Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Sejalan dengan perubahan paradigma pembelajaran, ada beberapa perubahan format dan
istilah dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam format RPP terdapat istilah Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan pembelajaran. Menurut Standar Proses PERMEN
no.41 tahun 2007, indikator kompetensi adalah perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang dapat
diukur untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar dan menjadi acuan penilaian. Adapun tujuan
pembelajaran adalah menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik.
Dalam pelaksanaan di lapangan terdapat beberapa pendapat, pertama: indikator dan tujuan
pembelajaran adalah hal yang sama, kedua: ada yang membedakannya dengan hanya menambahkan
kata siswa dapat, ketiga: ada yang menunjukkan proses belajarnya dengan menuliskan model/strategi
pembelajaran yang digunakan. Jika indikator dan tujuan pembelajaran sama, mengapa harus ada istilah
yang berbeda? Jika hanya ditambah kata siswa dapat, apakah sudah cukup membuat perbedaan makna
indikator dan tujuan? Jika proses belajar diartikan dengan model/strategi pembelajaran, mengapa ada
metode dalam format RPP? Tulisan ini mencoba mendiskusikan ketiga pendapat tersebut, untuk
sekiranya dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perbedaan pendapat terkait istilah
indikator dan tujuan pembelajaran.
(http://edweb.sdsu.edu/courses/edtec540/objectiv
es/difference.html (diakses 7/10/2010)
(http://itc.utk.edu/~bobannon/objectives.html
(diakses 6/10/2010)
(http://www.cpass.umontreal.ca/documents/pdf/
mesure/reference/11.Competency-
Based_Learning_Models.pdf (diakses 5/10/2010)
Abstrak: Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Pada awal 2008
mulai dimunculkan gagasan untuk mencoba mengadopsi lesson study sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan efektifitas PPL dalam rangka menyiapkan mahasiswa
sebagai calon guru. Di SMPN II Malang, pada semester ganjil, 2010/2011, mahasiswa PPL
jurusan Pendidikan Matematika melaksanakan kegiatan lesson study sebanyak 4 kali. Pada
saat refleksi, kekurangan pada pembelajaran sebelumnya diperbaiki pada pembelajaran
berikutnya dan kelebihan pada pembelajaran sebelumnya dipertahankan pada pembelajaran
berikutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari tiga kali kegiatan lesson study tersebut,
sudah terjadi daur kaji pembelajaran (siklus).
Gambar 2
Daur Lesson Study yang Terorientasi
Gambar 1 pada Praktek
Siklus Lesson Study
Masing-masing tahapan dalam PROGRAM PPL DI UNIVERSITAS
lesson study mempunyai tujuan yang NEGERI MALANG
berujung pada membangun learning Salah satu tujuan Universitas Negeri
community. Dalam Ibrahim (2009), plan Malang adalah menghasilkan lulusan yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi. Tugas
bertujuan untuk menghasilkan rancangan pokok Universitas Negeri Malang adalah
pembelajaran yang diyakini mampu menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran di jenjang pendidikan tinggi,
membelajarkan peserta didik secara efektif menyelenggarakan penelitian dan
serta membangkitkan partisipasi aktif pengembangan ilmu, dan menyelenggarakan
pengabdian kepada masyarakat di beragai
peserta didik dalam pembelajaran. bidang sesuai kebutuhan pembangunan
Tahap do dimaksudkan untuk dengan meletakkan bidang kependidikan
menerapkan rancangan pembelajaran yang sebagai bidang utama (Pedoman Pendidikan
telah dirumuskan pada tahapan plan. Guru UM, 2009).
model akan menjalankan rancangan yang Dalam Katalog FMIPA UM (2010),
dibuat bersama-sama, sementara guru yang jurusan Matematika di Universitas Negeri
lain berperan sebagai pengamat. Data yang Malang mempunyai dua program studi yaitu
sudah dikumpulkan oleh guru dalam tahap program studi Matematika dan program
do, dianalisis bersama pada tahap see studi Pendidikan Matematika. Salah satu
(refleksi). tujuan program studi Pendidikan
Tahapan See bertujuan untuk Matematika adalah meningkatkan kualitas
menemukan kelebihan dan kekurangan sumber daya manusia dengan menghasilkan
pelaksanaan pembelajaran. Hasil diskusi sarjana Pendidikan Matematika yang
pada tahap refleksi dapat digunakan dan berkualitas serta menghasilkan karya
dipertimbangkan sebagai bahan untuk akademik yang berbobot dalam bidang
merevisi materi, pendekatan maupun Pendidikan Matematika.
instrumen yang digunakan (Ibrahim, 2009). Salah satu matakuliah dalam
Ketiga tahapan ini dapat dilakukan secara program studi Pendidikan Matematika
terus menerus, dalam arti bahwa kelebihan adalah Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
dan kekurangan dalam pelaksanaan yang termasuk dalam matakuliah Perilaku
pembelajaran yang sudah didiskusikan Berkarya. PPL adalah matakuliah yang
dalam tahapan see menjadi bahan bertujuan untuk memberikan pengalaman
pertimbangan untuk merancang praktis di lapangan melalui kegiatan magang
pembelajaran selanjutnya. Ibrahim (2009) agar mahasiswa memiiki kompetensi yang
Abstrak
Suhadi Ibnu
Universitas Negeri Malang (UM)
Abstrak:
Sebagai dampak dari globalisai, generasi muda masa kini terpapar dengan dahsyat terhadap berbagai
bentuk perubahan di dalam kehidupan personal, sosial dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai sosial yang pada waktu lalu dapat dijaga dan dipertahankan dengan baik saat ini telah sangat
berbeda wujudnya di dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hasil positif yang seharusnya berkembang
dari kemajuan IPTEK seolah tenggelam jika dibandingkan dengan dampak negatif yang tidak dapat
dihindari. Dalam perkembangan ilmu dan teknologi informasi dan komunikasi misalnya, menjamurnya
kanal-kanal komunikasi yang menghidangkan berbagai situs porno dan bermoral rendah adalah hasil
ikutan yang tidak bisa dihindarkan dari perkembangan ilmu dan teknologi komunikasi itu sendiri.
Menolak kehadiran dan pekembengan IPTEK termasuk teknologi informasi dan komunikasi adalah
langkah yang tidak produktif. Tetapi menerima begitu saja adalah sikap yang tidak bijak. Untuk
menghindari dampak negatiif dari perkembangan IPTEK diperlukan pendidikan yang tidak hanya
meningkatkan pengetahuan dan ketramplan tetapi juga meneguhkan moral dan karakter untuk
menumbuhkan generasi muda yang berakhlak mulia, beretos kerja tinggi, cerdas dan trampil,
demokratik dalam sikap, dan cinta bangsa dan tanah air. Sains dan pendidikan Sains yang
dikembangkan dan dilaksanakan dengan baik menjanjikan dilahirkannya generasi muda dengan
karakter yang baik, seperti yang diharapkan di atas. Sains dan pendidikan Sains memiliki keluasan
cakupan ontologi, ketertiban dan kejujuran epistemlogi dan norma etika aksiologi yang berpotensi
mengembangkan keluasan pengetahuan kognitif, kemuliaan afektif dan ketrampilan psikomotorik pada
diri peseta didik. Sikap ilmiah atau “scientific attitude´ yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
disiplin Sains dan pendidikan Sains jika dikembangkan secara konsisten dan terus menerus akan sangat
membantu menghasilkan generasi muda yang memiliki karakter sosial yang kuat, professional dalam
bekerja dan memiliki watak demokratik di dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Kata kunci: pendidikan Sains, pendidikan karakter, sikap ilmiah, pendidikan demokrasi.
Suratno
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember
Jln. Kalimantan No. 37 Kompleks Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur 68121
Telp/Fax: 0331 334988
ratnobio@yahoo.com
Abstract
Keterampilan metakognisi perlu dilatihkan kepada siswa. Keterampilan metakognisi dapat
menjadikan siswa menjadi pebelajar mandiri. Penelitian ini bertujuan mengkaji penerapan
pembelajaran reciprocal teaching dengan eksperimen terhadap pemberdayaan keterampilan metakognisi
siswa SMA di Jember. Penelitian ini adalah kuasi ekperimen. Prosedur penelitian pretest-posttest
nonequivalent control group design. Populasi penelitian siswa SMA di Jember. Sampel penelitian siswa
kelas X SMAN 4, SMAN 5 Jember, SMAN Kalisat Jember, dan SMA Muhammadiyah 3 Jember.
Keterampilan metakognisi diukur dengan rubrik keterampilan metakognisi yang dikembangkan oleh
Corebima (2007). Skor yang didapat dikonversikan ke dalam skala 0-100 kemudian dikategorikan
menggunakan rating scale dari Green (2002) yaitu super (85-100), ok (68-84), development (51-67), can
not really (34-50), risk (17-33), dan not yet (0-16). Hasil penelitian menunjukkan reciprocal teaching
dengan penguatan eksperimen dapat pemberdayakan keterampilan metakognisi siswa SMA.
Pembelajaran reciprocal teaching dengan penguatan eksperimen dapat meningkatkan keterampilan
metakognisi 48,22% dari pretes ke postes.
M. Asrofi
Guru SMKN 4 Malang
Abstrak
A study of the influence of Inquiry Based learning (IBL) implementation on students’ achievement based
on their critical thinking has been carried out in Vocational High School (SMK) for grade X students. The
purposes of this study to know distinction student’s achievement that study with IBL approach compared
to conventional learning process. We used a factorial design of 2 x 2, with first class that study with IBL
approach and second class study with conventional way. The results of this study analyzed using two
ways ANAVA. It is found that IBL approach did not significantly affected to students’ achievement.
Higher critical thinking give rise to their achievement.
Pratiwi Pujiastuti
PGSD FIP UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Karangmalang Yogyakarta 55281
Telp/fax (0274) 540611
pratiwiuny@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitan ini bertujuan mengetahui profil guru SD di Kota Wates Kabupaten Kulon Progo dan
menawarkan alternatif permbelajaran IPA yang berkualitas bagi siswa SD. Kegiatan penelitian
dilakukan bulan Juli-Agustus Tahun 2010 melalui penyebaran kuesioner kepada 25 orang guru kelas V
SD di Kota Wates. Instrumen penelitian adalah kuesioner terdiri dari pertanyaan semi terbuka dan
kombinasi tertutup- terbuka. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
persentase. Hasil penelitian 1) Guru IPA kelas V SD di Kota Wates adalah guru kelas 88%. Jenjang
pendidikan guru sebagian besar berpendidikan S1 dari Program Studi yang kurang relevan dengan
bidang keahliannya 40%, lulusan D2 PGSD 32%, lulusan S1 PGSD 24%. Dalam mengajar guru sebagai
pelaksana pembelajaran, 2) Pemahaman guru tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dan kooperatif
TGT masih kurang, guru jarang/belum menerakpan pembelajaran tersebut dalam pembelajaran IPA di
SD, 3) Penerapan Pembelajaran inkuiri terbimbing dan kooperatif TGT mengembangkan kualitas
pembelajaran IPA SD. Pembelajaran ini mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembelajaran ini menarik, menantang, tetapi juga menyenangkan, sesuai dengan hakikat pembelajaran
IPA, perkembangan intelektual siswa, dan sesuai dengan kemajuan IPTEKS yang semakin pesat, 4)
Keterbatasan pengalaman dan wawasan guru tentang pembelajaran IPA SD mengakibatkan guru
mengajar kurang memberdayakan keterampilan proses IPA dan kemampuan berpikir siswa.
Key word: Profil Guru, Inkuiri Terbimbing, Kooperatif TGT, Keterampilan Proses IPA, Kemampuan
Berpikir
Zusje W. M. Warouw
FMIPA Universitas Negeri Manado, Jl Kampus FMIPA Tondano.
E-mail: mzusje@yahoo.com
Abstrak
Abstract
This research developed learning package, which could empower capability of the students to
think critically, Reciprocal Teaching (RT) strategy that was integrated with Metacognitive (M) in the
form of self assessing or RTM. Results of such development were experimented to eighth grade students of
State Junior High Schools in Manado. Results of the analysis showed that average score of the students
who have high-academic capability (AT), and low-academic capability (AR) who applied RTM strategy,
have beyond the critical thinking capability of the students who have high-academic capability and low-
academic capability by applying conventional strategy (Konv): 1) Average score of the RTM-AT group,
26,33,% higher than Konv-AT, and 32,81% higher than Konv-AR, 2) Average score of the RTM-AR
group, 7,56% higher than Konv-AT, and 13,09% higher than Konv-AR. The improved percentage
occurred on RTM-AT group 687,528% for capability of critical thinking.
Dari hasil uji LSD pengaruh strategi tinggi 13,09% dari rata-rata kemampuan
pembelajaran, terungkap adanya perbedaan berpikir siswa berkemampuan akademik
rata-rata skor kemampuan berpikir siswa rendah yang belajar dengan strategi konven-
pada kelompok perlakuan dan kelompok sional.
kontrol. Rata-rata skor terkoreksi kemampu- Diketahui juga bahwa terdapat perbe-
an berpikir siswa yang tertinggi terlihat pada daan peningkatan kemampuan berpikir
kelompok perlakuan dengan strategi RTM, siswa setelah pembelajaran, terlihat pada
berbeda nyata dengan rata-rata skor terko- kemampuan berpikir siswa berkemampuan
reksi kemampuan berpikir siswa pada ke- akademik tinggi yang belajar dengan strategi
lompok strategi pembelajaran konvensional. pembelajaran RTM, yang meningkat lebih
Secara persentase dapat diurutkan bahwa tinggi yaitu 687,528%, dibandingkan dengan
rata-rata skor terkoreksi kemampuan ber- skor rata-rata siswa berkemampuan akade-
pikir siswa pada kelompok strategi RTM mik rendah yang belajar dengan strategi
sebesar 76,581 lebih tinggi 19,87% dari rata- RTM yang meningkat 584,286%. Dalam hal
rata kemampuan berpikir siswa pada strategi ini rata-rata skor kemampuan berpikir siswa
pembelajaran yang belajar dengan strategi berkemampuan akademik tinggi meningkat
konvensional yaitu 63,883. Hasil analisis lebih tinggi dari kemampuan awal diban-
juga memperlihatkan bahwa terdapat per- dingkan dengan rata-rata skor kemampuan
bedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis berpikir siswa berkemampuan akademik
siswa akademik tinggi dan siswa akademik rendah yang belajar dengan strategi RTM.
rendah. Rata-rata skor kemampuan berpikir
yang paling tinggi terlihat pada siswa DISKUSI HASIL PENELITIAN
berkemampuan akademik tinggi yaitu 1. Pengaruh Strategi Pembelajaran
76,134 dan lebih tinggi 12,34% dari rata-rata terhadap Kemampuan Berpikir Siswa
skor terkoreksi kemampuan berpikir siswa Berdasarkan hasil analisis data dike-
berkemampuan akademik rendah yaitu tahui bahwa mean skor kemampuan berpikir
67,766. kritis siswa yang dibelajarkan strategi RTM
Berdasarkan Tabel 3 skor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan mean skor
kemampuan berpikir siswa berkemampuan kemampuan berpikir kritis siswa yang
akademik tinggi yang belajar dengan strategi dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
pembelajaran RTM, lebih tinggi 17,44% dari konvensional. Dengan demikian dapat
rata-rata kemampuan berpikir siswa berke- dijelaskan bahwa, sintaks pembelajaran yang
mampuan akademik rendah yang belajar dikembangkan efektif untuk meningkatkan
dengan strategi pembelajaran RTM, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Warouw
26,33% lebih tinggi dari rata-rata kemam- (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
puan berpikir siswa berkemampuan akade- efektif apabila berlangsung sesuai tujuan
mik tinggi yang belajar dengan strategi pembelajaran dan sintak kegiatan pembe-
pembelajaran konvensional. Kemampuan lajaran yang telah direncanakan oleh guru.
berpikir siswa berkemampuan akademik Persentase mean skor kemampuan
rendah yang belajar dengan strategi pembe- berpikir kritis siswa yang dibelajarkan
lajaran RTM, lebih tinggi 7,56% dari rata- dengan strategi RTM lebih tinggi 16,58%
rata kemampuan berpikir siswa berkemam- dari mean skor keterampilan berpikir kritis
puan akademik tinggi yang belajar dengan siswa pada kelompok strategi pembelajaran
strategi pembelajaran konvensial, dan lebih konvensional (kelas kontrol). Tingginya skor