You are on page 1of 24

PROBLEMATIKA BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

PADA MAHASISWI SEMESTER V FAKULTAS PSIKOLOGI


UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Disusun Sebagai Pengganti Ujian Akhir Mata Kuliah Psikodiagnostik 3

Dosen Pembina:
Iin Tri Rahayu, M.Si.

Disusun Oleh:
Qimmatul Khoiroh
NIM. 08410083
Kelas C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Belajar di kursi Perguruan Tinggi banyak berbeda dengan belajar di bangku
sekolah menengah. Dilihat dari seluruh sistem, banyak perbedaan antara
Perguruan Tinggi dan sekolah demikian pula lingkungan kampus tidak lagi
seperti lingkungan sekolah. Dalam kegiatan akademik, perlakuan terhadap
mahasiswa berbeda dengan yang diterima siswa. Cara dosen memberikan kuliah
kepada mahasiswa umumnya tidak sama dengan cara guru menjelaskan pelajaran
bagi siswa.
Perbedaan yang mencolok tersebut membawa kesulitan pada sebagian
mahasiswa dalam masa peralihan dari kebiasaan SMU kepada tuntutan di
Perguruan Tinggi. Semestinya sudah diantisipasi bahwa mahasiswa akan
menemui berbagai masalah khususnya pada masa awal studinya. Sebagian
masalah itu merupakan hal baru sama sekali karena mereka memang memasuki
dunia yang belum pernah dialami secara langsung.
Belajar di Perguruan Tinggi tidaklah sama dengan belajar di tingkat-tingkat
sebelumnya, dimana peranan dan kesungguhan mahasiswa sangat menentukan
pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Belajar di Perguruan Tinggi bagi
mahasiswa bukan sekedar menerima materi yang diberikan tenaga pengajar,
tetapi justru mampu menganalisa, mengembangkan dan
mengimplementasikannya kembali melalui suatu rangkaian kegiatan belajar
dengan ketentuan sistem kredit semester di Perguruan Tinggi. Sehingga belajar di
Perguruan Tinggi akan sangat tergantung dari diri mahasiswa sendiri.
Namun tidak dapat dipungkiri, belajar di Perguruan Tinggi bukan berarti
tanpa masalah. Saat belajar di Perguruan Tinggi mahasiswa akan menghadapi
berbagai ragam hambatan atau masalah belajar, yang muncul dari dalam dirinya
sendiri, maupun dari luar dirinya.

2
B. TUJUAN
Untuk mengetahui mengenai ragam problematika atau permasalahan mahasiswi
semester V Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

3
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. BELAJAR
1. Definisi Belajar
C.T. Morgan dalam Introduction to Psychology, merumuskan belajar sebagai
“Suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau
hasil dari pengalaman yang lalu”
Crow & Crow dalam buku Educational Psychology, menyatakan belajar
adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Hal-hal
tersebut meliputi cara-cara yanhg baru guna melakukan suatu upaya memperoleh
penyesuaian diri terhadap situasi yang baru. Jadi belajar menunjuk adanya
perubahan yang progresif dari tingkah laku.
Laurine dalam bukunya Building the High School Curriculum,
mengemukakan, “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman.” Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, kegiatan dan
bukan hasil atau tujuan.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat, belajar ialah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
disebabkan pengalaman tersebut yang bisa memengaruhi tingkah laku
organisme.
Atkinson dkk mendefinisikan belajar sebagi perubahan yang relatif permanen
pada perilaku yang terjadi akibat latihan.
R. Gagne memberikan dua definisi belajar, yaitu:
1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
dari instruksi.
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai
belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti
bahwa – bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan
itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).

4
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi
dalam dua bagian, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen (Alex Sobur, 244-
251):
1. Faktor Endogen
Faktor endogen atau faktor yang berada dalam diri individu-
meliputi dua faktor, yakni faktor fisik dan faktor psikis.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik ini meliputi faktor kesehatan dan ada tidaknya cacat yang
dibawa sejak anak berada dalam kandungan. Anak yang kurang sehat atau
kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat.
b. Faktor Psikis
a) Faktor inteligensi atau kemampuan
Pada dasarnya, manusia itu berbeda satu sama lain. Salah satu perbedaan
itu adalah dalam hal kemampuan atau inteligensi. Kenyataan
menunjukkan, ada orang yang dikaruniai kemampuan tinggi, sehingga
mudah mempelajari sesuatu. Dan, sebaliknya, ada orang yang
kemampuannya kurang, sehingga mengalami kesulitan untuk
mempelajari sesuatu. Dengan demikian, perbedaan dalam mempelajari
sesuatu disebabkan, antara lain, oleh perbedaan pada taraf
kemampuannya. Kemampuan ini penting untuk mempelajari sesuatu.
b) Faktor Perhatian dan Minat
Dalam hat minat, tentu saja seseorang yang menaruh minat pada suatu
bidang akan lebih mudah mempelajari bidang tersebut. Secara
sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Keinginan atau minat clan kemauan atau kehendak sank.
memengaruhi corak perbuatan yang akan cliperlihatkan seseorang.
Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak
mempunyai minat, ticlak mau, atau ticlak ada kehendak untuk

5
mempelajari, ia ticlak akan bisa mengikuti proses belajar. Minat atau
keinginan ini erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki
karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada sesuatu,
Kehendak atau kemauan ini juga erat hubungannya dengan kondisi
fisik seseorang, misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu, atau mungkin
sebaliknya, yakni sehat dan segar. Juga erat hubungannya dengan kondisi
psikis, seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah, dan lainnya,
c) Faktor Bakat
Pada dasarnya bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya,
seorang anak yang memiliki inteligensi sangat cerdas (superior) atau
cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child
yakni anak berbakat.
Bakat setiap orang itu berbecla-beda. Seorang anak yang berbakat musik
akan lebih cepat mempelajari musik tersebut. Orang tua
terkadang kurang memperhatikan faktor bakat ini, sehuingga mereka
memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya padaj
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat anaknya itu.
Pemaksaan kehendak terhadap anak tentu berpengaruh buruk terhadap
prestasi anak yang bersangkutan.
d) Faktor Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisms yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Karena belajar merupakan suatu proses yang, berasal
dari dalam, faktor motivasi memegang peranan Pula. Kekurangan atau
ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya anak dalam
melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran, baik di sekolah
maupun di rumah.
e) Faktor Kematangan
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada individu atau organ-
organnya sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses
belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan. Oleh karena
itu, setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan

6
dengan tingkat kematangan individu. Kematangan ini erat sekali
hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.
Kita tentu ticlak bisa melatih anak yang baru berumur 5 bulan untuk
belajar berjalan. Kalaupun kita paksa, anak itu tetap saja tidak akan
sanggup melakukannya, karena untuk bisa berjalan, ia memerlukan
kematangan potensi-potensi fisik maupun psikisnya. Begitu juga, kita
tidak bisa mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru clucluk Ali
bangku SLIP. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum
matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru bisa
1wrhasil apabila taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya;
potensi-potensi jasmani maupun rohaninya telah matang untuk itu.
f) Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian seseorang turut memegang peranan dalam belajar.
Orang tua terkadang melupakan faktor ini, yaitu bahwa anak adalah
mahluk kecil yang memiliki kepribadian sendiri. Jadi, faktor
kepribadian anak mempengaruhi keadaan anak.

2. Faktor Eksogen
Seperti sudah dijelaskan, faktor eksogen berasal dari luar diri anak yang
meliputi: (a) faktor keluarga, (b) faktor sekolah, dan (c) faktor lingkungan
lain, di luar keluarga sekolah.
a. Faktor Keluarga
Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam
belajar, dapat dibagi lagi menjadi tiga aspek, yakni: (1) kondisi ekonomi
keluarga, (2) hubungan emosional orang tua dan anak, serta (3) cara-
cara orang tua mendidik anak.
1) Kondisi ekonomi keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap
kelangsungan kiehidupan keluarga. Keharmonisan hubungan
antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak terlepas dari
faktor ekonomi ini. Begitu pula factor keberhasilan seorang anak.
2) Hubungan emosional orang tua dan anak

7
Hubungan emosional antara orang tua dan anak juga berpengaruh
dalam keberhasilan belajar anak. Dalam suasana rumah yang
selalu ribut dengan pertengkaran akan mengakibatkan
terganggunya ketenangan dan konsentrasi anak, sehingga anak
tidak bisa belajar dengan baik. Hubungan orang tua dan anak yang
ditandai oleh sikap acuh tak acuh dapat pula menimbulkan
reaksi frustrasi pada anak. Orang tua yang terlalu keras pada
anak dapat menyebabkan "jauh"-nya hubungan mereka yang
pada gilirannya menghambat proser belajar. Sebaliknya, hubungan
anak dan orang tua yang terlalu dekat, misalnya, ke mana pun
orang tua pergi, anak selalu lekat berada di samping, kadang dapat
mengakibatkan anak menjadi selalu "bergantung".
3) Cara orang tuamendidik anak
Biasanya, setiap keluarga mempunyai spesifikasi dalam mendidik.
Ado keluarga yang menjalankan cara-cara mendidik anaknya secara
didikan militer, ada yang demokratis, pendapat anak diterima
oleh orang tua, tetapi ada juga keluarga yang acuh tak acuh dengan
pendapat dari anggota keluarga. Ketiga cara mendidik ini,
langsung atau tidak langsung, dapat berpengaruh pada proses
belajar anak.
b. Faktor Sekolah
Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, pegawai
administrasi, dan teman-teman sekolah, dapat memengaruhi semangat
belajar seorang anak.
Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan epribadian
guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan itu kepada anak
didiknya, turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak.
c. Faktor Lingkungan
Meliputi faktor teman bergaul dan aktivitas dalam masyarakat dapat
pula mempengaruhi kegiatan belajar anak. Aktivitas di luar

8
sekolah memang baik untuk membantu perkembangan seorang anak.
Nanum, tidak semua aktivitas dapat membantu anak. jika seorang
anak terlalu banyak melakukan aktivitas di luar rumah dan di luar
sekolah, sementara ia kurang mampu membagi waktu belajar, dengan
sendirinya aktivitas tersebut akan merugikan anak karena kegiatan
belajarnya menjadi terganggu.

3. Teori Belajar Konstruktivistik


Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
untuk memberi makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya.
Jean piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
kontruktivistik, yang teori pengetahuannya dikenal dengan adaptasi kognitif.
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan
yang harus ditanggapi secara kognitif (mental).
Lebih lanjut Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996) sebagaimana dikutip oleh
Asri Budiningsih (2005:57) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan
yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu;
1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman.
2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan
3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengetahuan yang
satu dari pada yang lainnya.
Menurut Vygotsky (Elliot, 2003, 52), belajar adalah sebuah proses yang
melibatkan dua elemen penting, yaitu belajar merupakan proses secara biologi
sebagai proses dasar dan proses secara psikososial sebagai proses yang lebih
tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
Menurut cara pandang teori konstruktivistik bahwa belajar adalah proses
untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan.
Artinya siswa akan cepat memiliki pengalaman jika pengetahuan itu dibangun
atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.

9
Proses belajar sebagai usaha pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu
konstruksi pengetahuan yang menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya.

B. BATASAN ISTILAH
Belajar di Perguruan Tinggi bagi mahasiswa bukan sekedar menerima materi
yang diberikan tenaga pengajar, tetapi justru mampu menganalisa, mengembangkan
dan mengimplementasikannya kembali melalui suatu rangkaian kegiatan belajar
dengan ketentuan sistem kredit semester di Perguruan Tinggi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Lusikooy, W (1983) bahwa secara umum
tercatat berbagai masalah yang dihadapi mahasiswa dalam belajar yaitu:
a. Pilihan untuk memasuki jurusan dipengaruhi oleh orangtua atau teman
sehingga ia belum menyadari betapa penting pilihan itu untuk dirinya sendiri.
b. Belum dapat menyesuaikan diri dengan cara belajar di perguruan tinggi
c. Rencana studi dan lamanya studi belum direncanakan dengan baik
d. Belum dapat menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia di
perpustakaan.
e. Belum dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang baik (habit for mation)
f. Belum menyadari manfaat belajar untuk kepentingan dirinya sendiri
g. Kemampuan belajar yang kurang.

Sedangkan menurut Paryati Sudarman beberapa problematik yang sering terjadi


ketika belajar di perguruan tinggi, yaitu:
a. Kejenuhan dan kemalasan
b. Ketidakmampuan mengelola waktu
c. Kurang berminat pada dosen tertentu
d. Kurang berminat pada mata kuliah tertentu
e. Lingkungan pergaulan
f. Tempat kos
g. Keuangan
h. Cinta dan pergaulan bebas

10
BAB III
METODOLOGI

A. METODE PENGUMPULAN DATA


1. Metode Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan (Hadi, 1993).
Wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan
informasi tentang orang lain dengan tujuan penjelasan atau pemahaman tentang
orang tersebut dalam hal tertentu.
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face)
dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara
secara umum adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari
perilaku subyek yang diteliti.
Secara garis besar, pedomen intervieu atau wawancara ada dua macam/
jenisnya, antara lain sebagai beriku
1. Pedoman wawancara tidak terstruktur
yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis- garis besar yang akan
ditanyakan. Dalam hal ini kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan
hasil wawancara dengan menggunakan pedoman ini lebih banyak tergantung
dari pewawancara.
2. Pedoman wawancara terstruktur
yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga
menyerupai check list. Oewawancara tinggal membubuhkan tanda check pada
nomor yang sesuai. Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam
kurun waktu yang sesinkat- singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak-
banyaknya. Bahasa harus jelas dan terarah. Suasana harus rileks agar data yang
diperoleh adalah data yang objektif dan dapat dipercaya.
Dalam hal ini yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur.

11
2. Metode Observasi
Observasi sebagai metode ilmiah dalam penelitian dimaksudkan sebagai
pengamat yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002:133).

3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan mencari
data mengenai hal- hal atau variabel yang berup catatan, transkrip, buku, surt
kabar, majalh, prsasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Jika dibandingkan dengan metode- metode yang lainnya seperi observasi,
wawancara, tes, angket dan kuisioner, maka metode ini agak tidak begitu sulit,
dalam arti apabila terdapat kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum
berubah. Pada metode dokumentasi ini yang diamati adalah benda mati bkan
benda hidup.
Seperti yang telah dijelaskan, dalam menggunakan metode dokumentasi ini
peneliti memegang check list untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan.
Apabila terdapat/ muncul variabel yang dicari, maka peneliti tinggal
membubuhkan tanda check atau tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-
hal yang bersifat bebas atau belum ditentkan dalam daftar variabel, peneliti
dapat menggunakan kalimat bebas.

B. PEDOMAN WAWANCARA DAN PEDOMAN OBSERVASI


1. PEDOMAN WAWANCARA
a. Apakah Anda mengetahui belajar pada tingkat perguruan tinggi
merupakan belajar yang secara mandiri?
b. Adakah yang berbeda dengan belajar pada tingkat-tingkat sebelumnya
(seperti SD, SLTP, SLTA) menurut Anda?
c. Pernahkah Anda mengalami masalah saat belajar di perguruan tinggi?
d. Apakah masalah tersebut menyangkut kejenuhan dan kemalasan?
e. Apakah masalah tersebut menyangkut ketidakmampuan mengelola
waktu?

12
f. Apakah masalah tersebut menyangkut kurang berminat pada dosen
tertentu?
g. Apakah masalah tersebut menyangkut kurang berminat pada mata
kuliah tertentu?
h. Apakah masalah tersebut menyangkut lingkungan pergaulan?
i. Apakah masalah tersebut menyangkut empat kos?
j. Apakah masalah tersebut menyangkut keuangan?
k. Apakah masalah tersebut menyangkut cinta dan pergaulan bebas?

2. PEDOMAN OBSERVASI
Observasi dilakukan secara menyeluruh dan didokumentasikan secara urut
menurut pertanyaan yang diajukan pada pihak observee.

C. IDENTITAS RESPONDEN
1. Subjek 1
Nama : Nk
TTL : Pekalongan, 25 Desember 1990
Alamat : Jl. Sunan Ampel No.11
Telp./HP : 085755063xxx
2. Subjek 2
Nama : Yw
TTL : Ngawi, 9 Juli 1990
Alamat : Jl. Sunan Kalijaga Dalam No.2
Telp./HP : 085645280xxx

D. GAMBARAN LOKASI
Lokasi wawancara dan observasi adalah di tempat kos masing-masing subjek.
Pada subjek 1 lokasi wawancara terletak di kamar subjek di lantai 2 di Jl. Sunan
Ampel No.11. Kamar subjek terlihat bersih dan rapi, buku-buku ditata rapi di atas
rak. Di dinding samping tempat tidur terpajang papan berukuran kecil yang berisi
tentang jadwal kegiatan subjek. Wawancara dan observasi berlangsung pada hari
Senin 20 Desember 2010 pada pukul 13.00-13.45.

13
Sedangkan lokasi wawancara subjek 2 terletak di kamar subjek di Jl. Sunan
Kalijaga Dalam No.2. Kamar subjek 2 juga terlihat rapi dan bersih. Buku-buku
diletakkan di atas meja belajar dan disusun dengan rapi. Di dinding depan tempat
tidur subjek 2 juga terpajang papan dari sterofoam yang berukuran agak besar. Di
dalamnya ditempel jadwal kuliah, foto keluarga subjek, kata-kata motivasi, dan
lainnya. Wawancara dan observasi berlangsung pada hari Kamis, 23 Desember 2010
pada pukul 12.00-13.00.

14
BAB IV
PAPARAN DATA

A. DATA DARI WAWANCARA


1. Subjek 1: Nk
Kode Pertanyaan Jawaban Interpretasi
1.a Apakah Anda mengetahui Ya. Subjek mengetahui
belajar pada tingkat bahwa belajar pada
perguruan tinggi tingkat perguruan
merupakan belajar yang tinggi merupakan
secara mandiri? belajar yang secara
mandiri
1.b Adakah menurut Anda Pastinya beda. Bagi subjek ada yang
yang berbeda antara berbeda anta-ra
belajar di perguruan tinggi belajar di per-guruan
dengan belajar pada tinggi de-ngan
tingkat-tingkat belajar pada tingkat
sebelumnya (seperti SD, sebelumnya.
SLTP, SLTA)?
1.c Pernahkah Anda Ya, sering. Subjek sering
mengalami masalah saat mengalami masa-lah
belajar di perguruan saat belajar di
tinggi? perguruan tinggi
1.d Apakah masalah tersebut Iya. Subjek mengalami
menyangkut kejenuhan masalah kejenuhan
dan kemalasan? dan kemalasan
dalam belejar
1.e Apakah masalah tersebut Iya. Subjek mengalami
menyangkut ketidakmam- masalah ketidak-
puan mengelola waktu? mampuan menge-
lola waktu dalam
belajar
1.f Apakah masalah tersebut Iya. Subjek mengalami
menyangkut kurang masalah kurang

15
berminat pada dosen berminat pada dosen
tertentu? tertentu
1.g Apakah masalah tersebut Tidak. Subjek tidak
menyangkut kurang mengalami masa-lah
berminat pada mata kuliah mengenai kurangnya
tertentu? minat pada mata
kuliah tertentu.
1.h Apakah masalah tersebut Tidak. Subjek tidak
menyangkut lingkungan mengalami masa-lah
pergaulan? menyangkut
lingkungan
pergaulan.
1.i Apakah masalah tersebut Tidak. Subjek tidak
menyangkut tempat kos? mengalami masa-lah
menyangkut tempat
kos.
1.j Apakah masalah tersebut Tidak. Subjek tidak
menyangkut keuangan? mengalami masa-lah
menyangkut
keuangan.
1.k Apakah masalah tersebut Ya. Subjek mengalami
menyangkut cinta dan atau masalah menyang-
pergaulan bebas? kut cinta dan atau
pergaulan bebas.

2. Subjek 2:Yw
Kode Pertanyaan Jawaban Interpretasi
2.a Apakah Anda mengetahui Ya, saya tahu. Subjek mengetahui
belajar pada tingkat bahwa belajar pada
perguruan tinggi tingkat perguruan
merupakan belajar yang tinggi merupakan
secara mandiri? belajar yang secara
mandiri
2.b Adakah menurut Anda Tentunya ada, Bagi subjek ada
yang berbeda antara banyak soal teman yang berbeda

16
belajar di perguruan tinggi dosen, gedungnya antara belajar di
dengan belajar pada apa lagi.. perguruan tinggi
tingkat-tingkat sebelum- dengan belajar pa-
nya (seperti SD, SLTP, da tingkat sebe-
SLTA)? lumnya, yaitu
dalam hal teman,
dosen dan fasilitas.
2.c Pernahkah Anda Pernah, kesulitan Subjek pernah
mengalami masalah saat belajar adaptasi mengalami masa-
belajar di perguruan lah saat belajar di
tinggi? perguruan tinggi
yaitu kesulitan
adaptasi.
2.d Apakah masalah tersebut Iya. Subjek mengalami
menyangkut kejenuhan masalah kejenuhan
dan kemalasan? dan kemalasan
dalam belajar
2.e Apakah masalah tersebut Iya sih.. Subjek mengalami
menyangkut ketidakmam- masalah ketidak-
puan mengelola waktu? mampuan menge-
lola waktu belajar
2.f Apakah masalah tersebut Hmm.. Ada sih.. Subjek mengalami
menyangkut kurang masalah kurang
berminat pada dosen berminat pada
tertentu? dosen tertentu
2.g Apakah masalah tersebut Mungkin iya.. Subjek mengalami
menyangkut kurang masalah mengenai
berminat pada mata kuliah kurangnya minat
tertentu? pada mata kuliah
tertentu.
2.h Apakah masalah tersebut Tidak juga. Subjek tidak
menyangkut lingkungan mengalami masa-
pergaulan? lah menyangkut
lingkungan

17
pergaulan.
2.i Apakah masalah tersebut Ya. Subjek mengalami
menyangkut tempat kos? masalah menyang-
kut tempat kos.
2.j Apakah masalah tersebut Hmmm.. Nggak Subjek tidak
menyangkut keuangan? juga... mengalami masa-
lah menyangkut
keuangan.
2.k Apakah masalah tersebut Kayaknya nggak Subjek tidak
menyangkut cinta dan atau deh.. mengalami
pergaulan bebas? masalah menyang-
kut cinta dan atau
pergaulan bebas.

B. DATA DARI OBSERVASI


1. Subjek 1:Nk
Kode Hasil Observasi Interpretasi
1.a Subjek menjawab dengan pasti. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.b Subjek menjawab sambil melihat Subjek yakin dengan jawabannya.
ke arah observer.
1.c Pandangan mata subjek mengarah Subjek tampak mengingat-ingat
ke samping.
1.d Subjek menjawab dengan lugas. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.e Subjek menjawab dengan lugas. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.f Subjek menjawab sambil Subjek ragu dengan jawabannya
menggaruk-garuk kepala
1.g Subjek memandang ke arah Subjek yakin dengan jawabannya.
observer.
1.h Subjek menjawab sambil melihat Subjek yakin dengan jawabannya.
ke arah observer.
1.i Pandangan mata subjek mengarah Subjek tampak berpikir sejenak.
ke samping.
1.j Subjek menjawab dengan lugas. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.k Subjek menjawab sambil Subjek ragu denghan jawabannya.
menggaruk-garuk hidung.

2. Subjek 2:Yw

18
Kode Hasil Observasi Interpretasi
1.a Subjek menjawab dengan pasti. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.b Mata subjek melihat ke kiri. Subjek tampak mengingat-ingat.
1.c Pandangan mata subjek mengarah Subjek tampak sedikit ragu untuk
ke bawah. menjawabnya.
1.d Subjek menjawab dengan lugas. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.e Subjek menjawab dengan lugas. Subjek yakin dengan jawabannya.
1.f Subjek menjawab sambil Subjek tampaknya ragu-ragu
menggaruk-garuk kepala dalam menjawab.
1.g Subjek menjawab sambil Subjek kelihatan ragu-ragu dalam
menggaruk-garuk telinga menjawab.
1.h Subjek menjawab sambil melihat Subjek yakin dengan jawabannya.
ke arah observer.
1.i Subjek menjawab sambil melihat Subjek yakin dengan jawabannya.
ke arah observer.
1.j Subjek berpikir sejenak sebelum Subjek kelihatan ragu-ragu dalam
menjawab. menjawab.
1.k Subjek menjawab sambil Subjek tampaknya ragu-ragu
menggaruk leher. dalam menjawab.

C. DATA DARI DOKUMENTASI


1. Wawancara dengan Subjek 1:Nk

2. Wawancara dengan Subjek 1:Yw

19
20
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas diperoleh data sebagai


berikut. Subjek 1(NK) mengetahui bahwa belajar di perguruan tinggi adalah belajar
secara mandiri serta mengetahui bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dengan belajar
pada tingkat sebelumnya. Namun NK mengakui bahwa dirinya sering mengalami
masalah dalam belajarnya. Problem belajar di perguruan tinggi yang dialami NK
yaitu menyangkut masalah kejenuhan dan kemalasan, ketidakmampuan mengelola
waktu, kurang berminat pada dosen tertentu, dan masalah cinta.
Sedangkan subjek 2 (YW) juga mengetahui bahwa belajar di perguruan tinggi
adalah belajar secara mandiri. Bagi YW terdapat perbedaan-perbedaan antara belajar
di perguruan tinggi dengan belajar pada tingkat sebelumnya. Misalnya dalam hal
pertemanan, dosen, dan gedung atau fasilitas. YW juga mengakui bahwa dirinya
pernah mengalami masalah dalam proses belajarnya di perguruan tinggi. Problem
belajar di perguruan tinggi yang dialami YW yaitu menyangkut masalah kejenuhan
dan kemalasan, ketidakmampuan mengelola waktu, kurang berminat pada dosen
tertentu, kurang berminat pada dosen tertentu, kurang berminat pada mata kuliah
tertentu, dan masalah di tempat kos.
Dari hasil wawancara kedua subjek tersebut dapat dilihat bahwa permasalahan
yang sama-sama muncul yaitu menyangkut masalah kejenuhan dan kemalasan,
ketidakmampuan mengelola waktu, serta kurang berminat pada dosen tertentu.

21
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan


yang muncul pada mahasiswi yang belajar di perguruan tinggi, yaitu menyangkut
masalah kejenuhan dan kemalasan, ketidakmampuan mengelola waktu, serta kurang
berminat pada dosen tertentu.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.


Paryati Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Iin Tri Rahayu. Handout Wawancara. Fakultas Psikologi UIN MAlang
Iin Tri Rahayu. Handout Observasi. Fakultas Psikologi UIN MAlang

23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

24

You might also like