessness.
Fisiologi Penurunan Curah Jantung Pada Acut Miocard Infark (AMI)
Komplikasi Acut Miocard Infark (AMI) sebagai etiologi perununan curah jantung
a) Ventricular septal ruptur
b) Papilary Muscle Ruptur (Acut Mitral Regurgitation)
c) Free Wall Rupture
d) Pseudoaneurisma
e) Left ventricular failure dan cardiogenic syock
f) Right Ventricular failure
g) Ventrikel Aneurisym
h) Dynamic Left Ventricular Outflow Obstruction
i) Arytmia
1. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :
Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi
www.menarche.com/post/29007_20.blog.m3-access
HIPERTENSI
Hipertensi/tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum timbul di dalam
masyarakat. Merupakan peningkatan yang persisten dari tekanan pembuluh
darah arteri, yaitu tekanan diastolik diatas 95 mmHg. Tekanan darah normal
biasanya tekanan sistolik tidak melebihi 140 mmHg dan diastolik tidak melebihi
90 mmHg. Namun patokan tekanan darah normal tersebut individual sifatnya.
Diagnosis hipertensi dibuat atas dasar hasil beberapa kali pemeriksaan, kecuali
bila tekanan darahnya sangat tinggi dapat ditetapkan dengan satu kali
pemeriksaan. Keluhan yang mungkin timbul antara lain nyeri pada daerah
kepala bagian belakang, mimisan, penglihatan kabur, kelemahan otot-otot,
mual, muntah, dan sebagainya.
Terdapat beberapa klasifikasi dari hipertensi, antara lain :
Penyebabnya : hipertensi primer (tidak diketahui sebabnya), dan hipertensi
sekunder (akibat penyakit, obat-obatan, maupun kehamilan).
Klasifikasi menurut WHO 1999, berdasarkan dari tekanan diastolik, yaitu :
derajat I (95-109 mmHg); derajat II (110-119 mmHg); derajat III (> 120
mmHg).
Pengelolaan terhadap penderita hipertensi adalah :
Pengobatan tanpa obat, antara lain : diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh,
peredaan stress emosional, berhenti merokok/alkohol, dan latihan fisik ringan
dan teratur.
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi
dokter.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
DIABETES MELLITUS
Diabetes Mellitus [kencing manis], merupakan suatu jenis penyakit hormonal,
timbul akibat gangguan produksi atau gangguan dari penggunaan insulin. Insulin
merupakan hormon yang diperlukan untuk mengubah gula, karbohidrat, dan zat
lain menjadi energi untuk kehidupan. Penyebab pasti penyakit ini masih misteri,
meskipun faktor genetik dan lingkungan [seperti kegemukan dan kurang
olahraga] memegang peranan penting.
Saat ini ada tiga tipe utama diabetes, yaitu :
Diabetes tipe I, timbul karena pankreas gagal/hanya sedikit dalam memproduksi
insulin, sehingga timbul peningkatan kadar gula. Umumnya timbul pada usia 8-
12 tahun, dan wanita lebih awal 1,5 tahun. Gejala yang timbul antara lain :
sering kencing, rasa haus/lapar yang berlebihan, penurunan berat badan [10-
30%], mudah lelah, emosional, dan sebagainya. Faktor penyebabnya antara lain
: proses autoimmun yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas, virus
[mumps, coxsackie, hepatitis], diet [tidak minum ASI, konsumsi nitrosamin
dalam jumlah besar], keracunan, stess, dsb.
Diabetes tipe II, timbul dari resistensi insulin [tubuh gagal untuk menggunakan
insulin secara baik, baik penggunaan ataupun sekresinya], dan terjadi defisiensi
relatif dari insulin. Umumnya timbul pada usia 40 tahun keatas, wanita lebih
banyak daripada pria. Gejala yang timbul mencakup gejala pada diabetes tipe I,
ditambah : sering terjadi infeksi, penglihatan kabur, luka sukar/lama sembuh,
rasa tebal pada tangan dan kaki, infeksi berulang pada kulit, mulut, ataupun
saluran kemih. Faktor penyebab terpenting adalah genetik dan kegemukan.
Selain diabetes tipe II, terdapat istilah pre-diabetes. Pre-diabetes timbul bila
kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk
didiagnosis sebagai diabetes tipe II.
Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada wanita hamil. Terjadi
pada sekitar 4% wanita hamil.
Diagnosis ditegakkan dengan :
Anamnesis, dari keluhan sering kencing, rasa lapar/haus berlebihan, penurunan
berat badan [10-30%], mudah lelah, riwayat keluarga dengan diabetes, dsb.
Pemeriksaan fisik, misalnya adanya kelainan pada retina mata, luka yang sukar
sembuh, dan sebagainya.
Pemeriksaan laboratorium, yaitu kadar gula darah puasa ³ 126 mg/dL (7.0
mmol/L); kadar gula darah 2 jam setelah makan atau gula darah random ³ 200
mg/dL (11.1 mmol/L).
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan :
Diet, yang dianjurkan adalah 10-20% kalori dari protein, < 10% kalori dari
lemak saturated dan polyunsaturated, sisanya diperoleh dari lemak
monounsaturated dan karbohidrat. Hindari pula konsumsi makanan yang
mengandung gula murni.
Olahraga, terbukti dapat memperbaiki toleransi glukosa dan menurunkan
pengobatan.
Obat-obatan oral, khususnya pada diabetes tipe II. Misalnya golongan biguanide
[metformin], sulfonilurea [Glimepiride, Glipizide, Glyburide], Thiazolidinediones
[Pioglitazone, Rosiglitazone], a-Glucosidase inhibitors [Acarbose, Miglitol].
Insulin, baik short acting, intermediate, ataupun long acting insulin. Insulin
diberikan pada diabetes tipe I. Selama terapi, baik dengan obat oral ataupun
insulin, gula darah dipertahankan pada level 80-150 mg/dL (4.4-8.3 mmol/L).
Komplikasi yang mungkin timbul :
Koma hypoglikemia ataupun koma hyperglikemia [ketoasidosis diabetes, koma
hyperosmolar non ketotik]. Timbul akibat kurang pengontrolan kadar gula.
Gangguan jantung, diabetic retinopathy, gangguan ginjal [nephropathy],
neuropathy dan kerusakan saraf, gangguan kulit, diabetic foot, gangguan
kesehatan mulut, problem psikologi akibat kronisnya penyakit.
Prognosis :
Dengan pengaturan diet, olahraga, serta pengobatan yang baik, akan
memperkecil timbulnya komplikasi.
Waspadai Nyeri Dada Lebih dari 15 Menit
Date: Wednesday, July 12 @ 00:09:34 WIT
Topic: Berita
| 12-07-2006 |
Jantung Koroner Picu Kematian pada Jam-jam Pertama
Penyakit jantung masih menjadi salah satu pembunuh terbesar di dunia.
Hebatnya lagi, penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan kapan saja tanpa
mengenal waktu. Bahayanya lagi, jika tidak mendapatkan penanganan dengan
segera, dapat berakibat fatal, karena penderita bisa meninggal dunia pada jam-
jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama.
“Angka kematian tertinggi penderita jantung koroner justru terdapat pada jam-
jam pertama dalam periode 24 jam yang pertama. Makanya, penyakit ini harus
diwaspadai,” ujar Dr Syaifullah Napu, dokter spesialis jantung Rumah sakit Asia
Medika Jambi.
Menurut Syaifullah, perasaan sakit ini ada kemungkinan menjalar ke lengan kiri
sampai di ujung kelingking, punggung atas sampai dirahang, ulu hati dan lengan
kanan. Perasaan ini timbul jika kegiatan fisik meningkat atau dalam keadaan
tekanan emosional. “Bagi penderita jantung koroner yang keadaannya telah
lanjut, rasa sakit itu juga sudah terasa waktu istirahat atau waktu tidur,”
terangnya.
Jika pembuluh darah koroner menjadi tertutup sama sekali, maka penderita
dapat meninggal dunia. Pada serangan jantung mendadak penderita harus
segera dibawa ke rumah sakit. Dengan perawatan yang segera dan intensif
dibagian penyakit jantung gawat ada kemungkinan jiwa penderita masih bisa
tertolong.
Sedangkan tanda-tanda serangan jantung itu, lanjut dia, biasanya dada nyeri
lebih dari 15 menit, keluar keringat dingin, napas susah, wajah pucat dan rasa
nyeri tidak hilang setelah istirahat. Syaifullah juga menambahkan, jika penyakit
jantung koroner terjadi karena adanya kelainan pada pembulu koroner. Pembulu
koroner adalah sepasang pembuluh nadi cabang pertama dari Aorta yang
mengantarkan zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi jaringan dinding jantung.
Penyempitan pembuluh darah, lanjut dia, dipercepat oleh kolesterol atau kadar
lemak dalam darah tinggi, berat badan berlebih, kurang bergerak, tekanan
darah tinggi, banyak merokok, tekanan jiwa, penyakit gula, atau diabetes
melitus. Semua ini adalah faktor risiko penyakit jantung koroner.(*)
Mengenal lebih dekat penyakit jantung koroner dan faktor-faktor risikonya
Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko
timbulnya penyakit jantung akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah
terlanjur terkena penyakit mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih
ekonomis dalam pencegahan dibandingkan pengobatan.
Seberapa besar peran jantung dalam ‘hidupnya’ seorang manusia? Jantung
adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai “pemompa darah’’ yang sejak bayi
dalam kandungan ibunya telah mulai bekerja dan tidak akan berhenti selama
hidup kita. Jika alat ini berhenti bekerja dalam beberapa waktu saja, maka akan
berakhirlah suatu kehidupan. Jantung terbentuk dari serabut-serabut otot
khusus dan dilengkapi dengan jaringan syaraf yang secara teratur dan otomatis
memberikan rangsangan berdenyut bagi otot jantung. Dengan denyutan ini
jantung memompa darah ke paru-paru dan seluruh tubuh termasuk arteri
koroner (arteri yang memasok/mensuplai darah ke otot-otot jantung).
Dengan semakin tua dan memburuknya kondisi alat-alat tubuh oleh bermacam-
macam ‘faktor risiko’ seperti tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol yang
meningkat dalam darah dan lain-lain, pembuluh darah akan menyempit dan
tersumbat seperti sumbatan karat pada sebuah pipa.
Apa yang terjadi jika yang tersumbat adalah arteri koroner? Aliran darah tidak
akan sampai ke otot-otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal
sebagai iskemik (ischaemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-
serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat
menyempitnya saluran pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita
merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul
karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas
ataupun dalam keadan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di
tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau
kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang
juga dirasakan seperti ‘sulit bernafas’. Kondisi lainnya dikenal dengan acute
myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri
secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri
koroner secara tiba-tiba, dan akan menimbulkan gejala sakit dada yang hebat,
nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat.
Kerusakan otot jantung yang terjadi cukup lama dan tidak segera dibuka
sumbatannya akan menyebabkan kematian otot jantung dan tidak akan pulih
lagi.
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yaitu:
a. Faktor risiko alami (atau yang tidak dapat dicegah) seperti keturunan/genetik,
usia, jenis kelamin (perempuan pre menopause mempunyai risiko lebih rendah
terhadap penyakit ini dibandingkan laki-laki atau perempuan post menopause ).
b. Faktor risiko yang dapat diperbaiki, dikurangi atau dimodifikasi :
- Kolesterol. Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan
oleh tubuh dan dapat juga berasal dari makanan yang kita makan. Sejauh
masukan seimbang dengan kebutuhan, maka kita akan tetap sehat. Namun
seringkali karena kolesterol mempunyai kadar yang tinggi dalam masakan
berlemak (dan biasanya enak) maka kadar kolesterol akan meningkat sampai di
atas nilai normal tolerir tubuh kita. Kelebihan itu akan mengendap dalam
pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitkan dan pengerasan yaitu
atherosclerosis.
- Tekanan Darah Tinggi (hypertensi). Tekanan darah tinggi secara terus
menerus akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah arteri secara
perlahan-lahan, apabila kerusakan dinding ini diperberat dengan endapan
lemak/kolesterol akan menimbulkan penyempitan rongga pembuluh darah, dan
hal ini juga dapat terjadi pada arteri koroner. Kontrol yang baik pada pasien
hypertensi dapat diupayakan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pembuluh
darah dan meminimalkan kemungkinan terkena penyakit jantung koroner.
- Rokok. Peranan rokok terhadap Penyakit jantung koroner dapat timbul dalam
beberapa cara, diantaranya:
· Karbon monoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok lebih kuat
menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan
haemoglobinnya sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk
membawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.
· Perokok memiliki kadar koleseterol HDL (‘kolesterol baik’) yang lebih rendah,
berarti pelindung terhadap penyakit jantung koroner menurun.
· Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan
tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala tersebut, penderita
tidak sadar akan penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.
- Faktor risiko lainnya seperti Obesitas (kegemukan), Diabetes Mellitus,
Kurangnya aktivitas fisik, akan dibahas lebih mendalam dalam topik- topik
pembahasan berikutnya.
Kesadaran untuk mulai hidup sehat dengan menghindari faktor-faktor risiko di
atas akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sudah terlanjur terkena penyakit
mematikan ini. Dari segi biayanya pun akan lebih ekonomis dalam pencegahan
dibandingkan pengobatan (operasi ‘by pass’, obat-obatan) serta rehabilitasi
yang harus dilakukan apabila ‘Si PJK’ sudah menyerang.
Sebanyak-banyaknya kenikmatan yang didapat dari makanan ‘berlemak’, rokok
dan lain-lain pada saat ini, jauh akan lebih baik untuk dapat menikmati hidup
sehat sampai akhir hayat. Untuk itu, marilah kita mulai kebiasaan hidup sehat
sejak dini (Vyta)
ABSTRAK?RINGKASAN
Sejak 1937 data menarche dikumpulkan di Indonesia. Satu ikhtisar dari
keseluruhan literatur dan disertasi yang tak diterbitkan sampai 1996 akan ditulis
di dalam kertas ini. Data mulai dari Jawa, beberapa yang lain juga dari Sulawesi,
Sumatra dan, baru-baru ini, dari Flores. Yang umum harga rata-rata di suatu
urutan yang diachronic menunjukkan suatu kecenderungan dari penurunan usia
menarcheal dari 0145 tahun per dekade. Ini berarti bahwa di dalam
umum kondisi-kondisi kekayaan dan kesehatan di Indonesia memperbaiki di
dalam enam dekade yang terakhir. Perbedaan-perbedaan penting secara
statistik di menarcheal
usia antara anak-anak perempuan dari kelas sosio-ekonomi yang berbeda's dan
posisi ayah itu, seperti pedagang-pedagang (1413), guru (1448) dan petani
(-1463); kaya (1390), medium meletakkan (1460) dan lemah(miskin (1488);
antara anak-anak perempuan dari kondisi-kondisi lingkungan yang berbeda
seperti berkenaan dengan kota
(-1227), [desa/kampung] nelayan (1285), [desa/kampung] petani (1319). Peran
dari masukan protein binatang seperti(ketika faktor paling yang berpengaruh di
mana
perbedaan-perbedaan di usia menarcheal antara anak-anak perempuan yang
makan daging eg. 13 kali (1164) dan [mereka/yang] yang makan hanya 1-4 kali
satu minggu (1346).
pendidikan ibu melembagakan satu faktor pengaruh tak langsung karena para
ibu lebih baik dididik sudah pengetahuan yang diperlukan untuk memberi
mereka
makanan anak-anak lebih pantas. Usia menarcheal adalah: 1219 dari ibu
dengan universitas, 1288 dengan sekolah menengah dan 1293 dengan yang
rendah
pendidikan. Data ini mengkonfirmasikan pernyataan bahwa usia pada menarche
melembagakan suatu indikator yang sensitip dari kekayaan dan kesehatan dari a
populasi ( Bielicki &Welon 1982; Brasel 1978).
Pertumbuhan dan usia pada menarche diperlakukan sebagai indikator
kaya dan kesehatan baik suatu populasi [ Bielicki &
Welon 1982; Brasel 1978]. Sebagai suatu usia proses fisiologis
pada menarche bahkan lebih sensitip di yang lingkungan
kubah dibanding pertumbuhan meskipun ketinggian nya ( HR =089) genetical
penentuan [ Bergman &Orczykowska-Swiatkowska
1988]
MATERIAL
Di sini di bawah suatu tinjauan ulang literatur dari riset menghasilkan di
usia di menarche di Indonesia. Riset yang pertama dikenal
telah dilaksanakan dalam 1937 oleh suatu sarjana Belanda dan adalah
dilanjutkan hingga yang saat ini oleh Indonesians.
Kebanyakan tanggal/date datang dari Jawa (Semarang, Jakarta, Klaten,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, Tengger) tetapi ada
juga beberapa data dari Madura (Pamekasan), Sumatra
(-Palembang, Kayu Agung), Sulawesi (Ujung Pandang)
dan West-Flores (Rekening. 1). Meja 2 masa kini pengaruh
dari kondisi-kondisi yang ekonomi-sosial di usia pada menarche di dalam
tempat-tempat yang berbeda. Kondisi-kondisi lingkungan menyerah Table
3 mencerminkan di dalam perbedaan-perbedaan unsur pokok ekonomi-sosial
juga,
yang disebabkan oleh bersifat jabatan dan ekonomi lokal
situasi orang-orang. Suatu faktor yang sangat penting, yaitu.
masukan protein binatang mingguan, disampaikan dalam Table 4.Berapa jauh
pendidikan ibu mempengaruhi usia pada menarche mencerminkan
Meja 5.
Meja 5.Usia pada Menarche sehubungan dengan Tempat Pendidikan Formal Ibu
Tempat pendidikan Ibu Usia, Pengarang tahun
Madura Yang lebih tinggi 12,19 Hendrawati, 1993
Medium 12,88
Lebih rendah 12,93
Penyebab
Meningitis virus dapat terjadi pada kurang lebih 5% penderita mumps. Pada
orang tua, susunan syaraf pusat, pankreas, prostat, payudara, dan organ lain
mungin dapat terkena
Pada umumnya masa inkubasinya 18 hingga 21
Mumps secara umum merupakan penyakit yang ringan pada anak-anak di
negara berkembang
Pada saat dewasa, mumps cenderung menginfeksi ovarium, menyebabkan
oophoritis, serta testis, yang menyebabkan orchitis. Testis matur rentan
terhadap mumps yang akan menyebabkan infertilitasertility. Adults infected with
mumps are more likely to develop severe symptoms and complications
Symptoms
Gejala umum mumps :
Bengkak pada kelenjar ludah (parotis à parotitis ) pada lebih dari 90% penderita
pada satu sisi (unilateral) atau kedua sisi (bilateral), dan nyeri pada bagian
belakang rahang pada saat mengunyah.
Demam
Sakit kepala
Nyeri telan
Orchitis, nyeri inflamasi pda testis. Pria setelah pubertas yang menderita mumps
berisiko 15 - 20% menderita orchitis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk mumps
Keluhan dapat dikurangi dengan pemberian Acetaminophen/Paracetamol
Berkumur dengan air garam hangat, makanan halus, dan perbanyak cairan
dapat membantu mengurangi keluhan.
Penderita diberi nasehat untuk menghindari makanan-makanan asam seperti jus
jeruk dan lain-lain karena makanan-makanan ini dapat menstimulasi kelenjar
ludah, sehingga akan terasa semakin nyeri.
Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting, dan prognosisnya pada umumnya baik,
meskipun organ yang lain dapat terlibat.
Sterilitas pada penderita laki-laki sangat jarang
Setelah sakit, imunitas seumur hidup biasanya muncul
Mumps dapat dicegah dengan vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada umumnya :
Infeksi pada organ yang lain
Sterilitas pada laki-laki ( jarang, seringkali terjadi pada laki-laki usia lebih tua )
Bentuk ringan meningitis (jarang, 40% kasus terjadi tanpa pembengkakan
kelenjar parotis)
Encephalitis (sangat jarang, bila terjadi fatal)
Kadang-kadang dapat terjadi hilangnay pendengaran (hearing loss) , uni atau
bilateral
Pencegahan
Vaksinasi mumps : imunisasi MMR (mumps, measles, rubella) saat ini terdapat
kombinasi dengan vaksin varicella (MMRV)
WHO merekomendasikan penggunaan vaksin mumps ( di Inggris diberikan pada
usia 15 bulan, sedangkan di AS pada umur 12-15 bulan dan umur 4-6 tahun)
Efikasi vaksin tergantung pada strain dari vaksin, tetapi pada umumnya berkisar
80%
(Sumber http://www.fkm.unair.ac.id/kuliah%20MUMPS.ppt)
PAROTITIS
PENDAHULUAN
II. ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus. Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus yang
juga mencakup parainfluenza, campak, dan vius penyakit Newcastle. Hanya
diketahui ada satu serotip. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama
digunakan untuk isolasi virus. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan
virus RN rantai tunggal dan anggota dari family Paramyxoviridae, genus
Paramyxovirus. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-
neuramidase dan perpaduan protein. Virus mumps sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet.
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat diisolasi dari faring dua hari
sebelum sampai enam hari setelah terjadi pembesaran kelenjar parotis. Pada
penderita parotitis epidemika tanpa pembesaran kelenjar parotis, virus dapat
pula diisolasi dari faring. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama
sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar. Baik infeksi
klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup. Bayi sampai umur
6 – 8 bulan tidak dapat terjangkit parotits epidemika karena dilindungi oleh anti
bodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.3 Insiden tertinggi pada
umur antara 5 sampai 9 tahun, kemudian diikuti antara umur 1 sampai 4 tahun,
kemudian umur antara 10 sampai 14 tahun.5
IV. PATOGENESIS
Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel
tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan
nekrosis jaringan.
V. MANIFESTASI KLINIS
Perjalanan penyakit klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan
malaise. Dalam 24 jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan
gerakan mengunyah, esok harinya tampak glandula parotis membesar yang
cepat bertambah besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1 sampai 3 hari.
Biasanya demam menghilang 1 sampai 6 hari dan suhu menjadi normal sebelum
hilangnya pembengkakan kelenjar. Bagian bawah daun telinga terangkat ke atas
dan keluar oleh pembengkakan glandula parotis. Pembengkakan dapat disertai
nyeri hebat; nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal
berlangsung kira-kira selama 6 – 10 hari. Biasanya satu glandula parotis
membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari. Adakalanya
kanan dan kiri membesar bersamaan. Parotis unilateral ditemukan kira-kira 25
%. Pembengkakan glandula submaksilaris dapat dilihat dan diraba di depan
angulus mandibulae. Mumps glandula submaksilaris tanpa parotitis secara klinis
tidak dapat dibedakan dengan adenitis cervical.
Epididymo-orchitis
Meningoencephalitis
Insiden kira-kira 10%, biasanya timbul 3-10 hari sesudah parotitis, dapat juga
mendahului parotitis. Ditandai oleh demam, sakit kepala, nausea, muntah, kaku
kuduk, gangguan kesadaran dan jarang ada kejang. Positive Brudzinski’s and
Kernig’s Signs. Liquor menunjukkan plecytosis dengan kebanyakan limfosit,
protein meninggi, glukosa dan klorida normal.
Biasanya demam menurun secara lysis dalam 3-10 hari. Perjalanan penyakit
serupa benign aseptic meningitis dan biasanya tanpa sequelae.
Pankreatitis
Kelainan berat teapi jarang skali, tia-tiba ada keluhan hebat di epigastrium
disertai demam, menggigil, lemah sekali,nausea dan muntah. Keluh kesah
hilang perlahan – lahan dalam 37 hari, biasanya sembuh sempurna. Bila seorang
perempuan menderita mumps disertai nyeri abdomen bagian bawah berarti ada
oophoritis, bila ovarium kanan yang sakit maka keadaan tersebut mungkin tidak
dapat dibedakan dengan acute appendicitis.
Kelenjar lain yang dapat meradang pada mumps, walaupun jarang ialah
tiroiditis, mastitis, dacryoadenitis dan bartholinitis.
Pemeriksaan Laboratorium
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada
pemeirksaan fisis. Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan
pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah
satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
- tanda-tandaaseptoc meningitis
- Iksolasi virus mumps dan test serologic tidak diperlukan pada mumps yang
klasik tetapi pada keadaan-keadaan yang meragukan seperti bila tidak ada
parotitis atau pada recurrent parotitis. Sekurang-kurang ada 3 uji serologic
untuk mebuktikan spesifik mumops antibodies:
Kadar amylae dala serum meninggi pada mumps paraparotitis dan pankteattis.
Kadar amylase rupanya berjalan parallel dengan pembengkakan paroits,
puncaknya tercapai di minggu ke-1, berangsur-angsur menjadi normal pada
minggu ke-2 atau 3. kira-kira 70% mumps disertai amylase yang meninggi.
Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain, seperti pada infeksi virus
termasuk infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza 1
dan 3, sitomegalovirus, atau keadaan koksakivirus yang jarang dan infeksi
koriomeningitis limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji
laboratorium spesifik;
- Orkitis akibat infeksi selain daripada parotitis epidemika, misalnya infeksi yang
jarang oleh koksakivirus atau virus koriomeningitis limfositik, atau parotitis yang
disebabkan oleh sitomegalovirus pada anak yang terganggu imunnya.1
VIII. PENGOBATAN
Istirahat di tempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar
parotis. Simtomatik diberikan kompres panas atau dingin dan juga diberikan
analgetika. Diet makanan cair dan lunak. Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20
ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.
Self limiting disease. Perjalanan penyakit tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba.2,3
IX. PROGNOSIS
X. PENCEGAHAN
Perlindungan pasif
Imunisasi aktif
- Live attenuated mumps virus vaccine Jery Lin mulai digunakan 1968 di USA,
tidak disertai demam.
DAFTAR PUSTAKA
http://oncejevuska.blogspot.com/2007/04/mumps-parotitis-epidemika.html
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan tubuh maupun
perubahan mental. Secara umum, kaum remaja lebih terbuka menerima ide-ide
baru dan lebih intensif mempergunakan teknologi baru untuk mencari informasi
yang berkaitan dengan alat reproduksi. Kemudahan dalam mendapatkan
informasi tentang hal-hal yang menyangkut tentang organ reproduksi
merupakan salah satu faktor yang mempercepat seseorang menginjak masa
pubertas.1)
Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh
pertumbuihan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan
psikologisnya2)
Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalami masa pubertas, dalam
masa kanak-kanak seorang anak perempuan indung telur nya dikatakan masih
dalam keadaan istirahat belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika
mencapai pubertas (akil balig), maka terjadi perubahan-perubahan dalam ovoria
yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh tubuh
perempuan tersebut. Menurut Prof.Sulaiman sastra winata di dalam buku nya
obstetri fisiologi memgatakan bahwa pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun
dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim dan lingkungan. Kejadian yang
terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (Menarche).
Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Gejala
awal adalah terjadi nya pertumbuhan payudara (Thelarche), kemudian tumbuh
rambut kemaluan (Pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak.
Barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid akan datang secara siklik 3)
Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa
alat kandungan menuaikan faalnya. Dalam pubertas anak akan tumbuh dengan
cepat dan mendapatkan bentuk tubuh yang khas bagi jenisnya. Dengan
pubertas ini wanita masuk dalam masa produktif, artinya masa mendapat
keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun 3)
Kurangnya informasi tentang reproduksi khususnya menarche pada remaja putri
dapat berdampak terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi
yang dapat berdampak negatif antara lain : depresi, rasa takut, gangguan
konsentrasi, mudah tersinggung, gelisah sukar tidur, sakit kepala, perut
kembung. Sedang dampak positif antara lain : seorang gadis mulai
menyesuaikan sikapnya, bahwa dirinya telah tumbuh dewasa. Dalam masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja itu ia mulai keluar dari
ketergantungan kepada keluarganya, mampu menentukan sikap dalam
menghadapi konflik, mampu memutuskan beberapa norma yang harus
diambilnya dari luar, serta beberapa ajaran orang tuanya yang dia terima. Dan
pada saat inilah ia merasakan adanya dorongan baru, sesuatu tarikan terhadap
lawan jenis, serta telah berfungsinya organ reproduksi untuk mempersiapkan
dirinya untuk menjadi seorang ibu. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
dampak dari menarche berbagai macam, ada baiknya remaja putri mengetahui
pentingnya informasi tentang menarche, sehingga ia dapat betindak dengan baik
dan benar, sehingga ia tahu apa yang harus dia lakukan pada saat mengalami
menstruasi serta dampak negatif dari menstruasi dapat ditekan seminimal
mungkin. Pengetahuan tentang menstruasi dapat distimulus dari berbagai faktor
diantaranya : sosial ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman. Angka kejadian
haid yang pertama kali (menarche) banyak terjadi pada jenjang SLTP.4)
Menarche merupakan titik permulaan si gadis menginjak masa puber (masa
kedewasaan), yang dipengaruhi oleh kelenjar hipofisis yang terletak persis
dibawah otak, dibawah pengaruh jam biologis, memberi tanda pada indung telur
untuk mulai memproduksi hormon esterogen dalam jumlah yang memadai untuk
pembesaran payudara pematangan organ-organ seksual dan perubahan emosi.
Rahim juga mengalami perubahan hormonal, yang memungkinkan terjadinya
menstruasi dan sebagai persiapan untuk kehamilan. Sehingga bila seseorang
telah mengalami menarche sangat beresiko jika melakukan hubungan sexual
dapat berakibat kehamilan pranikah, aborsi ilegal yang berbahaya atau “Married-
By-Accident”5)
Menarche, umumnya terjadi pada usia sekitae 13 tahun, meskipun bisa terjadi
pada usia lebih dini, sekitar umur 9 tahun, atau bahkan agak lambat, pada usia
12 tahun.6)
Dari penelitian Tanner dan Eveleth dari tahun 1986-1990 tentang angka
kejadian menarche di beberapa negara adalah sebagai berikut Amerika 12.8
tahun, Argentina 12.5 tahun, Australia 13.0 tahun, Perancis 13.0 tahun,
Denmark 13.0 tahun, Singapore 12.4 tahun, Japan 12.5 tahun, Somalia 13.1
tahun, Negeria 13.3 tahun, Kuba 13.0 tahun .7)
Hasil penelitian di beberapa tempat di indonesia bahwa rata-rata umur
menarche : Ujung pandang 14.29 tahun, Semarang 13.07 tahun, Jakarta 12.67,
Klaten 14,63 tahun Yogyakarta 14.48 tahun, Surabaya 13.07 tahun, Palembang
13.90 tahun Kayu Agung 15.52 tahun.8)
Menurut data kesiswaan Tahun Pelajaran 2007/2008 terdapat siswa putri
dengan jumlah 143 anak. Dengan tahun kelahiran 1992 sebanyak 2 anak, tahun
1993 sebanyak 27 anak, tahun 1994 sebanyak 105 anak, tahun 1995 sebanyak
9 anak.9)
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SLTP Prambanan.
Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SLTP N I
Prambanan?
Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri kelas VIII
SLTP tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten ?
Manfaat Penelitian
1. Pihak Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan pengetahuan tentang sistem alat
reproduksi.
2. Peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam penerapan teori metodologi penelitian
dan memperoleh gambaran tingkat pengetahuan remaja putri kelas VIII SLTP
tentang Menarche di SLTP N I Prambanan Klaten.
3. AKPER Panti Rapih
Menambah bahan bacaan bagi mata ajaran Maternitas.
Ruang Lingkup
4. Keilmuan
Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah keperawatan maternitas.
5. Sasaran
Sasaran penelitian di fokuskan pada siswi/remaja putri kelas VIII SLTP N I
Prambanan.
6. Lokasi
Lokasi penelitian di SLTP N I Prambanan Klaten.
7. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2007 – 12 Februari 2008.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
1. Perkembangan Seksual Wanita
Pada waktu dilahirkan seorang bayi telah mengalami pembentukan organ
seksual. Bayi perempuan yang lahir cukup bulan pembentukan genetalia interna
dan genetalia eksterna sudah terbentuk. Dalam perkembangan dan
pertumbuhan organ genetalia ini tidak lepas dari pengaruh hormon kelamin.
Besar kecilnya pengaruh hormon kelamin tergantung pada masa kehidupan yang
dialami wanita.
Pada masa kanak-kanak perangsang oleh hormon kelamin ini sangat kecil,
sehingga pada masa ini alat-alat genitalia tidak memperhatikan pertumbuhan
yang berarti, pada masa ini yang terlibat adalah pengaruh hormon hipofisis
terhadap pertumbuhan badan.
Pengaruh hormon kelamin terlihat jelas pada masa pubertas. Pada masa ini
seorang wanita mengalami pemasakan seksual untuk memasuki masa fertil,
sehingga alat reproduksi mencapai kematangan dan siap untuk bereproduksi.
Normal pubertas paling awal pada usia 9 tahun kemudian lengkap pada semua
aspek selambat-lambatnya pada usia 16 tahun pada anak wanita.1)
2. Pubertas
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Tidak ada batas yang tajam antara akhir masa kanak-kanak dan awal
masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas mulai dengan
berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi
dengan mantap dan teratur.
Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan
berakhir kalau sudah ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita mulai
kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4 tahun.
Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh bangsa, iklim dan kebudayaan. Pada abad
ini secara umum ada pergeseran permulaan pubertas ke arah umur yang lebih
muda, yang diterangkan dengan meningkatnya kesehatan umum dan gizi.
Kejadian penting dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat,
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis. Apa yang
primer menyebabkan mulainya pubertas diketahui. Yang diketahui ialah bahwa
ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh hormon gonadotropin dari hipofisis,
dan hormon ini keluarkan atas pengaruh Relasing factor dari hipotalamus. Dalam
ovarium folikel mulai tumbuh dan walaupun folikel-folikel itu tidak sampai
menjadi matang karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel
tersebut sudah sanggup mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira
bersamaan korteks kelenjar suprarenal mulai membentuk androgen, dan
hormon ini memegang peranan dan pertumbuhan badan.
Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak ialah pertumbuhan
badan anak yang lebih cepat, terutama ekstremitasnya, dan badan lambat laun
mendapat bentuk sesuai dengan jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon
Somatotropin, diduga bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama
disebabkan oleh estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu
menyebabkan penutupan garis epifisis tulang-tulang sebingga pertumbuhan
badan berhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genitalia
interna, genitalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder.Dalam masa pubertas
genitalia interna dan genitalia eksterna lambat laun tumbuh untuk mencapai
bentuk dan sifat seperti pada manusia dewasa 2)
3. Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali yang dialami oleh wanita yang berusia
10-16 tahun. Hal ini merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan
tubuh wanita untuk kehamilannya.
Adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi umur menarche dari hasil
statistik didapatkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan,
keadaan gizi, faktor tempat tinggal (lingkungan) adapun penjelasan dari faktor-
faktor tersebut sebagai berikut :
Faktor Keturunan
Dari penelitian terdahulu ternyata didapatkan perbedaan rata-rata umur
menarche pada beberapa negara. Perbedaan ini menurut beberapa peneliti
merupakan manifestasi dari faktor genetik. Faktor genetik ini mempengaruhi
umur menarche. Bahwa pengaruh ini datang dari ibu ke anak gadisnya,
sehingga ada kolerasi baik antara usia menarche ibu dan anak, atau antara
anak-anak dan saudara-saudara perempuan.
Faktor Tempat
Bahwa gadis-gadis atau remaja putri di kota mendapatkan haid yang pertama
pada umur yang lebih muda atau awal jika dibandingkan dengan gadis-gadis
desa. Gadis-gadis di kota dapat menikmati berbagai macam sarana hiburan
seperti novel, vidio, kaset, majalah hiburan, dan film. Hal ini memberikan
stimulus pada otak untuk merangsang produksi hormon seksual lebih dini,
sehingga menarche akan terjadi pada umur yang lebih dini.
Faktor Gizi
Gizi sangat berperan penting dalam pertumbuhan seksual. Bahwa nutrisi
mempunyai pengaruh terhadap pemasakan seksual baik pada hewan maupun
manusia, karena gizi mempengaruhi sekresi hormon gonadotropin dan respon
terhadap LH (Luteinizing Hormone), hormon ini berfungsi untuk sekresi estrogen
dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda sex sekunder akan cepat
muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi 3)
Fisiologi Haid
Cyclus menstruasi
Perubahan yang dialami uterus pada siklus menstruasi terjadi pada lapisan
endomitrium. Selama ± 1 bulan dapat kita bedakan siklus menstruasi menjadi 4
masa (stadia) :
Stadium Menstruasi (desquamasi)
Hari pertama fase menstruasi ini adalah permulaan dari siklus menstrusi, yaitu
terlepasnya lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, lekosit,
kelenjar, kuman dan atau tanpa sel telur yang keluar pervaginan secara
spontan. Fase ini lamanya 3-5 hari.
Stadium Post Menstruum (stadium regenerasi)
Oleh pengaruh estrogen yang dihasilkan sel-sel folikel pada lapisan endometrium
yang sudah terlepas tadi mulai terjadi regenerasi epitel, memanjangnya kelenjar
endometrium dan bertambahnya jumlah sel-sel jaringan ikat endometrium,
lamanya fase ini 9 hari ( hari ke 5 sampai ke 14).
Stadium Intermenstruum (stadium proliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi ± 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar
tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok.
Pengetahuan
a. Menurut Soekidjo Notoatmojo
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dan sangat penting dalam
pembentukan perilaku atau tindakan seseorang.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pengetahauan adalah segala sesuatu yang diketahui.
c. Menurut Sutardjo Hadisusilo
Pengetahuan adalah pemahaman atau hal tahu akan sesuatu yang bersifat
spontan tanpa mengetahui seluk beluk secara dalam. Penelitian Rogers pada
tahun 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
didalam diri orang tersebut terjadi proses :
Awareness atau kesadaran, dimana orang tersebut menyadari atau mengetahui
lebih dulu terhadap stimulus.
Interest (tertarik) dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
Evaluation atau menimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus bagi dirinya.
Trial atau mencoba, dimana orang mulai mencoba perilaku baru.
Adaptation dimana subyek berperilaku sesuai pengetahuan, kesegaran dan sikap
terhadap stimulus.6)
Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasikan, menyatakan.
b. Memahami
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang nyata.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam stuktur organisasi dan ada
kaitannya satu sama lain.
Kata kerja yang digunakan adalah misalnya dapat menggambarkan,
memisahkan, membedakan, meng-kelompokkan.
e. Sintesis
Sintesis menujukkan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata kerja yang
dipakai seperti dapat menyusun, dapat meningkatkan, dapat merencanakan,
dapat menyesuaikan.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu meteri atau objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi
yang akan diukur dari subyek penelitian.7)
Kerangka Teori
Menurut : BS. BLOOM
Sumber : W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta 1996 hal 245
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP tentang Menarche
di SLTP N I Prambanan Klaten ?
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (92,30%)
responden berumur diantara 13-14 tahun, (6,30%) berumur kurang atau sama
dengan 12 tahun berjumlah 9 orang, dan (1,40%) berumur lebih dari 14 tahun
berjumlah 2 orang.
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Menstruasi di SLTP I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, sebagian besar (81,11%)
responden sudah mengalami menstruasi, dan sebagian kecil (18,89%)
responden belum mengalami menstruasi.
Tabel 3
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh
(54.55%) responden tidak mengetahui tentang Menarche hal ini ditunjukan
dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (45.45%) dari responden
mengetahui pengertian Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang
benar.
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon yang Mempengaruhi
Ciri-ciri Kelamin Sekunder Pada Wanita Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari 143 responden, lebih dari separuh
(65,73%) responden mengetahui tentang Hormon yang mempengaruhi ciri-ciri
Kelamin Sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan jawaban benar,
kurang dari separuh (34,27%) responden tidak mengetahui hormon yang
mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita hal ini ditunjukkan dengan
jawaban yang salah.
Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Awal Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62,94%)
responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal
hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37,06%)
responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling awal hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 6
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tanda Pubertas
Yang Nampak Paling Akhir Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
No Kriteria Jawaban Jumlah %
1 Benar 33 23,07
2 Salah 110 76,93
Jumlah 143 100
Sumber Data : Primer
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (76,93%)
responden tidak mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir
hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah, sebagian kecil (23,07%)
responden mengetahui tentang tanda pubertas yang nampak paling akhir hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 7
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hormon Pertumbuhan
Pada Siswi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (59.44%)
responden mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan
dengan jawaban yang benar, kurang dari separuh (40.56%) responden tidak
mengetahui Tentang Hormon Pertumbuhan hal ini ditunjukkan dengan jawaban
yang salah.
Tabel 8
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Normalnya Umur Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (93,70%)
responden mengetahui Normalnya Umur Menarche hal ini ditunjukkan dengan
jawaban benar, (6,30%) rsponden menjawab salah Tentang Normalnya Umur
Menarche hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 9
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Masa Subur Pada Seorang Wanita
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%)
responden mengetahui tentang masa subur pada seorang wanita. Hal ini
ditunjukkan dengan jawaban benar, dan sebagian kecil (10.49%) responden
menjawab salah tentang masa subur pada seorang wanita.
Tabel 10
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Eksternal Yang Mempercepat
Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (51.75%)
responden tidak mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang salah, kurang dari separuh (48.25%)
responden menjawab benar hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang benar.
Tabel 11
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Faktor Internal Yang Mempercepat
Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (90.90%)
responden mengetahui faktor yang mempercepat Menarche hal ini ditunjukkan
dengan jawaban yang benar, (9.10%) responden menjawab salah hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang salah.
Tabel 12
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Siklus Menstruasi Yang Normal
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (81.81%)
responden mengetahui mengetahui tentang siklus mestruasi yang normal hal ini
ditunjukkan dengan jawaban yang benar, sebagian kecil(18.19%) responden
menjawab salah tentang siklus menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban
yang salah.
Tabel 13
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Asal Darah Menstruasi
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (68.53%)
responden mengetahui Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan
jawaban yang benar, kurang dari separuh (31.47%) reesponden menjawab
salah tentang Asal Darah Menstruasi hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang
salah.
Tabel 14
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Kehamilan
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (64.34%)
responden tidak mengetahui Terjadinya Kehamilan hal ini ditunjukkan pada
jawaban yang salah, kurang dari separuh (35.66%) responden mengetahui
terjadinya kehamilan hal ini ditunjukkan pada jawaban yang benar.
Tabel 15
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Organ Reproduksi Wanita
Dalam Menuaikan Faalnya Di SLTP N I Prambanan,
Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari separuh (62.94%)
responden tidak mengetahui berfungsinya organ reproduksi wanita hal ini
ditunjukkan jawaban yang salah, kurang dari separuh (37.06%) responden
mengetahui berakhirnya masa pubertas hal ini ditunjukkan jawaban yang benar.
Tabel 16
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Lamanya Seorang Wanita
Mengalami Menstruasi Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, sebagian besar (89.51%)
responden mengetahui lamanya seorang wanita mengalami Menstruasi hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang benar, sebagian kecil (10.49%) responden tidak
mengetahui lamanya seorang wanita mengalami menstruasi hal ini ditunjukkan
pada jawaban yang salah.
Tabel 17
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terjadinya Nyeri Yang
Mencengkeram
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas bahwa 143 responden, lebih dari dari separuh
(51.04%) responden mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang benar, kurang dari separuh (48.96%)
responden tidak mengetahui Terjadinya Nyeri Yang Mencengkeram hal ini
ditunjukkan pada jawaban yang salah.
Tabel 18
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP
N I Prambanan pada tahun 2007, lebih dari separuh (67,13%) responden
memiliki tingkat pengetahuan sedang, kurang dari separuh (26,57%) responden
memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan (6,30%) responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah.
Tabel 19
Tabel Silang Antara Umur dengan Tingkat pengetahuan Remaja
Tentang Menarche
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Tingkat Pengetahuan
Tinggi Sedang Rendah
Jml % Jml % Jml %
1 Umur £ 12 tahun - - 8 5.60 1 0.70
,2 Umur 13-14 tahun 38 26.57 86 60.13 8 5.60
3 Umur > 14 tahun - - 2 1.40 - -
Jumlah 38 26.57 96 67.13 9 6.30
Sumber data : Primer
Analisa Data :
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 9 responden berusia lebih
dari atau sama dengan 12 tahun (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan
sedang dan (0.70%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Terdapat 132
responden yang berusia antara 13-14 tahun, lebih dari separuh (60.13%)
mempunyai tingkat pengetahuan sedang, sebagian kecil (26.57%) mempunyai
tingkat pengetahuan tinggi, (5.60%) mempunyai tingkat pengetahuan rendah,
Terdapat 2 responden yang berumur lebih dari 14 tahun, (1.40%) mempunyai
tingkat pengetahuan sedang.
Tabel 20
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Menarche Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan,
Klaten Tahun 2007
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas terdapat 143 responden, 116 responden yang sudah
menstruasi, lebih dari separuh (55.24%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan sedang, sebagian kecil (21.68%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan tinggi, (4.19%) responden mempunyai tingkat pengetahuan
randah. Terdapat 27 responden yang belum menstruasi, sebagan kecil (11.90%)
responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang, (4.90%) responden
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, (2.09%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan rendah.
Tabel 21
Tabel Silang Antara Status Menstruasi dengan Umur Remaja Putri
Di SLTP N I Prambanan, Kecamatan Prambanan, Klaten
Tahun 2007
Umur
£ 12 tahun 13 – 14 tahun > 14 tahun
Jml % Jml % Jml %
1 Sudah 2 1.40 112 78.32 2 1.40
2 Belum 7 4.89 20 13.99 0 -
Jumlah 9 6.29 132 92.31 2 1.40
Sumber Data : Primer
Analisa Data
Berdasarkan tabel di atas dari 143 responden, 116 responden yang sudah
menstruasi, sebagian besar (78.32%) responden berusia 13 – 14 tahun,
sebagian kecil (1,40%) responden berusia kurang dari atau sama dengan 12
tahun, sebagian kecil (1.40%) responden berusia lebih dari 14 tahun. Terdapat
27 responden yang belum menstruasi, sebagian kecil (13.99%) responden
berusia 13 – 14 tahun, sebagian kecil (4.89%) responden berusia kurang dari
atau sama dengan 12 tahun.
JUDUL RESUME
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
Kerangka Teori 3
Pertanyaan Penelitian 3
BAB III METODE PENELITIAN 4
Jenis Penelitian 4
Desain Penelitian 5
Variabel Penelitian/Definisi Operasional
Populasi dan Sample
Teknik Pengeumpulan Data
Instrumen Pengeumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PENGANTAR KUESIONER
Kepada :
Yth. Siswi-siswi kelas VIII
Di SLTP N I Prambanan
Klaten
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembuatan tugas akhir sebagai mahasiswa DIII Reguler
Akademi Keperawatan Panti Rapih, maka saya mengadkaan penelitian dengan
judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII SLTP Tentang Menarche di
SLTP N I Prambanan Klaten, 2007”. Untuk itu saya mohon kesediaan siswi-siswi
untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya akan menjaga kerahasiaan
jawaban yang diberikan dan hanya untuk kepentingan penelitian ini. Atas
bantuan, tanggapan dan kesediaannya untuk menjadi responden, saya ucapkan
terima kasih.
Persembahan:
Untuk ke dua orang tua saya,
yang selalu mengharapkan hal terbaik
bagi anak nya.
Data Subyektif
a) Klien mengatakan lemes
b) Klien mengatakan mudah capai
c) Klien mengatakan sesak nafas
d) Klien mengatakan pusing kalau banyak bergerak (pening)
e) Klien mengatakan nyeri dada (skala 0 – 4)
Data Obyektif
f) Tekanan darah menunjukkan penurunan
g) Denyut nadi: cepat dan teraba lemah
h) Distensi vena jugularis
i) Capilary refill lambat lebih dari tiga detik
j) Pernafasan: menunjukkan peningkatan frekuensi
k) Kulit teraba dingin, tampak banyak keluar keringat dingin
l) Ujung – ujung extremitas tampak kebiruan dan pucat
m) Klien menunjukkan expresi wajah kesakitan akibat nyeri dada
n) Jumlah pengeluaran urine dalam 24 jam, menunjukkan penurunan (kurang
dari 0,5 cc/kgBB/jam)
o) Hasil rekaman EKG menunjukkan aritmia/disritmia
p) Tampak edema pada ekstremitas bawah, palpebra
q) Tampak edema paru – paru pada pemeriksaan radiologi
r) Terdengar bunyi nafas tambahan (creckles/rales) pada auskultasi paru – paru
s) Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan dari nilai normal
(ureum, kreatinin, LDH, CKMB, hematokrit).
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos,
yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).1) Pekerjaan
jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja atau
menghadapi beban.2)
Acut Miocard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi
pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot
jantung mati karena kekurangan oksigen.3)
Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung. Gagal jantung
adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya(cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada
pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama
lima tahun untuk pria 60% dan wanita 40%.4)
Dari data Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, angka kematian
pada AMI tahun 2006 sebanyak 27 pasien dari 118 kasus dan sejak 01 januari
tahun 2007 sampai 30 april tahun 2007 sebanyak 3 pasien meninggal dari 30
kasus. Diperkirakan jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya.5)
Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard Infark(AMI) cacat fisik,
psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien dengn AMI
curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan
oksigen dan nutrisi tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak
mampu memenuhi kebutuhan tubuh, maka pesien dengan AMI intoleransi
aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas hanya saat pasien
dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli kesehatan
agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien
dari rumah sakit.6)
Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan
penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat
sebagai komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan
memberikan metode dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang
profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas layanan, salah satunya
pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam mempertahankan
fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan
menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark
(AMI).
Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, penulis tertarik melakukan studi
kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut
Myocard Infark (AMI).
Rumusan Masalah
“Bagaimana Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Miocard
Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih
Yogyakarta”.
Tujuan
Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
dengan Acut Myocard Infark (AMI) di ruang perawatan penyakit dalam rumah
sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian adanya intoleransi aktivitas pada pasien dengan Acut
Myocard Infark (AMI).
Manfaat
Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman secara langsung dalam menyusun suatu hasil
penelitian dengan metode studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas
pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Memperdalam dan menambah wawasan pengetahuan perawatan tentang
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Akademi Keperawatan Panti Rapih
a. Sebagai bahan bacaan pada mata ajaran Medikal Bedah system
kardiovaskuler dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pemenuhan
kebutuhan aktivitas pada pasien dangan Acut Myocard Infark (AMI).
b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Bagi Rumah Sakit Panti Rapih
Memberikan informasi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan aktivitas pada
pesien dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Ruang Lingkup
Mata Kuliah
Merupakan penelitian dalam ruang lingkup mata ajaran Keperawatan Medikal
Bedah yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
dengan Acut Myocard Infark (AMI).
Tempat
Diruang perawatan penyakit dalam rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan agustus tahun 2007.
STUDI KASUS
Disusun Oleh :
WUYUNG VEMBRIYANTO HADI
252230 / IV
STUDI KASUS
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI)
DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Wuyung Vembriyanto Hadi
252230
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian ini dengan Judul ” STUDI KASUS PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS
PADA PASIEN DENGAN ACUT MIOCARD INFARK (AMI) DI RUANG PERAWATAN
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA ”.
Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Panti Rapih
Yogyakarta.
Dalam menyusun Proposal ini penulis mendapat dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu C Sri Hari Ujiningtyas, S.Kp, selaku Direktur Akademi Keperawatan Panti
Rapih Yogyakarta
Bapak Ign. Eko Susilo, S. Kep., Ns, selaku pembimbing dalam penyusunan
Proposal.
Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Proposal ini masih banyak
kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan Proposal ini.
Yogyakarta, Mei 2006
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori 6
1. Acut Myocard Infark (AMI)
a. Pengertian 6
b. Kriteria 6
c. Etiologi 7
d. Klasifikasi 8
e. Patogenesis 8
f. Patofisiologi 8
g. Morfologi 10
h. Tanda dan gejala 11
i. Komplikasi 12
j. Pemeriksaan diagnostic 14
k. Penatalaksanaan Acut Myocard Infark 15
l. Prognosis 16
2. Konsep aktivitas
a. Pengertian 16
b. Etiologi 16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan/aktivitas 17
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau
immobilisasi...................................................................... 17
e. Karakteristik.............................................................................. 18
3. Penatalaksaan keperawatan pada pasien Acut miocard infark dalam
beraktivitas
a. Pengkajian 20
b. Diagnosa 21
c. Rencana 21
d. Intervensi 25
e. Evaluasi 27
Kerangka Teori 27
Pertanyaan Penelitian 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian 29
Desain penelitian 30
Populasi, sample dan teknik sampling 30
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 31
Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data 32
Instrument Pengolahan Data 32
Pengolahan Data 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Data obyektif dan subyektif yang ditemukan dalam pengkajian terkait dengan
intoleransi aktivitas
Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Data obyektif
a. Status kesadaran
1) Kualitatif
2) Kuantitatif
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
d. Suhu
e. SaO2
f. Capillary refill
Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
g. Pernapasan
h. Ekspresi wajah
i. Hasil rekaman EKG menunjukkan kompleks QS yang abnormal, elevasi/depresi
ST dan gelombang T terbalik
j. Pemeriksaan radiology (foto dada)
k. Hasil pemeriksaan laboratoriam
3) Kolesterol
4) CKMB
5) Laktat dehidrogenase (LDH)
Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
l. Terapi obat
6) Nitrogliserin
7) Beta bloker
8) Antagonis kalsium
9) Anti platelet
10) Heparin
11) Morphin
12) Asetil kolin
13) Trombolisis
14) Terapi oksigen
Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
2. Data Subyektif
a. Klien nengatakan lelah/letih dan badan lemas
b. Klien nengatakan pusing, dan vertigo
c. Klien mengatakan jantung berdebar-debar, sesak nafas, selama dan setelah
beraktivitas
d. Klien mengatakan nyeri datang secara mendadak, saat kerja, saat istirahat,
olahraga berat, saat marah dan kadang saat dingin
Hasil pengkajian
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Klien mengatakan nyeri hilang saat istirahat atau minum obat
Interpretasi :
Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
1. Mandiri
a. Kaji tanda-tanda vital klien tiap 4 jam dan tiap 5 menit selama serangan
angina meliputi : nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran
b. Kaji dan catat respon pasien atau efek obat
c. Kaji ulang riwayat nyeri angina dan nyei infatk miokard
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman
f. Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan kiri
g. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien napas pendek
h. Berikan makanan lembut, biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah
makan
Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
i. Bantu melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam, imajinasi terbimbing
dan teknik distraksi
j. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik
2. Kolaborasi
a. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker
b. Pantau perubahan EKG
c. Berikan obat-obat trombolitik
d. Berikan antiangina sesuai indikasi, contoh nitrogliseril
Perencanaan
Pasien A Pasien B Pasien C
e. Berikan beta bloker sesuai indikasi
f. Berikan antagonis kalsium sesuai indikasi, contoh verapamil dan diltiazen
Interpretasi :
TrackBack
Name:
wuyung
Comments:
Recent Posts
* blog gratis
Reaction
s:
Anda pengunjung ke
New
My title page contents
My Google Pagerank
TRANSLATE THIS BLOG
Translate this page from Indonesian to the following language!
Widget by ateonsoft.com
adsense
Search Google
NEWS
Google
Detikcom
- 14 Feb 2011
- 49 menit lalu
Jakarta - Di hari Valentine, Google pun tak mau ketinggalan menebarkan kasih sayang
kepada para penggunanya. Selain memajang logo Google bernuansa cinta, ...
Artikel Terkait »
- 14 Feb 2011
- 1 jam lalu
Tablet yang diluncurkan dalam ajang Mobile World Congress di Barcelona itu berjalan
dengan sistem operasi buatan Google yang khusus untuk perangkat tablet, ...
Artikel Terkait »
Inilah.com
- 14 Feb 2011
- 6 jam lalu
COM, Jakarta – Sudahkah Anda mengakses Google hari ini? Heran dengan logo Google
menampilkan gambar cinta dan dominasi warna. Mari cari tahu. ...
Inilah.com
- 13 Feb 2011
- 13 Feb 2011
COM, Jakarta - Eksekutif Google Wael Ghonim cukup terkenal dalam revolusi Mesir.
Setelah Hosni Mubarak mundur, Ghonim mengucapkan rasa terimakasihnya pada ...
Artikel Terkait »
didukung oleh
Blog Archive
• ► 2009 (23)
o ► December (1)
Get Music Audio Video at www.modflip.com
o ► June (1)
verification
o ► May (1)
• ▼ 2008 (23)
o ▼ April (23)
blogfriendster
blogfriendster
linkku
Muscles of the Human Body
Geneva Doctors
Geneva Health
Spinal Cord Model 6x (W42505)
ClinicalOne
Mentone Educational Centres
healthcare professional
AMI BAB I
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jantung mer...
PAROTITIS
Masa Remaja
Age at Menarche in Indonesia
code
DAFTAR PUSTAKA
ACUTE MYOCARD INFARK
CARIES GIGI
MENARCHE
KEPERAWATAN
Slideshow
Bandwidth Speed Test
Google Maps
• Google Maps
• http://bux.to/?r=wuyung
• http://wuyungnurse.blogspot.com
• http://wuyungvh.blogspot.com
• http://akperpantirapih.blogspot.com
• http://wuyungjunior.blogspot.com
• http://slatebird.com/q0owqvm4yda-6fvlpsoa
• http://zzecjjibcbmicyw.certainbet.com/track.asp?
a=c&u=127336645&s=1639&e=42998121
Game BARU
• Game BARU (Gladiatus)
• http://bux.to/?r=wuyung
Profil Penulis
WUYUNGVH
NURSE
ADSENSE
MENGHADAPI MENARCHE
KABUPATEN BANYUWANGI
BAB 1
PENDAHULUAN
Menarche adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan (deskuamasi ) endometrium. Sarwono, (2005 : 103).
Premenarche adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul
pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode tanpa gejala.
Riset melaporkan Taylor, (1994) bahwa sekitar 10-30 % wanita produktif
mengalami sindrom premenarche. Etiologi dan Perubahan sikap premenarche
belum diketahui. Para peneliti beranggapan bahwa perubahan sikap
premenarche adalah akibat dari faktor hormonal, psikologis, dan nutrisi.
Perubahan sikap premenarche yang terjadi sebelum berlangsungnya masa
menarche diantaranya cemas, ketegangan dan kegugupan, cepat marah, berat
badan bertambah, edema pada ekstrimitas, payudara sakit, abdomen terasa
penuh, nafsu makan, ingin makan yang manis, depresi, cepat lupa cepat
menangis dan bingung. Baradero, (2007 : 10).
Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan hasilnya nanti
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan
guna meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Bagi Responden
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang berpikir dan bekerja. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktiv
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi Menurut Hurlock,
yang dikutip oleh Nursalam, (2001 : 133).
Seseorang yang telah menikah akan lebih mempunyai rasa percaya diri dan
ketenangan dalam melakukan kegiatan (menurut Dartkows, yang dikutip oleh
Nursalam, (2001 : 133).
Kemudian data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis dan disajikan dalam
bentuk presentase menggunakan rumus. Untuk menilai tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi menarche menggunakan tingkat kecemasan Hars (Hamilton
Anxiety Rating Scale) sebagai berikut :
Skor <6>
Siswa adalah wanita yang beranjak atau mulai dewasa. Cipta Karya, (2001 :
282).
Selanjutnya dijelaskan bahwa siswa ialah wanita yang mulai dewasa sudah
sampai umur untuk kawin. Balai Pustaka, (2007 : 944).
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan variabel siswa yang berumur
12-16 tahun sesuai dengan pendapat Mirza Maulana yang mengatakan bahwa
siswa menarche pertama kali pada usia 12-16 tahun. Maulana, (2009 : 18).
Premenarche adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul
pada pertengahan siklus menarche, dan disusul dengan periode tanpa gejala.
Baradero, (2007 : 10).
Kemudian juga dijelaskan bahwa tujuan siklus menarche untuk melepas ovum
dalam persiapan fertilisasi pada kira-kira jarak 4 minggu dan untuk
mempersiakan uterus dan seluruh tubuh wanita untuk menerima dan
mengembangkan hasil fertilisas ini. Siklus ini diatur terutama oleh glandula
pituitari anterior, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan glandula tersebut
mengadakan stimulus (rangsangan) gonad pada saat pubertas belum seluruhnya
dipahami.
Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas saja, antara beberapa wanita tetapi
juga pada wanita yang sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia
seseorang. Rata–rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1
hari pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari. Dan pada wanita usia 55 tahun 51,9
hari. Jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Dari
pengamatan Hartman pada kera ternyata bahwa hanya 20% saja panjang siklus
haid 28 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira--
kira 97% wanita yang berevolusi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika
siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur biasanya
siklusnya tidak berevolusi. Lama haid biasanya antara 3-5 hari. Ada yang 1-2
hari dikuti darah sedikit–sedikit kemudian ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap
wanita biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata–rata 33,2 ±
16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak,
pada wanita dengan anemi defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih
banyak. Jumlah darah haid lebih 80 cc dianggap patologik. Sarwono, (2005 :
103).
Diet Vegetarian : Pengaruh diet vegetarian terhadap hormon sex telah diteliti, 9
orang vegetarian diberi diet yang mengandung daging, ternyata fase folikuler
memanjang, rata-rata 4,2 hari juga, FSH meningkat, E2 menurun secara
signifikan. Sebaliknya 16 orang diet biasa beralih kediet yang kurang daging
selama 2 bulan mengalami pemendekan fase folikuler, rata-rata 3,8 hari,
mengalami penurunan frekuensi puncak LH dan peningkatan pada LH. Setelah
mengalami 2 x injeksi LHRH, terjadi hubungan antara diet dengan fungsi
menarche. Pada wanita yang mengonsumsi diet vegetarian terjadi peningkatan
frekuensi gangguan siklus menarche. Prevalensi ketidak teraturan menarche
26,5% pada vegetarian dan 4,9% pada non vegetarian.
Diet Rendah Lemak : Hasil penelitian pada diet rendah lemak dibanding tinggi
lemak ternyata pada diet tinggi lemak tidak memberikan perbedaan kadar
hormon dalam plasma dan urine, kesimpulannya tidak mempunyai pengaruh
pada kadar hormon sex. Sedangkan pada diet rendah lemak akan menyebabkan
3 efek utama : panjang siklus menarche meningkat rata-rata 1,3 hari lamanya
waktu menarche meningkat rata-rata 0,5 hari dan fase folikuler meningkat rata-
rata 0,9 hari. Dengan demikian maka bagi wanita yang bukan vegetarian bila
berubah kediet rendah lemak akan memperpanjang siklus menarche sebagai
akibat dari memanjangnya fase menarche dan fase folikuler. Erna, (2005 : 70).
Selanjutnya dijelaskan bahwa amenorea ialah tidak adanya menarche. Ada dua
bentuk amenorea yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer timbul
apabila menarche pertama tidak terjadi pada umur 16 tahun. Amenorea primer
bisa diakibatkan oleh kelainan genetik, endokrin, atau efek perkembangan
kongenital. Amenorea sekunder timbul apabila seorang wanita yang sudah
menarche berhenti menarchenya selama 3-6 bulan. Kadang-kadang tidak ada
menarche, satu kali masih dianggap normal. Kehamilan adalah penyebab utama
dari amenorea. Amenorea sekunder bisa juga timbul sebagai respon terhadap
stres yang berat, perubahan fungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, ovarium,
timid, dan kelenjar adrenal. Wanita yang memakai kontrasepsi oral bisa juga
mengalami amenorea selama 6 bulan setelah berhenti memakai kontrasepsi
oral. Amenorea sekunder bisa juga dialami oleh atlet yang terlalu banyak
menghabiskan kalori, karena menarche yang normal memerlukan sekitar 17%
lemak dari tubuh. Hilangnya 10-15% berat badan dapat menyebabkan
amenorea. Amenorea bisa juga mempengaruhi kepadatan tulang yang
mengakibatkan osteoporosis.
Selanjutnya menurut dr. Budi, dysmenorrhoe ialah nyeri saat menarche yang
sering difikirkan oleh gadis-gadis yang mengalaminya. Dysmenorrhoe ini
merupakan keluhan yang sering dirasakan di masyarakat sehingga menjadi
penyebab yang paling banyak hilangnya waktu kerja atau absen masuk sekolah.
Di Amerika Serikat pernah dilaporkan dysmenorrhoe menyebabkan hilangnya
600 juta jam kerja pertahun. Ada 2 jenis dysmenorrhoe :
Menurut literatur lain dijelaskan bahwa dismenorea adalah nyeri uteri pada saat
menarche. Dismenorea primer tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa
timbul tanpa penyakit organik. Intensitas dismenorea bisa berkurang setelah
hamil atau pada umur sekitar 30 tahun. Dismenorea primer mengenai sekitar 50-
75% wanita yang masih menarche. Sekitar 10% mengalami dismenorea berat
sehingga mereka tidak bisa bekerja. Dismenorea sekunder timbul sebagai
respon terhadap penyakit organik seperti endomertiosis, fibroit uteri, clan
pemakaian IUD. Dismenorea primer biasa timbul pada hari pertama atau kedua
dari menarche. Nyerinya bersifat kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen
bawah.
Terapi dismenorea primer dapat diatasi dengan obat ibuprofen, naproxen, dan
ketoprofen sedangkan dismenorea sekunder diatasi dengan memperbaiki
penyebab organik. Baradero, (2007 : 9).
- Umur
- Gizi
Berat
>27
Sedang
15-27
Ringan
6-14
<>
- Status perkawinan
- Pendidikan
- Pendapatan
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Keterangan :
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
: Di teliti
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
: Tidak di teliti
BAB 3
METODE PENELITIAN
Istilah “variabel” merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap
jenis penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi
menarche.
<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Umur
<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Status
Perkawinan
<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]--
>Pendidikan
<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]--
>Pendapatan
<!--[if !supportLists]--
>· <!--[endif]-->Gizi
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi studied sampel, maka
penelitian ini tersebut disebut penelitian sampel. Sampel sendiri adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Arikunto, (2006 : 131). Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah secara random dengan total siswa kelas satu usia 12-
16 tahun yang bersekolah di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten
Banyuwangi sejumlah 60 orang. Dengan rincian sampel dari kelas 7 A, kelas 7 B,
kelas 7 C, kelas 7 D, kelas 7 E, kelas 7 F, dan 7 G.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dan
inform consent. Kuesioner sendiri mempunyai pengertian sejumlah pertanyaan
tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Arikunto, (2006 : 151).
Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan ialah check list atau sebuah
daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom
yang sesuai dan rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti
oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan–tingkatan, misalnya mulai dari
benar dan salah.
Merupakan tahap kedua setelah editing dimana peneliti memberikan kode pada
setiap kuesioner yang disebarkan untuk memudahkan dalam pengolahan data.
N=
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
Positif : 50 – 100%
Negatif : <>
Skor <6>
Penelitian ini melibatkan obyek manusia maka tidak boleh bertentangan dengan
etika agar responden dapat terlindungi untuk itu perlu adanya Surat Izin dari
Kepala Sekolah SLTPN 2 Genteng, Kepala Desa Kaligondo Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi dan rekomendasi dari Ketua Program Studi D3
Kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto. Setelah mendapatkan persetujuan
penelitian dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :
Diberikan kepada siswi kelas VII SLTPN 2 Genteng sebelum penelitian agar dapat
mengetahui maksud peneliti.
Dalam penelitian ini ada beberapa hambatan seperti minimnya buku sumber
yang kami miliki dikarenakan ada batasan minimal untuk tahun penerbitan
sebuah judul buku yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga kami harus
mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mencari di daerah luar kota. Disamping
itu peneliti masih sulit memahami pedoman penyusunan Karya Tulis Ilmiah
karena kurangnya contoh referensi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
BAB IV
Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang studi deskriptif tingkat
kecemasan siswa dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi pada bulan Juli 2009.
Berikut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data terdiri dari
data umum dan data khusus yang selanjutnya dilakukan proses analisa data.
Tabel 4.1 Distribusi Umur Siswa (12-16 tahun) di SLTPN 2 Genteng Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.
1 12 6 10,00
2 13 50 83,33
3 14 3 0,05
4 15 1 0,016
5 16 0 0
TOTAL 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang berumur 12 tahun
sebanyak 6 orang (10,00 %), siswa yang berumur 13 tahun sebanyak 50 orang
(83,33 %), siswa yang berumur 14 tahun sebanyak 3 orang (0,05 %), siswa yang
berumur 15 tahun sebanyak 1 orang (0,016 %), siswa yang berumur 0 tahun
sebanyak 0 orang (0 %).
1 Baik 12 20,00
2 Cukup 46 76,67
TOTAL 60 100,00
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai gizi baik
sebanyak 12 orang (20,00 %), siswa yang mempunyai gizi cukup sebanyak 46
orang (76,67 %), siswa yang mempunyai gizi kurang baik sebanyak 2 orang
(3,33 %).
Tabel 4.3 Sumber Informasi Yang Di Dapat Siswa Tentang Menarche di SLTPN 2
Genteng Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 15 Juli 2009.
1 Televisi 12 20,00
2 Majalah 3 0,05
TOTAL 60 100,00
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat informasi
dari televisi 12 orang (20,00 %), yang mendapat informasi dari majalah 3 orang
(0,05 %), yang mendapat informasi dari orang tua 45 orang (75,00 %).
Kurang
N Umur Baik Cukup Tidak BaikTotal
å Baik
o (th)
å % å % å % å % å %
3 14 3 - - 3 5,00 - - - - 3 0,05
4 15 1 - - 1 1,67 - - - - 1 0,016
5 16 0 - - - - - - - - 0 0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang berusia 12 tahun 6
orang yang berpengetahuan kurang baik 1 orang (1,67 %), yang mempunyai
pengetahuan tidak baik 5 orang (8,33 %), siswa yang berumur 13 tahun 50
orang yang mempunyai pengetahuan cukup 7 orang (11,66 %) mempunyai
pengetahuan kurang baik 15 orang (25,00 %) mempunyai pengetahuan tidak
baik 28 orang (46,67 %), siswa yang berusia 14 tahun 3 orang, yang mempunyai
pengetahuan cukup (5,00 %), siswa yang berusia 15 tahun 1 orang, mempunyai
pengetahuan cukup (1,67 %).
Tabel 4.5 Distribusi Gizi SiswaTerhadap Tingkat Kecemasan pada tanggal 16 Juli
2009.
Kurang Tidak
N Baik Cukup Total
Gizi å Baik Baik
o
å % å % å % å % å %
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa gizi baik berjumlah 12
orang dengan kriteria cukup 12 orang (20,00 %), siswa gizi cukup hampir
dominan yaitu berjumlah 46 orang dengan kriteria cukup 10 orang (16,66 %),
yang berkriteria kurang baik 34 orang (56,67 %), yang berkriteria tidak baik 2
orang (3,33 %), siswa gizi kurang berjumlah 2 orang dengan kriteria tidak baik 2
orang (3,33 %).
Tabel 4.6 Tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi menarche pada tanggal
16 Juli 2009.
1 Baik - -
2 Cukup 11 18,33
TOTAL 60 100,00
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan siswa dalam
menghadapi menarche dengan kriteria baik tidak ada, cukup 11 orang (18,33
%), kurang baik 33 orang (55,00 %) tidak baik 16 orang (26,67 %).
Dalam pembahasan ini akan dibahas dari hasil analisa tingkat kecemasan siswa
dalam menghadapi menarche di SLTPN 2 Genteng Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi tahun 2009. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
bulan Juli 2009 didapatkan 33 siswa (55,00 %) memiliki pengetahuan kurang
baik. Hal ini dipengaruhi oleh minimnya informasi yang diterima. Informasi yang
diterima dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
terdiri kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dan usia. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial budaya, lingkungan fisik,
lingkungan sosial (Notoatmojo, 2003 : 120-121).
Yang tidak kalah pentingnya adalah media elektronika yaitu televisi. Faedah alat
bantu seperti pemutaran video kaset adalah mempermudah penerimaan
informasi, karena 75%-87% pengindraan melalui mata (Notoatmojo, 2003 : 64).
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini peneliti merasa masih banyak
kekurangan karena keterbatasan waktu dan pengalaman dalam melakukan
penelitian. Semoga peneliti selanjutnya lebih sempurna.
BAB V
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan bacaan di
perpustakaan.
Agar para remaja putri khususnya remaja putri kelas 1 di SLTPN 2 Genteng
Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi untuk dapat lebih aktif dalam
menggali pengetahuan tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi
menarche.
DAFTAR PUSTAKA
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara
Santoso, Budi dr. 2007. Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : SKP
KTI D3 KEBIDANAN LENGKAP HUB : OVIK Hp. 081 904 015 729
begin_of_the_skype_highlighting 081 904 015
729 end_of_the_skype_highlighting
BAB 1
PENDAHULUAN
3. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga dan merupakan proses belajar guna
meningkatkan dan menambah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
penelitian.
4. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti lain dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4. Lingkungan
Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa film-flim seks (blue
flims), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan
rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan
seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis
menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus,
kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior,
melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang merangsang
kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yang dikeluarkan kelenjar
indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar
induk hipotalamus dan hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi.
Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ
reproduksi.
2.1.5 Fisiologi menstruasi
Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan
baru bekerja pada masa pubertas (Sarwono, 1999 : 110). Karena pengaruh hormon
FSH (Follicle stimulating hormone) dan estrogen, selaput rahim (endometrium)
menjadi sangat tebal, bila terjadi ovulasi berkat pengaruh prosgesteron selaput ini
menjadi lebih tebal lagi dan kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok.
Bersamaan dengan itu, endometrium menjadi lembek seperti karet busa dan
melakukan persiapan-persiapan supaya sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang.
Bila tidak ada sel telur yang bersarang, endometrium ini terlepas dan menjadi
perdarahan disebut haid (Mochtar, 1998 : 15)
2.1.6 Mekanisme haid
Hormon streoid, estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan
endometrium. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium memasuki fase
proliferasi, sesudah ovulasi endometrium memasuki fase sekresi. Dengan
menurunnya kadar estrogen dan progesteron pada akhir siklus haid terjadi regresi
endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal dengan nama
haid (Sarwono, 1999 : 119)
2.2 Kajian teori tentang remaja
2.2.1 Pengertian
Masa remaja atau masa adolesensi adalah fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke
masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede,
2002 : 138).
1. Menurut buku-buku pediatri
Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
2. Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak. Remaja
adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk
tinggal.
4. Menurut undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah
remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
5. Menurut Dik Nas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun yang
sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih,
2004 : 2).
2.2.2 Tahap-tahap masa remaja
1. Masa remaja awal (10-14 tahun)
Yang dimaksud masa remaja awal adalah periode dimana masa anak telah lewat dan
pubertas dimulai. Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan apabila sebagian
besar dari energi intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini ditargetkan
pada penilaian kembali dan restrukturisasi dari jati dirinya.
2. Masa remaja menengah (15-16 tahun)
Masa ini adalah masa perubahan dan pertumbuhan yang paling dramatis. Masa
remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas,
timbulnya ketrampilan, ketrampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan
terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak
emosional dan psikologis dengan orang tua.
0 KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR
TENTANG KAMI
KTI KEBIDANAN
ONLINE
CHAT ROOM
View shoutbox
ShoutMix chat widget
Regresi Linear
Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui
pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel.
Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen
atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel
terikat atau variabel dependen.
Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu
buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan
beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Analisis regresi linear merupakan
metode statistik yang paling jamak dipergunakan dalam penelitian-penelitian sosial, terutama
penelitian ekonomi. Program komputer yang paling banyak digunakan adalah SPSS
(Statistical Package For Service Solutions).
Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah
variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah:
Y = a + b X.
Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta
(intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat
kartesius.
Langkah penghitungan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS adalah: Analyse
--> regression --> linear. Pada jendela yang ada, klik variabel terikat lalu klik tanda panah
pada kota dependent. Maka variabel tersebut akan masuk ke kotak sebagai variabel dependen.
Lakukan dengan cara yang sama untuk variabel bebas (independent). Lalu klik OK dan akan
muncul output SPSS.
Interpretasi Output
1. Koefisien determinasi
Nilai t hitung > t tabel berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat, atau bisa juga dengan signifikansi di bawah 0,05 untuk
penelitian sosial, dan untuk penelitian bursa kadang-kadang digunakan toleransi sampai
dengan 0,10.
3. Persamaan regresi
Sebagai ilustrasi variabel bebas: Biaya promosi dan variabel terikat: Profitabilitas (dalam
juta rupiah) dan hasil analisisnya Y = 1,2 + 0,55 X. Berarti interpretasinya:
1. Jika besarnya biaya promosi meningkat sebesar 1 juta rupiah, maka profitabilitas
meningkat sebesar 0,55 juta rupiah.
2. Jika biaya promosi bernilai nol, maka profitabilitas akan bernilai 1,2 juta rupiah.
Interpretasi terhadap nilai intercept (dalam contoh ini 1,2 juta) harus hati-hati dan sesuai
dengan rancangan penelitian. Jika penelitian menggunakan angket dengan skala likert
antara 1 sampai 5, maka interpretasi di atas tidak boleh dilakukan karena variabel X tidak
mungkin bernilai nol. Interpretasi dengan skala likert tersebut sebaiknya menggunakan
nilai standardized coefficient sehingga tidak ada konstanta karena nilainya telah
distandarkan.
Contoh: Pengaruh antara kepuasan (X) terhadap kinerja (Y) dengan skala likert antara 1
sampai dengan 5. Hasil output yang digunakan adalah standardized coefficients sehingga
Y = 0,21 X dan diinterpretasikan bahwa peningkatan kepuasan kerja akan diikuti dengan
peningkatan kinerja atau penurunan kepuasan kerja juga akan diikuti dengan penurunan
kinerja. Peningkatan kepuasan kerja dalam satu satuan unit akan diikuti dengan
peningkatan kinerja sebesar 0,21 (21%).
Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana,
hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn.
Dengan Y adalah variabel bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta
(intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.
Interpretasi terhadap persamaan juga relatif sama, sebagai ilustrasi, pengaruh antara motivasi
(X1), kompensasi (X2) dan kepemimpinan (X3) terhadap kepuasan kerja (Y) menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
Interpretasi terhadap konstanta (0,235) juga harus dilakukan secara hati-hati. Jika
pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert antara 1 sampai dengan 5 maka tidak
boleh diinterpretasikan bahwa jika variabel motivasi, kompensasi dan kepemimpinan bernilai
nol, sebagai ketiga variabel tersebut tidak mungkin bernilai nol karena Skala Likert terendah
yang digunakan adalah 1.
Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan
menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa
secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi
secara parsial tidak. Sebagai ilustrasi: seorang penjahat takut terhadap polisi yang membawa
pistol (diasumsikan polisis dan pistol secara serempak membuat takut penjahat). Akan tetapi
secara parsial, pistol tidak membuat takut seorang penjahat. Contoh lain: air panas, kopi dan
gula menimbulkan kenikmatan, tetapi secara parsial, kopi saja belum tentu menimbulkan
kenikmatan.
Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara
statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi asumsi normalitas, multikolinearitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi linearitas (akan dibahas belakangan).
Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah 1)
koefisien determinasi; 2) Uji F dan 3 ) uji t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir
analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui
signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan adjusted R Square dan jika
bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat dilakukan.
Uji F adalah uji kelayakan model (goodness of fit) yang harus dilakukan dalam analisis
regresi linear. Untuk analisis regresi linear sederhana Uji F boleh dipergunakan atau
tidak, karena uji F akan sama hasilnya dengan uji t.
2. Kapan menggunakan uji dua arah dan kapan menggunakan uji dua arah?
Penentuan arah adalah berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian dan perumusan
hipotesis. Jika hipotesis sudah menentukan arahnya, maka sebaiknya digunakan uji satu
arah, tetapi jika hipotesis belum menentukan arah, maka sebaiknya menggunakan uji dua
arah. Penentuan arah pada hipotesis berdasarkan tinjauan literatur. Contoh hipotesis dua
arah: Terdapat pengaruh antara kepuasan terhadap kinerja. Contoh hipotesis satu arah:
Terdapat pengaruh positif antara kepuasan terhadap kinerja. Nilai t tabel juga berbeda
antara satu arah dan dua arah. Jika menggunakan signifikansi, maka signifikansi hasil
output dibagi dua terlebih dahulu, baru dibandingkan dengan 5%.
Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku bolak-balik,
sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan dengan A. Untuk
regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi tidak boleh dikatakan
B berpengaruh terhadap A. Dalam kehidupan sehari-hari kedua istilah itu (hubungan dan
pengaruh) sering dipergunakan secara rancu, tetapi dalam ilmu statistik sangat berbeda. A
berhubungan dengan B belum tentu A berpengaruh terhadap B. Tetapi jika A
berpengaruh terhadap B maka pasti A juga berhubungan dengan B. (Dalam analisis lanjut
sebenarnya juga ada pengaruh yang bolak-balik yang disebut dengan recursive, yang
tidak dapat dianalisis dengan analisis regresi tetapi menggunakan structural equation
modelling).