You are on page 1of 28

LISTRO DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN LISTRIK

STATIS DI SMA NEGERI 1 RAMBAH

Disusun Oleh:
Ali Pullaila, S.Pd.
Guru SMA Negeri 1 Rambah – Kab. Rokan Hulu

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengajaran materi listrik statis cendrung dilakukan secara abstrak, dengan metode
ceramah dan teks book, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna, yang menyebabkan
siswa bosan dan tidak tertarik mendalami materi ini. Padahal materi listrik statis awal dari
semua teknologi listrik. Agar penyajian materi listrik statis menarik dalam penyampaian dan
bermakna dalam pembelajaran dan mantap dalam konsep diperlukan rancangan peralatan
untuk penunjang pembelajaran tersebut.
Ada beberapa peralatan yang sudah tersedia di sekolah sebagai alat peraga materi
listrik statis tapi mempunyai beberapa kelemahan. Peraga listrik statis yang ada biasanya
hanya untuk melihat pengaruh gaya tolak benda sejenis dan gaya tarik benda berlainan jenis.
Namun belum dapat melihat seberapa besar gaya tarik atau gaya tolak muatan tersebut serta
tidak dapat menyatakan muatan itu positif atau negatif.
Keterbatasan peralatan laboratorium yang ada di sekolah penulis, dalam
menyampaikan materi listrik statis, mengilhami penulis membuat alat peraga
sederhana untuk pembelajaran listrik statis tersebut. Alat ini penulis buat dengan
sederhana dengan sedikit modifikasi dan analogi dan penulis buat dari bahan-bahan
yang mudah diperoleh di masyarakat. Hal ini penulis lakukan demi efisiensi dan
efektivitas pembelajaran dan untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam
mempelajari fisika. Alat ini penulis beri nama “listro” listrik statis elektromagnet.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan penulis bahas pada karya tulis ini sebagai berikut.
1. Cara pembuatan dan cara kerja alat peraga listro.
2. Penyusunan dan penyajian program pengajaran yang berkaitan dengan alat
peraga listro.
3. Penilaian proses belajar dan analisis hasil belajar menggunakan alat peraga
listro.
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan alat peraga listro adalah sebagai berikut.
1. Untuk membantu siswa dalam memahami konsep listrik statis secara
menyeluruh.
2. Untuk membantu guru/sekolah dalam hal pembuatan alternatif alat
eksperimen listrik statis.

1
b. Manfaat
1. Menjelaskan materi fisika tentang listrik statis, meliputi muatan sejenis
tolak-menolak dan muatan berlainan jenis tarik menarik, gaya tarik muatan
beda jenis dan gaya tolak muatan sejenis, medan listrik disekitar muatan
listrik, beda potensial listrik dan kapasitor.
2. Alat peraga yang dirancang secara sederhana dapat dibuat sendiri
dengan biaya sedikit dan dapat diguanakan di sekolah.
4. Penjelasan Istilah
Kata “listrik” dalam bahasa Inggris electric, berasal dari bahasa Yunani
elektron, yang berarti “amber”. Amber adalah pohon damar yang membatu, dan
pengetahuan kuno membuktikan bahwa jika anda menggosok batang amber
dengan sepotong kain, maka amber menarik potongan daun kecil-kecil atau debu.
Batang karet keras, batang kaca, atau penggaris plastik, jika digosok dengan
sepotong kain juga akan menunjukkan “efek amber” atau listrik statis (Budi
Jatmiko, 2004).
Listro adalah singkatan dari listrik statis menggunakan elektromagnet. Bahan-
bahannya terdiri dari:
1. Magnet buatan (dimasukkan kedalam bola sebagai muatan (q1) +/-)
2. Gulungan kawat penghasil elektromagnet (dimasukkan kedalam bola
sebagai muatan (q2) +/-)
4. Catu Daya Regulasi (sebagai nilai muatan q2).
5. Neraca Pegas (diasumsikan sebagi pengukur gaya tarik/tolak (F)akibat dua
muatan yang didekatkan).
6. Kedudukan.

2
B. LAPORAN KEGIATAN
1. Penyusunan Program Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 RAMBAH
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas /Semester : XII/I
Konsep : Listrik Statis
Alokasi waktu : 12 Jam Pelajaran

I. Standar Kompetensi
2. Menerapkan konsep listrik statis dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan produk teknologi

II. Kompetensi Dasar


2.1 Memformulasikan gaya listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik, energi
potensial listrik serta penerapannya pada keping sejajar
2.2 Menerapkan induksi magnetik dan gaya magnetik pada beberapa produk
teknologi
2.3 Memformulasikan konsep induksi Faraday dan arus bolak-balik serta
penerapannya

III. Indikator.
1. Mendeskripsikan gaya elektrostatik (hukum Coulomb) pada muatan titik
2. Mengaplikasikan hukum Coulomb dan Gauss untk mencari medan listrik bagi
distribusi muatan kontinu
3. Memformulasikan energi potensial listrik dan kaitannya dengan gaya/medan
listrik dan potensial listrik
4. Mendeskripsikan induksi magnetik sekitar kawat berarus
5. Mendeskripsikan gaya magnetik pada kawat berarus dan muatan bergerak
6. Menerapkan prinsip induksi magnetik dan gaya magnetik dalam teknologi
seperti pada bel listrik atau motor listrik
7. Memformulasikan konsep induksi elektromagnetik
8. Menerapkan konsep induksi elektromagnetik pada teknologi (misalnya
generator dan transformator)
9. Memformulasikan konsep arus induksi dan ggl induksi
10. Memformulasikan konsep arus dan tegangan bolak-balik

3
IV. Materi Pembelajaran
Listrik Statis
a. Gaya elektrostatik
b. Medan listrik dan hukum Gauss
c. Potensial dan energi potensial listrik
d. Kapasitor keping sejajar
e. Rangkaian kapasitor

V. Penilaian.
1. Penilain kinerja praktikum: Dilakukan saat siswa praktikum
2. Pertanyaan lisan: Dilakukan secara terpadu selama proses belajar mengajar,
mengungkap penguasaan siswa tentang materi yang sedang dipelajari.
3. Pertanyaan tertulis : Tes formatif setelah selesai keseluruhan materi
pembelajaran
listrik dinamis, tes ini berdasarkan kompetensi dasar dan indikator.

VI. Model Pembelajaran : Inkuiri Terbimbing

VII. Sarana dan Sumber Pembelajaran


A. Sarana
Dalam pembelajaran ini diperlukan sarana seperti yang tercantum dalam LKS
B. Sumber pembelajaran:
1. Marten Kanginan (2004), Fisika untuk SMA Kelas XII, Jakarta, Erlangga.
2. Giancoli, D.C, (2001). Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
3. Tipler, P. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
4. Serway, A. R dan Jewett, J. W. (2004). Physics for Scientists and Engineers.
homson Brooks/Cole © 2004; 6th Edition.
5. Jewed, S. (2004). Physics for Scientists and Engineers. California: Thomson
Brooks/Cole
6.
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Bidang Studi
SMA N 1 Rambah

Iskandar, S.Pd Ali Pullaila, S.Pd,


Nip.196507211989011001 Nip.197510202002121005

4
Rencana Pembelajaran

Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

2.1 Listrik Statis A.Pendahuluan


Guru membangkitkan tanya
Memformulasik
jawab atau diskusi tentang
an gaya listrik, * Muatan Listrik.
peristiwa dalam kehidupan
kuat medan Suatu pengamatan dapat memperlihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain
wool atau bulu domba; batang gelas tersebut mampu menarik sobekan-sobekan kertas. Ini sehari-hari yang berhubungan
listrik,
menunjukkan bahwa gelas timbul muatan listrik. Salah satu sifat muatan listrik adalah dengan listrik statis,
adanya dua macam muatan yang menurut konvensi disebut muatan positif dan negatif. B. Kegiatan Inti
Interaksi antara muatan-muatan dapat dinyatakan sebagai berikut : Tahap I : Penyajian masalah
“Dua muatan yang sejenis (kedua-duanya positif atau kedua-duanya negatif) saling tolak Guru memancing siswa dengan
menolak; sedangkan dua muatan yang tidak sejenis (yang satu positif dan yang lain negatif) masalah yang akan di jadikan
akan saling tarik menarik ”. Pengamatan lain yaitu: benda yang bermuatan listrik; muatannya landasan untuk memulai
tersebar pada permukaan luar dari benda dan menyebarnya muatan listrik pada permukaan pelajaran dengan cara
luar benda tidak sama rata. Pada permukaan yang runcing makin rapat muatannya. Selain memberikan pertanyaan
dengan cara menggosok kain wool pada batang kaca tersebut, maka salah satu cara untuk mengenai listrik statis.
membuat benda dapat dijadikan listrik adalah dengan cara INDUKSI. 1. Mengapa rol plastik
* Hukum Coulomb. yang digosokkan pada
Bila dua buah muatan listrik dengan harga q1 dan q2, saling didekatkan, dengan jarak pisah rambut dapat menarik
r, maka keduanya akan saling tarik-menarik atau tolak-menolak menurut hukum Coulomb sobekan-sobekan
adalah: kertas seberapa besar
gaya tarik rol tersebut?
2. mengapa penggaris
“Berbanding lurus dengan besar muatan-muatannya plastik yang
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan”. digosokkan pada
q1 . q 2 wol/rambut lalu
F=k didekatkan pada sisir
r2 yang terbuat dari
Gambar. plastik yang digantung

6
Saling tarik menarik. beberapa saat sisir
tersebut akan bergerak
menjauh ditolak,
seberapak kuat gaya
tolaknya ?
Saling tolak-menolak.
Tahap II : Pengumpulan dan
verifikasi data
Siswa diminta membuat
jawaban sementara (hipotesis)
Konstanta pembanding (“k”) harganya tergantung pada tempat dimana muatan tersebut dari masalah yang diajukan.
(Diharapkan siswa dapat
berada.Bila pengamatan dilakukan diruang hampa/udara; besar “k” dalam sistem SI adalah:
9 2 2 mengemukakan pendapatnya)
k= 9 x 10 Nm /Coulomb
1 Tahap III : Menguji Hipotesis
Harga pastinya : k =
ε
4π 0 • Siswa melakukan
kajian literatur dan
ε 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. berdiskusi kelompok
dalam satuan cgs ; k=1 dyne cm2/statcoulomb2 untuk menjawab
permasalahan yang
diberikan. Guru
mengarahkan siswa
dalam berdiskusi.
F r q k • Siswa melakukan
MKS - SI newton meter coulomb 9.109 eksperimen dengan
cgs dyne centimeter statcoulomb 1 perangkat listro yang
telah disediakan
Catatan : sebelumnya untuk
− Untuk medium selain udara, maka harga k juga lain. Sebab tergantung dari menjawab
(permitivitasnya). permasalahan. Guru
memperhatikan siswa

7
− 1 Coulomb = 3.109 statcoulomb. dalam eksperimen dan
− Karena F adalah vektor, maka bila gaya resultan yang disebabkan oleh 3 titik muatan, mengarahkan siswa
penjumlahannya juga memenuhi aturan vektor. pada diskusi kelas
− ε 0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2 melalui presentasi hasil
eksperimen.
* Medan Listrik.
Medan listrik adalah daerah dimana pengaruh dari muatan listrik ada. Besarnya kuat medan Tahap IV : Merumuskan
listrik (“E”) pada suatu titik di sekitar muatan listrik (Q) adalah : Penjelasan
Hasil bagi antara gaya yang dialami oleh muatan uji “q” dengan besarnya muatan uji Guru memberikan waktu
tersebut. kepada siswa untuk :
Antara +Q dan -Q ada gaya tarik menarik sebesar : • Mengungkapkan proses
Qq gaya tarik/tolak muatan
F=k 2 yang berlainan jenis.
r
.
sehingga besarnya kuat medan listrik di titik p adalah
Tahap V : Menganalisa
F Qq
E= = (k 2 ) / q prosedur inkuiri
q r
• Guru bersama siswa
Q menyimpulkan konsep
E=k 2
r listrik statis tentang
Kuat medan listrik (E) adalah suatu besaran vector. Satuan dari kuat medan listrik adalah gaya Coulomb, medan
Newton/Coulomb atau dyne/statcoulomb. listrik dan tegangan
Bila medan di sebuah titik disebabkan oleh beberapa sumber; maka besarnya kuat medan listrik statis.
total dapat dijumlahkan dengan mempergunakan aturan vektor. Arah dari kuat medan listrik;
bila muatan sumbernya positif maka meninggalkan dan bila negatif arahnya menuju. C. Penutup
Gambar • Guru memberi
kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
mengenai konsep yang
belum dipahami.
• Guru meminta siswa

8
untuk mengulangi
mempelajari konsep
dan mengaitkannya
dengan materi
selanjutnya

Contoh kuat medan listrik.


1. Kuat medan listrik yang disebabkan oleh bola berongga bermuatan.

- dititik R; yang berada didalam bola ER=0. Sebab di dalam bola tidak ada muatan.
- dititik S; yang berada pada kulit bola;
Q
Es = k 2 Q = muatan bola ; R = jari-jari bola
R
- dititik P; yang berada sejauh r terhadap pusat bola.
Q
Ep = k 2
r
Bila digambarkan secara diagram diperoleh.

9
* ER = 0
Q Q
* Es = k
2 * Ep = k 2
R r
2. Bila Bola pejal dan muatan tersebar merata di dalamnya dan dipermukaannya
( Muatan total Q ).

− Besarnya kuat medan listrik di titik P dan S sama seperti halnya bola berongga
bermuatan; tetapi untuk titik R kuat medan listriknya tidak sama dengan nol. ER = 0
− Bila titik R berjarak r terhadap titik pusat bola, maka besarnya kuat medan listriknya :
Q. r
ER = k 3
R
r = jarak titik R terhadap pusat bola
R = jari-jari bola.

3. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.

10
σ
Ep =
2ε 0

Q
- muatan-muatan persatuan luas pelat ( σ = )
A
Bila 2 pelat sejajar; dengan muatan sama besar; tetapi berlawanan tanda.
E P = E1 + E 2
σ σ
= +
2ε 0 2ε 0
σ
EP =
ε 0

Untuk titik P yang tidak di antara kedua pelat. E = 0

11
b. Rancangan Listro
Magnet buatan yang dimaksud adalah magnet buatan untuk mainan anak-anak
yang berbentuk oval atau bulat dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Magnet Buatan untuk


Magnet ini dimasukkan kedalam bola. Bola tersebut selanjutnya diasumsikan
sebagai muatan listrik dapat dianggap muatan positif/negatif (tapi hanya
perumpamaan).

Gambar 2. Bola berisi Magnet Buatan Gambar 3. Bola berisi Elektromagnet


Kawat email yang dililitkan pada baut merupakan penghasil elektromagnet
yang kekuatannya dapat diubah-ubah. Gulungan kawat ini juga dimasukkan kedalam
bola, selanjutnya dapat dianggap sebagai muatan kedua dimana bila didekatkan pada
bola yang berisi magnet buatan akan terjadi gaya tarik/tolak oleh perubahan
elektromagnet.
Besarnya gaya tarik/tolak dapat dibaca pada neraca pegas yang diikatkan pada
bola (q) yang berisi elektromagnet, hasil pembacaan oleh neraca pegas
dicocokan/kalibrasi dengan nilai jarak (r), besarnya muatan yang dihasilakn catu daya
, dan konstanta k, dengan demikian siswa dapat mengamati secara langsung
penggunaan persamaan gaya tarik/tolak muatan bila didekat.
F = (k q1 q2)/r2 ……………………………………………..(1).
Sumber elektromagnet adalah sebuah adaptor stabilisator yang
tegangangannya dapat diubah dari 0 volt – 18 volt dc, nilai tegangan selanjutnya
diasumsikan sebagai nilai muatan titik 1 volt diasumsikan sebagi 1 mikro Coulomb.
Bola bermuatan digantung pada kedudukan statip secara utuh dapat dilihat
seperti pada gambar berikut ini.

12
Gambar 4. Rancangan Percobaan Listro.

c. Cara kerja Listro


Setelah rangkaian listro tersusun seperti pada gambar 4 selanjutnya dengan
menaikkan nilai q2 dengan membesarkan nilai beda potensial pada adaptor yang
dianggap sebagai nilai muatan (q), bertambahnya tegangan pada rangkaian
elektromagnet mengakibatkan bola (q2) menjadi magnet kuat yang dapat
menaarik/menolak p bola q1. untuk menghasilkan gaya tolak atau gaya tarik oleh
elektromagnet dapat dilakukan dengan menukar polaritas pada adaptor regulator yang
dipanjarkan pada rangakaian elektromagnet di bola (q2).
2. Penyajian Program Pembelajaran
a. Prosedur Penentuan Kelas Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII semester 1 tahun
ajaran 2007/2008 yang berjumlah tiga kelas pada salah satu SMA Negeri di
Kabupaten Rokan Hulu Riau. Dari ketiga kelas tersebut selanjutnya dipilih secara
acak dua kelas sebagai sampel penelitian masing-masing sebagai kelas eksperimen
dan kerlas kontrol.
b. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Tes Penguasaan Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa melalui
pembelajaran. Pre-test dari tes ini digunakan untuk melihat kondisi awal subyek
penelitian, homogenitas dan normalitas sampel penelitian. Pengaruh penerapan model
pada kelas eksperimen didasarkan atas besarnya gain antara postes dan pretes.
Perbandingan gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dilihat berdasarkan
rerata gain ternormalisasi secara keseluruhan. Untuk mengukur penguasaan konsep
ini maka tes dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar.
2. Lembar Observasi

13
Instrumen ini dimaksudkan untuk mengobservasi kegiatan siswa dan
keterlaksanaan model inkuiri terbimbing berlangsung dalam pengajaran listrik statis.
3. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap
model pembelajaran yang diterapkan.

c. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap
pelaksanaan, dan 3) Pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat
pembelajaran dan pengembangan instrumen penelitian. Untuk perangkat
pembelajaran maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain, materi pelajaran yang
akan dikaji.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan
implementasi model pembelajaran yang disusun, beberapa kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini antara lain:
a. Pemberian tes awal untuk mengetahui penguasaan konsep.
b. Implementasi model pembelajaran yang telah disusun pada kelas eksperimen,
sedang pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan model
pembelajaran konvensional.
c. Pemberian tes akhir untuk melihat peningkatan penguasaan konsep.
d. Pengisian angket guru dan siswa untuk melengkapi data yang telah diperoleh.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang
telah didapatkan, kemudian melakukan analisa terhadap data tersebut dan seterusnya
mengambil kesimpulan.

d. Analisis Instrumen
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Validitas Tes
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut
dengan istilah “sahih”. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan
suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-
skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah
soal akan memiliki vasliditas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan
yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk

14
korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus
korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment
Pearson.
NΣXY − (ΣX )( ΣY )
rxy = (Arikunto, 2005)
{NΣX 2
− (ΣX ) 2 }{ NΣY 2 − (ΣY ) 2 }
Keterangan:
rxy : koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y,dua variabel yang
dikorelasikan.
X : Skor item
Y : Skor total
N : jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:


Tabel 1
Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori
0,80< rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,60< rxy ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< rxy ≤ 0,60 cukup(sedang)
0,20< rxy ≤ 0,40 rendah (kurang)
0,00< rxy ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan


rumus berikut:
N −2
t = rxy 2 (Sudjana,1992)
1 − rxy
Keterangan:
t : Daya pembeda dari uji t
N : Jumlah subjek
rxy : Koefesien korelasi

15
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan
tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran
lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefesien
reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus (Arikunto, 2005)
2 r1 1
r11 = 2 2

1 + r 
1 1 
 2 2

dimana: r11 : koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan


r1 1 : Koefesien antara skor-skor setiap belahan tes
2 2

Harga dari r1 2 1 2 dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi


product moment Pearson. Interpretasi derajar reliabilitas suatu tes menurut Arikunto
(2005) adalah sebagai berikut:

Tabel 2
Kategori Reliabilitas Butir soal

Batasan Kategori
0,80< r11 ≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik)
0,60< r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< r11 ≤ 0,60 cukup(sedang)
0,20< r11 ≤ 0,40 rendah (kurang)
≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya
suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan
indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks
1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol
P (proporsi) yang dihitung dengan rumus:
B
P=
JS
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

16
Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Kategori tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang
0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks diskriminasi (D). Rumus
untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
B B
D = A − B = PA − PB (Arikunto, 2005)
JA JB
Keterangan:
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA: Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA: proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:


Tabel 4
Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek
0,20 < D ≤ 0,40 cukup
0,40 < D ≤ 0,70 baik
0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

17
e. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui: tes penguasaan konsep,
kuesioner dan format observasi. Tes penguasaan konsep dan dilakukan sebelum
pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes). Tes digunakan untuk
melihat perbandingan antara penguasaan konsep sebelum dan sesudah pembelajaran.
Kuesioner digunakan menjaring tanggapan guru dan siswa terhadap model
pembelajaran yang diterapkan. Kuesioner diberikan kepada siswa setelah selesai
mengikuti pembelajaran.
f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Jenis Data
Setelah model pembelajaran diimplementasikan, diperoleh sejumlah data
berupa data kualitatif dan kuantitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada
data yang terkumpul dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa:
skor tes awal, skor tes akhir dan gain.
2. Pengolahan dan Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data meliputi :
a. Melakukan penskoran pretes, postes dan gain ternormalisasi data penguasaan
konsep
b. Menghitung gain ternormalisasi tes penguasaan konsep dengan rumus g
factor (gain score normalized)
S post − S pre
g= (Cheng et al, 2004)
S maks − S pre
Keterangan: S post : Skor postes
S pre : Skor pretas
S maks : Skor maks ideal

Tabel 5
Kategori Perolehan Skor

Batasan Kategori
0,7 ≤ N-gain ≤ 1 tinggi
0,3 ≤ N-gain < 0,7 sedang
N-gain < 0,3 rendah

3. Mengolah Data dengan menggunakan program SPSS


Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas data dengan uji kolmogorof smirnov dan uji homogenitas
data dengan uji Levene test.

4. Analisa Data untuk Menjawab Pertanyaan Penelitian.

18
3. Laporan Hasil
Pada bagian ini dideskripsikan hasil-hasil penelitian yang meliputi hasil
implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pengajaran fisika
menggunakan listro yang mencakup: (1) Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
listrik statis, (2) Aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran inkuiri
terbimbing berlangsung, dan (4) Tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan listro.

a. Hasil Penelitian
1. Penguasaan Konsep Listrik Statis Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Secara Umum
Data hasil pengolahan skor pretes, postes, gain dan gain ternormalisasi
penguasaan konsep listrik statis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. Perolehan skor rata-rata pretes, postes
dan gain ternormalisasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel 6
Tabel 6
Deskripsi skor penguasaan konsep pada kedua kelas

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pretes Postes g Pretes Postes g
N (jumlah siswa) 47 47 47 47
Rata-rata 8,3 15,1 0,6 7,7 12,4 0,4
Standar Deviasi 2,3 2,1 1,9 2,1
Ket : g adalah gain ternormalisasi
Berdasarkan perolehan skor rata-rata pretes, postes dan gain ternormalisasi
pada pada tabel 4.1, diketahui bahwa skor rata-rata pretes siswa kelas eksperimen
sebesar 8,3 (41,5 % dari skor ideal), sementara skor rata-rata pretes pada kelas
kontrol sebesar 7,7 (38,5 % dari skor ideal). Hal ini menunjukkan bahwa perolehan
skor rata-rata pretes penguasaan konsep siswa kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan.
Selanjutnya berdasarkan perolehan skor rata-rata postes pada kedua kelas,
diketahui bahwa skor rata-rata postes kelas eksperimen sebesar 15,1 (75,5 %),
sementara kelas kontrol perolehan skor rata-rata postes sebesar 12,4 (62,0 %). Hal ini
menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran
secara umum mengalami peningkatan dimana siswa pada kelas eksperimen memiliki
penguasaan konsep yang lebih baik dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol.
Peningkatan skor rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep kelas
eksperimen sebesar 0,6 dan kelas kontrol sebesar 0,4. dengan demikian rata-rata gain
ternormalisasi kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata gain ternormalisasi kelas
kontol.

19
1). Uji Normalitas Data
Uji normalitas data skor pretes, postes dan gain ternormalisasi penguasaan
konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7
Hasil Uji-Normalitas skor pretes, postes dan gain ternormalisasi
penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol

Sumber data Kelas Sig.* Keputusan


Eksperimen 0,2 Normal
Pretes
Kontrol 0,2 Normal
Eksperimen 0,1 Normal
Postes
Kontrol 0,1 Normal
Eksperimen 0,2 Normal
Gain ternormalisasi
Kontrol 0,2 Normal
Sig.*= Signifikan
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa hasil uji normalitas data pretes, postes dan gain
ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh signifikansi > 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data skor pretes, postes dan gain
ternormalisasi penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal.

2). Uji Homogenitas Data


Uji homogenitas data pretes, postes dan gain ternormalisasi kedua kelas
selengkapnya disajikan pada tabel 8
Tabel 8
Hasil uji-homogenitas skor pretes, postes dan gain ternormalisasi
penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol

Sumber data Sig.** Keputusan


Pretes 0,1 Homogen
Postes 0,6 Homogen
Gain ternormalisasi 0,5 Homogen
* Digunakan uji Levene-tes, data dikatakan berasal dari populasi yang homogen jika
nilai probabilitas > 0,05.

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa hasil uji homogenitas data skor pretes, postes dan
gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh signifikansi > 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelas adalah homogen.
Selanjutnya dilakukan uji statistik parametrik (uji-t). Uji ini dimaksudkan
untuk melihat perbedaan dua rata-rata skor peningkatan penguasaan konsep siswa
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujian dengan uji-t selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 9

20
Tabel 9
Uji beda rata-rata penguasaan konsep listrik statis
pada kelas eksperimen dan kontrol

Sumber data Kelas Rata-rata Std. Dev t-tes Sig* (2-tailed)


Eksperimen 8,2 2,3 1, 3 0,2
Pretes
Kontrol 7,7 1,9 1,3 0,2
Eksperimen 15,1 2,1 6,1 0,0
Postes
Kontrol 12,4 2,1 6,1 0,0
Gain Eksperimen 0,6 0,2 5,4 0,0
ternormalisasi Kontrol 0,4 0,2 5,4 0,0

Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa skor pretes pada kedua kelas besarnya thitung
= 1,3 dengan signifikansi p = 0,2. Karena Sig > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor pretes antara siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Selanjutnya untuk skor postes diperoleh thitung = 6,1 dengan
signifikansi p = 0,0. Karena Sig < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan skor postes penguasaan konsep siswa antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini berarti bahwa penguasaan konsep listrik
statis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.
Persentase pencapaian skor rata-rata pretes, postes dan N-gain penguasaan
konsep listrik statis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada gambar
5 berikut ini.
75.5
80.0
Prosentase skor rata-rata

70.0 62.0 60.0


60.0
50.0 41.0 40.0
38.5
40.0 Eksperimen
30.0 Kontrol
20.0
10.0
0.0
Pretes Postes g

Gambar 5 Perbandingan skor rata-rata pretes, postes dan gain ternormalisasi


penguasaan konsep siswa kedua kelas

21
2. Penguasaan Siswa pada Setiap Sub Pokok Bahasan Listrik
Statis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pokok bahasan listrik statis yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri atas
empat sub pokok bahasan. Sub pokok bahasan tersebut yaitu sub pokok bahasan
gaya Coulomb, sub pokok bahasan Medan Listrik, sub pokok bahasan potensial
listrik dan sub pokok bahasan kapasitor. Masing-masing sub pokok bahasan
dianalisis ketercapaiannya berdasarkan skor pretes, postes dan gain ternormalisasi.
Penguasaan konsep setiap sub pokok bahasan masing-masing dapat lihat pada
tabel 10.

Tabel 10
Skor pretes dan skor postes setiap sub pokok bahasan
kelas kontrol dan eksperimen

Kontrol Eksperimen
Sub
Pokok No soal Pretes Postes Pretes Postes
Bahasan g
skor % Skor % g skor % Skor %
Gaya 1, 13,
72 38,3 112 59,6 0,3 63 33,5 138 73,4 0,6
Coulomb 14, 18
2, 3, 4,
Medan
5, 7, 8, 130 39,5 218 66,3 0,4 152 46,2 225 68,4 0,4
Listrik
12
Beda
6, 9,
Potensial 73 38,8 113 60,1 0,3 69 36,7 142 60,4 0,6
15, 16
Listrik
10, 11,
17, 19,
Kapasitor 86 36,6 142 60,4 0,4 104 44,3 132 56,2 0,2
20

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa perolehan gain ternormalisasi tertinggi


penguasaan konsep siswa kelas kontrol terjadi pada sub pokok bahasan medan listrik
dan kapasitor masing-masing sebesar 0,4 dengan kategori sedang dan perolehan gain
ternormalisasi terendah terjadi pada sub pokok bahasan gaya coulomb dan potensial
listrik masing-masing sebesar 0,3 dengan kategori sedang, sementara perolehan gain
ternormalisasi tertinggi penguasaan konsep siswa kelas eksperimen terjadi pada sub
gaya coulomb dan potensial listrik masing-masing sebesar 0,6 dengan kategori
sedang, sedangkan perolehan gain ternormalisasi terendah terjadi pada sub konsep
kapasitor sebesar 0,2 dengan kategori rendah. Menurut analisis peneliti hal ini
disebabkan karena siswa kelas eksperimen tidak dapat melakukan percobaan dengan
sempurna karena bahan yang diminta pada LKS tidak tersedia dengan cukup,
sementara pada kelas kontrol gain ternormalisasi lebih tinggi karena langkah
percobaan tersebut diterangkan terlebih dulu oleh guru dengan metode ceramah.

22
Selanjutnya berdasarkan persentase perolehan skor penguasaan konsep pretes
dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui bahwa persentase
terendah perolehan penguasaan konsep pada saat pretes siswa kelas kontrol terjadi
pada sub pokok bahasan kapasitor sebesar 36,6% dan tertinggi terjadi pada sub pokok
bahasan medan listriksebesar 39,5%, sedangkan persentase terendah siswa kelas
kontrol setelah dilakukan postes terjadi pada sub pokok bahasan gaya Coulomb
sebesar 59,6% dan persentase tertinggi adalah sub pokok bahasan medan listrik
sebesar 66,3%.
Pada kelas eksperimen persentase tertinggi perolehan skor penguasaan konsep
pada saat pretes terjadi pada sub pokok bahasan medan listrik sebesar 46,2% dan
terendah sub pokok bahasan gaya Coulomb sebesar 33,5 %, sedangkan persentase
tertinggi penguasaan konsep siswa kelas eksperimen setelah dilakukan postes adalah
sub konsep gaya Coulomb 73,4% dan persentase terendah terjadi pada sub konsep
kapasitor sebesar 56,2%. Dengan demikian, persentase pencapaian penguasaan setiap
sub konsep pada materi listrik statis setelah dilakukan postes pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Rata-rata gain ternormalisasi dari keempat
sub pokok bahasan pada kelas eksperimen adalah 0,45, sedangkan jumlah gain
ternormalisasi pada kelas kontrol adalah 0,35. Hal ini berarti bahwa rata-rata skor
gain ternormalisasi kelas eksperimen lebih besar dibanding rata-rata skor gain
ternormalisasi kelas kontrol.
Persentase pencapaian penguasaan setiap sub konsep skor postes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada gambar 6.
60 60
60
50 40
40 40
Prosentase g

40 30 30
30 Eksperimen
20
20 Kontrol
10
0
A B C D

Gambar 6 Persentase penguasaan sub konsep setelah dilakukan postes

Keterangan :
A : Sub Pokok Bahasan gaya Coulomb
B : Sub Pokok Bahasan Medan Listrik
C : Sub Pokok Bahasan Potensial Listrik
D : Sub Pokok Bahasan Kapasitor

23
3. Sikap Siswa terhadap Materi listrik statis
Secara keseluruhan ( 100%) siswa menganggap mempelajari materi listrik
statis ini sangat mengasikkan. Setelah mempelajari materi ini, siswa merasakan
bahwa fisika itu memang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat setuju
dan setuju dengan pernyataan ini masing-masing sebanyak 27 orang (57,4%).
Konsep-konsep dalam materi listrik statis dapat dilihat aplikasinya dalam kehidupan,
pernyataan ini disetujui oleh 45 orang (95,7%). Namun demikian ada juga yang
menyatakan materi listrik statis ini sulit untuk dipelajari, yaitu sebanyak 7 orang
(14,8%). Sebanyak 44 orang (93,6%) menyatakan, untuk memahami materi listrik
statis ini dengan baik kita harus membaca lebih dari satu buku. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14
Rekapitulasi Hasil Jawaban Skala sikap Siswa
Terhadap Materi Listrik statis

Jawaban Siswa/Skor Rata-rata


Sikap No Sifat
Skor Sikap
soal Pernyataan SS S TS STS
Siswa
Positif 37 10 0 0
3,8
Pandangan 9 4 3 2 1
Siswa 10 Positif 27 19 1 0
3,5
Terhadap 4 3 2 1
Materi 11 Negatif 0 2 38 7
3,1
Listrik 1 2 3 4
statis 13 Negatif 0 7 35 5
3,0
1 2 3 4
14 Negatif 0 1 21 25
3,5
1 2 3 4
15 Positif 20 24 3 0
3,4
4 3 2 1

4. Ketertarikan Siwa pada Listro dengan Model Pembelajaran Inkuiri


terbimbing

Materi listrik statis yang dipelajari tidak akan dirasakan sulit oleh siswa bila di
ajarkan dengan model inkuiri terbimbing menggunakan listro dan diaplikasikan
kedalam kehidupan sehari-hari, pernyataan ini disetujui oleh 41 orang (87,2%) dan 6
orang (12,7%) lainnya tidak setuju akan hal ini. Tapi ada juga yang setuju bahwa hal
itu akan membuang waktu saja, yaitu sebanyak 7 orang (14,8%). Sebanyak 38 orang
(80,8%) menyatakan sangat setuju dan setuju kalau pembelajaran inkuiri terbimbing
itu dapat menambah motivasi dalam belajar. Dengan demikian pembelajaran seperti

24
ini sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika, sebanyak 46 orang
(97,8%) menyatakan setuju. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15
Rekapitulasi Hasil Jawaban Skala Sikap Siswa Terhadap
Ketertarikan Siswa Pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Jawaban siswa/Skor Rata-rata


Sikap No Sifat
skor sikap
Soal Pernyataan SS S TS STS
siswa
20 Positif 2 39 6 0
Ketertarikan 2,9
4 3 2 1
siswa
21 Negatif 0 7 14 26
terhadap 3,4
pelaksanaan 1 2 3 4
pembelajara 22 Positif 12 26 5 4
inkuiri 3,0
4 3 2 1
terbimbing
23 Positif 25 21 1 0
3,5
4 3 2 1
29 30 17 0 0
Positif
4 3 2 1 3,6

B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Penguasaan Konsep
Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelompok dengan model
pembelajaran yang berbeda, selanjutnya diberikan postes untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Kemudian dilakukan analisis terhadap
data postes dan data N-gain kedua kelas. Dari hasil analisis tersebut, ternyata kedua
kelas mengalami peningkatan kemampuan dalam hal penguasaan konsep. Namun
peningkatan penguasaan konsep yang terjadi pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada yang terjadi pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
listro dengan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Dahar (1996). Ia mengatakan
penemuan merupakan suatu proses mental dimana siswa terlibat langsung dalam
menggunakan proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Dengan pengamatan langsung lebih meningkatkan kemampuan pemahaman siswa,
karena siswa memahami konsep, menggunakan daya ingat, berpikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan konsep seperti yang
diungkapkan Bruner (Amin, 1987).

25
Untuk penguasaan konsep peningkatan terjadi pada semua konsep listrik
statis, yang tertinggi terjadi pada sub konsep gaya Coulomb 73,4%, medan listrik
68,4%, kalor 60,4% dan kapasitor 56,2%, pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol
59,6% untuk sub konsep gaya Coulomb, 66,3% pada sub konsep Medan Listrik,
60,1% pada sub konsep potensial listrik dan 60,4% untuk sub konsep kapasitor. Ini
memperlihatkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh besara
pada penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan listrik statis.
2. Tanggapan Siswa terhadap listro dengan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing
Secara umum siswa merespon positif pembelajaran listrik statis dengan model
inkuiri terbimbing. Hal ini tidak terlepas dari teknik dan cara guru dalam menyajikan
serta mengemas materi pelajaran kepada siswa. Hal ini ditunjukkan dengan respon
siswa agar pembelajaran seperti ini diterapkan pada konsep-konsep yang memiliki
karakteristik yang sama dengan konsep listrik statis. Meningkatnya minat dan
motivasi siswa dalam belajar karena siswa merasa pembelajaran berhubungan
langsung dengan kehidupan sehari-hari. Siswa menemukan langsung sesuai dengan
kepentingannya (Dirjen Dikdasmen 2003).
Berdasarkan hasil jawaban siswa baik kelengkapan pada LKS maupun soal
postes, terlihat bahwa siswa memiliki antusias dan semangat yang tinggi terhadap
model pembelajaran yang diterapkan. Sehingga para siswa lebih rajin dalam belajar
dan mau bekerja keras mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, walaupun
masih ada siswa belum mencapai hasil yang diharapkan. Sama seperti halnya dari
hasil observasi ternyata para siswa menyatakan sikapnya bahwa dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan mereka lebih berani berpendapat dan
bertanya untuk memperoleh atau menemukan konsep. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Esler (dalam Ridwan, 2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran
inkuiri terbimbing memungkinkan untuk memelihara rasa ingin tahu siswa,
melibatkannya dalam aktivitas pembelajaran dan mengembangkan sikap positif
terhadap sains karena bagaimana pun pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
memberikan pengalaman konrit bagi siswa.

26
C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari eksperimen yang dilakukan, yakni dengan menerapkan listro dalam
model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen, kemudian
dibandingkan dengan kelas kontrol terhadap penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kreatif siswa SMA ternyata terjadi perbedaan pada hasil akhirnya.
Berdasarkan pertanyaan penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1) Analisis N-Gain menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep listrik
statis, bagi siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
laboratorium verifikasi.
2) Selama pembelajaran inkuiri terbimbing ditemukan siswa lebih terlihat
kreatif dan memiliki semangat yang tinggi dalam memecahkan masalah yang
diberikan. Aktivitas siswa dalam menemukan konsep dilakukan dengan
kajian literatur, diskusi dalam kelompok inkuiri dan sesekali bertanya kepada
guru sehingga konsep tersebut ditemukan langsung oleh siswa.
3) Tanggapan siswa dan guru yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
terbimbing sangat baik, siswa merasakan bahwa materi ini sangat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari, oleh karenanya penemuan langsung konsep
sangat membantu memahami masalah yang berkaitan dengan konsep listrik
statis. Tanggapan guru terhadap model yang diterapkan dalam pembelajaran
sangat positif karena menemukan langsung merupakan tuntutan dalam
memahami konsep listrik statis yang sangat banyak ditemukan sehari-hari.
2. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Untuk memberikan nuansa tersendiri dalam pembelajaran fisika maka metode
pengalaman langsung dapat lebih ditinggikan frekuensinya untuk menjawab
kekhawatiran siswa bahwa fisika itu penuh dengan rumus-rumus, sehingga ia
meraskan kemudahan dan termotivasi untuk belajar fisika
2) Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebaiknya
langkah-langkah inkuiri terbimbing yang digunakan jelas dan terarah,
sehingga guru pada prinsipnya hanya sebagai fasilitator dan sebagai
motivator.

27
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan


Metode”Discovery” dan “Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi.

Arikunto,S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi


Aksara.

Cheng, K.K., Thacker, A.B., and Cardenas, R.L. (2004). ”Using an online homework
system enhances students’ learning of physics concepts in an introductory
physics course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Giancoli, D.C, (2001). Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga

Jewed, S. (2004). Physics for Scientists and Engineers. California: Thomson


Brooks/Cole

Kanginan, M. (2004). Fisika SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Kartiasa, N. (1979). Pengelolaan Laboratorium Sekolah dan Manual Alat Ilmu


Pengetahuan Alam. Jakarat: Depdikbud.

Pustekom Diknas. (2000). Tersedia: (http://www.e-dukasi.net).

Serway, A. R dan Jewett, J. W. (2004). Physics for Scientists and Engineers. homson
Brooks/Cole © 2004; 6th Edition.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito

Tipler, P. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo

28
Tentang Penulis

Ali Pullaila

Lahir:
Pasirpengarayan, 20 Oktober 1975, di sebuah desa kecil di Kabupaten Rokan Hulu
Propinsi Riau Daratan.

Pendidikan Formal:
Jurusan Teknik Elektronika Komunikasi STM Tunas Karya Pekan Baru, tahun 1992.
Sarjana FKIP Pendidikan Fisika Universitas Riau, Pekanbaru tahun 2000, dan
menyelesaikan S2 Pendidikan IPA Fisika SL di UPI Bandung (dulu IKIP Bandung) ,
tahun 2007

Pekerjaan:
PNS Guru Fisika SMA N 1 Rambah Pasir pengarayan, Kab. Rokan Hulu Prop. Riau,
tahun 2002 – sekarang.

Tambahan Pengalaman:
Dosen Luar biasa FKIP Fisika UNRI Pekanbaru, tahun 2001-2003, Dosen Luar Biasa
UPP 2009-sekarang. Teknisi Service Center Televisi merk Samsung, Fuji Elektrik,
Siera dan Modern di Pekanbaru, tahun 1993-1997. Sub Kontraktor Elephant Elektric
Fence System (Pagar listrik untuk mencegah hama gajah di perkebunan sawit) untuk
wilayah Riau dan Sumatera Utara tahun 1994-1996.
Tulisan pernah dimuat:
Beberapa Opini tentang pendidikan pada Harian Riau Mandiri
Cerpen pada Majalah Budaya Sangang sekitar Tahun 1997 ”Penghianat Rakyat Riau”
Cerpen Pada Bahana Mahasiswa tahun 1996 ”Telanjang”
Buku:
Teknik Reparasi TV Penerbit Oase Media Bandung Cet II tahun 2009

Alamat:
Jl Riau no 137 Pasirpengaraian
Kab. Rokan Hulu
Propinsi Riau 28457
Mail : alifkemba@yahoo.com
Phone : (0762)91799
085221913075

29

You might also like