You are on page 1of 5

LAHAN KRITIS

Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif atau lahan yang telah mengalami kerusakan
secara fisik, kimia, dan biologis bias juga dikatakan lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis..
Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi
yang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul,
tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.

Ciri-cirinya dari sudut pertanian:

1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko
ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir).

2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena
tanahnya kurang subur. Anda pernah mendengar istilah tanah humus? Tanah Humus adalah
tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah
humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer.
Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau
jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya rusak.

Ciri-ciri lahan kritis untuk permukiman adalah kebalikan dari ciri-ciri lahan potensial untuk
pertanian, yaitu:

1) Daya dukung tanah rendah, artinya tidak mampu menahan beban dalam ton tiap satu meter
kubik. Sehingga bila didirikan bangunan di atasnya, bangunan tersebut akan roboh (amblas).

2) Fluktuasi air tidak baik, artinya air tanahnya terlalu dangkal atau terlalu dalam. Hal ini
dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut.

3) Topografi
Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang kemiringannya lebih dari 3%.
Karena topografi dengan kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman bencana alam seperti
tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan hunian dan
keamanan dari bencana alam tersebut.

Persebaran lahan kritis dan penyebabnya :

a. Lahan Kritis di Kawasan Pantai


Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh gelombang laut
(abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan lapisan sedimen (endapan) akan hancur dan lenyap.
Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar,
seperti di daerah muara sungai Progo (DI. Yogyakarta) dan muara sungai Cimanuk (Jawa Barat).

b. Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah


Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan air ata proses
sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur. Genangan air terjadi
karena tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan
air menggenang. Lahan kritis di dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak (jawa
Tengah), Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).

c. Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan


Udaranya yang bersih dan sejuk sangat baik untuk kesehatan. Lahan kritis di kawasan
pegunungan terjadi akibat adanya longsor, erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang
paling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan padas
(keras). Hal ini sering terjadi di kawasan pegunungan dengan lereng terjal dan miskin tumbuhan
penutup. Lahan kritis di kawasan pegunungan banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya
telah rusak. Lahan kritis kawasan pegunungan di Indonesia antara lain di pegunungan Kendeng
Utara (Jawa Timur) dan sekitar gunung Ciremai (Jawa Barat).

             Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut:

· Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.

· Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.

· Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan
daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.

· Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis
dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.

· Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri)
misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu
kelestaian kesuburan tanah.

· Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.

Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan
pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian baik melalui
aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis.Beberapa jenis
pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kesuburan
lahan pertanian.

             Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan
membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka dari itu,
lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan
kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan
konservasi lahan-lahan kritis di Indonesia.

             Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut.

1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha
lainnya.

2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.

3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.

4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.

5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih).

6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS).

7. Pengembangan keanekaragaman hayati.

8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan
kritis.

9. Menghilangkan unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya


plastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.

10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara
tepat dan terus-menerus.
11. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola.

12.  Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan
pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan
ikan. Namun, dalam hal ini kita harus hati-hati karena eceng gondok sangat mudah berkembang
sehingga dapat menggangu lahan pertanian.

Contoh Lahan Kritis Di Kabupaten Kuta Kartanegara :

Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur umumnya, dan
khususnya Kabupaten Kutai Kartanegara masih mengandalkan kepada sumberdaya alam termasuk
sumberdaya hutan, tanah dan air (HTA).  Di lain pihak pemanfaatan sumberdaya alam seringkali
terpaksa dilakukan secara tidak efisien dan berorientasi kepada kepentingan jangka pendek,
sehingga mengakibatkan terjadinya pengurasan sumberdaya alam secara tidak terkendali.  Akibat
dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang tak terkendali maka laju kerusakan hutan yang terjadi
diperkirakan semakin mengkhawatirkan, baik ditinjau dari segi ekologis, ekonomi dan fisik
lingkungan.  Selain itu, akibat konversi kawasan hutan menyebabkan meluasnya lahan-lahan kritis. 
Di lain pihak, pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis selama ini belum sepenuhnya dilaksanakan secara
terencana dan berkelanjutan serta terukur oleh semua fihak yang berkompenten.

Kondisi realita di masyarakat  tentang pemanfaatan sumberdaya alam yang dilaksanakan pada masa
lalu lebih mengutamakan kepada upaya mengejar perolehan devisa negara, sehingga dalam
mengekploitasi sumberdaya alam kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya
alam yang berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.  Hal ini disebabkan oleh rendahnya
pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya alam, serta masih digunakannya pendekatan
bernuansa perintah dan pengendalian (command and control).

Masalah lain yang dihadapi adalah pola pemanfataan sumberdaya alam, yang cenderung terpusat
pada beberapa kelompok masyarakat  atau golongan tertentu, sehingga hal ini mengurangi
kesempatan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam. Di samping itu,
masalah yang lain adalah rendahnya tekanan publik terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tingkat partisipasi
masyarakat tidak sepenuhnya dilibatkan.

Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alam  dan lingkungan hidup di masa depan
adalah bagaimana memanfaatkan dan memelihara sumberdaya secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, terutama yang berkaitan dengan makin meluasnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh
kualitas lingkungan hidup yang semakin baik  dan adil, disisi lain ketersediaan  ruang yang layak
untuk memanfaatkan potensi lahan yang semakin terbatas.

Peraturan perundangan mengamanatkan bahwa pengelolaan sumberdaya alam  diarahkan kepada


peningkatan kesejahteraan rakyat melalui konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan
sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi yang akrab lingkungan.  Disamping itu dalam
rangka menjaga dan meningkatkan kualitas ekosistem juga diamanatkan untuk mendelegasikan
secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan
sumberdaya alam.

Laju kerusakan hutan yang disebabkan oleh berbagai faktor diprediksikan telah mencapai 1.6 juta
hektar per tahunnya. Apabila hal ini dibiarkan maka menurut Witular (2000) hutan alam tropika di
Sumatera dan di Kalimantan akan habis pada tahun 2015. Sementara menurut inventarisasi
Depertemen kehutanan 2003, luas lahan kritis di Indonesia sekitar 43 juta hektar, dengan laju
kerusakan hutan sekitar 3,5 juta hektar per tahun.  Kebutuhan bahan baku industri sekitar 58.87 juta
m3/tahun, sedangkan pemenuhan kayu yang diproduksi dari hutan alam, hutan rakyat, HTI dan PT
Perhutani dan Inhutani selama 5 tahun terakhir hanya sekitar 25 juta m3/tahun. (Direktorat Produksi
Hasil Hutan, 2000). Emil Salim (2005) mengatakan bahwa kebutuhan kayu di Indonesia sekitar 60 –
70 juta m3 /tahun, sementara kayu yang bisa ditebang secara lestari dari hutan (alam, HTI dan Hutan
Rakyat) hanya sekitar 20 juta m3/tahun.

Propinsi Kalimantan Timur memiliki luas lahan potensial pertanian dalam arti luas pada tahun 2007
seluas 2.511.167 ha terdiri dari lahan sawah seluas 225.451 ha dan lahan bukan sawah 2.285.716 ha.
Lahan sawah yang tidak diusahakan selama satu tahun seluas 23.232 ha dan lahan sawah yang
sementara tidak diusahakan adalah 121.270 ha, lahan sawah yang ada baru di fungsikan seluas
104.181 ha (±46%). Untuk lahan bukan sawah dari lahan potensial seluas 2.285,716 ha yang
difungsikan baru seluas 1.446.132 ha (±63%) dan sementara tidak diusahakan adalah 893.584 ha
(±37%). Dari luasan lahan yang tidak diusahakan tersebut terdapat sekitar enam juta hektar (6 juta
ha) lahan kritis, yang terdiri dari lahan pada Kawasan Budidaya Kehutanan dan lahan pad Kawasan
Budidaya Non Kehutanan, termasuk didalamnya lahan-lahan milik warga. (Tribun, 2009).

Salah satu faktor penyebab degradasi lahan (lahan kritis),  karena banyaknya penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Termasuk perambahan hutan lindung oleh masyarakat dan
perusahaan yang tidak terkontrol mengakibatkan rusaknya ekosistem di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS), selain itu tingginya alih fungsi lahan seperti pertambangan, perkebunan yang tidak
terencana, dan rendahnya tingkat pengawasan dan kurangnya program dan proses rehabilitasi lahan,
terutama lahan-lahan marginal, sehingga peningkatan luasan lahan kritis terus meningkat setiap
tahunnya.

Demikian pula lahan kritis di Kabupaten Kutai Kartanegara, dari total luasan wilayah 27.263.10
km2, diduga terdapat luasan lahan marginal atau lahan kritis yang cukup signifikan. Dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir di propinsi Kalimantan Timur terjadi penambahan hutan dan lahan  sekitar 8
– 9 %.   Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan suatu kawasan yang
memiliki cukup banyak lahan konsesi perusahaan kayu (HPH, HTI, hutan kemasyarakatan,
IUPHHK, DLL), konsesi tambang batu bara (KP, PKP2B, dan Koperasi), areal perkebunan baik
swasta maupun petani dan areal perladangan serta kawasan budidaya lainnya. Untuk itu perlu
dilakukan upaya penanganan rehabilitasi lahan yang sinergis antara pemerintah dan semua
komponen masyarakat, secara arif dan bijaksana.

Contoh Lahan Kritis di Gunung Arjuna :

Yayasan Kaliandra Sejati menilai rusaknya hutan lindung di lereng Gunung Arjuno menjadi
penyebab utama banjir di berbagai wilayah di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Fathurrorahman dari, Yayasan Kaliandra Sejati mengatakan, luas hutan lindung yang berada di
Pasuruan, terutama yang berada di Taman Nasional Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo
dan Perum Perhutani mencapai 15.603 hektar. Namun, seluas 5.000 hektar merupakan lahan kritis.

Bahkan, menurut Fathurrorahman, luas hutan yang rusak diperkirakan akan semakin meluas
menyusul kebakaran hutan Tahura R Soerjo selama musim kemarau lalu. Untuk itu, Yayasan
Kaliandra Sejati menggandeng sejumlah lembaga dan perusahaan swasta dalam program hutan asuh
untuk melakukan reboisasi di kawasan lereng Gunung Arjuno tersebut.

Saat ini, sekitar 300 hektare hutan yang berhasil dipulihkan dengan berbagai tanaman yang mampu
menahan bertambahnya kawasan tanah longsor. Dia mengatakan bahwa penanaman kembali
kawasan hutan lindung yang rusak tersebut tak bisa dikerjakan dalam tempo singkat. Diperkirakan
butuh waktu puluhan tahun untuk mengembalikan hutan lindung tersebut.

Namun, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlidungan Masyarakat Kabupaten Pasuruan Soenarjo
membantah banjir terjadi akibat kerusakan hutan di kawasan lereng Gunung Arjuno. Menurutnya,
curah hujan tinggi menjadi penyebab tunggal banjir di Pasuruan. Badan sungai tak mampu
menampung curahan air hujan yang mengguyur Pasuruan selama dua hari. "Curah hujan mencapai
250 milimeter, tertinggi sepanjang dua tahun ini," ujarnya.

Sumber : http://belajargeo-erinz.comoj.com , http://elcom.umy.ac.id dan http://www.greenradio.fm

You might also like