You are on page 1of 97

Manusia Sebagai Khalifah

1. Surat Al Baqarah : 30

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30)

a. Kandungan ayat

Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi
kalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia
diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti
tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya,
perikanannya dan seyogyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang
ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu
semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-
benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman
kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.

Kesimpulan kandungan Surat Al Baqarah : 30, diantaranya:

1. Allah memberitahu kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah


(wakil Allah) di bumi

1. Allah memilih manusia menjadi khalifah di muka bumi

2. malaikat menyangsikan kemampuan manusia dalam mengemban tugas sebagai


manusia. Menurut pandangan malaikat, manusia suka membuat kerusakan dan
menumpahkan darah
3. Malaikat beranggapan bahwa yang pantas menjadi khalifah di bumi adalah
dirinya. Malaikat merasa selalu bertasbih, bertauhid dan menyucikan Allah

4. Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat

2. Surat Al Mukminun : 12-14

Bacalah Surat Al Mukminun ayat 12-14 berikut dengan fasih dan benar! Teks
lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.” (QS Al Mukminun : 12-14)

a. Kandungan ayat

Dalam surat Al Mukminun ayat 12-14 Allah SWT menerangkan tentang proses
penciptaan manusia. Sebelum para ahli dalam bidang kedokteran modern mengetahui
proses asal usul kejadian penciptaan manusia dalam rahim ibunya, Allah SWT sudah
terlebih dahulu mejelaskan perihal kejadian tersebut dalam Al Qur’an seperti dalam
surat Al Mukminun ayat 12-14, dan diperkuat oleh ayat lainnya diantaranya Surat Al
Hasyr ayat 24 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa,
yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan
bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Al Hasyr : 24)

Pada surat Al Mukminun ayat 12 -14 Allah SWT menjelaskan bahwa proses
penciptaan manusia dalam rahim ibunya terbagi menjadi 3 fase yaitu:

1. Fase air mani


2. Fase segumpal darah

3. Fase segumpal daging

Yang masing-masing fasenya memakan waktu 40 hari, hal ini dijelaskan dalam sebuah
hadits yang di riwayatkan oleh bukhari:

Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud ra.,ia berkata : Rasululla saw bercerita kepada
kami, beliaulah yang benar dan dibenarkan : “Sesungguhnva penciptaan
perseoranganmu terkumpul dalam perut ibunva empat puluh hari dan empat
puluh malam atau empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal darah,
semisal itu (40 hari = pen) kemudian menjadi segumpal daging, semisal itu
(40 hari = pen), kemudian Allah mengutus Malaikat, kemudian
dipermaklumkan dengan empat kata, kemudian malaikat mencari rizkinya,
ajalnya (batas hidupnya), amalnya serta celaka dan bahagianya kemudian
Malaikat meniupkan ruh padanya. Sesungguhnya salah seorang di
antaramu niscaya beramal dengan amal ahli (penghuni) sorga, sehingga
jarak antara sorga dengan dia hanya satu hasta, namun catatan
mendahuluinya, maka ia beramal dengan penghuni neraka, maka ia masuk
neraka. Dan sesungguhnya salah seorang diantaramu, beramal dengan
amal ahli neraka, sehingga jarak antara neraka dengan dia hanya satu
hasta, namun catatan mendahuinya, maka ia beramal dengan amal
penghuni sorga, maka ia masuk sorga.(Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Sedangkan dalam surat Al Hasyr Allah menjelaskan bahwa janin sebelum menjadi
manusia sempurna juga mengalami tiga fase, yaitu:

1. Taswir, yaitu digambarkan dengan bentuk garis-garis, waktunya setelah 42 hari

2. Al Khalq, yaitu dibuat bagian-bagian tubuhnya

3. Al Baru’, yaitu penyempurnaan terhadap bentuk janin

Kesimpulan kandungan surat Al Mukminun ayat 12-14 ini antara lain:

1. Menjelaskan tentang proses kejadian manusia


2. Allah memberi kesempatan hidup di dunia kepada manusia

3. Usia manusia ditentukan oleh Allah SWT

4. Manusia diperintahkan untuk memikirkan proses kejadiannya agar tidak


sombong kepada Allah dan sesama manusia

3. Surat Adz Dzariyat ayat 56

Bacalah surat Az Zariyat berikut ini dengan fasih dan benar! Teks lihat “google
Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah
kepadaku.” (QS Adz Zariyat : 56)

a. Kandungan ayat

Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah,
termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan
diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi
manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya
fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini
adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua
alam semesta ini.

Seperti diutarakan pada surat Al Mukminun ayat 12-14 bahwa Allah SWT yang
menciptakan manusia dari saripati tanah yang terkandung dalam tetesan air yang hina,
yaitu air mani, oleh karenanya merupakan suatu keharusan bagi manusia untuk
menyembah penciptanya, yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk mulia
diantara makhluk lainnya.

4. Surat Al Hajj ayat 5

Bacalah surat Al Hajj ayat 5 berikut ini dengan fasih, tartil, dan benar! Teks lihat
“google Al-Qur’an onlines”
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula)
di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. “ (QS Al Hajj : 5)

B. PROSES KEJADIAN MANUSIA

Manusia dalam pandangan Islam tediri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.
Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur sari pati tanah.
Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri, yang keberadaannya dia
alam baqa nanti merupakan rahasia Allah SWT. Proses kejadian manusia telah
dijelaskan dalam Al Qur’anul Karim dan Hadits Rasulullah SAW.

Tentang proses kejadian manusia, Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an
surat Al Mukminun ayat 12 – 14 Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudain airmani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS
Al Mukminun : 12-14).
Tentang proses kejadian manusia ini juga dapat dilihat dalam pada QS As
Sajadah ayat 7 – 9 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya : 7. yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. 8. kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina. 9. kemudian Dia menyempurnakan
dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur. (QS As Sajadah : 7 – 9)

Dalam hadits Rasulullah SAW tentang kejadian manusia, beliau bersabda yang
artinya: “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya 40
hari sebagai nutfah, kemudain sebagai alaqah seperti itu pula (40 hari), lalu sebagai
mudgah seperti itu, kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan
ruh kedalam tubuhnya.” (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari r.a dan muslim)

Ketika masih berbentuk janin sampai umur empat bulan, embrio manusia belum
mempunyai ruh, karena baru ditiupkan ke janin itu setelah berumur 4 bulan (4X30 hari).
Oleh karena itu, yang menghidupkan tubuh manusia itu bukan roh, tetapi kehidupan itu
sendiri sudah ada semenjak manusia dalam bentuk nutfah. Roh yang bersifat immateri
mempunyai dua daya, yaitu daya pikir yang disebut dengan akal yang berpusat diotak,
serta daya rasa yang disebut kalbu yang berpusat di dada. Keduanya merupakan
substansi dai roh manusia.

C. PERANAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya
perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).

1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia
harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia.
Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan
tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat
melanjutkan eksplorasi itu.

2. Memelihara Bumi

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan
jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena
sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena
itu, hal semacam itu perlu dihindari.

Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia


mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa
(pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan
kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama
(Islam).

Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara


bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang
membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan
cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi
sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat
kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang
Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi : Teks lihat
“google Al-Qur’an onlines”

Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan
fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap
Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat
77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines”

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS
AL Qashash : 7)

D. TUGAS MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata


menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun. Beribadah berarti
menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk
mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.

1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata
caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun
hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat,
puasa, zakat, haji dan sebagainya.

2. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang
diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan
dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah k=jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin.
Sedankan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam
kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT
yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah
ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada


Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam
telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah.
Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus
disesuaikan dengan ajaran Islam.

Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di
muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki
oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik
dalam keadaan suka maupun duka.

Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh
kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan
dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul
berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan
keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga,
waktu, bahkan jiwa.
2. AL BAQARAH (Sapi betina)

wa-idz qaala rabbuka lilmalaa-ikati innii jaa'ilun fii al-ardhi khaliifatan qaaluu ataj'alu
fiihaa man yufsidu fiihaa wayasfiku alddimaa-a wanahnu nusabbihu bihamdika
wanuqaddisu laka qaala innii a'lamu maalaa ta'lamuuna

[2:30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

23. AL MU'MINUUN (ORANG-ORANG YANG BERIMAN)

tsumma khalaqnaa alnnuthfata 'alaqatan fakhalaqnaa al'alaqata mudhghatan


fakhalaqnaaalmudhghata 'izhaaman fakasawnaa al'izhaama lahman tsumma
ansya/naahu khalqan aakhara fatabaaraka allaahu ahsanu alkhaaliqiina

[23:14] Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

3. ALI 'IMRAN (KELUARGA 'IMRAN)


[ Daftar Surat ]
fabimaa rahmatin mina allaahi linta lahum walaw kunta fazhzhan ghaliizha alqalbi
lainfadhdhuu minhawlika fau'fu 'anhum waistaghfir lahum wasyaawirhum fii al-amri
fa-idzaa 'azamta fatawakkal 'alaaallaahi inna allaaha yuhibbu almutawakkiliina

[3:159] Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu246.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

42. ASY SYUURA (MUSYAWARAT)


[ Daftar Surat ]

waalladziina istajaabuu lirabbihim wa-aqaamuu alshshalaata wa-amruhum


syuuraa baynahum wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna

[42:38] Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.

10. YUNUS
[ Daftar Surat ]

quli unzhuruu maatsaa fii alssamaawaati waal-ardhi wamaa tughnii al-aayaatu


waalnnudzuru 'an qawmin laa yu/minuuna

[10:101] Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi
orang-orang yang tidak beriman".

51. ADZ DZAARIYAAT (ANGIN YANG MENERBANGKAN)


[ Daftar Surat ]
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni

[51:56] Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.

16. AN NAHL (LEBAH)


[ Daftar Surat ]

waallaahu akhrajakum min buthuuni ummahaatikum laa ta'lamuuna syay-an waja'ala


lakumu alssam'a waal-abshaara waal-af-idata la'allakum tasykuruuna

[16:78] Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.
Asmaul Husna

Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah SWT disebut juga dengan nama- 25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing 26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
memiliki arti definisi / pengertian yang bersifat baik, agung dan 27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah 28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
sembilanpuluhsembilan nama baik Allah SWT. 29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus

Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 : 31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
telah mereka kerjakan".
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
Teragung
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
Keamanan
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
Pengawas
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
Segalanya
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
kebesaranNya
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
Memulihkan
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah /
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
Pengurang
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati /
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
Memuliakan
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera 87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh 88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama 89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir Memakmurkan
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir 90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin 91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah 92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia 93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan 94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat 95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang BandinganNya
Bersalah 96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun 97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang 98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kebenaran
Kekal 99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang
Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
Iman Kepada Malaikat
Rukun akidah yang kedua setelah iman kepada Allah, adalah iman kepada adanya
malaikat. Iman kepada malaikat lebih didahulukan daripada iman kepada nabi dan
rasul, hal ini dikaitkan dengan salah satu fungsi utama malaikat, yaitu sebagai
penyampai wahyu Allah kepada nabi-Nya.

Salah satu dalil untuk mengetahui keberadaan malaikat adalah melalui berita yang
mutawatir (akurat), dan satu-satunya berita yang paling akurat adalah berita yang
dibawa Nabi Muhammad SAW, yaitu Al Qur’an. Dalam Al Qur’an masalah malaikat
disebutkan lebih dari 75 kali, tersebar dalam 33 surat .

Iman kepada malaikat merupakan bagian dari akidah. Apabila hal itu hilang, gugurlah
keIslaman seseorang.

"… Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,


Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya." (An Nisaa’ : 136)

Untuk mengenal malaikat, maka kita perlu mengenal sifat-sifatnya, yang dapat kita
ketahui melalui Al Qur’an. Sifat-sifat malaikat tersebut antara lain :

1. Malaikat diciptakan dari cahaya.

"Para malaikat diciptakan Allah dari cahaya, dan diciptakan-Nya jin dari api,
sedangkan Adam diciptakan dari apa yang dijelaskan pada kalian." (HR. Muslim
dari Aisyah r.a.)

Karena malaikat diciptakan dari cahaya, maka mereka tentu mewarisi sifat
cahaya, sebagaimana manusia mewarisi sifat tanah. Para malaikat tidak bisa kita
lihat, dan mampu bergerak secepat cahaya.

2. Malaikat mempunyai kemampuan yang luar biasa dengan ijin-Nya.

Diantara kemampuan malaikat, mereka bisa berubah wujud, bahkan mampu


mengangkat singgasana (‘arsy) Allah.
"…Dan, pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas
(kepala) mereka." (Al Haqqah : 16)

3. Para malaikat diciptakan sebelum penciptaan manusia.

Hal ini nampak dengan jelas tersirat pada surat Al Baqarah 30;

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata:
‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpankan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’
Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."

4. Malaikat selalu patuh dan taat kepada Allah.

Mereka senantiasa bertaqarrub kepada Allah dan sangat takut kepada-Nya.

"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah


merasa enggan menyembah Allah daan mereka mentasbihkan-Nya dan
hanya kepada-Nyalah mereka bersujud." [Al A’raf : 206]

5. Malaikat dijadikan Allah sebagai penyampai wahyu kepada siapa yang


dikehendaki-Nya.

"Dia menurunkan para malaikat dengan membawa wahyu dengan


perintahNya, kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya;
‘Peringatkanlah olehmu sekalian bahwasanya tidaak ada Tuhan yang hak
melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku’."(An Nahl : 2)

6. Diantara para malakiat ada yang bertugas menyertai manusia.

Salah satu tugas malaikat tersebut adalah mencatat perbuatan orang-orang


mukallaf, tanpa lalai sedikit pun.

"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang


duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di sebelah kiri. Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf: 17-18]
Selain itu ada pula malaikat yang menjaga kita dari bencana atau dampak
negatif.

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah…"[Ar-
Ra’d : 11]

7. Jumlah malaikat sangatlah banyak, tiada yang mengetahui kecuali Dia.

" …Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri …"
[Al Muddatstsir : 31]

Bahkan dalam sebuah hadits shahih, dikisahkan Rasulullah bersabda : "Bisinglajh


(suasana) di langit, dan memang sudah semestinya demikian, Tidaklah ada tempat
pijakan telapak kaki kecuali terdapat padanya malaikat bersujud atau beruku’." (HR,
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ath Thabari, dsb.)

Setelah mengetahui sifat-sifat malaikat melalui berita yang sangat akurat tersebut (Al
Qur’an dan Hadits), maka sebagai mukallaf, di pundak kita terdapat beban,
konsekuensi dari pengimanan kita tersebut.

Melalui kebijaksanaan-Nya, Allah mengutus Rasul dari kalangan malaikat untuk


menyampaikan wahyu kepada nabi, rasul dan orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Hikmah tersebut antara lain bahwa tidak setiap orang (terutama yang bukan dari
golongan nabi dan rasul) mempunyai kekuatan untuk berhadapan langsung dengan
Allah. Untuk bertatap muka dengan Allah, diperlukan kekuatan fisik dan mental yang
sangat besar. Tidak semua rasul pernah bertemu dengan-Nya. Bahkan dalam sebuah
kisah dikatakan, sebuah gunung hancur menjadi debu ketika Allah menampakkan
wujud-Nya. Jadi sebagai hamba yang harus mengikuti perintah Allah, suatu kewajiban
bagi kita untuk selalu bersyukur atas kebijaksanaan-Nya dalam penyampaian wahyu.

Hikmah lainnya adalah, kita sebagai khalifah sekaligus abdullah harus introspeksi,
seberapa besar ketaatan dan kapatuhan kta kepad Allah, jika dibandingkan malaikat.
Memang kita ketahui bahwa ketaatan malaikat sangatlah tinggi. Tapi ketaatan malaikat
bersifat tetap, sedangkan ketakwaan dan keimanan manusia adalah dinamis. Mungkin
suatu waktu kepatuhan kita rendah, tapi di lain waktu menjadi sangat tinggi, bahkan
lebih tinggi daripada para malaikat. Hal inilah yang harus kits capai. Memang bukan hal
yang mudah, tapi bukan sesuatu yang ‘impossible’.

Salah satu caranya adalah kita harus sadar bahwa amal kita selalu diawasi Allah, baik
secara langsung maupun melalui malaikat-Nya. Tidak ada sepermikrodetik pun yang
lepas dari pengawasannya.

"…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Maha Melihat." [Asy Syuura : 11]

Oleh karena itu, kita harus mulai mengurangi perbuatan-perbuatan ynag tidak sesuai
dengan perintah-Nya dan memperbanyak amsl baik kita, dengan selalu diniatkan untuk
mengharap ridha-Nya.

Selain tiga hal tersebut, telah kita ketahui bahwa ada malaikat yang selalu menjaga kita
dalam kebaikan. Untuk itu, kita harus mulai menghilangkan rasa takut di hati kita,
terutama dalam mendakwahkan kalimat-kalimat Allah. Sebagai generasi muda,
kewajiban kitalah untuk menolng agama Allah.

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." [Muhammad : 7]

Menolong agama Allah berati mendakwahkan Islam. Tidak hanya kepada yang belum
tahu, tapi juga yang sudah tahu. Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap
muslim. Sebagai penutup, saya sampaikan ayat yang menjadi pedoman sekaligus
tujuan bagi kita semua.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..."
[Ali Imran : 110]

Iman Kepada Rasul

Saudariku! Jangan Pandang Sebelah Mata Pembahasan Ini


Mungkin ada diantara kita yang merasa cukup dengan apa yang telah dipelajari selama
ini dari bangku SD hingga bangku SMA (bahkan bangku perkuliahan) atau merasa tidak
ada yang perlu dibahas lagi, sudah tahu bahwa Nabi itu ada 25, sifat nabi yang wajib
ada 4, shidiq, fatonah, amanah, dan tabligh. Jika demikian pemahamanmu wahai
saudariku, maka kebutuhanmu semakin besar dalam membaca tulisan kali ini, sehingga
dengan izin Allah, engkau akan menyadari makna dan konsekuensi yang benar dari
pernyataan keimananmu kepada Nabi dan Rasul-Nya ‘alaihimush shalatu wassalam.

Definisi Nabi dan Rasul


Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka
adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu
beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari
kata irsalyang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang
masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan
untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam
syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya (*). Sebagian ulama menyatakan
bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke
bumi kecuali untuk disampaikan, dan jika Nabi tidak menyampaikan maka termasuk
menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
(*) Syaikh Ibn Abdul Wahhab menggunakan definisi ini
dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, begitu pula Syaikh Muhammad ibn Sholeh
Al Utsaimin.
“Ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok
orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak bersama seorang
pun.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Ulama lain menyatakan bahwa ketika Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan
wahyu bukan berarti Nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan
yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah seorang Rasul mendapatkan syari’at
baru sedangkan Nabi diutus untuk mempertahankan syari’at yang sebelumnya.

Bagaimana Beriman Kepada Nabi dan Rasul ?


Ketahuilah saudariku! Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul
dengan pemahaman yang benar. Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin
menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul, keimanan pada Rasul
terkandung empat unsur di dalamnya (*).

(*) Perlu diperhatikan bahwa penyebutan empat di sini bukan berarti pembatasan
bahwa hanya ada empat unsur dalam keimanan kepada nabi dan rosul-Nya.

1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang
mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah
ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-
Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi
Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara
global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui. – akan datang penjelasannya
-

3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.

4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi
adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk
seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam
Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65)
Jumlah Nabi dan Rasul
Ketahuilah saudariku, jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul
juga tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini berdasarkan
hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, berapa
jumlah rasul?”, Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab, “Tiga ratus belasan
orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat Abu Umamah, Abu
Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya para nabi?”,
Nabi shallallahu’alaihiwasallam menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315 orang.” Namun
terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa jumlah Nabi dan
Rasul tidak dapat kita ketahui. Wallahu’alam.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25 nabi, maka kita tetap
mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul yang tidak dikisahkan dalam Al-
Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami utus
beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-
Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, terdapat 2 nabi
yang disebutkan Nabishalallahu’alaihiwasalam, yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu Zulkarnain, Tuba’ dan
Khidir terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di kalangan ulama apakah mereka Nabi
atau bukan. Akan tetapi, untuk Zulkarnain dan Tuba’ maka yang terbaik adalah
mengikuti Rasulullah shalallahu’alaihiwasalam,
Beliau shalallahu’alaihiwasalam bersabda, “Aku tidak mengetahui Tubba nabi atau
bukan dan aku tidak tahu Zulkarnain nabi atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh
Albani dalam Shohih Jami As Soghir). Maka kita katakanwallahu’alam. Untuk Khidir,
maka dari ayat-ayat yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi,
maka tentu ia tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan Nabi
Musa ‘alaihissalam tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir.Wallahu’alam.

Tugas Para Rasul ‘alaihissalam

Allah mengutus pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap
Rasul berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama.
Beberapa diantara tugas tersebut adalah:

1. Menyampaikan risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.

2. Dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Memberikan kabar gembira dan memperingatkan manusia dari segala kejelekan.

4. Memperbaiki jiwa dan mensucikannya.

5. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.


6. Menegakkan hujjah atas manusia.

7. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.

Kesalahan-Kesalahan Dalam Keimanan Kepada Nabi dan Rosul


Terdapat berbagai pemahaman yang salah dalam hal keimanan pada Nabi dan Rasul-
Nya‘alaihisholatu wassalam. Beberapa di antara kesalahan itu adalah:
1. Memberikan sifat rububiyah atau uluhiyah pada nabi. Ini adalah suatu kesalahan
yang banyak dilakukan manusia. Mereka meminta pertolongan pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah wafat, menyebut Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallamcahaya di atas cahaya (sebagaimana kita dapat temui dalam
sholawat nariyah) dan sebagainya yang itu merupakan hak milik Allah ta’ala semata.
Nabi adalah manusia seperti kita. Mereka juga merupakan makhluk yang diciptakan
Allah ta’ala. Walaupun mereka diberi berbagai kelebihan dari manusia biasa lainnya,
namun mereka tidak berhak disembah ataupun diagungkan seperti pengagungan
pada Allah ta’ala. Mereka dapat dimintai pertolongan dan berkah ketika masih hidup
namun tidak ketika telah wafat.
2. Menyatakan sifat wajib bagi Nabi ada 4, yaitu shidiq, amanah, fatonah dan tabligh.
Jika maksud pensifatan ini untuk melebihkan Nabi di atas manusia lainnya, maka
sebaliknya ini merendahkan Nabi karena memungkinkan Nabi memiliki sifat lain
yang buruk. Yang benar adalah Nabi memiliki semua sifat yang mulia. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.”(QS. Al-Qolam 68:4) Mustahil bagi orang yang akan
memperbaiki akhlak manusia tapi memiliki akhlak-akhlak yang buruk dan yang lebih
penting lagi, pensifatan ini tidak ada dasarnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Mengatakan bahwa ada nabi perempuan.

Kekhususan Bagi Nabi


1. Mendapatkan wahyu.

2. Ma’shum (terbebas dari kesalahan).

3. Ada pilihan ketika akan meninggal.

4. Nabi dikubur ditempat mereka meninggal.


5. Jasadnya tidak dimakan bumi.

Kebutuhan manusia pada para Nabi dan Rasul-Nya adalah sangat primer. Syaikhul
Islam Ibn Taimiyah mengatakan, “Risalah kenabian adalah hal yang pasti dibutuhkan
oleh hamba. Dan hajatnya mereka pada risalah ini di atas hajat mereka atas segala
sesuatu. Risalah adalah ruhnya alam dunia ini, cahaya dan kehidupan. Lalu bagaimana
mau baik alam semesta ini jika tidak ada ruhnya, tidak ada kehidupannya dan tidak ada
cahayanya.”
Demikianlah saudariku. Kita mengetahui kebutuhan hamba akan risalah yang
disampaikan oleh Rasul-Nya sangatlah besar. Karena tidaklah seorang hamba dapat
melaksanakan ibadah yang dicintai dan diridhoi oleh Allah ta’ala kecuali dengan
pengajaran Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan dengan diutusnya para Rasul
ini, kita mengetahui bahwa Allah menyayangi dan memberi pertolongan pada
hambanya. Oleh karena itulah kita wajib bersyukur dengan nikmat yang besar
ini. Wallahu ‘alam.

IMAN KEPADA KITAB ALLAH

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh
hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul
yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Dalam Al
Qur’an disebutkan bahwa ada 4 kitab Allah. Taurat diturunkan kepada nabi Musa a.s,
Zabur kepada nabi Daud a.s, Injil kepada nabi Isa a.s, dan Al Qur’an kepada nabi
Muhammad SAW. Al Qur’an sebagai kitab suci terakhir memiliki keistimewaan yakni
senantiasa terjaga keasliannya dari perubahan atau pemalsuan sebagaimana firman
Allah berikut. Artinya : “ Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan
Sesungguhnya Kami yang memeliharanya.” (Al Hijr : 9) lihat al-Qur’an online di Goole,

A. Pengertian Kitab dan Suhuf

Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para rasul untuk
diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Suhuf yaitu wahyu
Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang
terpisah.
Ada persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf

Persamaan

Kitab dan suhuf sama-sama wahyu dari Allah.

Perbedaan

1. Isi kitab lebih lengkap daripada isi suhuf

2. Kitab dibukukan sedangkan suhuf tidak dibukukan.

Allah menyatakan bahwa orang mukmin harus meyakini adanya kitab-kitab suci
yang turun sebelum Al Qur’an seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini.

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya”. (QS An Nisa : 136) lihat al-Qur’an online di Goole,

Selain menurunkan kitab suci, Allah juga menurunkan suhuf yang berupa
lembaran-lembaran yang telah diturunkan kepada para nabi seperti Nabi Ibrahim a.s
dan nabi Musa a.s. Firman Allah SWT .

Artinya : “ (yaitu) suhuf-suhuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa”
(Al A’la : 19) lihat al-Qur’an online di Goole,

Kitab-kitab Allah berfungsi untuk menuntun manusia dalam meyakini Allah SWT
dan apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya sebagaimana digambarkan
dalam firman Allah SWT berikut.

Artinya : “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), kami beriman kepada Allah dan apa
yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail,
Ishak, Yakub, dan anak cucunya dan apa yang kami berikan kepada Musa dan
Isa seperti apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya patuh
kepada-Nya.” (QS Al Baqarah : 136) lihat al-Qur’an online di Goole

,
B. Prilaku yang mencerminkan Keimanan Kepada Kitab Allah

1. Meyakini bahwa Kitab Allah itu benar datang dari Allah.

2. Menjadikan kitab Allah sebagai Pedoman (hudan) khusus kitab yang


diturunkan

kepada kita

3. Memahami isi kandungannya.

4. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

Umat manusia, khususnya umat muslim harus meyakini bahwa Allah SWT telah
menurunkan kitab-kitab Nya kepada para nabi atau Rasul sebagai pedoman hidup bagi
umatnya masing-masing. Al Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir dan penyempurna
sebelumnya telah diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.

Upaya memahami isi kandungan Al Qur’an, ada beberapa tahapan yang perlu
kita jalani antara lain sebagai berikut.

1. Tahap pertama, kita harus mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai
agama yang mendapat ridha Allah SWT.

2. Tahap kedua, kita harus mengetahui tata krama membaca Al Qur’an.

3. Tahap ketiga, kita harus mengetahui bahwa di dalam Al Qur’an itu banyak sekali
surah atau ayat yang mengandung perumpamaan atau berupa perumpamaan.

4. Tahap keempat, kita harus mempergunakan akal ketika mempelajari dan


memahami Al Qur’an.

5. Tahap kelima, kita harus mengetahui bahwa didalam Al Qur’an banyak sekali
surah atau ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa langsung diartikan,
akan tetapi memiliki arti tersirat.

6. Tahap keenam, kita harus mengetahui bahwa Al Qur’an tidak diturunkan untuk
menyusahkan manusia dan harus mendahulukan surah atau ayat yang lebih
mudah dan tegas maksudnya untuk segera dilaksanakan.
7. Tahap ketujuh, kita harus mengetahui bahwa ayat-ayat didalam Al Qur’an terbagi
dua macam (QS Ali Imran : 7) yaitu pertama, ayat-ayat muhkamat yakni ayat-
ayat yang tegas, jelas maksudnya dan mudah dimengerti. Ayat-ayat muhkamat
adalah pokok-pokok isi Al Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia dan
dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Kedua, ayat-ayat yang
mutasyabihat adalah ayat-ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang
mengetahui makna dan maksudnya.

8. Tahap kedelapan, kita harus menjalankan isi kandungan Al Qur’an sesuai


dengan keadaan dan kesanggupannya masing-masing (QS 12 : 22, 4 : 36, 65 :
7, 2 : 215, 3 : 92, 2 : 269).

B. Hikmah Iman Kepada Kita Allah

Ada hikmah yang bisa direnungi mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada
umat manusia yang diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi


aman, tenteram, damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat
ridha Allah dalam menjalani kehidupan. (keterangan selanjutnya lihat QS Thaha :

Artinya: Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

1. Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang


disebabkan perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang
dimilkinya masing-masing, meskipun berbeda pendapat tetap diperbolehkan
(keterangan selanjutnya lihat QS Yunus : 19.

Artinya: Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.


Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu,
pastilah telah diberi keputusan di antara mereka], tentang apa yang mereka
perselisihkan itu. lihat al-Qur’an online di Goole,

1. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa
(keterangan selanjutnya lihat QS Ali Imran : 138,
Artinya: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. lihat al-Qur’an online di
Goole,

1. Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya (keterangan selanjutnya lihat


QS Al Maidah : 48,

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu, lihat al-Qur’an online di Goole,

1. Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu
mempunyai syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah
Allah (keterangan selanjutnya lihat Al Hajj : 67

Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam
urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu.
Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. lihat al-
Qur’an online di Goole,

6 Untuk menginformasikan bahwa Allah tidak menyukai agama tauhid Nya (islam)
dipecah belah (keterangan selanjutnya lihat QS Al Hijr : 90-91, Al Anbiya : 92-93,
Al Mukminun : 52-54, Ar Rum : 30-32, Al Maidah : 54, an An Nisa : 150-152
7. Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah,
larangan-larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga
kumpulan informasi tentang takdir serta sunatullah untuk seluruh manusia dan
pelajaran bagi orang yang bertakwa.

8. Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat


manusia sejak nabi Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan
pedoman hidup bagi manusia yang takwa kepada Allah untuk mencapai islam
selama ada langit dan bumi (keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali
Imran : 33 & 88-85, Shad : 87, dan At Takwir : 27)

Manusia ingin mencapai kehidupan yang selamat sejahtera, baik didunia maupun di
akhirat harus menggunakan pedoman hidup yang lurus dan benar yaitu Al Qur’an
(keterangan selanjutnya lihat QS Maryam : 58, Ali Imran : 33 & 84-85, dan At Takwir :
27).
Iman kepada Hari Akhir
A. Pengertian beriman kepada Hari Akhir
Beriman kepada Hari Akhir adalah percaya atau meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Hari Akhir itu pasti akan terjadi atas kehendak Allah SWT. Hari Akhir yaitu hari
berakhirnya (hancurnya) segala sesuatu yang ada di alam dunia ini. Tidak ada satupun
makhluk yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Hari Akhir itu, hanya Allah
SWT yang mengetahuinya. Iman kepada Hari Akhir merupakan rukun iman yang
kelima, barangsiapa yang tidak mempercayai kedatangannya maka ia kafir. Tentang
Hari Akhir yang pasti terjadi itu, Allah menegaskan dalam Al-Qur’an :

Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan
sungguh Allah akan membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj : 7)

Pada saat terjadinya Hari Akhir semua makhluk yang ada di bumi ini akan musnah,
matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, langit runtuh, gunung-gunung
dihancurkan, lautan dipanaskan (meluap), dan bumi memuntahkan segala isinya.
Perhatikan firman Allah berikut :

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat


itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita
yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al-Hajj : 1-2)

Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila


gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak
diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan
dijadikan meluap. (QS. At-Takwir : 1-6)

Hari Akhir juga sering disebut dengan nama-nama lain, diantaranya yaitu :
• Yaumul Qiyamat artinya hari kebangkitan
• Yaumul Jaza’ artinya hari pembalasan
• Yaumul Ba’ats artinya hari kebangkitan
• Yaumud Din artinya hari pertanggung jawaban agama • Yaumul Hisab artinya hari
perhitungan amal
• Yaumul Mizan artinya hari penimbangan amal
• Yaumul Khulud artinya hari keabadian (kekal)
• Yaumul Hasyr artinya hari dikumpulkan
• Yaumut Taghobun artinya hari penyesalan

B. Hal-hal yang berkaitan dengan Hari Akhir


1. Alam Barzakh, yaitu batas antara alam fana (dunia) dengan alam baqa’ (akhirat).
Alam barzakh disebut juga alam kubur. Di alam barzakh manusia akan mengalami dan
merasakan kehidupan sesuai dengan amal baik/ buruk selama di dunia. Apabila baik
amalnya ia akan merasakan nikmat kubur, sebaliknya apabila buruk amalnya ia akan
merasakan siksa kubur. Kehidupan di alam barzakh berlangsung sampai datangnya
hari kebangkitan (Yaumul Ba’ats)
2. Yaumul Ba’ats, yaitu hari dibangkitkannya seluruh umat manusia sejak zaman Nabi
Adam as hingga manusia terakhir dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi setelah Malaikat
Isrofil meniup sengkakala yang kedua
3. Yaumul Makhsyar, hari berkumpulnya seluruh umat manusia sejak manusia pertama
hingga manusia paling akhir setelah mereka dibangkitkan dari alam kubur. Pada hari
tersebut matahari didekatkan sehingga panasnya akan terasa menyiksa bagi manusia
yang tidak beriman dan buruk amalnya. Sedangkan orang beriman yang baik amalnya
akan mendapatkan naungan/ perlindungan dari Allah SWT
4. Yaumul Mizan, yaitu hari penimbangan amal baik dan buruk yang dilakukan oleh
manusia selama hidup di dunia. Apabila timbangan amal baiknya lebih berat daripada
amal buruknya, ia akan memperoleh balasan berupa kesenangan hidup di surga.
Sebaliknya apabila timbangan amal buruknya lebih berat dari amal baiknya, maka ia
akan merasakan kesengsaraan hidup di neraka (Hawiyah)
5. Yaumul Hisab, yaitu hari penghitungan amal baik dan buruk yang dilakukan manusia
selama hidup di dunia. Semua manusia akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa
yang telah dikerjakannya.

C. Kiamat Sughro dan Kubro


1. Kiamat Sughro (kiamat kecil), yaitu proses berpisahnya antara raga dan nyawa atau
berakhirnya kehidupan setiap makhluk. Semua makhluk hidup pasti akan mengalami
kematian (ajal) karena tidak yang kekal dan abadi selain Allah
2. Kiamat Kubro (kiamat besar), yaitu peristiwa berakhirnya kehidupan seluruh makhluk
di alam dunia ini secara serempak. Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari
yang mengerikan itu, kecuali Allah SWT. Para Malaikat dan Rasul tidak diberitahu
secara pasti waktu terjadinya hari kiamat tersebut. Para Rasul hanya diberitahu oleh
Allah beberapa tanda datangnya hari kiamat. Tanda-tanda datangnya hari kiamat itu
antara lain :

Tanda-tanda kiamat besar :


1. Keluarnya Dajjal
2. Turunnya Nabi Isa as
3. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj
4. Keluarnya Binatang (yang bisa berbicara) dari perut bumi
5. Terbitnya matahari dari arah barat
6. Munculnya Dukhan (kabut asap)
7. Gerhana dan gempa di timur
8. Gerhana dan gempa di barat
9. Gerhana dan gempa di Jazirah Arab
10. Keluarnya api dari tanah Yaman

Tanda-tanda kiamat kecil :

1. Wafatnya Rasulullah SAW


2. Disia-siakannya amanat
3. Orang yang hina menduduki jabatan terhormat
4. Penaklukan Baitul Maqdis oleh Muslimin
5. Sungai Efrat berubah menjadi emas
6. Banyak pemimpin yang fasiq dan jahat
7. Banyak para pembela kedzaliman
8. Fitnah merajalela dan banyak terjadi pembunuhan
9. Perang antara Yahudi dan umat Islam
10. Banyak terjadi gempa bumi
11. Banyak terjadi kematian mendadak
12. Banyak orang shaleh yang meninggal
13. Munculnya banyak kekejian, putusnya kekerabatan, dan hubungan dengan
tetangga yang tidak baik
14. Negara Arab menjadi subur dipenuhi rumput dan sungai
15. Bulan sabit kelihatan menjadi besar
16. Banyak pasar yang saling berdekatan
17. Dicabutnya ilmu dan dominannya kebodohan
18. Orang mengucapkan salam hanya kepada yang kenal saja
19. Terjadinya jual beli hukum
20. Tersebarnya alat musik dan khamer
21. Saling berlomba dalam meninggikan bangunan
22. Berwewah-mewahan dalam menghiasi masjid-masjid
23. Peredaran alam dan tata surya mulai tidak teratur
24. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki
25. Banyak wanita berpakaian menyerupai laki-laki dan sebaliknya
26. Banyak wanita berpakaian tetapi hakikatnya telanjang
27. Umat terakhir melaknat umat terdahulu
28. Merebaknya perzinaan dan kemaksiatan
29. Merebaknya riba dan harta haram
30. Banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya
31. Banyak terjadi dusta dan sumpah palsu
32. Perkataan dusta dianggap hal biasa
33. Dan masih banyak lagi.
D. Balasan amal baik dan buruk
Semua amal perbuatan manusia selama di dunia akan mendapatkan balasan dari Allah
sekecil apapun amal itu. Orang yang berbuat baik sesuai dengan perintah Allah dan
Rasul-Nya akan mendapat balasan baik berupa surga dengan segala kenikmatannya
dan kekal di dalamnya. Sebaliknya orang yang selama hidupnya banyak melakukan
keburukan, inkar (kufur) terhadap Allah, atau berbuat kesyirikan mereka akan
mendapatkan balasan siksa neraka. Mereka akan diberi makan buah zaqqum (buah
yang paling buruk, rasanya pahit, busuk, dan berduri). Minumannya air panas mendidih
yang berasal dari nanah. Makanan dan minuman di neraka tidak pernah
mengenyangkan dan tidak pernah menghilangkan dahaga.

E. Hikmah beriman kepada Hari Akhir


Dengan beriman kepada Hari Akhir kita akan mendapatkan banyak sekali hikmah dan
manfaat, antara lain :
1. Bertambah iman dan taqwa kita kepada Allah SWT
2. Kita menyadari bahwa kehidupan dunia itu sementara dan semua akan binasa
3. Kita menyadari bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia, sehingga ada
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
4. Kita menyadari bahwa hidup di dunia seperti musafir atau pengembara menuju ke
suatu tempat. Tidak menjadikan dunia sebagai tujuan, sehingga tidak terpedaya
olehnya
5. Dunia itu fana, sedangkan akhirat itu kekal. Untuk itu perbanyaklah mencari bekal
dengan ibadah dan amal shaleh untuk kehidupan akhirat
6. Selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, sebab semuanya akan mendapatkan
balasan yang sesuai dengan amal perbuatan kita
7. Berusaha meningkatkan amal ibadah menjadi semakin bertambah baik
8. Selalu mawas diri dalam setiap tindakan dan tidak sembrono
9. Dan sebagainya.
IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu:
hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam,
yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-
Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar
menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar
perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan
berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS
.Al-Furqan ayat 2).

Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini
Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali
Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan
pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat
terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari
qadha.

2. Hubungan antara Qadha dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan
qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak
zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara
qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.

Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat
Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”

Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu
Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah
takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

3.Kewajiban beriman kepada dan qadar

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang
berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan
Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman
kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman
pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”.
(H.R. Muslim)

Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama
kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril
itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar.
Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus
yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.

Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam
sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku
dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka
hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)

Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai
dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita
beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir
yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima
dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang
terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.

4.Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan
qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya
”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah
mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu
tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau
bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).

Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak
sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa
manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan
berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri
tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah.
Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”

Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini
dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya,
” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang
setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas
nama Allah”.

Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi
Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu
datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung
menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa
kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal
kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.

Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu,
namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan
terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar
dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita
kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang
terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat,
bahwa takdir itu ada dua macam :

1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh
seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia
belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur
pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)

2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan
mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan
sebagainya.

B.Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah
tersebut antara lain:

1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia
akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri.
Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian

Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan,
ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun
merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus
asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)

Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji
sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi
harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa
optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

Firaman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

4.Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami


ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang
ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah
kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
HUSNUDZAN
A. Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi CobaanNya

1. Pengertian Husnudzan

Husnudan artinya adalah berbaik sangka, berperasangka baik atau dikenal juga dengan
istilah positiv thinking. Lawan katanya adalah su’udzan yang memiliki pengertian buruk
sangka, berperasangka buruk atau dikenal juga dengan istilah negativ thinking.
Perbuatan husnudzan merupakan akhlak terpuji, sebab mendatangkan manfaat.
Sedangkan perbuatan su’udzan merupakan akhlak tercela sebab akan mendatangkan
kerugian. Kedua sifat tersebut merupakan perbuatan yang lahir dari bisikan jiwa yang
dapat diwujudkan lewat perbuatan maupun lisan.

2. Dasar Hukum Husnudzan

Berperasangka baik atau husnudzan hukumnya adalah mubah (boleh). Sedangkan


berperasangka buruk atau su’udzan Allah dan rasul-Nya telah melarangnya, seperti
dijelaskan dalam QS. Al-hujurat, 49 : 12 yang berbunyi :

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagaian yang lain”.
(QS. Al-Hujurat, 49 : 12)

Rasulullah SAW bersabda :


Artinya :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka buruk itu
sedusta-dusta pembicaraan (yakni jauhkan dirimu dari menuduh seseorang
berdasarkan sangkaan saja)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Hikmah Berbuat Husnudzan

a. Senantiasa mensyukuri segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT


b. Bersikap Khaof (takut) dan Raja’ (berharap) kepada Allah
c. Optimis dan tidak berkeluh kesah serta berputus asa
d. Akal fikiran menjadi jernih dan terjauhkan dari akal fikiran kotor
e. Dicintai dan disayangi Allah SWT, Rasul dan orang lain
f. Terjauh dari permusuhan dan lebih dapat mempererat silaturahmi
g. Terjauhkan dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain

4. Perbuatan-Perbuatan Husnudzan
a. Husnudzan kepada Allah SWT

Huznuzhan kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah
SWT, karena Allah SWT terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan
kepadanya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka
buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban
kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Rasulullah SAW
bersabda :

Artinya : Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman
: “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat
kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu.
Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok
mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya
sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa.
Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-
lari kecil“. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Perbuatan-perbuatan husnudzan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh seseorang


sebagai hamba-Nya adalah sebagai berikut :

1) Bersabar

Sabar dalam ajaran Islam memiliki pengertian yaitu tahan uji dalam menghadapi suka
dan duka hidup, dengan perasaan ridha dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah.
Sikap sabar diperintahkan Allah SWT dalam QS Al Baqarah ; 153 yang berbunyi :

Artinya: “Hai orang-orana yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan (mengerjakan) shalat.” (QS Al Baqarah ; 153)

Ujian dan cobaan pasti kan melintas dalam kehidupan setiap manusia. Ujian dan
cobaan tersebut bentuknya beragam, hal itu bisa berupa kemudahan dan kesulitan,
kesenangan dan kesedihan, sehat dan sakit, serta suka dan duka. Adakalanya hal itu
dialami diri sendiri, keluarga, sahabat dan sebagainya. Ketika semuanya melintas maka
yang harus dilakuakan adalah apabila itu merupakan kebahagiaan maka sukurilah dan
apabila hal tersebut merupakan kesedihan maka bersabarlah. Karena pada hakekatnya
Apa yang dialami manusia itu semua datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup
yang justru akan menambah keimanan kita apabila kita ikhlas menerimanya. Allah SWT
berfirman :
Artinya: “155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS Al Baqarah
: 155-156)

Apapun yang kita alami terhadap cobaan yang diberikan Allah, kita harus berbaik
sangka dan kita harus tabah serta tawakal menghadapinya. Karena semakin sayang
Allah kepada seorang hambanya maka Allah akan menguji orang tersebut dengan
cobaan yang lebih besar, sehingga kadar keimanannya bertambah pula. Bila ia dapat
bersabar menerima cobaan yang Allah berikan maka Allah akan memberikan ganjaran
yang sangat mulia yaitu mendapatkan surganya Allah SWT seperti yang diuraikan
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhari:

Artinya :Dari Anas bin Malik, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya Allah berfirman : “Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua
kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya dengan sorga”. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).

Oleh sebab itu, apabila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka tidak sepantasnya
menyalahkan Allah SWT atau su’udzan kepada Allah SWT dengan menggap Allah
penyebab kagagalannya, Allah tidak mendengar doanya, Allah itu kikir, Allah tidak adil
dan lain sebagainya. Sebaliknya dan sebaiknya adalah harus berinstrospeksi diri,
barangkali kegagalan tersebut disebabkan usahanya belum sungguh-sunggu
dilaksanakan secara maksimal. Kegagalan tersebut harus dijadikan pelajaran, agar
pada masa yang akan datang tidak terulang lagi dan tetap selalu bersikap sabar
terhadap segala ujian dan cobaan yang menimpa. Berikut beberapa cara agar kita bisa
selalu bersikap sabar yaitu :
a. Senantiasa Berdzikir menyebut nama Allah SWT

Zikir bisa melalui pengucapan lisan dengan memperbanyak menyebut asma Allah.
Tetapi, zikir juga bisa dilakukan dengan tindakan merenung dan memperhatikan
kejadian di sekeliling kita dengan tujuan menarik hikmah. Sehingga akhirnya sadar
bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah juga. Orang yang sabar selalu
mengingat Allah dan menyebut asama Allah apabila menghadapi kesulitan dan
musibah, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bila seseorang berzikir dan
membaca Al Qur’an hingga ia lupa untuk meminta sesuatu kepada Allah maka Allah
akan memberikan nikmat kepadanya melebihi apa yang sebelumnya ia inginkan

Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda: Tuhan
Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfinnan : “Barang siapa yang sibuk membaca Al
Qur’an dan dzikir kepada Ku dengan tidak memohon kepada Ku, maka ia Aku beri
sesuatu yang lebih utama dari pada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta”.
Kelebihan firman Allah atas seluruh perkataan seperti kelebihan Allah atas seluruh
makhlukNya“. (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

Disebutkan pula dalam Firman Allah QS Ar Ra’du ayat 28 sebagai berikut:

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS Ar Ra’du : 2)

Dalam ayat lain Allah menybutkan:


Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya (QS Al Ahzab : 41)

b. Mengendalikan Emosi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih mengendalikan nafsu atau
emosi agar bisa bersikap sabar yaitu:

1. Melatih serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca ayat-ayat
suci Al Qur’an, shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Seseorang tidak akan terus
melampiaskan berang atau kemarahannya apabila ayat suci Al Qur’an dibaca.
Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila ayat suci Al Qur’an bisa digunakan
untuk melerai orang yang bertikai. Demikian pula Rasulullah SAW memberikan
resep bagaimana caranya meredam amarah. “Berwudu’lah!” Demikian anjuran
Rasulullah SAW.

2. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang dilarang agama. Orang yang mampu


menghindarkan diri dari kebiasaan yang dilarang agama, akan membuat
hidupnya terbiasa dengan hal-hal yang baik dan tidak mudah melakukan
perbuatan-perbuatan keji. Orang yang tidak sabar, pada umumnya adalah orang
yang tidak perduli, bersikap kasar, berbuat keji misalnya berjudi, minum-
minuman keras, berkelahi, mengeluarkan kata-kata kotor, menyebarkan fitnah
dan masih banyak lagi.

3. Memilih lingkungan pergaulan yang baik. Agar bisa menjadi manusia yang
memiliki sifat sabar, maka bisa diperoleh dengan memasuki lingkungan
pergaulan yang baik, yang cinta akan kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
2) Bersyukur

a) Pengertaian Syukur

Syukur menurut pengertian bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab, yang berarti
terimakasih. Syukur secara istilah yaitu berterimakasih kepada Allah SWT dan
pengakuan secara tulus hati atas nikmat dan karunua-Nya, malalui ucapan, sikap dan
perbuatan.

b) Cara-cara bersyukur

Dengan hati.¬

Yaitu dengan cara menyadari dan mengakui dengan tulus hati bahwa segala nikmat
dan karunia adalah merupakan pemberian dari Allah SWT dan tak ada selain Allah
SWT yang dapat memberikan nikmat dan karunia tersebut.

Dengan lisan.¬

Yaitu dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, mengucapkan lafal-lafal dzikir lainnya,


membaca al-quran, membaca buku ilmu pengetahuan dan amal ma’ruf nahi munkar
dan senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Dengan perbuatan.¬

Yaitu dengan cara melaksanakan segala ibadah yang diperintahkan Allah SWT kepada
kita dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah. Syukur dengan perbuatan
seperti sholat, belajar, membantu orang tua, berbuat baik terhadap sesama manusia
dan makhluk-makhluk Allah, dan menghormati guru.

Dengan harta benda.¬

Yaitu dengan cara menafkahkan dan membelanjakan harta benda yang telah Allah
rizkikan kepada kita untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan
akhirat.

c) Hal-hal yang harus disyukuri

Nikmat jasmani¬

Kita harus mensyukuri karena Allah SWT telah menciptakan kita dalam bentuk yang
paling sempurna, anatomi tubuh yang sempurna seperti bentuk hidung yang memiliki
libang di bawah, telinga yang elastis, bulu alis yang diletakkan di atas mata, tangan
yang memiliki jari-jari, kuku yang bisa mamanjang dan tidak terasa sakit ketika
dipotong, panca indra yang menjadikan segalanya menjadi terasa.

Nikmat rohani¬
Karunia dan anugrah Allah SWT atas nikmat rohani yang patut disukuri adalah Allah
telah mehirkan kita, diberikannya jasad kita ruh, kalbu/hati, nafsu dan akal sehingga kita
bisa hidup, berfikir, merasakan senang, bahagia, sedih, marah dan perasaan perasaan
yang melengkapi segala kehidupan kita.

Nikmat dunia dan seisinya¬

Apabila kita harus menghitung satu persatu nikmat Allah niscaya tidakalah akan
terhitung jumlanya. (QS. Al-Baqarah, 2 : 152 dan QS. Ibrahim, 14 : 34). Nikmat Allah
tersebar di darat, laut, udara. Segala yang Allah ciptakan, air, bebatuan, hamparan
tanah, gunung, hutan, api, salju, hembusan angin, sinar matahari, hujan, tumbuh-
tumbuhan, hewan, dingin, panas dan seluruh isi semesta merupakan nikmat dari Allah
SWT yang harus kita syukuri.

b. Husnudzan kepada diri kita senidiri

1. Percaya diri

Segala kemampuan yang kita miliki merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri.
Oleh karena itu, kemampuan yang kita miliki harus kita manfaatkan sebaik mungkin.
Kemampuan yang kita miliki akan menjadi tidak berarti apabila kita tidak percaya diri
terhadap kemampuan yang kita miliki.
Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga
di berani untuk menggunakan dan memanfaatkan kemampuannya dan mendapatkan
hasil atas kemampuan yang ia usahakannya.
2. Gigih

Pengertian gigih secara bahasa yaitu bersikap kerja keras. Gigis secara istilah berarti
mempunyai semangat hidup, tidak mengenal lelah, dan tidak menyerah. Gigih juga bisa
diartikan kemauan kuat seseorang dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita.

Gigih sebagai salah satu dari akhlakul karimah sangat diperlukan dalam suatu usaha.
Jika ingin mencapai suatu hasil yang maksimal, suatu usaha harus dilakukan dengan
gigih, dan penuh kesungguhan hati. Setiap muslim wajib memilki sifat dan sikap gigih.
Gigih dalam beribadah, gigih alam belajar untuk mencapai cita-cita dan gigih dalam
mencari rezeki untuk mencukupi kebutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam QS
Alam Nasrah : 7 yang berbunyi:

Artinya: “ Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS Alam Nasrah : 7)
Ayat Al-Quran yang menyatakan tentang anjuran bersifat gigih juga dijelaskan dalam
QS. Al-Jumu’ah : 10. Dan diperintahkan pula dalam sabda Rasulullah SAW:

َ ‫ل َو‬
‫ل‬ ِ ‫ن ِبببا‬
ْ ‫س بَتِع‬
ْ ‫ك َوا‬
َ ‫علببى َمببا َيْنَفُع ب‬
َ ‫ص‬
ْ ‫خ بِر‬
ْ ‫خْي بٌر ِا‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ف َو ِفببى ُك ب‬
ِ ‫ض بِعْي‬
ّ ‫ن ال‬
ِ ‫ن اْلُم بْؤِم‬
َ ‫ل ب ِم ب‬
ِ ‫ب ِالببى ا‬
ّ ‫حب‬
َ ‫خْي بٌر َو َا‬
َ ‫ي‬
ُ ‫َاْلُم بْؤِمنُ اْلَق بِو‬
‫رواه مسلم‬.....‫جْر‬
ِ ‫َتْع‬

Artinya: “Mukmin yang kuat lebih bagus dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah, namun pada masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu
mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi kamu, mohonlah pertolongan kepada Allah
dan janganlah kamu merasa tak berdaya …” (HR Muslim)
Selain sabda nabi yang tersebut di atas, dalam sabda Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Sakir dinyatakan pula bahwa :

Artinya : “Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup


selamanya, dan bekerjalah untuk kepentingan akheratmu seolah-olah kamu akan mati
besok.” (HR. Ibnu Sakir)

Orang yang gigih tidak akan berpangku tangan dan tidak suka bermalas-malasan
sehingga ia akan merasa keberkahan hidup. Apabila setiap orang Islam memiliki sifat
gigih, niscaya hidayah dan karunia Allah akan menaungi kita. Gigihlah dalam berusaha,
Allah dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kita, sehingga tidak akan
ada usaha kita yang sia-sia dan selalu ada perubahan pada diri kita ke arah yang lebih
baik sebagai mana sabda nabi Muhammad SAW :

Artinya : “Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dia adalah
orang yang beruntung. Barang siapa yang keadaan hari ini seperti kemarin dia adalah
orang yang rugi, dan barang siapa yang yang keadaan hari ini lebih buruk dari hari
kemarin dia terkutuk.” (HR. Hakim)

Beberapa sikap yang dimiliki seseorang yang gigih antara lain adalah :

a. Gigih dalam berusaha dan menjalaninya dengan sabar dan ihlas


b. Memiliki program perencanaan yang baik dan membagi waktu yang tepat
c. Memiliki rasa tanggung jawab, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa
d. Selalu memohon pertolongan dan perlindungan Allah SWT
e. Selalu ada keinginan ke arah perubahan yang lebih baik,
3. Berinisiatif

Inisiatif secara bahasa berasal dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa, perintis jalan
sebagai pelopor atau langkah pertama atau teladan. Inisiatif bisa difahami sebagai
sikap yang senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut
sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut
inisiator. Sabda Rasulullah SAW :

Artinya : “ Barang siapa merintis jalan kebaikan (meletakkan dasar), maka ia


memperoleh pahala secara langsung dari perbuatannya. Disamping juga dari pihak
orang yang mengikiti jejaknya. Demikian pula barang siapa merintis jalan maksiat maka
ia tertimpa siksa ganda (kejahatan dari diri sendiri dan orang yang menirunya).” (Al-
Hadits)

Dalam Firman Allah SWT QS An Najm : 38-41 juga disebutkan :

Artinya : “39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya, 40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). 41. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang
paling sempurna.” (QS An Najm : 38-41)

Kemudian dijelaskan pula dalam firman Allah SWT QS. Alam Nasrah ayat 1-8 berikut ini
:

Artinya : “1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. yang memberatkan punggungmu? 4. Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, 5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, 6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain, 8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. “ (QS Alam Nasrah : 1-8)

Renungkanlah ayat diatas. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat yang
produktif. Artinya fokuskan pada satu pekerjaan, jika telah selesai kerjakan yang lain.
Tentu tidak hanya kerja keras saja melainkan dengan ketekunan, ketelitian,
penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, senantiasa mengefisienskan waktu
dalam menyelesaikan pekerjaan atau permasalahan. Cara dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut diatas disebut produktivitas kerja. Senantiasa menghasilkan etos
kerjanya untuk menghasilkan yang lebih baik.

Contoh perilaku yang mencerminkan perbuatan inisiatif

1. Titeu Sunrani adalah siswa yang belajar disebuah sekolah SMA formal dan
sekaligus juga belajar di pondok pesantren. Ia harus selalu bisa mengikuti mata
pelajaran SMA dan pondok pesantren, sehingga dia harus bisa membagi dan
memanfaatkan waktunya untuk belajar materi mata pelajaran SMA dan belajar
materi mata pelajaran pondok pesantren. Kunci utama inisiatif Titeu Sunrani
adalah pengaturan waktu. Ia bisa membagi waktu kapan harus belajar mata
pelajaran SMA dan belajar mata pelajaran pondok pesantren. Akhirnya ia dapat
lulus dengan baik dan mendapatkan apa yang dicita-citakannya.

2. Contoh lain: Pak Dimas adalah seorang kepala sekolah di sebuah SMA.
Walaupun beliau sibuk mengajar namun bisa membagi waktunya untuk
kepentingan sekolahnya. Selain itu ia bertempat tinggal cukup jauh dari sekolah.
Jarak tempuh dari rumah ke sekolah bisa mencapai satu jam setengan dan itu ia
jalani setiap hari, akan tetapi dia selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat
dan selalu menjadi orang yang pertama datang di sekolah. Hal itu karena ia bisa
memperhitungkan waktu, mendata dan menentukan skala proiritas hal yang
harus didahulukan kemudian dikerjakan dengan tekun, teliti, kerja keras, kerja
cerdas dan kerja ihlas. Sehingga seberat dan sebanyak apapun beban pekerjaan
yang dialami Pak Dimas ia dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kesimpulan dari contoh diatas adalah kerja keras itu bukan hanya gigih dan semangat
tinggi. Berinisiatif adalah usaha yang menghasilkan dengan pengaturan waktu yang
baik dan terencana.

4. Rela berkorban

a. Pengertian Rela Berkorban

Rela berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan atau dengan
kemaun sendiri. Berkorban berarti memiliki sesuatu yang dimiliki sekalipun
menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Rela berkorban dalam kehidupan
masyarakat berati bersedia dengan ikhlas memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau
pemikiran) untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Walaupun dengan berkorban
akan menimbulkan cobaan penderitaan bagi dirinya sendiri.

b. Bentuk Perilaku Rela Berkorban

1. Rela berkorban dalam lingkungan keluarga ;

• Biaya untuk sekolah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya

• Keihlasan orang tua dalam memelihara, mengasuh, dan mendidik anak-anaknya


2. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan sekolah :

• Pemberian dari siswa berupa sumbangan pohon, tanaman dan bunga untuk
halaman sekolah

• Para siswa dan guru mengumpulkan sumbangan pakaian layak pakai untuk
meringankan beban warga yang tertimpa bencana.

3. Rela berkorban dalam lingkungan kehidupan masyarakat :

• Warga masyarakat bergotong royong meperbaiki jembatan yang rusak karena


longsor

• Warga masyarakat yang mampu menjadi guru sukarelawan bagi anak-anak yang
terlantar putus sekolah dan tidak mampu

4. Rela berkorban dalan lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara :

• Para warga negara atau masyarakat membayar pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan

• Warga masyarakat merelakan sebagian tanahnya untuk pembangunan irigasi


dengan memperoleh penggantian yang layak

c. Cara Menumbuhkan Sifat Rela Bekorban

1. Selalu peduli dan memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara selain
dari kepentingan pribadi.

2. Suka memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama

3. Gemar memberikan pertolongan kepada sesama

4. Penyantun dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.

5. Menjauhi sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.


c. Husnudzan kepada orang lain

1. Terhadap Keluarga

2. Terhadap Tetangga

3. Terhadap Masyarakat
Taubat
Di antara konsekuensi orang yg percaya dan bertauhid kepada Allah Ta’ala adl
senantiasa melakukan muhasabah atas berbagai kelalaiannya dalam memenuhi hak-
hak Allah. Ia hendaknya selalu mengingat yaumal hisab terus memperbanyak bekal
sehingga tidak termasuk orang yg menyesal dan merugi pada hari yg penyesalan tiada
berguna lagi.

Muhasabah ini hendaknya didasar-kan pada Kitabullah dan SunnahRasulullah krn


keduanya itulah hakim yg adil dan timbangan yg jujur. Barang siapa meninggalkan
keduanya maka akan tersesat sebaliknya bagi yg berpegang teguh dengannya berarti
ia telah mendapat petunjuk Allah. Muhasabah yg benar adl mu-hasabah yg diikuti dgn
berserah diri dan bertaubat kepada Allah semata.

Taubat adl permulaan amal shaleh. Setiap kali seseorang mendekat-kan diri kepada
Allah hendaknya selalu disertai taubat kepadaNya. Sebab seorang mukmin adl orang
yg senantiasa merasa lalai meskipun ia sesungguhnya telah mencapai derajat ahli
ibadah. Allah menjadikan taubat sebagai sebab kemenangan. “Dan bertaubatlah kalian
kepada Allah hai orang-orang yg beriman supaya kamu beruntung.” Barangkali rahasia
ditujukannya seruan taubat -dalam ayat di atas- kepada orang-orang beriman adl
utk memberikan pemahaman bahwa taubat itu tak saja krn dosa yg dilakukan tetapi
juga krn perasaan lalai dan lengah dalam memenuhi hak-hak Allah. Semakin dekat
seorang hamba kepada Tuhannya ia akan semakin mengetahui kelengahan dan
kelalaian dirinya.

Disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sedang beliau adl hamba
yg paling dekat kepada Allah- “Wahai manusia bertaubatlah kalian kepada Allah dan
mohon ampunlah kepadaNya sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak
seratus kali.”

Padahal Allah Ta’ala melindungi beliau dari segala dosa dan menjaganya dari kelalaian
tetapi pengetahuan beliau akan hak-hak Allah menjadikan beliau merasa masih saja
lalai dalam memenuhi hak-hak Allah. Disinilah di antara rahasia firman Allah
“Sesungguhnya yg takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.”

Karena itu dalam banyak ayat Allah Ta’ala memerintahkan kita supaya cepat bertaubat
demikian pula anjuran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam banyak haditsnya
sehingga kita tergolong orang yg berlomba-lomba dalam mendapatkan kebaikan dan
tidak termasuk orang-orang yg lengah. “Hai orang-orang yg beriman bertaubatlah
kepada Allah dgn taubat yg semurni-murninya mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasuk-kan kamu ke dalam surga yg
mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang yg beriman yg bersama dgn dia sesungguhnya
cahaya mereka memancar di hadapan dan sebelah
kananmereka sambil mereka mengatakan “Ya Tuhan kami sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”

“Dan barangsiapa tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yg zhalim.” Orang
yg tidak bertaubat kepada Rabbnya adl orang yg menganiaya diri sendiri krn ia tidak
mengetahui Rabbnya tidak memahami hak-hakNya padahal betapa besar hak-hak
Allah atas dirinya. Taubat dianjurkan dalam tiap saat. Rasul Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam telah bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tanganNya
pada malam hari agar pendosa di siang hari bertaubat dan membentangkannya pada
siang hari agar pendosa pada malam hari bertaubat hingga matahari terbit dari arah
barat.” . Dalam hadits lain disebutkan “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat
hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.”

Jika taubat krn merasa lengah dan lalai -dalam hak Allah- adl wajib atas manusia maka
taubat krn dosa tentu hukumnya lbh wajib. Jika yg pertama mengakibatkan derajat
kemuli-aannya berkurang maka yg kedua mengakibatkannya berada pada derajat yg
terendah. Sungguh amat jauh perbedaan antara orang yg meminta tambahan ni’mat
dgn orang yg ingin bebas dari neraka Jahim.

Taubat kepada Allah Ta’ala tidak membutuhkan perantara sehingga ia dikabulkan juga
tidak memerlukan pengakuan dosa di hadapan salah seorang manusia. Tiada lain yg
mesti dilakukan oleh orang yg bertaubat kecuali ia harus memohon ampun langsung
kepada Allah. Dan sungguh Allah lbh gembira dgn taubat hambaNya melebihi
kegembiraan seorang ibu yg menemukan kembali anaknya yg hilang setelah putus asa
mencarinya. “Sungguh Allah lbh gembira dgn taubat hambaNya daripada seorang
darikamu yg menemukan kembali ontanya sedang ia telah kehilangan daripadanya di
gurun tandus.”

“Demi Dzat yg jiwaku ada di tanganNya seandainya kalian tidak melakukan dosa
niscaya Allah akan melenyapkan kalian dan tentu akan mendatangkan suatu kaum yg
melakukan dosa kemudian merekamemohon ampun kepada Allah sehingga Allah
mengampuni mereka.”

Sungguh salah besar orang yg mengira bahwa taubat harus dgn pengakuan di hadapan
seorang syaikh sehingga bisa diterima. Pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja
yg menginginkan taubat selama ruhnya masih belum sampai ke tenggorokan
atau matahari terbit dari arah barat. Allah berfirman “Sesungguhnya taubat di sisi Allah
hanyalah taubat bagi orang-orang yg mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yg
kemudian mereka bertaubat dgn segera maka mereka itulah yg diterima Allah
taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu
diterima Allah dari orang-orang yg mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal
kepada seseorang di antara merekaia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang.” Dan tidak orang-orang yg mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-
orang itu telah Kami sediakan siksa yg pedih.”

“Tidaklah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-


hambaNya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi
Penyayang.” Sebagian orang berlebih-lebihan dalam melakukan ziarah ke
kubur Nabi. Mereka memohon agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta-
kan ampun utk mereka seperti ketika beliau masih hidup. Mereka mendasar-kan
perbuatan tersebut kepada ayat “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohon-
kan ampun utk mereka tentulah mereka mendapatai Allah Maha Pene-rima taubat lagi
Maha Penyayang.”

Sungguh jauh berbeda antara orang yg datang kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam ketika beliau masih hidup dgn orang yg datang setelah beliau wafat dan
berada di kuburnya. Benar dan tidak diragukan lagi bahwa Rasul Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam hidup dalam kuburnya tetapi kehidupan itu tidak seperti kehidupan beliau di
dunia. Tidak ada yg mengetahui hakekat kehidupan itu selaih Allah Ta’ala. Allah
berfirman kepada NabiNya “Sesungguhnya engkau akan mati dan mereka akan mati“.
Bahkan hingga orang yg datang kepada Nabi -saat beliau masih hidup- agar dimintakan
ampun kepada Allah tetapi memang tidak berhak mendapat ampunan Allah nisaya
Allah tidak akan mengampuni dirinya. Allah berfiman kepada RasulNya “Kamu
memohonkan ampun bagi merekaatau tidak kamu memohonkan ampun bagi mereka .
Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali namun Allah
sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka.”

Permohonan ampun dan do’a orang hidup utk orang hidup lainnya adl dibolehkan dan
dianjurkan. Bahkan Allah memerintahkan agar orang-orang beriman mendo’akan
orang-orang yg lbh dahulu beriman. Allah berfiman “Dan orang-orang yg datang
sesudah mereka mereka berdo’a “Ya Tuhan kami beri ampunlah kami dan para
saudara kami yg telah beriman lbh dahulu dari kami.” . Dalam tafsir ayat
“Sesungguhnya jikalaumereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu lalu
memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampun
utk merekatentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.”

Salah seorang ulama berkata Allah Maha Penerima Taubat dalam tiap saat bagi siapa
saja yg bertaubat. Allah Maha Penyayang dalam tiap saat bagi siapa yg mau kembali ..
Orang-orang yg mendapatkan turunnya ayat inimereka mempunyai kesempatan utk
dimohonkan ampun oleh Rasulullah tetapi masa itu kini telah lama berakhir tinggallah
pintu Allah yg senantiasa terbuka dan tak pernah dikunci. Sedang janji Allah tetap tegak
dan tiada pernah batal. Karena itu barangsiapa yg ingin maka hendaknya segera
bertaubat.

Semakin rahasia taubat dilakukan semakin lbh berpeluang utk dikabulkan dan semakin
jauh pula dari sifat riya’ yg sering menyelimuti amal manusia. Dalam hadits shahih
tentang tujuh orang yg diberi perlindungan pada hari kiamat di antaranya disebutkan “ ..
dan orang yg selalu meng-ingat Allah di kesepian sehingga air matanya mengalir.”
Dalam Al Qur’an disebutkan beberapa sifat orang bertaqwa yg kelak pada hari kiamat
akan tinggal di surga di antaranya “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun ” . Sebab pada waktu-waktu akhir malam adl waktu munajat dan khalwat antara
hamba dgn Rabbnya. Waktu yg tiap kali Allah turun ke langit bumi seraya berfirman
“Adakah orang yg bertaubat sehingga Aku menerima taubatnya? adakah orang yg
memohon ampun sehingga Aku mengampuninya? adakah orang yg meminta sehingga
Aku memberinya? hingga terbit fajar.”
Raja’ dan Khauf
Raja’ dan Khauf merupakan 2 sayap (janaahaan) yang dengannya terbang para
muqarrabiin ke segala tempat yang terpuji. Kedua sifat ini sangat penting untuk
didefinisikan, karena jika tidak akan terjadi dua kesalahan yang sangat berbahaya.
Pertama, adalah sikap berlebihan (ghuluww) sebagaimana yang dialami oleh sebagian
kaum sufi yang menjadi sesat karena mendalami lautan ma`rifah tanpa dilandasi oleh
syari`ah yang memadai [2]. Sedangkan kesalahan yang kedua, adalah sikap
mengabaikan (tafriith), sebagaimana orang-orang yang beribadah tanpa mengetahui
kepada siapa ia beribadah dan tanpa merasakan kelezatan ibadahnya, sehingga
ibadahnya hanyalah berupa rutinitas yang kering dan hampa dari rasa harap, cemas
dan cinta.

Raja’ adalah sikap mengharap dan menanti-nanti sesuatu yang sangat dicintai oleh si
penanti. Sikap ini bukan sembarang menanti tanpa memenuhi syarat-syarat tertentu,
sebab penantian tanpa memenuhi syarat ini disebut berangan-angan (tamniyyan).
Orang-orang yang menanti ampunan dan rahmat ALLAH tanpa amal bukanlah Raja’
namanya, tetapi berangan-angan kosong.

Ketahuilah bahwa hati itu sering tergoda oleh dunia, sebagaimana bumi yang gersang
yang mengharap turunnya hujan. Jika diibaratkan, maka hati ibarat tanah, keyakinan
seseorang ibarat benihnya, kerja/amal seseorang adalah pengairan dan perawatannya,
sementara hari akhirat adalah hari saat panennya. Seseorang tidak akan memanen
kecuali sesuai dengan benih yang ia tanam, apakah tanaman itu padi atau semak
berduri ia akan mendapat hasilnya kelak, dan subur atau tidaknya berbagai tanaman itu
tergantung pada bagaimana ia mengairi dan merawatnya.

Dengan mengambil perumpamaan di atas, maka Raja’ seseorang atas ampunan


ALLAH adalah sebagaimana sikap penantian sang petani terhadap hasil tanamannya,
yang telah ia pilih tanahnya yang terbaik, lalu ia taburi benih yang terbaik pula,
kemudian diairinya dengan jumlah yang tepat, dan dibersihkannya dari berbagai
tanaman pengganggu setiap hari, sampai waktu yang sesuai untuk dipanen. Maka
penantiannya inilah yang disebut Raja’.

Sedangkan petani yang datang pada sebidang tanah gersang lalu melemparkan
sembarang benih kemudian duduk bersantai-santai menunggu tanpa merawat serta
mengairinya, maka hal ini bukanlah Raja’ melainkan bodoh (hamqan) dan tertipu
(ghuruur). Berkata Imam Ali ra tentang hal ini:

“Iman itu bukanlah angan-angan ataupun khayalan melainkan apa-apa yang


menghunjam di dalam hati dan dibenarkan dalam perbuatannya.”

Maka renungkanlah wahai saudaraku !

Maka seorang hamba yang yang memilih benih iman yang terbaik, lalu mengairinya
dengan air ketaatan, lalu mensucikan hatinya dari berbagai akhlaq tercela, ia tekun
merawat dan membersihkannya, kemudian ia menunggu keutamaan dari ALLAH
tentang hasilnya sampai tiba saat kematiannya maka penantiannya yang panjang
dalam harap dan cemas inilah yang dinamakan Raja’. Berfirman ALLAH SWT:

“Orang-orang yang beriman, dan berhijrah dan berjihad dijalan ALLAH, mereka inilah
yang benar-benar mengharapkan rahmat ALLAH.” (QS. Al-Baqarah, 2: 218).

Sementara orang yang tidak memilih benih imannya, tidak menyiraminya dengan air
ketaatan dan membiarkan hatinya penuh kebusukan, darah dan nanah serta
kehidupannya asyik mencari dan menikmati syahwat serta kelezatan duniawi lalu ia
berharapkan ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya maka orang ini bodoh dan
tertipu. Berfirman ALLAH SWT tentang mereka ini:

“Maka setelah mereka digantikan dengan generasi yang mewarisi Kitab yang
menjualnya dengan kerendahan, lalu mereka berkata ALLAH akan mengampuni kita.”
(QS. Al’A’raaf, 7: 169).

Dan mereka juga berkata:


“Jika seandainya saya dikembalikan kepada RABB-ku maka aku akan mendapat
tempat yang lebih baik dari ini.” (QS. Al-Kahfi, 18: 36).

Bersabda Nabi SAW:

“Orang yang pandai adalah yang menjual dirinya untuk beramal untuk hari akhirat,
sementara orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya di dunia lalu
berangan-angan kepada ALLAH akan mengampuninya.” (HR Tirmidzi 2459, Ibnu Majah
4260, Al-Baghawiy, Ahmad 4/124, Al-Hakim 1/57).

Keutamaan Raja’ yang lainnya adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi
SAW sbb:

“Seorang hamba ALLAH diperintahkan untuk masuk ke neraka pada hari Kiamat, maka
iapun berpaling maka ditanya ALLAH SWT (padahal IA Maha Mengetahui): ‘Mengapa
kamu menoleh?’ Ia menjawab: ‘Saya tidak berharap seperti ini’. ALLAH berfirman:
‘Bagaimana harapanmu?’ Jawabnya: ‘ENGKAU mengampuniku’. Maka firman ALLAH:
‘Lepaskan dia’.”

Raja’ hanya bermanfaat bagi orang yang sudah berputus asa karena dosanya sehingga
meningggalkan ibadah, serta orang yang demikian khauf pada ALLAH SWT sehingga
membahayakan diri dan keluarganya. Sedangkan bagi orang yang bermaksiat, sedikit
ibadah dan berharap ampunan ALLAH, maka Raja’ tidak berguna, melainkan harus
diberikan khauf.

Sebab-sebab Raja’ adalah pertama dengan jalan i’tibar yaitu merenungkan berbagai
nikmat ALLAH yang telah ditumpahkan-NYA setiap waktu pada kita yang tiada sempat
kita syukuri ditengah curahan kemaksiatan kita yang tiada henti pada-NYA, maka
siapakah yang lebih lembut dan penuh kasih selain DIA? Apakah terlintas bahwa IA
yang demikian lembut dan penuh kasih akan menganiaya hambanya?

Adapun jalan yang kedua adalah jalan khabar, yaitu dengan melihat firman-NYA, antara
lain:
“Wahai hambaku yang telah melampaui batas pada dirinya sendiri, janganlah kamu
putus asa akan rahmat ALLAH, sesungguhnya ALLAH mengampuni seluruh dosa-
dosa.” (QS. Az-Zumar, 39: 53).

dan hadits-hadits Nabi SAW:

“Berfirman ALLAH SWT kepada Adam as: ‘Bangunlah! Dan masukkan orang-orang
yang ahli neraka’. Jawab Adam as: `Labbbaik, wa sa`daik, wal-khoiro fi yadaik, ya Rabb
berapa yang harus dimasukkan ke neraka?` Jawab ALLAH SWT: `Dari setiap 1000,
ambil 999!` Ketika mendengar itu maka anak-anak kecil beruban, wanita hamil
melahirkan dan manusia seperti mabuk (dan wanita yang menyusui melahirkan
bayinya, dan kamu lihat menusia mabuk, padahal bukan mabuk melainkan adzab
ALLAH di hari itu sangat keras. QS. Al-Hajj, 21: 2). Maka berkatalah manusia pada Nabi
SAW: `Ya Rasulullah! Bagaimana ini?` Jawab Nabi SAW: `Dari Ya’juj wa ma’juj 998
orang dan dari kalian 1 orang`. Maka berkatalah manusia: `ALLAHU Akbar!` Maka
berkatalah Nabi SAW pada para sahabat ra: `Demi ALLAH saya Raja’ bahwa kalian
merupakan 1/4 dari ahli jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian merupakan 1/3 ahli
jannah! Demi ALLAH saya Raja’ kalian menjadi 1/2 ahli jannah!` Maka semua orangpun
bertakbir, dan Nabi SAW bersabda: `Keadaan kalian di hari itu seperti rambut putih di
Sapi hitam atau seperti rambut hitam di Sapi putih`.” (HR Bukhari 6/122 dan Muslim
1/139)
Tabdzir
Tabzir berasal dari kata badzr yang artinya boros, yaitu mengeluarkan sesuatu (seperti
harta) tanpa tujuan atau secara salah atau sia-sia belaka. Misalnya, menyediakan
makanan yang cukup untuk sepuluh orang terhadap dua orang tamu, sehingga
makanan itu sia-sia.
Allah berfirman : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra/17 : 26-27)
Imam Ja’far Shadiq ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan bahwa orang yang
mengeluarkan uang untuk maksiat kepada Allah, sesungguhnya ia telah melakukan
tabzir.
Ayat ini juga menegaskan bahwa boros merupakan salah satu perilaku setan,
karenanya, jika seseorang melakukan pemborosan, maka ia telah mengikuti jejak
langkah setan, dan telah menjadi sahabat atau saudaranya setan. Ini berarti, orang
yang boros bukan hanya di bawah pengaruh setan, tetapi juga telah bekerjasama
dengan setan dan membantu pekerjaannya. Hal ini karena, pemborosan merupakan
perbuatan merusak nikmat dan tanda tidak bersyukur akan pemberian Allah swt.
Pemborosan sering terjadi dalam masalah keuangan. Akan tetapi, boros juga dapat
merujuk pada nikmat-nikmat lain seperti anggota tubuh, mata, tangan, kaki, pikiran,
telinga, dan lainnya. Jika seseorang menggunakan anggota tubuhnya, untuk melakukan
maksiat kepada Allah, maka ia telah melakukan pemborosan dan kufur nikmat. Begitu
pula, boros dapat terjadi menyia-nyiakan umur, seperti ‘menyia-nyiakan masa muda
hanya untuk hura-hura’, ‘menyia-nyiakan waktu belajar’, ‘menyia-nyiakan amanah dan
tanggung jawab’, atau juga melakukan hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Semua itu
merupakan perbuatan tabzir.
Ibadah puasa pada dasarnya mengajarkan kita untuk menghindari sifat mubazir ini. Kita
diajarkan untuk mengendalikan nafsu jasmaniyah dan juga nafsu ruhaniah. Kita dilatih
utk menjaga makanan, minuman, kesenangan, pikiran, hati, pembicaraan, dan seluruh
potensi diri untuk mencapai pencerahan dan kedekatan pada ilahi. Kita tidak mau saat
puasa mengajarkan kita untuk menghindari boros, malah kita terjebak dalam hidup
boros…kita menahan makan dan minum disiang hari, tetapi menumpuknya di malam
hari…kita menahan lidah saat puasa, tetapi tetapi mengulurkannya saat berbuka..
Fitnah
Seperti halnya dalam bahasa lain, dalam bahasa Arabpun ada beberapa kata yang
memiliki banyak arti. Sebagai contoh kata "fitnah", memiliki lebih dari satu arti di dalam
bahasa Arab.

Fitnah, arti asalnya adalah proses yang digunakan untuk memurnikan emas dari unsur
selain emas. Namun karena digunakan dalam Al-Qur'an, maka kata tersebut berarti
cobaan yang digunakan untuk membedakan orang beriman dengan orang kafir atau
orang munafik. Cobaan-cobaan ini dapat membimbing seseorang kepada kebenaran
atau membuat orang tersesat, tergantung dari pandangan orang itu terhadap agama.

Betul-betul buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami itu.


Dengan perbuatan mereka yang demikian mereka telah menganiaya dirinya sendiri.Al-
A'raf:177
Syariat Islam

Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan
umat manusia, baik Muslim mahupun bukan Muslim. Selain berisi hukum dan aturan,
Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh
sebahagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan
sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.

Terkait dengan susunan tertib Syari'at, Al Quran Surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan
bahwa sekiranya Allah dan RasulNya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat
Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu secara implisit
dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan RasulNya belum
menetapkan ketentuannya maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya
itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat dalam Surat Al Maidah QS 5:101 yang
menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah
dimaafkan Allah.

Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani


hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu
apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan
perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

 Asas Syara'

Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas
Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas Kedua Syara'. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi
Muhammad saw hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.

Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang
memungkinkan umat Islam tidak mentaati syari'at Islam, ialah keadaan yang terpaksa
atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan
tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula
dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu
berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syari'at yang berlaku.

 Furu' Syara'

Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al
Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnyapada dasarnya tidak
mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima
sebagai peraturan / perundangan yang berlakudalam wilayah kekuasaanya.

Perkara atau masalah yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai
perkara ijtihadiyah.

Sumber Hukum Islam

Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia
hingga akhir zaman (Saba' QS 34:28). Sebagai sumber Ajaran Islam juga disebut
sumber pertama atau Asas Pertama Syara'.

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya
yang pernah diturunkan ke dunia

Dalam upaya memahami isi Al Quran dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran
tentang isi-isi Al-Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.

Al Hadist

1.hadits hasan 2.hadits shaheh 3.hadits dhaif

Ijtihad

Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur'an
dan Hadis. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad telah wafat sehingga tidak bisa
langsung menanyakan pada beliau tentang suatu hukum namun hal-hal ibadah tidak
bisa diijtihadkan. Beberapa macam ijtihad antara lain

 Ijma', kesepakatan para ulama

 Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya

 Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat

 'Urf, kebiasaan
Riba dan Syirkah
Pengertian Syirkah
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi), yasyraku (fi’il
mudhâri’), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu
atau serikat (Kamus Al-Munawwir, hlm. 765). Kata dasarnya boleh dibaca syirkah,
boleh juga dibaca syarikah. Akan tetapi, menurut Al-Jaziri dalam Al-Fiqh ‘alâ al-
Madzâhib al-Arba’ah, 3/58, dibaca syirkah lebih fasih (afshah).
Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua
bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian
dengan bagian lainnya (An-Nabhani, 1990: 146). Adapun menurut makna syariat,
syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan (An-Nabhani, 1990:
146).

Hukum Dan Rukun Syirkah

Syirkah hukumnya jâ’iz (mubah), berdasarkan dalil Hadis Nabi Saw berupa taqrîr
(pengakuan) beliau terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai nabi, orang-
orang pada saat itu telah bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan Nabi Saw
membenarkannya. Nabi Saw bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra:Allah
‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah
selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat,
Aku keluar dari keduanya. [HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni]

Rukun syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu: (1) akad (ijab-kabul), disebut juga shighat;
(2) dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya harus memiliki kecakapan (ahliyah)
melakukan tasharruf (pengelolaan harta); (3) obyek akad (mahal), disebut juga ma’qûd
‘alayhi, yang mencakup pekerjaan (amal) dan/atau modal (mâl) (Al-Jaziri, 1996: 69; Al-
Khayyath, 1982: 76; 1989: 13)
Adapun syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu
aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli; (2)
obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan syirkah menjadi hak
bersama di antara para syarîk (mitra usaha) (An-Nabhani, 1990: 146)

Macam-Macam Syirkah

Menurut An-Nabhani, berdasarkan kajian beliau terhadap berbagai hukum syirkah dan
dalil-dalilnya, terdapat lima macam syirkah dalam Islam: yaitu: (1) syirkah inân; (2)
syirkah abdan; (3) syirkah mudhârabah; (4) syirkah wujûh; dan (5) syirkah mufâwadhah
(An-Nabhani, 1990: 148). An-Nabhani berpendapat bahwa semua itu adalah syirkah
yang dibenarkan syariah Islam, sepanjang memenuhi syarat-syaratnya. Pandangan ini
sejalan dengan pandangan ulama Hanafiyah dan Zaidiyah.
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inân, abdan,
mudhârabah, dan wujûh. Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam, yaitu:
syirkah inân, abdan, dan mudhârabah. Menurut ulama Syafi’iyah, Zahiriyah, dan
Imamiyah, yang sah hanya syirkah inân dan mudhârabah (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh
al-Islâmî wa Adillatuhu, 4/795).

PENGERTIAN RIBA

Pengertian riba menurut Islam secara lebih rinci diuraikan oleh seorang fakih masyhur,
Ibn Rushd (al-hafid), dalam kitabnya Bidaya al-Mujtahid, Bab Perdagangan. Ibn Rushd
mengkategorisasikan sumber riba ke dalam delapan jenis transaksi: (1) Transaksi yang
dicirikan dengan suatu pernyataan ’Beri saya kelonggaran [dalam pelunasan] dan saya
akan tambahkan [jumlah pengembaliannya]; (2) Penjualan dengan penambahan yang
terlarang; (3) Penjualan dengan penundaan pembayaran yang terlarang; (4) penjualan
yang dicampuraduk dengan utang; (5) penjualan emas dan barang dagangan untuk
emas; (6) pengurangan jumlah sebagai imbalan atas penyelesaian yang cepat; (7)
penjualan produk pangan yang belum sepenuhnya diterima; (8) atau penjualan yang
dicampuraduk dengan pertukaran uang. Perlu diketahui bahwa Ibn Rushd menuliskan
Bidayat al-Mujtahid dengan menganalisis berbagai pendapat para imam dari keempat
madhhab utama.

Dalam formulasi sederhananya Ibn Rushd menggolongkan kemungkinan munculnya


riba dalam perdagangan di atas ke dalam dua jenis:
(1) Penundaan pembayaran (riba nasi’ah); dan
(2) Perbedaan nilai (riba tafadul).

Riba yang pertama, al nasi’ah, merujuk pada selisih waktu; dan riba yang kedua, tafadul
atau al-fadl , merujuk pada selisih nilai. Dengan dua jenis sumber riba ini, Ibn Rushd
merumuskan adanya empat kemungkinan:
1. Hal-hal yang pada keduanya, baik penundaan maupun perbedaan, dilarang adanya.
2. Hal-hal yang padanya dibolehkan ada perbedaan tetapi dilarang ada penundaan.
3. Hal-hal yang pada keduanya, baik penundaan maupun perbedaan, diperbolehkan
adanya.
4. Hal-hal (yang dipertukarkan) yang terdiri atas satu jenis (genus) yang sama (semisal
pertukaran uang, sewa-menyewa, dan utang-piutang).

Rumusan di atas menunjukkan bahwa istilah penundaan maupun perbedaan nilai


(penambahan) digunakan di dalam fikih untuk hal-hal baik yang bisa dibenarkan
maupun tidak, tergantung kepada jenis transaksi dan barang yang ditransaksikan. Ini
bermakna bahwa:
a) Dalam suatu transaksi yang mengandung unsur penundaan yang dilarang timbul riba
yang termasuk riba al nasi’ah.
b) Dalam transaksi yang mengandung unsur penambahan yang dilarang timbul riba
yang termasuk riba al-fadl.
c) Dalam suatu transaksi yang mengandung keduanya berarti timbul riba yang
merupakan riba al-nasi’ah dan riba al-fadl sekaligus.

Pengertian yang benar tentang jenis riba ini penting terutama dalam konteks transaksi
yang melibatkan jenis (genus) yang sama di atas. Berikut kita aplikasikan pengertian ini
dalam beberapa jenis transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kongkrit diberikan
untuk memperjelas pengertiannya.

Transaksi utang-piutang mengandung penundaan (selisih) waktu, tapi tidak ada unsur
penambahan. Seseorang meminjamkan uang Rp 1 juta rupiah, dan peminjam
melunasinya, setelah tertunda beberapa waktu lamanya, dalam jumlah yang sama, Rp
1 juta. Penundaan waktu dalam utang-piutang ini dibenarkan dan hukumnya halal,
tetapi penambahan atasnya tidak dibenarkan dan hukumnya haram. Penambahan
dalam utang-piutang adalah riba al-fadl.

Transaksi pertukaran tidak melibatkan baik penundaan (selisih) waktu maupun


penambahan nilai. Seseorang memberikan sejumlah uang, Rp 1 juta, kepada
seseorang yang lain. Tanpa ada selisih waktu, artinya pada saat uang diserahkan, dan
tanpa perbedaan nilai, tetap Rp 1 juta, seseorang lain menerimanya, sambil
menyerahkan uang yang sama Rp 1 juta. Selisih waktu dalam pertukaran dilarang dan
hukumnya haram; demikian juga penambahan di dalam pertukaran dilarang dan
hukumnya haram. Kalau penyerahannya (dari salah satu atau kedua belah pihak)
ditunda maka yang harus dilakukan adalah menjadikan transaksi tersebut secara jelas
sebagai utang-piutang. Utang-piutang tidak boleh disembunyikan sebagai pertukaran.
Kalau hal ini terjadi maka timbul riba, dalam hal ini riba al-nasi’ah.

Transaksi sewa-menyewa melibatkan kedua unsur, baik penundaan maupun


penambahan nilai. Seseorang yang menyewa rumah, misalnya Rp 10 juta untuk
setahun, akan mengambil hak pemilikan sementara (selama setahun) atas rumah
tersebut dan ketika mengembalikannya, setelah setahun kemudian, bersama dengan
penambahan nilai, berupa uang sewanya, Rp 10 juta. (Bahwa umumnya saat ini sewa
rumah dibayar di muka, adalah persoalan lain). Keduanya, penundaan waktu dan
penambahan nilai dalam transaksi ini dibolehkan, hukumnya halal. Tetapi, harus
dipahami, bahwa transaksi sewa-menyewa hanya dapat dilakukan atas benda-benda
tertentu saja (bangunan, kendaraan, binatang, dan sejenisnya; dan tidak atas benda-
benda lain yang fungible – habis terpakai dan tidak bisa dimanfaatkan bagian per
bagiannya – seperti makanan dan benda yang dipakai sebagai alat tukar, yakni uang.
Sewa-menyewa uang berarti merusak fitrah transaksi, dan menjadikannya sebagai riba.
Dalam hal ini riba yang terjadi adalah riba al-fadl, karena menyewakan uang serupa
dengan menambahkan nilai pada utang-piutang.

Sedangkan dalam jual-beli, yang melibatkan benda tidak sejenis, penundaan


dibolehkan, tetapi penambahan nilai dilarang. Pemesanan barang dengan pembayaran
uang muka, atau pembelian barang yang diserahkan kemudian, yang melibatkan
penundaan waktu dibolehkan, dan hukumnya halal. Tetapi jual-beli yang melibatkan
dua harga yang berbeda, misalnya Rp 1 juta bila dibayar tunai, dan menjadi Rp 1.5 juta
bila dicicil atau dibayar beberapa waktu kemudian, diharamkan. Atau bila seorang
penjual memberikan penundaan pembayaran, dalam fikih disebut transaksi salam, yang
dibolehkan namun pada saat jatuh tempo ia menyatakan kepada pembeli ’Anda boleh
memperpanjang tempo tapi dengan tambahan harga’ atau, sebaliknya pada awal
transaksi, ’Anda boleh membayar lebih cepat dan saya akan berikan diskon (selisih
harga)’, transaksi ini menjadi haram hukumnya. Dalam hal ini masuk unsur riba, yaitu
riba al-fadl. Dalam fikih bentuk transaksi ini dikenal sebagai ’dua penjualan dalam satu
transaksi’.

Dengan dipahaminya pengertian riba menurut syariah sebagaimana dirumuskan oleh


para ulama di atas, posisi para pembaru akan dengan jelas dapat dilihat. Sebagaimana
akan diuraikan di bawah ini mereka meredefinisi pengertian riba dengan tujuan untuk
mengakomodasi sistem ekonomi modern (baca: kapitalisme) yang sepenuhnya
berdasarkan riba.

KESIMPULAN
Mungkin dari pengertian-pengertian yang telah di paparkan kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa Syirkah apabila dijadikan tempat untuk peminjaman dan
pengembaliannya lebih dari yang dipinjam maka termasuk riba dan apa bila pinjaman
itu berbagi hasil setelah peminjaman maka ini tidak termasuk riba’, jadi bagaiman diri
kita menanggapinya
Riba menurut Ibn Rushd (al-hafid), dalam kitabnya Bidaya al-Mujtahid, Bab
Perdagangan. Ibn Rushd mengkategorisasikan sumber riba ke dalam delapan jenis
transaksi:
(1) Transaksi yang dicirikan dengan suatu pernyataan ’Beri saya kelonggaran [dalam
pelunasan] dan saya akan tambahkan [jumlah pengembaliannya]
(2) Penjualan dengan penambahan yang terlarang
(3) Penjualan dengan penundaan pembayaran yang terlarang
(4) penjualan yang dicampuraduk dengan utang
(5) penjualan emas dan barang dagangan untuk emas
(6) pengurangan jumlah sebagai imbalan atas penyelesaian yang cepat
(7) penjualan produk pangan yang belum sepenuhnya diterima
(8) atau penjualan yang dicampuraduk dengan pertukaran uang.

PENUTUP
Mungkin hannya ini saja yang dapat kami sampaikan, hidup ini penuh dengan
tantangan bahkan ada seseorang yang berkata bahwa mencari rizki yang haram saja
sangat sulit apa lagi yang halal, hannya orang yang tidak memiliki iman yang berbicara
seperti itu, hidup di dunia ini kita harus berjuang jangan sampai kita pasrah dengan
keadaan yang kita alami hannya kepada Allah kita meminta karna dialah MAHA
MEMBERI SEGALANYA, hidup di dunia ini ada dua jalan yang pertama jalan benar
yang kedua jalan salah jalan benar sulit ditempuh tapi akhirnya menyenangkan jalan
salah mudah ditempuh tapi akhirnya menyakitkan mungkin ini saja yang dapat kami
sampaikan.
Rukun Nikah
Rukun nikah adalah sebagai berikut:

1. Adanya calon suami dan istri yang tidak terhalang dan terlarang secara syar’i
untuk menikah. Di antara perkara syar’i yang menghalangi keabsahan suatu
pernikahan misalnya si wanita yang akan dinikahi termasuk orang yang haram
dinikahi oleh si lelaki karena adanya hubungan nasab atau hubungan penyusuan.
Atau, si wanita sedang dalam masa iddahnya dan selainnya. Penghalang lainnya
misalnya si lelaki adalah orang kafir, sementara wanita yang akan dinikahinya
seorang muslimah.
2. Adanya ijab, yaitu lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan
posisi wali. Misalnya dengan si wali mengatakan, “Zawwajtuka Fulanah” (“Aku
nikahkan engkau dengan si Fulanah”) atau “Ankahtuka Fulanah” (“Aku nikahkan
engkau dengan Fulanah”).
3. Adanya qabul, yaitu lafadz yang diucapkan oleh suami atau yang
mewakilinya, dengan menyatakan, “Qabiltu Hadzan Nikah” atau “Qabiltu Hadzat
Tazwij” (“Aku terima pernikahan ini”) atau “Qabiltuha.”
Dalam ijab dan qabul dipakai lafadz inkah dan tazwij karena dua lafadz ini yang
datang dalam Al-Qur`an. Seperti firman AllahSubhanahu wa Ta’ala:

‫جَناَكَها‬
ْ ‫طًرا َزّو‬
َ ‫ضى َزْيٌد ِمْنَها َو‬
َ ‫َفَلّما َق‬

Pernikahan yang dilarang


1.Menikah dengan orang kafir,musyrik,ahli kitab

2.Menikah dengan pelacur,wanita hamil

3.Pernikahan dalam masa idah cerai atau kematian

4.Poliandri 5.Poligami lebih dari empat


6.Pernikahan ketika ihram 7.Pernilahan /rujuk tanpa saksi

8.Pernikahan tanpa mahar

9. Nikah Syigar

10.Nikah Mut’ah

11.Memadu duawanita bersaudara

12.Pernikahan dengan anak atau hbu tiri

13.Pernikahan dengan mertua atau menantu

14.Pernikahan sedarah atau se persusuan Bagi orang yang terlanjur melakukan hal-hal
di atas, penyelesaiannya adalah sbb : 1. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan
syariat islam bila hukum islam berjalan. 2. Bila ketentuan hukum islam tidak berjalan,ia
walib bertobat dan meninggalkan perbuatannya.Dengan demikian pernikahan wajib di
putuskan karena tidak sah. Penjelasan lebih lengkap satu persatunya akan di jelaskan
di lain waktu lain. INSYAALLOH.

Macam-macam Masa Iddah


Ikatan pernikahan antara suami-istri dinyatakan habis baik di waktu hidupnya (yakni
bercerai) maupun meninggal salah satu diantara keduanya. Disetiap keadaan ini
terdapat kewajiban masa iddah yaitu waktu terbatas (menunggu untuk menikah lagi)
secara syar’i.
Didalam masa iddah terdapat hikmah diantaranya diharamkan merobohkan nilai
pernikahan yang telah sempurna, untuk mengetahui (apakah ada) tanda-tanda
kehamilan didalam rahim, agar tidak menyetubuhinya kecuali memisahkan darinya,
masa menunggu dan memutuskan keturunan (dari suami sebelumnya).
Hikmah yang lain adalah memuliakan ikatan pernikahan yang lalu, menghormati hak
suami yang telah bercerai dan menampakkan kepada masyarakat bahwa ia telah
bercerai.
Masa iddah ini terbagi atas 4 macam, yaitu :
1. Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran kandungan yang
dikarenakan thalaq ba’in (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada
suaminya) atau talaq raj’i (perceraian yang dapat kembali kepada suaminya) dalam
keadaan hidup atau wafat. Firman Alloh ‘azza wa jalla :
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka adalah sampai mereka
melahirkan.” QS. Ath-Thalaq ; 4

2. Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang terhitung masa haidh,
maka wanita menunggu tiga quru’ (masa suci), sebagaimana firman Alloh ‘azza wa
jalla :
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’.” QS.
Al-Baqarah ; 228
Yaitu 3 kali masa haidh.

3. Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis perempuan yaitu
perempuan usia dini yang tidak/belum terkena haidh dan perempuan usia tua yang
telah berhenti masa haidhnya (menopause), seperti dijelaskan Alloh ‘azza wa jalla
tentang masa iddah dua jenis perempuan ini :
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haidh lagi (menopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka
adalah tiga bulan dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haidh.” QS. At-
Thalaq ; 4

4. Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, Alloh menjelaskan masa iddahnya
sebagai berikut :
“Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan istri-istri
(hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.”
QS. Al-Baqarah ; 234
Ayat ini mencakup wanita yang telah disetubuhi maupun yang belum disetubuhi, usia
muda maupun usia tua dan TIDAK TERMASUK WANITA HAMIL. Karena masa iddah
bagi wanita hamil apabila mereka sampai melahirkan, seperti yang telah dijelaskan
diatas.
Demikian yang kami nukil dari kitab Al-Hadyu An-Nabawi karya Ibnul Qoyyim (5/594-
595 ; cetakan Al-Muhaqqaqah)
SEBAB-SEBAB HAK WARIS
Ada 3 hal yang menjadi sebab munculnya hak waris menurut yang disepakati oleh para
Ulama’, yaitu :

1. Hubungan Nasab, bentuk hubungan ini ada tiga :

a. Ushuul, yaitu jamak dari ashl yang artinya Bapak dan Ibu, berikut yang diatas
mereka, yaitu Kakek, Buyut dan seterusnya ( dari jalur laki-laki ), kakek dari ibu tidak
termasuk di dalamnya

b. Furuu’, yaitu jamak dari far’, ialah Putra dan Putri dan yang dibawah mereka, seperti
Cucu dan seterusnya ( yang dari jalur laki-laki ). Putra dari anak perempuan tidak
termasuk di dalamnya
c. Hawaasyi, yaitu setiap yang punya hubungan nasab peranakan dari mayit, dari fihak
bapaknya, atau setiap furuu’ dari ushuul mayit. Mereka termasuk saudara dan saudari
mayit, anak-anak mereka, paman, bibi dan anak-anak mereka. serta setiap nasab
kebawah

2. Hubungan Pernikahan, yaitu hubungan pernikahan yang sah, meskipun belum terjadi
hubungan suami istri

3. Hubungan Walaa, yaitu kepemilikan hak waris yang penyebabnya adalah karena
seseorang telah memerdekakan budaknya

B. HAL-HAL YANG MENGHALANGI HAK WARIS

Hal yang bisa menghalangi seseorang mendapatkan haknya sebagai pewaris adalah
sebagai berikut :
1. Budak, Seseorang yang berstatus sebagai budak, tidak mempunyai hak untuk
mewarisi sekalipun dari saudaranya, demikian juga sebaliknya, sebab segala sesuatu
yang dimiliki seorang budak secara langsung menjadi milik tuannya.

2. Pembunuhan, seorang yang membunuh fihak yang akan mewariskan, tidak berhak
mendapatkan warisan, Rasulullah saw bersabda :

‫ليس للقاتل من الميراث شيء‬

Artinya : “ Tidak ada hak waris sedikitpun bagi si pembunuh “ ( HR. Nasai dan Daru
Quthni )

3. Perbedaan Agama, Seorang Muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh non
Muslim, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

‫ل يرث المسلم الكافر و ل يرث الكافر المسلم‬

Artinya : “ Orang Muslim tidak mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi orang
muslim “ ( HR. Jama’ah kecuali Nasai )

1. 1. Dzawil furud
1. Pengertian Dzawil furud
Furudlu menurut istilah fiqih mawarits, ialah saham yang sudah ditentukan jumlahnya
untuk warits pada harta peninggalan, baik dengan nash maupun dengan ijma’.[1]
Secara bebas, arti lugowi zawi al-furud adalah orang-orang yang mempunyai saham
(bagian) pasti. Secara istilahi zawi al-furud adalah ahli waris yang sahamnya telah
ditentukan secara terperinci (seperdua, sepertiga, seperempat, seperenamatau
seperdelapan dari warisan ).[2]
SEJARAH PERKEMBANGAN
ISLAM DI INDONESIA

Begitu strategisnya kepulauanIndonesia sehingga banyak dari negara-negara lain


mengunjungi negeri ini dengan tujuan untuk berdagang. Tapi lama-kelamaan tidak
hanya untuk berdagang. Banyak penduduk asing yang mulai menetap di negara ini.
Selain itu, mereka juga menyebarkan ajaran agama salah satunya adalah agama Islam.

Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-7 Masehi, dibawa oleh para
pedagang Muslim yang berlayar dan singgah di negeri ini. Mereka adalah para
pedagang Muslim asal Arab, Melayu, Persia serta India. Berawal dari sinilah
sejarah perkembangan Islam di Indonesiadimulai.

Penyebaran Islam di Indonesia

Pada zaman dahulu, para pedagang menyebarkan Islam dengan berbagai cara tetapi
tidak ada unsur paksaan di dalamnya. Adapun penyebaran agama Islam di Indonesia
adalah sebagai berikut.

1. Melalui Perdagangan

Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan yang dibawa oleh para pedagang
Muslim yang telah lama melewati jalur pelayaran Indonesia. Selain mencari keuntungan
duniawi, mereka juga mencari keuntungan rohani dengan berdakwah menyebarkan
agama Islam di Indonesia.
Apalagi setelah adanya kerajaan Islam seperti kerajaan Malaka dan Samudera Pasai.
Jalan untuk menyebarkan agama Islam semakin mudah dan semakin luas karena para
pedagang Arab bisa mendatangkan para ulamanya unuk berdakwah di negeri ini.

2. Budaya

Melalui budaya inilah Islam disebarkan. Pada zaman dahulu banyak warga yang
menggunakan sarana-sarana kebudayaan tetapi yang bersifat menyesatkan dan tidak
sesuai dengan syariat Islam. Terkadang media ini dijadikan sebagai media
penyembahan terhadap dewa-dewa.

Atas dasar dan inisiatif dari para wali Songo, media ini dijadikan
sebagaialat menyebarkan agama Islam. Salah satunya melalui pertunjukan wayang
kulit dan kesenian tradisional seperi jalungan, jamuran, ilir-ilir, dan cublak suweng.

3. Pendidikan

Cara menyebarkan Islam di Indonesia pada zaman dahulu adalah melalui pendidikan.
Pada saat itu, penyebaran diawali dengan membangun pesantren. Pembangunan
pesantren ini dianggap sebagai sarana yang efekif untuk menyebarkan agama Islam.

Para da’i dan mubalig yang mengenyam pendidikan di pesantren akan dipersiapkan
unuk berdakwah ke seluruh pelosok Nusantara. Strategi ini berhasil, misalnya tokoh
alumni pesantren, Dauk Ribandang yang berhasil mengIslamkan kerajaan Gowa dan
Tallo. Sampai sekarang pesantren terbukti sebagai sarana yang efektif untuk
penyebaran agama Islam.

4. Kekuasaan Politik

Banyaknya kerajaan Islam di Indonesia membuat penyebaran Islam mendapatkan


dukungan dan perlindungan dari para sultan dan raja-raja di seluruh Nusantara.
Dukungan tersebut mengalir dari sultan Demak, Raja Gowa Tallo, serta raja di kerajaan
Samudra Pasai.

Tokoh Penyebaran Agama Islam

Awal mula penyebaran agama Islam dilakukan oleh para Wali Songo, antara lain
adalah:

• Sunan Ampel
• Sunan Bonang

• Sunan Muria

• Sunan Gunung Jati

• Sunan Kalijaga

• Sunan Giri

• Sunan Kudus

• Sunan Drajat

• Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Perkembangan Islam di Nusantara

Berkat para Wali Songo inilah Islam bisa tersebar di seluruh pelosok Indonesia, antara
lain di daerah :

Sumatera

Islam berkembang di Sumatera ditandai dengan adanya kerajaan Islam pertama yaitu
Kerajaan Samudera Pasai. Raja pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh.

Jawa

Penyebaran agama Islam di pulau ini sangatlah berkembang pesat. Hal ini disebabkan
para wali Songo mayoritas berasal dari Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di pulau
ini sudah terjadi sejak abad ke-7 M oleh sahabat nabi yang bernama Muawiyah bin Abi
Sufyan.

Sulawesi

Sejak pertama kali bangsa Portugis masuk ke daerah Sulawesi pada 1540 sudah
banyak pemukiman Muslim di beberapa tempat. Sulawesi memiliki kerjaan Islam yang
bernama Kerjaan Gowa dan Tallo. Adanya kerajaan ini menandakan Islam berkembang
pesat di Sulawesi.

Kalimantan

Islam masuk ke daerah ini melalui tiga jalur, yang pertama melalui Malaka yang dikenal
sebagai kerajaan Islam. Jalur kedua melalui para mubalig yang datang dari pulau Jawa.
Jalur ketiga melalui mubalig asalSulawesi yang bernama Datuk Ribandang yang
merantau ke daerah ini.

Maluku

Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terbanyak. Hal inilah mengundang


para pedagang Muslim untuk mengunjungi daerah ini. Islam masuk ke Maluku pada
pertengahan abad 15. Kerajaan Muslimterbesar di Maluku adalah Ternate dan Tidore.
ISLAM DUNIA
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan,
yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun
kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga
kemunduran. Bab ini akan menguraikan perkembangan Islam pada masa pembaruan.
Pada masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin peradaban. Mungkinkah Islam mampu
kembali menjadi pemimpin peradaban?

Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu dipakai kata
modern, modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah
modernisme tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau
paradigma baru. Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun tekhnologi.

A. Perkembangan Ajaran Islam, Ilmu Pengetahuan, dan kebudayaan

1. Pada bidang Akidah

Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang
bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Pelopornya adalah
Muhammad Abdul Wahab (1703-1787 M) yang berasal dari nejed, Saudi Arabia.
Pemikiran yang dikemukakan oelh Muhammada Abdul Wahab adalah upaya
memperbaiki kedudukan umat Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid
yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur
aduk oleh ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam

Disetiap negara Islam yang dikunjunginya, Muhammad Abdul Wahab melihat


makam-makam syekh tarikat yang bertebaran. Setiap kota bahkan desa-desa
mempunyai makam sekh atau walinya masing-masing. Ke makam-makam itulah uamt
Islam pergi dan meminta pertolongan dari syekh atau wali yang dimakamkan disana
untuk menyelesaikan masalah kehidupan mereka sehari-hari. Ada yang meminta diberi
anak, jodoh disembuhkan dari penyakit, dan ada pula yang minta diberi kekayaan.
Syekh atau wali yang telah meninggal. Syekh atau wali yang telah meninggal dunia itu
dipandang sebagai orang yang berkuasa untuk meyelesaikan segala macam persoalan
yang dihadapi manusia di dunia ini. Perbuatan ini menurut pajam Wahabiah termasuk
syirik karena permohonan dan doa tidak lagi dipanjatkan kepada Allah SWT

Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan
perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut.

a. Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain
dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada
syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga
dinyatakan sebagai musyrik
c. Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga
dikatakan sebagai syirik
d. Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
e. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan
kekufuran
g. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
h. Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk
kekufuran.
Untuk mengembalikan kemurnian tauhid tersebut, makam-makam yang banyak
dikunjungi denngan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan lain-lain sehingga
membawa kepada paham syirik, mereka usahakan untuk dihapuskan. Pemikiran-
pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan
pemikiran pembaruan di abad ke-19 adalah sebagai berikut.

a. Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama bukanlah sumber
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
c. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha
mewujudkan pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan
putranya Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas
dan pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat menjadi
mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi ajaran-ajarannya
tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal dengan nama Wahabiyah.

2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan

Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan.


Oleh karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang
didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an banyak memberi
tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Islam pun
menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah
dimilikinya karena berapapun ilmu dan pengetahuan yang dimiliki itu, masih belum
cukup untuk dapat menjawab pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini. Firman
Allah SWT( lihat Al_qur’an onlines di google)

Artinya : “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-
habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha
bijaksana.” (QS luqman : 27)

Ajaran Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam sejak
zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode modern
(1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat
Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat Islam bahwa di barat telah
timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja
dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan
kekuatan umat Islam. Pemikiran dan usaha pembaruan antara lain sebagai berikut.

a. Praperiode modern (1250-1800 M)

Sebenarnya pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sjak


periode pertengahan, terutama pada masa kerajaan usmani. Pada abad ke-17, mulai
terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang dialami melalui
peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut diawali dengan terpukul
mundurnya tentara usmani ketika dikirm untuk menguasai wina pada tahun 1683.
kerajaan usmani menyerahkan Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada
Polandia, dan Azov kepada Rusia dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani
tahun 1699
Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka
kerajaan usmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab
kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan
kemajuan Eropa, terutama Prancis sebagai negara yang terkemuka pada waktu itu.
Negara Eropa mulai mempunyai arti yang penting bagi cendikiawan atau pemuka-
pemuka usmani. Orang-orang Eropa yang selama ini dipandang sebagai kafir dan
rendah mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa untuk mempelajari
kemajuan berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat

Pada tahun 1720, Celebi Mehmed diangkat subagai duta di Paris dengan tugas
khusu mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi
lainnya serta memberi laporan tentang kemajuan tekhnik, organisasi angkatan perang
modern, rumah sakit, observatorium, peraturan, karantina, kebun binatang, adat istiadat
dan lain sebagainya seperti ia lihat di Perancis. Di tahun 1741 M anaknya, Said
Mehmed dikirim pula ke paris

Laporan-laporan kedua duta ini menarik perhatian Sultan Ahmad III (1703-1730
M) untuk memulai pembaruan di kerajaan Usmani. Pada tahun 1717 M, seorang
perwira Perancis bernama De Rochefart datang ke Istanbul dengan usul membentuk
suatu korps artileri tentara Usmani berdasarkan ilmu-ilmu kemiliteran modern. Di tahun
1729, datang lagi seorang Perancis yakni Comte De Bonneval yang kemudia masuk
Islam dengan nama baru Humbaraci Pasya. Ia bertugas melatih tentara usmani untuk
memakai alat-alat (meriam) modern. Untuk menjalankan tugas ini, ia dibantu oleh
Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia dan Mornai dari Perancis. Atas usaha
ahli-ahli Eropa inilah, taktik dan teknik militer ,odern pun dimasukkan ke dalam
angkatan perang usmani. Maka pada tahun 1734 M, dibuka sekolah teknik militer untuk
pertama kalinya.

Dalam bidang non militer, pemikiran dan usaha pembaruan dicetuskan oleh
Ibrahim Mutafarrika (1670-1754 M). Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern
dan kemajuan barat kepada masyarakat turki yang disertai pula oleh usha
penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa turki. Suatu badan penerjemah yang
terdiri atas 25 orang anggota dibentuk pada tahun 1717 M

Sarjana atau filsuf Islam yang termasyur, baik didunia Islam atau barat ialah Ibnu
Sina (1031 M) dan Ibnu Rusyd (1198 M). Dalam bidang seni atau syair, penyair persia
Umar Khayam (1031 M) dan penyair lirik Hafiz (1389 M) yang dijuluki Lisan Al Gaib
atau suara dari dunia gaib, sangat dikenal luas saat itu

b. Pembaruan pada periode modern (1800 M – dan seterusnya)

Kaum muslim memiliki banyak sekali tokoh – tokoh pembaruan yang pokok –
pokok pemikirannya maupun jasa-jasanya di berbagai bidang telah memberikan
sumbangsih bagi uamt Islam di dunia. Beberapa tokoh yang terkenal dalam dunia ilmu
pengetahuan atau pemikiran Islam tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Jamaludin Al Afgani (Iran 1838 – Turki 1897)

Salah satu sumbangan terpenting di dunia Islam diberikan oleh sayid Jamaludin
Al Afgani. Gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, mesir dan India.
Meskipun sangant anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan pencapaian ilmu
pengetahuan barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi antara Islam dan ilmu
pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan sebuah universitas yang khusus
mengajarkan ilmu pengetahuan modern di Turki menghadapi tantangan kuat dari para
ulama. Pada akhirnya ia diusir dari negara tersebut.

2) Muhammad Abduh (mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyd Rida (Suriah 1865-
1935)

Guru dan murid tersebut sempat mengunjungi beberapa negara Eropa dan amat
terkesan dengan pengalaman mereka disana. Rasyd Rida mendapat pendidikan Islam
tradisional dan menguasai bahasa asing (Perancis dan Turki) yang menjadi jalan
masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum. Oelh karena itu, tidak
sulit bagi Rida untuk bergabung dengan gerakan pembaruan Al Afgani dan Muhammad
Abduh di antaranya melalui penerbitan jurnal Al Urwah Al Wustha yang diterbitkan di
paris dan disebarkan di Mesir. Muhammad Abduh sebagaimana Muhammad Abdul
Wahab dan Jamaludin Al Afgani, berpendapat bahwa masuknya bermacam bid’ah ke
dalam ajaran Islam membuat umat Islam lupa akan ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Bid’ah itulah yang menjauhkan masyarakat Islam dari jalan yang
sebenarnya.

3) Toha Husein (Mesir Selatan 1889-1973)

Toha husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung
gagasan Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.
Pengadopsian terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari sudut nilai
praktis (kegunan)nya saja, tetapi juga sebagai perwujudan suatu kebudayaan yang
amat tinggi. Pandangannya dianggap sekularis karena mengunggulkan ilmu
pengetahuan.

4) Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.

Al qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika


modernisasi yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki batasan
pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penerapan tekhnologinya, Islam
tidak menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan al qardawi ini cukup mewakili
pandangan mayoritas kaum muslimin. Secara umum, dunia Islam relatif terbuka untuk
menerima ilmu pengetahuan dan tekhnologi sejauh memperhitungkan manfaat
praktisnya. Pandangan ini kelak terbukti dan tetap bertahan hingga kini di kalangan
muslim. Akan tetapi, dikalangan pemikir yang mempelajari sejarah dan filsafat ilmu
pengetahuan, gagasan seperti ini tidak cukup memuaskan mereka.

5) Sir Sayid Ahmad Khan (india 1817-1898)

Sir Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu
pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya
kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern.
Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa
dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah
membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan
semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan
melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat
serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode baru
penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah
dalam tafsir Al Qur’an

6) Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873-1938)

Generasi awal abad ke-20 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah
seorang muslim pertama di anak benua India yang sempat mendalami pemikiran barat
modern dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak tradisional Islam.
Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun 1930 yang berjudul The
Reconstruction of Religious Thought in Islam (Pembangunan Kembali Pemikiran
Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan istilah recontruction, ia mengungkapkan
kembali pemikiran keagamaan Islam dalam bahasa modern untuk dikonsumsi generasi
baru muslim yang telah berkenalan dengan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan
dan filsafat barat abad ke-20

B. Perkembangan Kebudayaan pada masa Pemabaharuan

Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan


dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di dunia Islam, ilmu
pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama
sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1798 dan semakin meningkat
setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau dibawah pengaruh
Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya
dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi barat.
Setelah pendudukan Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan penting dalam
kampanye militer melawan Perancis. Ia diangkat oleh pengusaha Usmani menjadi
Pasya pada tahun 1805 dan memerintah Mesir hingga tahun 1894

Buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat
itu terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir ditentang oleh
para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit babi. Muhammad Ali Pasya
mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan guru-gurunya dari luar negaranya. Ia
mengirim lebih dari 4000 pelajar ke Eropa untuk mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.

Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium


dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang
etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip
kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka mendapat
ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan.

Orang-orang Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah
berasimilasi dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan luar.
Para ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak berkiprah
dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang
indah seperti masjid Sultan Muhammad Al Fatih, masjid Sulaiman, dan masjid Abu
Ayub Al Ansari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah
satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang awalnya
berasalh dari gereja Aya Sophia.

Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang
gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan dunia
dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam
pun tetap merupakan faktor pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di
permukaan bumi.

Toleransi beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada
satupun ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang ditegakkan
oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan bagi seluruh
umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.

C. Manfaat Sejarah Islam pada Masa Pembaruan

1. Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialami
umat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah
mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dari kisah
dalam Al Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar
kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang
akan datang.

2. Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil
sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petunjuk Nya,
orang tersebut akan mendapat keselamatan

3. pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan perubahan-


perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menajdi lebih efektif dan efisien

4. dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di
kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi
pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan terjadi

5. pembaruan mempunyai pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai contoh,


pada zaman Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah tradisional tidak
sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. oleh karena itu, dibuatlah
pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang memasukkan unsur ilmu
pengetahuan umum ke dalam sistem pendidikan negara tersebut.

6. corak atau bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama, tetapi
persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserhakan kepada manusia untuk
menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasya dalam
menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.

D. Perilaku Cerminan Penghayatan terhadap Sejarah Islam pada Masa Pembaruan

Ada beberapa perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan


akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menanamkan jihad yang
sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan hadis
2. Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langakah
inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera baik di dunia
maupun di akhirat.
3. Memotivasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta
mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai negatif atau kurang baik
tidak akan terualng kembali.
4. Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa
lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun
wa rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
5. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi di masa pembaruan cukup canggih dan
menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan dapat diperoleh kemajuan
yang lebih baik bagi gemerasi-generasi muslim di masa depan.
E. Pengaruh Perkembangan Dunia Islam terhadap Umat Islam di Indonesia

Pembaruan di negara-negara timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan


mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke Indonesia. Pengaruh-pengaruh dari
pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Gema pembaruan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afgani an syekh


Muhammadn Abdul Wahhab sampai juga ke Indonesia, terutama terhadap
tokoh-tokoh seperti Haji Muhammad Miskin (Kabupaten Agam, Sumatera Barat),
Haji Abdur Rahman (Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat), dan Haji
Salman Faris (Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat). Mereka dikenal
dengan nama Haji Miskin, Haji Pioabang dan Haji sumaniik. Sepulang dari tanah
suci, mereka terilhami oleh paham syekh Muhammad Abdul Wahhab. Mereka
pulang dari tanah suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para
pembaru timur tengah tersebut adalah timbulnya gerakan paderi. Gerakan
tersebut ingin membersihkan ajaran Islam yang telah bercampur-baur dengan
perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini menimbulkan pertentangan
antara golongan adat dan golongan Paderi.
2. Pada tahun 1903 M murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawy,
seorang ulama besar bangsa Indonesia di makkah yang mendapat kedudukan
mulia di kalangan masyarakat dan pemerintahan Arab, kembali dari tanah suci.
Murid-murid dari syekh ahmad inilah yang menjadi pelopor gerakan pembaruan
di minangkabau dan akhirnya berkembang ke seluruh Indonesia. Mereka antara
lain sebagai berikut : Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka),
Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambik dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah)
3. Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia
pada awal abad ke-20, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi.
Organisasi tersebut ialah sebagai berikut.
a. Jamiatul Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan
pengkaderan generasi muda penerus perjuangan Islam dan berlokasi di
Jakarta

b. Muhammadiyah (18 November 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan.
Ia memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya bid’ah,
tahayul kurafat dan mengembalikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al
Qur’an dan hadis di Yogyakarta

c. Al Irsyad (1914 M) dibawah pimpinan Ahmad Sukarti dan bertempat di


Jakarta.

d. Persatuan Islam (persis) dibawah pimpinan Ahmad Hasan yang didirikan


tahun 1923 di Bandung. Al Irsyad dan Persis memiliki bentuk gerakan yang
hampir sama dengan Muhammadiyah.

e. Seriakt Dagang Islam (1911) di bawah pimpinan Haji Samanhudi di Solo.


Pada awalnya gerakan tersebut bersifat ekonomi dan keagamaan. Akan
tetapi kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik. Terjadi
perubahan kembali menjadi Partai Serikat Islam dan pada tahun 1929
kembali berubah menjadi PSII (partai Serikat Islam Indonesia).

f. Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU) yang lahir 13 Januari 1926 di surabaya di


bawah pimpinan KH Hasym Asyari. Nahdatul Ulama merupakan wadah para
ulama di dalam tugas memimpin masyarakat muslim menuju cita-cita
kejayaan Islam. Gerkannya kemudian juga berubah ke arah politik

g. Matla’ul Anwar (1905) di Menes, Banten yang didirikan oleh KH M. Yasin.


Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan.

h. Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatera Barat yang didirikan oleh Syekh


Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928. organisasi ini bergerak di bidang
pendidikan, membasmi bid’ah, khurafat dan tahayul serta taklid di kalangan
umat Islam

i. Persatuan Muslim Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei 1930
di bukit tinggi. Organisasi ini pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
kemudian menjadi partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pemimpinnya adalah Muchtar Lutfi

j. Majlis Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakarsa KH Ahmad Dahlan dan
KH Mas Mansur pada tahun 1937. pada mulanya organisasi ini tidak terlibat
pada kegiatan politik, tapi pada akhirnya terlibat pula dalam politik praktis
yaitu dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang


menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan,
tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma menjadi
kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal tersebut dirasakan
mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para pembaru Islam, baik di
tingkat nasional maupun internasional.

You might also like