Professional Documents
Culture Documents
Selain dikenal
sebagai petelur yang handal, puyuh juga memiliki keunggulan lainnya yang berkaitan dengan sumber
protein hewani.
Umumnya, masyarakat mengetahui puyuh sebagai burung yang memanfaatkan kebun, sawah, dan
hutan sebagai habitatnya, mengingat burung ini jarang terbang. Namun, bisa dikatakan tidak banyak
yang mengetahui bahwa si burung mini ini dapat diternakkan dengan "mudah", bahkan menjadi ladang
usaha bagi peternak kecil.
Berbicara mengenai peternakan puyuh, rasanya kurang tepat jika tidak membicarakan masalah
perkandangan. Meskipun puyuh merupakan unggas liar, ada beberapa hal yang harus kita ketahui
mengenai syarat kandang puyuh ini. Di antaranya:
• Lokasi kandang sebaiknya jauh dari keramaian dan permukiman penduduk. Selain karena bisa
mencemarkan udara dengan baunya, jarak yang dekat ini juga bisa membuat puyuh terganggu
dan mudah stres akibat adanya suara bising dari permukiman manusia.
• Mempunyai sirkulasi udara yang baik. Sirkulasi udara yang tidak benar bisa menyebabkan
meningkatnya serangan hama dan penyakit.
• Aman dari gangguan binatang predator.
• Mempunyai aksesibilitas yang baik. Terutama untuk menunjang transportasi sarana produksi
peternakan serta penjualan daging dan telur puyuh.
• Mempunyai sumber air yang baik, tidak tercemar, serta selalu tersedia, terutama ketika musim
kemarau. Sumber air yang tercemar dan kurang lancar bisa menyebabkan penurunan produksi,
bahkan menyebabkan kematian pada puyuh.
• Sebaiknya kandang untuk beternak puyuh jauh dari kandang unggas lain dan sebisa mungkin
bukan kandang bekas unggas lain pula. Hal ini untuk mencegah tertularnya penyakit dari
unggas lain.
• Idealnya, suhu untuk beternak puyuh adalah 20-250 C dengan kelembapan (rH) idealnya 30-
80%. Suhu dan kelembapan yang tidak cocok berpotensi mendatangkan penyakit pada puyuh.
• Kandang puyuh jangan dibuat langsung di atas tanah. Lantai pertama kandang puyuh harus
terletak jauh dari tanah untuk mencegah hawa basah dan lembap.
• Kandang puyuh sebaiknya dibuat dari bahan-bahan murah yang ada di daerah setempat.
Misalnya, kayu kalimantan, papan sengon, bambu, papan bekas peti, kawat kasa, genteng, seng,
plastik, dan bahan-bahan lain. Rangka kandang dibuat dari kayu yang berukuran 0,04 x 0,06 m.
• Jika hendak menggunakan sistem litter, lantai kandang dibuat dari papan. Apabila tidak
menggunakan litter, lantai dapat dibuat dari bahan kawat kasa, anyaman bambu atau jeruji
bambu yang agak rapat dan cukup kuat. Jika menggunakan kawat kasa atau anyaman bambu, di
lantai bawah hendaknya dipasang papan penampung kotoran yang dapat ditarik keluar untuk
keperluan pembersihan.
• Dinding kandang bisa dibuat dari kawat kasa, anyaman bambu, atau jeruji bambu. Ukuran
bambu sedikit lebih besar dibandingkan dengan kandang burung, tetapi lebih kecil daripada
kandang ayam. Dinding kandang yang menghadap keluar perlu dipasang pelindung dari karung
plastik atau sejenisnya. Karung platik ini berfungsi untuk menahan derasnya air hujan atau
angin kencang. Bagian dinding yang dekat dengan lantai dipasangi papan horisontal sebagai
pembatas. Genteng, seng tipis, atau papan berlapis plastik bisa digunakan sebagai atap kandang.
Setelah kita menyiapkan perkandangan yang tepat bagi puyuh, ada baiknya kita juga mengetahui syarat
bibit puyuh jika kita ingin membudidayakan puyuh. Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur
sekaligus daging, membutuhkan bibit puyuh berkualitas. Ada pun bibit puyuh yang baik memiliki ciri
sebagai berikut:
• Berasal dari indukan unggul, sehat, dan tidak mempunyai riwayat terkena penyakit mematikan
seperti new castle disease (ND).
• Indukannya merupakan puyuh petelur dari jenis unggul dan bukan dari puyuh liar.
• Bibit puyuh tampak lincah dan aktif bergerak. Bibit puyuh yang diam saja dan memisahkan diri
dari kumpulan puyuh lain, biasanya sedang terserang penyakit.
• Tidak ada tanda-tanda serangan penyakit.
• Bulu badannya berwarna cerah, tidak kusam, dan tidak ada tanda-tanda kerontokan.
• Bentuk badannya sempurna, simetris, anggota tubuhnya lengkap, dan tidak ada kelainan bentuk
dari burung puyuh normal, baik di sayap, kaki, maupun kepala.
Syarat kandang dan bibit puyuh ini, merupakan dua hal yang cukup penting dalam pembudidayaan
puyuh. Masih banyak hal lainnya yang ditulis oleh Redaksi AgroMedia dalam buku Sukses Beternak
Puyuh.
Melalui buku ini, Redaksi AgroMedia juga mengungkapkan mengenai potensi burung puyuh, teknik
pemeliharaan rutin burung puyuh, usaha preventif dan penanggulangan penyakit yang menyerang
puyuh, serta rencana usaha beternak puyuh.
Sebelum melanjutkan posting yang ke sekian kali mengenai per-puyuh-an, perlu saya tekankan sekali
lagi bahwa semua tulisan saya sejak pertama merupakan “murni hanya bercerita” pengalaman. Jadi
harap maklum kalau banyak kekurangan di sana sini terutama mengenai tata cara beternak atau
budidaya burung puyuh petelur, karena sama sekali tidak ada dasar disiplin keilmuan peternakan
khususnya ternak unggas maupun dasar pengalaman mengikuti peternak besar yang sudah maestro.
Maka, sekiranya ada diantara pembaca yang ahli di bidang ternak unggas atau yang sudah lebih
berpengalaman, dimohon untuk memberikan masukan-masukan, kritikan, ataupun nasehat yang tentu
akan sangat berharga buat saya.
Setelah 20 hari masa pembesaran, sudah saatnya burung puyuh dipindah ke kandang teluran.
Sebenarnya 20 hari hari juga hanya patokan saja, sebab ada yang mindahnya setelah burung puyuh
berumur 25 hari atau bahkan 30 hari baru dipindah.
Pada saat memindahkan berarti juga tiba saatnya untuk memberi vaksin flu burung. Penting nggak
penting pemberian vaksin ini relatif diperlukan. Ingat dengan merebaknya flu burung beberapa saat
yang lalu ternyata memang merepotkan peternak-peternak unggas.
Biaya vaksinasi cukup murah, sudah termasuk vaksin dan jasa berkisar Rp 80 ribu untuk 1000
populasi.
Masa burung puyuh berproduksi adalah masa-masa keemasan bagi peternak setelah melewati masa
pembesaran yang rasanya melelahkan. Melihat telur-telur yang menggelinding di strimin kandang
bagian depan, ada kepuasan tersendiri yang hanya dimiliki oleh sang peternak.
Seperti pepatah Cina mengatakan: lebih mudah membuka toko daripada mempertahankan agar toko
tetap buka.
Demikian juga dengan masa burung puyuh bertelur adalah masa yang cukup panjang. Banyak nantinya
aral melintang dan hambatan yang mengganggu si cantik-cantik ini berproduksi (mereka betina kan?
Jadi cantik-cantik…). Bagaimana tips agar produksi tetap bertahan dalam hitungan “bagus” dan
“memuaskan” hingga mengantar mereka untuk mengembalikan modal kita ? Nah, berikut akan saya
sampaikan beberapa tips yang sebenarnya sederhana dan biasa saja. Para peternak tentu sudah biasa
menjalankan, hanya mungkin tidak sempat menuliskannya.
Produksi telur burung puyuh sudah dalam keadaan stabil maksimal, tetapi kemudian ada penurunan
produksi (beberapa ada yang bahkan cukup signifikan). Kaget itu tentu saja. Nah, beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam menghadapi hal yang demikian adalah:
1. Burung puyuh sering dalam keadaan kelaparan. Wah, sebaiknya jangan terlalu menerapkan prinsip
ekonomi dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Jatah
pemberian pakan memang diperlukan untuk mengatur pengeluaran. Tapi pembatasan yang berlebihan
demi untuk penghematan tentu akan dibalas juga dengan penghematan produksi telur. Sayang kan ?!
2. Rumah induk yang terlalu gelap. Burung puyuh suka dengan cahaya terang. Maka pemberian lampu
sebaiknya siang dan malam. Salah satunya saya buktikan di beberapa kandang adanya pemusatan telur
mengumpul di satu sisi yang paling terang. Tapi bisa saja apabila penerangan kurang memadai, burung
puyuh akan jarang makan, sehingga otomatis produksi telurnya juga jarang.
3. Periksa kondisi lingkungan. Terutama dengan suara-suara yang mengagetkan. Biasanya akan
berpengaruh dan membuat stres sehingga produksi menurun. Kejadian ini juga bisa disebabkan saat
rutinitas “nimpal” atau membersihkan kotoran jaga jangan burung-burung puyuh ini “grobyakan”,
apalagi yang berlebihan. Untuk ini ada vitamin yang perlu diberikan untuk mengantisipasi hal-hal yang
demikian, yaitu vitamin ANTISTRES.
4. Perubahan cuaca dan iklim. Biasanya dalam masa pancaroba hawa terasa kurang nyaman. Burung-
burung puyuh seakan juga merasakan hal yang sama. Apabila produksinya menurun saat pergantian
musim (pancaroba), berarti burung puyuh memang sedang tidak enak badan. Selain pemberian antistres
dan vitamin C selama tiga hari berturut-turut, untuk memberi energi pada sore harinya perlu juga
pemberian gula pasir untuk minum. Dosis pemberian gula pasir ialah satu sendok makan untuk 10 liter
air (tentu diencerkan terlebih dahulu di air panas).
5. Pemberian obat perangsang telur. Banyak manfaat dari obat perangsang telur ini. Selain merangsang
produksi, juga memperbaiki kondisi telur supaya tidak terlalu kecil atau kerabang tipis. Tapi segera
hentikan jika sudah terlalu banyak telur yang besarnya di luar ukuran biasa.
6. Periksa kebersihan tempat minum. Kalau tempat minum sudah terlalu kotor, biasanya burung puyuh
jadi agak enggan meminumnya. Otomatis produksi ikut menurun.
7. Rumah induk terlalu pengap. Karena khawatir kedinginan, kadang ada yang menutup rapat-rapat
rumah induk. Ini tidak baik. Seperti kita juga tidak akan sehat tinggal di rumah yang tidak berventilasi.
Maka beri angin-angin yang menyegarkan hawa di dalam rumah induk. Beri suasana yang nyaman
dengan sirkulasi udara yang cukup untuk burung puyuh tersayang.
8. Adanya penyakit yang menyerang. Penurunan produksi yang signifikan bisa disebabkan ternyata
burung puyuh sedang terserang penyakit. Tentu memanggil dokter PT Peksi Gunaraharja adalah
solusinya. Atau sebelumnya diberi obat “trimecyne” dulu apabila terlihat burung-burung puyuh dalam
kondisi layu, pucat, dan kotoran yang buruk (berak putih atau berak hijau). Untuk yang ini saya tidak
bisa menceritakan lebih lanjut, karena hanya berdasar mendengarkan keterangan dan pengalaman
peternak lain. Penulis jangan mengalaminya ya……… hehehe.
9. Terus menerus produksi menurun atau bahkan berhenti dibarengi dengan banyak kematian yang di
atas normal. Padahal sudah ditangani dokter PT. Solusinya hanya satu; segera saja diapkirkan. Beres.
Jika segala usaha mempertahankan produksi telur sudah dilakukan dan ternyata tidak juga meningkat.
Bisa jadi itu merupakan penurunan yang wajar; apabila seiring dengan berkurangnya populasi setelah
jangka waktu yang berjalan.
Berkurangnya populasi yang wajar dapat ditandai dengan ukuran standar kematian. Ukuran kematian
ini sejumlah 0,8 ekor per-hari per-1000 populasi. Itu normal (apabila kematian di bawah 0,8 ekor,
berarti bagus).
Kalau keadaan populasinya memang sudah berkurang, untuk tetap menstabilkan penghasilan, maka
jatah pakan juga sudah saatnya untuk dikurangi. Mudah kan ?
Usaha beternak burung puyuh yang akan saya ceritakan merupakan usaha skala kecil. Boleh dikatakan
sebagai usaha sampingan, namun bisa juga sebagai usaha sekedar bertahan hidup atau mungkin hidup
yang lebih dari sekedar, di atas bumi manusia Indonesia tercinta ini.
Saya mempunyai keinginan beternak burung puyuh sebenarnya sudah lama, sudah sejak sebelum
gempa, sekitar lebih dari tiga tahun yang lalu. Namun, waktu itu kalau saya tanya ke peternak lama,
selalu dijawab bahwa PT sudah tidak menerima peternak baru. Kemudian baru saat-saat ini saya
mendapat kesempatan ikut bergabung menjadi peternak burung puyuh.
Sebelum positip menjadi peternak, terlebih dulu saya muter-muter ke beberapa peternak lama. Dengan
tujuan melihat-lihat dan tanya-tanya seputar hal beternak burung puyuh, tentang bagaimana proses
pertama kali beternak, apa saja yang perlu disiapkan, bagaimana pemeliharaannya, dan tentu saja
bagaimana hasil secara ekonomis apakah menguntungkan atau tidak.
Selain itu, saya juga tanya-tanya ke beberapa mantan peternak (yang berhenti beternak), mengapa
sampai berhenti beternak burung puyuh.
Sedikit sebagai gambaran, bahwa rata-rata peternak burung puyuh adalah petani-petani yang boleh
dikatakan sebagai petani kecil, tapi tentu saja tidak semua peternak berawal dari petani, ada yang
pedagang, sopir, dll namun tetap dalam kategori kecil… Lain dengan ayam potong, selama yang saya
tahu, kalau peternak ayam potong biasanya mereka memang sudah “juragan” dari awalnya.
Hal itu karena untuk beternak burung puyuh ini kita bisa memelihara dengan jumlah populasi minimal
yaitu 1000 ekor, tentu dengan modal yang relatif terjangkau. Kemudian bagaimana dengan saya? Saya
bukan petani kecil, juga bukan juragan besar.. hehe… saya beternak burung puyuh berawal dari status
saya sebagai pengangguran.
Beternak burung puyuh yang saya jalani ini berbentuk semi kemitraan / plasma dengan mengambil
hasil produksi telurnya. Ada peternak dan ada perusahaan yang yang kedua pihak saling bekerjasama
timbal balik. Kemitraan dalam beternak burung puyuh ini pihak peternak masih ada unsur “membeli”,
baik itu bibit / DOQ, pakan pembesarannya (stater), maupun pakan teluran (layer) selama produksi
telur burung puyuh belum bisa menutup pakan layer yang dibutuhkan.
Setelah informasi saya anggap cukup, dengan mantap saya segera mewujudkan keinginan untuk
beternak.
Waktu itu pertama kali saya pesan 2000 bibit. Kemudian saya pesan lagi 2000 bibit, jadi totalnya 4000
bibit yang saya pesan ke PT. Namun karena beberapa hal yang tidak perlu saya ceritakan di sini, bahwa
bibit yang saya pesan tidak datang sekaligus, pesanan saya ada yang datangnya per-1000 bibit, juga
per-2000 bibit. Waktu antara pemesanan dan hari H tiba datangnya bibit termasuk relatif lama, yaitu 3
bulan baru bibit yang kita pesan itu datang.
Sambil menunggu bibit, saya pergunakan waktu yang tiga bulan itu untuk mempersiapkan apa saja
yang diperlukan. Ada beberapa fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk memelihara burung puyuh
dalam skala kecil ini, yaitu fasilitas dari mulai datang sampai pemeliharaannya.
Saya bagi menjadi tiga jenis fasilitas, yaitu fasilitas pokok, fasilitas pendukung, dan fasilitas tambahan.
1. rumah induk
2. kandang pembesaran
3. kandang teluran
Fasilitas tambahannya, yaitu septik tank untuk pembuangan kotoran. Saya sebut tambahan, karena
hanya dibuat kalo dirasa perlu saja. Kalo ada cara lain untuk pembuangan, tentu tidak perlu membuat
septik tank. Apalagi kalo belakang kandang burung puyuh berupa hutan, wah enak sekali, kotorannya
tinggal buang saja di belakang kandang tidak khawatir baunya mengganggu lingkungan.
Namun lebih enak lagi kalo PT Peksi Gunaraharja juga menampung kotoran burung puyuh ini, bisa
saja membuat salah satu divisi lagi, yaitu divisi penampungan dan pengolahan limbah, mungkin untuk
membuat pupuk organik…. siapa tau !
Selanjutnya perlu juga menjelaskan masing-masing fasilitas, terutama fasilitas pokok, yaitu rumah
induk, kandang pembesaran, dan kandang teluran. Namun intinya, fasilitas dan cara-cara yang saya
pilih ini dalam rangka mempraktekkan prinsip se-irit2nya bahan / modal. Sebab kalo baru pertama kali
ternak kok fasilitasnya sudah mewah dan makan modal besar, wah bisa memperpanjang BEP kan ?!
demikian penjelasan dari peternak lama….
Saya tidak akan menganalisa fasilitas yang dibutuhkan dalam beternak burung puyuh termasuk
alternatif2-nya. Saya hanya akan menceritakan bagaimana dan apa fasilitas yang saya pilih dan saya
pakai dalam beternak ini.
RUMAH INDUK.
Rumah induk merupakan rumah pokok yang dipakai untuk apasaja keperluan memelihara burung
puyuh.
Nah, untuk rumah induk, saya membeli kampung bekas seharga 2,5 juta. Kampung bekas ini berukuran
7×6 meter. Rata-rata bahannya dari kayu akasia. Komplet, sudah termasuk reng, usuk, dan gentingnya,
bahkan gebyok samping juga ada, walaupun tidak komplet empat sisi. Tapi namanya juga bekas, ada
beberapa usuk dan reng yang sudah lapuk dan tidak layak pakai. Jadi ya tetap mengganti beberapa reng
dan usuk, termasuk beberapa genting juga cari lagi, karena pecah waktu bongkar pasang.
Kampung berukuran 6×7 meter ini diperkirakan muat 4000 populasi dengan 8 kandang teluran.
Terasnya saya bangun lagi selebar 2,5 meter dengan panjang 7 meter untuk nantinya bisa dipergunakan
sebagai tampungan pakan, keperluan air, menyimpan telur sebelum disetor ke PT, mungkin juga untuk
menyimpan kandang pembesaran jika sudah tidak dipakai lagi.
KANDANG PEMBESARAN.
Kandang pembesaran ialah kandang yang dipakai untuk membesarkan DOQ, sejak datang sampai umur
20-25 hari atau diperkirakan sudah layak untuk naik ke kandang teluran.
Kandang pembesaran ini berukuran 75×200 cm. Untuk 1000 bibit membutuhkan total 4 kandang
pembesaran.
Kandang pembesaran ini berbahan pokok reng dan strimin. Sisi yang tertutup nantinya memakai
triplek, namun kalau mau lebih ngirit ya ditutup pakai kardus saja (sekali pakai).
KANDANG TELURAN.
Kandang teluran ini merupakan kandang pokok dimana nantinya si burung puyuh akan tinggal dan
berproduksi sampai saatnya di-apkir. Berbahan usuk, reng, dan strimin. Kandang teluran ini saya
memerlukan 8 kandang untuk 4000 populasi. Yang 3 kandang saya pakai bambu sebagai pengganti
strimin (untuk ujicoba saja, dengan pertimbangan kalo bambu lebih awet dan lebih mudah diperbaiki
kalo nantinya rusak…).
Kandang teluran ini tingginya 180cm terbagi menjadi 5 tingkat, dimana masing-masing tingkat memuat
100 populasi (teorinya). Masing-masing tingkat di kandang teluran ini depannya dipasang pralon yang
dilubang, pralon satu untuk wadah pakan, satunya lagi untuk tempat minum. Lebih jelasnya lihat
gambar saja ya…….
Nah, setelah 3 bulan menunggu, akhirnya bibit datang juga. Untuk bibit pertama yang datang ternyata
tidak 1000 ekor, tetapi 950 ekor, dari pihak PT tidak memberi alasan, namun jelas saya terima karena
yang harus saya bayar juga sejumlah 950 ekor saja. Harga bibit per-ekor-nya Rp 1.250,-
Sehingga saya bayar Rp 1.250,- x 950 : Rp Rp 1.187.500,- Bibit ini kemudian langsung masuk ke
kandang pembesaran yang fasilitasnya sudah dipersiapkan. Landasan kandangnya memakai kertas sak
semen dengan lapisan 3 lembar. Sebelum ditaburi benih, terlebih dahulu ditaburi pakan pembesaran
(BR) yang sudah diantar PT beberapa hari sebelum bibit datang. Untuk pertama kali pakan belum
ditaruh di nampan, tetapi disebar di atas landasan. Setelah sekitar 3-5 hari atau diperkirakan DOQ
sudah mampu makan dari nampan, baru pakan ditaruh di nampan. Namun nampannya perlu diberi
potongan strimin untuk menjaga puyuh biar tidak kepleset. Wadah air minumnya juga diberi batu-batu,
ini menjaga agar DOQ tidak mati tenggelam. Air minum untuk DOQ ini dicampur dengan vitamin
DOQ yang kita beli dari PT. Hari-hari pertama untuk 1000 DOQ membutuhkan 2 kandang pembesaran.
Masing-masing kandang diisi 500 bibit. Untuk penghangatan, saya menggunakan lampu listrik. Tiap
kandang pembesaran membutuhkan 100 watt x 3 lampu, jadi total untuk 1000 DOQ membutuhkan 600
watt. Kebutuhan ini kira-kira sampai sekitar 5 hari atau seminggu atau bahkan 10 hari, tergantung
bagaimana kondisi bibit dan cuaca. Tahap ini istilahnya nge-box. Seperti biasanya kita nge-box, kalo
DOQ sebagian besar berada mepet dinding, berarti suhunya terlalu panas, untuk ini perlu salah satu
lampu dimatikan. Demikian juga sebaliknya kalau bibit2 ini berkumpul di sekitar lampu, berarti
suhunya kurang panas sehingga perlu ditambah lampu. Namun untuk 300 watt x 3 ini sepertinya belum
pernah menambah lampu.
Setelah 7 hari atau 10 hari diamati DOQ sudah mulai besar dan kandang sudah cukup sesak, DOQ yang
menghuni 2 kandang ini dipecah menjadi 4 kandang. Setelah menjadi 4 kandang, dimana tiap-tiap
kandang berisi 250 populasi bibit, lampu juga sudah dikurangi dayanya. Jumlahnya tetap 3 lampu,
namun yang dipasang ganti 45 watt, 60 watt, 45 watt. Untuk pembersihan kotoran, penggantian kertas
semen landasan, penggantian air minum, pemberian makan, pemberian vaksinasi, dll dll Kok susah
mau memberi penjelasan terperinci ya …….!!! Pokoknya begitu lah……. Kalo ada kendala, hubungi
saja dokternya PT Peksi Gunaraharja. Kalo kita bingung, Pak Dokter ini siap untuk memberi penjelasan
apa saja sampai kita paham dan bisa. Mudah kan !!?? Yang penting perlu diperhatikan pada masa
pembesaran ialah sekitar waktu antara 1-5 hari. Pada 5 hari pertama ini merupakan masa yang paling
kritis, karena bisa jadi si bibit membawa penyakit bawaan. Nah….
Sekitar 1 atau 2 minggu saya nge-box 950 bibit pertama, datang lagi 1000 bibit yang kedua.
Angkatan kedua ini ternyata kurang begitu lancar. Bibit datang dalam kondisi lesu dan lemes (hehe,
saya sudah mulai sok ahli mengamati bibit ya… padahal baru sekali udah sok tau…..).
Bibit yang kedua ini aneh, setelah ditabur di kandang pembesaran baru mulai kelihatan belangnya.
Tingkah lakunya juga aneh-aneh. Ada yang seneng berjalan mundur sambil nunduk, ada yang sukanya
megap-megap, ada juga yang hobinya geleng-geleng terus. Wah wah wah…. Agak runyam juga.
Waktu itu saya belum kepikiran untuk ngundang Pak Dokter PT Peksi Gunaraharja, maklum saja
peternak baru belum hapal medan. Atas jasa dokter lain, maksudnya peternak lama, bibit yang kedua
ini diberi obat Trimisin. Akhir kata, kedua angkatan itu lancar juga sampai naik ke kandang teluran.
Jumlah kematian selama pembesaran untuk 950 angkatan pertama sekitar 14 ekor. Jadi jumlahnya
masih ada 936 ekor. Untuk yang 1000 angkatan kedua, kematian cukup tinggi, lebih dari 80 ekor, jadi
masih tersisa sekitar 900 ekor saja. Setelah kedua angkatan itu masuk kandang teluran (20-25 hari),
pakan masih menggunakan BR (pakan stater) sampai nanti umur 40 hari.
Penjelasan untuk pakan, bahwa selama masa pembesaran (6 minggu), tiap 1000 populasi membutuhkan
6 sak BR (pakan stater). Per-sak beratnya 50kg. Harga per-sak-nya waktu itu sekitar RP 214.000
(hehehe… agak lupa, males buka dokumen). Jadi total kebutuhan pakan stater (BR) ialah 6 sak x Rp
250.000,- : Rp dijumlah sendiri ya…..!!! Pakan BR ini untuk 1000 populasi diantar oleh PT tiap
minggunya 1 sak selama 6 minggu, dibayarnya tiap kalo datang per-minggu-nya dan harus dibayar
cash / kontan alias tidak boleh ngutang. Setelah kedua angkatan bibit itu naik kandang, pas ke-30 hari,
2000 bibit angkatan ketiga datang juga. Untuk yang angkatan ini, nge-box-nya sekaligus 2000 DOQ.
Tapi perasaan kok rame banget ya mau nerusin cerita. Bisa-bisa halaman blog ini dipenuhi cerita
beternak burung puyuh… jadi cerita yang pokok-pokok saja.Singkat cerita………….
Untuk kemitraan ini, PT Peksi Gunaraharja menyediakan 2 macam merk pakan, yang satu merk
SINTA, satunya lagi pakan buatan PT yang merknya “UNTUK KALANGAN SENDIRI”.
Untuk 1000 populasi membutuhkan 3 sak pakan teluran (LAYER). Pakan boleh memilih semuanya
merk “UNTUK KALANGAN SENDIRI”, namun boleh juga ditambah pakan yang merk SINTA, toh
katanya setelah tes laborat, baik yang SP 22 SINTA maupun yang merk “UNTUK KALANGAN
SENDIRI” kualitasnya sama, maksudnya kandungan bahan pakannya sama…
Setelah umur 40 hari, si burung puyuh ini sudah mulai bertelur, namun belum maksimal, artinya hasil
telur belum mencukupi untuk membeli pakan. Karena kondisi seperti ini, berarti peternak masih harus
membayar pakan yang datang selama hasil telurnya belum bisa menutup harga pakan.
Setelah umur 2 bulan, barulah si burung puyuh ini sudah bisa cari sendiri pakannya…… malah sudah
ada sisa buat masuk dompet dan disisihkan untuk mengembalikan modal !!!
Tentang cerita sampai apkir, berhubung saya belum mengalami, jadi belum bisa cerita….. namun
konon katanya yang sudah pengalaman, bahwa burung puyuh ini diapkir setelah berumur kurang lebih
1 tahun, atau kalo kira-kira produksi telurnya sudah tidak bisa untuk membeli pakan.
Untuk apkiran, PT Peksi Gunaraharja sebagai mitra juga siap membeli dengan harga saat ini Rp… ????
Oiya, sebelum saya akhiri cerita yang sama sekali tidak lengkap dari pengalaman saya beternak burung
puyuh ini, untuk saat ini produksi kalo pas kondisinya baik bisa mencapai 23 ikat per-minggunya. Tapi
kadang juga 21 ikat. (1 ikat berisi 900 butir). Maklum, untuk yang angkatan pertama dan kedua
kondisinya memprihatinkan, paling sekarang cuma tinggal 1500 ekor. Soalnya ada yang tadi belum
saya ceritakan, bagaimana setelah naik kandang teluran, rumah induknya kurang rapat, jadi banyak
burung puyuh yang menjadi santapan pesta malam kucing-kucing liar……
Meoooooooong………………!!!!!!!!!!!! (duh nasibnya jadi peternak baru… memberi sodakoh sama
kucing…..)
Sekalian di sini saya lampirkan analisa usaha beternak burung puyuh, dimana analisa usaha ini saya
bikin sebelum saya memulai beternak, jadi analisa usaha ini hanya merupakan gambaran setelah saya
muter-muter dan nanya-nanya ke peternak-peternak lama…. Jadi maklum kalo analisa usaha yang saya
bikin agak semrawut, karena saya sendiri memang bukan ahli di bidang ternak burung puyuh dan
memang saya bikin sewaktu saya belum mengalaminya….
Beternak burung puyuh merupakan kerjasama bermitra dengan PT Peksi Gunaraharja. Usaha beternak
burung puyuh adalah mengambil hasil produksi telurnya.
Teknis kerjasama
2. Setelah pemesanan, kemudian bibit dan obat-obatan diantar oleh PT dan dibayar cash oleh peternak
sesuai jumlah pemesanan.
3. Untuk prosedur itu, peternak harus sudah menyiapkan kandang terlebih dahulu, terutama kandang
untuk pembesaran bibit.
4. Prosedur teknis selanjutnya dalam masa awal; PT mengantar pakan awal dan pakan teluran. Pakan
awal adalah pakan yang digunakan untuk pembesaran bibit (berkisar 40 hari). Sedangkan pakan teluran
adalah pakan yang diberikan setelah selesai masa pembesaran untuk merangsang agar burung puyuh
siap berproduksi sebagai petelur (berkisar 40 hari setelah habis pakan awal).
5. Setelah nanti berproduksi, pakan dikirim tiap minggu oleh PT, sekaligus mengambil/membeli telur.
Masa ini adalah masa produktif, dimana peternak membayar/membeli pakan dari PT dan sekaligus
menjual telur ke PT tiap seminggu sekali. Dalam masa produktif, lebih baiknya peternak tetap
mengutamakan penjualannya ke PT dan berarti mengikuti standar harga PT.
6. Setelah nanti burung puyuh masuk masa apkir (tidak berproduksi lagi / atau produksinya sudah tidak
dapat menutup pembayaran pakan), maka PT juga siap membeli burung puyuh apkiran.
7. Sebaiknya para peternak juga membentuk kelompok. Sebab PT akan memberi fee untuk kelompok.
Untuk fee ini ada ketentuannya sendiri yang diberikan tiap tahun.
Secara umum, para petani dan peternak di Indonesia cukup mumpuni dalam berproduksi. Yang
menjadi kendala kemudian ialah kurang atau tidak adanya pemasaran. Menengok negara tetangga,
Thailand. Menurut yang pernah penulis baca di majalah Trubus, entah terbitan kapan aku lupa, kalau
tidak salah ingat, di sana ada kementrian pemasaran hasil-hasil pertanian, sehingga petani sebagai
prosuden tidak lagi khawatir kalau sampai tidak bisa memasarkan hasil pertaniannya dengan
keuntungan yang sesuai.
Indonesia sebagai negara agraris yang lebih luas daripada Thailand barangkali dalam Departemen
Pertaniannya ada juga bagian yang mengurusi masalah pemasaran hasil-hasil pertanian. Hanya saja
penulis belum mencari referensi sampai semaksimal bagaimana departemen pertanian berusaha agar
para petani dan peternak di Indonesia tidak sampai merugi.
Dalam usaha burung puyuh petelur, tidak usah khawatir dengan pemasarannya, PT Peksi Gunaraharja
menjalin kemitraan dengan petani peternak, termasuk dalam pemasaran produksinya. Tentu bukan
hanya PT Peksi Gunaraharja saja yang mengelola usaha burung puyuh dari hulu sampai hilir, dari
produksi sampai pemasarannya, ada banyak kemitraan-kemitraan yang lain. Namun penulis sebagai
plasma yang bermitra dengan PT Peksi Gunaraharja cukup merasakan tidak repotnya memasarkan hasil
telur burung puyuh. Sebagai produsen, bisa terkonsentrasi bagaimana memaksimalkan produksinya,
tanpa terganggu dengan kekhawatiran apakah nanti laku atau tidak.
Setelah beberapa lama menjadi plasma dalam semi kemitraan dengan PT Peksi Gunaraharja, penulis
menemukan beberapa permasalahan di dalamnya. Permasalahan ini tentunya lebih fokus dilihat dari
sudut pandang peternak / plasma. Ada 5 hal permasalahan dalam semi kemitraan tersebut. Kelima hal
ini yang kemudian menjadi ukuran loyalitas peternak kepada PT, antara lain :
Harga sekarang, Rp 1.250,- per-ekor bibit puyuh petelur merupakan harga yang relatif murah. Pihak PT
sendiri terutama divisi hatchery tentu sudah memilihkan bibit yang sebaik-baiknya. Seperti yang
pernah diceritakan, per-bibit-an ini juga impor dari luar negeri untuk mendapatkan bibit burung puyuh
petelur yang unggul. Tentu tidak dianggap plasma / mitra PT Peksi apabila bibit mengambil dari luar
PT.
2. Pembelian Pakan.
Menurut keterangan dari pihak PT, bahwa “pakan=telur”, maksudnya jumlah telur yang dihasilkan
seukur dengan jumlah pakan yang dihabiskan burung puyuh. Untuk ini pihak PT sudah memberi
patokan berupa range, dimana untuk 1 sak pakan dipatok menghasilkan telur sejumlah sekitar 1.350
butir. Jadi, apabila mengambil 2 sak pakan sedangkan telur yang disetor sejumlah 4.050 atau lebih,
disimpulkan telah menambah 1 sak lagi yang bukan pakan dari PT. untuk kelebihan telur yang diluar
range diberi harga yang berbeda (lebih murah dengan selisih sekitar Rp 6,- perbutir).
Tentang penambahan / pencampuran pakan ini nantinya akan dibahas dalam artikel tersendiri.
3. Penjualan Telur.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kemitraan puyuh petelur, PT Peksi mengelola kemitraan
tersebut dari hulu sampai hilir, dari produksi sampai pemasarannya. Kontinuitas produksi dan
kelancaran pemasaran menjadi pokok usaha tersebut. Demikian juga sebagai perusahaan yang tentunya
berorientasi profit, PT Peksi berusaha mendapatkan keuntungannya sejak pembibitan, pakan, sampai
pemasaran produksi telurnya. Untuk ini, akan dianggap plasma yang kurang loyal kepada PT apabila
plasma menjual telurnya ke luar PT. Hal ini juga bisa diukur dari patokan “pakan=telur”. Hanya saja
patokan itu tidak mutlak berlaku dalam mengukur produksi/setoran telur ke PT, sebab bisa saja
kurangnya produksi disebabkan kondisi burung puyuh yang kurang sehat atau penanganan yang kurang
baik selama masa produksi.
4. Penjualan Apkiran.
Menjadi hal yang cukup merepotkan bagi peternak apabila puyuh peliharaannya sudah tua dan tidak
lagi baik berproduksi. Untuk puyuh yang demikian tentu dijual menjadi puyuh pedaging, yang
kemudian disebut dengan burung puyuh apkiran. Kalau jumlah apkirannya di bawah 1000 ekor
mungkin belum begitu sulit menjualnya, namun kalau apkirannya di atas 5000 atau mencapai puluhan
ribu tentu relatif sulit menjualnya. Untuk itu PT Peksi Gunaraharja sudah memberi solusi dengan
kemampuannya membeli burung puyuh apkiran dari peternak / plasma. Pembelian burung puyuh
apkiran oleh PT Peksi juga dihargai relatif tinggi, yaitu RP 2.500,- per ekor (saat ini), berapapun
jumlahnya.
Secara kenyataan tetap ada juga kemungkinan menjual apkiran ke luar PT dengan pertimbangan harga
pembelian yang lebih tinggi. Bagi plasma yang menjual ke luar PT ini dikategorikan termasuk tidak
loyal.
5. Hutang.
Ke-4 permasalahan sebelumnya menjadi ukuran loyal tidaknya peternak/plasma terhadap PT. Secara
kenyataannya ketidakloyalan itu tidak menjadi alasan PT menghentikan hubungan kemitraan, kecuali
kalau ada yang keterlaluan. Namun sepertinya belum ada pemutusan hubungan kemitraan karena ke-4
permasalahan di atas, artinya belum ada peternak yang keterlaluan baik dalam bibit, pakan, penjualan
telur, maupun apkiran. Namun untuk permasalahan yang ke-5 ini pihak PT mau tidak mau harus
menghentikan hubungan kemitraan. Cara penghentiannya bisa dengan tidak memberikan pakan, atau
tidak memberi pesanan bibit. Sekedar informasi saja, selama ini jumlah bedeb (hutang yang jelas tidak
bisa ditagih lagi) dari peternak mencapai lebih dari Rp 1.000.000.000,-. Jumlah yang relatif besar.
Kenapa bisa ada hutang ? Pada saat pembesaran burung puyuh sampai nilai produksi telurnya melebihi
nilai pakan, pada saat itu juga peternak harus membayar pakannya terlebih dahulu secara tunai. Untuk
pakan yang berupa BR, pihak PT memang tegas dalam pembayaran pakan. Tetapi pada masa
pemberian pakan teluran, PT memberi kelonggaran dengan membolehkan peternak tidak membayar
dulu pakan teluran selama nilai produksi telurnya belum melebihi nilai pakan yang dihabiskan puyuh.
Masa ini memakan waktu sekitar 4x mengantar pakan (4 minggu). Kalau dalam seminggunya
membutuhkan pakan 3 sak, berarti PT sudah memberi piutang sejumlah minimal (Rp200.000×3)x4 :
Rp Rp 2.400.000,- yang memang menjadi rata2 hutang peternak terhadap PT. Selanjutnya hutang
tersebut akan dipotong sedikit demi sedikit dari jumlah telur yang disetor. Piutang itu diberikan tanpa
jaminan dan otomatis tanpa bunga. Piutang inilah yang kadang menjadi bedeb alias tidak bisa ditagih
lagi karena hal-hal tertentu, terutama kalau peternak sudah tidak menjadi mitra PT Peksi.
Kiat Meningkatkan Keuntungan dalam Beternak Burung Puyuh
Petelur dengan Mencampur Pakan (tidak Berlaku
untuk Kemitraan)
18 Desember 2009
Dengan asumsi bahwa tiap 1000 populasi membutuhkan PYP sebanyak 3 sak pakan (150kg) per-
minggu. Akan didapat hasil “bersih” rata-rata Rp 200.000 per-minggu selama bulan produktif.
Perhitungan itu dengan didasari jumlah produksi telur yang dihasilkan 800 butir per-hari dan didasari
juga dengan harga PYP rata-rata berbagai merk sekitar Rp 205.000/sak. Perhitungan keuntungan bersih
tersebut dihitung dalam bulan-bulan harga baik. Tapi bagaimana apabila memasuki bulan-bulan harga
buruk telur puyuh, sedangkan harga pakan jelas tidak ikut turun? Demikian beberapa kiat mencampur
pakan telur puyuh agar dapat mempertahankan penghasilan.
Mengadaptasi dari pemberian pakan dalam beternak ayam petelur yang mandiri, ada beberapa cara
pencampuran pakan agar tidak membutuhkan penuh 3 sak PYP (1 sak=50 kg), antara lain :
1. dicampur dengan 1 sak dedak halus/bekatul (2 sak PYP ditambah 1 sak dedak halus/ bekatul).
Hasil: telur cenderung kecil-kecil, banyak yang kerabangnya kasar dan tipis, otomatis banyak yang
mudah pecah dan tidak awet.
2. dicampur dengan setengah sak jagung giling dan setengah sak bekatul/dedak halus.
Hasil: sama dengan pencampuran yang nopmer 1.
3. dicampur dengan 1 sak jagung giling (2 sak PYP ditambah 1 sak jagung).
Hasil: telur cenderung normal/besar-besar, kerabang/cangkang juga normal, tetapi bobot cenderung
ringan (di bawah standar). Solusi: dicampur lagi dengan 1 kg mineral ditambah dengan vitamin egg
yang kualitasnya bagus, asal teratur bisa me-normal-kan bobot telur.
4. dicampur dengan nasi aking (nasi sisa yang dikeringkan). Hasil: telur cenderung normal, baik
kerabang, bobot, dan ukuran.
Apabila dicampur dengan jagung giling + mineral + vitamin egg berarti membutuhkan pakan sebanyak:
(Rp 205.000 x 2) + Rp 110.000,- + Rp 3500,- + Rp 12.000,- : Rp 535.500,-
Selisih antara yang dicampur jagung giling dengan yang penuh 3 sak PYP :
Rp 615.000,- – Rp 535.500,- : Rp 79.500,- per-minggu per-1000 populasi dengan harga jagung giling
sekarang Rp 2200,- per-kg.
Dalam kemitraan jelas tidak boleh ada pencampuran seperti itu alias tidak memenuhi standar keloyalan
dengan PT. Dapat dilihat dari pengambilan pakan dan jumlah telur yang disetorkan. Selain dari jumlah
telur yang disetorkan, juga dapat dilihat dari kondisi telur. Untuk yang di-indikasi mencampur tersebut,
PT memberi potongan harga pembelian dilihat terutama dari berat telur yang di bawah standar.
Namun penulis juga menemukan ada peternak yang memberi pakan penuh 3 PYP tetapi bobot telurnya
kurang, tetep kena potong juga oleh PT. Kasihan ya… Mungkin karena kondisi burung puyuhnya yang
kurang bagus sehingga menghasilkan telur yang tidak baik kondisinya walaupun pakannya bagus alias
tidak dicampur.
Terlepas dari pencampuran pakan dalam beternak burung puyuh petelur demi untuk meningkatkan
penghasilan, ternyata dalam kemitraan ayam pedaging-pun penulis juga menemukan ada peternak yang
jelas kemitraan ternyata mencampur pakannya dengan jagung giling. Biasanya dilihat dari kondisi
ayam yang sudah bagus kemudian diperkirakan pakan sudah mencukupi, biasanya sisa pakan dari PT
(biasanya Comfeed) 2 atau 3 sak dijual ke pasar terus dibelikan jagung giling sama 2 atau 3 sak, tentu
harganya bisa separonya sendiri (penulis tidak tahu teknisnya). Katanya lumayan nambah penghasilan
yang nyata-nyata memang minim sekali untuk ternak ayam pedaging.
Model kandang puyuh ada 2 macam yang biasa diterapkan yaitu system lantai sekam
system sangkar. Ukuran kandang untuk 1m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh,
selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Setelah itu
menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur
Macam-macam kandang untuk budidaya burung puyuh antar lain :
a. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpengaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan
telur yang berkualitas. Idealny 1 ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 2m2.
b. Kandang untuk Induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai puyuh dewasa untuk bertelur
c. Kandang untuk anak puyuh
Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak ayam yang berumur 1-3 minggu tetap
terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan, kandang ini perlu dilengkapi
alat pemanas. Ukuran ideal kandang ini berukuran lebar 100cm, panjang 100cm, tinggi
40cm dan tinggi kaki 50cm ( cukup memuat 90-100 ekor ayam puyuh )
d. Kandang untuk puyuh 3-6 minggu
Bentuk ukuran sama dengan kandang untuk induk petelur, alas kandang biasanya berupa
kawat ram.
2. PEMBERIAN PAKAN
Pakan yang diberikan untuk puyuh terdiri dari bebrapa bentuk yaitu bentuk pallet, remah-
remah dan tepung,hal ini bertujuan agar puyuh yang suka mematuk2 temannya akan
mempunyai kesibukan dengan mematuk2 pakanny. Pemberian pakan puyuh anakan
diberikan 2 kali pagi dan sore. Sedangkan puyuh remaj/dewasa diberikan ransom hanya 1
kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh harus terus –
menerus.
2. BERAK DARAH
Gejala puyuh yang terkena yaitu kotorannya berdarah dan mencret, nafsu makan berkurang,
sayap terkulasi, bulu kusam dan puyuh seperti menggigil kedinginan. Pengendalian dengan
cara menjaga kebersian lingkungan, menjaga litter tetap kering. Mengobatinya dengan Tetra
Chloine Capsule yang diberikan melalui tetes mulut. Atau dengan Noxal, Trisula Zuco
tablet yang dilarutkan dalam air minum.
3. TETELO
Gejala puyuh sulit bernapas, batuk2, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap
terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan dan sangat kelihatan yaitu kepala memutar
mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, puyuh yang mati karena tetelo segera
dibakar, pisahkan puyuh yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju
yang steril, melakukan vaksinansi NCD (New Casstle Diseae) untuk obat belum ada.
4. BERAK PUTIH
Penyebab Kuman Salmonella pullorum dan merupakan jenis penyakit yang menular.
Gejala : kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu2 mengerut dan
sayap lemah menggantung. Pengendalian sama dengan pengendalian tetelo dan belum ada
obatnya.
5. CACINGAN
Penyebab sanitasi yang buruk. Gejala puyuh tampak kurus lesu, dan lemah. Pengendalian
dengan menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
6 CACAR UNGGAS
Penyebab poxvirus yang biasa menyerang bangsa unggas dari semua umur dan kelamin.
Gejala timbulnya keropeng2 pada kulit yang tidak berbulu seperti pial, kaki, mulut dan
farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah. Pengendalian dengan vaksin
dipteria dan mengisolasi kandang dan puyuh yang terinfeksi.
7 Quail Bronchitis
Penyebab adenovirus yang bersifat sangat menular. Gejala puyuh kelihatan lesu, bulu
kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin. Mata dan hidung kadang2 mengeluarkan
lender serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir. Pengendalian hanya dengan
pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai karena belum ada obatnya
5. PANEN
Hasil utama pada usaha pemeliharaan puyuh petelur adalah produksi yang dipanen setiap
hari selama masa produksi berlangsung.
Hasil tambahan berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
TERNAK PUYUH
A. PUYUH
puyuh merupakan salah satu jenis dr famili phasianidae dgn panjang rata-rata 7 inci. Bangsa puyuh
bobwhite (colinus virginianus) di amerika utara sering disebutsebaga quail. tetapi di amerika selatandi
sebut dgn partridge. Semua puyuh berukuran pendek, gemuk, bulat dgn kaki-kaki yang kuat, dan
bulunyatertutup oleh waena cokelat bercak-bercak putihhitam. Puyuh mempunyai sifat berjalan cepat,
kadang-kadang dapat terbang jika terganggu.Puyuh mempunyai kemampuanhidup bersosial dengan
baik.
1. Bangsa Puyuh
bangsa puyuh di indonesia sebagai berikut.
a. Bob While, berasal dari Amerika serikat dan dapat dipelihara selama 6-16 minggu.
b. Contrunix Japonica, berasal dari jepang dengan masa pemeliharaanselama 6 minggu.
c. Cross Breed, masa pemeliharaan selama 6 minngu.
Bangsa puyuh yang ada sekarang berasal dari bangsa burung liar atau quail, burung liar yang pertama
di ternakkan di amerika dan terus ber kembang di seluruh dunia. Di Indonesia, burung puyuh mulai di
ternakkan pada akhir tahun 1979.
2. Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan untuk calon bakalan burung puyuh disesuaikan dengan tujuan untuk produksi telur atau
produksi daging. Cara pemeliharaan bakalan sama dengan pemeliharaan pada ayam atau itik, yaitu
dipilih berdasarkan kemampuan induknya. Parameter yang dilihat yaitu kemampuan produksi,
kemampuan untuk tumbuh, serta penampilan eksterior. Penampilan eksterior dilihat dari masing2
individu dengan indikasi sehat, tidak cacat, dan lincah.
3. Perkandangan
kandang yang banyak digunakan dalam pemeliharaan puyuh yaitu, kandang sistem liter dan sistem
sangkar (kandang berantai). Letak kandang diatur sedemikian rupa sehingga kandang cukup
mendapatkan sinar matahari. Suhu dan kelembapan kandang perlu di perhatikan. Suhu yang ideal untuk
pertumbuhan puyuh yaitu 20-25 drajat celcius.
Perlengkapan kandang dan peralatan yang di butuhkan berupa wadah pakan, wadah minum, dan
tempat telur. Kandang starter / bakalan puyuh (1-3 minggu) perlu di lengkapi dengan pemanas / lampu
(brooder).
4. Pemeliharaan
Pertimbangan untuk memelihara puyuh di dasarkan pada modal yg di gunakan relatif kecil,
dapat di pelihara dalam lingkungan rumah tangga. waktu pemeliharaan pendek (6 minggu
panen), Puyuh relatif tahan terhadap serangan penyakit, serta produksi daging dan telurnya
tinggi.
Pemeliharaan puyuh di bagi dala 3 periode pemeliharaan:
- periode starter : yaitu periode masa umur 1-3 minggu
- periode grower : yaitu periode masa pertumbuhan antara 3-6 minggu.
- periode layer : yaitu periode masa puyuh sudah berproduksi dengan maksimal sampai
apkir.
Perumahan
Perumahan bagi penternakan puyuh penelur mementingkan keselesaan dari alam sekitar dan
keselamatan dari pemangsa. Puyuh amat sensitif keatas kedua perkara tersebut. Dimensi bangsal
terpulang kepada sais penternakan yang hendak dijalankan. Beberapa perkara harus dipatuhi untuk
menjamin pengeluaran yang maksimum.
1. Tentukan paksi panjang mengikut arah timur/barat. Ini menentukan cahaya matahari tidak
banyak dapat memasuki bangsal yang boleh mengakibatkan kenaikan suhu didalam bangsal.
2. Jarak antara bangsal hendaklah jangan kurang dari 15.38 meter untuk menjaga dari perebakan
penyakit dari bangsal kebangsal.
3. Tentukan kedudukan bangsal tidak dihalangi oleh pokok pokok besar atau bangunan yang boleh
menghalang peredaran udara yang sempurna. Elakan kawasan yang lembab.
4. Lebar bangsal dihadkan sehingga 12.3 meter sahaja.
5. Panjang bangsal bergantung kepada kontour tanah dan sistem peralatan yang digunakan.
6. Gunakan atap bangsal diperbuat dari aluminium.
7. Tepi bangsal perlu ditutup dengan dawai atau setaraf untuk mencegah kemasukan burung atau
pemangsa.
8. Lantai bangsal mesti disimin untuk kebersihan dan kesenangan pengurusan.
9. Peparitan sekeliling bangsal perlu ada untuk mengalirkan air dari hujan ke parit besar.