Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. A MULTIGRAVIDA 39 – 40 MINGGU
PERSALINAN FISIOLOGIS KALA I FASE AKTIF
BAB II
LANDASAN TEORI
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
A. Definisi
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa
komplikasi.
B. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan
Sebab –sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah :
1. Penurunan kadar progesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada
akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Ketegangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh karena isinya.
4. Pengaruh janin / fetal cortisol
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu penyebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
C. Tanda dan Gejala Inpartu
Gejala persalinan sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
• pengeluaran lendir
• lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
• Perlukaan cervix
• Pendataran cervix
• Pembukaan cervix
D. Batasan Berlangsungnya Persalinan Normal
Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :
1. KALA I
Batasan
persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm (lengkap).
Fase-fase persalinan kala I
Kala I fase laten :
• pembukaan cervix kurang dari 3 cm
• cervix membuka perlahan selama fase ini
• fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
Kala I fase aktif :
• pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.
• his dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka lebih cepat.
• Fase aktif tidak boleh berlangsung dari 7 jam
2. KALA II
Batasan
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin.
Tanda dan gejala persalinan kala II
Didapatkan hal-hal berikut ini:
• ibu ingin meneran
• perineum menonjol
• vulva dan anus membuka
• meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
• kepala telah turun di dasar panggul.
Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan:
• pembukaan cervix lengkap
• kepala bayi terlihat pada introitus vagina.
3. KALA III
Batasan
Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar ±
15-30 menit setelah bayi lahir.
Fisiologi dan penatalaksanaan kala III
Pada persalinan kala III myometrium akan berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-
tiba setelah lahirnya bayi. Pengurangan ukuran uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka
plasenta akan terlepas dari dinding uteri setelah plasenta terpisah, ia akan turun ke segmen bawah rahim.
Tanda-tanda pelepasan plasenta
• Bentuk uterus globuler
• Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld)
• Semburan darah tiba-tiba.
Cara pelepasan plasenta ada 2 :
1. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan terjadi hematoma retroplasentair yang selanjutnya
mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma diatasnya sekarang jatuh kebawah dan menarik
lepas selaput janin. Bagian plasenta yang tampak pada vulva adalah permukaan foetal sedangkan hematoma
sekarang berada dalam kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara schultze tidak ada perdarahan sebelum
plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas seluruhnya. Baru seluruh plasenta lahir darah sekonyong-konyong
mengalir. Pelepasan secara schultze paling sering kita jumpai.
2. Secara Ducan
Pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan
sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung sampai plasenta lepas secara keseluruhan.
Pelepasan secara ducan sering terjadi pada plasenta letak rendah.
4. KALA IV
Batasan
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah itu.
Pemantauan pada kala IV :
• kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
• perkiraan pengeluaran darah
• laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif.
• Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.
E. Mekanisme Persalinan Normal
KALA II
Saat pembukaan lengkap seiring dengan adanya his ibu ingin meneran, perineum menonjol, vulva dan anus
membuka. Maka ibu dipimpin mengejan sambil mendukung/memuji usaha ibu. Apabila tidak ada his ibu dianjurkan
istirahat. Apabila ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi pada saat tidak ada his. Pada saat kepala janin
kelihatan di vulva dengan diameter 5-6 cm, handuk bersih dipasang diatas perut ibu untuk mengeringkan janin.
Melekkan kain bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. Saat subocciput tampak di bawah symphisis, tangan
kanan menahan perineum untuk menjaga supaya tidak terjadi rupture dan tangan kiri menahan puncak kepala
supaya tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Setelah kepala lahir kita tunggu sampai kepala janin melakukan putar paksi
luar secara spontan. Setelah kepala janin menghadap salah satu paha ibu, tangan kanan berada diatas dan tangan
kiri berada dibawah kepala janin, kepala kita pegang secara biparietal kemudian dielevasi kebawah sampai bahu
depan lahir kemudian elevasi keatas sampai bahu belakang lahir. Setelah itu tangan kanan pindah menyangga
kepala, leher dan bahu sedangkan tangan kiri menelusuri punggung, bokonng sampai menjepit kedua tungkai janin,
maka lahirlah seluruh tubuh janin. Setelah itu kita nilai secara sepintas gerak, tangis dan warna kulit. Kemudian kita
klem tali pusat dengan jarak ± 3 cm dari umbilicus, kemudian kita urut kearah maternal lalu kita klem dengan jarak ±
2cm dari klem I. kemudian tali pusat kita potong dengan tangan kiri melindingi tubuh bayi dari gunting. Setelah itu kita
ikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilical.
KALA III
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal/ganda. Setelah itu suntik oxytocin 10 IU secara IM
pada bagian luar paha kanan 1/3 atas dengan jangka waktu kurang dari 2 menit setelah bayi lahir. Kekemudian
melakukan penegangan tali pusat terkendali. Klem dipindah dengan jarak kurang lebih 5 cm dari vulva. Apabila tali
pusat bertambah panjang, uterus globuler dan ada semburan darah berarti plasenta sudah lepas, maka kita lakukan
PTT, tangan kanan menarik plasenta sedang tangan kiri menekan uterus kearah dorsokranial. Setelah plasenta
divulva, plasenta dipegang den kedua tangan kemudian kita putar searah jarum jam sampai plasenta lahir
seluruhnya. Setelah plasenta lahir tangan kiri memeriksa kontraksi uterus (masase) dan memeriksa kandung
kencing. Sedangkan tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta
http://ayurai.wordpress.com/2009/03/13/persalinan-fisiologis-kala-i-fase-aktif/
Kala Satu Persalinan
>> WEDNESDAY, MARCH 3, 2010
Kala I Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Artikel ini
akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut dan juga
mendefenisikan proses fisiologis persalinan normal. Juga dijelaskan bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu
selama persalinan, melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu,
dikaji pula tentang deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan dan bagaimana
cara merujuk ibu.
Juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf. Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik,
memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada
setiap persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini masalah dan penyulit untuk sesegera mungkin
menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Partograf tidak digunakan selama fase
laten persalinan, instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses
persalinan secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong persalinan diwajibkan untuk memantau dan
mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin dari awal hingga akhir persalinan.
Tujuan
——-
memantau kemajuan persalinan serta kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayi,
penuntun untuk membuat keputusan klinik dan deteksi dini masalah dan
penyulit.
8. Mengambil tindakan secara tepat sasaran dan waktu. Jika terjadi penyulit dan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka
dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan pada serviks.
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
http://www.medical-journal.co.cc/2010/03/kala-satu-persalinan.html
Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang
telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut (Manuaba,
1998) :
<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Persalinan spontan, bila persalinan
seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Persalinan buatan, bila proses persalinan
dengan bantuan tenaga dari luar.
<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Persalinan anjuran, bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Gambaran Perjalanan Persalinan
1. Tanda persalinan sudah dekat
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Terjadi lightening.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Terjadi his permulaan (palsu).
2. Tanda persalinan
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Terjadinya his persalinan.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Pengeluaran lendir dan darah
(pembawa tanda).
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Pengeluaran cairan (ketuban pecah).
3. Pembagian Waktu persalinan
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Kala I : sampai pembukaan lengkap.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Kala II : pengeluaran janin (lahirnya
bayi).
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Kala III : pengeluaran uri (lahirnya
plasenta).
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Kala IV : observasi 2 jam (perdarahan
postpartum).
Persalinan Kala 1
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan
(Manuaba, 1998).
Tanda-tanda persalinan kala I menurut Mochtar (2002) adalah
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Rasa sakit adanya his yang datang lebih
kuat, sering dan teratur.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Keluar lendir bercampur darah (show) yang
lebih banyak karena robekan kecil pada servik.
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Terkadang ketuban pecah dengan
sendirinya.
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Servik mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement)
Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2002) :
<!–[if !supportLists]–>a. <!–[endif]–>Fase laten (Asuhan persalinan dasar : 2002)
Fase laten (Asuhan persalinan dasar : 2002).
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4
cm.
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Biasanya berlangsung di bawah
hingga 8 jam.
<!–[if !supportLists]–>b. <!–[endif]–>Fase aktif
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Servik membuka dari 4 ke 10 cm
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm).
<!–[if !supportLists]–>3) <!–[endif]–>Terjadi penurunan bagian terbawah
janin.
<!–[if !supportLists]–>4) <!–[endif]–>Dibagi dalam 3 fase : (Hanif
Wiknjosastro : 1998).
<!–[if !supportLists]–>a). <!–[endif]–>Fase akselerasi. Dalam waktu
2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
<!–[if !supportLists]–>b). <!–[endif]–>Fase dilatasi maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
<!–[if !supportLists]–>c. <!–[endif]–>Fase deselerasi : pembukaan menjadi
lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap..
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara kurang dari 4
cm.
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Biasanya berlangsung di bawah
hingga 8 jam.
<!–[if !supportLists]–>d. <!–[endif]–>Fase aktif (Asuhan persalinan dasar : 2002)
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Servik membuka dari 4 ke 10 cm
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm).
<!–[if !supportLists]–>3) <!–[endif]–>Terjadi penurunan bagian terbawah
janin.
<!–[if !supportLists]–>4) <!–[endif]–>Dibagi dalam 3 fase : (Hanif
Wiknjosastro : 1998).
<!–[if !supportLists]–>a). <!–[endif]–>Fase akselerasi. Dalam waktu
2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
<!–[if !supportLists]–>b). <!–[endif]–>Fase dilatasi maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
<!–[if !supportLists]–>c). <!–[endif]–>Fase deselerasi : pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap.
Penatalaksanaan Persalinan Kala 1
<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Menyiapkan Kelahiran
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan
kelahiran bayi
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal sebagai
berikut :
<!–[if !supportLists]–>a) <!–[endif]–>Ruangan yang hangat dan bersih,
memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
<!–[if !supportLists]–>b) <!–[endif]–>Sumber air bersih yang mengalir untuk
cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
<!–[if !supportLists]–>c) <!–[endif]–>Air desinfesi tingkat tinggi (air yang
didihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum
sebelum periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perineum
ibu setelah bayi lahir.
<!–[if !supportLists]–>d) <!–[endif]–>Air bersih dalam jumlah yang cukup,
klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk
membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses
peralatan.
<!–[if !supportLists]–>e) <!–[endif]–>Kamar mandi yang bersih untuk
kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan.
<!–[if !supportLists]–>f) <!–[endif]–>Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-
jalan selama persalinan, melahirkan bayi dan memberikan asuhan bagi
ibu dan bayinya setelah persalinan.
<!–[if !supportLists]–>g) <!–[endif]–>Penerangan yang cukup baik disiang
maupun di malam hari.
<!–[if !supportLists]–>h) <!–[endif]–>Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
<!–[if !supportLists]–>i) <!–[endif]–>Tempat yang bersih untuk memberikan
asuhan bayi baru lahir.
<!–[if !supportLists]–>j) <!–[endif]–>Meja yang bersih atau tempat tertentu
untuk menaruh peralatan persalinan.
<!–[if !supportLists]–>2) <!–[endif]–>Menyiapkan perlengkapan, bahan dan obat
yang dibutuhkan.
Daftar perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan untuk asuhan dasar
persalinan dan kelahiran bayi adalah sebagai berikut :
<!–[if !supportLists]–>a) <!–[endif]–>Partus set yang terdiri dari dua klem
kelly atau dua klem kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau klem
plastik, kateter nelaton, gunting episotomi, alat pemecah selaput ketuban
atau klem ½ kocher, dusa pasang sarung tangan DTT steril, kasa atau kain
kecil, gulungan kapas basah menggunakan air DTT, tabung suntik 2
½ atau 3 ml dengan larutan IM sekali pakai, kateter penghisap de lee
(penghisap lendir) atau bola karet yang baru dan bersih, empat kain bersih,
tiga handuk atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.
<!–[if !supportLists]–>b) <!–[endif]–>Bahan terdiri dari partograf (halaman
depan dan belakang), catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil,
kertas kosong atau formulir rujukan, pena, termometer, pita pengukur,
pinnards, fetoskop, doppler, jam yang mempunyai jarum detik, stetoskop,
tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (lima pasang), sarung
tangan DTT atau steril (lima pasang) larutan klorin atau klorin serbuk,
perlengkapan pelindung pribadi, sabun cuci tangan, deterjen, sikat kuku
dan gunting kuku, celemek plastik dan gaun oenutup, lembar plastik untuk
alas tempat tidur saat persalinan, kantong plastik, sumber air bersih yg
mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk air DTT.
<!–[if !supportLists]–>c) <!–[endif]–>Peralatan resusitasi bayi baru lahir yang
terdiri dari balon resusitasi dan sungkup nomor 0 & 1, lampu sorot 60
watt.
<!–[if !supportLists]–>d) <!–[endif]–> Obat dan perlengkapan untuk asuhan
rutin dan penatalaksanaan/penanganan penyulit yang terdiri dari 8 ampul
oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml 10 U/ml), 20 ml
Lidokain 1% tanpa epinefrin atau 10 Lidoksin 2% tanpa epinefrin dan air
steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, tiga botol
ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infus, dua
kanula IV nomor 16 – 18 G, dua ampul metil ergometrin maleat, dua vial
larutan magnesium sulfat 40% (25gr), enam tabung suntik (2 ½ – 3 ml)
sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril sekali pakai
dengan jarum IM, satu 10 ml tabung suntik steril sekali pakai dengan
jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul/kaplet
amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin IV 2 g.
<!–[if !supportLists]–>e) <!–[endif]–>Set jahit yang terdiri dari 1 tabung
suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm
atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahir tajam ukuran 9 – 11,
benang chromic sekali pakai ukuran 2.0 dan 3.0, satu pasang sarung
tangan DTT atau steril, satu kain bersih.
<!–[if !supportLists]–>3) <!–[endif]–>Menyiapkan Rujukan
Menkaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika perlu
dirujuk disiapkan dan disertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan
perawatan dan hasil penilaian yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan.
<!–[if !supportLists]–>4) <!–[endif]–>Memberikan Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk, memberikan dukungan
emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi,
keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi.
<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik
ibu dan bayinya. Langkah yang dilakukan sebelum pemeriksaan fisik terdiri dari
mencuci tangan sebelum pemeriksaan, bersikap lemah lembut dan sopan serta
menentramkan, meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih, menilai
kesehatan ibu secara umum, menilai tanda-tanda vital ibu.
Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi :
<!–[if !supportLists]–>1) <!–[endif]–>Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk
menentukan tinggi fundus, memantau kontraksi uterus, memantau denyut
jantung janin, menentukan presentasi dan menentukan penurunan bagian
terbawah janin.
Gambar 5 Kepala masih dapat diraba dengan 5 jari diatas pintu atas panggul
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/20/persalinan-kala-i/
Unit 5 :
Observasi & Penatalakasanaan Persalinan Kala I
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan modul Observasi & Penatalaksanaan Persalinan Kala I ini mahasiswa akan
memiliki kemampuan untuk :
DIAGNOSA PERSALINAN
5.1 KAPAN SEORANG PASIEN DINYATAKAN INPARTU?
1. Fase laten
2. Fase aktif.
5.2 APA YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG PERSALINAN KALA I FASE LATEN ?
5.3 APA YANG SAUDARA KETAHUI MENGENAI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF?
Gambar PARTOGRAM
OBSERVASI PERSALINAN KALA I
5.4 APA YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG PEMERIKSAAN FISIK SAAT PERSALINAN?
• Observasi keadaan umum ibu dan anak secara rutin setiap jam
termasuk mengamati kwalitas kontraksi uterus
• Pemeriksaan abdomen secara cermat.
• Pemeriksaan vaginal (vaginal toucher) secara cermat.
Semua hasil observasi dan pemeriksaan dicatat kedalam partogram. Semua temuan klinik yang
abnormal harus diikuti dengan rencana penatalaksanaan lanjutan.
5.5 KAPAN SAUDARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN YANG INPARTU?
5.8 DISEBUT APA GARIS MIRING PERTAMA YANG DITEMUKAN DALAM PARTOGRAM ?
Garis waspada menyatakan kemajuan dilatasi servik minimal yang masih dalam batas normal
selama persalinan kala I fase aktif.
5.10 DISEBUT APAKAH GARIS MIRING KEDUA YANG DITEMUKAN DALAM PARTOGRAM?
Bila pasien MKB pada awal persalinan dan pada pemeriksaan semua menunjukkan keadaan normal
maka yang harus dilakukan adalah observasi rutin. Pemeriksaan ulangan dilakukan 4 jam kemudian
atau lebih cepat bila parturien mengeluhkan his yang terasa nyeri dan mulai teratur. Pasien boleh
makan minum seperti biasa dan disarankan untuk berjalan-jalan. Parturien mungkin masih belum
perlu masuk kamar persalinan.
Bila pasien MKB pada persalinan kala I fase aktif, mungkin persalinan berlangsung secara normal.
Akan tetapi kemungkinan adanya CPD tetap harus dipikirkan, khususnya pada pasien yang tidak
pernah melakukan pemeriksaa antenatal sebelumnya.
Bila keadaan umum ibu dan anak baik, tidak terdapat tanda-tanda CPD maka pemeriksaan lanjutan
dikerjakan 4 jam kemudian. Dilatasi servik dicatat pada garis waspada partogram.
5.16 BAGAIMANA GAMBARAN KEMAJUAN PERSALINAN NORMAL SELAMA FASE AKTIF
DALAM PARTOGRAM?
5.20 APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA KETUBAN PECAH SPONTAN PADA PERSALINAN
KALA I?
Gangguan kemajuan persalinan terlihat bila partogram memperlihatkan adanya garis dilatasi servik
menyilang garis waspada. Dengan demikian maka kecepatan dilatasi servik kurang dari 1 cm per
jam.
5.23. APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA GRAFIK MEMPERLIHATKAN BAHWA DILATASI
SERVIK MENYILANG GARIS WASPADA?
LANGKAH PERTAMA
LANGKAH KEDUA.
Pada kala I, "Powers" (his atau kontraksi otot uterus) dapat bersifat tidak adekwat atau tidak efektif.
Pasien dengan kemajuan persalinan normal memiliki his yang efektif dan adekwat baik dalam hal
durasi atau frekuensi kontraksi uterus
Penyebab gangguan kemajuan persalinan dapat terletak pada faktor "passenger" (janin). Masalah ini
dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan vagila toucher.
Etiologi Sikap
DISPROPORSI SEPALOPELVIK
5.32. APAKAH PADA KASUS CPD KECEPATAN DILATASI SERVIK SELALU KURANG DARI 1
CM PER JAM?
Bila terdapat CPD, biasanya kecepatan dilatasi servik kurang dari 1 cm per jam. Namun dilatasi
dapat berlangsung secara normal meskipun kepala masih tinggi. Ini adalah keadaan berbahaya bila
tidak segera dikenali.
5.33. TEMUAN KLINIS APA YANG MENYEBABKAN ANDA MENEGAKKAN DIAGNOSA CPD
BILA KEPALA MASIH TIDAK MASUK PANGGUL?
Kadang-kadang, terutama pada multipara, kepala tidak masuk panggul sampai akhir kala I fase
aktif. Akan tetapi bila keadaan ini terjadi anda harus memperhatikan faktor lain
5.34. APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA SUDAH DITENTUKAN BAHWA PENYEBAB
GANGGUAN PROSES PERSALINAN ADALAH AKIBAT CPD?
5.39. BAGAIMANA TINDAKAN AGAR RUJUKAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN BAIK DAN
MENJAMIN KESELAMATAN PASIEN SELAMA DALAM PERJALANAN KE RUMAH SAKIT?
PROLAPSUS TALIPUSAT
5.40. MENGAPA PROLAPSUS TALIPUSAT MERUPAKAN KOMPLIKASI PERSALINAN YANG
BERAT?
Oleh karena aliran darah didalam talipusat akan terhenti sehingga menyebabkan gawat janin atau
kematian janin.
Tidak . Sectio Caesar hanya dilakukan pada janin dengan harapan hidup besar (usia kehamilan
diatas 28 minggu ) dan talipusat masih berdenyut. Bila harapan untuk hidup sangat kecil maka
persalinan diupayakan per vaginam.
PROBLEMA KASUS
KASUS 1
Primigravida hamil aterm dengan HIV negatif masuk kamar bersalin. Terdapat 1 kontraksi uterus
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 30 detik. Dilatasi servik 1 cm dan pendataran 25%.
Hasil observasi ibu dan anak normal. 4 jam kemudian kontraksi uterus menjadi 2 kali dalam 10
menit dan masing-masing berlangsung sekitar 40 detik. Pada VT dilatasi servik 1 cm dan pendataran
75% dengan selaput ketuban menonjol. Diagnosa saat itu : kemajuan proses persalinan bruk akibat
his yang tidak adekwat dan diputuskan untuk melakukan oksitosin infus.
1. Apakah anda sepenapat dengan diagnosa tersebut?
Diagnosis salah mengingat bahwa pasien memang masih pada fase laten
Diagnosa gangguan kemajuan proses persalinan hanya bisa ditegakkan pada fase aktif.
2. Mengapa pada fase laten tersebut situasi masih dikatakan tidak menentu ?
Terlepas dari diagnosa yang salah, oksitosin tidak boleh diberikan sebelum selaput ketuban
dipecahkan.
Tidak. Bila kondisi ibu dan anak baik, anda dapat menunggu sampai dilatasi 3 cm atau lebih. Selaput
ketuban dapat dipecah bila pasien masih berda pada fase laten 8 jam kemudian..
KASUS 2
Pasien hamil aterm masuk kamar bersalin dengan presentasi belakang kepala (vertex presentation).
Dilatasi servik 4 cm dan dicantumkan pada garis waspada. Pada VT berikutnya, dilatasi mencapai 8
cm. Teraba caput. Diperkirakan bahwa terdapat kemajuan persalinan dan direncanakan untuk
melakukan VT 4 jam kemudian. .
1. Saat masuk kamar bersalin, haruskah dilatasi servik dicantumkan pada garis waspada?
Ya. Pasien dalam fase aktif (dilatasi 4 cm) sehingga hasil pemeriksaan tersebut dicantumkan pada
garis waspada. Observasi lebih lanjut, hasil pemeriksaan dilatasi servik seharusnya berada disebelah
kiri garis waspada
Tidak selalu seperti itu mengingat bahwa tidak ada informasi mengenai desensus. Kemajuan dilatasi
servik tanpa desensus tidak selalu menunjukkan bahwa terdapat kemajuan persalinan.
3. Apakah dilatas servik dengan penurunan bagian terendah janin yang ditemukan melalui
VT (stasion ) mungkin terjadi pada kasus CPD?
Ya. Kontraksi uterus menyebabkan bertambahnya pembentukan caput dan molase yang seringkali
disalahartikan dengan kemajuan proses desensus dan proses persalinan dianggap maju. Pada kasus
ini, melalui pemeriksaan VT ulangan ditemukan caput. Namun informasi lebih lanjut mengenai
molase dan palpasi perlimaan diperlukan untuk menentukan apakah persalinan mengalami
kemajuan atau tidak.
Tidak. Bila dilatasi servik sudah mencapai 8 cm maka VT berikutnya harus dilakukan 2 jam kemudia
atau lebih cepat bila ada indikasi bila dilatasi sudah lengkap.
KASUS 3
Pasien primigravida aterm masuk kamar bersalin. Pada pemeriksaan awal palpasi perlimaan hasilnya
2/5 dan dilatasi servik 6 cm. Terdapat his dengan frekuensi 3 kali per 10 menit dan masing-masing
berlangsung 45 detik. Pasien mengeluh nyeri hebat saat his berlangsung.
Pada pemeriksaan 4 jam berikutnya, desensus masih 2/5 dilatasi servik masih tetap 6 cm dan
kwalitas kontraksi uterus masih tetap sama dan tetap dirasakan nyeri.
Oleh karena tidak ada kemajuan persalinan dengan his yang adekwat maka ditegakkan diagnosa
CPD dan direncanakan SC.
Tidak. Diagnosa CPD diduga harus berdasarkan adanya molase 2+ atau lebih
Pasien adalah primigravida dengan his yang adekwat, rasa yeri saat his dan tanopa tanda-tanda
CPD. Kemungkinan diagnosa penyebab adalah disfungsi kontraksi uterus yang tidak efektif
Pertama, berikan semangat pada parturien dan berikan analgesik. Setelah penderita tenang, berikan
infus oksitosin untuk membuat kontraksi uterus yang efektif.
Pasien yang cemas seringkali mengalami gangguan kemajuan persalinan dan mersasa bahwa his
yang terjadi menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan.
Dukungan emosional selama persalinan sangat penting pada pasien yang inpartu.
KASUS 4
Pasien inpartu aterm mengalami kemajuan persalinan yang lambat dan pengamatan dilatasi servik
menunjukkan bahwa dilatasi servik sudah menyilang garis waspada. Hasil pemeriksaan VT
menunjukkan adanya posisio osipitalis posterior. Oleh karena ada sedikit kemajuan dalam proses
persalinan maka diputuskan untuk melanjutkan persalinan per vaginam dengan observasi. Setelah 4
jam, dilatasi servik menyilang pada garis tindakan. Sekali lagi, mengngat adanya kemajuan
persalinan maka diputuskan untuk melanjutkan observasi dan direncanakan untuk melakukan
evaluasi ulangan 2 jam kemudian. .
1. Apakah penatalaksanaan pasien sudah benar saat dilatasi servik menyentuh garis
waspada?
Ya. Dia sudah mendapatkan penilaian secara sistematis dan mendapatkan diagnosa gangguan
kemajuan persalinan akibat posisio osipitalis posterior.
2. Apa yang harus dilakukan setelah ditegakkan diagnosa persalinan memanjang akibat
posisio osipitalis posterior ?
Salah. Pada saat itu seharusnya dilakukan penilaian yang spesialistis. Dan penatalaksanaan lanjutan
dilakukan secara spesialistis pula.
Apabila persalinan masih maju dan kondisi ibu dan anak baik dan molase yang terjadi kurang dari
3+.
http://obfkumj.blogspot.com/2009/06/unit-5-observasi-dan-penatalaksanaan.html
Indikator
http://akiraalie.blogspot.com/2010/08/askep-ibu-dengan-letak-sungsang.html
A. Pengetahuan Dasar
No Pernyataan Revisi Keterangan
1. Fisiologi persalinan. - -
2. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk. Anatomi tengkorak janin, diameter yang
penting dan penunjuk serta anatomi panggul ibu dan ukuran-ukuran panggul serta pemeriksaan dalam.
Pada proses persalinan diperlukan 5 P untuk itu keadaan panggul ibu juga perlu dikatehui
3. Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran. - -
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan. - -
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa. - -
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan. - -
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan. - -
8. Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran. - Sudah termasuk di dalam
pemantaun kemajuan persalinan.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda. Pengelolaan dan
penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal Bidan memiliki kewenangan menolong persalinan
dengan kehamilan normal, Pengelolaan persalinan ganda masuk dalam pengetahuan dan ketrampilan
tambahan.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping, pengaturan
posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat. - Bidan sebagai pemberi pelayanan harus
memiliki kompetensi dalam memimpin persalinan dengan berbagai posisi dan pengetahuan serta teknik
pengurangan rasa nyeri tanpa obat
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus. - -
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan memberikan
ASI/PASI, eksklusif 6 bulan. - -
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak
kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan. - -
14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif. - -
15. Manajemen fisiologi kala III. Fisiologi kala III Redaksi kalimat kurang tepat
16. Prinsip manajemen kala III secara fisiologis. - -
17. Prinsip manajemen aktif kala III. - -
18. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative. Mengetahui cara-
cara pemberian obat-obatan meliputi : uterotonika, antibiotika dan sedative. Terbatas pada pengetahuan
bukan pada keterampilan.Sesuai dengan permenkes no 149 tahun 2010 bahwa bidan hanya berwengan
memberikan obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan manajemen aktif kala III
19. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal, retensio plasenta,
perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan. Mengetahui indikasi tindakan kegawatdaruratan
kebidanan pada : distosia bahu, aspiksia neonatal, retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri dan
mengatasi renjatan. Redaksi kalimat kurang tepat
20. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD. Mengetahui Indikasi tindakan
operatif pada persalinan misalnya gawat janin, dan CPD. Redaksi kalimat kurang tepat
21. Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia kelelahan
ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term
dan pre term serta tali pusat menumbung. Mengetahui indikator komplikasi persalinan : perdarahan,
partus macet, kelainan presentasi, eklamsi kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa
infeksi, distosia karena inersia uteri primer dan sekunder, postterm dan preterm serta tali pusat
menumbung. Redaksi kalimat kurang tepat.
22. - Penapisan ibu bersalin. Mengidentifikasi persalinan normal yang sesuai dengan kewenangan bidan.
23. - Konsep dasar persalinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan. Mengetahui lebih dalam
konsep persalinan termasuk faktor yang mempengaruhi persalinan secara keseluruhan.
24. - Amniotomi, penjahitan luka episiotomi, kompresi bimanual, pemberian suntikan anestesi lokal. Untuk
mendukung keterampilan dasar harus didasari oleh pengetahuan.
25. - Pengawasan kala IV (untuk observasi perdarahan postpartum) Untuk mengobservasi kondisi ibu
setelah persalinan dan mendeteksi adanya kelainan yang terjadi.
B. Pengetahuan Tambahan
No Pernyataan Revisi Keterangan
1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi. - -
2. Pemberian suntikan anestesi local. - Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui.
3. Akselerasi dan induksi persalinan. Augmentasi dan induksi persalinan. Redaksi kalimat kurang tepat
4. Mengetahui konsep dasar vakum ekstraksi . Untuk mendukung keterampilan tambahan harus didasari
oleh pengetahuan. Untuk membantu melahirkan kepala janin sudah berada di dasar panggul.
C. Keterampilan Dasar
No Pernyataan Revisi Keterangan
1. Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada persalinan
sekarang. - -
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum dan status
obstetricus. Tidak hanya pemeriksaan fisik saja yang harus dilakukan, tetapi juga pemeriksaan umum
meliputi : TB, BB, dll.
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin. - Pemeriksaan
abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin sudah tercakup dalam pemeriksaan fisik yang
terfokus.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi). - -
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi
pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul
dengan bayi. Melakukan pemeriksaan secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan dan
pendataran/penipisan serviks, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi, keadaan ketuban. Redaksi
kalimat kurang tepat.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf. - -
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya. - -
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan. - -
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawat daruratan dengan
intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu. - -
10 Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi. Melakukan
amniotomi pada pembukaan serviks sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah engaged.
(sesuai indikasi/pada inersia hipotonik). Untuk mencegah infeksi dan partus lama
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat. Menolong kelahiran bayi normal dan dengan lilitan
tali pusat Bidan berwengan menolong persalinan normal
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan. Melakukan episiotomi dan penjahitan (bila ada
indikasi). Redaksi kalimat kurang tepat.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III. Melaksanakan manajemen aktif kala III : pemberian
uterotonika, peregangan talipusat, pemeriksaan kelengkapan plasenta dan selaput. Fisiologi kala III
cukup sebagai pengetahuan tetapi melaksanakan manajemen aktif kala III wajib dapat dilakukan.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III. - Saat ini sedang marak lotus birth, yaitu penundaan
pemotongan tali pusat sehingga manajemen aktif kala III yang bagaimana yang sebaiknya diterapkan?
15. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative. Memberikan
suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedativa saat manual plasenta. Sesuai
dengan permenkes bidan tidak boleh memberikan antibiotic dan sedative, Memberikan kombinasi
suntikan ketiganya dilakukan saat manual plasenta.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit (HT).
Memasang infus, mengambil darah, dan melaksanakan pemeriksaan haemoglobin (Hb). Redaksi kalimat
kurang tepat
Kompetensi bidan cukup dapat melakukan pemeriksaan Hb dengan metode sahli bukan pemeriksaan
hematokrit
17. Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inverse uteri dalam kala III. - Sudah tercakup di dalam
manajemen aktif kala III.
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya. - Sudah tercakup di dalam manajemen aktif kala
III.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar. - -
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum. - -
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II. Menjahit robekan perineum tingkat I dan II. Bidan
berwenang melakukan penjahitan robekan perineum tingkat I dan II
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet kepada di dasar
panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term. Memberikan pertologan persalinan
abnormal : partus macet kepala didasar panggul.
Pertolongan persalinan selain partus macet kepala di dasar panggul merupakan keterampilan tambahan
bukan keterampilan dasar.
23. Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual. Melakukan pengeluaran plasenta secara manual
jika terjadi HPP. Redaksi kalimat kurang tepat
24. Mengelola perdarahan post partum. - -
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu sesuai indikasi.
Merujuk ibu yang dalam keadaan gawat darurat dengan tepat waktu dan sesuai indikasi. Redaksi kalimat
kurang tepat
26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali kasih ibu dan bayi
baru lahir. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman dengan meningkatkan hubungan kasih
sayang ibu dan bayi baru lahir dengan inisiasi menyusui dini. Redaksi kalimat kurang tepat
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif. - -
28 Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
Mendokumentasikan intervensi yang dilakukan dan melaporkan temuan-temuan penting Redaksi kalimat
kurang tepat
D. Keterampilan Tambahan
No Pernyataan Revisi Keterangan
1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
Dihilangkan Permenkes : Bidan hanya boleh menolong persalinan normal
Presentasi muka dengan oksiput di anterior sulit dilahirkan
2. Memberikan suntikan anestesi lokal jika diperlukan. - -
3. Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan sesuai kewenangan. Melakukan
ekstraksi forcep dan vakum dengan kepala di dasar panggul dalam keadaan darurat. Bidan hanya
berwenang pada persalinan normal dan bidan tidak berwenang melakukan ekstraksi forcep dan vacum
kecuali pada wilayah kerjanya tidak terdapat dokter umum/ dokter spesialis kebidanan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam
kandungan (IUFD) dengan tepat. Mengidentifikasi malpresentasi dan melakukan rujukan.
Mengidentifikasi dan mengelola : distosia bahu, gawat janin dan kematian janin dalam kandungan (IUFD)
dengan tepat. Redaksi kalimat kurang tepat
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung. - Bidan harus mempunyai ketrampilan
mengidentifikasi tali pusat menumbung dan merujuk kasus tersebut.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks. Mengidentifikasi dan melakukan rujukan pada pasien
dengan perdarahan karena robekan servik Bidan harus mampu mengidentifikasi robekan serviks.
Menjahit serviks bukan kewenangan bidan.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan sesuai
kewenangan. Memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri.
Membuat resep bukan kewenangan bidan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan
perdarahan post partum. Memberikan oksitosin dengan tepat pada kala III persalinan dan penanganan
perdarahan post partum. Permenkes
Wewenang bidan hanya : Obat uterotonika diberikan pada saat postpartum dan kala III. Pemberian
oksitosin untuk akselerasi persalinan bukan wewenang bidan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh kelompok terhadap asuhan selama persalinan dan kelahiran,
masih perlu ada yang harus dikaji ulang dan diperbaiki untuk menuju ke arah yang lebih baik seperti yang
telah dibahas pada BAB II sebelumnnya.
Standar asuhan kebidanan berguna bagi para bidan dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasien. Standar yang jelas
akan melindungi masyarakat karena hasil asuhan yang diberikan sesuai dengan acuan yang telah
ditetapkan sekaligus melindungi bidan terhadap tuntutan mal praktik. Penerapan asuhan kebidanan saat
ini meliputi standar kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan yang keduanya disesuaikan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
Keberhasilan dalam penerapan standar asuhan kebidanan sangat tergantung kepada individu bidan,
organisasi profesi, sistem monitoring dan evaluasi yang diterapkan dalam pelayanan kebidanan. Pada
pelaksanakan asuhan kebidanan tiap individu bidan diharapkan memahami filosofi, kerangka kerja,
manfaat penggunaan standar asuhan kebidanan serta evaluasi penerapan standar pelayanan.
Dengan adanya perbaikan yang berkelanjutan bagi standar asuhan kebidahan yang disesuaikan dengan
perkembangan pelayanan saat ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelaksanaan pelayanan kebidanan.
3.2 Saran
1. IBI
IBI sebagai organisasi profesi bidan melakukan pembinaan secara konsisten agar anggotanya mampu
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
2. Kepada pemegang kebijakan
Diharapkan adanya revisi dalam peraturan Kepmenkes mengenai kompetensi bidan disesuaikan dengan
kebutuhan yang ada seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan infirmasi
3. Kepada Profesi Kebidanan
Bidan harus selalu meningkatkan pengetahuannya tentang standar pelayanan kebidanan dan
kompetensi-kompetensinya sesuai dengan Permenkes dan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-
kebutuhan ibu bersalin yang semakin beragam/kompleks, sehingga dapat memberikan kualitas layanan
kebidanan yang baik.
http://atikgurubidan.blogspot.com/2010/09/analisa-standar-kompetensi-bidan-
4.html
KEMAJUAN PERSALINAN
KEMAJUAN PERSALINANKEMAJUAN PERSALINAN ditentukan oleh :
1. Meningkatnya intensitas, frekuensi dan durasi kontraksi uterus ( his ) yang diperoleh
dari palpasi abdomen , pemasangan transduser eksterna; atau insersi kateter intra
uterin
2. Dilatasi servik
Diketahui dengan melakukan palpasi abdomen (Leopold III dan IV ) atau dengan palpasi
perlimaan :
PERSALINAN KALA I
Kala I persalinan pada primigravida berlangsung lebih dari 12 jam , pada multipara
biasanya berlangsung sekitar 8 jam. Kecepatan dilatasi servik pada primipara biasanya 1.2
cm per jam dan pada multipara 1.5 cm per jam
Efek peningkatan kontraksi uterus terhadap penampilan ibu bersalin sangat nyata. Ibu akan
nampak menderita saat kontraksi uterus. Pada kala I persalinan sering terjadi pecahnya
selaput ketuban secara spontan
PERSALINAN KALA II
Kala II pada primipara biasanya berlangsung sekitar 1 jam dan pada multipara lebih singkat
lagi.
Kala II dapat dikenali dengan semakin kuatnya dorongan ibu untuk meneran.
Pimpinan persalinan dilakukan bila sudah terjadi “crowning” yaitu dengan terlihatnya bagian
kepala janin di vulva dengan diameter sekitar 4 – 5 cm.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/kemajuan-persalinan.html