Professional Documents
Culture Documents
STUDY
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
DISUSUN
DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
Oleh :
Nama : Drs. Nur Kholiq
NIP : 19630108 198703 1004
0
KATA PENGANTAR
Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadiratAllah SWT karena penulis menyadari
bahwa berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan
judul Penerapan Metode Lesson Study dalam Pendidikan Karakter.
Karya tulis ini disusun dalam rangka membantu rekan-rekan guru yang kesulitan
dalam menyusun Penerapan Lesson study dalam implementasi Pendidikan Karakter.
Sehubungan dengan tersusunnya karya tulis ini penulis dapat mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, yang secara khusus penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ananda Risdinar UF, Nadia FL dan istriku tercinta
2. Rekan-rekan seperjuangan di SMA Negeri 1 Kembang
3. Rekan-rekan sejawat di Pendidikan .
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan dibalas
dengan pahala yang berlipat ganda. Amin dan semoga karya tulis ini bermanfaat,
khususnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima
dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.
0
DAFTAR ISI
0
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berpijak pada permasalahan diatas, selanjutnya masalah dapat dirumuskan yaitu,”
Bagaimana metode yang efektif digunakan untuk mewujudkan pendidikan
Karakter?”.
0
C. Tujuan Penulisan
Selain dengan permasalahan diatas, tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah
sebagai solusi dan inovasi metode pembelajaran yang dapat mewujudkan sistem
pendidikan Karakter.
D. Manfaat Penulisan
Setelah berbagai masalah diatas diperoleh jawabannya, maka diharapkan hasil
penulisan ini bermanfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah pengetahuan pendidik tentang metode pendidikan yang
efektif dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter.
b. Dapat mengetahui metode pendidikan yang memiliki karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat membimbing siswa-siswinya ke arah yang lebih
kreatif, cerdas, dan maju.
b. Bagi siswa, dapat memahami pola pembelajaran yang lebih
berkarakter.
0
BAB II
KAJIAN TEORI DAN TINJAUANPUSTAKA
Metode pengajaran dari kata “Metho” yang berarti melalui atau melewati, sehingga
metode pengajaran berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu dalam hal ini tujuan pengajaran (Bambang Prawiro,1991).
Jadi metode pengajaran merupakan suatu alat (di samping alat lain seperti alat
penilaian, alat peraga) yaitu alat untuk meyampaikan bahan pelajaran dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.
Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria
jenis metode modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada
umumnya adalah keaktifan siswa, metode dan dasar psikologis dari metode-metode
itu.
Menurut W.Gulo (2002:1) bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode
pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar
(W.Gulo,2002:1).
Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Bambang
Prawiro,1991) :
1. Metode interaksi secara individual.
2. Metode interaksi secara kelompok.
Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar mengajar yang direncanakan
untuk mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional (W.Gulo,2002:1).
Sehingga, dibutuhkan suatu perencanaan dalam pelaksanaan program suatu program
pengajaran.
Definisi dari Prof. Dr. De Queljy dan prof. Gazali MA. Pembelajaran adalah
menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang
memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan individual, sehingga
memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua murid dianggap sama
kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama
dengan kenyataan.
0
Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama
atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai
watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281).
Dalam Dorland’s PocketMedical Dictionary (1968:126) dinyatakan bahwa karakter
adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus
psikologi dinyatkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis
atau morl, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-
sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29).
Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhlah atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).
0
BAB III
PEMBAHASAN MATERI
0
praktik pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang
sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat
mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang
dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapatmembantu
siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari.
Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga
agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru.
Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti
proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan
praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru
sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami
mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam
kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan
pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan
apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi
yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam
proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu,
kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan
mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan
konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara
keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang
memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas
mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang
pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di
ruang kelas sepanjang hidupnya.
0
satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka
tumbuh berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida 1999).
Di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/ kecakapan dalam
mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu
pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-
service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson
study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam
lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif
baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan
dengan masyarakat. Lesson
Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran
beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan
refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan
keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas
guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka
agar menjadi lebih efektif. Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui
kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di
tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study
diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada
bulan januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson
studydi SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006).
Lesson Study merupakan hal yang baru bagi sebagian sebagian besar guru. Lesson
Study diadopsi dari Jepang dan diuji cobakan di beberapa sekolah sebagai pilot
project, diantaranya Bandung (dibawah UPI), di Yogyakarta (dibawah UNY), dan
di Malang (dibawah UM).
0
Pertanyaan seperti apakah saya sudah melakukan tusgas medidik dengan
baik?
Apakah saya sudah melakukan tugas seoptimal mungkin?
Serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, jawaban tersebut
tentu akan medorong pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan
kekurangan-kekurangan atas jawaban tersebut.
2. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk
peningkatan kualitas diri.
3. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
4. Keberanian mengakui dan memakai ide orang lain yang baik.
5. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan
(Ridwan Joharmawan,2006)
Kelima sikap tersebut menjadi persyaratan yang harus dipahami dan dipertajam
sebelum kita melakukan kegiatan Lesson Study. Selain sikap dasar yang harus
disiapkan oleh guru tersebut, maka juga sangat penting peranan dari komponen yang
terkait dalam bidang pendidikan, Kepala Sekolah, MGMP, Kantor Dinas Pendidikan,
Universitas, dan para pemerhati pendidikan pada komitmen nyata dalam mendukung
kegiatan Lesson Study.
Secara garis besarnya ‘lesson study” mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu
perencanaan (planing), implementasa (action) pembelajaran dan observasi serta
refleksi (reflection), rincian dari tiga tahap itu sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada pada kelas yang akan
digunakan untuk kegiataan lesson study dan alternatif pemecahannya.
Identifikasi masalah dan pemecahan tersebut berkaitan dengan pokok bahasan
(materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan materi pelajaran, karakteristik
siswa dan suasana kelas, metode atau pendekatan pembelajaran, media, alat
peraga dan evaluasi proses serta hasil belajar.
Selanjutnya dilakukan diskusi tentang pemilihan materi pelajaran, pemilihan
metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa serta jenis evaluasi
yang akan digunakan. Pada saat tersebut akan muncul pendapat dan sumbang
saran dari para guru dan pakar. Pada tahap ini pakar dan guru senior dapat
0
mengemukakan hal-hal baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh guru dalam
proses pembelajaran nanti.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi,
terutama penentuan-penentuan indikator-indikator selama proses pembelajaran
berlangsung, baik yang dilihat dari guru dan siswanya.
Indikator-indikator tersebut disusun berdasarkan pada rencana pembelajaran yang
dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan yang akan dimiliki siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan pemecahan tersebut, selanjutnya disusun dan
dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas:
1. Satuan Pelajaran (SP)
2. Petunjuk mengajar guru (teaching guide)
3. Lembar kerja sisiwa (LKS)
4. Media atau alat peraga pembelajaran
5. Lembar penilaian proses dan hasil pembelajaran
6. Lembar observasi. (Sukirman, 2005)
Penyusunan rencana pembelajaran ini dapat disusun oleh seorang guru atau
beberapa orang guru yang sebelumnya telah ada kesepakatan tentang aspek-aspek
pembelajaran yang telah direncanakan. Hasil penyusunan rencana tersebut perlu
didiskusikan dengan guru lain dan pakar dalam kelompoknya untuk
disempurnakan.
2. Tahap Implementasi dan Observasi.
Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang
telah disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan rekaman video
(audio visual) yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan
pembelajaran.
3. Tahap Refleksi.
Pada tahap ini guru melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi
kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan
pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun siswa yang dihadapi. Selanjutnya
observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisa data observasinya,
terutama menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang
0
disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Akhirnya, guru
yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas
komentar para observer.Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini, adalah
mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran tersebut, apakah telah sesuai
dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa? Jika belum ada
kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi
dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya ?.
0
murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi
pembelajarannya.
8. Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas,
sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan
tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru.
0
4. Berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi
landasan bagi pengembangan pembelajaran.
5. Lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti
pembelajaran (Lewis, 2002).
Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Upaya peningkatan guru bukan hanya kegiatan sesaat,
tetapi lebih merupakan kegiatan berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan
konsep continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang
sangat tepat untuk dapat dimasukkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru
(KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tidak lain dan tidak
bukan adalah lesson study. Karena dengan lesson study, para guru akan
melakukan proses pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk
meningkatkan kompetensinya. Ada beberapa hal penting lain yang dapat
diperoleh melalui kegiatan lesson study.
Pertama, para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang kelasnya tidak
dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk melihat apa saja yang
dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang dilakukan koleganya
dalam proses pembelajaran.
Kedua, para guru akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman bukan hanya
tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat bantu pembelajaran, tetapi juga
teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat
menemukan praktik terbaik (best practices), berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Ketiga, dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan dilatih untuk dapat
mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan
tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui kreativitas-
kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.
Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study ini
adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student achievement).
0
Adapun kelebihan metode lesson studysebagai berikut:
1. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan
olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
2. Dapat dilaksanakan Antar guru/pendidik dengan lintas sekolah, sehingga
terjadi silaturahim dalama rti terjadi proses kerjasama, kolaborasi,
kesepertemanan dan kesetiawanan antar guru/pendidik (cooperative dan
colaborative serta collegial) antar pendidik, yang pada gilirannya dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan serta meningkatkan mutu guru dan
peserta didik secara bersama.
3. Lesson Studymemiliki nilai ganda dalam hal bernutung bagi anak, siswa,
santri, murid, mahasiswa, warga belajar serta dapat meningkatkan inovasi dan
kreativitas seorang guru/ pamong relajar/ustadz/ dosen. Bagi kelompok
“pemberi”, mereka dapat manfaat mengajar pambil relajar bersama sesama
guru, dalam konsep kolaboratif Berguna lebih kuat daripada sendiri.
Sekaligus amal ibadah, bukahkah kita diajarkan untuk saling mengenal dan
saling kasih sayang dan bagi yang “ diberi” anak, siswa, santri, murid,
mahasiswa, warga relajar, akan mendapatkan keberuntungan, mengingkatkan
mutu hasil belajarnya.
4. Lesson study, dengan terjadinya interaksi antar pendidik, dapat membuka dan
meningkatkan sifat terbuka, saling kasih dan sayang “Asah, Asih dan Asuh”.
Dapat sebagai ajang atau wahana penyadaran bahwa hidup ini sangat terbatas,
guru tidak merasa paling hebat dan sempurna, tidak bersedia menerima kritik
dan saran. Akan tetapi dengan lesson study, diharapkan terjadi kooperasi dan
kolaborasi antar guru yang bersedia diberi masukan, kritik dan saran. Guru
yang diberi saran tidak merasa diremehkan/dicemooh, jika terjadi kekhilafan
atau kekurangan. Sedangkan bagi guru yang memberi kritik dan saran juga
bukan merasa sebagai malaikat yang sok merasa paling benar dan paling
tahu. Pendidik yang memberi kritik dan saran tentu juga harus secara baik,
beretika dengan alkaqul karimah.
0
Lesson Study, kegiatan pembelajaran siswa akan dapat dikontrol dan dipantau
secara bersama oleh beberapa guru sehingga timbul keseragaman berfikir,
bertindak, dan tanggapan yang diberikan guru dalam pembentukan karakter dari
peserta didik.
Karakter yang diharapkan peserta didik hanya akan tercapai dengan kesamaan
dan kesefahaman dari guru-guru yang membimbingnya. Dengan kesamaan
tindakan dan tanggapan guru terhadap karakteristik siswa, maka akan
memberikan tanggapan yang selaras dan berkelanjutan.
0
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Untuk pembentukan karakter peserta didik dibutuhkan suatu kerjasama yang baik
antara guru pengajar. Lesson studymerupakan metode yang mampu meningkatkan
kualitas keprofesionalan seorang guru sekaligus metode yang mampu
meningkatkan kerjasama antara guru.Metode ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dengan adanya Lesson Study, maka
pendidikan yang berkarakter akan lebih mudah tercapai karena terjadi suatu
kerjasama dan kebersamaan yang baik antar guru.
2. Saran
Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada
umumnya, khususnya kepada guru diantaranya :
1. Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua komponen
pembelajaran harus baik dan mendukung.
2. Salah satunya pengeloaan kelas dengan Model Lesson Study.Model Lesson
Study dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran dan beberapa guru
sekaligus termasuk masyarakat umum, untuk itu bisa dijadikan model
alternatif bagi guru untuk menciptakan system pendidikan yang berkarakter.
3. Guru hendaknya terbuka terhadap inovasi–inovasi yang kreatif sehingga ilmu
pengetahuan dan wawasannya mengenai pembelajaran semakin bertambah.
4. Guru hendaknya memahami benar bahwa kerjasama antar guru sangat
dibutuhkan dalam pembentukan suatu pendidikan yang berkarakter.
0
DAFTAR PUSTAKA