You are on page 1of 12

SEJARAH DRAMA DUNIA

Secara garis besar, sejarah drama dunia dibagi dalam dua periode
utama, yaitu periode drama lama atau klasik, dan periode baru atau drama
modern. Pada masa drama klasik terbagi lagi menjadi beberapa periode,
yaitu masa Yunani Kuno, yaitu masa awal mula lahirnya drama, meskipun
masih dalam bentuk tradisi masyarakat, Kemudian masa Romawi Kuno,
Abad Pertengahan dan masa Renaissance. Sementara pada masa drama
modern terdapat masa Neoklasik, Romantik, Realisme, Simbolisme,
Ekspresionisme, dan Absurdisme.

1. Drama Klasik

1.1. Yunani Kuno

Adanya drama awalnya adalah berupa upacara penyembahan yang


berupa festival menyanyi, upacara itu dilaksanakan untuk menghormati
Djonysius atau Dewa Anggur, dari upacara yang bersifat rutin itulah
kemudian lahir adanya drama. Jenis drama ada empat macam, yaitu
tragedi, komedi, parodi, dan drama yang bersifat ritual keagamaan.

Dari masa Yunani Kuno ini lahir tokoh drama terbesar di zaman
Yunani, yaitu Sophacles, tiga karya terbesarnya yaitu Oedipus, Oedipus
Sang Raja, dan Antigone. Ketiga karya tersebut merupakan drama
berbentuk tragedi karena menceritakan kesengseraan kehidupan manusia.
Selain Sophacles, tokoh drama lainnya yaitu Aristhopanes, berbeda dengan
Sophacles yang mengusung drama tragedi, karya-karya Aristhopanes
bersifat komedi-drama, di antaranya Lysistrata, The Frog, The Waps, dan
The Clouds. Ada juga Aeschylus, tokoh yang pertama kali mengenalkan
tokoh protagonis dan antagonis mampu menghidupkan peran. Karyanya
yang terkenal adalah Trilogi Oresteia.

Selain itu, Euripides juga merupakan tokoh dalam Yunani Kuno, karya-
karyanya antara lain Medea, Hyppolitus, The Troyan Woman, dan Cyclops.
Ada juga Manander yang karyanya berpengaruh kuat pada jaman Romawi
Kuno.

1.2. Romawi Kuno


Pada masa Romawi Kuno muncul drama yang berbeda dengan Yunani
Kuno, drama di masa ini bersifat sensasional, beberapa pembaharuan
drama yang lahir di masa ini adalah frace pendek, mime, dan pantomime,
meskipun begitu, drama tragedi dan komedi masih ada di masa ini. Farce
pendek adalah drama keagamaan dengan durasi singkat, mime adalah
drama yang mengisahkan kejadian-kejadian aktual, sementara pantomime
adalah drama yang mengutamakan gerakan. Tokoh drama pada masa ini
adalah Plutus, Terence, dan Lucius Seneca.

1.3. Abad Pertengahan

Pada tahun 1400-an dan 1500-an banyak kota di Eropa mementaskan


drama untuk merayakan hari-hari besar umat kristen, drama dibuet
berdasarkan cerita-cerita alkitab dan dipertunjukkan di atas kereta dan
ditarik keliling kota. Pada masa pertengahan, drama lebih banyak
didominasi oleh pengaruh gereja katolik, dalam pementasannya pun ada
pagelaran Pasio, yaitu pagelaran yang sampai saat ini masih dilakukan di
gereja menjelang upacara Paskah. drama baru yang lahir dari masa
pertengahan ini adalah liturgi yaitu drama yang merupakan bagian dari
gereja, kemudian ada juga cycle yaitu drama keagamaan yang dilakukan di
luar gereja, kemudian miracle yang mengisahkan orang-orang suci.

1.4. Masa Renaissance

Abad ke-17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi


kebudayaan barat. Sejarah abad15 dan 16 ditentukan oleh penemuan-
penemuan penting. Pada masa ini melahirkan suatu bentuk teater yang
disebut Commedia Dell’arte, yaitu teater rakyat yang berkembang di luar
lingkungan istana dan akademisi.

Ada tiga jenis drama yang berkembang di masa ini, yaitu tragedi,
komedi, dan pastoral. Drama pastoral adalah drama yang bercerita tentang
dewa/malaikat dengan para penyebar agama. Di Italia pada masa
renaissance juga berkembang pembaharuan drama yang sekarang kita
kenal dengan opera. Pengarang hebat yang lahir di masa renaissance
adalah William Shakespeare dengan karya-karya dramanya yaitu The
Taming of the Schrew, Mid Summer Night Dream, King Lear, Anthony and
Cleopatra, Hamlet, Macbeth, Romeo and Juliet, dan lain-lain.

2. Drama Modern

2.1. Neoklasik

Drama yang muncul dan berkembang di masa neoklasik hanya ada


dua bentuk drama yaitu tragedi dan komedi. Pada masa ini terdapat
konvensi bersama bahwa drama harus berisi nilai-nilai moral, karakter
dalam drama harus bersifat universal, serta waktu, tempat, dan peristiwa
harus dipertahankan. Tokoh yang muncul di masa ini adalah Moliere,
Voltaire dengan filsafatnya, juga Denis Diderot yang merupakan orang
pertama yang menulis ensiklopedi dua karyanya adalah Le Per De Famille
dan Le Fils Naturel.

2.2. Romantik

Drama romantik berkembang antara tahun 1800-1850 karena


memudarnya gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa revolusi Perancis.
Revolusi Perancis menghadirkan gebrakan baru di dunia teater yang
mendorong terciptanya formula penulisan tema dan penokohan dalam
naskah lakon.

Lahirnya drama romantik ditandai dengan adanya prinsip kaum


Romantik bahwa dalam menulis drama terdapat kebebasan dalam
berkreativitas untuk memahami manusia dan semesta. Adanya pandangan
bahwa ada kaitan drama dengan kehidupan manusia ini merupakan
pengaruh Horace dengan prinsip dulce et utile nya.

Pada masa ini lahir pembaharuan bentuk drama yaitu melodrama.


Tokoh-tokohnya antara lain Gotthol Ephraim Lessing dengan karyanya
Emilia Galotti, Miss Sara Sampson, dan Nathan der Weise, juga Wolfgang
von Goethe dengan karyanya Faust.

2.3. Realisme

Masa Realisme yang lahir pada pengunjung abad ke-19 dapat


dijadikan landas pacu lahirnya seni teater modern di Barat. Penanda yang
kuat adalah timbulnya gagasan untuk mementaskan lakon kehidupan di
atas pentas dan menyajikannya seolah peristiwa itu terjadi secara nyata.
Drama realisme didasari oleh anggapan bahwa idealisme itu tidak mungkin
terwujud. Oleh karena itu, kota harus bersifat realis, menerima apa yang
memang bisa kita terima. Pengarang yang muncul di masa ini adalah
Henrick Ibsen. Karyanya yang paling terkenal adalah Nora, beberapa karya
lainnya adalah Love’s Comedy, The Pretenders, dan Roshmersholm. Dalam
menyuguhkan karyanya yang komedi, Ibsen mengangkat problem yang
sebenarnya ada dalam masyarakat biasa.
Selain Ibsen, ada pula Anton Pavlovich Chekov yang merupakan tokoh
drama yang terkenal di Indonesia, karya-karyanya antara lain The Cherry
Orchid, Uncle Vanya, The Sea Gull dan The Three Sisters.

2.4. Simbolisme

Simbolisme adalah sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol


untuk mengungkapkan makna lakon atau ekspresi dan emosi tertentu.
Meksipun pada awalnya gaya ini muncul tahun 1180 di Perancis, namun
baru memegang peranan penting pada tahun 1900. Simbolisme tidak
terlalu mempercayai kelima panca indra dan pemikiran rasional untuk
memahami kenyataan.

Drama simbolisme ditandai dengan paham pada kaum simbolis yang


beranggapan bahwa intuisi bisa dipakai untuk memahami kenyataan yang
tidak logis. Kenyataan hanya dapat dipahami dengan intuisi dan harus
diungkap melalui simbol. Tokohnya di antaranya adalah lain Frederico
Garcia Lorca (1889-1936). Dia dipandang sebagai orang yang dikagumi
oleh penyair dan dramawan W.S. Rendra. Karya Lorca antara lain adalah
Shoemaker's Prodigius Wife dan The House of Bernarda Alba.

2.5. Ekspresionisme

Istilah ekspresionisme diambil dari gerakan seni rupa pada akhir abad
ke-19. Sebagai gerakan teater, ekspresionisme baru muncul tahun 1910 di
Jerman. Sukses pertama ekspresionisme dicapai oleh Walter hasenclever
dengan dramanya Sang Anak, puncak aliran ini adalah pada saat perang
dunia I dan mulai merosot tahun 1925.

Drama ekspresionisme lahir dari anggapan bahwa dalam berkarya


yang penting apa yang diungkapkan itu harus sesuai dengan suara hati.
Aliran ini menolak anggapan bahwa drama hanya merupakan sesuatu yang
tidak berkaitan dengan hati penulis atau masyarakatnya. Drama harus
menyuarakan hati nurani. Tokoh yang muncul pada masa ini antara lain
Elmer Rice, Eugene, Marc Conelly, dan George Kauffman. Pengaruh
ekspresionisme terutama nampak dalam tata panggung dan elemen visual
yang lebih bebas di atasnya.

2.6. Absurdisme

Absurdisme adalah gaya yang menyajikan satu lakon yang


seolah tidak memiliki ikatan rasional antara peristiwa satu dengan
yang lain, antara percakapan satu dengan yang lain. Unsur-unsur
surealisme dan simbolisme digunakan bersamaa dengan irasionalitas
untuk memberikan sugesti ketidakbermaknaan hidup manusia serta
kepelikan komunikasi antarsesama. Drama-drama yang yang kini
disebut absurd, pada mulanya dinamai eksistensialisme.

Drama absurdisme merupakan puncak perkembangan drama


dunia. Absurd berarti tidak rasional. Drama absurd berarti drama yang
ditulis dengan bentuk-bentuk atau cerita yang tidak bisa dipahami
secara rasional. Tokoh yang muncul pada masa ini antara lain Samuel
Backett dengan karya terkenalnya Waiting For Got Out yang
diindonesiakan oleh WS Rendra dengan judul Menunggu Godot dan
Uegene Ionesco dengan karyanya yang sudah diindonesiakan juga
dengan judul Mata Pelajaran.

MAKALAH
SEJARAH DRAMA
Disusun oleh:
Abdul Hafid Ismail

Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 4

MAKALAH
SEJARAH DRAMA
Disusun oleh:
Yuni Dwi Meliyani

Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 4

SEJARAH DRAMA

Sejarah Drama Dunia


1Drama Klasik

Yang disebut drama klasik adalah pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan
kebudayaan Yunani dan Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal
sampai kini.

(a) Drama Yunani


Asal mula drama adalah kultus Dyonesos. Pada waktu itu, drama dikaitkan dengan upacara
penyembahan kepada dewa, dan disebut tragedi. Kemudian tragedi mendapat makna lain, yaitu
perjuangan manusia melawan nasib. Komedi sebagai lawan kata dari tragedi, pada zaman
Yunani Kuno merupakan karikatur cerita duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup
manusia.
Ada tiga tokoh Yunani terkenal, yaitu Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato,
keindahan bersifat relatif. Karya seni dipandangnya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari
kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu
sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah “The Republic”.
Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya imitasi
kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebajikan dalam
dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak tertentu.
Sophocles adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karyanya yang merupakan tragedi,
merupakan karyanya bersifat abadi, dan temanya relevan sampai saat ini. Dramanya adalah
"Oedipus Sang Raja", "Oedipus", dan "Antigone". Tragedi tentang nasib manusia yang
mengenaskan. Dari karyanya bentuk tragedi Yunani mendapatkan warna khas.Sedang
Aristophanes, adalah tokoh komedi dengan karya-karyanya “The Frogs”, “The Waps”, “The
Clouds”.

(b) Drama Zaman Romawi


Terdapat tiga tokoh drama Romawi Kuno, yaitu Plutus, Terence, atau Publius Terence Afer,
dan Lucius Seneca. Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat
religius, lama-lama bersifat mencari uang (show biz). Bentuk pentas lebih megah dari zaman
Yunani.

1.1 Teater Abad Pertengahan


Pengaruh gereja Katolik atas drama sangat besar pada zaman pertengahan ini. Dalam
pementasan ada nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan koor. Kemudian
ada pagelaran "Pasio" seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah
sampai saat ini.
Ciri khas abad Pertengahan, adalah sebagai berikut:
1. pentas kereta,
2. dekor bersifat sederhana dan simbolis,
3. pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama mod0ern.

(a) Zaman Italia


Istilah yang populer dalam jaman Italia adalah Comedia del 'Arte yang bersumber dari komedi
Yunani. Tokoh-tokohnya antara lain Dante, dengan karya-karyanya ”The Divina Comedy”,
Torquato Tasso dengan karyanya drama-drama liturgis dan pastoral, dan Niccolo Machiavelli
dengan karyanya “Mandrake”.
Ciri-ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut:

1. improvisatoris atau tanpa naskah,


2. gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru kemudian
pemain berimprovisasi (bandingkan teater tradisional di Indonesia),
3. cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan,
4. gejala akting, pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.
Komedi Italia meluas ke Inggris dan Nederland. Gaya komedi Italia ini di Indonesia kita kenal
dengan nama "seniman sinting" atau "seniman miring" dengan tokoh antara lain Marjuki (Drs.).
Dibandingkan dengan drama Yunani, maka pada zaman Italia ini materi cerita disesuaikan
dengan adegan yang terbatas itu. Trilogi Aristoteles mendapat perhatian.
Tokoh-tokoh pelaku dalam komedi Italia mirip tokoh-tokoh cerita pewayangan, sudah
dipolakan yaitu:
1. Arlecchino (The Hero, pemain utama),
2. Harlekyn (punakawan/badut/clown),
3. Pantalone (ayah sang gadis lakon),
4. Dottere (tabib yang tolol),
5. Capitano (kapten perebut gadis lakon),
6. Columbina (punakawan putri),
7. Gadis lakon (primadona yang menjadi biang lakon).

(b) Jaman Elizabeth

Pada awal pemerintahan Raru Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama berkembang dengan
pesatnya. Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh drama
abadi adalah tokoh yang hidup pada jaman Elizabeth.
Ciri-ciri naskah drama jaman Elizabeth, adalah:
1. naskah puitis,
2. dialognya panjang-panjang,
3. penyusunan naskahnya lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada,
4. laku bersifat simultan, berganda dan rangkap,
5. campuran antara drama dan humor.
Tokoh besarnya adalah William Shakespeare (1564-1616), dengan karya-karyanya “The
Taming of the Schrew”, “Mid Summer Night Dream”, “King Lear”, “Anthony and Cleopatra”,
“Hamlet”, “Macbeth”, dan sebagainya. Hampir semuanya telah diterjemahkan oleh Trisno
Sumardjo, Muh. Yamin, dan Rendra.

(c) Perancis (Moliere dan Neoklasikisme)


Tokoh-tokoh drama di Perancis antara lain Pierre Corneille (Melite, Le Cid), Jean Raccine
(Phedra), Moliere, Jean Baptista Poquelin (Le Docteur Amoureux/The Love Sick Doctor,
LesPreciueuses Rudicules/The Affected Young Lady, dan lain-lain), Voltaire (dengan filsafat
dan karyanya yang aneh), Denis Diderot (Le Per De Famille dan Le Fils Naturel),
Beaumarchais (La Barbier De Seville/Barber of Seville, Le Mariage de Fogaro/The Marriage of
Fogaro).

(d) Jerman (jaman Romantik)


Tokoh-tokohnya antara lain Gotthol Ephraim Lessing (Emilia Galotti, Miss Sara Sampson, dan
Nathan der Weise), Wolfgang von Goethe(Faust), Christhop Friedrich von Schiller (The
Robbers, Love and Intrique, Wallenstein, dan beberapa adaptasi dari Shakespeare).
2 Sejarah Drama Modern
Dalam bagian ini akan dijelaskan perkembangan drama modern di beberapa negara yang
melanjutkan kejayaan tradisi pementasan dan penulisan drama yang telah dimulai pada jaman
Yunani Kuno. Akan dikemukakan tokoh drama seperti Ibsen (Norwegia), Strindberg (Swedia),
Bernard Shaw (Inggris), tokoh dari Irlandia, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan
terakhir Amerika Serikat yang menunjukkan perkembangan pesat. Semua ini sekedar informasi
untuk memperluas cakrawala pengetahuan kita di Indonesia tentang perkembangan drama di
luar Indonesia.

(a) Norwegia (Ibsen)


Tokoh paling terkemuka dalam penulisan drama di Norwegia adalah Henrick Ibsen (1828-
1906). Karyanya yang paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia adalah "Nora",
saduran dari terjemahan Armyn Pane "Ratna". Karya-karya Ibsen adalah “Love's Comedy”,
“The Pretenders”, “Brand and Peer Gynt” (drama puitis), “A doll's House”, “An Enemy of the
people”, “The Wild Duck”, “Hedda Gableer”, dan “Roshmersholm”. Ibsen tidak memberikan
karakter hitam putih, tetapi tokoh penuh tantangan, watak yang digambarkan kompleks dengan
penggambaran berbagai segi kehidupan manusia. Dialognya dengan gaya prosa yang realistis
dengan menekankan mutu percakapan dan bersifat realistis. Gagasan yang dikemukakan dapat
membangkitakan gairah dan memikat perhatian. Problem yang di angkat dapat menjadi lelucon
drama yang besar dan diambil dari problem yang timbul dalam masyarakat biasa.

(b) Swedia (August Strindberg)


Tokoh drama paling terkenal di Swedia adalah Strindberg (1849-1912). Karya-karya drama
yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya adalah “Saga of the Folkung” dan “The
Pretenders”. “Miss Julia” dan “The Father” adalah drama naturalis. Drama penting yang
bersifat ekspresionistis adalah “A Dream Play”, “The Dance of Death”, dan “The Spook
Sonata”.

(c) Inggris (Bernard Shaw dan Drama Modern)


Tokoh drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah George Bernard
Shaw (1856-1950) . Ia dipandang ssebagai penulis lakon terbesar dan penulis terbesar pada
abad modern. Di Ingris Bernard Shaw memenduduki peringkat kedua setelah Shakespeare.
Karya-karyanya antara lain adalah “Man and Superman”, “Major Barbara”, “Saint Joan”, “The
Devil's Disciple”, dan “Caesar and Cleopatra”.
Tokoh drama modern di Inggris yang lain adalah James M. Barrie (1860-1937), dengan karya
“Admirable Crichton”, “What Every Woman Knows”, “Dear Brutus”, dan “Peter Pan”. Noel
Coward dengan karya “Blithe Spirit”. Somerest Mugham dengan karya “The Circle”.
Christoper Fry dengan karya-karyanya “A Phoenic Too Frequent”, “The Lady's Not for
Burning”.

(d) Irlandia (Yeats sampai O'Casey)


Tokoh penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang merupakan pemimpin
kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean O'Casey (1884) dengan karyanya “The
Shadow of a Gunman”, “Juno and the Paycock”, “The Plough and the Stars”, “The Silver
Tassie”, “Within the Gates”, dan “The Stars Turns Red”. Tokoh lainnya adalah John Millington
Synge (1871-1909) dengan karya-karya “Riders to the Sea” dan “The Playboy of the Western
World”. Synge Merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater menjadi
penting di sana.

(e) Perancis (dari Zola sampai Sartre)


Dua tokoh terkemuka di Perancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan Jean Paul Sartre (1905).
Karya-karya Emile Zola adalah “Therese Raquin” yang mirip “A Doll's House”. Eugene
Brieux (1858-1932), menulis naskah “Corbeaux” (The Vultures), “La Parisienne” (The Woman
of Paris), dan “Les Avaries” (Damaged Gods). Edmond Rostan (1868-1918) dengan karya “Les
Romanasques” (The Romancers) dan “Cyrano de Bergerac”. Maurice Materlinck (1862-1949),
dengan karyanya “Pelleas et Melisande” yang bercorak romantik. Jean Giraudoux (1882-1944),
dengan karyanya “Amphitryen 38” dan “La Folle de Challiot” (The Madwoman of Challiot).
Jean Giraudoux juga mengarang karya yang sangat terkenal, yaitu “La Guerre de Troie N'aura
pas Lieu” yang diproduksi oleh Teater Broadway dengan judul "Tiger at the Gates". Di
Indonesia pernah dipentaskan oleh Darmanto Jt. dengan judul "Perang Troya Tidak Akan
Meletus", kisah tentang Hektor dan Helena. Jean Cocteau (1891-…) dengan karyanya La
Machine Internale. Di antara pengarang selama Perang Dunia II, Jean Paul Sartre merupakan
spotlight. Ia lahir pada tahun 1905 dan merupakan tokoh aliran eksistensialisme. Karya-
karyanya antara lain “Huis Clos” (Ni Exit) dan “Les Mouches” (The Flies). Pengarang lainnya
adalah Jean Anaoulih (1910-…) dengan karyanya “Le Bal des Voleurs” (Thieve's Carnivaly)
dan “Antigone” (terjemahan dari drama Sophocles).

(f) Jerman dan Eropa Tengah (Hauptman sampai Brecht)


Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern. Tokoh seperti Hebbel dan temannya
telah mempelopori aliran realisme. Penulis naturalis terkenal adalah Gerhart Hauptman (1862-
1946) dan Arthur Schnitzler (1862-1931). Karya Hauptman antara lain adalah “The Weavers”,
“The Sunken Bell”, dan “Hannele”. Karya Schnitzler antara lain “Liebelei”, “Anatol” dan
“Reigen”. Pengarang lainnya Fernc Molnar (1878-1952) dengan karya “The Play's the Thing”,
“The Guardsman”, dan “Liliom”. Karel Capek (1890-1938) dengan karya “The Insect
Comedy” yang ditulis bersama kakaknya Yosef. Bertolt Brecht (1898-1956) dengan teaternya
yang memiliki ciri-ciri an enthrailling, masterfull, achievment, energetic, forceful, full of
humor. Nama teaternya adalah Berliner Ensemble (ciri tersebut berarti memikat, indah sekali,
penuh prestasi, penuh energi, daya kekuatan yang tinggi, dan penuh cerita humor). Karya-karya
Brecht antara lain “Threepenny Opera”, “Mother Courage”, dan “The Good Woman Setzuan”.
Berline Ensemble sangat berpengaruh di masa sesudah Brecht.

(g) Italia (dari Goldoni sampai Pirandillo)


Setelah zaman Renaissance, karya-karya drama banyak berupa opera disamping comedia
dell'arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-1793) dengan karyanya “Mistress of the
Inn”. Gabrielle D'Annunzio (1863-1938) dan Luigi Pirandello (1867-1936) dengan karyanya
“Right You Are”, “If You Think You Are”, “As You Desire Me”, “Henry IV”, “Naked”, “Six
Characters in Search of an Author”, dan “Tonight We Improvise”.

(h) Spanyol (dari Benavente sampai Lorca)


Bagi Spanyol, abad XX sebagai abad kebangkitan dramatic spirit. Tokohnya antara lain Jacinto
Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat hadiah Nobel tahun 1922. Yang terkenal di
Amerika, adalah karyanya yang berjudul “Los Intereses Creados” (The Bonds of Interest) dan
“La Marquerida” (The Passion Flower). Sejaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez
Sierra (1881-1947) dengan karyanya “The Cradle Song”. Pengarang paling penting pada jaman
modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama Frederico garcia Lorca (1889-1936). Dia
dipandang sebagai orang yang dikagumi oleh penyair dan dramawan W.S. Rendra. Karya
Lorca antara lain adalah “Shoemaker's Prodigius Wife” dan “The House of Bernarda Alba”.

(i) Rusia (dari Pushkin sampai Andreyev)


Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembang drama di Rusia. Pengarang pertama
yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-1837) dengan karyanya “Boris
Godunov”, Sebuah tragedi historis. Nikolai Gogol (1809-1852), menulis antara lain “The
Inspector General”. Alexander Ostrovski (1823-1886) menulis “Enough Stupidity in Every
Wise Man”. Leo Tolkstoy (1828-1910) menulis “The Power of Darkness” Selanjutnya Anton
Pavlovich Chekov(1860-1904) sangat terkenal di Indonesia, dengan karyanya yang
diterjemahkan menjadi "Pinangan" dan "Kebun Cherry" (The Cherry Orchid). Pohon Cherry
merupakan karya besar Chekov. Karya lainnya adalah “Uncle Vanya”, “The Sea Gull”, dan
“The Three Sisters”. Ada kualitas dan ciri yang sama dari karya Chekov, yaitu tragedi senyap,
hasrat, kerinduan, dan karakter yang hidup. Pengarang lain adalah Maxim Gorki (1868-1936)
dengan karyanya “The Lower Depth”. Leonid Andreyev (1971-1919) dengan karyany “The
Live of Man”, “King Hunger”, dan “He Who Gets Slapped”.

(j) Amerika (Godfrey sampai Miller)


Pengarang drama yang paling awal di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan karya “The
Prince of Parthia” (1767). Harriet Beecher Stowe (1811-1896) menulis “The Octoroon”. David
Belasco (1854-1931) menulis “The Girl of Goldent West”. Bronsin Howard (1842-1908)
menulis “Shenandoah”. James A. Henre (1839-1901).

You might also like