You are on page 1of 34

Present By :

Taufik Nurohman
Program Studi Ilmu Politik FISIP
Universitas Siliwangi 2007
TAHAP-TAHAP KEBIJAKAN PUBLIK
MASALAH KEBIJAKAN
Memahami masalah kebijakan adalah sangat penting,
karena para analis kebijakan lebih sering gagal karena
mereka memecahkan masalah yang salah daripada
karena memperoleh memper0leh solusi yang salah
terhadap masalah yang tepat.
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan.
Masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-
nilai atau kesempatan-kesempatan yang tidak
terealisir tetapi dapat dicapai dengan tindakan publik
(David Dery dalam bukunya “Problem Devinition in
Policy Analisys”).
Masalah-masalah kebijakan adalah produk pemikiran
yang dibuat pada suatu lingkungan, suatu elemen dari
situasi masalah yang diabstraksikan.
Apa yang kita alami merupakan situasi masalah
bukan masalah itu sendiri, yang seperti atom dan sel,
merupakan suatu konstruksi konseptual.(William N.
Dunn)
Menurut Budi Winarno (2007 : 70), masalah adalah
suatu kondisi yang dianggap merugikan sebagai suatu
kondisi yang menimbulkan kebutuhan atau
ketidakpuasan pada sebagian orang yang
menginginkan pertolongan atau perbaikan.
MASALAH PUBLIK

MASALAH

MASALAH PRIVAT

Masalah Publik → masalah-masalah yang mempunyai


dampak luas dan mencakup konsekuensi-konsekuensi
bagi orang-orang yang tidak secara langsung terlibat.
Masalah Privat → dampaknya terbatas pada satu atau
dua orang
Masalah privat dapat berkembang menjadi masalah
publik ketika terjadi perkembangan dampak yang
ditimbulkannya.
Pengenalan
Masalah SITUASI MASALAH

Perumusan
Masalah

Pementahan MASALAH Pementahan


Masalah KEBIJAKAN Solusi Masalah

TIDAK MASALAH
BENAR ?
YA
Pemecahan
Masalah

Pemecahan
SOLUSI KEBIJAKAN Kembali
Masalah

SOLUSI
YA MASALAH TIDAK
CIRI-CIRI MASALAH KEBIJAKAN
Saling ketergantungan
Subjektifitas
Sifat buatan
Dinamika
*Saling Ketergantungan
Masalah-masalah kebijakan didalam satu bidang
kadang-kadang mempengaruhi masalah-masalah
kebijakan di bidang lain.
Dalam kenyataannya masalah-masalah kebijakan
bukan merupakan kesatuan masalah yang berdiri
sendiri.
Masalah-masalah kebijakan merupakan bagian dari
seluruh sistem masalah yang disebut messes yaitu
suatu sistem kondisi eksternal yang menhasilkan
ketidakpuasaan diantara masyarakat.
Lanjutan…

Messes sulit atau bahkan tidak mungkin dipecahkan


dengan menggunakan pendekatan analitis karena
jarang masalah-masalah dapat didefinisikan atau
dipecahkan secara sendiri-sendiri.
Lebih mudah memecahkan sepuluh masalah yang
saling terkait daripada memecahkan satu masalah
secara tersendiri.
Sistem masalah yang saling tergantung
mengharuskan suatu pendekatan holistik, suatu
pendekatan yang memandang bagian-bagian sebagai
dari keseluruhan sistem yang mengikatnya.
*Subjektivitas
Kondisi eksternal yang menimbulkan suatu
permasalahan didefinisikan, diklasifikasikan,
dijelaskan dan dievaluasi secara selektif. Meskipun
terdapat suatu anggapab bahwa masalah itu bersifat
objektif tetapi dapat diinterpretasikan secara berbeda.
Masalah merupakan elemen dari situasi masalah yang
diabraksikan dari situasi tersebut oleh analis
kebijakan secara subjektif.
Dalam analisis kebijakan merupakan hal yang sangat
penting untuk tidak mengacaukan antara situasi
masalah dengan masalah kebijakan, karena masalah
adalah barang abstrak yang timbul melalui
transformasi pengalaman kedalam penilaian manusia
*Sifat buatan
Masalah-masalah kebijakan hanya mungkin ketika
manusia membuat penilaian mengenai keinginan
untuk merubah beberapa situasi masalah.
Masalah kebijakan merupakan hasil penilaian
subjektif manusia; masalah kebijakan itu juga bisa
diterima sebagai definisi-definisi yang sah dari kondisi
sosial yang objektif dan karenanya masalah kebijakan
difahami, dipertahankan dan diubah secara sosial.
Masalah tidak berada di luar individu/kelompok yang
mendefinisikannya, yang berarti bahwa tidak ada
keadaan masyarakat yang “alamiah” dimana apa yang
ada dalam masyarakat tersebut dengan sendirinya
merupakan masalah kebijakan.
*Dinamika
Terdapat banyak solusi untuk suatu masalah
sebagaimana terdapat banyak definisi terhadap
masalah tersebut.
Masalah dan solusi berada dalam perubahan-
perubahan yang konstan karenanya masalah dapat
secara konstan terpecahkan
Solusi terhadap masalah dapat menjadi usang
meskipun barangkali masalah itu sendiri belum
usang.
TIGA KELAS MASALAH KEBIJAKAN
WELL STRUCTURED
PROBLEMS

MODERATELY
MASALAH
STRUCTURED
KEBIJAKAN
PROBLEMS

ILL STRUCTURED
PROBLEMS

Struktur dari masing-masing kelas ini ditentukan oleh


tingkat kompleksitasnya, yaitu derajat seberapa jauh
suatu masalah merupakan sistem permasalahan yang
saling tergantung.
WELL STRUCTURED PROBLEM
Masalah yang sederhana
Melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan
dan seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan.
Kegunaan (nilai) mencerminkan konsensus pada
tujuan-tujuan jangka pendek yang secara jelas
diurutkan dalam tatanan pilihan pembuat kebijakan.
Hasil dari masing-masing alternatif diketahui dengan
keyakinan tinggi
Masalah-masalah operasional yang secara relatif lebih
rendah dalam instansi pemerintah.
MODERATELY SRUCTURED PROBLEMS
Masalah yang agak sederhana.
Masalah-masalah yang melibatkan satu atau
beberapa pembuat kebijakan dan sejumlah alternatif
yang relatif terbatas.
Kegunaan (nilai) mencerminkan konsensus pada
tujuan-tujuan jangka pendek.
Hasil dari alternatif-alternatif belum tentu diketahui
dengan keyakinan yang tinggi
Probabilitas kesalahan tidak dapat diperkirakan.
ILL STRUCTURED PROBLEMS
Masalah yang rumit
Masalah-masalah yang mengikutsertakan banyak
pembuat keputusan.
Kegunaan (nilai) tidak diketahui atau tidak mungkin
untuk diurutkan secara konsisten.
Jika masalah sederhana dan masalah agak sederhana
mencerminkan konsensus, maka karakteristik utama
dari masalah yang rumit adaklah konflik diantara
tujuan-tujuan yang yang saling bersaing.
Alternatif-alternatif dan hasil kebijakan tidak
diketahui.
STRUKTUR MASALAH
ELEMEN AGAK
SEDERHANA SEDERHANA RUMIT

PENGAMBIL SATU ATAU SATU ATAU


KEPUTUSAN BEBERAPA BEBERAPA BANYAK

ALTERNATIF TERBATAS TERBATAS TAK TERBATAS

KEGUNAAN
(NILAI) KONSENSUS KONSENSUS KONFLIK

TIDAK
HASIL PASTI TIDAK PASTI DIKETAHUI

DAPAT TAK DAPAT TAK DAPAT


PROBABILITAS DIHITUNG DIHITUNG DIHITUNG
FASE-FASE PERUMUSAN MASALAH
PROBLEM SEARCH
PENCARIAN MASALAH

PROBLEM DEFINITION
PENDEFINISIAN MASALAH

PROBLEM SPECIFICATION
SPESIFIKASI MASALAH

PROBLEM SENSING
PENGENALAN MASALAH
Pencarian masalah = proses penemuan dan
penyatuan beberapa representasi masalah dari
berbagai pelaku kebijakan.
Pendefinisian masalah = proses mengkarakteritikan
masalah masalah subalternatif kedalam istilah-istilah
yang paling mendasar dan umum.
Spesifikasi masalah = proses pemahaman masalah
dimana analis mengembangkan representasi masalah
subalternatif secara formal (logis atau matematis).
Pengenalan masalah = tahap perumusan masalah
dimana analisis mengalami kekhawatiran yang
campur aduk dan gejala ketegangan dengan cara
mengenali situasi masalah.
METODE-METODE PERUMUSAN MASALAH
SUMBER
METODE TUJUAN PROSEDUR KRITERIA KINERJA
PENGETAHUAN
Estimasi batas peta Pencarian sampel bola Sistem pengetahuan Ketepatan batas
Analisis Batas masalah salju, pencarian masalah
dan penjumlahan
Kejelasan konsep Pemilahan secara logis Analis individual Konsistensi logis
Analisis Klarifikasi dan klasifikasi konsep

Identifikasi penyebab Pemilahan secara logis Analis individual dan Konsistensi logis
yang mungkin, masuk dan klasifikasi penyebab kelompok
Analisis Hirarki akal dan dapat ditindak
lanjuti
Pengenalan kesamaan Perumusan analogi Kelompok Plausibilitas
Sinektika antar masalah personal, langsung dan perbandingan
fantasi
Generalisasi wawasan Penggunaan secara Kelompok Perbaikan wawasan
Analisis Prespetif serentak perspektif
Ganda teknis, organisasional,dan
personal
Sintesis kreatif asumsi- Identifikasi pelaku, Kelompok Konflik
asumsi yang berlawanan penampakan asumsi,
pempertentangkannya
Analisis Asumsi
dan pengelompokan,
sintesis
ANALISIS BATAS
ANALOGI
“Para penunggu pekarangan (lahan), sambil membersihkan
tanahnya, ia berhati-hati bahwa musuh bersembunyi
didalam hutan belantara yang terletak persis di sebelah
hutan (lahan) yang baru dibuka. Untuk meningkatkan
keamanan meraka, para penunggu pekarangan
membersihkan wilayah yang lebih luas tetapi tidak pernah
merasa cukup aman. Kadang-kadang, mereka harus
memutuskan untuk membersihkan pekarangan lebih luas
lagi ataukah menunggui kebun dan binatang peliharaan
mereka didalam batas yang telah dibersihkan. Mereka
melakukan yang terbaik untuk mengusir binatang liar tetapi
tahu betul bahwa musuh bersembunyi disamping tanah yang
telah dibersihkan dapat mengejutkan dan menghancurkan
mereka. Mereka berharap untuk tidak terjebak memilih
bertani dan beternak ketika harus memilih untuk
membersihkan tanah yang lebih luas”
Lanjutan…
Analogi tentang para penunggu pekarangan
menekankan masalah kunci perumusan masalah dalam
analisis kebijakan.
Para analis kebijakan jarang berhadapan dengan
masalah tunggal yang terdefinisi dengan baik. Mereka
dihadapkan pada masalah ganda yang terdistribusi
melalui proses pembuatan kebijakan, didefinisikan
dalam cara-cara yang berbeda oleh para pelaku
kebijakan yang tindakan dan prespektifnya saling
mempengaruhi.
Para pembuat kebijakan terlibat dalam wacana dengan
realitas yang tidak pernah berakhir, untuk menemukan
sisi yang lebih banyak, dimensi tindakan yang lebih
banyak, dan kesempatan yang lebih banyak untuk
melakukan perbaikan.
ANALISIS KLASIFIKASI
Teknik untuk memperjelas konsep-konsep yang
digunakan untuk mendefinisikan dan mengklarifikasi
kondisi permasalahan
Didasarkan pada dua prosedur utama: pembagian
logis dan klasifikasi logis.
Pembagian logis = ketika kita memilih suatu kelas
dan membaginya kedalam komponen bagiannya.
Klasifikasi logis = pengkombinasian situasi, objek
atau orang-orang kedalam kelompok atau kelas yang
lebih besar. (kebalikan proses pembagian logis)
Relevansi klasifikasi terhadap situasi
masalah
Relevansi subtantif. Dasar klasifikasi harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan analisis dan sifat
situasi masalah. Kelas dan sub kelas harus sesuai dengan
“realitas” situasi masalah.
Ketuntasan. Kategotri-kategori dalam sebuah sistem
klasifikasi harus tuntas. Hal ini berarti semua subjek
atau situasi yang menarik bagi analis harus “dimasukan”
Kepilahan. Kategori subjek haruslah dipilah. Setiap
subjek atau kondisi harus masuk hanya pada styu
kategori atau sub kategori.
Konsistensi. Setiap kategori dan sub kategori harus
didasarkan pada prinsip klasifikasi tunggal.
Perbedaan hirarkis. Arti tingkatan-tingkatan dalam
klasifikasi (kategori, subkategori, sub-subkategori)
harus dibedakan dengan teliti.
Contoh skema klasifikasi
ANALISIS HIRARKIS
Sebuah teknik untuk mengidentifikasi sebab-sebab
yang mungkin dari suatu situasi masalah.
Analisis hirarkis membantu untuk mengidendifikasi
tiga macam sebab: sebab yang mungkin, sebab yang
masuk akal, sebab yang dapat ditindaklanjuti.
Sebab yang mungkin adalah kejadian-kejadian atau
aksi-aksi yang meskipun jauh, mungkin menimbulkan
terjadinya suatu situasi masalah.
Sebab yang masuk akal adalah kejadian-kejadian atau
aksi-aksi yang berdasar penelitian ilmiah atau
pengalaman langsung yang diyakini memberikan
pengaruh penting terhadap terjadinya situasi masalah.
Sebab yang dapat ditindak lanjuti adalah sebab yang
dapat dikontrol atau dimanipulasi oleh para pembuat
kebijakan .
Contoh skema analisis hirarkis sebab sebab
Lilin
Kecelakaan
penerangan
Langsung Lampu minyak

Merokok Rokok
Korek api

Perbuatan
manusia
As kardan

Panas pada bagian


yang bergerak
Motor dinamo
Tak langsung

Busi

Sistem listrik mobil

konsleting
Heater

Listrik

konsleting

Radiator
Bukan karena
perbuatan Pancaran Heater gas
manusia panas
Sinar matahari
Cat minyak

Oksidasi
Lap berminyak
Rekasi kimia

Lainnya Benda kimia


SINEKTIKA
Sebuah metode yang diciptakan untuk mengenali masalah-
masalah yang bersifat analog.
Merujuk pada investigasi terhadap kesamaan-kesamaan yang
membantu dalam memahami masalah-masalah kebijakan.
Beberapa studi menunjukan bahwa orang sering gagal
mengenali bahwa apa yang tampak sebagai masalah baru
sesungguhnya merupakan masalah lama yang tersamar. Dan
masalah lama mungkin mengandung solusi-solusi potensial
bagi masalah yang kelihatannya baru.
Sinektika didasarkan pada asumsi bahwa pemaham,an
terhadap hubungan yang identik atau mirip diantara berbagai
masalah akan mengakibatkan masalah mempunyai
kecenderungan lebih mudah untuk dipecahkan.
Pada analisis sinektika, dalam menyusun
masalah-masalah kebijakan terdapat empat
tipe analogi
Analogi personal. Para analis berusaha untuk
membayangkan dirinya mengalami suatu kondisi masalah
seperti apa yang dialami pelaku kebijakan sebelumnya.
Analogi langsung. Analis meneliti kemiripan hubungan
diantara dua atau lebih situasi masalah.
Analogi simbolis. Analis berusaha untuk menemukan
kemiripan hubungan antara situasi masalah tertentu.
Analogi fantasi. Para analis sepenuhnya bebas menggali
kesamaan antara situasi masalah dan suatu persoalan yang
imajiner.
ANALISIS PRESPEKTIF GANDA
Metode untuk memperoleh pandangan yang lebih banyak
mengenai masalah-masalah dan peluang pemecahannya
dengan secara sistematis menerapkan prespektif personal,
organisasional dan teknikal terhadap situasi masalah.
Prespektif teknis. Memandang masalah-masalah dan
solusi-solusinya dalam kerangka model optimalisasi dan
menerapkan teknik-teknik yang didasarkan pada teori
probabilitas, analisi biaya-manfaat dan analisis keputusan,
sekonometri dan analisis sistem. Prespektif teknis
didasarkan pada wawasan teknologi ilmiah, menekankan
pemikiran kausal, analisis objektif, prediksi-optimalisasi
dan ketidakpastian yang memenuhi syarat.
Prespektif Organisasional. Memandang masalah dan
solusi sebagai bagian dari kemajuan yang teratur (dengan
sedikit krisis sementara) dari satu keadaan organisasi ke
keadaan lainnya. Prosedur Operasi Standar (SOP),
peraturan, rutinitas institusional merupakan karakteristik
utama. Prespektif ini kurang menaruh perhatian pada
pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja.
Prespektif Personal. Memandang masalah-masalah dan
solusi-solusi dalam kerangka persepsi, kebutuhan dan
nilai-nilai individu. Karakteristik utamanya adalah
penekanan pada instuisi, karisma, kepemimpinan dan
kepentingan pribadi sebagai faktor-faktor yang
menentukan kebijakan-kebijakan dan dampak-dampaknya
ANALISIS ASUMSI
Merupakan sebuah teknik yang bertujuan mensintesiskan
asumsi-asumsi yang saling bertentangan mengenai
masalah-masalah kebijakan.
Secara eksplisit analisis asumsi diciptakan untuk
mengurusi masalah-masalah yang rumit dimana para
pelaku kebijakan tidak dapat sepakat tentang bagaimana
merumuskan masalah.
Analsis asumsi diciptakan untuk mengatasi empat
kelemahan-kelemahan utama analisis kebijakan yaitu :
(1)analisis kebijakan seringkali didasarkan pada asumsi
dari satu pembuat kebijakan, (2) analisis kebijakan
biasanya gagal mempertimbangkan secara sistematis dan
eksplisit pandangan-pandangan yang berlawanan
mengenai sifat masalah dan potensi pemecahannya
Lanjutan
(3) kebanyakan analisis kebijakan dilakukan dalam
organisasi-organisasi dimana sifat self-sealing-nya
membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghadapi
rumusan-rumusan masalah yang besar, (4) kriteria yang
digunakan untuk menilai kecukupan masalah dan
solusinya seringkali hanya menyentuh karakteristik
permukaannya.
LIMA TAHAP PROSEDUR ANALISIS ASUMSI
Identifikasi pelaku kebijakan
Memunculkan asumsi
Mempertentangkan asumsi
Mengelompokkan asumsi
Sintesis asumsi

You might also like