Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Visi DEPKES yaitu “ masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat” dan misi
”membuat rakyat sehat”, Salah satu dari pelaksanan untuk mencapai visi tersebut
maka Badan Litbangkes Depkes mengadakn Riset Kesehatan Dasar1).
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based
data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari
dinkes kabupaten/kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based
data) yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan memberi informasi bahwa
pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun
2005 menyatakan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 1,117,179
(7,05%) menduduki peringkat pertama dan pada pola 10 penyakit pasien rawat
nginap di rumah sakit tahun 2005, Demam Tifoid dan Paratifoid 81,116 (3,15%)
2
menduduki tempat kedua ). Dalam istilah ISPA dan Pneumonia program
menjelaskan bahwa pneumonia merupakan bagian dari ISPA.
1
Kasus hepatitis secara nasional mengalami fluktuasi dalam 5 tahun terakhir yang
tercermin dalam Angka insiden (AI) per 10.000 penduduk. Tahun 2001 tercatat AI
sebesar 1,3 jumlah kasus (26,75) yang kemudian turun menjadi 0,60 (jumlah
kasus 12,99) pada tahun 2002. Kasus hepatitis mengalami peningkatan tahun
2003 dengan AI sebesar 1,40 (jumlah kasus 29,59) yang kemudian kembali turun
pada tahun 2004 menjadi 0,56 (jumlah kasus 12162). Setelah sempat turun AI
kembali merangkak naik menjadi 0,9 (jumlah kasus 20,33) pada tahun 2005.
Menurut laporan pada tahun 2005, jumlah kasus hepatitis klinis yang dirawat jalan
di rumah sakit sebanyak 2.933 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak
1.639 kasus dengan kematian pada 8 kasus, dan yang dirawat di puskesmas
13.938 kasus 3).
Data riskesdas tahun 2007 terdiri dari; 22 pertanyaan (10 variabel penyakit
menular) tentang data morbiditas dari penyakit menular dari 50 pertanyaan (21
variabel penyakit yang digali). Dari 10 variabel tersebut hanya 7 penyakit yang
merupakan variabel penyakit menular langsung.
3
1.2. Perumusan Masalah
Data riskesdas tahun 2007 yang mengambil data dimasyarakat, dan juga
merupakan riset dasar merupakan daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk
menampilkan hasil riset ini agar menarik dan berguna bagi semua pihak, walapun
masih ada kekurangan dari beberapa variabel yang ada, terutama variabel
penggalian penyakit menular langsung, menimbang masalah morbiditas masih
didominasi penyakit menular, maka data morbiditas penyakit menular langsung
(Pneumonia, Typhus/Paratyphus dan hepatitis B)menurut determinan yang ada
dirasakan penting untuk membantu pelaksanaan kerja yang lebih efektif bagi
penentu kebijakan dan penanggulangan penyakit menular langsung. Dan
sepanjang pengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti atau
menampilkan data hubungan morbiditas penyakit Pneumonia,
Typhus/Paratyphus, Hepatitis dengan determinannya pada data riskesdas 2007.
1.4.Tujuan
1Tujuan Umum
Memperoleh faktor determinan yang dominan pada penyakit menular
langsung Pneumonia, Typhus/Paratyphus, Hepatitis ) yang menyebabkan
morbiditas dan di Indonesia.
2.Tujuan Khusus
1. Mencari hubungan antara morbiditas penyakit Pneumonia,
Typhus/Paratyphus, Hepatitis dengan faktor determinant status individu
(umur, jenis kelamin,) .
4
2. Mencari hubungan antara morbiditas penyakit Pneumonia,
Typhus/Paratyphus, Hepatitis dengan faktor determinant keluarga/
lingkungan seperti sosial ekonomi, pendidikan, pekerjaan, jumlah balita
dan asal daerah/ tempat tinggal, sanitasi lingkungan ,akses dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
1.5.Manfaat
5
BAB 2
METODOLOGI
2.1.Kerangka Teori
HL Blum:
Lingkungan
Pelayanan
Perilaku Status Kesehatan Kesehatan
Herediter
6
2.2.Kerangka pikir
Status Individu:
- Umur
- Jenis kelamin
Status keluarga:
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Status sosek Morbiditas karena:
- Jumlah balita 1. Pneumonia
2. Demam Typhoid/typhus
Lingkungan: 3. Hepatitis/Lever/Kuning
- Sanitasi lingkungan
- Asal daerah(desa/kota)
- Sosial ekonomi
7
2.3. Tempat dan Waktu Penelitian:
Penelitian ini adalah penelitian analisa lanjut data riskesdas 2007 yang
dilaksanakan seluruh Indonesia maka analisa data ini akan di laksanakan
di Badan Litbangkes DEPKES ( 4 bulan)
2.4. Desain:
Crosseksional
Eksklusi:
apabila variabel diatas ada yang tidak lengkap
2.9. Variabel
Variabel dependent:
Morbiditas:
- Pneumonia ( semua kelompok umur)
- Demam typhoid (semua kelompok umur)
- Hepatitis/sakit liver/sakit kuning ( semua kelompok umur)
Variabel independent:
- Umur
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Akses ke pelayanan kesehatan
- Sanitasi lingkungan
- Asal daerah(desa atau kota)
- Wilayah
10
Ditanyakan dalam 1 bulan terakhir
2. Variabel Independent
1. Status Individu
1.1. Jenis kelamin: jelas pada beberapa penyakit ada perbedaan resiko
biarpun tidak langsung, karena hal ini ada kaitannya dengan kegiatan
aktifitas menurut jenis kelamin (beberapa referensi menyebutkan pada
11
pneumonia banyak terjadi pada laki-laki, typhus dan hepatitis pada
kelompok laki-laki)
Kode 1; laki laki atau kode 2; perempuan.
1.2. Umur:
Dihitung dalam tahun dengan pembulatan kebawah atau umur pada
ulang tahun yang terakhir, kelompok umur pad penyakit pneumonia dan
hepatitis menurut teori makin tua makin banyak terpapar, sedang pada
penyakit typhoid kelompok umur sekolah yang banyak menderita sakit
typhus paratyphus
2. Karakteristik keluarga
2.1.Pendidikan (khusus untuk ART yang ≥ 10 tahun)
Kondisi pendidikan merupakan salah satu faktor yang kerap kali
ditelaah dalam menukur tingkat pembangunan manusia, Melalui
pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku
kesehatan. .
Kode 1 = Tidak pernah sekolah. Termasuk didalamnya adalah yang
belum sekolah karena belum mencapai usia sekolah.
Kode 2 = Tidak tamat SD. Termasuk tidak tamat madrasah ibtidaiyah
(MI)
Kode 3 = Tamat SD. Termasuk tamat madrasah ibtidaiyah/ Paket A dan
tidak tamat SLTP/MTs
Kode 4 = Tamat SLTP. Termasuk tamat madrasah Tsanawiyah (MTs)/
Paket B dan tidak tamat SLTA/MA
Kode 5 = Tamat SLTA. Termasuk tamat Madrasah Aliyah (MA) Paket C,
D1, D3 mahasiswa drop-out.
Kode 6 = Tamat Perguruan Tinggi. Termasuk tamat Strata-1, Strata-2,
Strata-3.
2.2. Pekerjaan Utama (khusus ART ≥ 10 tahun)
Beberapa pekerjaan ada hubungan dengan resiko penyakit, hal ini
disebabkan karena keadaan tempat kerja yang tidak memungkinkan
12
berperilaku sehat, atau hal ini juga berhubungan dengan sosial
ekonomi.
Tanyakan kepada setiap ART berumur 10 tahun atau lebih mengenai
pekerjaan responden.
Kode 1 = Tidak bekerja adalah sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan suatu usaha, atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja.
Kode 2 = Sekolah, adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal baik
pada pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi
yang di bawah pengawasan Depdknas, departemen lain maupun
swasta.
Kode 3 = Mengurus Rumah tangga adalah kegiatan mengurus rumah
tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan
upah/gaji.
Kode 4 = TNI/Polri, bekerja di pemerintahan sebagai angkatan darat,
angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian.
Kode 5 = Pegawai Negeri Sipil (PNS), bekerja di pemerintahan sebagai
pegawai negeri sipil.
Kode 6 = Pegawai BUMN adalah pegawai pemerintah yang non PNS
misalnya pegawai Telkom, PLN, PTKA.
Kode 07 = Pegawai Swasta adalah pekerja yang bekerja pada
perusahaan swasta.
Kode 08 = Wiraswasta/pedagang, orang yang melakukan usaha
dengan modal sendiri atau berdagang baik sebagai pedagang besar
atau eceran.
Kode 09 = Pelayanan Jasa, orang yang bekerja secara mandiri dan
mendapatkan imbalan atas pekerjaannya. Misalnya jasa tramsportasi
seperti sopir taksi, ojek.
Kode 10 = Petani adalah pemilik atau pengolah bahan pertanian,
perkebunan yang diolah sendiri atau dibantu oleh buruh tani.
Kode 11 = Nelayan, orang yang melakukan penangkapan dan atau
pengumpulan hasil laut (misalnya ikan).
13
Kode 12 = Buruh, pekerja yang mendapatkan upah dalam mengolah
pekerjaan orang lain (buruh tani, buruh bangunan, buruh angkat angkut,
buruh pekerja).
2.3.Sosial ekonomi : menurut acuan BPS ada 5 :
1. Terendah
2. Kuintil 2
3. Kuintil 3
4. Kuintil4
5. Terkaya
2.4. Jumlah balita: Jumlah anak dibawah lima yang dipunyai dalam rumah
tangga responden dibagi menjadi
1. Jumlah balita 5 orang keatas
2. Jumlah balita 4 orang
3. Jumlah balita 3 orang
4. Jumlah balita 2 orang
5. Jumlah balita 1 orang
6 Tidak mempunyai balita
Kode 13 = Lainnya
3. Karakteristik lingkungan
3.1. Wilayah
Menurut propinsi tetapi tidak sampai ke analisa bivariat, sedang menurut
beberapa referensi penyakit pneumonia banyak dikota besar, penyakit
tipus dan hepatitis banyak dipedesaan.
Menurut kelompok ada 5 kelompok pulau
1. Jawa dan Bali
2. Sumatera
3. Kalimantan
4. Sulawesi
5. NTT dan NTB
6. Maluku dan Papua
14
1. Kota
2. Desa
3.3.Sanitasi Lingkungan (BlokVII)
Menurut teori penyakit menular sangat ditentukan oleh sanitasi
lingkungan baik rumah maupun lingkungan luar rumah, karena itu
beberapa teori menyebutkan bahwa perlu ada rumah sehat, untuk
meningkatkan kesehatan seseorang 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17).
Rumah sehat yang dipakai referensi adalah persyaratan perumahan
Menkes RI no. 829/Menkes/SK/VII/ 1989 antara lain:
1. Tidak terletak dekat daerah pembuangan akhir sampah
2. Tidak teletak pada daerah asap (pembakaran)
3. Kualitas udara lingkungan bebas gas beracun dan berbau
(Gas sulfur melebihi 0,10 ppm)
4. Debu tidak melebihi 350 mm³/m2 per hari
5. Kualitas Air Tanah harus memenuhi air baku sesuai undang2
6. Tersedia sumber Air bersih memenuhi persyaratan kesehatan
7. Bebas dari hewan pembawa penyakit (unggas,nyamuk, dsb)
8. Bahan bangunan tidak boleh terbuat dari bahan yg dpt
berkembangnya mikro organisme
9. Tersedia tempat pembuangan sampah
10. Kepadatan hunian:Ruang tidur minimal 8 meter, tidak
dianjurkan tinggal > dari 2 orang (tidak mendapatkan data)
3.3.1. Berapa jumlah pemakaian air untuk keperluan rumah tangga
Tujuan pertanyaan ini untuk mengetahui berapa volume air yang
biasanya digunakan untuk keperluan seluruh kegiatan anggota
rumah tangga dalam sehari, baik untuk kebutuhan minum,
memasak, mandi, cuci, maupun keperluan lain seperti buang air
besar, cuci peralatan, cuci kendaraan, dan menyiram tanaman.
15
20 liter per hari per orang, dan referensi ini yang dipakai untuk
mengukur kecukupan air seseorang.
18
2. Ya
2.7.6. Apakah rumah tangga ini pernah memanfaatkan pelayanan
polindes/bidan desa dalam 3 bulan terakhir (jelas)
Jawaban yang ada
1. Tidak
2. Ya
2.7.7. Apakah rumah tangga ini pernah memanfaatkan pelayanan pos obat
desa (POD)/ warung obat desa (WOD) dalam 3 bulan terakhir (jelas)
Jawaban yang ada
1. Tidak
2. Ya
2.7.8. Gabung penggunaan ketiganya manfaat posyandu, polindes dan
POD
Jawaban yang ada
1. Tidak
2. Ya
2.7.9. Adanya sarana transportasi ke fasilitas kesehatan
1. Tidak
2. Ada
19
BAB III
HASIL PENELITIAN
Data diberikan dalam bentuk set data yang berupa CD. Sedang pada
kelengkapan variabel, semua variabel ada, kecuali data kepadatan hunian,
karena sesuatu hal maka peneliti melakukan analisa data tanpa menunggu data
kepadatan hunian.
Distribusi data yang diperoleh pada analisa ini menunjukan prevalensi penderita
pneumonia sebesar 2,2 % dengan range (0,7%-5,8%) .
Prevalensi hasil analisa lanjut ini menggambarkan prevalensi 1,5% bisa diartikan
ada kasus tifoid 1.500 per 100.000 penduduk range yang diperoleh antara 0,4%
sampai 2,6%.
20
Kasus hepatitis yang dideteksi pada survei Riskesdas adalah semua kasus
hepatitis klinis tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi hepatitis
diperoleh dengan menanyakan apakah pernah didiagnosa hepatitis oleh tenaga
kesehatan dalam 12 bulan terakhir, Responden yang menjawab tidak pernah
didiagnosa hepatitis dalam 12 bulan terakhir, ditanyakan apakah dalam kurun
waktu tersebut pernah menderita mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri perut
sebelah kanan atas, kencing berwarna air teh, serta kulit dan mata berwarna
kuning.
Pada analisa data diperoleh prevalensi sebesar 0,6% yang artinya adalah setiap
600 per seratus ribu penduduk (rentang 0,2% - 2,3%).
Semua pernyataan untuk lebih jelasnya dapat disimak pada tabel 1. dibawah ini.
Pada variabel menurut karakteristik individu terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
jenis kelamin dan umur, dapat diperhatikan pada tabel 2 dibawah.
21
Sebaran data menurut jenis kelamin memperlihatkan distribusi yang hampir
sama, kelompok jenis kelamin perempuan sedikit lebih banyak yaitu 50,8%,
daripada kelompok jenis kelamin laki – laki.
Pada sebaran data, kelompok umur 5 -14 tahun menduduki peringkat pertama
yaitu 22,3%, sedang umur diatas 75 tahun menduduki peringkat terkecil yaitu
1,8%.
Variabel Jumlah %
responden
1.Jenis kelamin
1.Laki-laki 478411 49,1
2.Perempuan 495246 50,8
2.Umur (tahun)
1.1-4 79072 8,3
2.5-14 213775 22,3
3.15-24 153089 16
4.25-34 152637 15,9
5.35-44 140574 14,7
6.45-54 105100 11
7.55-64 59802 6,2
8.65-74 36056 3,8
9.75=< 16938 1,8
22
Pada variabel pendidikan terdiri dari 6 kategori, yaitu tidak pernah sekolah, tidak
tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, Perguruan Tinggi. Tamat SD
menduduki. Sebaran data pada analisa ini memperlihatkan tamat SD adalah
responden terbanyak yaitu 29,8 %, peringkat pendudukan perguruan tinggi adalah
4,6%. Dan pada kelompok tidak lulus SD persentase yang ada adalah 8%.
Pada jenis pekerjaan responden terbanyak adalah nelayan yaitu 22,4 sedang
pada kelompok pekerjaan terendah adalah TNI/POLRI yaitu 0,4%, sedang kalau
dikelompokkan lagi ternyata kategori yang tidak bekerja misalnya tidak bekerja,
sekolah, dan ibu rumah tangg menduduki peringkat terbesar kedua yaitu 37,2%
yang terbagi menjadi (11,2%, 18,5%, 17,5%) .
23
Tabel 3. Distribusi responden menurut karakteristik keluarga pada Data Riskesdas
Di Indonesia tahun 2007
Variabel Jumlah %
responden
1.Pendidikan 60982 8
1.Tidak pernah sekolah 163779 21,4
2.Tidak tamat SD 228251 29,8
3.Tamat SD 137473 17,9
4.Tamat SLTP 140259 18,3
5.Tamat SLTA 35566 4,6
6. PT
2.Pekerjaan
1.Tidak bekerja 86117 11,2
2.Sekolah 142133 18,5
3.Ibu rumah tangga 134599 17,5
4.TNI/Polri 3141 0,4
5.PNS 24755 3,6
6.Pegawai BUMN 3143 0,4
7.Pegawai Swasta 32751 4,3
8.Wiraswasta/Pdg 74367 9,7
9.Pelayanan Jasa 15675 2
10.Petani 171801 22,4
11.Nelayan 9385 1,2
12.Buruh 51105 6,7
13.Lainnya 18486 2,4
3.Tingkat Pengeluaran
per kapita perbulan
1.Kuintil 1 238690 24,3
2.Kuintil 2 211336 21,8
3.Kuintil3 194619 20,1
4.Kuintil4 178238 18,4
5. Kuintil 5 149676 15,4
24
3.1.3. Sebaran responden menurut karakteristik lingkungan
Sedang pada wilayah administrasi terlihat sebaran sebagai pedesaan 63,6% dan
perkotaan sebanyak 36,4%.
Pemanfaatan POD (Pos Obat Desa) dalam 3 bulan terakhir, sebaran responden
menurut jumlah responden adalah yang tidak memanfaatkan sebanyak 89.1%
dan yang memanfaatkan sebanyak 10.9%.
Gabung pemanfaatan posyandu atau polindes atau POD, atau dapat dikatakan
pemanfaatan responden terhadap tempat pelayanan yang bentuknya non formal
dari pemeintah, maka sebaran data yang ada tidak memanfaatkan 93.3 %
memanfaatkan 2,7%.
Angkutan umum atau transportasi baik darat, ataupun laut ke fasilitas pelayanan
kesehatan , maka sebaran data yang ada adalah responden dengan tidak ada
angkut ke pelayanan kesehatan adalah 53,6%, dan responden dengan tersedia
angkutan ke pelayanan kesehatan sebanyak 46,4 %.
Jumlah air yang dipakai artinya adalah jumlah air yang dipakai oleh individu
tersebut yaitu dipakai acuan 20 liter perorang, adapun jenis pemakaiannya
bervariasi mulai dari mandi cuci, dan minum; Adapun sebaran responden
memperlihatkan jumlah responden yang memakai air <20 liter sebanyak 5.5 %
dan responden yang memakai jumlah air >=20 liter 94.5 %.
26
Pencemaran sumber air dalam radius <10 meter terdapat sumber pencemaran
Ada13.8 %dan responden yang tidak mempunyai sumber pencemaran 86.2%. Hal
ini menunjukkan bahwa ada pencemaran air dari sumber air, baik WC,
pembuangan air limbah rumah tangga dan sebagainya menunjukkan sebagian
kecil yaitu 13,8% dari responden yang sumber airnya dekat dengan sumber
pencemaran.
Kualitas fisik air minum terdiri dari kategori kurang baik sebanyak 13,8% dan baik
86.2 %, arti dari kualitas fisik sendiri adalah air tesebut tidak berbau, berasa,
berwarna.
Pada variabel Pengolahan air minum responden yang menjawab tidak mengolah
air sebelum diminum sebanyak 9,3% dan respoden yang mengolah air sebelum
digunakan sebanyak 90,7%. Pengolahan iar minum disini diartikan bagaimanan
pengolahan air minum sebelum diminum, arti tidak diolah adalah air sama sekali
tidak diolah, sedang pengertian yang diolah adalah di beri bahan kimia, disaring,
dimasak, di sinar dan sebagainya.
27
Keberadaan tempat pembuangan sampah diluar rumah artinya diluar bangunan
induk rumah, seperti dihalaman samping, depan atau bagian tertentu yang
merupakan tempat pengumpulan sampah yang dimiliki oleh rumah tangga
tersebut. Ketersediaan tempat sampah dalam berbagai bentuk dan kondisi, baik
sampah dari semen, kaleng, plastik, papan dan sebagainya. Sebaran jawaban
responden adalahyang menjawab tidak mempunyai sebanyak 55,1 % lebih
banyak sedikit daripada yang menjawab ada yaitu 44,9 %.
Apa hewan ternak dikandangkan, artinya adalah ternak atau hewan peliharaan
tersebut dimasukkan dalam kandang baik kandang dalam rumah atau diluar
rumah, sedang yang termasuk tidak dikandangkan adalah hewan ternak tersebut
sama sekali tidak dikandangkan, dengan sebaran jawaban responden sebanyak
32.3% menjawab tidak dan sebanyak 67.7% menjawab ya dikandangkan.
Jarak rumah dari sumber pencemaran lingkungan di sekitar rumah baik jarak dari
jalan raya, rel kereta api, tempat pembuangan sampah, industri atau pabrik, pasar
tradisional, terminal/stasiun bis, kereta api, atau bandar udara, atau bengkel atau
jaringan listrik tegangan Tinggi, atau peternakan/Rumah potong hewan, sedang
jawaban dikategorika dekat apabila jarak kurang dari 500 meter dan kategori jauh
apabila lebih dari 500 meter sedangkan sebaran keadaan rumah responden
28
dengan jarak ke sumber pencemaran lingkungan adalah jawaban ya sebanyak
48.1%. Sedang untuk jawaban tidak jumlahnya 51.9%.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4 dibawah.
29
Tabel 4. Distribusi responden menurut Propinsi Data Riskesdas di Indonesia
Tahun 2007
JUMLAH %
DI Aceh 40892 4,2
Sumatra Utara 69256 7,1
Sumatra Barat 42021 4,3
Riau 25530 2,6
Jambi 22435 2,3
Sumatra Selatan 33358 3,4
Bengkulu 19042 2,0
Lampung 23833 2,4
Bangka Belitung 13645 1,4
Kepulauan Riau 12514 1,3
DKI Jakarta 16970 1,7
Jawa Barat 68460 7,0
Jawa Tengah 87119 8,9
DI Yogyakarta 10164 1,0
Jawa Timur 100966 10,4
Banten 17276 1,8
Bali 20603 2,1
Nusa Tenggara Barat 21297 2,2
Nusa Tenggara Timur 38000 3,9
Kalimantan Barat 27377 2,8
Kalimantan Tengah 28015 2,9
Kalimantan Selatan 25706 2,6
Kalimantan Timur 25928 2,7
Sulawesi Utara 14397 1,5
Sulawesi Tengah 21512 2,2
Sulawesi Selatan 54570 5,6
Sulawesi Tenggara 26642 2,7
Gorontalo 11245 1,2
Sulawesi Barat 10349 1,1
Maluku 10361 1,1
Maluku Utara 11521 1,2
Papua Barat 6898 0,7
Papua 15755 1,6
Total 973657 100.0
30
Tabel 5. Distribusi responden menurut karakteristik lingkungan pada Data
Riskesdas di Indonesia tahun 2007
Jumlah
responden %
1.Wilayah
1. Jawa Bali 321558 33
2.. Sumatra 302526 31,1
3. Kalimantan 107026 11
4. Sulawesi 138715 14,2
5.NTT dan NTB 59297 6,1
6.Maluku dan Papua 44535 4,6
2.Wilayah administrasi
1.Perkotaan 353632 36,4
2.Pedesaan 620025 63,6
32
19. Pelihara hewan ternak
1.Pelihara 535173 55
2.Tidak Pelihara 437973 45
Pada variabel kelompok umur prevalensi terbesar pada kelompok umur 75 tahun
keatas, disusul kelompok umur 65 tahun, kelompok umur 55 tahun dan 45 tahun
keatas, gambaran data menunjukkan adanya kenaikan prevalensi menurut umur
setelah umur 25 tahun keatas. Walaupun kalau di cermati ada penurunan
prevalensi menurut umur dimulai umur 0-4 tahun 2,9 % kemudian umur 5-14
33
tahun 1,7% dan umur 15 -24 tahun sebesar 1,2%. Dibanding dengan kelompok
umur 5-14 tahun, makin tua usia ods ratio makin besar, terlihat mencolok mulai
umur 25- 35 tahun keatas sampai kelompok umur 75 tahun keatas, yaitu mulai
dari OR= 0,493 ; OR= 0,567; OR=0,732, OR=1,020; OR=1,403; OR= 1,540
karena p=0,000 masuk menjadi kandidat model. Cermati tabel 6 dan 7 dibawah
ini.
34
Tabel 6. Prevalensi pneumonia menurut Propinsi Data Riskesdas Indonesia
Tahun 2007
Propinsi Jumlah %
35
Tabel 7. Distribusi responden menurut prevalensi pneumonia dan hasil analisa
bivariat antara pneumonia dengan beberapa karakteristik individu serta
kandidat model multivariat pda Data Riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Jumlah Pneu OR P
responden monia
%
1.Jenis kelamin 0.000*
36
Tabel 8. Distribusi responden menurut prevalensi pneumonia berdasarkan
pengelompokan kasus menurut diagnosa dan gejala pada Data
Riskesdas di Indonesia- tahun 2007
Variabel Jumlah Diagnosa % Gejala %
responden
Umur (tahun)
Pada pekerjaan prevalensi tertinggi adalah pada kelompok nelayan (1), kemudian
petani (0,90) dan lainnya (0,80). Tetapi kalau dilihat ORnya maka pada
kelompok responden yang tidak bekerja adalah (3,008) ini adalah OR tertinggi
dengan referens BUMN, kemudian disusul petani ( OR=2,924), kemudian
nelayan, buruh dan lainnya dengan OR masing-masing diatas 2, sedang OR yang
rendah adalah pegawai BUMN, pegawai swasta, dan PNS.
Pada tingkat pengeluaran memberi informasi makin besar kuintil makin sedikit
ORnya, dan hubungan ini memberikan kemaknaan 0,00. Hal ini sama dengan
laporan Riskesdas Indonesia tahun 2007.
37
Pada responden yang mempunyai jumlah balita lebih dari 4 makin besar
prevalensinya demikian juga OR. Pada OR tersebut sebagai pembanding
kelompok responden dengan jumlah balita diatas 4 balita dalam keluarga
tersebut, tetapi pada kelompok keluarga yang tidak punya balita prevalensinya
juga besar, demikian juga OR-nya jika dibanding dengan OR pada kelompok
responden yang tidak mempunyai balita. hal ini kemungkinan menunjukkan makin
banyak balita makin tinggi pneumonianya.
38
Tabel 9. Distribusi responden menurut prevalensi pneumonia dan hasil analisa
bivariat antara pneumonia dengan beberapa karakteristik keluarga serta
kandidat model multivariat pada Data Riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Jumlah Pne OR P
responde umo
n nia
%
1.Pendidikan 0.000*
2.Pekerjaan 0.000*
Semua variabel (21 variabel) pada analisa bivariat mempunyai p dibawah 0,25,
karena pertimbangan maka yang masuk menjadi kandidat model adalah 17
variabel.
40
Tabel 10. Distribusi responden menurut prevalensi pneumonia dan hasil analisa
bivariat antara pneumonia dengan beberapa karakteristik lingkungan
serta kandidat model multivariat pda Data Riskesdas di Indonesia-
tahun 2007
Jumlah Pneumo OR P
respond nia
en %
1.Wilayah 0.000*
1. Jawa Bali 321558 1,7 1a
2.. Sumatra 302526 1,9 0,896(0,829-0,969)
3. Kalimantan 107026 1,6 0.796(0.720 - 0.881)
4. Sulawesi 138715 2,7 1.407(1.285 - 1.541)
5.NTT dan NTB 59297 4,1 1.852(1.658 - 2.068)
6.Maluku dan Papua 44535 4 2.179(1.917 - 2.478)
3.Waktu tempuh ke
sarana yankes (Rumah 0.000*
sakit, Puskesmas, Pustu,
Dokter Praktek, Bidan
Praktek) 30879 4 1.915(1.665 - 2.201)
1. Lama 944302 2,1 1a
2. Cepat
4.Waktu tempuh ke
sarana yankes 0.000*
(Posyandu,Poskesdes,
Polindes)
1. Lama 40784 3,1 1,411(1,251 -1,592)
2. Cepat 934397 2,1 1a
6.Pemanfaatan Posyandu
dalam 3 bulan terakhir: 0.000*
1.Tidak memanfaatkan 655080 2 0,825(0,787 -0,866)
2.Memanfaatkan 318288 2,5 1a
41
7.Pemanfaatan Polindes
dalam 3 bulan terakhir: 0.000*
1.Tidak memnftkan 734828 2 0,793(0,749-0,840)
2.Memanfaatkan 237341 2,6 1a
9.Gabung manfaat
Posyandu, POD, 0,000*
Polindes: 948988 2,1 0,709(0,624-0,805)
1. Tidak memanfaatkan 26193 3,2 1a
2. Memanfaatkan
10.Angkutan umum ke
fasilitas pelayanan 0,121*
kesehatan 519702 2,2 0,953(0,897 -1,013)
1.Tidak tersedia 449054 2,1 1a
2.Tersedia
12.Pencemaran sumber
air dalam radius <10 0.000*
meter terdapat sumber
pencemaran
1.Ada 216385 2,4 1,143( 1,080 -1,211)
2.Tidak ada 707833 2,1 1a
17.Apakah mempunyai
tempat sampah
1.Tidak 535109 2,5 1,407(1,335 -1,482) 0,000*
2. Ya 436844 2,2 1a
18.Keadaan tempat
sampah 0,000*
1.Tertutup 357317 1,8 1,269(1,139 - 1,414)
2.Terbuka 75405 1,6 1a
43
3.2.2. Model akhir analisa multivariat antara pneumonia dengan determinan
Dari hasil bivariat sampai kemultivariat ternyata ada hubungan antara penyakit
pneumonia dengan jenis kelamin, dan hal ini menunjukkan bahwa prosentase
laki-laki lebih banyak yang terkena penyakit pneumonia daripada perempuan, dan
odd ratio ajust pada kelompok laki-laki sebesar 1,228 dibanding dengan
kelompok perempuan.
2.Umur (tahun)
1.1-4 79072 3,1
2.5-14 213775 1,8 1a 0.000
3.15-24 153089 1,4 1,070(0,950-1,205)
4.25-34 152637 1,6 1,246(1.088-1.426)
5.35-44 140574 1,9 1,376(1.202-1.575)
6.45-54 105100 2,5 1,606(1.405-1.837)
7.55-64 59802 3,4 2,047(1.784-2,348)
8.65-74 36056 4,6 2,589(2.253-2.974)
9. 75=< 16938 5,2 2,591(2.219-3.024)
44
Tingkat pengeluaran perkapita, persentase responden dalam group kuintil 1
peluang untuk menderita penyakit pneumonia paling tinggi dibandingkan dengan
responden dalam group kuintil 2 sampai kuintil 5, dengan pembanding kuintil 5.
Tabel 12. Hasil akhir analisa multivariat antara Pneumonia dengan beberapa
karakteristik keluarga pada data riskesdas di Indonesia- tahun 2007
Jumlah Pneum OR P
responden onia
%
1.Pekerjaan 0.000
1.Tidak bekerja 86117 0,7 1,603(0,957-1,686)
2.Sekolah 142133 0,5 1,145(0,679-1,931)
3.Ibu rumah tangga 134599 0,7 1,268(0,756-2,126)
4.TNI/Polri 3141 0,6 1,201(0,621-2,320)
5.PNS 24755 0,5 1,223(0,714-2,096)
6.Pegawai BUMN 3143 0,4 1a
7.Pegawai Swasta 32751 0,4 1,156(0,675-1,980)
8.Wiraswasta/Pdg 74367 0,5 1,242(0,738-2,090)
9.Pelayanan Jasa 15675 0,8 1,255(0,734-2,148)
10.Petani 171801 1 1,307(0,780-2,189)
11.Nelayan 9385 0,9 1,178(0,675-2,056)
12.Buruh 51105 0,7 1,355(0,806-2,279)
13.Lainnya 18486 0,8 1,392(0,817-2,373)
2.Pendidikan
1.Tidak pernah sekolah 60982 4,3 2,383(1,881-2,770)
2.Tidak tamat SD 163779 2,7 2,175(1,855-2,622) 0.000
3.Tamat SD 228251 2 1,749(1,458-2,097)
4.Tamat SLTP 137473 1,5 1,351(1,124-1,623)
5.Tamat SLTA 140259 1,2 1,197(1,005-1,427)
6. PT 35566 1,2 1a
3.Tingkat Pengeluaran
per kapita perbulan 2,5 1,227(1,113 -1,353
1.Kuintil 1 235690 2,3 1,166(1,007-1,215) 0.000
2.Kuintil 2 211336 2,1 1,165(1,009-1,216)
3.Kuintil3 194619 2 1,064(0,973-1,163)
4.Kuintil4 178238 1,7 1a
5. Kuintil 5 179676
45
Waktu tempuh kesarana kesehatan profesional yaitu kesarana kesehtan rumah
sakit. Puskesmas, pustu, dokter praktek, dan bidan praktek, dari data yang ada
dapat dijelaskan bahwa waktu tempuh yang lama mempunyai resiko
mendapatkan sakit pneumonia sebesar 1,516 kali dibanding pada kelompok yang
waktu tempuhnya sebentar.
Untuk jumlah air, variabel pencemaran sumber air, dan kualitas air mempunyai
OR masing-masing 1,669, dan lalu 1,119 dan 1,508.
Sedang variabel ada tempat sampah OR=1,231 untuk yang tidak mempunyai
tempat sampah sebesar untuk sakit pneumonia, dan yang pelihara hewan ternak
mempunyai peluang 1,120 untuk sakit pneumonia.
Lebih jelas cermati tabel 13 dibawah.
46
Tabel 13. Hasil akhir analisa multivariat antara pneumonia dengan beberapa
karakteristik lingkungan pada data riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Variabel Jumlah Pneu OR P
responden monia
%
1.Wilayah 0.000
a
1. Jawa Bali 321558 1,7 1
2.. Sumatra 302526 1,9 0,923(0,844-1,010)
3. Kalimantan 107026 1,6 0,780(0,692-0,880)
4. Sulawesi 138715 2,7 1,364(1,230-1,513)
5.NTT dan NTB 59297 4,1 1,773(1,563-2,010)
6.Maluku dan Papua 44535 4 1,957(0,698-2,254)
2.Waktu tempuh ke
sarana yankes (Rumah
sakit, Puskesmas, Pustu,
Dokter Praktek, Bidan 0,000
Praktek)
1. Lama 30879 4 1,504(1,266-1,788)
2. Cepat 944302 2,1 1a
0.000
3.Jumlah air yang dipakai
1.<20 liter 49668 3,1 1,669(1,449-1,922)
2.>=20 liter 854651 2,1 1a
47
3.2.3. Hasil analisa bivariat antara typhus/paratyphus dengan beberapa
variabel independen dan pemilihan kandidat variabel multivariat
Pada sebaran variabel independent menurut propinsi maka propinsi DI aceh
menduduk peringkat pertama (2,6%) kemudian Bengkulu (2,5), disusul Gorontalo
(2,4%), sedang angka typhus dan paratyphus nasional adalah 1,6%. Beberapa
daerah diatas angka nasional adalah propinsi Aceh, bengkulu, Jawa barat,
banten, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua.
48
Tabel 14. Prevalensi typhus/paratyphus menurut Propinsi Data Riskesdas
Indonesia Tahun 2007
Provinsi Total %Typhus/Paratyphus
Distribusi penyakit menurut umur ada 9 kelompok umur, dilihat dari persentase
memperlihatkan bahwa kelompok umur 5-14 adalah kelompok terbanyak yang
terkena typhus dan para typhus, dengan p=0,000 maka OR yang paling besar
adalah kelompok umur 5-14 tahun.
1.Jenis kelamin
1.Laki-laki 478411 1,6 1,104(1,057 -1,154) 0,000*
2.Perempuan 495246 1,5 1a
2.Umur (tahun)
1.1-4 741395 1,6
1,098(0,908 – 1.329)
2.5-14 2055105 2,1
1,435(1,201-1,716)
3.15-24 213775 1,7
1,148(0,957- 1,377)
4.25-34 1506555 1,4
0,938(0,785-1,122)
5.35-44 1511162 1,4 0,000*
0,941(0,781 -1,135)
6.45-54 1445758 1,3
0,902(0,747 -1,089)
7.55-64 636331 1,3
0,890(0,737 -1,075)
8.65-74 394766 1,2
0,850(0,688-1,049)
9. 75=< 185823 1,5
1a
50
Pada kelompok kuintil ternyata kuintil 1 paling tinggi odds ratio terjadi typhus dan
paratyphus daripada kuintil lainnya, makin besar kuintil atau tingkat pengeluaran
makin kecil odds ratio yang terjadi. Lihat tabel 15 dibawah dan p yang didapat
adalah = 0,000
Pada kepemilikan balita didalam rumah tangga responden maka responden yang
memilik balita 4 orang atau lebih memiliki OR= 1,55.
51
Tabel 16. Distribusi responden menurut prevalensi typhus/paratyphus dan hasil
analisa bivariat antara typhus/paratyphus dengan beberapa karakteristik
keluarga serta kandidat model multivariat pada Data Riskesdas di
Indonesia- tahun 2007
Variabel Jumlah Typhus/P OR P
responden aratyphus
total %
1.Pendidikan
1.Tidak pernah sekolah 60982 1,8 1,657(1,394-1,969)
2.Tidak tamat SD 163779 1,8 2,088(1,787-2,448)
3.Tamat SD 228251 1,6 1,781(1,526-2,079) 0,000*
4.Tamat SLTP 137473 1,4 1,539(1,315-1,801)
5.Tamat SLTA 140259 1,1 2,296(1,015-1,408)
6.PT 35566 1,1 1a
2.Pekerjaan
1.Tidak bekerja 86117 1,6 1,864(1,150-3,023)
2.Sekolah 142133 1,8 2,234(1,378-3,623)
3.Ibu rumah tangga 134599 1,3 1,444(0,089-2,343)
4.TNI/Polri 3141 1 1,096(0,560-2,143)
5.PNS 24755 1 0,961(0,573-1,610)
6.Pegawai BUMN 3143 1 1a
7.Pegawai Swasta 32751 1,1 1,395(0,842-2,310) 0,000*
8.Wiraswasta/Pdg 74367 1,1 1,387(0,851-2,261)
9.Pelayanan Jasa 15675 1,6 1,387(0,851-2,261)
10.Petani 171801 1,8 1,723(1,031-2,878)
11.Nelayan 9385 1,6 1,876(1,157-3,041)
12.Buruh 51105 1,6 1,859(,073-3,221)
13.Lainnya 18486 1,2 1,929(1,181-3,152)
1,293(0,794-2,107)
3.Tingkat Pengeluaran
per kapita perbulan
1.Kuintil 1 235690 1,7 1,275(1,170-1,389)
2.Kuintil 2 211336 1,7 1,260(1,155-1,374)
3.Kuintil3 194619 1,5 1,145(1,052-1,245) 0,000*
4.Kuintil4 178238 1,5 1,127(1,034-1,228)
5.Kuintil 5 149676 1,3 1a
4.Jumlah Balita
1. 5 balita 44 2,3 1,550(0,363-6,617)
2. 4 balita 460 0,4 0,113(0,026-0,493)
3. 3 balita 6889 1,5 0,722(0,538-0,968) 0,000*
4. 2 balita 70446 1,5 0,816(0,736-0,905)
5. 1 balita 316557 1,5 0,888(0,838-0,948)
6 .Tidak punya anak 498227 1,6 1a
52
Pembagian wilayah menurut pulau, maka kalau dilihat persentase yang terjadi
maka NTB dan NTT termasuk daerah yang tinggi (2,1%), dan terkecil adalah
Sumatra(1,4%). P yang didapat adalah 0,000 maka masuk menjadi kandidat
multivariat demikian juga OR yang terjadi, sesuai dengan persentase.
53
kesehatan karena mereka sudah sakit, jadi mereka menggunakan fasilitas
kesehatan tersebut karena akan berobat, maka berdasarkan pertimbangan
tersebut mak pemanfaatan tidak diikutkan dalam analisa multivariat.
Jumlah air yang dipakai, pada analisa riskesdas ini air yang dipakai cukup apabila
>=20 liter, dan persentase yang sakit typhus dan paratyphus yang sakit adalah
1,7%, dan masih masuk ke kandidat multi walaupun p=0,231.
Kualitas air, menunjukkan responden dengan kualitas air kurang baik, dan
menderita typhus dan paratyphus lebih banyak yaitu 2,3% daripada responden
yang sakit typhus dengan kualitas air yang digunakan baik, dan OR= 1,489. p =
0,000 masuk kandidat multivariat.
Pada variabel cara pengolahan air responden sebelum digunakan, didapat diatas
p diatas 0,25, maka variabel ini tidak masuk kandidat multivariat. Dan sebaran
prevalensi adalah responden dengan mengunakan air yang tidak diolah sebanyak
1,7% yang sakit typhus dan paratyphus.
Pada responden dengan sumber air ada sumber pencemaran kurang dari 10m,
maka didapatkan bahwa responden dengan sumber air ada sumber pencemaran
yang sakit typhus dan paratyphus sebanyak 1,7% dengan OR=1,134 dengan
p=0,000.
Peluang sakit typhus pada responden yang memelihara hewan ternak adalah 1,7
lebih besar daripada responden yang tidak memelihara hewan ternak, karena
p=0,000 maka variabel ini masuk ke analisis multivariat.
54
Pada responden yang memelihara hewan ternak, dan dikandangkan maka
didapat p = 0, 337, jadi variabel ini tidak masuk dalam analisis multivariat.
2.Wilayah administrasi
1.Perkotaan 353632 1,2 1a
0,000*
2.Pedesaan 620025 1,8 1,338(1,241-1,443)
3.Waktu tempuh ke
sarana yankes (rumah
sakit, Puskesmas,
Pustu,Dokter Praktek, 0,000*
Bidan Praktek) 30899 2,4 1,637(1,385-1,935)
1.Lama 944302 1,5 1a
2.Cepat
4.Waktu tempuh ke
sarana yankes
(Posyandu, Pos
0,000*
Kesdes,polindes ) 40784 2,1
1,326(1,159-1,517)
1. Lama 934397 1,5
1a
2. Cepat
5.Gabung Waktu
Kesarana Yankes Baik
0,000*
rumah sakit atau
posyandu 56958 2,1 1,395(1,235-1,576)
55
1.Lama 918225 1,5 1a
2.Cepat
6.Pemanfaatan
Posyandu 655080 1,4 0,844(0,799 -0,892)
0,000
1.Tidak memanfaatkan 318288 1,8 1a
2. Memanfaatkan
7.Pemanfaatan Polindes
1.Tidak memanfaatkan 734828 1,4 0,728(0,686 -0,771)
0.000
2. Memanfaatkan 237341 1,9 1a
8.Pemanfaatan POD
1.Tidak memanfaatkan 865605 1,5 0,778(0,711 -0,852) 0,000
2. Memanfaatkan 105335 2 1a
9.Gabung pemanfaatan,
posyandu, Polindes,
POD 948988 1,5 0,617(0,538-0,727) 0,000
1.Tidak memanfaatkan 26193 2,3 1a
2. Memanfaatkan
10.Angkutan umum ke
fasilitas pelayanan
kesehatan 328979 1,7 0,008*
0,917(0,860-0,977)
1.Tidak tersedia 8667564 1,5
1a
2.Tersedia
11. Jumlah air yang
dipakai 49668 1,7 1,100(0,941 -1,284)
0,231*
1.<20 liter 854651 1,5 1a
2.>= 20 liter
12.Dari sumber air
dalam radius <10 meter
terdapat sumber
pencemaran 216385 1,7 1,134(1,064 -1,210) 0.000*
1.Ya 707833 1,5 1a
2.Tidak
13.Kualitas Fisik Air
1.Kurang berkualitas 134832 2,3 1,489(1,378-1,608)
0,000*
2. Berkualitas 840349 1,4 1a
14.Pengolahan air
minum sebelum diminum
1. Tidak diolah 90475 1,9 1,053(0,955 -1,160) 0,302
2. Diolah. 884506 1,5 1a
17 Keberadaan tempat
sampah 357317 1,7 1,226(1,101-1,364)
0,000*
1. Tidak ada 436844 1,4 1a
2. Ada
Pada sebaran beberapa analisa bivariat maka yang masuk menjadi kandidat ke
analisa multivariat adalah 18 variabel ( jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, tingkat pengeluaran perkapita, jumlah balita, wilayah,wilayah
administrasi,waktu tempuh serta adanya transportasi ke yankes, jumlah air yang
dipakai, adanya sumber pencemaran kurang dari 10 m disekitar sumber air,
kualitas air, adanya saluran pembuangan air limbah, keadaan saluran
pembuangan air limbah, adanya tempat sampah, keadaan tempat sampah,
adanya hewan ternak, serta pencemaran sekitar rumah responden) yaitu dengan
p<= 0,25
57
Pada variabel jenis kelamin setelah hasil akhir multivariat maka kelompok laki laki
mempunyai peluabg sakit typhus/ paratyphus sebesar 1,142 dibanding kelompok
perempuan.Variabel umur maka umur yang besar peluangnya untuk sakit typhus
paratyphus adalah kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebesar 1,449, kemudian
diikuti umur 15 sampai 24 tahun, hal ini bisa terjadi karena usia-usia tersebut anak
mulai jajan diluar rumah. Dan pada kelompok umur ini mempunyai trend semakin
tua semakin berkurang peluang untuk menjadi sakit typhus paratyphus. Sedang
umur 1-4 tahun tidak muncul, untuk analisa multivariat, pada waktu analisa
bivariat kelompok ini muncul OR, hal ini adanya trend, karena dianggap keluar
dari trend maka tidak muncul pada analisa multivariat.
Tabel 18. Hasil akhir analisa multivariat antara typhus/paratyphus dengan
beberapa karakteristik individu pada data riskesdas di Indonesia-
tahun 2007
Jumlah Typhus/Par OR P
responde atyphus
n
%
1.Jenis kelamin
1.Laki-laki 478411 1,6 1,142(1,081-1,208) 0,000
2.Perempuan 495246 1,5 1a
2.Umur (tahun)
1.1-4 741395 1,6
1,449(1164- 1.804)
2.5-14 2055105 2,1
1,382(1,107-1,726)
3.15-24 213775 1,7
1,177(0,945-1,465)
4.25-34 1506555 1,4
1,152(0,925-1,435) 0,000
5.35-44 1511162 1,4
1,047(0,843-1,301)
6.45-54 1445758 1,3
1,031(0,830-1,281)
7.55-64 636331 1,3
0,986(0,779-1,249)
8.65-74 394766 1,2
1a
9. 75=< 185823 1,5
Pada hasil akhir multivariat menurut karakteristik keluarga, variabel yang masih,
dan akhir dianggap varaiabel yang dominan menurut kelompok ini adalah variabel
pendidikan dan jumlah balita, pada variabel pendidikan trend yang ada adalah
makin tinggi pendidikan makin turun resiko untuk menderita typhus dan
paratyphus, maka OR terbesar dimiliki oleh kelompok tidak pernah sekolah, hal ini
sesuai dengan hasil laporan riskesdas 2007.
58
Pada variabel jumlah balita pada rumah tangga tersebut, maka resiko tertinggi
adalah responden yang punya balita 5 atau lebih, OR= 3,368, sedang pada
variabel ini tidak mempunyai trend, dan peluang untuk sakit typhus dan
paratyphus pada hasil analisa ini adalah responden dimana dalam rumahnya
terdapat jumlah balita 4.
1.Pendidikan
1.Tidak pernah sekolah 60982 1,8 1,714(1,390-2,113)
2.Tidak tamat SD 163779 1,8 1,746(1,442-2,114)
3.Tamat SD 228251 1,6 1,577(1,314-1,894)
4.Tamat SLTP 137473 1,4 1,404(1,166-1,689) 0,000
5.Tamat SLTA 140259 1,1 1,257(1,042 -1,517)
6.PT 35566 1,1 1a
Wilayah menurut pulau wilayah paling tinggi OR adalah 1,052, kemudian Maluku
dan Papua, baru Kalimantan.
59
Waktu tempuh, hal ini merupakan perwakilan dari akses responden bisa mencapai
fasilitas kesehatan, maka didapat peluang, 1,42 untuk yang waktu tempuhnya
lama pada variabel waktu tempuh ke fasilitas kesehatan profesional, sedang
waktu tempuh kesaran kesehtana swadaya masyarakat OR yang lama sebesar
1.224 berarti aksesnya susah atau jaraknya jauh.
Sedang pada variabel tentang air, yang masuk sampai akhir adalah kualitas air,
jumlah air dan sumber pencemaran disekitar air, Pada kualitas air disini adalah
ada peluang sebesar 1,401 pada responden yang mempunyai air dengan kualitas
buruk untuk sakit typhus dan paratyphus, sedang pada responden yang dalam
sumber airnya terdapat sumber pencemaran mempunyai peluang sebesar 1,097
kali , dan tentang kecukupan air responden yang tidak cukup memakai air
cenderung sakit paratyphus sebesar 1,273 kali
Pada variabel lingkungan yang masih eksis adalah adanya saluran pembuangan
limbah dan mempunyai tempat sampah diluar rumah masing-masing OR untuk
sakit typhus dan paratyphus adalah 1,180 dan 1,098.
1.Wilayah 1a
1. Jawa Bali 321558 1,5
2.. Sumatra 302526 1,4 0,627(0,565-0,696)
3. Kalimantan 107026 1,8 0,806(0,712-0,913)
4. Sulawesi 138715 1,6 0,735(0,651-0,830) 0,000
5.NTT dan NTB 59297 2,1 1,052(0,902-1,226)
6.Maluku dan Papua 44535 1,7 0,850(0,699-1,034)
2.Wilayah administrasi
1.Perkotaan 353632 1,2 1,283(1,169 -1,410) 0,000
2.Pedesaan 620025 1,8 1a
3.Waktu tempuh ke
sarana yankes (rumah
60
sakit, Puskesmas,
Pustu,Dokter Praktek,
Bidan Praktek) 0,002
1.Lama 30899 2,4
2.Cepat 944302 1,5 1,420(1,137-1,773)
1a
4.Waktu tempuh ke
sarana yankes
(Posyandu, Pos
Kesdes,polindes ) 0,020
1. Lama 40784 2,1 1,226(1,033-1,455)
2. Cepat 934397 1,5 1a
5.Jumlah air yang
dipakai 49668 1,7 1,273(1,067 -1,519)
1.<20 liter 854651 1,5 0,007
1a
2.>= 20 liter
6.Dari sumber air dalam
radius <10 meter
terdapat sumber 0,022
pencemaran 216385 1,7 1,097(1,013-1,188)
1.Ya 707833 1,5 1a
2.Tidak
7.Kualitas Fisik Air
1.Kurang berkualitas 134832 2,3 1,401(1,279-1,533) 0,000
2. Berkualitas 840349 1,4 1a
8.Apakah mempunyai
saluran pembuangan air
limbah dari kamar
mandi/dapur 860889 1,6 0,005
1,180(1,051-1,326)
1. Tidak ada 999777 1,2 1a
2. Ada
9. Apakah mempunyai
tempat pembuangan 357317 1,7
1,098(1,023-1,178)
sampah diluar rumah 436844 1,4 0,010
1. Tidak 1a
2. Ada
61
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, Papua.
Dari tiga belas propinsi tersebut diatas propinsi tertinggi adalah propinsi Sulawesi
Tengah.
Tabel 21. Prevalensi hepatitis menurut Propinsi Data Riskesdas Indonesia Tahun
2007
Propinsi Jumlah %
DI Aceh 40892 1,2
Sumatra Utara 69256 0,4
Sumatra Barat 42021 0,8
Riau 25330 0,8
Jambi 22435 0,7
Sumatra Selatan 33358 0,3
Bengkulu 19042 0,4
Lampung 23833 0,2
Bangka Belitung 13645 0,5
Kepulauan Riau 12514 0,4
DKI Jakarta 16970 0,6
Jawa Barat 68460 0,6
Jawa Tengah 87119 0,5
DI Yogyakarta 10164 0,2
Jawa Timur 100966 0,3
Banten 17276 0,5
Bali 20603 0,3
Nusa Tenggara Barat 21297 0,9
Nusa Tenggara Timur 38000 1,5
Kalimantan Barat 27377 0,4
Kalimantan Tengah 28015 0,4
Kalimantan Selatan 25706 0,5
Kalimantan Timur 25928 0,3
Sulawesi Utara 14397 1
Sulawesi Tengah 21512 2,3
Sulawesi Selatan 54570 0,6
Sulawesi Tenggara 26642 0,7
Gorontalo 11245 1,4
Sulawesi Barat 10349 0,5
Maluku 10361 0,4
Maluku Utara 11521 0,9
Papua Barat 6898 1,1
Papua 15755 0,8
Total 973657 0,6
62
Pada analisa bivariat prevalensi hepatitis menurut jenis kelamin didapat OR
pada kelompok laki-laki 1,474 dengan p=0,000, sedang persentase menurut jenis
kelamin ternyata kelompok laki-laki lebih banyak yang menderita hepatitis
sebanyak 0,7%. Dan variabel ini masuk kekandidat model multivariat.
Pada sebaran data untuk variabel Umur, ternyata umur 1-4 tahun dengan angka
persentase 2,6 pada uji bivariat tidak keluar angkanya, hal ini bisa disebabkan
karena angkanya terlalu kecil, untuk analisa selanjutnya bisa disarankan untuk di
komposit dengan kelompok umur yang lebih besar, dan kalau dilihat tren yang
terjadi maka kelompok umur tua makin banyak yang menderita hepatitis,
dibanding kelompok umur yang lebih muda, dan OR kelompok umur 65-74
mencapai 2,696 hal ini kalau dibanding dengan kelompok umur 5-10 tahun. Dan p
yang didapat= 0,000, masuk kandidat multivariat.
Tabel 22. Distribusi responden menurut prevalensi hepatitis dan hasil analisa
bivariat antara hepatitis dengan beberapa karakteristik individu serta
kandidat model multivariat pada Data Riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Jumlah hepatiti OR P
respond s%
en
1. Jenis kelamin
1.Laki-laki 478411 0.7 1,474(1,316 -1,652) 0,000*
2.Perempuan 495246 0.6 1a
2. Umur (tahun)
1.1-4 16614 0.2
2.5-10 79072 0.3 1a
3.10-15 213775 0.4 1,240(0,988 - 1,556)
4.15-24 153089 0.6 1,759(1,396 -2,216)
0,000*
5.25-34 152637 0.7 2,129(1,716-2,642)
6.35-44 140574 0.7 2,035(1,625 -2,549)
7.45-54 105100 0.8 2,035(1,938 - 3,013)
8.55-64 59802 0.9 2,417(1,846- 2,993)
9.65-74 36056 0.9 2,696(2,077 -3,499)
10>=75 16938 0.9 2,599(1,920- 3,518)
Pada tingkat kuintil, diperoleh sebaran yang tidak memiliki trend, dan OR tertinggi
dimiliki oleh kelompok kuintil 2, hal ini menunjukan bahwa ternyata pada kelompok
variabel pengeluaran prevalensi ini tidak memandang kelompok, jadi bisa
menyerang kelompok manapun, p dibawah 0,25.
Demikian juga pada uji bivariat yang dilakukan pada kelompok responden dengan
kepemilikan balita, maka, dalam hal ini yang tertinggi OR-nya adalah responden
yang memiliki balita 2.
64
Tabel 23. Distribusi responden menurut prevalensi hepatitis dan hasil analisa
bivariat antara hepatitis dengan beberapa karakteristik keluarga serta
kandidat model multivariat pada Data Riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Jumlah hepat OR P
respond itis%
en
1. Pendidikan
1,443(1,151-1,810)
1Tidak pernah sekolah 60982 0.9
1,320(1,067-1,633)
2.Tidak tamat SD 163779 0.8
1,227(1,003-1,501)
3.Tamat SD 228251 0.7 0,000*
0,974(0,791-1,200)
4.Tamat SLTP 137473 0.6
0,824(0,666-1,019)
5.Tamat SLTA 140259 0.5
1a
6.PT 35566 0.6
2. Pekerjaan
1.Tidak bekerja 86117 0.7 2,664(1,246-5,695)
2.Sekolah 142133 0.5 1,720(0,806-3,670)
3.Ibu rumah tangga 134599 0.7 2.386(1,119-5,085)
4.TNI/Polri 3141 0.6 2,026(0,774-5,301)
5.PNS 24755 0.5 1,775(0,804-3.916)
6.Pegawai BUMN 3143 0.4 1a
7.Pegawai Swasta 32751 0.4 1,446(0,661-3,165) 0,000*
74367 0.5 2,029(0,944-4,363)
8.Wiraswasta/Pdg 15675 0.8 2,660(1,203-5,884)
9.Pelayanan Jasa 171801 1 3,335(1,570-7,083)
10.Petani 9385 0.9 3,087(1,369-6,958)
11.Nelayan 51105 0.7 2,650(1,231-5,706)
12.Buruh 18486 0.8 3,026(1,379-6,640)
13. Lainnya
3. Tingkat Pengeluaran
per kapita perbulan
1.Kuintil 1 235690 0,6 1,149(1,004-1,316)
0,103*
2.Kuintil 2 211336 0,7 1,186(1,037-1,357)
3.Kuintil3 194619 0,6 0,066(0,931-1,221)
4.Kuintil4 178238 0,6 1,068(0,935-1,220)
5.Kuintil 5 149676 0,6 1a
Pada pengelompok responden menurut wilayah, maka didaerah NTT dan NTB
merupakan kelompok dengan OR tertinggi, hal tersebut sesuai dengan
pengelompok responden menurut propinsi, dan karena OR dibawah 0,25 maka
masuk kekandidat model multivariat.
Variabel jumlah air yang dipakai pada setiap respoden bila dihubungkan dengan
kejadian hepatitis maka responden yang memakai air cukup atau jumlah >= 20
liter adalah 0,6 %, dan responden dengan jumlah air kurang sebanyak 0,9% .
Hasil analisa menunjukkan p dibawah 0,25.
Variabel kualitas air, sumber pencemaran disekitar sumber air, pelihara ternak,
adanya tempat sampah keadaan tempat sampah, adanya tempat pembuangan air
limbah, keadaan pembuangan air limbah masuk kekandidat multivariat.
66
Variabel responden menurut pemanfaatan POD dan variabel bagaimana
keadaan tempat sampah karena p diatas 0,25, maka tidak ikut dalam pemodelan
multivariat
Tabel 24. Distribusi responden menurut prevalensi hepatitis dan hasil analisa
bivariat antara hepatitis dengan beberapa karakter lingkungan serta
kandidat model multivariat pada Data Riskesdas di Indonesia- tahun
2007
Jumlah Hepatitis OR P
respond
en %
1. Wilayah 1a
1. Jawa Bali 321558 0.4 1,144(1,001- 1,308)
2. Sumatra 302526 0.6
0,818(0,697-0,961)
3. Kalimantan 107026 0.4
4. Sulawesi 138715 1 1,974(1,710-2,291) 0,000*
5. NTT dan NTB 59297 1.3 2,965(2,429-3,619)
6.Maluku dan Papua 44535 0.8 1,559(1,257-1,932)
2. Wilayah administrasi
1.Perkotaan 353632 0.4 1.474(1,316-1,652) 0,000*
2.Pedesaan 620025 0.7
1a
3.Adakah alat transportasi
umum ke pelayanan
kesehatan terdekat:
1.Tidak ada 519702 0,001*
0,6 1,852(0,773-0,939)
2.Ada 449054 1a
0,6
4. Waktu tempuh ke sarana
yankes (rumah sakit,
Puskesmas, Pustu Dokter
Praktek, Bidan Praktek) 0,000*
1. Lama 30879 1.2 2,485(1,992-3,099)
2. Cepat 944302 0.6 1a
67
2.Cepat
7. Pemanfaatan Posyandu
1.Tidak memanfaatkan 655080 0,6 0,919(0,836-1,009) 0,008*
2. Memanfaatkan 318288 0,7 1a
8. Pemanfaatan Polindes
1.Tidak memanfaatkan 734828 0.6 0,878(0,795-0,969) 0,010*
2. Memanfaatkan 237341 0.7
1a
9. Pemanfaatan POD
1. Tidak memanfaatkan 86505 0,6 0,498
0,949(0,815-1,105)
2. Memanfaatkan 105535 0,6
Setelah analisa multivariat, maka didapatkan hasil akhir yang masuk ke model
akhir multivariat adalah 11 variabel, dengan nama-nama variabel sebagai berikut;
variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, jumlah balita dalam rumah tangga
responden, waktu tempuh kepelayanan kesehatan, kecukupan air, kualitas air,
jenis tempat sampah, pelihara ternak, wilayah menurut pulau dan wilayah menurut
daerah administrasi.
Sedang kelompok umur ada 10 kelompok, dan OR tertinggi pada hasil akhir
multivariat ini adalah kelompok umur 65 keatas, dan trend penyakit makin tua
umur seseorang makin besar OR - nya, hal ini dikarenakan makin tua umur
seseorang makin banyak terpapar.
69
Tabel 25. Hasil akhir analisa multivariat antara variabel Hepatitis dengan
beberapa karakteristik individu pada data riskesdas di Indonesia-
tahun 2007
Jumlah Hepatitis OR P
respond
en %
1. Jenis kelamin
1.Laki-laki 478411 0.7 1,275(1,176 -1,382)
2.Perempuan 495246 0.6 1a
0,000
2. Umur (tahun)
1.1-4 16614 0.2
2.5-10 79072 0.3 1a
3.10-15 213775 0.4 1,625(1,360 - 1,942)
4.15-24 153089 0.6 1,993(1,674 -2,373)
5.25-34 152637 0.7 0,000
1,896(1,605 – 2,241)
6.35-44 140574 0.7 1,946(1,642 – 2,306)
7.45-54 105100 0.8
1,989(1,645– 2,404)
8.55-64 59802 0.9
9.65-74 36056 0.9 2,174(1,740 - 2,715)
10>=75 16938 0.9 2,125(1,626 – 2,776)
Pada variabel responden dengan jumlah balita, maka jumlah balita 2 dalam rumah
tangga responden tersebut mempunyai OR paling tinggi, tetapi pada sebaran OR
menurut jumlah balita, ternyata tidak mempunyai trend.
Tabel 26. Hasil akhir analisa multivariat antara variabel Hepatitis dengan
70
beberapa karakteristik keluarga pada data riskesdas di Indonesia-
tahun 2007
Jumlah Hep OR p
respond atiti
en s
1. Pendidikan
1,265(0,981-1,631)
1Tidak pernah sekolah 60982 0.9
1,253(1,990-1,586)
2.Tidak tamat SD 163779 0.8
1,138(0,909-1,425)
3.Tamat SD 228251 0.7 0,000
0,900(0,715-1,134)
4.Tamat SLTP 137473 0.6
0,815(0,646-1,028)
5.Tamat SLTA 140259 0.5
1a
6.PT 35566 0.6
Pada Sebaran penyakit menurut wilayah pulau ternyata NTT dan NTB mempunyai
OR tertinggi yaitu 2,5 kali lipat dibanding Jawa dan Bali, kemungkinan hal ini
adanya sosial budaya yang menyebabkan penyakit ini tinggi didaerah-daerah
tersebut.
Pada sebaran responden yang menempati pedesaan cenderung untuk sakit
dengan OR 1,254 dibanding responden yang tinggal di perkotaan.
Jumlah air menurut referensi riskesdas pemakaian air yang cukup adalah
perorang 20 liter, dan hasil analisa disini menunjukkan bahwa responden dengan
71
air yang kurang dari 20 liter mempunyai OR= 1,614 mempunyai peluang sakit
pneumonia dibandingkan dengan responden yang memakai air yang cukup.
72
Tabel 27. Hasil akhir analisa multivariat antara variabel Hepatitis dengan
beberapa karakteristik lingkungan pada data riskesdas di Indonesia-
tahun 2007
Jumlah Hepatitis OR P
respond
en %
1. Wilayah
1. Jawa Bali 321558 0.4 1a
2. Sumatra 302526 0.6 0.948(0,819-
3. Kalimantan 107026 0.4 1,096)
4. Sulawesi 138715 1 0,694(0,578-0,834) 0,000
5.NTT dan NTB 59297 1.3 1,809(1,543-2.122)
6.Maluku dan Papua 44535 0.8 2,521(2,066-3,077)
1,296(1,028-1,634)
2. Wilayah administrasi
1a 0,000
1.Perkotaan 353632 0.4
1,254(1,091-1,442)
2.Pedesaan 620025 0.7
73
BAB IV
PEMBAHASAN
Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas
(ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan,
Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat
ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak
memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun 8,9 ).
74
atau ada 2.200 penderita pneumonia pada 100.000 penduduk, dan rentang nilai
prevalensi (0,7%- 5,8%).
Data pengelompokan menurut umur pada analisa bivariat semua kelompok umur
keluar ORya, pada analisa multivariat kelompok umur balita tidak keluar ORnya,
hal ini kemungkinan karena kelompok umur balita terlalu sedikit,
Solusi yang baik sebetulnya dilakukan pengelompokan umur lagi, yaitu balita
digabung dengan kelompok umur yang lebih tua, tetapi peneliti
mempertimbangkan alasan-alasan dibawah ini, yaitu upaya pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) lebih difokuskan pada upaya
penemuan kasus secara dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan
melalui suatu manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke
unit pelayanan kesehatan atau lebih dikenal dengan manajemen terpadu Balita
Sakit (MTBS). Penemuan kasus diutamakan pada balita. Target penemuan
penderita pneumonia balita tahun 2005 – 2009; yaitu 46%, 56%, 66%, 76%, 86%
dari semua kasus. Kenyataan kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan
penderita pneumonia pada balita dapat dilihat 2003-2007; 30%, 36%, 27,75%,
25,19% dan 21,52% 3).
Prevalensi pneumonia pada balita hasil analisa data riskesdas adalah 3,1 % dari
semua sampel dengan definisi Pneumonia Diagnosa dan gejala, sedangkan pada
temuan balita pneumonia oleh tenaga kesehatan sebanyak 16,1% dengan
nominal 12788, sedang temuan oleh tim survey sebanyak 31,5% dengan nominal
21166 . Jumlah balita Indonesia berjumlah sekitar 110 juta, dan diperkiraan
prevalensi pneumonia sekitar 10-21% (WHO), Hal ini karena jumlah sampel yang
beda sehingga, menyebabkan perbedaan juga, tetapi hal ini merupakan hal yang
menarik untuk ditelaah. Dan perlu diperhatikan pengertian Pneumonia sendiri
yang belum konsisten, misalnya kadang- kadang program menyebut ISPA dan
kadang-kadang program menyebut pneumonia, jadi hasil laporan profil kesehatan
2007 untuk pneumonia, tidak bisa begitu saja diterima sebagai perbandingan.
77
Pada tingkat pendidikan terdapat kelompok tidak pernah sekolah mempunyai
prevalensi terbesar yaitu 4,7%, makin tinggi pendidikan makin menurun prevalensi
pneumonianya. Pada responden dengan pendidikan sekolah menengah atas
(SMA) dan perguruan tinggi (PT) prevalensinya terendah yaitu 1,2%. Demikian
juga OR yang terjadi, makin tinggi pendidikan responden makin rendah OR nya
dibanding dengan yang tidak pernah sekolah. Hal ini sesuai dengan laporan
riskesdas nasional tahun 2007, dan sesuai dengan teori HL Blum, serta
pernyataan pada profil kesehatan 2007,bahwa determinan pendidikan tetap perlu
untuk melihat kelompok pendidikan mana yang paling banyak terkena sakit,
karena akan berpengaruh pada perilaku hidup sehat. Variabel ini merupakan
variabel dominan untuk terjadinya Pneumonia.
Pada pekerjaan prevalensi tertinggi adalah pada kelompok nelayan (1), kemudian
petani (0,90) dan lainnya (0,80). Tetapi kalau dilihat ORnya maka pada
kelompok responden yang tidak bekerja adalah (3,008) ini adalah OR tertinggi,
kemudian disusul petani ( OR=2,924), kemudian nelayan, buruh dan lainnya.
Setelah dilakukan analisa multivariat maka kelompok pekerjaan, petani
mempunyai OR yang paling tinggi, kemudian disusul kelompok nelayan,
kemudian pekerjaan lainnya, dan yang paling rendah adalah kelompok pegawai
BUMN, hal ini kemungkinan pegawai BUMN makin bagus kesejahteraan, dan
lingkungan kerjanya, dibanding dengan kelompok pekerjaan lainnya.
Pada tingkat pengeluaran memberi informasi makin besar kuintil makin sedikit
ORnya, dan hubungan ini memberikan kemaknaan 0,00. Hal ini sama dengan
laporan Riskesdas Indonesia tahun 2007. Hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa
makin miskin seseorang makin ada peluang untuk sakit pneumonia. Variabel
pengeluaran perkapita merupakan determinan yang dominan.
Pada responden yang mempunyai jumlah balita lebih dari 4 makin besar
prevalensi dan peluang untuk sakit pneumonia. Variabel ini gugur sebagai
varaibel dominan untuk determinan pneumonia.
78
Analisa multivariat Untuk wilayah regional, wilayah Nusa Tenggara mempunyai
persentase yang paling tinggi, kemudian disusul wilayah Maluku dan Papua, serta
Sulawesi, sedangkan pada sebaran menurut Odds ratio maka maluku dan papua
menduduki peringkat pertama, kemudian Nusa Tenggara dan selanjutnya
Sulawesi, hal ini kemungkinan karena daerah yang kering dan sosial ekonomi
rendah, serta kemungkinan kurangnya jumlah fasilitas kesehatan.
Variabel jumlah air yang dipakai pada setiap respoden bila dihubungkan dengan
kejadian pneumonia maka responden yang memakai air cukup atau jumlah >= 20
liter adalah 0,6 %, dan responden dengan jumlah air kurang dari 20 liter
sebanyak 0,9% . Hasil analisa menunjukkan p diatas 0,25.
Variabel kualitas air, sumber pencemaran disekitar sumber air, pelihara ternak,
adanya tempat sampah keadaan tempat sampah, adanya tempat pembuangan air
limbah, keadaan pembuangan air limbah masuk kekandidat multivariat.
79
Untuk jumlah air yang mencukupi hal ini berhubungan dengan perilaku kebersihan
seseorang, makin banyak seseorang memakai air makin mempunyai perilaku
sehat yang baik, hal ini, berhubungan dengan cara-cara pemerintah dalam
menurunkan suatu prevalensi penyakit, terutama penyakit menular, seperti
halnya kasus- kasus flu burung, makin sering seseorang mencuci tangan maka
makin kecil resiko untuk terkena penyakit menular tersebut, Sehingga masalah ini
bisa dipikirkan secara logika bahwa semua penyakit akan berhubungan juga
dengan perilaku, disamping dengan jumlah agent dan juga daya tahan seseorang,
baik itu penyakit karena perantara udara, maupun makanan.
Sedang untuk variabel pencemaran sumber air, dan kualitas air, secara tidak
langsung dapat mempengaruhi terjadinya pneumonia, ini dimungkinkan karena 3
variabel tersebut sangat berhubungan dengan suatu kriteria dari rumah sehat,
yang kebanyakan penghuninya adalah dari pendidikan rendah, karena sumber air
yang mereka gunakan tidak baik maka hal ini juga akan mempengaruhi imunitas
seseorang terhadap beberapa serangan penyakit, dan akan dapat dipastikan
akan menganggu kesehatan masyarakat pengguna air tersebut. Jadi dengan
kondisi tersebut maka bukan hanya penyakit pneumonia saja yang meningkat
didaerah tersebut, kemungkinan penyakit lainnya akan lebih tinggi.
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,
cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi
pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan
penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase
konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali dengan nama lain yaitu
Typhus Abdominalis,Typhoid fever atau Enteric fever 12,13,14,15,16).
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin
lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak.
Sedangkan orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas,
kemudian menghilang atau sembuh sendiri 12,13,14,15,16 ).
Prevalensi tifoid klinis nasional sebesar 1,6% (rentang: 0,3% - 3%). Sedang
prevalensi hasil analisa lanjut ini sebesar 1,5% yang artinya ada kasus tifoid
1.500 per 100.000 penduduk, pada kisaran nilai (0,4% - 2,6%).
Variabel jenis kelamin setelah hasil akhir multivariat maka kelompok laki laki
mempunyai peluang sakit typhus/ paratyphus sebesar 1,142 dibanding kelompok
perempuan, hal ini karena kebiasan kaum laki-laki kurang perhatian dalam
kesehatannya dan suka jajan di jalan. Ini sesuai dengan teori yang ada dan
laporan nasional riskesdas.
Pada rentang kelompok umur merata pada umur dewasa. Prevalensi tifoid
terbanyak kelompok umur 5-14 tahun dan terendah kelompok umur 65-74, ini
kemungkinan usia –usia sekolah merupakan resiko, dimana anak-anak sudah
mengenal jajan diluar rumah, sedang tempat jajan disekitar sekolah belum tentu
terjamin kebersihannya.
Survey mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, menyatakan bahwa
angka kematian bayi karena tifoid menduduki peringkat ke 9 yaitu 1,2%, sedang
AKABA (Angka Kematian Balita) data terakhir pada hasil SDKI 2002-2003 yaitu
46 per 1000 kelahiran hidup. Tetapi dari hasil mortalitas penyakit Tifoid
menduduki peringkat ke 6 yaitu sebesar 3,8%.
Sekali lagi air merupakan sarana untuk berperilaku hidup sehat, dan air juga
merupakan sumber kehidupan, maka penjelasan tentang variabel air adalah
sebagai berikut. Pada variabel tentang air, yang masuk sampai akhir adalah
kualitas air, jumlah air dan sumber pencemaran disekitar air, Pada kualitas air
disini adalah ada peluang sebesar 1,401 pada responden yang mempunyai air
dengan kualitas buruk untuk sakit typhus dan paratyphus, sedang pada
responden yang dalam sumber airnya terdapat sumber pencemaran mempunyai
peluang sebesar 1,097 kali , dan tentang kecukupan air responden yang tidak
cukup memakai air cenderung sakit paratyphus sebesar 1,273 kali
Pada responden yang memelihara hewan ternak adalah 1,7 lebih besar daripada
responden yang tidak memelihara hewan ternak, karena p=0,000 maka variabel
ini masuk ke analisis multivariat, dan bukan sebagai variabel dominan
84
Variabel responden menurut sumber pencemaran yang ada di sekitar rumah,
seperti adanya pasar, tempat pembuangan sampah dan sebagainya, masuk
sebagai kandidat model multivariat tetapi tidak sebagai variabel dominan.
Kasus hepatitis yang dideteksi pada survey riskesdas adalah semua kasus
hepatitis klinis tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Prevalensi hepatitis
diperoleh dengan menanyakan apakah pernah didiagnosa hepatitis hepatitis oleh
tenaga kesehatan dalam 12 bulan terakhir. Responden yang menyatakan tidak
pernah didiagnosa hepatitis dalam 12 bulan terakhir, ditanyakan apakah dalam
kurun waktu tersebut pernah menderita mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri
perut sebelah kanan atas, kencing warna air teh, serta kulit dan mata berwarna
kuning.
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus
lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi
sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan
obat-obatan 9,10)
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat
buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah
yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan 9,10).
Data hepatitis dari profil kesehatan Indonesia tahun 2006, melaporkan, jumlah
kasus hepatitis klinis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak 2.676 kasus,
yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.671 kasus dengan kematian pada 5
kasus, dan yang dirawat di puskesmas 12.413 kasus. Jumlah kasus penyakit
hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan dalam lampiran 2.
Setelah analisa multivariat, maka didapatkan hasil akhir yang masuk ke model
akhir multivariat adalah 11 variabel, dengan nama-nama variabel sebagai berikut;
variabel jenis kelamin, umur, pendidikan, jumlah balita dalam rumah tangga
responden, waktu tempuh kepelayanan kesehatan, kecukupan air, kualitas air,
jenis tempat sampah, pelihara ternak, wilayah menurut pulau dan wilayah menurut
daerah administrasi.
Hasil analisa bivariat prevalensi hepatitis menurut jenis kelamin didapat OR pada
kelompok laki-laki 1,474.Sedang hasil akhir multivarait antara hepatitis dengan
karakteristik individu, jenis kelamin ternyata OR laki-laki untuk menderita hepatitis
adalah 1, 275 dibanding kelompok wanita. Hal ini dikarenakan laki-laki cenderung
86
berperilaku tidak sehat dibanding kelompok wanita, dan ada beberapa penelitian
bahwa hal ini disebabkan adanya perbedaan gen pada laki-laki dan
perempuan.(22)
Sebaran data untuk variabel Umur, ternyata umur 1-4 tahun dengan angka
persentase 2,6 pada uji bivariat tidak keluar angkanya, hal ini bisa disebabkan
karena angkanya terlalu kecil, untuk analisa selanjutnya bisa disarankan untuk di
komposit dengan kelompok umur yang lebih besar, dan kalau dilihat tren yang
terjadi maka kelompok umur tua makin banyak yang menderita hepatitis,
dibanding kelompok umur yang lebih muda, dan OR kelompok umur 65-74 adalah
yang tertinggi kalau dibanding dengan kelompok umur 5-10 tahun, karena p yang
didapat= 0,000, merupakan variabel dominan.
87
kemungkinan dia datang ke fasilitas kesehatan tersebut dan makin jarang dia
terpapar penyuluhan, dan hal ini akan mempengaruhi perilaku hidup sehat
mereka, OR= 1,787 dan termasuk variabel dominan. Jumlah air menurut referensi
riskesdas pemakaian air yang cukup perorang adalah 20 liter, dan hasil analisa
disini menunjukkan bahwa responden dengan air yang kurang dari 20 liter
mempunyai OR= 1,614 mempunyai peluang sakit pneumonia dibandingkan
dengan responden yang memakai air yang cukup, merupakan variabel dominan.
Pada responden dengan pemakaian air yang tidak berkualitas mempunyai
peluang untuk sakit hepatitis sebesar adalah 1,448 kali, dibanding dengan
responden yang memakai air berkualitas, masuk variabel dominan. Pada
keberadaan tempat sampah menunjukkan adanya peluang sakit hepatitis klinis
sebanyak 1,143 pada kelompok responden yang tidak mempunyai, dibanding
pada kelompok responden yang mempunyai tempat sampah, hal ini memang
secara logika berhubungan, penyakit apapun kalau lingkungan rumah sanitasinya
jelek, maka akan memperparah keadaan, masuk sebagai variabel dominan. Pada
variabel responden dengan pemeliharaan binatang maka OR yang didapat 1,171
dibanding pada responden yang tidak memelihara binatang, variabel ini
merupakan variabel dominan.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
89
5. Propinsi yang mempunyai angka prevalensi tinggi atau diatas angka
nasional pada tiga penyakit tersebut adalah, DI Aceh, NTT, NTB,
Gorontalo, Papua Barat, Papua, Sulawesi Tengah
5.2.Saran
,.
90
UCAPAN TERIMA KASIH
91
DAFTAR KEPUSTAKAAN
92
19. http:// www. Karang joang, dkk, bpp.com.“ 5% kematian Balita
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi”, Pusat
komunikasi , sekretariat jendral Depkes, Kamis, 28 November 2007.
20. Http: Bank data. Depkes. Go.id , “ Penyakit Yang Dapat Di Cegah
Dengan Imunisasi”, dari hasil SKRT 1992 dan 1995, Kamis 28 November
2007.
21. http: Dinkes-Kutaikertanegara. go.id “ Jumlah Kasus dan Angka
Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I), Kabupaten Kartanegara, Kamis 28 November 2007.
22. Badan Litbangkes DEPKES ,2005, Data Susenas 2004 Sustansi
Kesehatan; Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Perilaku hidup
Sehat dan Kesehatan Lingkungan, Jakarta, 2005
23. FKMUI, Kumpulan kuliah statistik Demografi, Depok, 2002
24. Arikunto suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta, 1997.
25. Pusat Data Dan Informasi Depkes RI, Modul Analisis Data Menggunakan
SPSS, Jakarta, 2004.
26. Winardi, Pengantar Metodologi Research,Alumni, Bandung, 1982.
27. Royston Erica dan Amstrong Sue, Pencegahan Kematian Ibu hamil Edisi
Bahasa Indonesia, WHO, 1989.
28. Sastroasmoro Sudigdo, Ismail Sofyan, Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis Edisi ke-2, CV Sagung Seto, Jakarta 2002.
29. BPS, Jakarta- Indonesia, Statistik Indonesia Statistical Yearbook of
Indonesia 2007.
93
Lampiran 1. Kasus pneumonia pada balita menurut propinsi
94
Lampiran 2. Kasus hepatitis klinis menurut propinsi
95
Lampiran 3. Kuesioner Riskesdas 2007
96
Lampiran 4. Kuesioner Susenas 2007
97