Professional Documents
Culture Documents
a. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini membahas tentang Definisi Ekologi dan Konsep Ekologi,
faktor tersebut dengan hewan itu sendiri. Selain itu mahasiswa dapat
baik di lapangan maupun di laboratorium. Hal ini sangat berguna dalam hal
1
pengambilan dan penentuan kebijakan dalam penerapnnya di lapangan, karena
c. Standard Kompetensi
benar.
d. Materi
Bab 5. Populasi
Bab 6. Suksesi
Bab 7. Ekoenergetika.
buku yang relevan dengan materi yang akan dibahas pada setiap
pertemuan.
wawasan keilmuan.
2
3. Carilah tambahan materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas
4. Mintalah petunjuk dari dosen jika ada konsep yang belum terselesaikan
5. Kerjakan tugas mandiri yang diberikan pada akhir perkuliahan dan ikuti
3
BAB I
DEFINISI EKOLOGI DAN KONSEP EKOLOGI HEWAN
1.1. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Bab ini akan menguraikan Definisi Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan,
Sasaran dan Ruang Lingkup Ekologi Hewan, Peranan Ekologi Bagi Manusia,
Permodelan dan Pendekatan dalam Ekologi Hewan serta Aplikasi Konsep Ekologi
Hewan.
Relevansi
Bab ini merupakan pengetahuan awal yang sangat erat hubungannya
dengan bab-bab selanjutnya.
Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa Jurusan Biologi
semester VII dapat menjelaskan Definisi Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan
dengan tepat.
1.2. Penyajian
Uraian dan Contoh
PENDAHULUAN
1. Ekologi dan Konsep Ekologi Hewan
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu. Beberapa
ahli ekologi mendefinisikan Ekologi sebagai berikut:
a. Odum (1963), Ekologi diartikan sebagai totalitas atau pola hubungan
antara makhluk dengan lingkungannya.
b. Kendeigh (1980), Ekologi sebagai kajian tentang hewan dan tumbuhan
dalam hubungannya antara satu makhluk dengan makhluk hidup yang lain
dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
c. Krebs (1972), Ekologi, merupakan ilmu yang mempelajari interaksi-
interaksi yang menentukan sebaran/agihan (distribusi) dan kelimpahan
organisme-organisme.
4
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling
ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan
tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu
lingkungan biotik maupun abiotik.
Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu ilmu adalah organisme,
kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan
proses-proses penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika
dihubungkan dengan ekologi hewan dapat disimpulkan bahwa Ekologi Hewan
adalah suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara
hewan dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak
langsung meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan
tersebut.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup Ekologi Hewan
Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek
dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas
dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta
faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan
organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan
keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang dapat
dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya bagi
kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya, makanannya,
perilaku (behavior) dan lain-lain.
Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini
dapat kita manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan
menganalisis keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga
kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan
tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari
habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan
lain-lain. Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat
5
dan teliti, maka pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga
kelestariannya di alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat
alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya
dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan
mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Adapun ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu;
Synekologidan Autekologi. Synekologi adalah materi bahasan dalam kajian atau
penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang
terjadi dalam komunitas tersebut. Contohnya; mempelajari atau meneliti tentang
distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu di daerah pasang surut. Autekologi
adalah kajian atau penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi
dari individu-individu atau populasi suatu species hewan. Contohnya adalah
meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila
sp.), mulai dari habitat, makanan, fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an
lain-lain.
Menurut Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar
pokok bahasan dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini;
a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara local dan regional,
mulai tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat, komunitas sampai
biogeografi atau penyebaran hewan di muka bumi.
b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta adaptasi structural maupun perilaku
terhadap perubahan lingkungan.
c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.
d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian, musiman, tahunan dsb) dari
kehadiran, aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.
e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola interaksi-interaksi hewan dalam
populasi dan komunitas.
f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan ekologi evolusioner.
g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.
h. Ekologi sistem dan permodelan.
6
Dengan demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian
individu/organisme, populasi, komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan
kelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder,
sistem dan permodelan ekologi.
3. Peranan Ekologi Bagi Manusia
Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah
dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga dengan mudah mengubah kondisi lingkungannya
sesuai keinginannya. Dengan keberhasilannya ini dengan mudah menyebabkan
laju peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%) pertahun.
Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia
telah menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin
bertambahnya lingkungan buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah
pencemaran lingkungan oleh limbah buangan industri, kelangkan dan kepunahan
species berbagaim organisme, terjadinya perubahan pola cuaca maupun iklim,
semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis penyakit yang berbahaya
dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu; 1) menjaga
kelestarian ketersediaan sumberdaya, 2) memelihara kondisi lingkungannya.
Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya
penelitian-penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek
ekologi dari suatu populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor
penting dapat diketahui dengan tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih
akkurat. Hal ini dapat mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan manusia,
karena adanya acuan yang lebih baik untuk mencegah terjadinya perubahan-
perubahan maupun kerusakan yang dapat merugikan kondisi lingkungan serta
menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya agar lestari dan
pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-
nilai terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut
masalah-masalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta
7
pengolahan dan konservasi satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor
pembatas telah banyak diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep
tersebut juga telah melandasi penanganan berbagai masalah seperti pengendalian
hama dan penyakit, penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai indicator
menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, hubungan predator
mangsa dan parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-
upaya konservasi satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya)
maupun exsitu ( pemeliharaan di lingkungan buatan yang menyerupai habitat
aslinya) dan lain-lain. Banyak masalah-masalah yang terpecahkan dengan
mempelajari ekologi hewan yang senantiasa berlandaskan pada konsep efisiensi
ekologi.
4. Permodelan dan Pendekatan dalam Ekologi
Permodelan ekologi disusun dalam menghadapi berbagai kondisi alam
atau lingkungan yang terus menerus berubah atau dinamis. Dalam hal ini manusia
dituntut dapat membuat penjelasan terhadap fenomena-fenomena alam untuk
memperoleh manfaat bagi kepentingan hidupnya maupun meramalkan kejadian
yang mungkin akan terjadi guna menghindari efek buruknya bagi manusia.Untuk
dapat memenuhi tuntutan tersebut diperlukan acuan dan peramalan yang lebih
baik dan tepat. Hasil studi tersebut dibuat dalam bentuk permodelan ekologi.
Penyusunannya didukung oleh hasil-hasil penelitian ekologi yang memberikan
informasi kuantitatif dan pengelolaan datanya banyak dibantu oleh teknik-teknik
computer.
Model Ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai
bentuk penerjemahan fenomena ekologi yang sebenarnya dan telah
disederhanakan. Jumlah variable dalam suatu model lebih rendah dari yang
sebenarnya, karena yang ditampilkan hanya faktor-faktor dan proses kuncinya
saja, yaitu yang paling penting serta paling menentukan. Informasi ini didapatkan
dari hasil sejumlah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif maupunh
eksperimental di lapangan maupun di laboratorium.
8
Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik
sebagai bentuk penerjemahan fenomena ekologp yang sebenarnya dan telah
disempurnakan.
5. Pendekatan dalam Ekologi Hewan
Pendekatan dalam ekologi dapat secara laboratories, lapangan dan
matematik. Dalam ekologi hewan salah satu kendala yang sulit adalah
pengukuran, metode dan teknik pengamatan. Hal ini disebabkan oleh sifat hewan
yang senantiasa bergerak dan berpindah-pindah baik secara liar maupun jinak.
Misalnya menyangkut penentuan kelimpahan dan perilaku hewan yang diteliti,
ukuran tubuh mulai dari milimikron sampai yang besar dan tinggi, stadia
perkembangan, kecepatan dan daya gerak yang berbeda-beda, lingkungan yang
ditempati juga berbeda-beda seperti; habitat daratan, perairan tawar ataupun laut
serta keunikan dan kespecifikan perilaku hidupnya termasuk aktivitasnya dalam
sehari.
Metode dan teknik penelitian bukan saja ditentukan oleh hal-hal tersebut
di atas, tetapi hal lain yang sangat penting adalah tujuan, sasaran dan manfaat dari
penelitian itu. Penelitian ekologi hewan yang bersifat deskriptif ataupun
eksperimental dengan data kuantitatif memerlukan desain (rancangan), prosedur
kerja serta pengolahan data secara statistic.
Penelitian eksperimen, pada dasarnya melibatkan 2 komponen atau
perangkat obyek yang diteliti, yakni; perangkat eksperimen (perlakuan) dan
control. Perangkat control merupakan suatu perangkat obyek yang diamati dan
kondisinya serupa benar dengan perangkat eksperimen, kecuali ada hal-hal
tertentu merupakan faktor atau proses yang diteliti atau yang diberikan sebagai
perlakuan.
Pada umumnya penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium
yang kondisinya sangat berbeda dengan kondisi di lingkungan alami atau kondisi
habitat alami yang ditempati hewan yang diteliti. Kondisi lingkungan dalam suatu
penelitian laboratorium merupakan kondisi yang dapat dikendalikan oleh peneliti,
misalnya dibuat sangat berbeda dalam satu atau lebih faktor lingkungan
9
dibandingkan dengan kondisi lingkungan alami atau dibuat sedemikian rupa yang
sangat mirip dengan kondisi lingkungan alami.
6. Aplikasi Konsep Ekologi Hewan
Dalam perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan
lahirnya cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi
yang terbatas, khusus dan mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme,
misalnya; Ekologi Tumbuhan, Ekologi hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma,
Ekologi Serangga, ekologi Burung dan lainnya.
Ekologi Hewan, bahasannya memerlukan pemahaman mengenai aspek-
aspek biologi lainnya juga menyangkut matematika dan statistika. Sebenarnya
konsep, asas ataupun generalisasi dalam ekologi hewan telah banyak memberikan
nilai-nilai terapan yang cukup dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama
dalam bidang-bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehata dan
pengolahan maupun konservasi satwa liar. Penerapan ekologi makin penting
dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam memelihara
ketersediaan sumberdaya serta kualitas lingkungan hidup yang
berkesinambungan.
Dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran
toleransi dan faktor pembatas serta dalam masalah pengendalian populasi hama
dan penyakit (Biological Control). Dengan konsep ekologi hewan juga telah
melandasi penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai species indicator
yang menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, sudah tercemar atau
belum. Konsep lain dalam bidang pertanian dan kesehatan adalah hubungan
predator mangsa dan parasitoid inang. Dalam upaya meningkatkan hasil produk
ikan maupun ternak, pengelolaan satwa liar baik yang bersifat insitu
(pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu (pemeliharaan di lingkungan
buatan) seluruhnya berazaskan dan berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-azas
ekologi.
- Rangkuman
1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan interaksi makhluk
hidup dengan lingkungannya.
10
2. Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi antara
hewan dengan lingkungannya yang menentukan sebaran (distribusi) dan
kemelimpahan hewan-hewan tersebut.
3. Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar
yang melanda kinerja hewan-hewan meliputi individu, populasi, komunitas
maupun sistem ekologisnya, guna menemukan proses dan mekanisme kunci
untuk menyusun permodelan yang akan dipakai dalam peramalan.
4. Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai
bentuk penerjemahan fenomena ekologi yang telah disederhanakan.
5. Ruang lingkup ekologi hewan meliputi kajian individu/organisme, populasi,
komunitas, dan ekosistem tentang distribusi dan kemelimpahan, adaptasi dan
perilaku, habitat dan relung, produktivitas, sistem dan permodelan ekologi.
6. Pendekatan dalam ekologi hewan dapat secara laboratories dan matematik.
7. Aplikasi penerapan ekologi hewan banyak dimanfaatkan dalam bidang
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan konservasi satwa liar.
1.3. Penutup
a. Tes formatif
1. Jelaskan perbedaan Konsep Ekologi dengan Ekologi Hewan.
2.Apa sasaran utama Ekologi Hewan? Jelaskan.
3. Sebutkan contoh-contoh aspek terapan Ekologi Hewan.
b. Umpan balik dan tindak lanjut
- Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Membuat ringkasan materi pada setiap bab sebelum materi tersebut
dibahas dalam diskusi maupun praktikum
- Aktif dalam diskusi dan praktikum
- Mengerjakan latihan dan tugas
11
- Tindak lanjut
Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% tes formatif di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkanke bab selanjutnya sebab pengetahuan
konsep perlindungan tanaman merupakan dasar untuk bab selanjutnya.
Jika ada diantara mereka belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk :
1. Mempelajari kembali materi di atas.
2. Berdiskusi dengan teman terutama tentang hal-hal yang belum
dikuasai.
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam diskusi.
c. Jawaban tes formatif
1. Ekologi adalah Ilmu yang mempelajari hubungan atau interelasi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya atau hubungan yang saling
mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan
lingkungannya. Konesp Ekologi Hewan adalah suatu cabang biologi yang
khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan dengan lingkungan
biotic dan abiotiknya yang menentukan sebaran (distribusi)dan
kemelimpahan hewan-hewan tersebut.
2. Sasaran utama Ekologi Hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek
dasar yang melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi,
komunitas maupun sistem ekologis (ekosistem) yang ditempatinya.
3. Contoh-contoh aspek terapan Ekologi Hewan adalah:
a. Bidang Pertanian dan Kesehatan; Konsep mengenai hubungan predator
mangsa dan parasitoid inang, pengendalian populasi hama dan penyakit
maupun vector penyebar penyakit pada manusia atau tanaman budidaya.
b. Peternakan : Mendeteksi penyakit hewan misalnya virus flu burung, dan
lain-lain
c. Perikanan; Mendeteksi penyakit dan hama ikan dan lain-lain.
d. Konservasi satwa liar.
12
1.4. Daftar Pustaka
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man.
Prentice Hall, New Jersey.
13
BAB II
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
2.1. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Bab ini menguraikan pengertian Lingkungan Bagi Hewan sebagai Kondisi
dan Sumberdaya, Hewan dan Lingkungan Biotik, Hewan dan Lingkungan
Abiotik, Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya dan Komunitas.
Relevansi
Bab ini merupakan pengetahuan awal yang sangat erat hubungannya
dengan bab selanjutnya.
Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan kuliah ini, mahasiswa Jurusan Biologi semester VII
dapat menjelaskan Hewan dan Lingkungannya dengan benar.
2.2. Penyajian.
Uraian dan Contoh
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
1. Lingkungan bagi Hewan Sebagai Kondisi dan Sumberdaya.
Lingkungan hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di
sekitarnya dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dalam suatu lingkungan yang menyediakan kondisi dan
sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.
Begon (1996), membedakan faktor lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,
yaitu; Kondisi dan Sumberdaya. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik
yang keadaannya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan
waktu.
Hewan bereaksi terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain
berupa.; temperature, kelembaban, Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat
organic dan anorganik.
14
Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme,
yang dapat dibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya digunakan untuk
menunjukkan suatu faktor abiotik maupun biotikyang diperlukan oleh hewan,
karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh
hewan. Setiap hewan akan bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu. Oleh
karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selalu dapat beradaptasi
terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian diri tersebut
hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat bertahan
hidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi akan mati atau beremigrasi
bahkan akan punah.
Perubahan lingkungan terhadap waktu, secara garis besarnya terdiri atas 3,
yaitu;
a. Perubahan Siklik, perubahan yang terjadinya berulang-ulang secara
berirama, seperti malam dan siang, laut pasang dan surut, kemarau dan
penghujan, dll. Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman,
tahunan.
b. Perubahan Terarah, suatu perubahan yang terjadi berangsur-angsur, terus
menerus dan progresif dan menuju ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisa
lama. Contohnya mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo.
c. Perubahan Eratik, suatu perubahan yang tidak berpola dan tidak
menunjukkan arah perubahannya. Contohnya; pengendapan Lumpur
Lapindo di Jawa Timur (Ponorogo), kebakaran hutan, letusan gunung
berapi dan lain-lain.
2. Hewan dan Lingkungan Biotik
Setiap organisme di muka bumi menempati habitatnya masing-masing.
Dalam suatu habitat terdapat lebih dari satu jenis organisme dan semuanya berada
dalam satu komunitas. Komunitas menyatu dengan lingkungan abiotik dan
membentuk suatu ekosistem. Dalam ekosistem hewan berinteraksi dengan
lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta mikroorganisme lainnya.
Interaksi tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi dan antar komunitas.
Interaksi tersebut merupakan fungsi ekologis dari suatu ekosistem.
15
Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu dalam suatu populasi
atau berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan dengan pejantan lainnya
untuk memperebutkan territorial, antarseekor kucing dengan tikus. Interaksi
populasi terjadi antar kelompok hewan dari suatu jenis organisme dengan
kelompok lain yang berbeda jenis organisme. Misalnya sekelompok harimau
berburu sekelompok rusa di padang rumput. Interaksi antar komunitas terjadi
antar kelompok-kelompo singa, kerbau, bison dan banteng di satu pihak dengan
rumput dan semak-semak di pihak lain ketika hewan itu merumput di padang
rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya terjadi antar
organisme yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama.
Faktor-faktor biotic yang mempengaruhi kehidupan hewan adalah sebagai
berikut:
Komunitas dan Ekosistem
Komunitas (biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan
bagian dari jenis ekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu
suatu satuan lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat bermacam-macam
makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme) dan antar sesamanya dan
lingkungan di sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang
salingmempengaruhi.
Ekosistem
Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat
hubungan yangfungsional antar sesame makhluk hidup dan antar makhluk hidup
dengan komponen lingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem
adalah proses-proses yang melibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik
untukm mengelola sumberdaya yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya
tersebut adalah sesuatu yang digunakan oleh o0rganisme untuk kehidupannya,
yaitu energi, cahaya dan unsure-unsur nutrisi.
Interaksi antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan
populasi setiap organisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta
perkembangan struktur komunitas biotic.
Produsen
16
Produsen terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat
menyusun bahan organic dari bahan organic sebagai bahan makanannya.
Penyusunan bahan organic itu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi
yang diperlukan untuk aktivitas metabolisme dan aktivitas hidup lainnya.
Organisme autotrof adalah; sebagian besar adalah organisme berklorofil, yang
sebagian besar terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa bakteri.
Konsumen
Konsumen adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu
organisme yang tidak dapat memanfaatkan energi secara langsung untuk
memenhuhi kebutuhan energinya. Organisme heterotrof sebagai organisme yang
tidak dapat menyusun bahan organic dari bahan anorganik. Energi kimia dan
bahan organic yang diperlukan dipenuhi dengan cara mengkonsumsi energi kimia
dan bahan organic yang diproduksi oleh tumbuhan hijau (produsen).
Organisme yang tergolong konsumen adalah; Herbivore, yaitu memakan
tumbuhan. Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu, belalang dan siput.
Karnivor, adalah hewan pemakan hewan lain baik herbivore maupn sesame
karnivor. Karnivor pada umumnya adalah hewan buas (harimau, singa, ular), dan
hewan pemakan bangkai (komodo, burung hantu, dll). Predator juga termasuk
sebagai karnivor. Omnivor, adalah hewan pemakan segalanya baik tumbuhan
maupun hewan yang sudah mati, misalnya kucing, ayam, musang , tikus dan lain-
lain. Detritivor, adalah organisme yang berperan sebagai pengurai
(mikroorganisme) seperti bakteri.
Predator
Predator adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan
membunuh. Hewan yang dimangsanya adalah hewan yang masih hidup.
Contohnya adalah kucing makan tikus, capung makan serangga.
Parasit
Parasit, adalah hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat
mempengaruhi inangnya karena semua zat makanan dari inang diserapnya untuk
17
memenuhi kebutuhannya. Parasit berupa hewan kecil dan organisme kecil yanmg
termasuk jamur dan bakteri pathogen.
Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas, tetapi
pada fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa) serangga lain
yang merupakan inangnya. Serangga parasitoid pada umumnya termasuk pada
ordo Hymenoptera dan Diptera. Hewan dewasa parasitoid meletakkan telurnya di
dekat atau pada tubuh serangga lain (telur, larva dan pupa). Ketika telur parasitoid
yang diletakkan pada tubuh inangnya menetas, selam fase larva itu belum dewasa
akan hidup terus dalam tubuh inang. Larva tersebut akan makan sebagian atau
seluruh tubuh dari inang sehingga menyebakan kematian bagi inangnya.
Pengurai
Pengurai, adalah organisme yang berperan sebagai pengurai. Cara
mengkonsumsi makanan tidak dapat menelan dan mencerna makanan di dalam sel
tubuhnya, melainkan harus mengeluarkan enzim pencerna keluar sel untuk dapat
menguraikan makanannya yang berupa organic mati menjadi zat-zat yang
molekulnya kecil sehingga dapat diserap oleh sel.
Mikrobivor
Mikrobivor adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri
dan fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda.
Detritivor
Detritivor adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organic
mati yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus
antara lain; rayap, anjing tanah dan cacing tanah.
Intraspesifik dan interspesifik
Hubungan timbal balik antara dua individu dalam suatu jenis organisme
(intraspsifik) dan hubungan antara dua individu yang berbeda jenis (interspesifik).
Hubungan-hubungan ini meliputi:
Kompetisi
Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan
satu macam sumberdaya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah
18
satu pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal. Persaingan
ini terjadi pada saat populasi meledak sehingga hewan akan berdesak-desakan di
suatu tempat tertentu. Dalam kondisi demikian biasanya hewan yang kuat akan
mengusir yang lemah dan akan menguasai tempat itu sedangkan yang lemah akan
beremigrasi atau mati bahkan punah.
Simbiosis
Hubungan interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non simbiosis.
Hubungan simbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis
organisme yang keduanya selalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis adalah
Flagellata yang hidup dalam usus rayap. Flagellata itu mencerna selulosa kayu
yang dimakan rayap. Dengan demikian rayap dapat menyerap karbohidrat yang
berasal dari selulosa itu. Hubungan nonsimbiosis adalah hubungan antara dua
individu yang hidup secara terpisah, dan hubungan terjadi jika keduanya
bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan tanaman bunga.
Bunga akan terbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya serbuk sari
bunga oleh kaki kupu-kupu dengan tidak sengaja ke bunga yang lain pada saat
kupu-kupu mengisap nectar dari bunga tersebut. Simbiosis sebagai hidup bersama
antara dua individu dari dua jenis organisme, baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan.
Pemisahan Kegiatan Hidup
Peristiwa ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan hewan
yang lain dapat berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup (partition). Dalam
hubungan ini hewan-hewan yang hidup di suatu habitat mengadakan spesialisasi
dalam hal jenis makanan atau dalam metode dan tempat memperoleh
makanannya. Misalnya burung Flaminggo mempunyai kaki dan leher yang
panjang yang berfungsi dalam hal pengambilan makanannya berupa organisme
kecil dan di tempat berlumpur sehingga burung tersebut mudah meraihnya.
Kanibalisme
Kanibalisme adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh
bahkan memakannya terhadap individu lain yang masih sejenis. Contoh belalang
sembah betina membunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan, ayam
19
dalam satu kandang yang berdesak-desakan sehingga ruangan dan makananya
terbatas menyebabkan persaingan yang hebat.
Amensalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau
merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme
yang dihambat atau dirugikan.
Komansalisme
Hubungan antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang
menguntungkan bagi yang lain sedangkan dirinya tidak terpengaruh oleh
kehadiran organisme yang lain itu.
Mutualisme
Hubungan antara dua jenis organisme atau individu yang saling
menguntungkan tanpa ada yang dirugikan.
3. Hewan dan Lingkungan Abiotik
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan
berpndah tempat. Gerakannya disebabkan oleh rangsangan tertentu yang berasal
dari lingkungannya. Faktor-faktor yang merangsang hewan untuk bergerak adalah
makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban,dan lain-lain.
Faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan hewan dibedakan
atas kondisi dan sumberdaya. Sumberdaya terdiri atas:
Materi adalah bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk
membangun tubuh. Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam
mineral) dan zat-zat organic (tubuh organisme lain atau sisa-sisa tubuh organisme
yang sudah mati).
Energi adalah daya yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitas
hidup. Ruang adalah tempat yang digunakan organisme untuk menjalankan siklus
hidupnya.
Hewan dan organisme lain mempunyai hubungan yang saling
ketergantungan dengan lingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal balik
antara keduanya. Hubungan timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan
Koasi. Lingkungan abiotik hewan meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat.
20
Medium adalah bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan
organisme tersebut berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat
mineral dari air, sebaliknya air menerima kotoran ikan dalam air. Bagi beberapa
jenis hewan, medium merupakan habitatnya.
Beberapa fungsi medium bagi hewan;
1. Tempat tinggal misalnya; ikan hidup di air, cacing hidup di dalam tanah
2. Sumber materi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya;
hewan darat memperolh Oksigen dari udara.
3. Tempat membuang sisa metabolisme, seperti Karbondioksida dan feces.
4. Tempat berepeoduksi, misalnya, katak pergi ke air untuk kawin dan
bertelur.
5. Menyebarkan keturunan, misalnya; Larva ketam air tawar (Megalopa),
menyebar di perairan sungai setelah berimigrasi dari laut ke arah hulu
sungai.
Setiap medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya
sebagai akibat perubahan suhu, tegangan permukaan kekentalan, massa jenis dan
tekanan.
Substrat adalah permukaan tempat organisme hidup, terutama untuk
menetap atau bergerak, atau benda-benda padat tempat organisme menjalankan
seluruh atau sebagian hidupnya. Setiap organisme memerlukan medium, tetapi
tidak semua mempunyai substrat. Hewan air yang bersifat pelagic (berenang)
tidak mempunyai substrat. Medium juga tidak berubah sebagai akibat adanya
aktifitas organisme. Substrat mengalami modifikasi oleh aktivitas organisme,
misalnya tanah padang rumput yang gembur menjadi padat jika digunakan untuk
gembala kambing atau kerbau terus menerus. Substrat sebagai tempat berpijak,
membangun rumah atau kandang dan tempat makanan. Beberapa hewan
menggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena warna substrat sama
dengan warna tubuhnya, misalnya; bunglon dan belalang kayu.
Beberapa faktor fisik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah
Tanah
21
Tanah merupakan substrat bagi tumbuhan untuk tumbuh, merupakan
medium untuk pertumbuhan akar dan untuk menyerap air dan unsure-unsur hara
makanan. Bagi hewan tanah adalah substrat sebagai tempat berpijak dan tempat
tinggal, kecuali hewan yang hidup di dalam tanah. Kondisi tanah yang
berpengaruh terhadap hewan tersebut adalah kekerasannya.
Faktor dalam tanah yang mempengaruhi kehidupan hewan tanah antara
lain kandungan air (drainase), kandungan udara (aerase), suhu, kelembaban serta
sisa-sisa tubuh tumbuhan yang telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air
maka oksigen di dalam tanah akan berkurang dan karbondioksidanya akan
meningkat. Air juga menyebabkan tanah menjadi cepat asam, karena eir
mempercepat pembusukan. Kurangnya oksigen menyebabkan gangguan
pernapasan , dan zat-zat yang bersifat asam dapat meracuni hewan. Tanah yang
terlalu kering menyebabkan hewan dalam tanah tidak dapat mengekstrak air
secara normal. Kandungan karbondioksida dalam tanah lebih banyak daripada di
atmosfir. Jika tanah banyak mengandung rongga pertukaran udara antar tanah
dengan atmosfir menjadi lancar, karbondioksida dapat keluar sementara oksigen
masuk.Rongga-rongga tanah dapat diperbanyak jika dalam tanah tersebut banyak
hewan penggali tanahseperti cacing tanah dan anjing tanah.
Air
Air sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan.
Perwujudan air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam
tubuh hewan akan berubah menjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu
lingkungan, menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme
tidak akan bejalan noremal, sebaliknya penguapan air yangb berlebihan dari
dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekeurangan air.Hewan dapat dibedakan
atas 3 kelompok ditinjau dari pengaruh air, yaitu; Hidrosol ( Hydrosoles) atau
hewan air, Mesosol (Mesocoles), hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu
basah dan tidak terlalu kering dan Xeroso ( Xerosole), hewan yang hidup di
tempat yang kering karena tingginya penguapan.
22
Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air ditentukan oleh
kemampuannya mempertahankan osmotic dalam tubuhnya dan berhubungan
dengan kemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
Temperatur
Temperatur merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan
menyebar ke berbagai tempat. Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan
dalam proses reproduksi, metabolisme serta aktivitas hidup lainnya. Suhu
optimum adalah batas suhu yang dapat ditolerir oleh hewan, lewat atau kurang
dari suhu tersebut menyebabkan hewan terganggu bahkan menuju kematian
karena tidk tahan terhadap suhu.
Cahaya
Cahaya dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan
hewan dan tingkah laku.
Gravitasi
Pengaruh gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak pada
substrat yang horizontal.Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring atau
tegak, berenang di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh gravitasi
bumi. Gravitasi juga berpengaruh pada perbedaan tekanan air dan udara.
Gelombang Arus dan Angin
Kehidupan hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angina. Hewan yang
hidup di lingkungan air mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran
dan arus air. Demikian dengan hewan yang hidup di darat dan udara menghadapi
arus angina. Namun demikian arus air dan angina yang normal sangat
berpengaruh positif terhadap hewann, karena air dan angina dapat membantu
sebagian aktivitas hewan.
pH
Pengaruh pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) secara
langsung, mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di respirasi,
2) tidak langsung, mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi organisme, 3)
meningkatkan konsentarasi racun logam berat terutama ion AI.
23
Di lingkungan daratan dan perairan, pH menjadi faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan penyebaran organisme. Toleransi hewan
yang hidup di lingkungan air umumnya pHnya bervartiasi.
Salinitas
Salinitas adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam
di lingkungan perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan
perairan tawar, air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena salinitasi air
lebih renadah daripada cairan tubuh. Hewan yang bhidup di phabitat laut
umumnya bersifat isotonic terhadap salinitas air laut sehingga tidak ada peresapan
air ke dalam tubuh hewan.
4. Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya
Setiap organisme harus mampu beradaptasi untuk menghadapi kondisi
faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran faktor abiotik
yang seluas-luasnya. Pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran
toleransi tertentu terhadap semua semua faktor lingkungan.
Hukum Toleransi Shelford
“ Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis,
yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu
terhadap kondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang
mendekati batas kisaran tolrensinya, maka organisme tersebut akan mengalami
cekaman (stress). Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya,
hewan yang didedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi
kritis Hipotermia dan pada suhu ekstirm tinggi akan mengakibatkan gejala
Hipertemia. Apabila kondisi lingkungan suhu yang demikian tidak segera berubah
maka hewan akan mati.
Dalam menentukan batas-batas kisaran toleransi suatu hewan tidaklah
mudah. Setiap organisme terdedah sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan,
oleh adanya suatu interaksi faktor maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah
efek faktor lingkungan lainnya. Misalnya suatu individu hewan akan merusak
efek suhu tinggi yang lebih kerasapabila kelembaban udara yang relative rendah.
24
Dengan demikian hewan akan lebih tahan terhadap suhu tinggi apabila udara
kering disbanding dengan pada kondisi udara yang lembab.
Dalam laboratorium juga sangat sulit untuk menentukan batas-batas
kisaran toleransi hewan terhadap sesuatu faktor lingkungan. Penyebabnya ialah
sulit untuk menentukan secara tepat kapan hewan tersebut akan mati. Cara yang
biasa dilakukan ialah dengan memperhitungkan adanya variasi individual batas-
batas kisaran toleransi itu ditentukan atas dasar terjadinya kematian pada 50% dari
jumlah individu setelah dideadahkan pada suatu kondisi faktor lingkungan selama
rentang waktu tertentu. Untuk kondisi suhu, misalnya ditentukan LT50 – 24 jam
atau LT50 – 48 jam (LT= Lethal Temperatur). Untuk konsentrasi suatu zat dalam
lingkungan biasanya ditentukan dengan LC 50 – X jam ( LC= Lethal
Concentration; X dapat 24, 48, 72 atau 96 jam) dan untuk sesuatu dosis ditentukan
LD50 – X Jam.
Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan tertentu pada berbagai
jenis hewan berbeda-beda. Ada hewan yang kisarannya lebar (euri) dan ada
hewan yang sempit (steno). Kisaran toleransi ditentukan secara herediter, namun
demikian dapat mengalami perubahan oleh terjadinya proses aklimatisasi (di
alam) atau aklimasi (di lab).
Aklimatisasi adalah usaha manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap
kondisi faktor lingkungan di habitat buatan yang baru. Aklimasi adalah usaha yang
dilakukan manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor
lingkungan tertentu dalam laboratorium.
Konsep kisaran toleransi, faktor pembatas maupun preferendum
diterapkan di bidang-bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi dan
lain-lain. Hal ini dilakukan dengan harapan kinerja biologi hewan, pertumbuhan
dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi hewan yang merugikan
kondisi lingkungan biasanya dibuat yang sebaliknya.
Setiap hewan memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran
di suatu habitat sangat ditentukan oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat
tersebut. Kehadiran dan kinerja populasi hewan di suatu tempat menggambarkan
tentang kondisi faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu ada
25
istilah spesies indicator ekologi, baik kajian ekologi hewan maupun ekologi
tumbuhan. Species indikatoe ekologi adalah suatu species organisme yang
kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi petunjuk mengenai
bagaimana kondisi faktor-faktor fisiko – kimia di suatu tempat.
Beberapa species hewan sebagai spcies indicator antara lain adalah
Capitella capitata (Polychaeta) sebagai indicator untuk pencemaran bahan
organic. Cacing Tubifex (Olygochaeta) dan lain-lain.
Kriteria-kriteria species indicator adalah;
a. aran toleransinya sempit untuk satu atau beberapa faktor lingkungan
b. Ukuran tubuh cukup besar sehingga mudah dideteksi
c. Kelimpahannya tinggi sehingga mudah didapatkan dan mudah
dijadikan sample.
d. Mudah diidentifikasi
e. Distribusnya kosmopolit
f. Mudah mengakumulasi zat-zat polutan
g. Mudah dipelihara di laboratorium
h. Mempunyai keragaman jenis atau genetic dan relung yang sempit
5. Komunitas
Komunitas disebut juga Biocenuse, adalah beberapa jenis organisme yang
merupakan bagian dari suatu jenis ekologis tertentu yang disebut ekosistem unit.
Ekologis yang dimaksud adalah suatu satuan lingkungan hidup yang di dalamnya
terdapat bermacam0macam makhluk hidup (tumbuhan dan hewan). Antar
sesamanya dan lingkungan sekitarnya membentuk hubungan timbale balik yang
saling mempengaruhi. Komunitas berupa hewan yang terdiri dari berbagai macam
hewan, komunitas tumbuhan dalam satu ekosistem atau seluruh hewan dan
tumbuhan yang disebut komunitas biotic.
Komunitas suatu ekosistem tertentu mempunyai ciri-ciri tertentu. Salah
satu karakternya adalah keragaman jenis organisme penyusunnya. Keragaman
komunitas biasanya ditentukan dengan menghitung indeks keragaman.
- Latihan
26
Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, maka
kerjakanlah soal-soal berikut ini :
1. Bagaimana menurut anda interelasi antara hewan dengan
lingkungannya?
2. Apakah perbedaan Kondisi dengan Sumberdaya?
3. Anda yang anda tahu tentang komunitas? Berilah contoh.
- Kunci Jawaban
1. Interelasi hewan dan lingkungannya bersifat timbale balik. Lingkungan
bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitar
hewan dan dapat mempengaruhinya. Hewan hanya dapat tumbuh,
berkembangbiak dan hidup dalam lingkungan yang menyediakan kondisi
yang cocok dan sumberdaya yang dibutuhkan serta terhindar dari hal-hal
yang membahayakannya.
2. Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya
berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan
waktu.Sumberdaya adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme
yang dapat dibedakan atas materi, energi dan ruang.
3. Komunitas adalah bagian dari suatu jenis ekologis tertentu yang
disebut ekosistem unit., yaitu suatu satuan lingkungan hidup yang di
dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidupdan saling
mempengaruhi. Komunitas biasanya ditentukan dengan menghitung indeks
keragaman.
- Rangkuman
1. Lingkungan adalah faktor-faktor abiotik dan biotic di luar tubuh organisme
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme, yang dibedakan atas kondisi
dan sumberdaya.
2. Faktor-faktor biotic yang berpengaruh terhadap kehidupan hewan adalah
komunitas dan ekosistem, produsen, konsumen, predator, parasit dan
parasitoid, pengurai, mikrobivor dan detritivor.
27
3. Faktor-faktor abiotik yang berpengaruh pada kehidupan hewan adalah tanah,
air, temperature, arus air dan angin, salinitas dan makanan.
4. Setiap organisme terdedah pada faktor lingkungan abiotik yang selalu dinamis
atau berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu.
2.3. Penutup
a. Tes formatif
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lingkungan bagi hewan!
2. Sebutkan 3 contoh kondisi lingkungan dan 3 contoh sumberdaya bagi hewan
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktor lingkungan sebagai faktor pembatas
bagi kehidupan hewan.
b. Umpan balik dan tindak lanjut
- Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Membuat ringkasan materi pada setiap bab sebelum materi tersebut
dibahas dalam diskusi maupun praktikum
- Aktif dalam dsikusi dan praktikum
- Mengerjakan latihan dan tugas
- Tindak lanjut
Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% tes formatif di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya sebab pengetahuan
dinamika populasi organisme pengganggu tanaman merupakan dasar untuk
bab selanjutnya.
Jika ada diantara mereka belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk :
1. Mempelajari kembali materi di atas.
2. Berdiskusi dengan teman terutama tentang hal-hal yang belum
dikuasai.
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tiudak jelas dalam
diskusi.
c. Jawaban tes formatif
28
1. Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor biotic dan abiotik yang ada di
sekitar hewan dan dapat mempengaruhinya.
2. Contoh-contoh kondisi adalah: Temperatur, kelembaban, pH,
Contoh-contoh sumberdaya: Materi, energi dan ruang.
2.4 . Daftar Pustaka
Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend. 1986. Ecology: Individuals
Populations and Communities. Blacwell. Oxfor.
2.5. Senarai
Sumberdaya = Segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme.
Kondisi = Faktor-faktor lingkungan abiotik yang keadaannya berbeda
dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.
Parasitasi = Kemampuan organisme untuk memarasit organsime lain
(inang),
Patogen = Penyebab penyakit seperti jamur, bakteri, virus, nematoda.
29
BAB III
RESPON DAN ADAPTASI HEWAN
3.1. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Bab ini menguraikan Konsep Adaptasi, Mekanisme Adaptasi, Prinsip-
prinsip Adaptasi dan Bentuk-bentuk Adaptasi.
Relevansi
Bab ini merupakan pengetahuan awal yang sangat erat hubungannya
dengan bab selanjutnya.
Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan kuliah ini, mahasiswa Jurusan Biologi semester VII
dapat: Menjelaskan Respond an adaptasi Hewan dengan tepat.
3.2. Penyajian
Uraian dan Contoh
RESPON DAN ADAPTASI
1. Konsep Adaptasi
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap hewan. Hewan
mengadakan respon terhadap perubahan kondisi lingkungannya tersebut. Respon
hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya denyatakan sebagai respon
hewan terhadap lingkungannya. Respon tersebut berupa perubahan fisik,
fisiologis, dan tingkah laku. Respon hewan tersebut ada yang bersifat reaktif dan
ada yang bersifat terpola, artinya berasala dari nenek moyangnya.
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan
lingkungannya yang merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat
hidup pada lingkungannya karena kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama
dengan kondisi lingkungan nenek moyangnya.
2. Mekanisme Adaptasi
30
Sifat yang dimiliki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan sifat
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain populasi yang ada
sekarang merupakan populasi yang lolos dari seleksi alam sebagaimana yang
dinyatakan oleh Darwin.
Di alam organisme terkumpul dalam kelompok-kelompok populasi yang
diantara anggotanya terjadi hubungan kawin. Setiap kelompok disebut Deme.
Kelompok besar yang terbentuk dari banyak deme disebut jenis organisme.
Deme-deme tersebut ada yang menempati daerah-daerah geografis yang berbeda,
misalnya Kanguru yang hidup hanya di Australia dan di Irian. Daerah-daerah
geografis tersebut merupakan lingkungan hidup yang sempit dan bersifat khas
dibanding dengan daerah penyebaran jenis organismenya. Deme yang menempati
daerah geoegrafis khusus itu bisa mempunyai sifat genetik yang berbeda dengan
deme yang menempati daerah lain, jika di antara deme-deme itu terjadi isolasi
geografis sehingga antar deme tidak dapat terjadi pertukaran informasi genetik.
Kelompok yang terisolasi itu disebut klin (Cline) yang merupakan sub jenis
organisme atau sub populasi.
Perbedaan sifat genetik dari suatu klin dengan klin lainterbentuk dari
perbedaan perubahan lingkungan dalam suatu rentangan tertentu, yang disebut
gradien ekologik. Variasi sifat individu pada landaian ekologis yang berbeda
disebut ekotip. Perbedaan sifat itu dalam hal bentuk, warna dan lain-lain.
Contohnya adalah kupu-kupu Biston bitularia yang hidup di hutan jauh dari
industri berwarna abu-abu keputihan sesuai dengan warna batang pohon
substratnya, tetapi kupu-kupu yang sama hisup di daerah industri di Inggris
berwarna gelap karena tertutup oleh asap dan jelaga pabrik.
3. Prinsip-prinsip Adaptasi
Bagi hewan dan organisme lain sifat adptif sangat penting untuk bertahan hidup
pada lingkungan baru atau jika ada perubahan lingkungan habitatnya.
Kemampuan hewan dalam beradaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh:
1. Sifat genetik
2. Kemampuan berkembang biak
31
3. Frekwensi perubahan lingkungan
32
- Latihan
Untuk memperdalam pemahaman anda tentang materi di atas, maka
kerjakanlah soal-soal di bawah ini :
1. Sebutkan bentuk bentuk adaptasi yang anda ketahui!
2. Apa yang dimaksud dengan adaptasi morfologi? Berikan contoh
- Kunci Jawaban
1. Bentuk-bentukl adaptasi adalah: adaptasi struktural, adaptasi fisiologi
dan adaptasi tingkah laku.
2. Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang terjadi pada perubahan bentuk
luar tubuh seperti ukuran dan warna tubuh dan bulu, dan lain-lain.
- Rangkuman
1. Adaptasi adalah sifat dan kemampuan organisme untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannyaatau kondisi habitatnya.
2. Sifat-sifat adaptasi hewan meliputi adaptasi structural, fisiologis dan tingkah
laku.
3.3. Penutup
a. Tes formatif
1. Apa yang dimaksud dnegn Respon dan Adaptasi?
2. Uraikan dengan singkat mekanisme adaptasi
3. Sebutkan prinsip-prinsip adaptasi
4. Sebutkan bentuk-bentuk adaptasi.
b. Umpan balik dan tindak lanjut
- Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Membuat ringkasan materi pada setiap bab sebelum materi tersebut
dibahas dalam diskusi maupun praktikum
2. Aktif dalam dsikusi dan praktikum
2. Mengerjakan latihan dan tugas
33
- Tindak lanjut
Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% tes formatif di atas, maka
mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya sebab pengetahuan
terhadap konsep Aras Ekonomi dan Ambang Ekonomi merupakan dasar untuk
bab selanjutnya.
Jika ada diantara mereka belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan ::
1. Mempelajari kembali materi di atas, terutama materi yang belum
dikuasai.
2. Berdiskusi dengan teman terutama tentang hal-hal yang belum dikuasai.
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tiudak jelas dalam diskusi.
c. Jawaban tes formatif
3.4. Daftar Pustaka
Kendeigh, S.C. 1980. Ecology With Special Reference to Animal & Man.
Prentice Hall, New Jersey.
Odum, EP. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Sounders, Tokyo, Japan.
Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia.
3.5. Senarai
Adaptasi = Penyesuaian organisme dengan keadaan lingkungan atau
habitatnya
34
Nimfa = Stadia serangga yang mengalami metamorfosa tidak sempurna, bentuk
serangga ini sama dengan serangga dewasa tetapi organ-organ lain
belum berkembang dengan sempurna
BAB IV
4.1. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Relevansi
Kompetensi Dasar
35
4.2. Penyajian
Dasar-dasar Ekosistem
komponen seperti, (1) adanya individu suatu spesies, (2) tempat dan ruang atau
habitat, (3) populasi, (4) komunitas dan (5) biosfir (Pedigo, 1996: 334).
menyusun suatu ekosistem dimana secara genetik adalah unik. Setiap individu
suatu tempat dan ruang atau habitat (Oka, 1995 ; Untung, 2003 : 23).
menempati tempat yang sama dalam suatu komunitas. Komunitas ini terdiri atas
berbagai jenis organisme yang saling berinteraksi satu sama lain dalam bentuk
lingkungan. Hal ini akan menuju ke arah perkembangan yang dinamis yang
selalu berubah dari keadaan yang sederhana menuju ke arah yang lebih
kompleks, perubahan ini dikenal dengan suksesi ekologi yang dipengaruhi oleh
lingkungan biotik dan abiotik sebagai bagian dari biosfir (Untung, 2003 : 23).
36
Kumpulan populasi akan membentuk suatu komunitas yang di dalamnya
terdapat suatu aliran energi yang terjadi akibat adanya suatu interaksi. Interaksi
disini adalah hubungan timbal balik antara dua individu dalam satu spesies atau
dalam mendapatkan makanan, ruang untuk tempat tinggal dan berkembang biak.
Interaksi ini terlihat dari hubungan serangga dan tanaman, serangga dengan
mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik, karena itu tanaman termasuk
mangsa/inang dari predator dan parasitoid yang menduduki tingkat tropik kedua
Ekosistem Alami
hayati yang tinggi (Tarumingkeng, 1994 : 7). Stabilitas ini terbentuk dan terjaga
karena adanya dua unsur penting yang bekerja, yaitu mekanisme umpan balik
37
keadaan ideal. Mekanisme pengendalian populasi dalam ekosistem adalah
mekanisme pengendalian yang mengatur naik turunnya populasi, dimana ada dua
genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, sehingga tidak stabil dan
salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang dikelola semaksimal mungkin
untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
Biotik
38
Sistem Pemantauan Agroekosistem
dimana sangat erat kaitannya dengan Ambang Ekonomi. Hal ini karena nilai
Ambang Ekonomi yang sudah ditetapkan tidak ada gunanya apabila tidak diikuti
Agroekosistem
keadaan tanaman, populasi OPT, populasi musuh alami dan komponen abiotik
seperti suhu, curah hujan, kelembaban dan kecepatan angin. Hasil pemantauan di
39
adalah pemerintah dinas terkait maupun petani itu sendiri sebagai pelaku yang
91).
OPT dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan Pengamatan Tetap dan
(empat) hari dalam seminggu, kecuali untuk tangkapan lampu perangkap dan
Pengamatan Tetap
populasi dan intensitas serangan OPT, kepadatan populasi musuh alami yang
40
pengamatan, lampu perangkap dan penakar curah hujan. Komponen yang diamati
terdiri atas perubahan kepadatan populasi dan intensitas serangan pada petak
contoh yang tetap. Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili
bagian terbesar dari wilayah pengamatan. Pengamatan dimulai sejak tanam, cara
Setiap petak contoh ditentukan 3 (tiga) unit contoh yang terletak di titik
perpotongan garis diagonal pada petak contoh (A) dan di pertengahan potongan-
potongan garis diagonal dari diagonal terpanjang (B dan C) seperti terlihat pada
Gambar 4.2. Tiap unit contoh terdiri atas 10 (sepuluh) rumpun contoh, dan
diamati intensitas serangan OPT, kepadatan populasi OPT dan kepadatan populasi
musuh alami.
Gambar 4.2. Penyebaran Unit Contoh Dalam Petak Contoh (Sumber : Buku Pedoman
Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, 1992 : 6).
Kepadatan populasi OPT dan musuh alami yang efektif tertarik cahaya
diamati pada satu atau lebih lampu perangkap yang mewakili wilayah
41
tertarik cahaya. lampu dinyalakan dari senja sampai fajar, serangga yang
terserang dan terancam, luas pegendalian, bencana alam serta mencari informasi
tersebut, stadia pertumbuhan dan jaraknya terhadap sumber serangan serta daerah
contoh yang terletak pada perpotongan garis diagonal seperti pada Gambar 4.2.
kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dari aktivitas OPT
pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan
42
serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak
keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian
seluruh jaringan tanaman dan layu, sedangkan yang dianggap mutlak seperti
sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang dan batang.
Tanaman Pangan tahun (1992 : 10) untuk menghitung kerusakan mutlak dapat
A A
I = X 100% atau I = X 100%
A+B C
kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada tanaman (tunas, malai, gabah) atau
z
Σ (ni X vi)
i=0
I= X 100%
ZN
Keterangan : I = Intensitas Serangan
43
Kerusakan vi
Nilai skala kerusakan beberapa jenis OPT penting pada beberapa tanaman
pangan (padi dan jagung) yang sering digunakan oleh pengamat lapangan adalah
2 = Serangan antara 25 – 50 %
3 = Serangan antara 50 – 75 %
4 = Serangan > 75 %
Tabel 4.2. Nilai Skala Kerusakan Beberapa Jenis OPT Penting pada Tanaman
Pangan (Padi dan Jagung) dengan Nilai Skala 1, 3, 5, 7, 9.
44
5 = Sebagian besar daun
menguning, daun bagian
bawah layu, tanaman agak
kerdil, embun jelaga sangat
banyak
teknik untuk memperoleh data tentang kepadatan populasi serangga yang diamati.
Ukuran kepadatan populasi suatu serangga yang tepat adalah dalam bentuk jumlah
individu per suatu satuan luas permukaan tanah. Data ini dapat digunakan untuk
menghitung berapa jumlah individu yang ada pada suatu daerah atau wilayah
pengamatan.
populasi. Populasi hama pada suatu tempat merupakan seluruh individu hama
yang menempati tempat tertentu artinya sampel merupakan wakil dari populasi
45
sampel adalah menentukan jumlah anggota sampel dengan tepat sehingga dapat
sampel maka data yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk menduga sifat
beragam tergantung pada jenis tanaman, jenis hama atau organisme lain yang
diamati. Ada 2 (dua) syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik
bahan yang mahal serta tidak memerlukan waktu yang lama; Valid (dapat
dipercaya), artinya metode yang dilakukan harus menghasilkan data yang dapat
Lajur tanaman (Sistematik) seperti terlihat pada Gambar 4.3 berikut ini. Rumpun
tanaman yang ada di pinggiran plot pengamatan jangan dijadikan sebagai sampel,
Gambar 4.3. Pola Pengambilan Sampel mengikuti Pola (A) Diagonal, (B) Zigzag dan (C)
Lajur Tanaman (Sistematik) Sumber : Untung (2003 : 105).
46
Untung (2003 : 98) menyatakan ada 3 metode pokok pengambilan sampel
yaitu metode mutlak (absolut), metode nisbi (relatif) dan indeks populasi.
pendugaan kepadatan populasi dalam bentuk jumlah individu per satuan unit
permukaan tanah atau habitat serangga yang kita amati. Pelaksanaan sampling
lebih dahulu ditetapkan unit sampel berupa satuan luas permukaan tanah (1 X 1
m2 ) kemudian semua individu serangga yang ada dalam unit sampel yang kita
baris dan kolom maka dengan menggunakan unit sampel berupa satu
satu wilayah pengamatan. Misalnya tanaman padi yang ditanam dengan jarak
tanam 25 X 25 cm, maka dalam 1 m2 luas tanah terdapat 16 rumpun padi, jika
pada setiap rumpun ditemukan 10 ekor wereng maka dapat diperkirakan untuk
memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk menghitung
2. Metode Nisbi (Relatif), yaitu data penduga populasi yang diperoleh sulit untuk
47
alat perangkap serangga seperti lampu perangkap (light trap) atau perangkap
jebakan (pitfal trap) akan memperoleh angka yang sulit untuk dikonversikan
lebih mudah dan praktis karena umumnya individu serangga lebih mudah
metode ini termasuk rendah. Hal ini karena dipengaruhi banyak faktor seperti
3. Metode Indeks Populasi, yaitu yang diukur dan dihitung adalah bekas yang
ditinggalkan oleh serangga seperti kotoran, kokon dan sarang. Misalnya kita
mengamati tikus maka yang dihitung adalah jumlah liang. Indeks populasi
yang sering digunakan adalah kerusakan atau akibat serangan hama pada
- Latihan
Agroekosistem.
48
- Kunci Jawaban
Menyesuaikan.
- Rangkuman
genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, sehingga tidak stabil
3. Teknik pengamatan ekosistem ada 2 cara yaitu; Pengamatan Tetap dan Patroli.
4..3. Penutup
a. Tes formatif
Jelaskan!
masing!
- Umpan balik
49
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Tindak lanjut
untuk :
dikuasai.
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tiudak jelas dalam diskusi.
Menyesuaikan
50
Mahrub, Eddy, 1999. Kajian Pengendalian Alami Penggerek Batang Padi
Kuning Scirpophaga incertulas (Walker). Disertasi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
4.5. Senarai
51
BAB V
5.1. Pendahuluan
Deskripsi Singkat
Relevansi
Kompetensi Dasar
3.2. Penyajian
52
Model-Model Pengendalian OPT
Sekarang ini dikenal dua istilah bahasa Inggris yang sering digunakan
(PHT). Sebenarnya kedua istilah ini digunakan untuk menjelaskan hal yang
Terpadu, maka (IPM) merupakan perkembangan lebih lanjut dari konsepsi (IPC).
Iastilah IPC saat ini di dunia pergaulan ilmiah internasional sudah ditinggalkan
dan yang digunakan kini adalah istilah (PHT) singkatan dari Pengelolaan Hama
Konsep PHT muncul sebagai akibat kesadaran umat manusia akan bahaya
pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup ekosistem dan
kehidupan manusia secara global. Melihat hal ini, muncul pemikiran para ahli
untuk mencari metode baru dalam mengendalikan OPT yang dipandang aman.
OPT, kemudian metode ini dikembangkan lagi dengan memadukan semua atau
beberapa metode pengendalian yang dianggap cocok dan kompatibel untuk daerah
itu, yaitu memadukan cara fisik, mekanik, kultur teknis (bercocok tanam), biologi,
202).
53
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat dilakukan
dengan beberapa cara sesuai dengan situasi, kondisi dan keadaan faktor-faktor
bersifat preventif yang dilakukan sebelum serangan OPT terjadi, populasi hama
air.
54
2. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT, yaitu
dan hama dengan mengatur waktu tanam agar tidak sesuai dengan fase
perkembangan hama.
pengendalian OPT dengan mengalihkan OPT ke tanaman lain, cara ini tidak
begitu efektif bagi serangga yang penyebarannya cepat tetapi masih dapat
kembali setelah terserang oleh OPT, mengubah jadwal panen untuk tanaman
musuh alami untuk mengendalikan OPT. Musuh alami ini meliputi predator,
parasitoid dan patogen sebagai pengatur dan pengendali populasi OPT yang
55
peningkatan populasi OPT akan diikuti oleh peningkatan predator hal ini terlihat
dari meningkatnya daya makan per predator. Peningkatan populasi OPT akan
diimbangi oleh tekanan yang lebih keras dari populasi musuh alami (Untung,
2003 : 169).
penggerek batang padi sehingga populasi penggerek batang padi di areal padi
yang telah dilakukan pelepasan dan introduksi parasitoid menurun. Hal ini
jumlah musuh alami atau pengaruhnya. Hal ini dapat tercapai melalui 2 (dua)
56
memodifikasi agroekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan efektivitas
Pelepasan musuh alami secara teknik augmentasi hampir sama dengan cara
populasi hama dalam satu musim tanam dengan cepat dapat ditekan sehingga
parasitoid dan predator terutama yang bersifat polifag dan oligofag (Laba, et
al., 2000 : 207). Adanya vegetasi yang tumbuh dipinggiran sawah sangat
dan parasitoid (Herlinda et al., 2000 : 163), dan ini perlu dipertahankan karena
kurang memberikan habitat yang sesuai bagi musuh alami karena terbatasnya
57
nektar dan inang alternatif. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan tepian
alami, sehingga berfungsi dalam menekan populasi hama (Buchori dan Sahari,
2000 : 127).
virus dan bakteri. Beberapa contoh patogen antagonis yang berpotensi sebagai
agen pengendali OPT dan dianggap aman bagi lingkungan biotik dan abiotik
58
menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
pengaturan cahaya dan suara. Beberapa perlakuan fisik adalah sebagai berikut :
panas. Perlu diketahui dalam aplikasi teknik ini adalah pengetahuan tentang
batas toleransi OPT sasaran terhadap fakor fisik yang digunakan. Teknik ini
melakukan pembakaran maka yang terbakar bukan saja OPT tetapi musuh
OPT yang tertarik dengan cahaya terutama serangga dewasa (imago) yang
aktif terbang malam hari, teknik ini dapat menekan populasi OPT dewasa.
190).
yang bersifat menghalangi dan membatasi pergerakan OPT agar tidak dapat
kerusakan yang berarti pada tanaman. Barier ini seperti pematang yang
59
Fusarium Oxysporum Schlecht Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman
lapangan.
memerlukan tenaga kerja yang banyak. OPT yang ditemukan seperti telur,
tikus yang ada di dalam maupun di luar sarang dengan menggunakan alat
alat perangkap di tempat yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini
sering diberi zat kimia baik sebagai perekat maupun penarik OPT.
(Leptocorixa acuta) dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan asin
yang ditancapkan di tengah-tengah sawah. Jika hama walng sangit ini sudah
terkumpul pada umpan maka dapat langsung dibunuh dengan cara di bakar.
60
5. Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah,
fumigan, insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan masuk ke dalam
tubuh serangga melalui sistem pernafasan serangga atau sistem trachea, kemudian
tahun 1945 dan insektisida organik yang mengandung unsur karbon merupakan
insektisida organik alami yaitu terbuat dari tanaman (insektisida nabati) dan
61
insektisida organik sintetik yaitu merupakan hasil buatan pabrik melalui
Pestisida dalam sejarah umat manusia telah memberikan banyak jasa baik
malaria. Cara pengendalian yaitu dengan cara pengasapan di setiap rumah atau
tahun 1940 telah memacu revolusi pestisida, hal ini mendorong para peneliti
untuk mencari pestisida baru yang lebih ampuh. Banyaknya penemuan jenis
62
praktis, ampuh membunuh, mudah diaplikasikan. Tetapi tanpa disadari akibat
pemaparan pestisida secara terus menerus dengan cara tidak bijaksana telah
resurjensi hama, peletusan hama kedua, selain itu adanya pencemaran perairan
yaitu campuran bahan aktif teknis, sinergis (bahan penguat yang tidak bersifat
Formulasi Insektisida
bahan kimia yang sukar larut dalam air, mengurangi tekanan permukaan dari
kutikula serangga.
63
2. Wettable Powders (WP), yaitu dalam bentuk tepung, kering dan agak
pekat ditujukan agar dapat diencerkan dan larut dalam air untuk disemprotkan.
rendah tetapi kurang baik untuk alat penyemprot karena menyebabkan macet
3. Flowable Powder (F), formulasi dalam bentuk padat atau semi padat dan
pembawa/diluent dan air sehingga diperoleh bahan teknis yang tergiling halus
dan basah seperti puding. Formulasi ini dicampur dengan air untuk dapat
menyebarkan pada permukaan tanaman. Formulasi ini dapat larut dalam air
sebagai racun kontak maupun racun perut, adanya inert maka dapat
yang menyerang ternak, jentik-jentik nyamuk yang ada pada permukan air.
6. Dust (D), formulasi ini dalam bentuk debu, tidak efektif bila digunakan
dalam kondisi berangin karena sedikit yang mengenai sasaran dan bayak yang
64
7. Granules (G), yaitu dalam bentuk butiran dalam aplikasinya cukup
dalam zat pelarut berupa minyak yang menguap. Larutan kemudian diberi
tekanan udara dalam kaleng dengan gas propelan seperti karbondioksida atau
yaitu banyaknya pestisida dihitung dalam cc atau gram pestisida per liter air yang
gram, artinya dalam 1 liter air kita campur dengan 2 gram Antracol 70 WP ; 2)
konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif pestisida yang terdapat di
dalam larutan jadi (sudah dicampur air); 3) konsentrasi larutan, yaitu persentase
Beberapa pengertian dosis yaitu : 1) jumlah pestisida (cc, liter atau gram,
kg) yang digunakan untuk mengendalikan OPT persatun luas tertentu atau per
65
pohon yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Contoh kebutuhan
adalah 1 liter untuk 1 kali aplikasi, bila 3 kali aplikasi maka dosis dibutuhkan
adalah 3 liter ; 2) jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan terlebih
dahulu dengan air dan digunakan untuk menyemprot pertanaman yang diserang
OPT dengan luas tertentu dalam satu kali aplikasi ; 3) jumlah bahan aktif pestisida
Untuk dosis perlu dilihat label yang tertera pada kemasan pestisida,
terhadap manusia adalah dilihat dari gejala keracunan yaitu: 1) keracunan akut
khronik (penderita terkena rcun dalam jangka waktu yang lama dengan dosis
yang sangat rendah), gejala keracunan baru terlihat selang beberapa hari, bulan
66
Salah satu contoh insektisida yang masih sering digunakan di Indonesia
CH3
H O O CH3
CH3 N C O
Toksisitas
ada juga formulasi 2%, 5%, dan 10% granula, serta “flowable” dan suspensi.
67
Rendahnya persen bahan aktif dalam formulasi antara lain disebabkan oleh
penggunaannya membutuhkan jumlah berat yang cukup banyak (Martono, et. al.,
1993). Karbofuran ditinjau dari segi kategori racun termasuk kategori 1 yaitu
sangat berbahaya (racun berbahaya) dengan LD50 oral untuk tikus 8-14 mg/kg,
sedangkan untuk LD50 dermal adalah 120 mg/kg sehingga dalam penggunaannya
wereng coklat dan dan populasi musuh alami (predator) Cytorrhinus lividipennis,
dan pengaruh racun karbofuran ini akan mengurangi telur parasitoid dan
mencegah musuh alami (Mahrub, E., and Pollet, A., 1996 : 20).
Jenis Insektisida
hama padi yang mengisap tanaman seperti wereng (batang maupun daun) atau
Penggunaan Pestisida
Dosis anjuran adalah 34 kg per hektar per musim tanam untuk formulasi
3% granular, setara dengan 1 kg bahan aktif per hektar (Martono, et. al., 1993).
Umumnya dosis yang dianjurkan untuk karbofuran antara 0,5 – 1 kg bahan aktif
68
per hektar. Tetapi pada tingkat petani, tingkat dosis sebesar itu jarang tercapai.
hanya 0,25 – 0,3 kg bahan aktif per hektar (Martono, et. al., 1993). Dosis di
bawah anjuran seperti ini, apabila diberikan secara terus menerus akan memiliki
resurjensi, kematian jasad bukan sasaran karena lebih peka terhadap insektisida
karena sifatnya yang polar sehingga sukar menembus kutikula. Tidak efektifnya
dalam lipid yang sangat rendah, sehingga sebagian besar golongan insektisida ini
kutikula dan selanjutnya mengalami aktivasi in vivo atau peningkatan daya racun
69
pada system syaraf pusat, penghambatan enzim asetilkolinesterase ini bersifat
Sistem syaraf serangga antara sel syaraf (neuron) dengan sel-sel lain
termasuk sel otot terdapat celah yang disebut sinaps. Asetilkolinesterase yang
dibentuk oleh system syaraf pusat berfungsi untuk menghantarkan pesan atau
tidak dapat diteruskan akibatnya otot menjadi kejang dan terjadi kelumpuhan dan
racun cukup tinggi (Matsumura, 1975), dimana dapat membunuh serangga dan
nematoda. sifatnya adalah sistemik atau sebagai racun kontak dan lambung
macam serangga hama yang menyerang daun, batang, buah, dan nematoda yang
70
menyerang akar, baik pada tanaman yang masih dipersemaian maupun tanaman
agroekosistem berupa munculnya ketahanan hama, hal ini karena pestisida tidak
mendorong timbulnya resurjensi pada hama, hal ini dipacu oleh kesalahan aplikasi
dalam hal dosis dan frekuensi. Selain itu pengaruh penggunaan karbofuran adalah
meninggalkan residu pada tanaman. Untuk tanaman padi residu karbofuran dapat
–1
mencapai 0,178 μg g pada padi yang diberi karbofuran tiga kali pada umur 30,
dengan residu bahan beracun. Laporan tentang tingginya kadar residu acapkali
baik yang dapat langsung dikonsumsi maupun yang tidak langsung dikonsumsi)
Selain pengaruh residu muncul pula masalah lain yaitu adanya keluhan
petani bahwa tanah sawah yang diberi perlakuan karbofuran granula akan
71
menyebabkan tanah menjadi keras dan “bantat”. Keadaan ini menyebabkan
turunnya kesuburan tanah karena secara biologis banyak terjadi kematian jasad
serat, pakan dan ternak secara dramatis. Penggunaan bahan kimia pertanian
pada lingkungan dan dianggap sebagai sumber pencemar baru terhadap tanah dan
air tanah (Sutanto, 2001). Selanjutnya Martono, et. al. (1993) menyatakan bahwa
sumber air, menurunnya mutu sumber bahan atau kondisi tanah sulit diolah.
apabila telah terjadi perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga berbeda
sama sekali dengan tatanan asalnya, sebagai akibat masuknya dan atau
dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu.
lingkungan yang semula hidup normal dalam tatanan lingkungan yang ada. Croft
sangat toksik terhadap musuh alami, namun ada beberapa insektisida karbamat
Prospek Kedepan
72
Pemakaian insektisida karbofuran dimasa yang akan datang perlu
terhadap lingkungan baik terhadap tanaman, serangga target maupun non target,
mamalia, dan tanah pertanian yang secara langsung maupun tidak langsung
disebabkan oleh sifat bahan aktif yang sistemik, dan penyusunan formulasinya
masih lebih rendah sedang daya racunnya jauh lebih tinggi selain itu sebagai
non spesifik sehingga daya racunnya tinggi untuk serangga dan mamalia
1992 dan Metcalf, 1982 cit. Martono 1993). Selain itu teknik penggunaan oleh
petani masih belum seragam sehingga hal ini sangat mempengaruhi efektifitasnya.
73
Supriyadi cit. Martono (1993) menyatakan bahwa bahwa cara menaburkan
ini tidak sesuai dengan harapan yaitu serangan hama akan turun jika dilakukan
aplikasi pestisida. Hal ini dapat terjadi karena jika aplikasi pestisida kurang tepat
hama menjadi lebih banyak karena telah terjadi resistensi dan resurjensi, yaitu
hama menjadi tahan terhadap pestisida dan jumlahnya semakin banyak setelah
aplikasi pestisida.
Rola & Phrabu (1993) cit. Mariyono (2002) menyebutkan bahwa ada
resurjensi wereng coklat, dan diantara pestisida tersebut ada yang beredar di
kalau memang terpaksa maka perlu diperhatikan tentang lima T yaitu tepat dosis,
tepat waktu, tepat aplikasi, tepat sasaran, dan tepat formulasi. Sehingga efektifitas
dari insektisida karbofuran akan tercapai hal ini karena karbofuran masih
74
dianggap merupakan insektisida yang efektif dan direkomendasikan untuk
diperoleh dari bagian tumbuhan seperti bunga, buah, biji, daun, batang, akar dan
maupun ekstrak. Untuk memperoleh produk yang murah dan siap pakai (tidak
kemandulan, serta pengaruh langsung sebagai racun bagi serangga (Andayani dan
muricata L.), Srikaya (Annona squamosa L.), Serai (Andropogon nardus L.),
nabati.
75
(A) (B)
Gambar 5.2. (A) Tanaman Sirsak dan Srikaya , (B) Tanaman Babadotan yang berpotensi
sebagai pestisida nabati (Sumber : Kardinan, A. 2004 )
akar tanaman
dikeringkan
5. Perendaman bahan dalam air dilakukan selama 1-2 hari dengan komposisi
tumbuhan berbeda (misalnya untuk, Mimba adalah 1kg bahan : 2 liter air
atau 2 genggam biji ditumbuk : 1 liter air; Srikaya yaitu 20 butir biji tua : 1
liter air;
76
7. Hasil penyaringan akan didapatkan ekstrak tanaman berupa larutan
dengan interval waktu tertentu, hal ini karena daya kerja senyawa bioaktif
Apabila akan diaplikasikan dengan cara penaburan, bahan pestisida nabati harus
dalam bentuk serbuk, dan jika diaplikasikan dengan cara pengolesan atau
pestisida sintetis yang sudah dikemas dalam bentuk formulasi yang telah
dicantumkan kadar bahan aktif serta dosis persatuan luas. Pestisida nabati kadar
bahan aktifnya belum banyak diketahui sehingga sulit untuk menentukan dosis
persatuan luas.
harus dilakukan kalibrasi alat semprot. Hal ini ditujukan untuk memperoleh
pembagian pestisida yang merata pada bidang sasaran dengan dosis yang tepat
77
sehingga perlu dilakukan perhitungan kebutuhan larutan semprot dengan rumus
sederhana :
10.000 X V
Q=
W X S
diketahui misalnya :
10.000 X 4 40.000
Q= = = 400 liter/ha
2 X 50 100
berikut :
12 liter
= = 0,03 liter/liter = 30 cc/liter
400 liter
78
Jumlah Serbuk
Jumlah Populasi Tanaman
10 kg
= = 0,01 kg/pohon = 10 gr/pohon
1000 pohon
Beberapa Contoh Tanaman yang Berpotensi Sebagai Pestisida Nabati
Biji Mimba dikupas dan diparut kemudian dibungkus dengan kain lalu
direndam dalam air selama satu malam dengan perbandingan 25-50 gr/liter air.
Hasil rendaman siap digunakan, untuk menghindari hilangnya potensi maka
waktu aplikasi sebaiknya pada malam hari. Pestisida nabati ini efektif untuk
mengendalikan lebih dari 100 jenis hama serangga diantaranya adalah tungau,
nematoda, ulat penggerek batang, ulat tanah, ulat gerayak, belalang, kutu dan lain-
lain (Andayani dan Utomo, 1997 : 260 ; Schmutterer, 1995 : 367).
2. Pepaya (Carica papaya)
Ambil 1 kg daun pepaya segar dirajang/diiris-iris dan direndam dalam 10
liter air, tambahkan 2 sendok minyak tanah dan larutan sabun 30 gram. Biarkan
selama semalam setelah itu disaring. Hasil rendaman siap digunakan untuk
mengendalikan berbagai jenis serangga hama.
3. Srikaya (Annona squamosa L.)
Siapkan biji yang sudah tua secukupnya (20 biji) kemudian ditumbuk
sampai menjadi halus lalu dicampur dengan air 1 liter dan tambahkan larutan
sabun secukupnya. Pestisida ini efektif untuk membunuh hama Aphid, semut,
ulat.
79
Untuk mengendalikan hama gudang diperlukan tepung biji srikaya
secukupnya lalu dicampurkan pada biji kacang hijau yang akan disimpan ternyata
hal ini dapat mengendalikan hama gudang Callosobruchus analis dan dapat
menghambat proses peletakan telur serangga hama pada biji kacang hijau
(Kardinan, 2004).
4. Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
Tanaman ini daunnya dapat digunakan sebagai insektisida nabati, caranya
ambil daun secukupnya lalu dihaluskan/ditumbuk kemudian dicampur air dengan
perbandingan sesuai kebutuhan. Insektisida ini efektif untuk menghambat
pertumbuhan larva menjadi pupa (Kardinan, 2004).
- Latihan
- Kunci Jawaban
nabati)
80
mencegah munculnya serangan OPT, sehingga jika terjadi kenaikan populasi
yaitu banyaknya pestisida dihitung dalam cc atau gram pestisida per liter air
dalam larutan jadi. Sedangkan dosis yaitu : 1) jumlah pestisida (cc, liter atau
gram, kg) yang digunakan untuk mengendalikan OPT persatun luas tertentu
atau per pohon yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih ; 2) jumlah
pestisida yang telah dicampur atau diencerkan terlebih dahulu dengan air dan
tertentu dalam satu kali aplikasi ; 3) jumlah bahan aktif pestisida yang
- Rangkuman
OPT terjadi, populasi hama diharapkan tidak melawati aras ambang ekonomi.
musuh alami untuk mengendalikan OPT. Musuh alami terdiri atas predator,
81
parasitoid dan patogen sebagai pengatur dan pengendali populasi OPT yang
peningkatan populasi OPT akan diikuti oleh peningkatan predator hal ini
adalah tindakan mematikan hama yaitu (telur, larva, nimfa, pupa dan imago)
pestisida. Pestisida terbagi atas dua pestisida organik alami yaitu terbuat dari
hasil buatan pabrik melalui proses sintetis kimiawi. Pestisida kimia yang
aktif teknis, sinergis (bahan penguat yang tidak bersifat racun tetapi apabila
daya sebar dan pembasahan pada permukaan/ surfaktan, dan memberikan bau
harum/deodoran.
5.3. Penutup
82
a. Tes formatif
- Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
4. Membuat ringkasan materi pada setiap bab sebelum materi tersebut dibahas
- Tindak lanjut
untuk :
83
1. Mempelajari kembali materi di atas.
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tiudak jelas dalam diskusi.
cara ini murah dan sederhana tetapi memerlukan tenaga kerja yang banyak.
OPT yang ditemukan seperti telur, larva, pupa, jika memungkinkan imago
3. Pestisida kimia terbagi atas dua yaitu pestisida organik alami terbuat dari
4. Akibat pemaparan pestisida kimia sintetik secara terus menerus dengan cara
84
munculnya resistensi hama, resurjensi hama, peletusan hama kedua, selain itu
10.000 X V
Q=
W X S
diketahui misalnya :
10.000 X 4 40.000
Q= = = 400 liter/ha
2 X 50 100
85
Anonim, 2002. Pestisida Untuk Pertanian Dan Kehutanan. Direktorat Pupuk Dan
Pestisida. Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian Departemen
Pertanian, Jakarta. 375p.
Herlinda, S., Kandowangko, D.S., Winasa, IW., dan Rauf, A., 2000. Fauna
Artropoda Penghuni Habitat Pinggiran di Ekosistem Persawahan.
Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem
Produksi Pertanian. PEI dan KEHATI. Cipayung Bogor. 163-174 pp.
Laba, I.W., Djatnika, K., dan Arifin, M., 2000. Analisis Keanekaragaman Hayati
Musuh Alami pada Ekosistem Padi Sawah. Prosiding Simposium
Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. PEI
dan KEHATI. Cipayung Bogor. 207-216 pp.
Martono, E., et. al., 1993. Kajian Insektisida Karbofuran dalam Ekosistem Padi
Sawah. Komisi Penelitian Dan Pengembangan Pengendalian Hama
Terpadu. Program nasional Pengendalian Hama Terpadu. BAPPENAS.
77p.
------------, 1997. Toksikologi Insektisida. Buku Ajar. Program Studi Ilmu Hama
Tumbuhan Bidang Ilmu Pertanian . Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. 73p.
86
Mahrub, E., and Pollet A., 1996. Spesific Effects Of Carbofuran On Rice
Agroecosystems In Yogyakarta Plant Growth And Rice Stem Borer
Populations. Faculty Of Agriculture Gadjah Mada University. French
Institute For The Development Through Cooperation (ORSTOM). Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, Vo. 2: 13-26. 1996. 11p – 26p.
87
Wigenasantana, M., S., dkk., 2001. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
5.5. Senarai
Pupa = Tahap antara larva dan dewasa (stadia serangga yang mengalami
BAB VI
6.1. Pendahuluan
88
Deskripsi Singkat
Relevansi
Bab ini berisi materi yang sangat erat hubungannya dengan bab
sebelumnya.
Kompetensi Dasar
semester III dapat : Menguasai Strategi dan Evaluasi Pengelolaan Hama Terpadu
6.2. Penyajian
maksimal karena setelah ditinjau kembali cara tersebut ternyata petani hanya
89
Beberapa Strategi Penerapan PHT
Penerapan dan Pengembangan PHT pada suatu daerah untuk suatu jenis tanaman
dan sistem sosial setempat, dan sistem informasi sangat diperlukan untuk
dan menampung inovasi dan variasi sesuai dengan keadaan ekosistem yang
untuk mau menerima teknologi tersebut, untuk itu perlu adanya penyuluhan
kepada petani yang didukung dengan contoh yang dapat dilihat oleh petani
merupakan salah satu bentuk agar teknologi tersebut dapat diterima petani.
para pelaksana PHT dapat berjalan dengan lancar, cepat dan efisien sehingga
90
tindakan pengendalian yang dilakukan selalu tepat dengan keadaan dan
keperluan lapangan.
yang ada aktif, setiap permasalahan yang ditemukan segera dibahas bersama-
tidak akan efektif dan efisien, sehingga keuntungan yang diharapkan secara
Menurut Norton (1976) cit. Untung (2003 : 247) bahwa; ada beberapa
tanah ; c) kedalaman pengertian petani tentang serangan OPT dan kerusakan yang
yang berjalan secara alami dan mengurangi sekecil mungkin intervensi manusia
dalam bentuk penggunaan pestisida secara tidak bijaksana terutama pestisida yang
pengendalian terakhir apabila sudah tidak ada cara pengendalian lain yang efektif.
91
Evaluasi Penerapan PHT Di Tingkat Petani
Evaluasi PHT adalah suatu kegiatan untuk melihat penerapan PHT oleh
petani di lapangan. Hal ini meliputi kegiatan dari sejak perencanaan, pelaksanaan
keputusan yang diambil akan mantap dan lebih pasti (Untung, 2003 : 249).
sebagian besar sudah pernah mengikuti program SLPHT, tetapi apakah mereka
sudah sepenuhnya menerapkan PHT pada sistem pertanian mereka, ini menjadi
pengambilan kebijakan.
92
Gambar 6.1. Kegiatan Pengamatan OPT Oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian
UNG Yang Didampingi Oleh Para Dosen. Sumber : Koleksi Pribadi (2006).
- Latihan
- Kunci Jawaban
OPT dan kompleks ekosistem yang ada sehingga tidak terjadi lonjakan
ekologis.
keputusan.
93
menyebabkan pengendalian yang dilakukan tidak akan efektif dan efisien,
kerugian.
- Rangkuman
sumber daya terbatas ; e) fleksibel dan menampung inovasi dan variasi sesuai
3. Jaringan informasi dalam sistem PHT harus direncanakan dan disusun dengan
berjalan dengan lancar, cepat dan efisien sehingga tindakan pengendalian yang
tanam.
94
6. Evaluasi PHT adalah suatu kegiatan untuk melihat penerapan PHT oleh
pengamatan.
6.3. Penutup
a. Tes formatif
- Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Tindak lanjut
95
Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% tes formatif di atas, maka
untuk :
3. Bertanya kepada dosen jika ada hal-hal yang tiudak jelas dalam diskusi.
akan berhasil sesuai harapan sebaliknya hanya kerugian biaya dan tenaga.
96
memiliki wawasan tentang bagaimana pengelolaan agroekosistem dan
komponen-komponen penyusunnya melalui kegiatan pengamatan.
6.5. Senarai
SLPHT = Sekolah Lapang Pengamatan Hama Tanaman.
97