You are on page 1of 21

Laporan UKL UPL

Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel


Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN & PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Pengelolaan lingkungan kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Umum


Daerah (RSUD) Boven Digoel dilaksanakan guna mengantisipasi dampak
yang timbul dalam setiap tahap kegiatan. Dampak yang dikelola
terutama adalah dampak negatif penting, karena apabila tidak dikelola
dengan baik dapat menjadi penyebab masalah lingkungan. Di samping
mengelola dampak negatif penting, juga dampak positif akan
ditingkatkan.
Rinciannya diuraikan sebagai berikut :

5.1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI


5.1.1. Sosialisasi
a. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Kegiatan pengelolaan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa untuk
mengelola dampak adalah sebagai berikut :
1. Pemberian ganti rugi tanah berdasarkan kesepakatan antara
pihak pemrakarsa dan pemilik tanah, dengan difasilitasi
pemerintah dan instansi terkait seperti BPN dan mengacu
pada nilai jual obyek pajak (NJOP).
2. Memberikan prioritas bagi warga masyarakat lokal untuk
bekerja baik pada kegiatan konstruksi maupun pada kegiatan
operasional.
3. Melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
secara bertanggungjawab dengan mengacu pada dokumen
UKL dan UPL yang telah dibuat dan rekomendasi hasil
pemantauan.

Kegiatan Pemantauan Lingkungan yang akan Dilakukan


Kegiatan pemantauan terhadap sikap dan persepsi masyarakat adalah
sebagai berikut:
• Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
• Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan
pelaporan adalah BadanPengelolaan Sumberdaya Alam dan

1
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Lingkungan Hidup Provinsi Papua dan Bagian Lingkungan Hidup


Bapeda Kabupaten Boven Digoel.

Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas


Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur yang akan digunakan untuk mengukur efektivitas adalah
Prosentase responden masyarakat yang mempunyai persepsi positif dan
yang tidak mendukung pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Boven Digoel.

5.1.2. Pembebasan Lahan


a. Pemilikan dan Penguasaan Lahan
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
1) Mempertemukan warga masyarakat yang menguasai dan
menggunakan lahan yang akan dibangun RSUD dengan
pemrakarsa untuk membicarakan penyelesaian yang adil dan
proporsional atas lahan mereka kuasai dan gunakan.
2) Memberikan pembayaran yang wajar dan adil atas lahan maupun
aset yang ada di atasnya dan atas kesepakatan pihak-pihak yang
terlibat langsung tersebut.
3) Mengupayakan penyelesaian setiap sengketa secara musyawarah
dan bila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah melalui jalur
hukum.
4) Prinsipnya menyelesaikan masalah pembebasan lahan untuk
pengembangan RSUD berdasarkan kesepakatan/keuntungan
kedua belah pihak.
5) Diupayakan pengelolaan pembebasan lahan akan dilakukan
secara bijaksana dan baik sehingga diharapkan persepsi
masyarakat sekitar terhadap pembangunan RSUD makin
membaik.
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Kegiatan pemantauan terhadap pembebasan lahan adalah
sebagai berikut:
• Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
• Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan
pelaporan adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

2
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Bagian Lingkungan Hidup


Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan BPN Boven Digoel.
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak adalah terselesainya secara adil dan
proporsional pemilikan dan penguasaan lahan antara pihak
pemrakarsa (Badan Pengelola RSUD) dan warga masyarakat yang
menguasai dan menggunakan lahan yang terkena
pemabngunan/perluasan RSUD .

5.2. TAHAP KONSTRUKSI


5.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja
a. Banyaknya Tenaga Kerja Lokal Yang Diserap
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan adalah pihak Pengelola
RSUD harus mengumumkan kepada masyarakat melalui pemerintah
tentang rencana penerimaan tenaga kerja tukang dan pembantu tukang
dengan upah dan persyaratan kerjanya.
Kegiatan Pemantauan Lingkungan yang akan Dilakukan
• Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
• Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan
pelaporan adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua, Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan BPN Boven Digoel.
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak adalah jumlah tenaga kerja lokal (tenaga kerja
tukang dan pembantu tukang) disekitar lokasi, minimal 50 %.

5.2.2. Penyiapan Lahan


a. Kualitas Udara (Debu)
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
- Menjaga/mempertahankan kelembaban lahan/tanah pada areal
pembangunan RSUD dengan cara melakukan penyiraman
terutama pada musim kemarau.

3
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

- Mengharuskan pekerja menggunakan masker saat bekerja di


lokasi yang berdebu
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
• Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
• Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan
pelaporan adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup Provinsi Papua, Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel.
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor.
41 tahun 1999 disajikan pada Tabel V-1.

Tabel V-1. Tolok Ukur Kualitas Udara (Debu)


N Paramet Waktu Metode Peralata
Baku Mutu
o er Pengukuran Analisis n
1 Debu 24 jam 230 µg/Nm3 Gravimetri Hi-Vol
1 tahun 90 µg/Nm3 c

b. Kesehatan Masyarakat/Pekerja
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Dampak terhadap Kesehatan Masyarakat (pasien, pengunjung,
pekerja) yang terkena/terinfeksi pencemaran debu yang dapat
menyebabkan ISPA adalah merupakan dampak turunan dari
terjadinya peningkatan debu di udara. Sehingga apabila debu
diudara telah dikelola, maka diharapkan masyarakat tidak akan
terinfeksi/terkena ISPA.
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan

4
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Tolok ukur dampak adalah jumlah masyarakat (pasien,


pengunjung, pekerja) yang terkena/terinfeksi pencemaran debu
yang dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

5.2.3. Mobilisasi Alat dan Bahan


a. Kualitas Udara (Debu)
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Menutup rapi material angkutan (tanah, semen, batu, dll) dengan
terpal atau plastik.
Menangani penyimpanan/penumpukan alat dan bahan agar tidak
menjadi sumber pencemaran debu.
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor.
41 tahun 1999 tentang baku mutu udara Ambien, khusus
kandungan debu yang diperbolehkan yaitu sebesar 230 mg/Nm3
seperti tercantum pada Tabel V-2.
Tabel V-2. Tolok Ukur Baku Mutu Udara Ambien
N Paramet Waktu Metode Peralata
Baku Mutu
o er Pengukuran Analisis n
1 Debu 24 jam 230 µg/Nm3 Gravimetri Hi-Vol
1 tahun 90 µg/Nm3 c

5.2.4. Kegiatan Pembangunan Fisik, Sarana & Prasarana


Utama Rumah Sakit.
a. Kebisingan
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
- Membuat pagar keliling yang kedap suara agar kebisingan
dapat diredam

5
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

- Mewajibkan pekerja menggunakan earplug saat bekerja


- Menghindari penggunaan “Crene” dengan drop “Hammer”
- Menghindari kegiatan yang menimbulkan bising pada saat
istirahat
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Hidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup Bapeda Kabupaten
Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak didasarkan pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1999 tentang kebisingan
(Tabel V-3).
Tabel V-3. Tolok Ukur Tingkat Kebisingan
Peruntukan
Tingkat Kebisingan
Kawasan/Lingkungan
(dBA)
Kegiatan
Peruntukan kawasan :
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas 60
umum
7. Rekreasi 70
b. Lingkungan Kegiatan :
1. Rumah sakit atau 55
sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55

5.3. Tahap Operasi


5.3.1. Unit Pengadaan Tenaga Kerja
a. Penyerapan Tenaga Kerja
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Pengelolaan penyerapan tenaga kerja medis/paramedis yang
dibutuhkan oleh RSUD terutama berasal dari maupun yang

6
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

disesuaikan dengan tingkat ketersediaan yang ada, apabila tidak


terdapat didaerah akan diambil dari luar daerah. Kebutuhan
tenaga medis dan tenaga ahli penunjang pada tahap operasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) nantinya disajikan pada
Tabel V-4.

Tabel V-4. Kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga Ahli Penunjang


RSUD .
Kebutuhan
No Spesialistik Kondisi Eksisting
Tenaga Medik
1 Umum 44 10
2 Bedah Umum 3
3 Bedah Ortopedi 1
4 Bedah Syaraf 1
5 Penyakit Dalam 4
6 Jantung 1
7 Paru 1
8 Kebidanan dan Kandungan 3 11
9 Anak 3
10 Syaraf 1
11 Mata 1
12 THT 1
13 Kulit Kelamin 1
14 Jiwa 1
15 Gigi dan Mulut 2 1
16 Psikologi 2 -
17 Anaesthesi 2 -
18 Radiologi 1 -
19 Patologi Klinik 2 -
20 Patologi Anatomi 1 -
21 Rehabilitasi Medik 1 -
22 Ahli Gizi 1 -
23 Apoteker 3 1
24 Sarjana Keperawatan 5 -
25 Ahli Manajemen Rumah Sakit 1 -
26 Ahli Rekam Medik 1 -
Total 88 orang 23 orang

7
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan


Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak adalah jumlah tenaga kerja medis/paramedis
dikota maupun yang dapat diserap.

5.3.2. Unit Pelayanan Medis (Gizi & Dapur, Laundry,


Laboratorium, Farmasi, Radiologi, Mesin, Unit Obastetric
dan Bedah)
a. Limbah Padat
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Pengelolaan limbah padat yang dihasilkan oleh kegiatan unit
pelayanan medis, Gizi dan dapur, laboratorium, farmasi dan
radiology dibedakan atas limbah medis padat dan limbah non
medis padat. Untuk itu pengelolaannya dilakukan secara
berbeda sebagai berikut:
Pengelolaan Limbah Medis Padat
a. Model pengelolaan limbah padat yang tergolong limbah klinis
perlu ditangani melalui kegiatan pembakaran diincinerator,
sedangkan limbah padat non klinis dapat di tempatkan di TPS
RSUD yang selanjutnya hasil pembakaran dan yang ada di
Insinerator dan TPS akan diangkut ke tempat pembuangan
akhir (TPA) Kota, seperti disajikan pada Gambar V-6.

8
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

RENCANA PENGOLAHAN (RKL)


LIMBAH PADAT RSUD Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel

Limbah Klinis Limbah Non Klinis

Model Insinerator
RSUD Model TPS RSUD

TPA

Gambar V-6. Penanganan Limbah Padat (Klinis & Non Klinis)


RSUD

b. Pemilahan limbah padat harus dilakukan mulai dari sumber


yang menghasilkan limbah tersebut. Pengumpulan limbah
medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli/tempat sampah yang tertutup.
c. Pemilahan jenis limbah antara limbah klinis dan non klinis
maupun limbah radioaktif dan limbah lainnya dengan
menggunakan wadah yang dibedakan atas warna dan
menggunakan lambang/tanda
c. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”
d. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah medis padat
yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes bacillus stearothermophilus dan untuk
sterilisasi kimia menggunakan tes Bacillus subtilis. Pada

9
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Tabel V-6 disajikan model sterilisasi untuk limbah padat yang


akan dimanfaatkan kembali.

Tabel V-6. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan


Kembali
Waktu
Model Sterilisasi Suhu
Kontak
Sterilisasi dengan panas Sterilisasi kering 160°C 120 menit
dalam oven ”Poupinel” 170°C 60 menit
121°C 30 menit
Sterilisasi dengan nahan kimia: 60 menit
- Ethylene oxide (gas)
- Glutaraldehyde (cair) 50° - 60°C 3 – 8 jam
30 menit
e. Pemusnahan limbah klinis dilakukan dengan menggunakan
incinerator.
Incenerator hanya digunakan untuk memusnahkan limbah
klinis. Ukuran incenerator harus disesuaikan dengan jumlah
dan kualitas sampah. (nilai bakar=batu) sementara untuk
memperkirakan ukuran dan kapasitas incenerator perlu
mengetahui jumlah puncak produksi sampah. Tipe, kapasitas
dan pengoperasian incenarator biasanya disediakan oleh
pembuat.
Beberapa Tipe Incenerator Sederhana:
- Type 1 Malaysia :
Bahan-konstruksi
1. Dinding terbuat dari pasangan batu dan diletakkan
mendatar (pasangan bata 1x1)
2. pasangan batu bata harus diperkuat dengan besi beton dan
dicor
3. permukaan dinding sebelah luar dan dalam di plester
4. lantai bagia dalam (F) terbuat dari concrete (besi beton cor
semen)
5. jika lubang masuk E lebih besar dari ukuran pada gambar,
maka lubang masuk E bagian atas harus diperkuat dengan
batang besi ukuran tebal 1”, 2 lembar untuk mencegah
retak/runtuhnya lubang masuk.
6. lubang masuk E diberi penutup/pintu yang terbuat dari
logam

10
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

7. lubang keluar X (24” x 12”) cara konstruksinya sama


dengan lubang masuk E. kegunaan pintu keluar adalah
untuk mengeluarkan abu hasil pembakaran/menaruh bahan
bakar untuk start pembakaran.
8. Lapisan besi (G) yang menahan sampah terbuat dari besi
beton dengan ukuran 1” dan antara 2 besi beton berjarak
4”, terdiri atas 2 lapis.
Catatan :
- ukuran incenerator disesuaikan denga kebutuhan, tergantung dari
jumlah sampah yang akan dibakar setiap harinya.
- Samaph yang tidak mudah terbakar, tidak perlu dibakar
- Ukuran pada gambar diatas adalah untuk rumah sakit 50-100
tempat tidur (Malaysia)

- Type II Barrel and Trench Incenerator


a. Tong/drum dilapisi tanah liat (B) dengan ketebalan 6 “-12” (dapat
juga dibuat dari pasangan bata dan tanah liat
b. Besi beton dipasang pada tong dan lapisan tanah liat dengan
ketinggian 6” dari permukaan/dasar incinerator, jarak anatara dua
besi beton 3”- 4”
c. Tempat sumber pembakaran/lubang kerapian
d. Besi plat diletakan dibawah incinerator dan diatas selokan
(sumber : Sanitarian Hand Book-Fredman, 1997)
- Type III Rock Pit Incinerator
- Incinerator berbentuk U terbuat dari batu karang atau tanah liat
dengan ukuran panjang 4.5 fit, lebar 2 fit dan dalam 18 fit
- Dinding terbuat dari batu dan rubble, denagn ketebalan 8” – 12”
dapat juga dibuat dari tanah liat.
- Lantai terbuat dari batu
(sumber : Sanitarian Hand Book-Fredman, 1997)
- Type IV Multiple Self Incinerator
- Incinerator berbentuk persegi empat terbuat dari pasangan bata
dengan ukuran panjang 4 feet, lebar 3-5 feet, dan tinggi 8-12 feet.
- Pipa besi diameter 2 inch diletakan memanjang dan mudah
diangkat dan dilepaskan.
- Rak dengan ukuran 18-24 feet terbuat dari besi plat

11
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

- Ruang pembakaran
- Penopang rak besi yang menempel pada tiga permukaan ke
dinding
- Batangan besi /baja sebagai penyangga rak besi
- Lubang terbuka untuk mengambil abu atau pembakaran.
Beberapa keuntungan dan kerugian Incinerator terpusat (collective) dan
individual (on-site) dapat dilihat pada Tabel V-7.

Tabel V-7. Keuntungan dan Kerugian Sarana Incenerator


Terpusat dan Individual
N Terpusat (collective) Individual (On-site)
o
1 Beroperasi terus menerus Tampaknya beroperasi start-stop tiap
hari, dan perlu dicatat bahwa emisi
akan selalu melampaui standar pada
saat setiap start-up
2 Operator full-time tampaknya Operator part-time
memiliki keahlian lebih yang
diperlukan
3 Incinerator bisa dibuat lebih Biasanya sederhana saja
canggih karena ukuran dan
kapasitasnya lebih besar dan
tidak hanya melayani satu
investasi
4 Mungkin biaya lebih efektif tetapi Biaya mungkin kurang efektif tetapi
memerlukan biaya tambahan tanpa tambahan biaya untuk
untuk pengangkutan dan resiko pengangkutan
dalam perjalanan
5 Penghasilan limbah tidak Penghasilan limbah bertanggung
bertanggung jawab terhadap jawab langsung
pengoperasian sarana tersebut
6 Kedudukan incinerator tidak Tempat kedudukan terbatas
terbatas dalam halaman institusi

12
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

7 Penghasil limbah kurang Penghasil limbah bertanggung jawab


bertanggung jawab terhadap langsung
pembauangan akhir limbah
pemusnahan
- Type V The Drying Pan Incinerator
Ukuran lubang panjang 6 feet lebar 18” dan dalam 18 feet (ukuran
bagian dalam)
a. Lubang perapian
b. Dinding terbuat dari pasangan bata/semen dengan ketebalan 10”-
12”
c. Stack terbuat dari lempengan besi
d. Panci dengan diameter ukuran dan kedalaman 6”-8”, sampah
dikeringkan dalam panci ini.
(sumber : Sanitarian Hand Book-Fredman, 1997)
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Tolok ukur dampak adalah jumlah limbah padat perhari setiap unit
kegiatan (pelayanan medis, gizi, dan dapur, laboratorium, farmasi
dan radiology)
b. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
a) Pemilihan dan Pewadahan
1. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah
medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2. Tempat pewadahan
a. Setiap pewadahan limbah padat harus dilapisi
kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat
dengan lambang “domestik” warna putih

13
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

b. Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat melebihi


(dua) ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.
b) Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila ditempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan
lalat lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada
siang hari, harus dilakukan pengendalian
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian
serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal satu
bulan sekali.
c) Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus
dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.
Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan
Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel

5.3.3. Unit Pengelolaan Limbah Cair


Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang akan Dilakukan
Pengelolaan limbah cair yang bersumber dari unit-unit rumah sakit
dapat dilakukan berdasarkan model yang disajikan pada Gambar V-
7.

14
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

DIAGRAM PENANGANAN
LIMBAH CAIR RSUD BOVEN DIGOEL

Perlu adanya Perlu adanya


Penataan Kembali IPAL yang
Saluran represengtatif di
pembuangan RSUD Boven
Limbah Cair Digoel

Model Penataan Model IPAL yang disarankan :


Saluran Limbah Cair Analogi RS di sekitar
RSUD Boven Digoel RSUD Boven Digul

Gambar V-7. Diagram Pengelolaan Limbah Cair RSUD Boven


Digoel

 Limbah cair dari pembuangan unit-unit RSUD melalui


system drainase akan dikelola di Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) melalui prosedur seperti disajikan pada Gambar V-8.

4 x 45 m3

Limbah
dari 70 m3
drainase
RSUD

Ø 1.2 m P 2,7 m

9 m3

SISTIM IPAL

15
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Gambar V-8. Model Pembuangan Limbah Cair dari saluran


Drainase/Pembuangan RSUD ke Sistim
Pengolahan Limbah Cair di IPAL
Skema perlakuan saringan anaerobic untuk Rumah Sakit berkapasitas
>150 tempat tidur disajikan pada Gambar V-9.

Gambar V-9. Skema perlakuan saringan anaerobic untuk


Rumah Sakit berkapasitas >150 tempat tidur
(analogi untuk RSUD)
Keterangan:
1. Pump Sump 1 unit
2. Septic Tank 1 unit
3. Anaerobic filter 3 unit
4. Distribution Bot 1 unit
5. Stabilizationn tank 1 unit
6. Chlorination tank 1 unit
7. Sludge Drying Bed 3 petak
8. Control Room 1 unit

Hubungan antara jumlah tempat tidur rumah sakit dengan ukuran


konstruksi “Instalasi Pengolahan Air Limbah Sistem Anaerobic Filter”
disajikan pada Tabel V-8.

16
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Tabel V-8. Hubungan Jumlah Tempat Tidur dan Ukuran


Konstruksi IPAL Sistim Anaerobic Filter
No Jml Septic Jumlah Stabilitatio Jumlah Jumlah Perkiraan
Bed tank LDP Anaerobic n Tank Bak Sludge Luas Lahan
(m) filter LDP (m) Klorinasi Drying yang
(GT = 4,1.D (L=1,5. D= Bad diperlukan
=2,4) 1.3 P= (L=7.0 D= 1.4 (m2)
(m) 3.15) P= 7.0
(m) (m)
2.5x3x5.2
1 50 1 filter 1.3x1x4 1 1 20x20
5
2 100 3.5x3x7.5 2 filter 2x1x5 1 2 30x30
3 150 4x3x10 3 filter 2.5x1x6 1 3 40x40

 Kualitas limbah cair (efluen) rumah sakit yang akan dibuang


ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku
mutu efluen sesuai keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit (Tabel V-9).
Tabel V-9. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
PARAMETER KADAR MAKSIMUM
FISIKA
Suhu ≤ 30oC
KIMIA
Ph 6–9
BOD5 30 Mg/L
COD 80 Mg/L
TSS 30 Mg/L
NH3 Bebas 0,1 Mg/L
PO4 2,0 Mg/L
MIKROBIOLOGIK
MPN – Kuman Golongan Koli/100 ml 10.000
RADIOAKTIVITAS
32
p 7 x 102 Bq/L
35
S 2 x 103Bq/L
45
Ca 3 x 102 Bq/L
51
Cr 7 x 102 Bq/L
67
Ga 1 x 102 Bq/L
85
Sr 4 x 102 Bq/L
99
Mo 7 x 102 Bq/L
113
Sn 3 x 102 Bq/L
125
I 1 x 102 Bq/L
131
I 7 x 102 Bq/L
192
Ir 1 x 102 Bq/L

17
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

201
TI 1 x 102 Bq/L

 Perlu adanya penataan limbah cair diseptic-tank RSUD (Gambar V-


10) sebagai berikut :
• Septic tank dipersiapkan dengan asumsi bahwa
pemakaian air setiap orang per harinya dianggap 100 liter.
Waktu berdiamnya limbah cair di dalam septic-tank selama 24
jam, maka bila kemungkinan bertambahnya pemakaian air
sampai dengan 200 liter seorang per hari masih dapat diberi
waktu tinggal selama 12 jam.
• Besarnya septic-tank ditetapkan untuk pemakaian 10
orang sesuai dengan anjuran WHO. Jika diperlukan satu septic-
tank untuk lebih dari 10 orang haruslah dibuat rencana
tersendiri, atau dapat dibuat beberapa septic tank untuk 10
orang dengan mempergunakannya berjejer. Untuk ruang
penyimpanan lumpur disediakan 30 liter untuk setiap pemakai
setiap tahunnya. Menurut WHO besar ruang Lumpur 1 cuft =
28.8 liter per kapita pertahun.
• Frekuensi pembuangan lumpur antara 1 dan 4 tahun
pada perencanaan akan dibuat dua macam septic-tank yaitu
septic-tank yang lumpurnya harus dibuang setiap setahun sekali
dan septic tank yang lumpurnya harus dibuang setiap 4 tahun
sekali.
• Dasar septic-tank dibuat miring sehingga Lumpur
dapat agak berkupul menyebelah dan kemudian mengalir
dengan sendirinya ke dalam ruang lumpur kedua yang letaknya
berdampingan dengan septic-tank. Dengan adanya ruang
lumpur kedua ini dapatlah terjamin bahwa yang dikeluarkan
hanyalah lumpur yang betul-betul sudah menjadi busuk dan
stabil serta tidak terdapat lagi bakteri pathogen dan dapat
diharapkan juga tidak mengandung telur-telur cacing.
• Untuk menjamin terpakainya seluruh bidang resapan
dibuat suatu alat pembubuh, yang terdiri dari bak untuk
mengumpulkan air kotor yang keluar dari septic tank dengan
suatu siphon otomatis yang dapat mengalirkan seluruh isi bak
pembubuh denagn sekaligus ke bidang resapan.

18
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Gambar V-10. Model Septic Tank untuk RSUD Boven Digoel

Keterangan :
Panah 01: jalur limbah dari wc dan km (kamar mandi) ke bak penampungan awal,
kemudian masuk ke bak pembusukan (02), ke penyaring (03), lalu Ke bak 04 untuk
menghilangkan bau/rasa. Selanjutnya ditampung ke bak penampungan akhir (05).
Panah 01a: limbah darah dari laboratorium dan ruang operasi lalu dialirkan ke bak
pengendapan (02a) dan diteruskan ke bak penghilang bau (04) kemudian ke bak
penampung akhir (05)
Hubungan jumlah tempat tidur dan ketersediaan toilet dan kamar mandi
di suatu Rumah Sakit disajikan pada Tabel V-10 dapat dijadikan acuan
bagi RSUD Boven Digoel.
Tabel V-10. Hubungan jumlah tempat tidur dan ketersediaan
toilet dan kamar mandi di suatu Rumah Sakit
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah. Kamar Mandi
s/d 10 1 1
s/d 20 2 2
s/d 30 3 3
s/d 40 4 4

19
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Hubungan jumlah karyawan Rumah Sakit dengan ketersediaan toilet


dan kamar mandi disuatu Rumah Sakit disajikan pada Tabel V-11
Tabel V-11. Hubungan jumlah karyawan Rumah Sakit dengan
ketersediaan toilet dan kamar mandi disuatu
Rumah Sakit
Jumlah Karyawan Jumlah Tiolet Jumlah. Kamar Mandi
s/d 20 1 1
s/d 40 2 2
s/d 60 3 3
s/d 80 4 4

Kegiatan Pemantauan Pemantauan Lingkungan yang akan


Dilakukan
Pelaksana Pemantauan: Pelaksana pemantauan adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Boven Digoel.
Pengawas/Pelaporan Pemantauan: Pengawas dan pelaporan
adalah Badan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
LingkunganHidup Provinsi Papua Bagian Lingkungan Hidup
Bapeda Kabupaten Boven Digoel dan Dinas kesehatan Boven
Digoel
Tolok Ukur Yang Digunakan Untuk Mengukur Efektifitas
Pengelolaan Lingkungan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-58/MEN-LH/12/1995
tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit.
Parameter suhu, pH, BOD, COD, TSS, NH3 bebas, PO 4,
Mikrobiologik dan radioaktif.

20
Laporan UKL UPL
Pembangunan RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Boven Digoel
Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Bab V.Program Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan

Cacatan koreksi :
1. Perlu disampaikan gambar incinerator yang
akan digunakan oleh RSUD Boven Digoel.
2. Perlu dilampirkan hasil pengukuran udara,
bakteri koli, air sumur dan sungai dengan hasil Laboratorium
terakreditas.
3. Untuk menggunakan analogi RSUD Boven
dengan RS Pencenongan, maka perlu dilihat tipologi wilayah
setempat, apakah sama..?
4. Perlu dibuat table pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dengan acuan KepmenLH No. 86 thn 2002,

21

You might also like