Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Endang Rahman Hakim (1560510100274)
Lutfi Purwanti (1560510100252)
Yogi A. M. P. (1560510100272)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
A. Biodata Narasumber
Nama : Ratiyan
Panggilan : Iyan
Umur : 41 Tahun
Alamat : Jl. Ciparanje, saung meeting Unpad.
Pendidikan Terakhir : SLTP (Tsanawiyah Cikeruh)
Pekerjaan : Tenaga Kontrak (Pegawai/ Penjaga lahan percobaan
Unpad), Petani
Keluarga : 1 istri, 3 anak (2 putra, 1 putri)
D. Kondisi Pertanian
Ketika kami meminta pendapatnya mengenai kondisi pertanian di Indonesia,
beliau memberikan pendapatnya terutama peran pemerintah yang sangat kurang
terhadap pertanian. Menurut beliau, pemerintah seakan-akan mengacuhkan bidang
pertanian karena terseret kepentingan lain, yaitu pembangunan infrastruktur yang
mengurangi lahan pertanian. Selain itu, peran pemerintah juga kurang dalam hal
peningkatan ilmu pengetahuan, sehingga petani sekarang tidak ada keberanian untuk
melakukan terobosan-terobosan baru di bidang pertanian karena terbatasnya
pengetahuan. Sejauh ini para petani hanya mengandalkan pengalamannya bertani
daripada mengandalkan basis ilmu teknologi modern yang saat ini ada.
Sangat jelas dijelaskan diatas bahwa kondisi pertanian dan petani di tentukan
oleh pemerintah, apabila pemerintah mencurahkan banyak perhatian kepada petani
dan pertanian maka pertanian Indonesia pun pasti akan baik. Seperti juga disebutkan
Daniel (2008) bahwa peran pemerintah telah menyimpang terutama terhadap bidang
pertanian. Disini petani seperti hanya dijadikan sebagai alat produksi. Ciri dominan
yang melekat di dalamnya adalah top-down (dipaksakan dari atas), indoktrinatif
(bersifat mengajari, bukan mendidik) dan instant (berorientasi pada hasil, bukan
proses). Pendekatan ini telah menempatkan petani lebih sebagai objek dari program
pembangunan. Petani pada akhirnya menjadi objek karena proses pembangunan
telah menafikan (baca: mengabaikan) hak-hak petani untuk ikut terlibat dan
mengontrol program yang diintroduksikan kepadanya. Peran pemerintah menjadi
sangat dominan, karena introduksi program seluruhnya berasal dari pemerintah.
Posisi petani lalu menjadi subordinat dari program pembangunan. Petani tidak diberi
kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mulai dari proses
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan program pembangunan. Pada akhirnya,
martabat petani direduksi: dari produsen menjadi sekedar alat produksi (baca:
pekerja), karena ia tidak bisa lagi mengontrol proses produksinya sendiri.
“Kondisi yang sekarang sangat jauh dari harapan para petani,” tutur Ratiyan
Sesungguhnya potensi lahan dan iklim Indonesia sangatlah bagus, namun
kurang dimanfaatkan secara maksimal. Bagaimanapun pemerintah-lah yang
memgang kendali di atas semuanya. Dorongan pemerintah sangat penting,
contohnya pemberian bantuan dana kepada petani berkembang sebagai usaha untuk
menjadikan banyak para petani pengusaha, bukan petani yang hanya bekerja di
lahan pertanian saja. Selain itu, dibutuhkan juga peran pemerintah untuk menekan
pembangunan infrastruktur yang mengambil lahan produktif.
E. Harapan
Pak iyan berharap penuh kepada pemerintah untuk lebih mengulurkan
tangannya kepada petani di Indonesia, bukan hanya berupa bantuan subsidi pupuk
atau bibit, namun harus berupa pembebasan lahan produktif. Hal yang tidak kalah
pentingya adalah penyuluhan kepada para petani tentang pertanian yang optimal.
Selain itu, Pak Iyan juga berharap kepada mahasiswa agar mahasiswa
bersedia membantu petani. Petani berharap agar mahasiswa dapat membantu petani
dengan menjadi penyambung lidah antara petani dan pemerintah.
F. Pendapat
Seharusnya terjadi kesinergisan kerja antara pemerintah, petani dan juga
mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian di Indonesia. Suatu
negara dapat maju karena pertaniannya, maka lahan yang ada di Indonesia harus
bisa dimanfaatkan secara maksimal.