Professional Documents
Culture Documents
1 ) Jenis-Jenis Kebisingan:
a) kebisingan yang terus-menerus dengan jangkauan
frekuensi yang sempit, misalnya, mesin gergaji;
b) kebisingan yang terputus-putus, misalnya, suara arus
lalu lintas atau pesawat terbang;
c) kebisingan impulsif, misalnya, tembakan, bom, atau
suara ledakan;
d) kebisingan impulsif berulang, misalnya, suara mesin
tempa
2) Contoh kebisingan yang menimbulkan
pencemaran suara :
a) Orang ngobrol biasa = 40 dB
b) Orang ribut / silat lidah = 80 dB
c) Suara kereta api / krl = 95 db
d) mesin motor 5 pk = 104 db
e)suara gledek / geledek / petir = 120 dB
f) Pesawat jet tinggal landas = 150 dB
2. Suara di Laut
2.1 Apa itu Suara ?
Suara merupakan tekanan bolak-balik dan kumpulan
molekul dalam medium elastik, yang terdeteksi oleh
penerima sebagai perubahan tekanan. Struktur dalam
telinga dan juga kebanyakan alat penerima yang dibuat
oleh manusia sensitif terhadap perubahan tekanan suara
ini.
Akibat dari sensitifitas yang dimiliki oleh mahluk hidup
ini, maka terdapat batas toleransi terhadap frekuensi
tertentu suara yang masih dapat dianggap tidak
mengganggu. Apabila kemudian suara itu memiliki
frekuensi di luar batas toleransi maka akan dapat
menimbulkan gangguan.
Seperti halnya di darat, di mana kemajuan setelah
revolusi industri meningkatkan tingkat kebisingan yang
cukup mengganggu. Begitu juga terjadi di lautan.
Mungkin manusia tidak begitu merasakannya. Namun
dampak dari kebisingan yang terjadi di laut dapat di lihat
perubahan perilaku mamalia laut. Laut sebagai media, di
dalamnya ada suara yang bersumber dari fenomena
alam, seperti suara yang dibangkitkan oleh hujan,
gelombang, gempa bumi dll. Selain itu seiring dengan
industrialisasi, pertumbuhan kapal dan anjungan minyak
lepas pantai, serta peningkatan penggunaan sonar dalam
navigasi dan riset, sehingga menambah suara yang ada
dalam lingkungan laut.
2.2 Sejarah Pencemaran Suara di Laut
Sebelum tahun 1950 diperkirakan level dari pencemaran
suara di laut belumlah terlalu tinggi. Ikan-ikan paus di
lautan dapat berkomunikasi satu sama lain dengan lancar
menggunakan sonar. Demikian pula hal nya dengan ajing
laut untuk keperluan mencari makanan, mencari
pasangan dan berkomunikasi satu sama lain. Namun
pada penelitian sejak selang tahun 1950-1975 ternyata
telah terjadi kenaikan level sebesar sepuluh desibel yang
sebelumnya dalam kurun 150 tahun aktifitas manusia di
laut berpengaruh sedikit terhadap polusi suara di lautan.
Dalam skala tersebut, 10 desibel merupakan suatu angka
yang cukup signifikan, yang dalam hitungan logaritmik
angka tersebut naik sepuluh kali lipatnya. Suara juga
merambat lebih cepat dan lebih jauh di dalam air
dibanding di udara. Intensitas tinggi suara di lautan juga
tidak berkurang dalam ratusan mil.
3. Sumber Suara di Laut
3.1 Sumber alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi
dalam dua yaitu proses fisika serta proses biologi. Proses
fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api dan
gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari
aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut dan
ikan.
3.2 Lalu Lintas Kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut
menimbulkan kebisingan yang berpengaruh pada
ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara
1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi
mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara
dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan
untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya
menimbulkan gelombang suara sekitar160-170 desibel.
Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis tembok virtual yang
disebut “white noise” yang memiliki kebisingan konstan.
White noise dapat menghalangi komunikasi antara
mamalia di laut sampai batas untuk area yang lebih kecil.
Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis
Cargo yang membawa petikemas memiliki kebisingan
yang cukup menimbulkan pencemaran suara di laut.
3.3 Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak
banyak menggunakan survei seismik, pembangunan
anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll.
Kebanyakan dari survei seismik saat ini menggunakan
airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan alat
berisi udara yang memproduksi sinyal akustik dengan
cepat mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom
air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara dengan
intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya
terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan
kerusakan pendengaran akibat dari tekanan air yang
ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit,
airguns juga berpengaruh terhadap pendengaran
manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat
menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti
misalnya paus jenis mysticete, sperm, dan beaked yang
menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan
pengeboran minyak dimana dalam operasionalnya setiap
hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan
kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
3.4 Penelitian Oseanografi dan Perikanan
Pernah diadakan survei dengan menggunakan Acoustic
Thermography of Ocean Climate (ATOC) dimana
digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata
temperatur laut. Sistem ini digunakan untuk penelitian
mengenai faktor temperatur laut. Akibatnya terhadap
hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak
menjauh (terutama Paus jenis tertentu) namun selang
beberapa saat mereka kembali untuk mencari makanan.
Deruman dari Speaker yang dipasang berkekuatan 220
desibel tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai
dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya
yang tidak disebutkan di sini, salah satunya adalah
kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan
peledak atau pukat harimau yang tidak hanya
menimbulkan polusi suara namun juga merusak secara
langsung ekosistem di laut itu sendiri.
3.5 Kegiatan Militer
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang
menghasilkan sumber suara yang menimbulkan
kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas
kapal naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif
ketika berlatih dan dalam aktivitas rutin. Angkatan Laut
Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem
yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA)
untuk keperluan militernya. Dalam penggunaannya,
terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap
kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan
paus efek tersebut ternyata mengganggu jalur migrasi
dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip adalah
terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan
setelah melalui beberapa penelitian, maka pengunaan
LFA tersebut juga berpengaruh terhadap kesehatan
manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima
transmisi dari sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut
terbukti terkena gangguan seperti vertigo, gangguan
terhadap gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut
dan dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang
dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk and Martin (1989),
Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan
Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi
keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah
menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau
Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm
mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam
merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di
Bahama, 17 mamalia laut( termasuk 2 spesies paus jenis
beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat
latihan militer Amerika yang menggunakan sonar.
4. Mamalia Laut dan Bunyi
4.1 Mamalia Laut
Ada 3 golongan mamalia yang berkembang di bumi dan
beradaptasi di laut. Ketiga golongan ini termasuk
didalamnya : paus, lumba-lumba-lumba, anjing laut,
singa laut,walruse, dugongs, dan sapi laut.
Golongan Cetacean terdiri dari 76 spesies mamalia laut
yang diketahui sebagi paus, lumba-lumba-lumba, dan
ikan lumba-lumba. nenek moyang dari grup ini memasuki
laut kira-kira 55 juta tahun yang lalu.
Ada berbagai macam Mamalia laut diantara nya berikut
ini, dari yang ukurannya terbesar hingga kecil : Paus Biru
(Blue whale), Paus Finback, Paus Right atau paus sikat,
Paus Sei, Paus Humpback, dan Paus Gray yang termasuk
sub Orde Baleen Whale (Mysticete). lalu Paus Sperm,
Paus Pembunuh, paus Pilot, Paus putih, Lumba-lumba
hidung botol yang termasuk suborde Toothed whales
(Odonticeti). Beberapa paus besar jenis baleen seperti
grys dan humpback bermigrasi secara musiman biasanya
membiakkan pada musim dingin di daerah tropik dan
kembali ke kutub pada musim panas. Golongan kedua
dari mamalia laut didalamnya termasuk anjing laut, singa
laut dan walrus.Berbeda dengan paus mamalia Laut ini
menghabiskan sebagian besar waktunya di daratan es.
4.2 Penggunaan Suara oleh mamalia Laut
Pemahaman mengenai pendengaran mamalia laut dan
mekanisme aural penting diketahui untuk mengenal
potensial efek suara terhadap mereka. Mamalia laut
tinggal di lingkungan dimana tidak terdapat cahaya yaitu
di kedalaman yang jauh dari permukaan.
Pada kedalaman lebih dari 200 meter cahaya tidak lagi
menembus laut, dengan keadaan ini maka mamalia laut
mengandalkan suara di bandingkan cahaya sebagai alat
utama dalam berkomunikasi serta untuk lebih berhati-
hati dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Selain itu banyak juga mamalia laut yang tinggal di
lingkungan yang membatasi penglihatannya, seperti di
daerah turbiditas. Maka mamalia laut ini mengandalkan
kemampuannya dalam suara. Misalnya lumba-lumba
sungai dimana kemampuan penglihatannya terbatas
hanya pada membedakan yang gelap dan terang.
- Echolocation
Echolocation adalah kemampuan binatang dalam
memproduksi frekuensi yang sedang atau tinggi serta
mendeteksi echos dari suara ini untuk menentukan jarak
dari suatu objek, dan untuk mengenali keadaan fisik di
sekitarnya. Echolocation ini memberikan informasi yang
detail dan akurat tentang keadaan sekeliling.
Echolocation ini memproduksi frekuensi tinggi.
Contohnya lumba-lumba laut yang menghasilkan
frekuensi dari 50 kHz hingga 13 kHz.
Frekuensi tinggi yang digunakan mamalia laut ini
memberikan resolusi yang tinggi, meskipun
bagaimanapun suara frekuensi tinggi memiliki banyak
keterbatasan di dalam air. Echolocation ini penting tidak
hanya untuk mendeteksi dan menangkap mangsa tetapi
juga melihat lingkungan sekitar.
- Navigasi
Mamalia laut mysticete diketahui memproduksi
frekuensi rendah. Pada frekuensi rendah ini penjalaran
suara di lingkungan laut lebih cepat. Suara dengan
frekuensi rendah dimana bisa menjalar ke tempat yang
jauh dengan cepat. Karena itu mamalia laut
menghasilkan suara dengan frekuensi rendah ini untuk
bermigrasi seperti misalnya Paus. Gangguan atau
kebisingan dengan frekuensi suara yang rendah tentunya
menjadi gangguan serius terutama untuk pertahanan
mamalia laut.
- Komunikasi
Dalam berkomunikasi mamalia laut menggunakan suara
dengan sinyal akustik tertentu, dimana sinyal ini
bervariasi tergantung kebutuhan serta keadaan
lingkungan. ada berbagai macam fungsi komunikasi
mamalia laut seperti : seleksi intraseksual, seleksi
interseksual, memandu anak, memandu kelompok,
pengenalan individu, dan menghindari bahaya.
- Menarik perhatian mangsa
Kegunaan lain dari suara oleh mamalia laut kemungkinan
untuk melemahkan atau menarik perhatian mangsa.
Hasil riset memperlihatkan bahwa mamalia laut
memproduksi sumber suara intens ketika mencari
makanan. Informasi mengenai penggunaan suara dalam
hal ini sangat terbatas, namun dapat dipahami bahwa
mamalia laut menggunakan suara untuk proses biologis
yang cukup vital.
- Vokalisasi mamalia Laut
Ada berbagai macam tipe mamalia laut serta masing-
masing menghasilkan frekuensi yang berbeda dari yang
frekuensi tinggi (130-150 kHz) hingga frekuensi rendah
seperti paus biru (10-15 Hz).
5. Pengaruh Kebisingan Laut
5.1 Kebisingan Laut Sebagai Gangguan Bagi Mamalia
Laut
Keterbatasan ilmu pengetahuan mengenai perkiraan
resiko terhadap mamalia laut berdasarkan banyak
asumsi. Contohnya mamalia laut dengan pendengaran
berdasarkan range tertentu akan sangat dipengaruhi
oleh suara. Mamalia laut yang tidak berkelompok
memiliki resiko lebih mudah diserang misalnya pasangan
ibu dan anak. Selain itu paus jenis beaked dan sperm
dapat mudah diserang dalam perjalanan ke zona dimana
kebisingan terkonsentrasi.
Dapat diasumsikan bahwa tidak ada konsekuensi biologi
dari akibat suara yang keras ketika tidak ada respon
kelakuan ditemukan. Bagaimanapun dalam penelitian ini
perlu diperhatikan perubahan kelakuan mamalia laut
sebagai informasi dari pengaruh kebisingan laut tersebut.
Hasil dari data yang telah dikumpulkan di mana
kebisingan suara di laut telah menimbulkan efek jangka
pendek termasuk dalam memangsa makanan,
bersosialisasi, dan vokalisasi serta perubahan perilaku
dalam cara menyelam. Akibatnya suara dapat
menyebabkan mamalia laut berpindah dari habitatnya
sendiri. Jika ini hanya berdampak dalam jangka pendek,
maka tidak akan terlalu berpengaruh secara signifikan.
Namun jika pengaruh dari gangguan ini terus menerus
berulang maka dalam jangka panjang akan dapat
menimbulkan stress, melemahkan dan pada akhirnya
terhadap kelahiran.
Penjauhan dari sumber suara harus dikenal sebagai
akibat, karena hewan ini mengubah perilaku alaminya.
Bagi mamalia laut yang tidak berkelompok sumber suara
dapat menjadi sangat berbahaya bagi mereka. Aktivitas
lalu lintas kapal disinyalir dapat memisahkan populasi
mereka.
Hasil observasi ternyata menunjukan sumber suara selain
mengakibatkan mamalia menjauh dari sumbernya serta
perubahan perilaku ternyata juga berpengaruh terhadap
beberapa ikan dan invertabrata. Spesies lain di laut
menunjukan reaksi terhadap suara yang masuk ke laut
(airgun) dalam level yang sama seperti terhadap mamalia
laut yaitu beberapa jenis kura-kura.
5.2 Dampak Kebisingan Laut
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi
atau intensitas yang dapat berbentrokan atau bahkan
menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang
menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal
seperti diketahui bahwa suara-suara biologi ini penting
seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi
antara ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau
melemahkan mangsa.
klasifikasi efek fisik langsung yang dapat mempengaruhi
mamalia laut
>Tidak Berhubungan langsung :
Merusak jaringan tubuh
Kejang urat yang disebabkan tekanan udara yang tiba-
tiba
>Berhubungan langsung :
Merusak telinga
Gangguan pendengaran permanen atau sementara
>Kelakuan :
Perubahan Perilaku
Modifikasi perilaku
Berpindah tempat dari area (jangka panjang atau
pendek)
>Stress :
Menurunkan tingkat kelangsungan hidup
Mudah terserang penyakit
Berpotensi dipengaruhi oleh efek kumulatif yang negatif
(misalnya polusi kimia kombinasi dengan stress suara)
Peka terhadap Suara
6. Penutup
Mamalia laut merupakan bagian dari ekosistem laut yang
perlu dilindungi. Polusi suara di laut ternyata berdampak
cukup besar bagi mamalia laut bahkan juga bagi makhluk
laut lainnya.
Sayangnya beberapa riset mengenai pencemaran suara
di laut ini masih dilakukan di luar negeri, sementara di
Indonesia sendiri belum atau sangat jarang penelitian
dalam bidang ini. Padahal dilihat dari penyebab
kebisingan laut yang dibahas diatas, sebagian besar ada
di Indonesia. Seperti eksplorasi dan eksplotasi gas dan
minyak lepas pantai serta padatnya lalu lintas kapal.
Informasi mengenai kebisingan laut ini, yang telah
mendapat perhatian para ilmuwan di luar negeri
seharusnya dijadikan sebagai peringatan awal bagi
Indonesia karena hal tersebut banyak terjadi di perairan
Indonesia. Untuk itu diperlukan identifikasi daerah
dimana terdapat mamalia laut yang rawan terhadap
pencemaran suara serta mengusahakan agar di daerah
tersebut kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran
suaranya bisa dikurangi.
PENCEMARAN SUARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua tahu, saat ini kita lebih banyak dieksploitasi
dengan terlalu banyak suara lebih dari masa apapun dalam
sejarah. Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan
yang tak berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang
kian meningkat. Saat berada di rumah, telinga kita diisi
oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC, televisi,
dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga
mendengar keriuhan lain: proyek pembangunan, suara
kendaraan umum yang menderu dan musik yang
dinyalakan orang lain.
Sekitar 16,8 persen dari total penduduk Indonesia
mengalami gangguan pendengaran pada 1996. Survei
yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat
bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu
pendengarannya.
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan
dalam kehidupan sehari–hari tentang dampak kebisingan
atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah
– langkah yang tepat untuk menanggulangi salah satu
polusi yang dianggap tidak begitu berdampak dibanding
dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini
dengan jelas terlihat dalam kehidupan kita sehari–hari.
Dalam makalah ini penulis ingin menyajikan tentang
segala sesuatu yang berkaitan dengan pencemaran suara.
Selain itu, penulis juga akan menguraikan bagaimana cara
untuk menanggulangi pencemaran suara yang efeknya
secara tidak sadar telah menggangu kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas
maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran suara?
2. Apa yang menyebabkan pencemaran suara?
3. Apa saja dampak dari pencemaran suara?
4. Bagaimana menanggulangi dampak pencemaran suara?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi pencemaran suara.
2. Mengetahui sebab – sebab pencemaran suara.
3. Mengetahui dampak dari pencemaran suara.
4. Mengetahui cara menanggulangi dampak pencemaran
suara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Kehidupan modern sepertinya jadi perjuangan yang tak
berkesudahan untuk melawan hiruk-pikuk yang kian
meningkat. Dimanapun kita berada kita selalu mendengar
kebisingan yang secara tidak sadar juga mengganggu
kinerja tubuh kita. Walaupun tidak begitu mendapat
perhatian seperti 3 pencemaran lain, pencemaran suara
merupakan suatu yang sangat penting untuk dikaji karena
dampaknya kian hari kian terlihat.
Banyak gangguan yang diakibatkan oleh pencemaran
suara diantaranya mulai dari konsentrasi yang kurang
sampai meninggal akibat kebisingan yang diterima dalam
jangka waktu yang lama dan secara tidak langsung
mengajak otak untuk mengubah cara kerja organ tubuh.
B. Saran
Untuk meminimalisir polusi suara ini ada berbagai cara
yang bisa dilakukan yaitu dengan meredam bising yang
tidak diinginkan dengan suara yang menenangkan,
pembangunan bangunan peredam bising, meminimalisir
penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik dan
pemberian peredam suara oleh pabrik untuk produknya
yang dirasa menimbulkan kebisingan yang melewati
ambang batas pendengaran manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/13/polusi-
atau-pencemaran-lingkungan/ diakses 21 Januari 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Polusi_suara diakses 21
Januari 2009
http://organisasi.org/pengertian_definisi_arti_efek_dampa
k_dan_penyebab_pencemaran_suara_pada_pencemaran_l
ingkungan_hidup_dan_tubuh_manusia diakses 23 Januari
2009
http://www.kapanlagi.com/a/dampak-buruk-dan-dampak-
baik-suara-i.html diakses 23 Januari 2009
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/23/16481222/
Awas.Bising.Mengganggu.Pendengaran diakses 24
Januari 2009
http://www.google.co.id/#hl=id&q=PEDOMAN+PEREN
CANAAN+TEKNIK+BANGUNAN+PEREDAM+BISIN
G&meta=&aq=f&oq=PEDOMAN+PERENCANAAN+T
EKNIK+BANGUNAN+PEREDAM+BISING&fp=5be45
4f7189800bf diakses 24 Januari 2009
created by Fetty Kurnia di 2/12/2010 03:19:00 PM
Daftar Pustaka
1. WDCS Sciences Report, Ocean of Noise, Whale and
Dolphin Conversation Society.(http://www.wdcs.org)
2. Karen N. Scott, International Regulation Of Undersea
Noise.
3. http://oceanlink.island.net/index.html
4. http://www.nrdc.org/wildlife/marine/so