Professional Documents
Culture Documents
H O L I L A H, S. Ag, M.Si
Nip. 197618102008012008
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaaanirrohiim
menyelesaikan penyusunan laporan penelitian individual ini dengan judul: “Kawin Sirri pada
Masyarakat Madura (Studi Kasus tentang Faktor Penyebab dan Pengaruhnya terhadap
Bangkalan”).
Nabi Muhammad SAW, Nabi paling akhir, yang telah menyampaikan risalahNya dan
membawa manusia ke jalan kesempurnaan hidup lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
Kawin sirri merupakan perkawinan yang telah mememuhi rukun dan syarat nikah
tapi tidak dilakukan di hadapan PPN dan tidak didaftarkan di KUA. Perkawinan tersebut oleh
pemerintah dianggap tidak sah. Meskipun demikian perkawinan tersebut banyak dilakukan
bahkan menjadi mode masa kini yang timbul dan berkembang diam-diam pada sebagian
masyarakat Islam Indonesia. Mereka berusaha menghindari diri dari sistem dan pengaturan
perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 yang birokratis dan berbelit-belit serta lama
Banyak faktor penyebab terjadinya kawin sirri, diantaranya karena terjadinya nikah
perjodohan, keyakinan, ketidak tahuan masyarakat akan fungsi surat nikah, ekonomi,
2
Hal tersebut bertentangan dengan wacana tentang perempuan yang kini banyak
dibicarakan oleh kaum feminis. Artinya disaat mereka berbicara tentang ketidakadilan
gender justru kaum perempuan yang lain terjebak dalam ketidakadilan itu. Hal ini bisa
terlihat bagaimana berlakunya hukum agama dan hukum adat terutama dalam membuat
Untuk mencegah semakin berkembangnya praktek kawin sirri pada masyarakat, maka
diharapkan pada pemerintah untuk meninjau kembali proses pencatatan perkawinan dan
memberikan kemudahan pada masyarakat dalam melakukan proses pencatatan perkawinan
sebagaimana diatur oleh Undang-undang. Disamping itu, pelunya penyadaran, khususnya
kepada kaum perempuan akan pentingnya surat nikah, yang dilakukan oleh berbagai
lembaga dan institusi secara massif, seperti lembaga keagamaan, pendidikan, badan
penasehat perkawinan di KUA, pusat-pusat studi gender dan lain-lainnya.
Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan, terutama pada
pasutri kawin sirri tentang pengaruh kawin sirri terhadap hubungan dalam keluarga, dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik secara sosiologis,
psikologis maupun yuridis dengan segala akibat hukum dan konsekuensinya, sehingga dapat
menjadi pertimbangan bagi pasangan yang sudah maupun akan kawin sirri untuk segera
mendaftarkan perkawinannya di KUA.
Peneliti menyadari bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu peneliti mengharap masukan dan saran para pembaca untuk kesempurnaan
laporan ini. Tak lupa peneliti menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
1. Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si selaku Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Ibu Lilik Hamidah, M.Si selaku ketua Pusat Studi Gender (PGS) IAIN Sunan Ampel
3. Bapak Kepala Desa, Moh. Sai’id Effendi beserta staf dan Bapak Camat Tanjungbumi, Drs.
Akhmad Tumiran beserta staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian ini. Bapak Kepala KUA, Drs. Nasikhun beserta staf, Kak
3
Zainuri dan Mbak Maskunah yang telah membantu dalam penyediaan data serta
4. Suami tercinta Nurur Rohman, ST, anak tersayang Anake Bemimala yang telah
Akhirnya, pada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
penulisan ini, semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan yang setimpal atas segala
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ 8
E. Metode Penelitian................................................................................... 9
F. Sistematika Pembahasan......................................................................... 15
5
4. Pengaruh Kawin Sirri Terhadap Hubungan dalam Keluarga .................... 31
3. Pemukiman ............................................................................................... 35
4. Demografi ................................................................................................. 35
5. Pendidikan ................................................................................................ 37
6. Keagamaan ............................................................................................... 38
1. Perkawinan .............................................................................................. 40
6
2. Pengaruh kawin sirri terhadap hubungan dalam keluarga pada
pasangan kawin sirri yang tidak bercerai ...........................................65
1. Kesimpulan .................................................................................................... 71
2. Saran .............................................................................................................. 82
7
DAFTAR TABEL
Halaman
8
BAB I
PENDAHULUAN
hukum yang mengatur perkawinan di Indonesia masih beraneka ragam, yaitu sesuai
dengan hukum agama dan hukum adat yang dianut masyarakat. Perkawinan
dipandang sah apabila dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama atau adat yang
berlaku. Setelah UU Perkawinan tersebut diberlakukan maka dalam pasal 2 ayat (1)
agama dan kepercayaannya. Selanjutnya, dalam ayat (2) perkawinan harus dicatat
Pentingnya pencatatan nikah karena menyangkut status istri dan anak secara
obyektif. Jika suatu perkawinan telah di catat oleh PPN dengan bukti adanya buku
nikah maka akan memiliki akibat hukum, Sedangkan perkawinan yang tidak sesuai
dengan apa yang di gariskan dengan UU dan kompilasi Hukum Islam 2 atau tidak
dicatat dan tidak ada bukti buku nikah maka tidak memiliki kekuatan hukum3 hal ini
1
Lihat Peraturan Pemerintah no. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP no. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan pasal 2 ayat 1 dan 2.
2
Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 5 ayat 1, pasal 6 ayat 1 dan 2 dan pasal 7 ayat 1.
3
Marsudi, Kedudukan Nikah Sirri. Laporan Penelitian (Ponorogo: Fakultas Syariah IAIN Suanan
ampel, 1994). Ida Nurhayati, Tinjaun Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri di Kecamatan Porwosari
Kabupaten Purwosari. Skripsi. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel, 1995); Idris Ramulyo, Hukum
Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2000); Mufassirah, Tradisi Nikah Sirri: Penyebab dan pengaruhnya bagi
masyarakat pamekasan, tesis, Malang: PPs. Universitas Muhammadiyah, 2002),
4
Lihat Lihat Wadjdi dalam Majalah Perkawinan dan Keluarga “Problema Nikah di luar prosedur” no.
320 tahun 1999, hal. 5
9
Adanya hukum negara tersebut dimaksudkan sebagai alat untuk mengatur dan
akan tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa hukum yang diperkenalkan oleh
negara belum tentu selaras dengan norma, kebiasaan, aturan atau hukum perkawinan
melalui perkawinan sirri. Perkawinan sirri adalah perkawinan yang memenuhi rukun
dan syarat perkawinan tapi tidak di daftarkan di PPN seperti yang diatur dan di
tentukan oleh UUP no. 1 Tahun 1974, yang oleh Ramulyo di sebut “perkawinan di
bawah tangan”5
Menurut Siong6 kawin sirri merupakan bentuk perkawinan yang timbul dan
berusaha menghindari diri dari sistem dan cara pengaturan pelaksanaan perkawinan
menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang birokratis dan berbelit serta lama
pengurusannya. Untuk itu menempuh cara sendiri yang tidak bertentangan dengan
hukum Islam.
Permasalahan yang hampir sama dengan kawin sirri adalah proof marriage
(kawin percobaan) yang saat ini menjadi mode di Eropa, lebih konkretnya di Swedia,
jauh diantara mereka terdapat perselisihan paham baik ideal maupun praktis dalam
membina keluarga yang harmonis kelak. Untuk itu mereka melakukan proof marriage
(kawin percobaan), dalam jangka waktu tertentu (samen leven). Bila ternyata diantara
mereka dalam jangka waktu tertentu itu, baik dalam soal kesukaan (hobby) pribadi
5
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 239
6
Gouw Giok Siong, Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Jakarta: PT. Kinta, 1964) h.20
10
maupun dalam masalah seksual, terdapat konsekuensi atau persesuaian paham maka
hubungan mereka secara formal ditingkatkan dalam ikatan perkawinan. Bila tidak,
mereka mencoba lagi dengan pasangan yang lain dan seterusnya. Peningkatan dalan
hubungan perkawinan yang formal ini, apabila dalam jangka waktu tertentu si wanita
Hal ini bisa terjadi di swedia, karena Swedia termasuk salah satu Negara yang
Eropa.7 Mungkin juga ada faktor lain misalnya keadaan wanita yang sangat parah di
Swedia yaitu 10% (sepuluh persen) wanita Swedia meninggal dunia sebagai perawan
Dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Hary L. Sitterberg, atas perintah
Sweden‟s Royal Communision on Sexual Live in Swedia yang dimuat dalam majalah
hubungan seksual sebelum nikah, 33% (tiga puluh tiga persen) pengantin wanita
sudah hamil pada waktu melakukan perkawinan formal mereka, kira-kira 1 (satu) dari
Seperti halnya di Negeria dilarang poligami, namun untuk menghindari diri dari
ketentuan undang-undang ini, mereka para gadis dan janda disana dikawin dengan
pria yang sudah beristri secara diam-diam, kemudian apabila ketahuan ditanyakan
7
Lihat TVRI, Siaran Warta Berita Minggu, 16 Mei 1982, jam 19.20 dan Berita Harian Sinar Pagi, Mei
1982
8
Lihat Majalah Tempo, Ruang Pendapat, (Jakarta : PT.Grafisi Pers, 1975, tahun No. 21
9
sismono, Aspek-Aspek Kehidupan Narkotika, Alkoholisme, Pornografi, Kehiduapan Seksual, (Jakarta;
CV. Modernis, 1971) h.71
11
kepadanya, maka menjawab saya bukan istrinya, tetapi gundiknya dan memang
Yang penulis maksud disini bukanlah proof marriage seperti di Swedia atau
gundik-gundik di Negeria, tetapi dalam tulisan ini mempunyai motif yang hampir
sama dengan keadaan yang digambarkan diatas, dengan beberapa variasi dari sudut
pandang masyarakat yang fanatisme Islam tetapi kurang memahami hukum Islam
Perkawinan sirri merupakan fenomena yang terkait erat dengan nilai sosial,
budaya dan agama dalam masyarakat.10 Hal tersebut tak lepas dari persepsi
kehendak tiap individu (terutama wanita). Secara umum dapat diajukan sebuah
“keharusan sosial” yang merupakan tradisi yang dianggap sakral.11 Sedangkan dalam
yang masih berumur lima tahun (balita) dan bahkan ada yang menjodohkan anak-
10
Zamroni, Sebab-Sebab Perkawinan Di Bawah Umur dan Perkawinan Liar/Sirri di Kwanyar
Kabupaten Bangkalan, Skripsi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1996) ; Mufassirah, Tradisi Nikah
Sirri: Penyebab dan pengaruhnya bagi masyarakat pamekasan, tesis, (Malang: PPs. Universitas
Muhammadiyah, 2002); dan Sri Endang Kinasih, Perkawinan Sirri di kangan Masyarakat Kalisat,
studi Kasus di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan Jatim, Tesis: (Depok:
Universitas Indonesia, 2002).
11
Sakral berarti suci, keramat; motif juga bisa berfungsi seremonial dan terkadang dianggap
mempunyai nilai.
12
anaknya ketika masih berada dalam kandungan ibunya atau pada saat baru dilahirkan.
lama setelah mengalami haid yang pertama atau pada umur antara 12-15 tahun.
Apabila melebihi umur tersebut ternyata belum juga menikah, semua orrang akan
mencemoohnya sebagai perempuan tidak laku (ta‟ paju lake). Pada saat itulah kedua
orangtuanya serta anak perempuan yang bersangkutan merasakan aib dan malu pada
semua orang dilingkungan sosialnya. Oleh karena itu inisiatif menjodohkan anak
tanpa melalui KUA. Perkawinan tersebut disebut dengan kawin sirri. Penelitian Afdol
perkawinan bagi anak wanita selain alasan adat kebiasaan setempat (77,78%), juga
wanita merupakan tuntutan agar anak segera “mentas” dan setelah itu orangtua
mereka merasa puas karena telah menunaikan tugas sosial sebagaimana mestinya.
Perkawinan lebih merupakan ritus kepuasan orangtua dan bukan kepentingan anak. 14
12
Latif Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, (Yogyakarta: LKiS, 2002)
h. 56-57
13
Indraswari, Fenomena Kawin Muda dan Aborsi: Gambaran Kasus Dalam menakar “Harga”
Perempuan: Eksplorasi Lanjut Atas Hak-Hak reprosuksi Perempuan Dalam Islam (Bandung: Mizan,
1999) h, 140
14
Muhammad Sobary, Perempuan Dalam Budaya: Dominasi Simbolis dan Aktual Kaum Lelaki Dalam
Menakar “Harga” Perempuan: Eksplorasi Lanjut atas Hak-Hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam
(Bandung: Mizan, 1999), h. 95
13
Di Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, banyak didapati perkawinan yang tidak tercatat di KUA. Menurut
Tanjungbumi.
1. Kawin sirri jika dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum
Islam, maka perkawinan tersebut dianggap tidak sah dan tidak mempunyai
kekuatan hukum sehingga berpengaruh terhadap perwalian serta status istri dan
anak guna mendapatkan segala hak yang menyangkut diri dan harta bendanya.
2. Kawin sirri jika dikaitkan dengan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin
maka wanita lebih terbebani daripada laki-laki karena ia tidak hanya sebagai ibu
rumah tangga tapi juga sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah.
Selain itu kawin sirri juga mengakibatkan hubungan kekuasaan antara laki-laki
14
(suami) tidak setara dengan wanita (istri), tercermin dalam hal menentukan calon
tersebut saat ini berkembang secara diam-diam dengan beragam bentuk dan
alasan, dimana hal tersebut bertentangan dengan wacana tentang perempuan yang
kini banyak dibicarakan oleh kaum feminis. Artinya disaat mereka berbicara
tentang ketidakadilan gender justru kaum perempuan yang lain terjebak dalam
ketidakadilan itu. Hal ini bisa terlihat bagaimana berlakunya hukum agama dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Bumianyar
15
2. Tujuan khusus
Bumianyar
D. Manfaat Penelitian
tentang gender, khususnya dalam kajian kawin sirri dan pengaruhnya terhadap
sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pasangan yang sudah maupun akan
dan tokoh masyarakat setempat, mengingat kawin sirri merupakan salah satu
16
E. Metode Penelitian
Meskipun obyek penelitian adalah kasus kawin sirri yang dapat ditemukan
diseluruh kecamatan Tanjungbumi, akan tetapi oleh karena suatu alasan dan
pertimbangan terutama masalah dana dan waktu, maka pengamatan lapangan hanya
difokuskan pada kasus kawin sirri yang terjadi desa Bumianyar sebagai tempat
tinggal penulis. Pertimbangan memilih Desa Bumianyar ini mempunyai arti yang
a. Penulis adalah orang yang dilahirkan di Desa Bumianyar dan memiliki hubungan
sirri, sehingga penulis dapat dengan mudah bergaul dan ikut dalam berbagai
lainnya, sehingga praktek kawin sirri diperantauan lebih banyak dilakukan oleh
17
2. Penentuan Informan
kecilnya informan bukan menjadi prioritas utama dalam upaya penggalian data,
namun yang menjadi titik penting adalah kualitas informan dalam memberikan data
yang jelas dan akurat sesuai dengan kebutuhan. Spradley 15 menyebutkan bahwa
paling sedikit ada lima kreteria yang perlu diperhatikan dalam memilih informan yang
baik yaitu:
a) Enkulturasi penuh
Informan yang baik mengetahui budayanya atau paling tidak harus mempunyai
Vita, Latief –Rahma, Bahar-Hasna dan indra adalah pasangan yang melakukan
kawin sirri lebih dari 2 tahun dan kenal baik dengan peneliti, karena tempat
b) Keterlibatan langsung
Informan adalah orang yang terlibat langsung dengan topik yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini semua informan yang terpilih adalah individu atau pasangan
yang telah atau sedang melakukan kawin sirri dan saat ini berada di desa
Bumianyar.
15
James P.Sredley, Metode Etnografi. Yogyaksarta: PT. Tiara Wacana, ,1997), h. 61-70
18
c) Suasana Budaya yang tidak dikenal
peneliti mengenal baik suasana budaya yang diteliti, mengingat peneliti adalah
memilih informan.
d) Cukup waktu
dilakukan pada saat pasangan kawin sirri sedang santai pada malam hari. Hal ini
e) Non analitik
Informan adalah orang yang dalam memberikan informasi tidak menganalisis atau
masyarakat dan kiai sebagai orang yang berperan dalam menikahkan orang-orang
2. Individu-individu atau pasangan yang telah atau sedang melakukan kawin sirri
yang terdiri dari 3 individu kawin sirri (Ninan, Indra dan Rudi) dan 5 pasangan
19
suami istri kawin sirri (Sahrul-Ulfa, Latief-Rahma, dan Hadi-Ina) kedua pasangan
melakukan kawin sirri di luar desa Bumianyar (yaitu di Desa Katol, Kabupaten
Dalam menemukan informan seperti individu atau pasangan yang telah atau
sedang kawin sirri, tidaklah sulit bagi penulis yaitu dengan cara menemui tokoh
siriri di perantauan peneliti menemui orasng yang sering pergi merantau yaitu
Seniwi dan Mat Solli. Pada umumnya individu atau pasangan yang telah atau
pengalamannya.
3. Pengumpulan Data
aktivitas dan kehidupan masyarakat setempat. Dalam hal ini peneliti lakukan
ketika pulang ke desa Bumianyar. Kegiatan ini dilakukan secara intensif sejak
16
Semua nama informan diatas bukan nama sebenarnya (disamarkan)
20
mendengarkan pandangan-pandangan dan merasakan keadaan pasangan kawin
sirri. Misalnya, peneliti sering berkunjung ke rumah pasangan kawin sirri, bahkan
informan.
lain berupa buku catatan harian mengenai kegiatan penelitian dan tape recorder
adalah bahasa Madura. Hal ini dengan pertimbangan sebagai mekanisme adaptasi
menyamakan ceritanya.
17
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 1995), h. 206
21
Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk / NTCR). Data kepustakaan digunakan untuk
memperoleh data tentang hasil penelitian sebelumnya, sejarah kawin sirri dalam
pandangan hokum Islam dan Negara serta konsep dan teori menganai keluarga.
4. Analisis data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berasal
hubungan suatu gejala dengan gejala yang lain, kemudian diinterpretasikan melalui
teori-teori yang relevan agar dapat dianalisis, sehingga dapat mengumpulkan hasil
yang ingin diucapai untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Data dipilah misalnya yang berkaitan dengan factor penyebab terjadinya kawin sirri
22
2. Tahap member kode. Tahap ini meliputi:
b. Memilih data dengan cara memisahkan catatan lapangan dan bahan dokumen
per tema.
3. Tahap penulisan
Merupakan tahap memahami data dalam bentuk penulisan secara lebih lanjut,
artinya dengan melihat, merangkai dan menghubungkan data serta informasi agar
faktor penyebab terjadinya kawin sirri dan pengaruhnya terhadap hubungan dalam
keluarga.
F. Sistematika Pembahasan
Bab pertama, menyajikan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah,
sistematika pembahasan
Bab kedua, mendiskusikan konsep-konsep yang terkait dengan kawin sirri, yang
terdiri dari: pengertian kawin sirri, sejarah dan perkembangan kawin sirri, kawin sirri
23
dalam pandangan hokum Islam dan kawin sirri dalam pandangan hokum Negara.
Selain itu juga membahad tentang konsep-konsep keluarga kaitannya dengan kawin
anggota keluarga, dan pengaruh kawin sirri terhadap hubungan dalam keluarga.
Bab ketiga, mendeskripsikan lokasi penelitian yang terdiri dari sejarah penduduk
sirri, yang meliputi: bentuk kawin sirri, tempat pelaksanaan kawin sirri, sejarah kawin
Bab keempat, memaparkan hasil penelitian yang terdiri atas factor penyebab
kawin sirri yang dilakukan di desa Bumianyar dan dilakukan di perantauan, serta
pengaruh kawin sirri terhadap hubungan dalam keluarga, pada keluarga kawin sirri
Bab kelima, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran
24
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kawin Sirri
Perkawinan dalam bahasa Arab adalah “nikah”, memiliki dua arti, arti yang
sebenarnaya dan arti kiasan. Arti sebenarnya nikah adalah “dham” yang artinya
Menurut hukum Islam, nikah itu pada hakekatnya ialah “aqad” antara calon
suami-istri untuk membolehkan keduanya bergaul sebagai suami iatri. “Aqad” artinya
ikatan atau perjanjian. Jadi “aqad nikah” artinya perjanjian untuk mengikatkan diri
Menurut Haviland19 perkawinan adalah suatu transaksi atau kontrak yang sah
dan resmi antara seorang wanita dan seorang pria yang mengukuhkan hak mereka
yang tetap untuk berhubungan seks satu sama lain dan yang menegaskan bahwa
tingkat hidup remaja ketingkat berkeluarga dari semua manusia di dunia. Dengan
pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan seksnya, ialah
25
seks, perkawinan mempunyai berbagai fungsi lain dari kehidupan kebudayaan dan
memenuhi kebutuhan manusia akan seorang teman hidup, memenuhi kebutuhan akan
harta, akan gengsi dan kelas masyarakat dan pemeliharaan hubungan baik antara
perkawiann sebagai suatu ikatan antara laki-laki ddan wanita untuk hidup bersama
dan untuk mendapatkan keturunan yang sah berdasarkan hukum agama Islam. Yang
digaris bawahi disini adalah yang penting sah menurut hukum agama Islam. Di
sosial” daripada manifestasi kehendak bebas tiap individu. Oleh karena itu,
dianggap sakral.
perkawinan dan usia menikah, maka di masyarakat Bumianyar terdapat tiga bentuk
perkawinan yaitu:
1. Perkawinan di KUA
Nikah (PPN) dan dicatatkan di KUA, seperti yang diatur dan ditentukan oleh UU
No.1 Tahun 1974. Bentuk perkawinan ini dilakukan oleh masyarakat yang
26
menyadari akan penting hukum Negara, selain hukum Islam. Karena perkawinan
minannas), karena menyangkut ikatan antara manusia satu dengan lainnya yaitu
suami, istri, dan anak serta keluarga besar diantara susmi dan istri.
2. Perkawinan sirri
dilakukan dihadapan PPN dan tidak dicatatkan di KUA. Perkawinan ini oleh
biasanya dilakukan oleh kiai atau ulama atau orang yang dipandang telah
Kata sirri berasal dari bahasa Arab sirri, israar yang berarti rahasia. 22 Kawin
sirri menurut arti katanya adalah nikah yang dilakukan dengan sembunyi-
adalah perkawinan yang tidak disaksikan oleh orang banyak dan tidak dilakukan
Perkawinan yang dilakukan sebelum usia 16 tahun bagi wanita, dan 19 tahun
bagi laki-laki. Batasan ini mengacu pada ketentuan formal batas minimum usia
menikah yang berlaku di Indonesia, pasal 7 ayat (1). Perkawinan ini biasanya
dilakukan oleh masyarakat karena dua alasan, pertama alasan perjodohan. Dalam
21
A. Zuhdi Muhdor , Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung: Al-Bayan 1994), h. 22
22
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-
Qur’an, 1973), h. 167
27
perjodohan biasanya yang menentukan pasangan dan waktu menikah adalah
orangtua laki-laki. Kedua, kemauan anak sendiri. Biasanya anak laki-laki ngotot
batas minimal usia menikah dan belum mempunyai pekerjaan. Kuatir anaknya
salah pergaulan dan berdosa, orangtua menikahkan anaknya dan biasanya biaya
Namun dari ketiga bentuk perkawinan yang terdapat di desa Bumianyar, peneliti
hanya mengkaji kawin sirri dan perkawinan dibawah umur. Perkawinan dibawah
umur dalam penelitian ini tidak dibahas dalam bahasan tersendiri tapi menjadi satu
kesatuan dalam pembahasan kawin sirri, yaitu menjadi salah satu fakctor penyebab
Istilah kawin sirri, sebenarnya bukan masalah baru dalam masyarakat Islam,
sebab kitab Al-Muwatha’, mencatat bahwa istilah nikah sirri itu berasal dari ucapan
Umar bin Khattab r.a ketika diberitahu bahwa telah terjadi perkawinan yang tidak di
hadiri oleh saksi kecuali hanya seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka Ia
berkata yang artinya:”Ini nikah sirri, aku tidak memperbolehkannya dan sekiranya
Pengertian kawin sirri dalam persepsi Umar tersebut di dasarkan adanya kasus
perkawinan yang hanya dengan menghadirkan seorang saksi laki-laki dan seorang
perempuan. Ini berarti syarat jumlah saksi belum terpenuhi, kalau jumlah saksi belum
23
Lihat Al-Muwatha’ II, Dar Al-Fikri, hal 439
28
lengkap meskipun sudah ada yang datang, maka perkawinan semacam ini menurut
Umar di pandang sebagai nikah sirri.24 Ulama-ulama besar sesudahnya pun seperti
Abu Hanifah, Malik dan Syafi’i berpendapat bahwa nikah sirri itu tidak boleh dan
jika terjadi maka harus di fasakh (batal).25 Namun apabila saksi telah terpenuhi tapi
para saksi di pesan oleh wali nikah untuk merahasiakan perkawinan yang mereka
saksikan, ulama besar berbeda pendapat. Imam Malik memandang perkawinan itu
termasuk nikah sirri dan harus di fasakh, karena yang menjadi syarat mutlak sahnya
perkawinan yang ada saksi tetapi tidak ada pengumuman adalah perkawinan yang
tidak memenuhi syarat. Namun Abu Hanifah, Syafi’i dan Ibnu Mundzir berpendapat
bahwa nikah semacam itu sah. Abu Hanifah dan Syai’i menilai nikah tersebut bukan
nikah sirri karena fungsi saksi itu sendiri adalah pengumumnan (i‟lan). Karena itu
kalau sudah disaksikan tidak perlu lagi ada pengumuman khusus. Kehadiran saksi
pada waktu melakukan akad nikah, sudah cukup mewakili pengumuman bahkan
meskipun minta dirahasiakan, sebab menurutnya tidak ada lagi rahasia kalau sudah
ada empat orang. Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa kawin sirri itu
berkaitan dengan fungsi saksi. Ulama sepakat fungsi saksi adalah pengumuman (i‟lan
24
Lihat Aziz dalam Jurnal Ilmiah Mihrab, Edisi September 2001
25
Lihat Bidayatul Mujtahid, hal 17
26
Khoirudin Nasution, ,Status Wanita Di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-Undangan
Perkawinan Muslim Konyemporer Di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: INIS, 2002), h.163
29
Yang dimaksud dengan perkawinan sirri adalah perkawinan yang memenuhi
rukun dan syarat perkawinan tapi tidak di daftarkan di PPN seperti yang diatur dan di
tentukan oleh UUP no. 1 Tahun 1974, yang oleh Ramulyo di sebut “perkawinan di
bawah tangan”27 Perkawinan ini biasanya dilakukan oleh kiai atau ulama atau orang
dipandang sebagai perkawinan yang sah menurut agama. Wirawan dalam Hariadi 29
menyatakan kawin sirri merupakan salah satu bentuk perkawinan yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia, yaitu suatu perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat Islam
27
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.239
28
A. Zuhdi Muhdhor , Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung: Al-Bayan, 1994), h.22
29
Hariadi, Kawin Sirri sebagai Siasat Kawin Dalam Media Studi Wanita, Vol. 1 Surabaya: PP/SW
Lembaga Penelitian UNAIR
30
Muhammad Yusuf, Islam Memandang Kawin Sirri, Makalah Seminar Sehari Kawin Sirri Ditinjau
Dari Sudut Agama, Sosiologi, Psikologi, dan Hukum Positif. (Jember: PMII Fakultas Hukum, 1991)
30
Selain itu, terdapat sunah nikah yang perlu juga dilakukan sebagai berikut:
1. Khutbah nikah
Dengan demikian, dalam proses kawin sirri yang dilaksanakan hanya wajib atau
rukun nikahnya saja, sedangkan sunah nikah tidak dilakukan, khususnya mengenai
orang yang mengetahui perkawinan tersebut juga terbatas pada kalangan tertentu saja.
Keadaan demikian disebut sunyi atau rahasia atau sirri. Pada perkembangan
selanjutnya, istilah sirri ini kemudian dikaitkan dengan aturan-aturan yang ditetapkan
pemerintah sehingga kawin sirri bermakna kawin yang tidak dicatatkan petugas yang
telah ditunjuk oleh pemerintah yaitu KUA. Sebagaimana dikatakan Ramulyo 31 yaitu
perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang Islam, memenuhi baik rukun maupun
syarat-syarat perkawinana tetapi tidak didaftarkan pada PPN seperti diatur dan
ditentukan UU No. 1 Tahun 1974. Demikian halnya dengan praktek kawin sirri yang
merupakan perkawinan yang dilarang dalam Islam karena tidak memenuhi rukun dan
syarat perkawinan yang berupa saksi. 32 Ulama besar seperti Abu Hanifah, Malik dan
31
Idris. Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 239.
32
Lihat Al-Muwatha, h. 439
33
Lihat Bidayatul Mujtahid, h. 17
31
perkembangannya dalam masyarakat Islam, kawin sirri merupakan perkawinan yang
menurut agama (Islam). Kemudian kawin sirri berkembang kembali ketika dikaitkan
dengan aturan yang ditetapkan pemerintah sehingga kawin sirri bermakna perkawinan
Meskipun kawin sirri sah menurut Islam tapi hal tersebut kurang sesuai
perkawinan itu”, dan firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada rasul dan kepada pemerintah
yang sah (ulil „amri minkum).”35 Berdasarkan firman tersebut, maka orang yang
melakukan kawin sirri berarti tidak taat pada pemerintah yang telah menetapkan
Kawin sirri jika dikaitkan dengan hukum negara sebenarnya berkaitan dengan
Sebelumnya sudah ada UU No.22 Tahun 1946, yang mengatur tentang pencatatan
Nikah, Talak dan Rujuk, disebutkan: (1) perkawinan diawasi oleh PPN; 36 (2) bagi
hukuman karena merupakan suatu pelanggarn. 37 Lebih tegas tentang pencatatn dan
34
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, op.cit, h. 239
35
Lihat, QS. An-Nisa 59
36
Lihat UU No.22 Tahun 1946 pasal 1 ayat (1)
37
Lihat UU No.22 Tahun 1946 pasal 3 ayat (1)
32
tujuan pencatatan perkawinan ditemukan dalam penjelasannya, bahwa dicatatkannya
Sedangkan dalam penjelasan UU No.1 Tahun 1974 tentang pencatatan dan sahnya
perkawinan disebutkan : (1) tidak ada perkawinan diluar hukum agama; dan (2)
perkawinan yang dilakukan dihadapan dan dibawah pengawasan PPN 42 adalah untuk
diluar PPN tidak mempunyai kekuatan hukum, dan perkawinan hanya dapat
38
Lihat penjelasan pasal 1 ayat (1)
39
Lihat UU No.1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2)
40
Lihat UU No.1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (1)
41
Lihat penjelasan UU No.1 Tahun 1974 ayat (1 dan 2)
42
Lihat KHI pasal 5 ayat (2) dan pasal 6 ayat (1)
43
Lihat KHI pasal 5 ayat (1)
44
Lihat KHI pasal 6 ayat (1), pasal 7 ayat (1,2,3 dan 4)
33
B. Kawin Sirri dan Keluarga
terdiri atas seorang wanita, anak-anaknya yang tergantung kepadanya, dan setidak-
tidaknya seorang pria dewasa yang diikat oleh perkawinan atau hubungan darah.
Dari definisi diatas terdapat empat ciri keluarga. Pertama, keluarga adalah
kelompok sosial yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan satu atau beberapa anak.
perkawinan atau adopsi. Ketiga, hubungan antar keluarga didasari atas kasih sayang
dan tanggung jawab keluarga ialah mengembangkan anak agar setelah dewasa
menjadi individu yang mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berguna untuk
masyarakat.
1. Tipe-Tipe keluarga
Terdapat dua tipe keluarga yaitu keluarga inti dan keluarga luas.
a. Keluarga Inti
Keluarga inti (nuclear family) disebut juga keluarga batih adalah suatu
45
William A. Haviland, 1985. Antropologi II. Alih Bahasa R.G. Soekadijo. (Jakarta: Erlangga, 1985, h.
73.
46
Borgadus, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 233
34
Koentjaraningrat.47 Suatu keluarga inti terdiri atas seorang suami, istri dan
anak-anak mereka yang bekum kawin. Anak tiri dan anak angkat yang secara
dalam hidup. Kedua, kelurga inti merupakan kelompok dimana si individu itu,
b. Keluarga Luas
terdiri lebih dari satu keluraga inti, tetapi seluruhnya merupakan satu kesatuan
sosial yang amat erat, dan hidup tinggal bersama pada satu tempat artinya
pertama, keluarga luas utrolokal, yang berdasarkan adat utrolokal dan yang
terdiri dari satu keluarga inti senior dan keluarga-keluarga batih anak-anak laki
verilokal yang terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga inti dari
47
Koentjaraningrat, Beberapa pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1992), h. 109
48
Ibid, h. 110-111
49
Ibid, h. 117
35
uxorilokal dan yang terdiri dari satu keluarga inti senior dengan keluarga-
Menurut Suleeman dalam Ihromi50 ada tiga bentuk hubungan dalam keluarga,
(siblings).
a. Hubungan suami-istri
dibedakan menurut pola perkawinan yang ada yaitu owner property, head
Dalam pola perkawinan owner property, istri adalah milik suami, sama
seperti uang dan barang berharga lainnya. Tugas suami adalah mencari nafkah
dan tugas istri adalah menyediakan makanan untuk suami dan anak-anak dan
menyelesaikan tugas rumah tangga yang lain karena suami telah bekerja untuk
menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Suami adalah “bos” dan istri harus
tunduk padanya. Bila terjadi ketidaksepakatan, istri harus tunduk pada suami.
cinta dan kasih sayang, kepuasan seksual, dukungan emosi, teman, pengertian
50
T.O. Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 100
51
Ibid, h. 100
36
bersama secara bersama-sama. Tugas suami masih sama mencari nafkah untuk
menghidupi keluarganya, dan tugas istri masih tetap mengatur rumah tangga
dan mendidik anak. Tetapi suami istri kini bisa merencanakan kegiatan
Dalam pola perkawinan senior junior partner, posisi istri tidak lebih
sebagai pelengkap suami, tetapi sudah menjadi teman. Perubahan ini terjadi
nafkah utama tetap suami. Dengan penghasilan yang didapat, istri tidak lagi
sepenuhnya tergantung pada suami untuk hidup. Kini istri memiliki kekuasaan
Dalam pola perkawinan equal partner, tidak ada posisi yang lebih
tinggi atau rendah diantara suami istri. Istri mendapat hak dan kewajiban yang
Dengan demikian istri bisa menjadi pencari nafkah utama, artinya penghasilan
52
Ibid, h. 108
37
Lewis dalam Ihromi53 mengatakan hubungan orangtua anak dipengaruhi
bantuan keuangan, tetapi pada jasa yang diberuikan pada anak. Faktor lain
yang ikut berpengaruh adalah lamanya pernikahan anak, jenis kelamin anak,
kelas sosial, kesepakan antara ibu dan ayah, dan persamaan kebudayaan dalam
perkawinan.
rasio saudara laki-laki terhadap saudara perempuan, umur orangtua pada saat
mempunyai anak pertama, dan umur anak pada saat mereka keluar rumah.
Dalam suatu rumah tangga kedudukan dan kewajiban antra suami istri tidaklah
sama. Suami adalah pelindung bagi istri dan anak-anaknya. Sebaliknya istri adalah
suami. Kewajiban moral seorang istri berbeda dengan kewajiban moral seorang
suami.
38
Seorang istri mempunyai fungsi dan peranan mengatur dan mengelola rumah
tangga dan meyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, dan membina
singkatnya mengurusi kehidupan rumah tangga, kesehatan anak dan suami, dan
banyak pula yang bekerja membantu mencari nafkah bagi keluarganya, seperti
keluarga disini adalah bagaimana kawin sirri yang secara bahasa merupakan
diketahui oleh orang banyak dan tidak dicatatkan di KUA, sebagaimana diatur dalam
positif tidak mempunyai kekuatan hukum yang dapat menyulitkan berbagai pihak,
terutama pada status istri dan anak, pembagian harta serta perwalian anak. Selain itu
juga menyebabkan hubungan kekuasaan antara suami tidak setara dengan istri, yang
tercermin dalam menentukan calon pengantin, proses perkawinan dan perceraian serta
pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin atau peran dimana peran wanita sangat
berkaitan erat sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah keluarga.
keluarga, yang akan diteliti di Desa Bumianyar. Apakah betul, perkawinan sirri tidak
pengaruhnya?. Selain itu akan dibahas pula pengaruh kawin sirri terhadap hubungan
39
dalam keluaraga pada keluarga inti kawin sirri dengan rumah tangga lainnya. Yang
termasuk dalam keluarga rumah tanggga lainnya disini adalah orangtua suami atau
istri (mertua), saudara-saudara suami atau istri, sepupu dari suami atau istri,
keponakan dari pihak suami atau istri. Kaitanya dengan penelitin ini, penulis hanya
mengambil mertua dalam membahas hubungan antara keluarga inti kawin sirri
40
BAB III
mulai merantau. Tapi apabila dikaitkan dengan kondisi alam setempat yang tidak
begitu subur dan terletak dipinggir laut, sementara mata pencaharian penduduk adalah
bertani, maka diperkirakan penduduk bumianyar mulai banyak yang merantau sekitar
tahun 1980-an, ketika para penduduk selalu gagal dalam bertani, hasilnya selalu
merosot dan merosot bahkan hasil yang didapatkan tidak dapat mencukupi untuk
sebelum tahun 1980 penduduk Bumianyar sudah ada yang merantau tapi jumlahnya
kampung Kwanyar dan Nangger merantau dengan menjadi TKI ke Arab Saudi.
41
Ada pemikiran, apa yang bisa diharapkan dari pertanian di desa Bumianyar ini kalau
kebutuhan amakan sekelurga saja, itu sudah cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa
alas an utama penduduk Bumianyar merantau adalah karena kondisi tanah yang
Desa Bumianyar merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan
memilki luas sekitar 505,25 Ha. Hal ini dapat dilahat pada table 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Luas Wilayah per Ha Desa Bumianyar
No Dusun Luas/Ha
1. Lobuk 52
2. Kwanyar 102,10
3. Tlageh 113
4. Nangger 60
5. Prengkenek 169,15
Jumlah 505,25
Sumber: monografi desa Bumianyar 2008
c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Tambak Pocok, desa Larangan Timur
42
d. Sebelah timur berbatasan dengan desa Trapang, kecamatan Banyuates, kabupaten
Sampang
3. Pemukiman
Dalam hal pola pemukiman, Desa Bumianyar terbagi dalam 8 kampung, yang
Dalam hal ini ada rumah-rumah penduduk mengelompok dalam satu pekarangan
karena masih ada hubungan kerabat disebut tanean lanjeng. Hal ini karena
persen) sudah permanen, yaitu rumah dindingnya terbuat dari tembok, lantainya sudah
disemen/keramik dengan atap rumah dari genting. Rumah ini biasanya dimiliki oleh
orang yang keluarganya ada diperantauan atau menjadi TKI dan sebagian kecil
dimiliki oleh orang yang punya usaha di daerahnya sendiri dan berdagang antar pulau.
Namun juga ada rumah penduduk Bumianyar (kurang lebih 40 persen masih semi
permanen yaitu rumah yang terbuat dari kayu dengan atap genting.
4. Demografi
sebanyak 2.104 jiwa, yang terbagi dalam 771 kepala keluarga (KK), dengan
43
perbedaan distribusi jumlah penduduk diantara dusun. Hal ini dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
satu pun orang asingyang bertempat tinggal di desa Bumianyar. Meskipun ada
beberapa orang Arab, tetapi mereka bukanlah penduduk tetap, tapi hanya
beragam, diantaranya bertani, buruh tani, nelayan, dagang, pegawai negeri dan
Tabel 3.3
44
6 Pegawai swasta 25
Jumlah 1.104
Sumber: Monografi desa Bumianyar 2008
penghasilan yang berupa “membatik”. Upah yang diperoleh dari satu batik
Bumianyar telah diaspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Alat
colt, pick up, sepeda motor dan sepeda pancal (tapi sudah jarang). Adapun
sarana komunikasi yang tersedia adalah HP, telepon rumah dan wartel.
5. Pendidikan
Islam. Dalam penelitian ini, ditemukan hamper semua penduduk yang berusia
40 tahun keatas bisa membaca Al-Qur’an dan kebanyakan dari mereka tidak
sekolah sehingga buta huruf latin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 3.4
45
5. Buta Huruf 550
6. Belum Sekolah 209
Jumalh 2.104
Sumber: Monografi Desa Bumianyar 2008
6. Keagamaan
syari’ah Islam, yaitu norma-norma yang didasarkan pada ajaran agama Islam.
dituruti supaya hidup selamat dan berhasil. Oleh karena itu penduduk
Bumianyar menaruh hormat pada kiai selain pada bapak, ibu, guru, dan ratu.
Islam merupakan kewajiban bagi wanita supaya terhindar dari “dosa” dan
“zina.”
hari-hari Islam seperti Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan
Ramadhan dengan tarawih dan tadarus sampai pagi hari jam 03.00 wib.
55
Slawadhan adalah suatu kegiatan yang didalamnya diisi dengan membaca tahlil dan sholawat (puji-
pujian kepada Nabi Muhammad SAW) secara bersama-sama.
46
7. Sistem Kekerabatan
keturunan, baik dari keluarga berdasarkan garis ayah maupun ibu (paternal
Bumianyar dalam hal perkawinan menarik garis keturunan melalui garis laki-
laki atau bapak. (patrilinial). Hal ini dapat dilihat dari akad nikah, dimana para
wali dari pihak pengantin wanita selalu dihitung dari anggota kerabat dekat
melalui garis laki-laki yang berdasarkan pada hokum Islam, sebagai berikut:
6) anak laki-laki dari dari saudara laki-laki sebapak; 7) saudara bapak yang
baru dianggap sah bila dinikahkan oleh wali yang terdekat lebih dahulu. Bila
tidak ada yang dekat, baru dilihat urutannya secara tertib. Selanjutnya bila
yang jauhpun tidak ada, maka hakimlah yang bertindak sebagai wali sebagai
tetangge. Tretan dan tetangge ini berperan penting dalam kegiatan hajatan
56
Latief Wiyata, Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta:LkiS, 2002.),
h. 51-52.
47
yang diadakan oleh suatu keluarga, dengan member bantuan baik barupa
materi maupun tenaga. Adanya tretan dan tetangge ini dalam penyelenggaraan
B. Deskripsi Perkawinan
1. Perkawinan
cara tertentu dalam melangsungkan perkawinan bagi anak gadisnya. Hal tersebut
pihak wanita, apakah anak gadisnya sudah mempunyai calon suami atau
belum. Jika belum, keluarga pihak laki-laki meminta anak gadisnya dijidohkan
yaitu perkawinan antara saudara sepupu dalam hubungan misanan atau anak-
(mengumpulkan tulang yang tercerai berai). Bagi keluarga kaya perjodohan ini
terselip maksud bersifat ekonomi yaitu menjaga agar supaya harta kekayaan
48
yang dimiliki tidak jatuh kepada orang luar. 57 Demikian halnya dengan
perjodohan dikeluarga kiai, yaitu agar keturunan mereka sebagai kiai tidak
dari keluarga bukan kiai maka dengan sendirinya anaknya besok tidak akan
rukun/harmonis.
b. Nyabe‟ oca‟ menaruh pesan artinya keluarga pihak laki-laki meminta anak
Kegiatan yang dilakukan pada saat mar-lamar ada serah-tremah yaitu keluarga
berupa tettel, bejit, olet, leppet, dodol, roti, buah pisang, kembeng pasar,
57
Ibid, 55-56
49
Dalam acara mar-lamar, orangtua laki-laki tidak ikut karena menurut
oleh kiai atau sesepuh desa yang diminta untuk menggantikan orangtua laki-
anak gadisnya dan menyerahkan peningset dari keluarga pihak laki-laki. Serah
d. Kabinan yaitu pelaksanaan akad nikah. Sebelum kabinan biasanya keluarga pihak
perlengkapan surat nikah. Namun ada juga yang tidak melalukan ini, karena
pernikahannya tidak dilakukan di hadapan PPN tapi hanya dilakukan oleh kiai.
(kiai) yang berpengaruh, baik bagi wanita yang memilki wali maupun tidak. Wali
murhakam ini dimaksudkan supaya perkawinannya sah menurut agama dan tidak
ada keraguan lagi. Pada saat akad nikah tamu yang hadir semuanya adalah laki-
laki.
Setelah akad nikah selesai, acara selanjutnya adalah megi maskabin yaitu
Pengantin laki-laki menuju kamar pengantin wanita dengan diantar oleh kerabat
itu, mempelai laki-laki kembali pulang kerumahnya dan kembali lagi ke rumah
50
mempelai wanita beberapa jam kemudian dengan membawa ben-giben berupa
kasur, bantal, sprai, kalung, gelang, lemari lengkap dengan isinya seperti pakaian
yang belum dijahit, sarung, piring, sendok, dan peralatan rumah tangga lainnya.
e. Tan-mantan yaitu acara pelaksanaan resepsi perkawinan atau dalam islam disebut
walimatul „ursy. Acara ini merupakan kelanjutan dari acara kabinan. Pada acara
Acara ini biasanya dilakukan keesokan hari setelah resepsi dirumah mempelai
wanita. Pada saat jeng mantoh, pengantin wanita beserta keluarganya membawa
makanan seperti yang dibawa pengantin laki-laki pada saat tan-mantan, tapi yang
dibawa hanya berupa makanan yang sudah dimasak seperti roti, buah-buahan dan
lain-lain.
kerabatnya suami dan tetangga dekat demgan membawa kue seperti roti, wingko,
masyarakat luas bahwa kedua mempelai kabecce‟an (saling mencintai dan cocok)
dan meminta doa restu supaya keluarganya tentram dan langgeng. Sebaliknya
pihak yang dikunjungi memberi balasan berupa uang minimal Rp 5.000,- atau
51
Mengenai adat menetap bagi pasangan suami istri yang baru menikah, ada tiga
macam yaitu menetap pada keluarga suami (virilokal), menetap pada keluarga istri
(uxorilokal) dan menempati rumah sendiri terpisah dari orangtua (neolokal). Pada
(uxorilokal).
2. Kawin Sirri
Menurut KH. Moh Ilyas, ketua yaysan saiful Ulum, desa paseseh,
kawin sirri dilihat dari arti bahasanya yaitu perkawinan rahasia atau sunyi.
di KUA atau tidak dilakukan dihadapan PPN. Kawin sirri ini terjadi karena factor
kemauaan kedua pasangan suami istri. Artinya sejak awal perkawinan, mereka
dilakukan oleh wanita janda dengan lelaki duda/perjaka. Selain itu, kawin sirri
juga terjadi karena faktor bukan atas kehendak kedua pasangan suami istri.
mereka tidak pernah menerima surat nikah, bahkan terkadang sampai mempunyai
anak. Perkawinan sirri jenis ini biasanya ditemui pada pasangan laki-laki perjaka
52
Kedua, sirri terhadap masyarakat, yaitu perkawinan yang disembunyikan
poiligami.
Jika dilihat dari tempat pelaksanaan kawin sirri di desa Bumianyar dapat
dibagi menjadi dua: pertama, kawin sirri yang dilakukan di desa Buminyar oleh
sesama penduduk Bumianyar. Perkawinan sirri ini terjadi karena bukan kehendak
kedua pasangan suami istri dan karena kepentingan poligami. Kedua, Kawin sirri
yang dilakukan di perantau oleh pasangan yang salah satunya adalah penduduk
Bumianyar. Perkwainan sirri ini terjadi Karena kemauan kedua pasangan suami
Sejak kapan kawin sirri dilakukan di desa Bumianyar, tidak ada seorangpun
yang dapat memberikan informasi yang pasti. Namun hal tersebut akan didapat
Pertama, kawin sirri yang dilakukan di desa Bumianyar bukan atas kehendak
kedua pasangan suami istri. Artinya kedua pasangan ini sudah mendaftrakan
persyarakatan kepada aparat desa, akan tetapi mereka tidak pernah menerima surat
Perkawinan No.1 Tahun 1974 yaitu adanya keharusan untuk mendaftarkan setiap
53
perkawinan di KUA. Perkawinan sirri jenis ini sepanjang sejarah akan tetap dapat
ditemui karena terkait dengan kesalahan yang diperbuat oleh manusia (human
error), dalam hal ini aparat desa atau PPN. Perkawian sirri jenis ini ditemui di
poligami. Perkawinan sirri jenis ini diperkiran ada sejak dikeluarkannya UUP
itu juga terkait dengan pasal 4 (2), pasal 3, dan pasal 5 (1) UUP no.1 Tahun 1974
mengenai poligami58, maka proses poligami sulit dilaksanakan karena salah satu
pihak yaitu istri belum tentu menghendaki suaminya menikah lagi. Suami harus
mendapatkan ijin dari pengadilan atas persetujuan istri. Oleh karena itu, jalan
kehendak kedua pasangan suami istri. Perkawinan sirri jenis ini diperkirakan ada
sejak awal penduduk Bumianyar merantau, namun hal tersebut marak dilakukan
sekitar tahun 1990-an. Para perantau atau TKI yang pada waktu berangkat sendiri,
58
Pasal 4 (2) dari UUP No.1 Tahun 1974menjelaskan “pengadilan hanya memberikan izin kepada
seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:
a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri
b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. Istri tidak dapat melahirkan ketunan
Sedangkan pasal 3 menyatakan:
(1) “pada azasnya dalam suatu perkawnan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri.
Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.”
(2) “Pengadilan dapat member izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila
dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.”
Selanjutnya dalam pasal 5 (1) menyebutkan “untuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan,
harus dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri
b. Adanya kepastian bahwa suami dapat menjamin keperluan=keperluan hidup istri-istri dan
anak-anak mereka
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dana anak-anak mereka
54
setelah beberapa tahun diperantauan pulang dengan membawa pasangan. Sedikit
sekali para perantau terurama laki-laki perjaka yang pulang tanpa membawa
pasangan hidup.
dikelompokkan kedalam dua: pertama, proses kawin sirri yang dilakukan di desa
perkawinan sirri ini pada umumnya sama dengan proses pelaksanaan perkawinan
oca‟, mar-lamar, kabinan, tan-mantan, jeng mantoh, dan en-maen, hanya saja
dalam perkawinan ini tidak terdaftarkan di KUA (tidak memiliki surat nikah),
tetap dikelompokkan pada kawin sirri mengacu pada konsep kawin sirri yang
wanitanya ke keluarganya. Ini biasanya dilakukan oleh kiai atau orang kaya untuk
sedikit.
59
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 239
55
Kedua, kawin sirri yang dilakukan oleh penduduk Bumianyar di perantauan.
Apabila ada seorang laki-laki menyukai seorang wanita janda maka dengan segera
mendekatinya. Jika wanitanya setuju, maka si laki-laki minta bantuan kiai untuk
menentukan hari, tanggal untuk melaksanakan akad nikah. Kawain sirri jenis ini
56
BAB IV
Sahrul :
“ pertama sengko‟akabin ariya polana terpaksa sebab oreng towa ngancam ta‟
ngakoenna sengko‟ ana‟eh. Teppa‟ ajiya sengko‟ gi‟ neng-sennengngah ajalan
ban ca-kanca, ben pole sengko‟ gi‟ terro merantaoa. Aherra sengko‟ noro‟ oca‟e
oreng towa ban Alhamdulillah bine sengko‟ orengnga becce‟ …penter ngaji ben
cakang bejenga. Teppa‟e kabinan sengko‟ ta‟ ngoros pa-apa, oreng se ngatur
kabbi oreng towa. Ya sengko‟ noro‟ bae. Sampe‟ satiya sengko‟ ta‟ andhi‟ sorat
kabin ban mattowa ta‟ perna atanya …”
(pada awalnya perkawinan ini saya lakukan karena terpaksa karena orang tua
mengancam tidak mengakui saya sebagai anaknya, waktu itu saya masih senang-
senangnya jalan bareng teman, selain itu saya masih punya keinginan untuk
merantau. Akhirnya, saya mengikuti kemauan orang tua dan alhamdulilla istri
saya baik sekali … pintar mengaji dan tekun beribadah. Waktu mau menikah saya
tidak mengurus apa-apa, wong semua yang ngatur orang tua, ya … saya nurut
saja. Sampai sekarang kami tidak mempunyai surat nikah dan mereka tidak
membahas masalah itu …)
Ulfa :
57
sengko‟ ta‟ tao ne, arapah me, benne pangolo. Tentang sorat kabin … sampe‟
sateya sengko‟ gi‟ ta‟ parlo, tape gu‟-deggu‟ mon parlo ban andhi‟ pesse, ya
… sengko‟ agabayya.
(umur 13 tahun saya dinikahkan dengan suami yang masih saudara, saat itu
dia masih berumur 17 tahun. Kami dijodohkan sejak saya berumur 5 tahun,
sebenarnya saat itu saya masih ingin tetap di pondok, tapi orang tua tetap
memaksa dan mengancam menjadi anak durhaka yang akan mempermalukan
keluarga jika saya menolak perkawinan tersebut. Akhirnya saya pasrah saja
dan yang mengatur perkawina semuanya orang tua. Saat itu yang
mengawinkan adalah guru ngaji saya. Ya … saya tidak nanya mengapa bukan
bapak penghulu. Tentang surat nikah … sampai saat ini saya belum
membutuhkannya, tapi kalau besok kemudian hari membutuhkannya dan
mempunyai uang, ya … bikin)
Hal diatas menunjukkan bahwa kawin sirri yang dilakukan didesa Bumianyar
adalah kehendak orang tua. Orang tua memaksa anaknya untuk segera menikah
karena ada tuntutan bahwa anak perempuan harus segera menikah, tidak lama setelah
mengalami haid yang pertama atau pada umur antara 12-15 tahun. Apabila telah
melebihi umur tersebut dan ternyata belum menikah, semua orang akan
mencemoohnya sebagai perempuan tidak laku (ta, paju lake). Pada saat itu orang tua
dan anak perempuan yang bersangkutan merasa malu dan aib pada semua orang
dilingkungan sosialnya. Oleh karena itu para orang tua mempunyai kebiasaan
menjodohkan anak perempuannya dengan dengan anak dari anggota keluarga yang
lain, sebab sebagai suatu anggota keluarga besar merekapun akan merasakan perasaan
yang sama (aib dan malu) jika ada diantara anggota kerabatnya dicemooh sebagai
diperbolehkan UU no.1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1). Keadaan tersebut memaksa para
orang tua menikahkan anak perempuannya, tanpa mendaftar ke KUA, sehingga terjadi
58
perkawinan sirri. Namun ada sebagian pula orang tua yang memanipulasi umur anak
Selain itu, kekhawatiran orang tua akan tidak langgengnya perkawinan anak
karena perkawinan dilakukan secara paksa (kawin paksa) menyebabkan pula para
Adanya kawin paksa dan perjodohan antar saudara tersebut menjadi salah satu
anggapan bahwa perempuan Madura tidak cukup kawin dengan satu laki-laki atau
kawin lebih dari sekali. Namun saat ini, kawin paksa dan perjodohan antar saudara
mulai jarang terjadi di Desa bumianyar. Hal ini dikarenakan kawin paksa dan
Selain itu, kawi sirri terjadi karena adanya keyakinan masyarakat, khususnya
merupakan pengaruh dari mazhab yang dianut oleh penduduk setempat yaitu mazhab
Syafi’i. Syafi’i menganggap sah perkawinan yang dirahasiakan dalam hal ini para
saksi dipesan untuk merahasiakan perkawinan yang mereka saksikan dan menilai
59
Kawin sirri sebenarnya berhubungan dengan fungsi saksi yaitu pengumuman
(i‟lan wa syuhr) kepada masyarakat tentang adanya perkawinan. 60. Oleh karena itu,
meskipun tidak mempunyai surat nikah, tapi ada saksi maka perkawinan tersebut
suatu perkawinan. 61
Faktor lain, kawin sirri terjadi karena ketidaktahuan penduduk akan fungsi
bukanlah suatu hal yang penting sehingga menyebabkan penduduk terjerumus pada
mayoritas berada pada tingkat SD/Madrasah ibtidaiyah. Keadaan ekonomi para orang
tua tidak memungkinkan anak-anaknya untuk sekolah kejenjang yang lebih tinggi
karena tenaga anak dibutuhkan untuk membantu orang tua di sawah, terlebih lagi bagi
anak perempuan, sehingga ada pepatah “na‟-kana‟ bine‟ ta osa sekolah gi tenggi,
maggu dha‟ diya kennenganna e dapor kiya” (anak perempuan tidak perlu sekolah
Selain itu, kawin sirri terjadi juga karena faktor ekonomi. Penduduk
Bumianyar yang rata-rata hidup dari bertani, tapi pertaniannya tidak pernah berhasil,
surat nikah belum tentu ia dapatkan, karena mereka menemukan orang yang sudah
60
Khoirudin Nasution, Status Wanita Di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-Undangan
Perkawinan Muslim Konyemporer Di Indonesia dan Malaysia. (Jakarta: INIS, 2002), h. 163.
61
Ibid, h. 185-160
60
mendaftarkan perkawinan tapi sampai memiliki banyak anak surat nikah tidak
didapatkan juga.
Hadi :
“ Sengko‟ ngabin bine se nomor duwe‟, oreng dhisa Katol, Kabupaten Bangkalan,
taon 1977 e romana. Se makabin teppa‟e jiya bindereh. Bine ban keloargana ella tao
mon sengko‟ andhi‟ bine ban anak. Sehengga tak maksa agabay sorat kabin.
Keloargana bine coma menta sengko‟ adhil dalem abagi bakto ban balenje”.
(Saya menikah dengan istri kedua, orang desa Katol, Kabupaten Bangkalan tahun
1977 dirumahnya. Yang mengakadkan saat itu adalah seorang guru ngaji. Istri dan
keluarganya sudah tau kalau saya sudah punya istri dan anak, sehingga mereka tidak
menuntut saya untuk membuat surat nikah. Keluarga istri Cuma minta saya untuk
adil dalam membagi hari antara istri pertama dan istri kedua serta adil dalam hal
belanja).
Ina :
“ Sengko‟ kenal ben lakeh e kapal, teppaeh jiyah sengko‟ panompangnga. Molae jiya
lake sering maen ka roma. Sampe‟ settong bakto, ngoca‟ ngabinna sengko‟. Bi‟
sengko‟ e tarema. Teppa‟e jiya embu‟ majer pesse Rp 35.000,- dha‟ kapala disa,
koca‟e egabay sorat kabin. Tape sampe‟ sateya sengko‟ ta‟ narema. Gabaya apa ne‟,
toh … sengko‟ ella towa ban ta‟ parlo kiya”.
(Saya kenal suami dikapal, ketika saya menjadi salah satu penumpangnya, sejak saat
itu ia sering main kerumah .Sampai suatu ketika ia mengutarakan untuk memperistri
saya. Saya terima niat baiknya, pada waktu itu ibu, membayar uang sebesar Rp
35.000,- kepada dia, katanya untuk mengurus surat-surat perkawinan kami, tapi
sampai saat ini saya tidak pernah menerimanya. Buat apa nak, toh … aku sudah tua
dan tidak membutuhkannya lagi).
Poligami jika dikaitkan dengan UU No.1 Tahun 1974, tentang proses perkawinan
administrative harus didaftarkan ke KUA, Pasal 1, Pasal 4 Ayat (2) dan pasal 5 Ayat
(1), maka proses poligami sulit dilaksanakan karena istri pertama belum tentu
61
mengkehendaki suaminya menikah lagi oleh karena itu jalan keluarnya adalah kawin
sirri.
Latif :
“ Sengko‟ akabin lakar karena e juduagi tape sengko‟ endhe‟ polana sengko‟
senneng. Sengko‟ ella ngoros rat-sorat dari disa, Banyosokkah, Sampang, ban e bagi
dha‟ kepala disa. Teppa‟e malem akad, kepala disa ban pangolona dating, tape se
makabin guru ngajina bine. Malam jiya sengko‟ lakar ta‟ epentaeh tantangan atau
cap jempol. Ye … sengko‟ ta‟ atanya embak. Saellana labit ban sorat kabin ta‟ e bagi,
aherra mattowa atanya dha‟ kepala disa. Kepala disa nyoro atanya dha‟ pangolona,
sebaligga pangolona nyoro minta dha‟ kepala disa. Ruwet kan … !!”
(Perkawinan yang saya lakukan adalah memang karena perjodohan tapi saya
melakukannya dengan senang hati karena saya menyukainya. Saya telah mengurus
surat-surat perkawinan dari desa saya Banyusokkah, Kabupaten Sampang yang
kemudian diserahkan ke kepala desa, pada malam akad, Bapak kepala Desa juga
datang bersama Bapak penghulu, tapi yangmengakad nikahkan kami adalah guru
ngaji istri saya. Pada malam itu saya memang tidak dimintai tandatangan atau cap
jempol, ya … saya tidak nanya mbak waktu itu. Setelah lama surat nikah belum saya
terima, akhirnya mertua menanyakan kepada ke kepala desa. Kepala desa menyuruh
memintanya di bapak penghulu, sebaliknya bapak penghulu menyuruh memintanya di
bapak kepala desa, bingung kan … !!)
Rahma :
“ Sengko‟ Rahmawati, anak kadibi‟en. Omor 18 taon e pakabin ban ana‟eh kancana
emma‟ , e dinna‟. Sateya andhi‟ anak settong omor 4 taon. Sebelumma kabinna
sengko‟ e pentaeh foto ben KTP bi‟ emma‟, koca‟eh e taragiya dha‟ kepala disa,
agabay sorat kabin. Teppa‟e kabinan sengakad agi guru ngajina sengko‟, tape
pangolona ban kepala disa bedhe. Teppa‟e jiya sengko‟ ta‟ epentaeh tandatangan bi‟
pangolona. Ye … sengko‟ ta‟ atanya, sengko‟ ta‟ taoh, sengko‟ bedhe e kamar.
Sampe‟ sateya sengko‟ ta‟ andhi‟ sorat kabin. Pernah bi‟ emma‟ e Tanya agi dhe‟
kepala disa, koca‟eh bedhe e pangolona, Koca‟eh pangolona bedeh e kapala disa.
Daddi sengko‟ bingongf mentaah kasapa, apan pole pangolona ella mate …”
(Saya Rahmawati, anak tunggal. Umur 18 tahun saya dikawinkan dengan anak dari
temannya emma‟ (Bapak) di sini (di Bumianyar). Sekarang sudah mempunyai anak 1
berumur 4 tahun. Menjelang perkawinan dilaksanakan saya telah diminta untuk
menyerahkan foto dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) oleh emma’, katanya untuk
diserahkan ke kepala desa untuk pembuatan surat nikah. Pada perkawinan saya yang
mengakadkan memang bindereh (guru ngaji) saya, tapi saat itu memang dilaksanakan
62
didepan bapak penghulu dan kepala desa. Ketika itu, saya tidak diminta untuk
tandatangan oleh bapak penghulu. Ya saya tidak nanya mbak, karena tidak tahu, saya
berada dalam kamar. Sampai saat ini, saya tidak mendapatkan surat nikah. Emma‟
pernah menanyakannya pada kepala desa, tapi kepala desa menyuruh menanyakannya
ke bapak penghulu, sebaliknya bapak penghulu menyuruh minta ke kepala desa,
sampai akhirnya bapak penghulunya meninggal sekarang. Jadi, saya bingung harus
minta kepada siapa surat nikah tersebut).
Hal di atas menunjukkan bahwa kawin sirri terjadi karena keteledoran aparat desa
atau pegawai pencatat nikah. Faktor tersebut sepanjang sejauh akan tetap dapat di
temui karena hal ini terkait dengan kesalahan manusia (human error) dimana
tapi sampai memiliki beberapa anak mereka tidak pernah mendapat surat nikah.
Hendra :
“ Sengko‟ akabin e Arab Saudi. Sengko‟ ben bine padha senneng. Katembeng agabay
dusa terros, mendingan akabin bai. Toh … belena bine se bedhe e dissa satuju.
Aherrah e pakabin bi‟ bindhereh, se daddi sakse settung bellena bine, settungah pole
kanca. Daftar dhe‟ kedutaan … ta‟ mungkin le‟ karena sengko‟ ta‟ andhi‟ paspor
lengkap coma theng-katheng. Ya aherra, saellana badha e dinna‟ … sengko‟
agabay”.
(Perkawinan dengan istri saya dilakukan di Arab Saudi. Kami sama-sama menyukai,
daripada berdosa lebih baik kawin saja, toh saudara istri yang saat itu berada di
Mekkah merestui. Akhirnya akad nikah dilakukan oleh bindereh dengan saksi saudara
istri 1, teman 1 orang. Daftar kekedutaan tak mungkin dikarenakan saya tidak
mempunyai paspor lengkap Cuma paspor palsu (tidak punya surat-surat
lengkap/berangkat secara illegal). Ya akhirnya, disini (Madura) … saya bikin surat
nikah)
63
Vita :
“Taon 1998, sengko‟ ban oreng malang e Mekka. Teppa‟e jiya se makabin kyai
kampongan. Saksena sala sittungnga bele dibi‟ ben ngonjeng ca-kanca. Ta‟ mungkin
le‟ oreng se akabin e Mekka olle sorat kabin, polana harusa andhi‟ rat-sorat lengkap.
Rat-soradda sengko‟ ban lake ella mate. Taon 2000, sengko‟ ben lakeh molle de‟
Madure. E Madure keluarga menta sengko‟ agabay sorat kabin. Sengko‟ abelle dhe‟
lake ban setuju. Aherra abereng ben nganyareh kabin, sengko‟ agabay. Teppa‟e jiya
semakabin guru ngaji e ada‟na pangolona. Marena akad sengko‟ e pentae tanda
tangan”.
( Saya menikah dengan orang Malang tahun 1998 di Makkah dan sekarang telah
dikaruniai seorang anak perempuan berumur 4 tahun. Saat itu, yang mengakadkan
adalah kyai kampongan (orang yang banyak memiliki ilmu agama) dan yang menjadi
saksi salah satunya adalah saudara laki-laki saya dan mengundang teman-teman
sesame perantau.Tidak mungkin le’ (sebutan untuk orang yang lebih muda) orang
yang melangsungkan perkawinan di Makkah itu mendapatkan surat nikah karena
harus mendaftar kekedutaan Indonesia di Arab Saudi, dan untuk kesana harus
mempunyai surat-surat menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang lengkap,
sementara surat-surat saya dan suami sudah mati. Tahun 2000, saya dan suami pulang
ke Madura. Di Madura semua keluarga meminta saya untuk membuat surat nikah.
Saya menceritakan kepada suami akan permintaan keluarga tersebut dan suami
menyetujuinya. Akhirnya bersamaan dengan pelaksanaan memperbaharui nikah, saya
membuat surat nikah. Saat itu, yang mengakad saya adalah guru ngaji dan dilakukan
dihadapan penghulu. Setelah akad nikah saya diminta untuk menandatangani surat
nikah).
(tidak memenuhi persyaratan menjadi TKI), sehingga keadaan ini memaksa mereka
untuk melakukan kawin sirri. Mungkin hal tersebut merupakan salah satu ciri hidup
diperantauan yang semuanya serba berada dalam keterbatasan. Namun, ketika mereka
demikian tidak terjadi pada wanita janda, sebagaimana diceritakan oleh Anas dan
Titin.
64
Anas:
“sengko‟ akabin pole ban oreng pasuruan, taon 1997 e Banjarmasin. Teppa‟eh jiya
se makabin bindereh kampongan, saksenah sala settungnga bapak, ban ngonjeng
tetangge padha parantauan. Sateya sengko‟ andhi‟ anak settung, lake‟. Sampe‟
sateya sengko‟ ta‟ pernah ngajae‟ lake agabay sorat kabin. Menurut sengko‟ sorat
kabin jiya ta‟ penting, se penting dha‟ remma lake tanggung jawab dha‟ kaluarga,
apanpole sengko‟ ella janda se andhik anak settung. Tonggel ariya bae sengko‟ ce‟
asokkorra, apanpole sengko‟ ta‟ alako, coma abathe‟, ollena coma cokop melle
jajana nak-kana‟.
(Saya menikah kedua dengan orang pasuruan tahun 1997 di Banjarmasin. Saat itu
yang mengakadnikahkan adalah bidereh/kiai setempat, bapak menjadi salah satu
saksi. Sekarang dikaruniai anak satu, laki-laki. Samapi saat ini saya tidak pernah
mengajak suami untuk membuat surat nikah. Karena menurut saya surat nikah itu
tidak penting, yang penting adalah bagaimana suami ertanggungjawab terhadap
keluarga, saya dan anak-anak, apalagi saya adalah seorang janda yang mempunyai
anak satu. Dengan keadaan sepeti sekarang ini saya sudah sangat bersyukur, apalagi
saya tidak bekerja, Cuma membatik, yang hasilnya hanya cukup untuk membeli
jajannya anak).
Hal ini menunjukkan bahwa pada wanita janda, tidak pernah menuntut
membuat surat nikah, karena mereka menganggap sudak tidak mempunyai kesucian
dan kehormatan lagi sebagaimana dimiliki oleh perawan. Yang penting suami
65
Selain itu, faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab praktek kawin sirri
sama dengan gaji satu bulan, sehingga mereka mempunyai pemikiran lebih baik
dikirimkan ke Madura untuk bangun rumah atau untuk kebutuhan anak-anak yang
Selain itu, faktor ketidaktahuan penduduk akan fungsi surat nikah telah
menyebabkan praktek kawin sirri terjadi dari generasi ke generasi berikutnya, apalagi
jika dikaitkan dengan kehidupan meraka di perantauan yang hidup dalam keterbatasan
seorang laki-laki yang menginginkan kawin lagi diperantauan akan melakukan kawin
siriri, namun kebanyakan dari laki-laki, sebelumnya tidak pernah mengaku kalau
sudah mempunyai istri. Hal tersebut baru terungkap setelah keduanya sama-sama
kembali ke Madura. Poligami yang dilakukan sepengetahuan istri tua tidak mungkin
diijinkan. Oleh karena itu, poligami yang dilakukan diperantauan, setelah kembali ke
Madura akan mengalami masalah, apakah perkawinan tersebut berlanjut atau tidak,
tergantung dari istri muda dan keluarga seperti yang terjadi pada Nina.
Nina:
”sengko‟ akabin ben oreng Arosbaya e Malaysia tahon 1999, se daddi wali teppa‟eh
jiya hakim, polN sengko‟ ta‟ andhi‟ keluarga se merantao. Teppa‟e jiya sengko
sengaja ta‟ daftar kedutaan polana lake mangkatta lebat budhi, ban pole majarra ce‟
larangnga. Taon 2001, karna sake‟ sengko‟ mole dha‟ madure tape lake tetap e
Malaysia. Tape ta‟ labit tang lake mole kiya, tape ta‟ laju dha‟ roma, tape dha‟
66
romana arosbaya. Teppa‟e bahda e Madure lake entar dha‟ roma coma tello kale.
Tersinggung ban carana, keluarga nyoro tetangge entar dha‟ romana lake ban abale
ja‟ ekaparlo keluargana sengko‟. Saellanan badha e roma, lake bi; keluarga e
tanya‟agi tentang status kabina sengko ban lake. Lake ajawab je‟ sengko‟ tetep
binena. Kaluarga menta e patemmo ban oreng towana lake e Arosbaya, tape lake ta‟
endha‟. Aherra lake ngako je‟ andhi‟ bine ban anak. Teppa‟eh jiya binena sake‟ sara,
padahal e Malaysia ngako duda andhik anak serttung. Kaluarga menta lake andhik
bakto rutin dha‟ sengko‟ ternyata lake ta‟ bisa ngabulaki pamentaan kelaurga.
Aherra kaluarga ta‟ bisa narema ban menta sengko‟ ban lake ngahere hubungan
(apesa) ce‟-becce‟..
(saya menikah dengan orang Arosbaya di Malaysia tahun 1999. Yang menjadi wali
saat itu adalah hakim karena saya tidak emmpunyai keluarga yang merantau disana.
Pada saat itu, kami sengaja memang tidak mendaftarkan perkawinan di Kedutaan
Indonesia di Malaysia karena suami berangkatnya secara illegal selain itu juga
bayarnya mahal. Tahun 2001 karena sakit saya harus pulang ke Madura tapi suami
tetap di Madura. Namun tidak lama kemudian dia menyusul pulang tetapi tidak
langsung ke rumahku tapi kerumahnya di Arosbaya. Selama kami di Madura terlebih
saat itu saya sakit, dia hanya mengunjungi saya tiga kali. Tersinggung dengan caranya
dalam memperlakukan saya, keluarga menyuruh tetangga untuk mencari rumahnya
dan disuruh menghadap ke keluarga besar saya. Sesampainya dirumah, saya dan dia
didudukkan dihadapan keluarga dan ditanya tentamg status hubungan kami. Dia
menjawab bahwa saya adalah tetap istrinya. Saat itu, keluarga meminta saya
dikenalkan dengan keluarganya di Arosbaya tetapi dia menolak karena ternyata dia
masih mempunyai istri dan saat itu iatrinya sakit keras, padahal ketika di Malaysia
mengaku sebagai duda dengan satu anak, dan keluarga juga minta dia mempunyai
waktu khusus untuk saya bukan dating semaunya. Ternyata dia tidak bisa memenuhi
semua permintaan keluarga, dan akhirnya keluarga saya meminta kita untuk
mengakhiri hubungan (bercerai). Sejak saat itu, kami tidak pernah bertemu kembali.
Sebenarnya saya masih sangat mencintai dia, tapi mau giman lagi kalau dia tidak
mengahargai saya dan keluarga).
Bahar:
“sengko‟ akabin ban oreng banyuates tahon 1999 e Pontianak. Se daddi wali hakim
(kiai kampongan), sebab bine ta‟ andhi‟ keluarga e dissa. Sabendera, molae badha e
Madura sengko‟ ella ngabina bine, karna sengko‟ ce‟ cintana. Tape keluarga ta‟
setuju, polana janda, sementara sengko‟ gi‟ perjaka, aherra sengko‟ janjian atemmo
e Pontianak, maggu ta‟ mangkat abereng. Kabater alako dusa (zina), aherra sengko‟
akabin bai. Sampe sateya bine ban keluargana ta‟ perna da-kanda agabaya sorat
kabin…
(Saya mengawini istri, orang Banyuates, tahun 1999 di Pontianak, yang menjadi wali
pada saat itu adalah hakim/ bindereh, karena istri tidak mempunyai keluarga disana.
Sebenarnya keinginan saya untuk mengawini istri sejak di Madura, karena kami
saling mencintai. Tapi keluarga saya tidak merestui karena istri seorang janda,
sementara saya masih perjaka. Akhirnya kami janjian ketemu di Pontianak meskipun
tidak berangkat bersama. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kami
67
memutuskan untuk menikah saja. Sampai saat ini istri dan keluarganya tidak pernah
menyinggung untuk membuat surat nikah...)
Hal diatas menunjukkan bahwa kawin sirri dilakukan karena tidak mendapat
restu dari orangtua, sehingga mereka melakukan perkawinan jauh dari orangtua yaitu
diperantauan.
Selain itu kawin sirri juga dilakukan untuk menghindari dosa. Meraka yang sama-
sama mencintai sering jalan berdua, dan mereka khawatir tidak dapat mengontrol diri
mereka sehingga jalan yang diambil adalah kawin sirri. Kawin sirri adalah sah dan
jalan terbaik untuk menghindari dosa yang lebih besar berupa zina. Keyakinanan
tersebut berhubungan dengan ajaran agama yang diajarkan oleh para kiai/bindereh
meskipun tidak secara langsung, misalnya dengan dilakukan poligami oleh para kiai
Indra:
“sengko‟ andhi‟ anak lake‟ duwa‟, bine‟ omor 12 taon, ban anak lake‟omor 8
taon, ben lakeh nomer duwe‟, agus, oreng Pontianak. Sengko‟ apesa, teppa‟e anak
omor 5 ben 1 taon, se lake neng-enneng ban sengko, se bine‟ noro‟ lake. Lake abali
dha‟ Pontianak. Molae jiya sengko‟ ban lake ta‟ perna a hubungan pole. Untuk gabay
biayana anak sengko‟ nyare lako da‟ Malaysia. Anak e patorok da‟ emabana.
Hubunganna sengko‟ ban anak becce‟. Coma mon sengko‟ baru dating dari
Malaysiabiasana lo-malo, ade‟ mak-semma‟ da‟ sengko‟. Tape saellana olle sabulen
68
lebbi biasana molai akrab ban ta-careta tentang sakolanan, kancana, ngajina ban en-
laen, ban sering abanto sengko, biasana datengga sakola.
Marena apesa ben sengko‟ lake ban anak jarang ahubungan, coma tello kale, coma
lebat telepon.sampe sateya lake coma akereman dukale da‟ ana‟e, aropa pesse ban
en-maenan..padana hubunganan ban lake, hubungana ban keluargana lake ta‟
pernah, pada bai ben hubunganna anak ben keluargana lake…
(saya mempunyai seorang anak laki-laki, sekarang berumur 12 dan 8 tahun, dengan
suami Agus orang Pontianak. Perceraian terjadi ketika anak saya berumur 5 dan 1
tahun, anak pertama laki-laki tinggal bersama saya, dan anak kedua perempuan
tinggal bersama suami. sementara suami kembali ke Pontianak. Sejak perceraian itu
aku dan suami tidak pernah ada komunikasi lagi. Untuk memenuhi kebutuhan anak,
saya merantau ke Malaysia, sementara anak saya tititpkan ke neneknya. Hubungan
saya dan anak cukup akrab. Hanya saja ketika saya baru dating dari Malaysia, dia
malu-malu, tidak mau dekat saya, namun setelah satu bulan dia mulai akrab dan
cerita-cerita tentang sekolah, teman, tempat ngajinya dan lain-lain. Setelah pulang
sekolah terkadang ia membantu saya di dapur. Sejak terjadi perceraian, suami dan
anakkau jarang sekali komunikasi, cuma 3 kali telepon. Selama itu pula suami
mengirimi uang anaknya 2 kali, uang dan mainan…)
kawin sirri yang sudah bercerai adalah terputus, artinya tidak ada komunikasi, baik
melalui telepon apalagi bertemu. Yang demikian terjadi pula pada mantan pasangan
akwin sirri yang bercerai dan tempat tinggalnyaberjauhan, salah satu pasangan
perantauan.
1. Hubungan suami-isti
Hubungan suami istri pasda pasangan kawin sirri yang sudah bercerai
memiliki anak yang tinggal bersama masing-masing pasangan, seperti yang terjadi
69
Selain itu anggapan “tidak sopan” bagi pasangan yang telah bercerai untuk
galunyu‟ pole” (ludah yang dibuang dujilat lagi), artinya keputusan yang telah
diuambil, dalam hal ini perceraian, dibatalakan/rujuk kembali dengan mantan istri.
Pada saat itu, semua keluarga dan yang bersangkutan merasakan aib dan malu
pada semua orang. Hal ini pulalah yang menyebabkan rujuk pada masyarakat
2. Hubungan orangtua-anak
terputus atau sangat jauh seperti yang dialami agus dan anak lakinya yang tinggal
faktoe ekonomi orangtua yang pas-pasan, sehingga membuat para orang tua lebih
berpikir untuk mencari kerja, kesibukan ini membuat para orangtuasemakin jauh
Bumianyar tentang seorang anak, terlebih bagi anak laki-laki, akan tetap mencari
orangtuanya meskipun lama terpisah, membuat para orangtua tidak pernah kuatir
akan kehilangan anaknya meskipun tidak pernah bertemu dan anaknya tidak
kawin sirri yang bercerai adalah baik, meskipun anak ditinggal merantau dan anak
70
dititipkan ke neneknya, seperti yang dialami oleh Indra dengan anak laki-lakinya,
karena mereka tetap menjalin komunikasi baik melalui telepon maupun bertemu
secara langsung ketika orangtua kembali ke Madura. Disaat bertemu dan tinggal
Hubungan antarsaudara pada keluarga kawin sirri yang bercerai juga terputus,
perceraian, saat itu anak pertama perempuan, berumur 5 tahun dan adiknya laki-
laki, umur 1 tahun, sampai saat ini mereka berumur 12 tahun dan 8 tahun, belum
4. Hubungan antara keluarga inti kawin sirri dengan rumah tangga lainnya
Sebagaiman hubngan dalam keluarga inti, hungan antara keluarga inti dengan
rumah tangga lainnya, khususnya mertua juga terputus. Hal tersebut nampak dari
tidak adanya komunikasi baik melalui telepon maupun bertemu secara langsung.
Salah satu penyebabnya adalah jarak tempat tinggal yang jauh, ekonomi juga
pengasuhan, dan mendapatkan pendidikan. Artinya ayah ibu tidak lagi menjadi
71
temapt bagi anak untk mendapatkan bantuan, kemanan, pengasuhan dan
komunikasi diantara mereka. Hal ini membawa dampak pada kaburnya garis
keturunan/ nasab suatu keluarga. Artinya ayah/istri tidak tahu terhadap nak-
perkawinan karena mereka tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya,
Oleh karena itu kawin sirri bukan hal sepele yang hanya berkaitan dengan
“sah” atau “tidak sahnya” suatu perkawinan, tetapi lebih dari itu ia memiliki
dan hubungan antarsaudara (siblings) pada keluarga kawin sirri dan tempat
cukup baik, karena antara mereka masih ada komunikasi baik melalui telepon
62
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara.2002), h. 239
72
2. Pengaruh Kawin Sirri Terhadap Hubungan dalam Keluarga pada Pasangan
Bagaimana hubungan keluarga pada pasangan kawin sirri yang tidak bercerai
Latief :
“ Bine jiya orengnga sangat ngerte da‟ kebutoenna sengko‟. Mon gi‟ laggu amassa‟,
nyeapagi gun-laggun,sebelum sengko alako. Teppa‟e bine sibuk e dapor‟ sengko‟
mandi‟I ana, deng-kadeng nolongi keya e dapor. Pesse olena alakoh bi‟ sengko‟ e
bagi kabbi da‟ bine. Bine biasana atotoran mon pessena e kabalanje‟e.
Keluarga sengko‟ andi‟ kebiasaan a kompol, marena sholat magrib sambi neggu TV.
Sebelum tedung bisana sengko‟ da-kanda masalah anak, lako ban masalah
keluaraga. Deng-kadeng sengko‟ ban bine a bug-rembu‟ ban mattowa misalla
tentang kabinanna sengko‟. Karna jiya, mattowa rencana agabay sorat kabin pole.
Taoh bileh……polana sorat kabin jiya e kabutoh mon bine noro‟a sengko‟ ngerem
bareng da‟ Pontianak. Lakar …sampe‟ sateya ta‟ pernah noro‟.
Sengko‟ ban anak akarab. Maggu mon siang jarang atemmo karma alako,tape mon
malem akompol, deng-kadeng marengngi maen. Sereng sengko‟ ngaja‟ anak ngerem
kaju mon ta‟ pate jau,bakto alako. Padha hubunganna ban anak , habunaganna
sengko‟ ban matowa ce‟ becce‟na. Sengko‟ dhang-kadhang agente mattowa ngater
dagengan dha‟ Pontianak. Salaen jiya setiap are are sengko‟ abanto ngare‟gabay
pakanna sape. Ya…sengko‟ lakar e banto mattowa gabay kabutoanna
keluarga,misalla dalem balanja tiap arenah.Sengko‟ ta‟ pernah makaloar
pesse,karma sengko‟ gi‟apolong ban mattowa,mattowa alarang sengko‟ ban bine
alaen (amassa‟ dhibi‟) ,karna bine anak kadhibi‟an. Pesse ollena alakoh esempen
ban gabay kabutoanna bine,anak ban sengko‟.
(Istriku adalah ibu rumah tanga yang baik. Dia sangat mengerti akan kebutuhan saya.
Pada waktu pagi dia sudah memasak dan menyiapkan sarapan sebelum saya
berangkat kerja. Ketika dia sibuk di dapur saya memandikan anak dan terkadang
membantu dia didapur. Uang hasil kerja saya berikan semua pada istri dan dia selalu
bermusyawarah apabila membelanjakannya. Kami mempunyai kebiasaan berkumpul
dengan keluarga setelah sholat magrib sambil nonton TV. Sebelum tidur biasanya
kami pergunakan untuk membicarakan anak,pekerjaan dan masalah keluarga.
Terkadang kami juga melibatkan keluarga lain dan mertua dalam memecahkan
masalah,contohnya ststus perkawinan kami. Oleh karena mertua merencanakan akan
mendatarkan kembali,entah kapan...karena surat itu di butuhkan apabila istri ikut
mengantarkan barang dagangan ke Pontianak. Memang...sampai sekarang dia belum
73
pernah ikut. Hubungan saya dengan anak sangat baik. Meskipun pada siang hari
jarang bertemu karena bekerja,tapi malam hari kami berkumpul dan menemani
mereka bermain. Tak jarang saya mengajaknya ketempat kerja sebagai supir truk
kayu. Sama hubungannya dengan anak,hubungan saya dengan mertua sangat baik.
Saya terkadang menggantikan mertua mengantarkan barang dagangan ke Pontianak.
Selain itu, setiap hari saya mencari rumput pakan sapi,karena beliau petani sekaligus
berdagang sapi. Ya..memang saya masih dibantu mertua dalam hal kebutuhan rumah
tangga(masak didapur sendiri) karena istriku anak tunggal. Oleh karena itu,uang hasil
kerja ditabung.
Rahma :
”Hubungan sengkok kalaban lakeh sangat bagus,lakeh bertanggung jawab. Lakeh
jiya somber ekonomi keluarga. Maggu sampe‟ sateya sengko‟ gi‟ apolong saroma
ban oreng towa sarta ta‟ amassa‟ dhibi‟, karna oreng towa alarang polana anak
kadhibi‟an. Keluarga andhi‟ kebiasaan akompol marena magrib, sambi neggu TV.
Sebelum tedung biasana de-kande masalah anak ban lakoh. Dang- kadang sengko‟
ban lakeh a beg-rembeg maso oreng towa,misalla cara lakeh se ce‟ kerrassa adidik
anak.Hubungan sengko‟ ban anak sangat baik,setiap arena apolong ban sengko‟ e
roma karna sengko Cuma ebu roma tangga biasa.Kegiatan sengko‟ e roma
amassa‟,nyassa,ajage anak ban ajage toko se ajualan jajan na‟kana‟ban kabutuan
rumah tangga. Ya..ketimbang nganggur buk,ban pole mon jefri terro jajan sengko‟
ta‟osa melleh dha‟ toko laen. Hubungan sengko‟kalaban mattowa becce‟ kiya.
Mattowa ce‟ neserra ka sengko‟ban kompoyya. Karna jiya tiap taon sengko‟ ekeremi
pesse,biasana telasan.Taon bari‟ ekeremi duwe‟ juta.Bi‟ sengko‟ ekabelli gelleng.
Mattowa badha e Pontianak maggu sabenderra oreng madura.Sengko‟ta‟ pernah
dha‟ dissah,paleng-paleng mattowa se entar dha‟ kanna‟. Sengko‟ coma entar dha‟
romana se emadura. Biasana setiap badha kalakoan misalla
mantenan,tellasan,hajjian ban laen-laen. Sengko‟ta‟ perna acareta tentang
kabinanna sengko‟ka mattowa. Tape.....ella e urus eppa‟.
(Saya Rahma,anak tunggal. Umur 18 tahun dikawinkan dengan anak teman bapak.
Sekarang sudah mempunyai anak satu orang berumur 3 tahun. Menjelang perkawinan
dilaksanakan saya telah diminta untuk menyerahkan foto dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) oleh bapak,katanya untuk diserahkan ke kepala desa, untuk pembuatan surat
nikah. Pada perkawinan saya memang yang mengakad nikahkan adalah bindereh(guru
ngaji) ,tapi saat itu dilaksanakan dihadapan penghulu. Ya saya tidak bertanya
mbak,karena saya berada dalam kamar.
Sampai saat ini saya tidak pernah dapat surat nikah. Bapak pernah menanyakannya
pada kepala desa, tapi kepala desa menyuruh untuk menanyakannya kepada kepala
desa, sampai akhirnya bapak penghulunya meninggal. Jadi sekarang bingung harus
minta kepada siapa surat nikah tersebu)
Misalnya cara suami mendidik anak yang terlalu keras. Hal tersebut biasanya kami
lakukan dilanggar setelah sholat magrib berjemaah.
Hubungan saya dengan anak sangat baik.Setiap hari dia tinggal di rumah bersama
saya karena saya hanya ibu rumah tangga biasa,kegiatanku Cuma memasak, menjaga
74
anak serta toko jajanan dan kebutuhan rumah tangga, ya..dari pada nganggur
mbak,dan lagi apabila Jefri ingin jajan saya tidak usah beli ke toko lain. Hubunganku
dengan merta sangat baik .Mereka sangat sayang padaku dan anakku. Oleh karena itu
setiap tahun aku dikirimi uang,biasanya mendekati lebaran . Lebaran kemarin dikirimi
2 juta dan aku belikan gelang. Mertua ada di Pontianak meskipun beliau orang
madura. Saya belum pernah kesana,paling mertua yang datang kesini. Saya cuma
berkunjung ke rumah yang di madura .Itupun apabila ada acara keluarga seperti
kawinan,naik haji dan lain- lain.
Saya tidak pernah membicarakan status perkawinan saya dengan mertua. Tapi...itu
sudah diurus bapak).
Pasangan Anas-Titin yang melakukan kawin sirri di perantauan, Banjarmasin:
Titin :
”Hubunganna sengko‟ ban lake sangat baek. Lake ce‟ ngartena dha‟ sengko‟. Moon
sengko‟ sake‟, se amssak untuk keluarga biasana lake, karna nak bine‟ sengko‟
sekolah dari pagi sampe lem-malem. Karna jiya bannya‟ oreng ngoca‟, sengko‟ bejre
olle lake tonggel jiya. Hasella lako ban arena e bagi dha‟ sengko‟ langsung, gabay
belenje.
Anak sangat akrab ban sengko‟, karena sengko‟ badha eroma teros, seteop mole
sakola sengko nyiapagi ngakan siangnga nak-kanak. Nak-kanak sering abanto
sengko‟ amassa‟, abersia ban en laen, mon sakolaenna prei.
Mon badha kalakowan sengko‟ entar dha‟ romana mattowa, misalla kabinan,
kapatean, ban en-laen. Namon re-are biasana enje‟ polana ce‟ jauna ban ongkossa
larang.
Sataretanan, keduwa‟ anak sengko‟ ce‟ akrabbah. Sering areng-bereng seperte mon
amaen, sekolah, ngajig bahkan mon abanto oreng towa abereng terros..
(Hubungan saya dengan suami sangat baik sekali. Suami sangat mengerti tentang
saya. Apabila saya sakit, dialah yang memasak untuk keluarga, karena nak kami
sekolah dari pagi hingga sore. Oleh karenanya banyak orang biulang kalau saya
beruntung mendapatkan suami seperti dia. Hasil kerjanya setiap hari langsung
diberikan kepada saya untuk keperluan rumah tangga.
Anak-anak sangat akrab dengan saya karena saya selalu dirumah. Setiap pulang
sekolah saya menyiapkana makan siangnya. Mereka juga sering membantu saya
seperti memasak, mencuci, menyapu apabila sekolahnya libur.
Apabila ada aktivitas sosial pada mertua dan sanak keluarga suami seperti
perkawinan, pertunangan, sakit, kematian maka saya mengunjunginya. Namun tidak
pada hari-hari biasanya karena sangat jauh dan ongkosnya sangat mahal.
75
Antar saudara, kedua anakku sangat akrab. Hal tersebut terlihat mereka selalu
bersama, bermain, sekolah madrasah maupun sekolah dasar, ngaji bahkan ketika
membantu kamipun mereka selalu bersama)
antara saudara pada keluarga kawin sirri yang tidak bercerai sangat baik. Demikian
halnya dengan hubungan anatara keluaraga inti kawin sirri dengan rumah tangga
lainnya adalah sangat baik pula, sebagaimana yang terjadi pada hubungan keluarga
pada umumnya.
Hubungan suami-istri pada keluarga kawin siriri yang tidak bercerai pada
umumnya sangat baik. Hal ini karena suami istri bertanggungjawab terhadap
Istri sebagai ibu rumah tangga bertugas mengatur dan mengelola rumah
singkatnya mnegurusi kehidupan rumah tangga, kesehatan anak dan suami dan
76
Disamping itu mereka mempunyai kebiasaan memusyawarahkan
Hubungan antara orangtua-anak juga sangat baik. Hal tersebut nampak anak
kebiasaan orangtua dalam menemani anaknya yang masih kecil bermain dan
anak-anak yang selalu bersama-sama baik pada waktu bermain, sekolah dan
mengaji. Selain itu, mereka juga melakukan pembagian kerja sesuai kemampuan
4. Hubungan antara keluarga inti kawin sirri dengan rumah tangga lainnya
Hubungan keluarga inti kawin sirri yang terdiri dari suami-istri-anak, dengan
baik. Hal ini dari adanya bantuan dari anggota rumah tangga lainnnya, apabila
77
Hubungan dalam keluarga kawin sirri yang tidak bercerai sangat baik, hal ini
pelindung bagi istri dan anak-anaknya. Sebaliknya istri adalah pusat kedamaian
Selain tiu, suami sebagai kepala keluarga, bertugas mencari nafkah untuk
Seorang istri mempunyai fungsi dan peranan mengatur dan mengelola rumah
tangga dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak dan membina
singkatnya mengurusi kehidupan rumah tangga, kesehatan anak dan suami, dan
banyak pula yang bekeraj untuk membantu mencari nafkah bagi keluarganya,
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kawin sirri telah mengalami pergeseran makna, mulai munculnya istilah yaitu
pada masa kholifah Umar bin Khattab, sampai pada pandangan para imam
mazhab yaitu imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, dan kemudian
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Kawin sirri,
pada awalnya merupakan suatu perkawinan yang dilakukan tanpa adanya saksi
dengan ini para imam mazhab sepakat kalau perkawinan tersebut harus
memenuhi semua rukun dan syarat perkawinan, tetapi saksi diminta untuk
tersebut tetap batal atau tidak sah, karena pengumuman (i‟lan) merupakan
pelengkap, maka perkawinan yang ada saksi tetapi tidak ada pengumuman
79
Hanifah dan Asy-Syafi’i memandang perkawinan tersebut sah, karena fungsi
saksi itu sendiri adalah pengumuman (i‟lan). Oleh karena itu, kalau sudah
disaksikan tidak perlu lagi ada pengumuman khusus. Kehadiran saksi pada
dengan UU No. 1 Tahun 1974, maka kawin sirri menjadi perkawinan yang
telah memenuhi rukun dan syarat sah perkawinan tapi tidak dilakukan
dihadapan PPN dan tidak dicatatkan di KUA. Perkawinan inilah yang saat ini
menikah tidak lama setelah haid pertama umur 12-15 tahun. Umur
80
Selain itu kekhawatiran para orang tua akan tidak langgengnya
anaknya.
2. Keyakinan
oleh para kyai, baik langsung berupa para kyai yang melakukan kawin
perkawinan telah sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat sah
nikah.
menggapap surat nikah bukanlah suatu hal yang penting. Hal tersebut
Ibtidaiyah.
4. Ekonomi
81
Biaya yang harus dikeluarkan untuk mendaftarkan perkawinan
5. Poligami
4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1), maka proses poligami sulit
menikah lagi. Oleh karena itu jalan keluarnya adalah dengan kawin
sirri.
82
1. Adanya keterbatasan administratif
2. Janda
telah mempunyai anak). Janda, terlebih lagi janda yang telah memiliki
mempunyai anggapan bahwa surat nikah tidak penting lagi yang paling
3. Keyakinan
83
Keyakinan tersebut disebabkan adanya ajaran Agama yang diberikan
oleh para kyai, baik langsung berupa para kyai yang melakukan kawin
perkawinan telah sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat sah
nikah.
4. Ekonomi
menggapap surat nikah bukanlah suatu hal yang penting. Hal tersebut
ibtidaiyah.
6. Poligami
4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1), maka proses poligami sulit
84
menikah lagi. Oleh karena itu jalan keluarnya adalah dengan kawin
sirri.
sirri.
langsung. Yang demikian terjadi pda mantan pasangan kawin sirri yang
1. Hubungan Suami-Istri
sehingga keluarga dan mantan pasangan merasakan aib dan malu pada
semua orang.
85
2. Hubungan Orang Tua-Anak
Hubungan orang tua-anak pada keluarga kawin sirri juga terputus. Hal
jarak yang jauh antara tempat tinggal orang tua dengan anak. Selain itu
adanya keyakinan orang tua tentang seseorang anak akan tetap mencari
orang tuanya meskipun lama terpisah membuat para orang tua tidak
khususnya mertua/orang tua suami atau istri juga terputus. Hal tersebut
diakibatkan jarak tempat tinggal yang jauh antara keluarga inti kawin
sirri dengan orang tua suami dan istri, ekonomi dan kesibukan masing-
masing keluarga.
Artinya, ayah atau ibu tidak lagi menjadi tempat bagi anak untuk mendapatkan
86
bantuan, keamanan, pengasuhan dan pendidikan, sehingga hubungan menjadi
terputus, ditambah lagi tidak adanya komunikasi diantara mereka (orang tua-
anak). Hal ini membawa dampak pada kaburnya garis keturunan atau nasab suatu
keluarga. Artinya, ayah atau istri tidak tahu terhadap anak-anaknya, demikian
halnya anak-anak dan antar saudara tidak saling mengenal. Dikhawatirkan apabila
kelak diantara mereka saling menyukai dan melakukan perkawinan karena mereka
tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya, maka incest tidak dapat
dihindari lagi. Oleh karena itu kawin sirri bukan merupakan hal sepele yang
hanya berkaitan dengan “sah” atau “tidak sah”nya suatu perkawinan, tetapi lebih
masyarakat.63
anak dan hubungan antarsaudara (siblings) pada keluarga kawin sirri dan tempat
cukup baik, karena antara mereka masih ada komunikasi baik melalui telepon
63
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 239
87
b. Pengaruh kawin sirri Terhadap Hubungan Keluarga pada Keluarga yang tidak
Bercerai
Pengaruh kawin sirri terhadap hubungan dalam keluarga pada keluarga kawin
sirri yang tidak bercerai adalah sangat baik, artinya hubungan keluarga kawin sirri
1. Hubungan Suami-Istri
Hubungan suami istri pada pasangan kawin sirri yang tidak bercerai, pada
tangga dan membantu mencari nafkah bagi keluarga seperti membatik dan
berjualan.
Hubungan orang tua-anak pada keluarga kawin sirri yang tidak bercerai, juga
sangat baik. hal tersebut nampak, anak membantu orang tua sesuai dengan
Hubungan antara saudara (siblings) pada keluarga kawin sirri, juga sangat
baik. hal tersebut nampak anak-anak selalu bersama, baik dalam bermain,
88
berangkat sekolah dan mengaji. Selain itu anak-anak selalu berkerjasama dan
Hubungan keluarga inti kawin sirri dengan rumah tangga lainnya, khususnya
mertua/ orang tua suami atau istri sangat baik pula. Hal tersebut nampak dari
Hubungan dalam keluarga pasangan kawin sirri yang tidak bercerai sangat baik,
hal ini disebabkan karena keluarga berfungsi sebagaimana mestinya. Adapun fungsi
Artinya, Suami adalah pelindung bagi istri dan anak-anaknya. Sebaliknya istri adalah
pusat kedamaian bagi keluarganya, dan ia juga teman berbincang-bincang bagi suami.
Selain itu, suami sebagai kepala keluarga, bertugas mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhan keluarga, juga sebagai wakil keluarga bila berhubungan dengan
rumah tangga dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak, dan
89
suami, dan banyak pula yang bekerja untuk membantu mencari nafkah bagi
B. Saran
Dengan hasil penelitian diatas, maka ada beberapa saran yang diberikan
(siblnigs) dan hubungan antara keluarga inti kawin sirri dengan rumah tangga
kawin sirri bukan merupakan hal sepele yang hanya berkaitan dengan “sah”
atau “tidak sah”nya suatu perkawinan, tetapi lebih dari itu ia memiliki
90
dalam hubungan Individu sesamanya maupun dalam hubungan sebagai
anggota masyarakat.
91
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abu Abdul. Dalam Mihrab (Pemikiran Hukum, Pendidikan dan Dakwah) no.1
Edisi September 2001. Surabaya:Jurnal Imiah FAI Unmuh.
Hafsah, Siti, 1996. Nikah Sirri Bagi Eks Wanita Harapan Di Lingkungan Lokalisasi
Bangunsari Kodya Surabaya. Skripsi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Holilah, 2003. Kawin Sirri Pada Masyarakat Madura (Studi Kasus Tentang Faktor
Penyebab dan Pengaruh Kawin sirri Terhadap Hubungan Dalam Keluarga di
Desa Bumianyar, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan). Tesis.
Surabaya: UNAIR.
Ihromi, T.O.. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kinasih, Sri Endang, 2002, Kawin Sirri Pada Masyarakat Kalisat, Tesis, Jakarta:PPs.
Universitas Indonesia.
Majalah Perkawinan dan Keluarga, No. 320/1999. Problem Nikah di Luar Prosdur,
Jakarta:Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Pekawinan (BP4) Pusat.
92
Malik Ibnu Abbas, Al-Muwatha‟ II, Dar Al-Fikri
Marsudi, 1994. Kedudukan Nikah Sirri. Laporan Penelitian. Ponorogo: Fakultas
Syari’ah IAIN Sunan Ampel.
Mufassirah, 2002. Tradisi Nikah Sirri : Penyebab dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat
Pamekasan, tesis, Malang:PPs. Universitas Muhammadiyah.
Muslih, Fuadie, 1993. Kawin Sirri Dan Poligami Di Kecamatan Rembang Kabupaten
Pasuruan. Laporan Penelitian. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Nurhayati, Ida, 1995. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Nikah Sirri di Kecamatan
Porwosari Kabupaten Purwosari. Skripsi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Siong, Gouw Giok, 1964. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jakarta:PT. Kinta.
93
Suhendi, H. Hendi dkk. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka
Setia.
William A. Haviland, 1985. Antropologi II. Alih Bahasa R.G. Soekadijo. Jakarta:
Erlangga.
Wiyata, Latief, 2002. Carok : Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura,
Yogyakarta:LkiS.
94
95