You are on page 1of 13

KETERAMPILAN BELAJAR DALAM IPA

A. LATAR BELAKANG
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang telah diuji
kebenarannya melalui metode ilmiah. Sehinggga metode yang menentukan
apakah pengetahuan itu ilmiah atau tidak. Atau dengan kata lain metode ilmiah
merupakan ciri khusus yang dapat dijadikan identitas dari IPA. Tetapi pada jaman
sekarang, dimana produk ilmu pengetahuan telah demikian banyaknya, kita tidak
dapat mengetahui secara pasti apakah suatu pengetahuan tertenti diperoleh dengan
metode ilmiah atau tidak.
Nash, dalam bukunya The Nature of Nature Science (Nash,1993)
berpendapat bahwa : “Science is away of looking at the world”. Sain atau IPA
dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk mengamati sesuatu, dalam hal ini
adalah dunia. Cara memandang IPA terhadap sesuatu berbeda dengan cara
memandang biasa. Cara memandang IPA bersifat analitis, melihat sesuatu secara
lengkap dan cermat serta dihubungkan dengan obyek yang lain sehingga
keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang diamati.
Lebih lanjut Nash menandaskan “The whole science in nothing more than a
refinement of everyday thinking”. IPA sebagai suatu cara/pola berpikir terhadap
sasaran dengan seksama dan lengkap tidak sama dengan pola berpikir sehari-hari.
Pendapat Nash tentang IPA ini diperkuat oleh Einstein (Nash, 1963) yang
mengatakan bahwa “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our
sense experience correspond to logically uniform system of thought. In this single
experiences must be correlated with the theoretic structure in such a way that the
resulting is unique and convincing. Sain dipandang sebagai a logically uniform
system of thought, atau sain merupakan suatu pola pikir logis dan seragam yang
tak lain adalah metode ilmiah.
Pembelajaran IPA yang baik adalah jika dilakukan seperti bagaimana IPA
ditemukan. IPA sebagai hasil karya manusia yang dihasilkan lewat metode ilmiah
dan meggunakan ketrampilan proses. Keterampilan proses sangat penting untuk
dipelajari dan dikuasai siswa. Bila siswa telah menguasai keterampilan proses,

1
maka siswa telah menguasai keterampilan yang diperlukan didalam belajar tingkat
tinggi yaitu melakukan pemecahan masalah dan penelitian. Kemampuan
pemecahan masalah dan penelitian merupakan keterampilan hidup (life skill) yang
merupakan hasil belajar yang paling tinggi.
Keterampilan proses diartikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan ketrampilan-ketrampilan intelektal, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada
pada diri siswa (DEPDIKBUD, Moedjiono, 1992/1993: 14). Menurut Semiawan,
dkk (Nasution, 2007) menyatakan bahwa ketrampilan proses adalah keterampilan
fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang
dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para
ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sedangkan Dimyati dan
Moedjiono (Sumantri, 1998/1999:113) mengungkapkan bahwa keterampilan
proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Hal ini justru dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki peserta didik.
Dengan keterampilan proses siswa akan mampu belajar mandiri,
mengembangkan diri sendiri dan belajar sepanjang hayat. Kesuksesan belajar
didalam IPA merupakan hasil penerapan secara berkelanjutan metode ilmiah
berkaitan dengan subyek yang dipelajari dan menggunakan keterampilan proses.
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah keterampilan
proses apa saja yang harus diajarkan kepada siswa. Bagaimana cara mengajarkan
keterampilan tersebut. Dan apakah pembelajaran IPA di sekolah sudah
menerapkan ketrampilan proses.

2
B. PEMBAHASAN
Metode ilmiah adalah metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui
dua jalur, yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Berikut diberikan bagan
metode ilmiah.

Pengamatan

Dihasilkan

Informasi/Data/Fakta

Pertanyaan Penelitian Memunculkan Rumusan Masalah

Pengamatan lebih lanjut Selanjutnya Eksperimen

Menguji jawaban sementara Untuk Menguji Hipotesis

Deskripsi tentang obyek Dihasilkan Penjelasan masalah


Yang ditanyakan (teori IPA)

Tubuh Ilmu IPA

Pengajaran IPA mengikuti alur metode ilmiah diatas sangat dianjurkan karena
memiliki kualitas dan kuantitas hasil belajar yang lebih tinggi daripada hanya
sekedar menghafal. Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menggunakan
metode ilmiah diperlukan ketrampilan proses berikut.

3
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan ketrampilan proses yang paling dasar dalam IPA
dan sangat penting dimiliki siswa untuk mengembangkan ketrampilan yang
lainnya seperti menafsirkan, komunikasi, mengklasifikasi, mengukur, dan
sebagainya.
Melalui pengamatan siswa belajar tentang alam sekitar yang sangat
menakjubkan. Kata pepatah: Indera adalah jendela dunia. Siswa mengamati
benda-benda dan peristiwa maupun gejala-gejala di alam sekitar melalui panca
indera yang dimiliki, yaitu mata sebagai indera penglihat, telinga sebagai
indera pendengar, kulit sebagai indera peraba atau perasa, hidung sebagai
indera pembau, dan lidah sebagai indera pengecap. Melalui alat indera siswa
memperoleh informasi. Berdasar informasi tersebut, mereka termotivasi untuk
semakin ingin tahu, bertanya, berpikir, dan membuat penafsiran tentang apa
yang diamati. Selanjutnya mengadakan penelitian lebih lanjut untuk
memperoleh informasi lebih banyak atau untuk mencari jawaban pertanyaan,
atau menguji apa yang dipikirkan.
Pengamatan terhadap obyek atau gejala alam dilakukan dengan alat indera.
Namun karena keterbatasan kemampuan alat indera, seringkali pengamatan
dilakukan menggunakan alat bantu, seperti, mikroskrop, kaca pembesar, alat
ukur dan sebagainya. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat
indera tanpa mengacu pada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kualitatif. Sedangkan pengamatan yang menggunakan alat ukur
yang mengacu pada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan
kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari menghitung atau mencacah dan
perbandingan juga termasuk dalam pengamatan kuantitatif.
Untuk mengajarkan ketrampilan pengamatan kepada siswa dapat
dilakukan cara memberikan tugas-tugas pengamatan. Disini guru harus
memberikan bermacam-macam tugas pengamatan sehingga siswa menjadi
terlatih. Didalam tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, guru juga harus
menjelaskan prosedur–prosedur pengamatan dengan tepat. Sedangkan siswa

4
diharapkan dapat melaksanakan pengamatan secara menyeluruh meliputi
semua komponen obyek yang diamati.
Siswa dikatakan sudah menguasai keterampilan pengamatan bila siswa
dapat melakukan pengamatan secara menyeluruh dan cermat serta dapat
mendeskripsikan hasil pengamatan secara efektif. Menurut Nur (1997),
terdapat empat hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh hasil pengamatan
yang efektif, yaitu sebagai berikut.
1. Deskripsikan hanya apa yang dapat diamati.
2. Buatlah deskripsi yang singkat.
3. Gunakan bahasa yang tepat dan teliti.
4. Hanya menulis deskripsi hasil pengamatan, bukan inferensi atas hasil
pengamatan.
Contoh 1: Pengamatan hanya menggunakan panca indera.
Dekatilah salah satu tanaman dalam pot yang ada didekat kamu. Tulislah
sedikitnya 10 buah hasil observasi pada kolom dibawah ini dan nama indera
yang digunakan. Peringatan: Hati-hati mengecap atau mencicipi bahan yang
tidak dikenal, berbahaya. Jangan mengecap kecuali kamu tahu pasti benda itu
tidak berbahaya. Beberapa orang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap serbuk
sari bunga. Berhati-hatilah.
Contoh 2: Pengamatan perubahan (kualitatif dan kuantitatif).
Untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan: sebatang lilin, segumpal tanah liat,
korek api, penggaris, dan termometer. Ambillah sebatang lilin. Tegakkan lilin
tersebut diatas meja menggunakan tanah liat. Amatilah!
Setelah selesai melakukan pengamatan, ambillah korek api, dan nyalakan lilin.
Lakukan pengamatan secara teliti pada lilin yang sedang menyala tersebut.
Setelah nyala lilin dipadamkan, lakukan pengamatan sekali lagi. Tulislah hasil
pengamatan kamu pada tempat yang disediakan. Usahakan seluruh tempat
terisi penuh oleh hasil pengamatan kamu.

5
2. Pengukuran dengan Sistem Internasional
Kadang-kadang hasil pengamatan yang diperoleh dengan alat indera
(kualitatif) tidak cukup sehingga pengamatan kuantitatif sangat diperlukan.
Pengamatan kuantitatif membantu siswa untuk mengkomunikasikan sesuatu
lebih spesifik dan merupakan dasar untuk membuat perbandingan. Untuk
membantu pengamatan kuantitatif digunakan alat ukur standar. Sehingga
untuk melengkapi keterampilan pengamatan, siswa juga harus terampil
menggunakan alat ukur.
Untuk mengajarkan keterampilan pengukuran, guru harus mengajarkan
kepada siswa cara-cara menggunakan alat ukur yang sering digunakan dalam
pengamatan. Misalnya penggaris untuk menghitung panjang, jangka sorong
untuk menghitung panjang dengan lebih teliti, timbangan/neraca untuk
mengukur massa benda, dan gelas ukur untuk menentukan volume benda cair,
dan lain-lain. Selain itu siswa juga harus dikenalkan dengan sistem metrik.
Sistem metrik adalah sistem penyeragaman pengukuran yang dikembangkan
ilmuan tahun 1795. Sekarang sistem metrik dikenal dengan Sistem
Internasional (SI). Sistem Internasional tersebut telah membantu kesulitan
para ilmuan yang disebabkan oleh penggunaan satuan pengukuran yang
berbeda-beda.
Sistem Internasional ini mudah digunakan karena nama unitnya sistematik
dan memiliki dasar desimal (10). Sebagai contoh meter adalah satuan
panjang/jarak, gram adalah satuan massa, dan liter adalah satuan volume.
Ukuran unit bervariasi dengan mengalikan 10. Awalan digunakan untuk
memberi nama unit yang lebih besar atau lebih kecil. Tabel berikut ini adalah
contoh awalan yang biasa dipakai.
Tabel Awalan Metrik
Awalan Simbol Arti
kilo k 1000 (seribu)
hecto h 100 (seratus)
deka da 10 (sepuluh)
desi d 0,1 (sepersepuluh)
centi c 0,01 (seperseratus)
mili m 0,001 (seperseribu)

6
Setelah siswa mampu menggunakan alat-alat ukur, guru dapat
memberikan tugas-tugas pengamatan yang bersifat kuantitatif. Bila hasil
pengamatan siswa diperoleh hasil pengukuran yang tepat berarti siswa sudah
terampil melakukan pengukuran. Berikut ini adalah contoh hasil pengamatan
kuantitatif yang dilakukan terhadap beberapa obyek.
Jarak benda terhadap cermin 12 cm (penggaris)
Beratnya 100 gram (timbangan)
Mempunyai 3 buah daun (pencacahan)
Tanaman ini lebih besar dari tanaman yang satunya (perbandingan)

3. Klasifikasi
Kehidupan ini sebenarnya adalah proses menentukan pilihan. Pada saat
menentukan pilihan itulah klasifikasi menjadi sangat penting. Para ahli
berpendapat bahwa untuk memahami sejumlah besar benda atau kejadian,
maka penting untuk meyusun benda-benda tersebut menurut pola tertentu.
Bila kita menyusun benda atau kejadian dengan mengamati persamaan,
perbedaan, dan kemudian mengelompokkan benda atau kejadian itu berdasar
tujuan tertentu. Proses itulah yang disebut dengan klasifikasi.
Bila benda/kejadian itu telah digolongkan, maka akan sangat membantu
seseorang untuk memilih. Misalkan sebuah perpustakaan yang memiliki
sejumlah besar buku-buku yang tidak dikelompokkkan menurut aturan
tertentu, maka kita akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk mencari
buku yang kita inginkan.
Dalam IPA, klasifikasi membantu seseorang untuk menyerderhanakan
obyek studinya sehingga mudah dipelajari. Klasifikasi pada hakikatnya adalah
mencari persamaan diantara obyek yang berbeda, dan mencari perbedaan
diantara anggota kelompok obyek yang seragam. Persamaan dan perbedaan
adalah fakta hasil pengamatan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan
klasifikasi yang baik harus menguasai keterampilan pengamatan yang baik
pula.

7
Klasifikasi merupakan salah satu keterampilan yang penting untuk proses
pembentukan konsep. Dengan pengamatan siswa dapat mengidentifikasi
karakteristik suatu obyek. Dengan menggunakan persamaaan dan perbedaan
karakteristik yang dimiliki sekumpulan obyek, siswa dapat melakukan
klasifikasi. Dengan klasifikasi yang telah dilakukan obyek menjadi sederhana
dan mudah dipahami. Bila konsep dianggap sebagai sekumpulan obyek yang
memiliki ciri khusus tertentu, maka keberhasilan siswa melakukan klasifikasi
menunjukkan keberhasilan siswa tersebut menemukan contoh-contoh konsep
sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep tersebut.
Untuk melatih keterampilan klasifikasi, siswa diberi tugas-tugas klasifikasi
dan dapat dimulai dari klasifikasi yang sederhana. Misal siswa diminta
menggolongkan beberapa senyawa menurut keasamannya (asam atau basa).
Contoh lain diberikan 5 macam daun, yaitu daun padi, ketela pohon, mangga,
jeruk dan jagung. Siswa diminta membuat skema klasifikasi bertingkat dari
daun-daun tersebut.
Bila siswa sudah dapat mengklasifikasikan obyek berdasar ciri-ciri tertentu
dengan tepat, maka keterampilan klasifikasi sudah dikuasai.

4. Komunikasi
Menurut Abruscato (Nasution, 2007) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau
menyampaikan hasil penyelidikan.
Setelah melakukan pengamatan, siswa diharapkan mengkomunikasikan
hasil pengamatan yang dilakukannya dengan baik berdasarkan permintaan
guru atau berdasarkan pemikiran siswa mengenai apa saja ciri-ciri yang perlu
dilaporkan. Ciri-ciri tersebut dapat dilaporkan dalam bentuk hasil pengamatan
kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengamatan kualitatif dilaporkan dalam bentuk
hasil pengamatan alat indera yang berupa deskripsi warna, bau, rasa, dan hasil
rabaan. Hasil pengamatan kuantitatif dilaporkan dalam bentuk hasil
pengukuran. Contoh keterampilan komunikasi misalnya mendeskripsikan ciri-

8
ciri obyek dengan cermat, menjelaskan data dari grafik/tabel, menyajikan data
dalam bentuk tabel/grafik, menjelaskan hasil pengamatan, dan lain-lain.
Salah satu cara yang sangat penting untuk melatih siswa keterampilan
berkomunikasi adalah melalui pelaporan tugas-tugas pengamatan baik secara
tertulis maupun secara lisan dengan presentasi didepan kelas. Dapat juga
dilakukan dengan penugasan membuat ikhtisar pembelajaran hari itu. Disini
peran guru dibutuhkan untuk memberi arahan dan evaluasi kepada siswa
sehingga siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan dengan baik.
Komunikasi yang baik adalah yang efektif, yaitu:
1. Mendeskripsikan apa yang kamu amati (lihat, rasa bau, dengar, dan
kecap) daripada apa yang kamu perkirakan tentang obyek atau
kejadian tersebut.
2. Membuat deskripsi secara singkat dan jelas menggunakan bahasa
yang tepat.
3. Komunikasikan informasi secara akurat menggunakan pilihan kata
yang tepat, tidak bermakna ganda.

5. Bertanya
Keterampilan bertanya sangat penting untuk diajarkan karena dengan
bertanya siswa memperoleh pengetahuan yang menarik perhatiannya, dapat
memecahkan suatu masalah atau meyakinkan ide yang sebelumnya dimiliki,
dan membangun konsep-konsep.
Untuk melatih keterampilan bertanya dilakukan dengan menggunakan
pertanyaan untuk mengevaluasi siswa dan meminta siswa untuk membuat
daftar pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Peran guru diperlukan untuk memotivasi siswa agar banyak bertanya.
Misal guru menjadi model untuk mengajukan pertanyaan, membantu
mengarahkan pemikiran siswa sehingga mereka dapat bertanya dengan baik,
dan mengembangkan suasana kelas yang menghargai bertanya. Dengan
demikian siswa merasa bebas bertanya dan membagi pemikirannya tanpa
dikritik.

9
Pertanyaan yang perlu diajukan siswa dalam kegiatan ilmiah dapat
dibedakan menjadi 4 macam yaitu bertanya utuk mengungkap fakta, bertanya
tentang posedur, bertanya tentang alasan penggunaan alat/bahan tertentu, serta
pertanyaan untuk merancang suatu kegiatan ilmiah.

6. Penafsiran dan Prediksi


Setelah mendeskripsikan obyek, gejala, atau peristiwa disekitarnya
melalui pengamatan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan, dilanjutkan
dengan menjelaskan mengapa terjadi perubahan (menafsir) dan meramalkan
peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (memprediksi).
Proses pemikiran yang digunakan untuk membuat prediksi menjadi dasar
untuk mengadakan eksperimen yang digunakan untuk menguji kesahihan
penafsiran atau merumuskan teori-teori atau konsep-konsep.
Penafsiran adalah suatu penjelasan atau interpretasi dari hasil pengamatan
yang berdasarkan pada suatu peristiwa atau keadaan (kalau tafsiran ini
diberlakukan untuk banyak keadaan disebut hipotesis). Sedangkan prediksi
adalah ramalan mengenai apa yang akan terjadi berdasarkan pengamatan.
Berdasar hasil pengamatan yang dilakukan, selanjutnya siswa diajarkan
untuk membuat penafsiran dan prediksi terhadap obyek atau kejadian yang
telah diamati. Apabila siswa masih kesulitan dalam membuat penafsiran dan
prediksi, guru dapat membantu mengarahkan sehingga siswa dapat membuat
penafsiran serta prediksinya secara tepat.
Contoh: Dilakukan pengamatan terhadap dua pot yang diisi tanah basah
dan beberapa biji kacang hijau. Salah satu pot diletakkan ditempat gelap dan
yang lain ditempat terang. Tanah di pot dijaga tetap basah selama seminggu.
Pada akhir minggu diukur tinggi tanaman kecambah. Kecambah ditempat
gelap tumbuh 8 cm sedangkan ditempat terang tumbuh 6 cm. Sehingga
diperoleh penafsiran kacang hijau tumbuh lebih cepat ditempat gelap daripada
ditempat terang. Jika pengamatan dilakukan pada tanaman jagung, bayam,
kacang tanah, padi dan diperoleh hasil pengamatan serupa. Diperoleh
hipotesis bahwa tanaman tumbuh lebih cepat ditempat gelap dibandingkan
ditempat terang. Dan untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan eksperimen.

10
7. Eksperimen
Eksperimen merupakan cara yang dilakukan para ilmuan untuk
menemukan konsep dan prinsip-prinsip IPA. Keterampilan eksperimen sangat
penting karena cara mengajar IPA yang paling baik adalah seperti bagaimana
IPA ditemukan. Keterampilan ini adalah bekal utama untuk mengembangkan
diri dan mencari jawaban masalah yang dijumpai dalam IPA baik di kelas
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Eksperimen didefinisikan sebagai usaha sistemik yang direncanakan untuk
menghasilkan data dalam rangka menjawab suatu masalah atau menguji suatu
hipotesis. Secara lengkap eksperimen terdiri dari
1. Rumusan masalah.
2. Identifikasi variabel
3. Merumusan hipotesis
4. Merumuskan definisi operasional variabel
5. Merencanakan eksperimen
6. Melaksanakan eksperimen
Eksperimen adalah keterampilan yang terpadu dan melibatkan
keterampilan yang lain sehingga peran guru sangat diperlukan untuk
mengarahkan siswa agar eksperimen yang dilakukan mencapai tujuan
eksperimen. Agar eksperimen berhasil dengan baik, siswa harus ikut berperan
aktif dan memperluas wawasan terhadap materi yang dieksperimenkan.
Sehingga harapannya selain siswa mencapai tujuan dari eksperimen yang
dilakukan juga diperoleh konsep-konsep materi terkait.

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa keterampilan-keterampilan tersebut


diats sangat penting diajarkan kepada siswa karena membuat siswa lebih cepat
memahami konsep-konsep IPA dan lebih jauh lagi siswa mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah. Ternyata pada praktek dilapangan,
dijumpai guru-guru yang belum sepenuhnya mengajarkan keterampilan
tersebut kepada siswa. Keterampilan yang telah banyak diajarkan kepada
siswa adalah pengamatan, pengukuran, eksperimen dan komunikasi.

11
Sedangkan keterampilan membuat penafsiran dan prediksi, klasifikasi dan
bertanya masih jarang diajarkan. Berikut adalah alasan-alasan yang dapat
diberikan mengapa guru-guru IPA disekolah belum dapat menerapkan
keterampilan belajar IPA dengan baik.
1. Kompetensi guru masih kurang.
2. Diperlukan perencanaan yang matang
3. Topik yang dipelajari sulit.
4. Wawasan siswa yang terbatas.
5. Keterbatasan alat-alat laboratorium.
6. Memerlukan waktu lebih banyak.

12
C. KESIMPULAN
Dari makalah diatas dapat disimpulkan:
1. Keterampilan yang perlu diajarkan dalam pembelajaran IPA adalah
keterampilan pengamatan, pengukuran, klasifikasi, komunikasi,
bertanya, penafsiran dan prediksi serta eksperimen.
2. Untuk mengajarkan keterampilan tersebut, siswa diberikan tugas-tugas
pengamatan, membuat klasifikasi, membuat penafsiran dan prediksi
dari pengamatan yang dilakukan, mengajarkan penggunaan alat yang
dipakai untuk pengamatan dan eksperimen, mengkomunikasikan hasil
pengamatan baik secara tertulis maupun lisan didepan kelas, membuat
ihtisar materi pembelajaran, guru menjadi model atau memberi contoh
mengajukan pertanyaan, menjadikan keterampilan bertanya untuk
mengevaluasi siswa, mengembangkan suasana kelas yang menghargai
bertanya, dan mengajak siswa untuk melakukan eksperimen terhadap
topic yang dipelajari.
3. Pembelajaran IPA dalam penerapannya disekolah belum mengajarkan
keterampilan belajar IPA secara baik karena alasan-alasan berikut:
kompetensi guru masih kurang, diperlukan perencanaan yang matang,
topik yang dipelajari sulit, wawasan siswa yang terbatas, keterbatasan
alat-alat laboratorium, dan memerlukan waktu lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Naional. 2004. Keterampilan Proses Sains. Departemen


Pendidikan Nasional.
Karso, Drs., dkk. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta : Universitas
Terbuka
Wahidin, D. 2008. Keterampilan Proses Dasar Pada Pembelajaran IPA. Jurnal.

13

You might also like