You are on page 1of 9

PERBANDINGAN POLITIK CHINA, RUSIA dan INDONESIA

CHINA

IDEOLOGI

China mulai tahun 1921 hingga sekarang memiliki ideologi komunis. Keadaan ini bermula saat
Tiongkok mengalami krisis memilukan pada masa akhir dinasti Qing tahun 1991 sampai tahun
1949 pada masa awal periode Republik. Banyak orang – orang bijak ingin menyelamatkan
negerinya, tetapi berujung pada keputusasaan. Keputusasaan tersebut mendorong mereka untuk
mencari jalan keluar dari luar Tiongkok. Akhirnya mereka memilih untuk bercermin pada Rusia,
setelah melihat kegagalan Inggris dan Perancis. Lalu dilakukanlah pertemuan dengan
penghubung Partai Komunis dari Uni Soviet. Mereka memilih teori Marxisme – Leninisme yang
berbunyi “ menggunakan kekerasan untuk menduduki kekuasaan politik”. Mereka beranggapan
teori tersebut cukup sesuai dengan keadaan yang sedang mereka alami sehingga bisa
menyelamatkan negara dan rakyat. Dari pertemuan itu, diperkenalkanlah komunisme, suatu
konsep yang asing bagi Tiongkok dan hasilnya justru memberikan bencana tanpa akhir bagi
negeri tirai bambu tersebut. Dan setelah melalui beberapa proses dengan Rusia, terbentuklah
Partai Komunis China pada tahun 1921.

Partai Komunis China berjaya dengan menggunakan cara kotor, yaitu memupuk kejahatan di
dalam jiwa anggotanya. Mereka memiliki 9 unsur dasar, yaitu menjalankan bentuk kejahatan dari
Marxisme – leninisme; menipu untuk mencampur adukkan baik dan jahat; menyulut kebencian
dan menghasut pertikaian massa; berandalan dan sampah masyarakat menduduki jabatan di
PKC; melakukan mata – mata dan penghianatan; merampas dengan muslihat dan kekerasan
menjadi “peraturan baru”; pemusnahan sistem nasional, aturan dan kalangan tradisional;
mendirikan ideologi genosida secara lengkap; menggunakan prinsip – prinsip partai untuk
mengontrol seluruh partai dan segenap masyarakat. Dalam masa tersebut China sangat tertutup
dan banyak hak rakyat yang dicabut, Mereka menerapkan prinsip kesetaraan dan mengandalkan
kekuatan dari kaum proletar. Mereka tidak hanya menerapkan komunisme sebagai ideologi,
tetapi juga dasar dalam bernegara dan melakukan hubungan dengan negara lain.

Untuk saat ini, ada orang yang beranggapan bahwa komunisme telah memudar dari China. China
dianggap tak ada bedanya dengan negara negara barat seperti Inggris dan Amerika. Saat ini di
China siapapun bebas berdagang dan melakukan hubungan ke luar negeri. China tak lagi
tertutup. Saat ini komunisme hanya diletakkan sebagai ideologi, bukan dasar dalam menjalankan
pemerintahan.

SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan China adalah parlementer. Tetapi sistem pemerintahan China berbeda
dengan sistem pemerintahan parlementer di negara lain. Di china, sistem politik dan pembagian
kekuasaan melalui sistem partai tunggal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres Rakyat Nasional yang didominasi oleh Partai
Komunis china; kekuasaan eksekutif dipegang oleh ketua partai, sedangkan sekretaris jenderal
partai merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi setingkat perdana menteri; kekuasaan
yudikatif dijalankan secara bertingkat oleh pengadilan rakyat dibawah pimpinan Mahkamah
Agung dan pengadilan rakyat tersebut bertanggung jawab kepada Kongres Rakyat Nasional di
setiap tingkatan

SISTEM PEMILU

China menganut sistem pemilu multi partai. China mempunyaai satu partai besar, yaitu Partai
Komunis China. Dalam pemilu memang terdapat partai – partai lain, akan tetapi partai kecil ini
pasti kalah. Dan calon yang akan menjadi presiden adalah orang – orang yang memang telah
ditentukan oleh partai. Dalam hal ini adalah Partai Komunis China. Partai Komunis China sangat
mndominasi dalam pemilu, bahkan partai ini mendoktrin masyarakat untuk memilih PKC.
Selama berlangsungnya pemerintahan pun pemerintahan dikawal oleh Partai Komunis China.
Seehingga terkadang dapat dikatakan ketua PKC lebih disegani dari pada presidennya sendiri.

• Pokok-pokok sistem pemerintahan di Cina adalah :

a.Bentuk negara adalah kesatuan yang terdiri atas 23 provinsi


b.Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis
c.Kepala negara adalah presiden, sedangkan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri.
Presiden dipilih oleh Kongres Rakyat Nasional untuk masa jabatan 5 tahun (biasanya
merangkap sebagai Ketua Partai). Sedangkan untuk jabatan Perdana menteri (Sekretaris
Jenderal Partai) diusulkan oleh presiden dengan persetujuan Kongres Rakyat Nasional
d. Menggunakan sistem unikameral, yaitu Kongres Rakyat Nasional (National People’s
Congress or Quanguo Renmin Daibiao Dahui) dengan jumlah 2.979 orang. Anggotanya
merupakan perwakilan dari wilayah, daerah, kota dan provinsi untuk masa jabatan 5
tahun. Badan ini memiliki kekuasaan penting di Cina dengan anggotanya dari orang-
orang partai komunis.

e. Lembaga negara tertinggi adalah Konggres Rakyat Nasional yang bertindak sebagai
badan legislatif (biasanya didominasi oleh Partai Komunis Cina).

f. Kekuasaan yudikatif (Badan kehakiman) terdiri atas Supreme Peoples Court, Local
Peoples Courts dan Special Peoples Courts. Kekuasaan yudikatif dijalankan secara
bertingkat kaku oleh Pengadilan Rakyat di bawah pimpinan Mahkamah Agung Cina
Tambahan:

komunisme

Ini adalah sebuah paham politik yang diciptakan oleh Marx dan Engles. Berawal dari protes
terhadap kapitalisme pada abad ke-19. Dalam paham ini, buruh dan tani dianggap menjadi
kekuatan utama sebuah negara.

Tujuan utama komunisme adalah menghilangkan kelas antara kaum kapitalis dan proletar. Yang
berarti, dalam sebuah negara penganut komunis. Semua sifatnya rata dan sama. Tidak ada si
kaya dan miskin. Semua produksi dan sistem ekonomi sepenuhnya dikuasai oleh negara.

Di Eropa, ideologi politik ini sangat identik dengan negara Rusia. Bahkan, untuk mendalami
komunis, beberapa tokoh komunis Indonesia harus belajar ke Rusia. Ideologi politik ini sempat
diterapkan oleh Uni Soviet dan Rusia pada zaman kekuasaan Vladimir Stalin dan Lenin.
Perpolitikan Cina banyak diilhami oleh paham Marxist-Leninist

RUSIA

Model Sistem Politik dan Pemerintahan Rusia

Semenjak perubahan besar yang terjadi, model sosialis telah kehilangan daya
tariknya. Pemimpin-pemimpin Soviet tidak bisa lagi membujuk rakyatnya bahwa
masa depan Komunisme yang cerah, ketika semua sama dan semua kebutuhan
dapat terpenuhi, akan tiba. Ketika sistem Komunis runtuh secara menyeluruh, hal
ini mengindikasikan betapa sedikitnya dukungan terhadap komunisme. Akan tetapi
ternyata lebih mudah untuk membubarkan struktur komunis daripada
menggantikannya dengan struktur yang baru.
Rezim Soviet mengambil alih kekuasaan pada tahun 1917 yang berniat untuk
membentuk masyarakat sosialis di Rusia dan kemudian, menyebarkan sosialisme
revolusioner ke seluruh dunia. Sosialisme, sebagaimana Partai Komunis Rusia
memahaminya, berarti suatu masyarakat tanpa kepemilikan pribadi dari produksi,
di mana negara memilikinya dan mengawasi semua asset ekonomi yang penting dan
di mana kekuasaan politik dilakukan atas nama masyarakat pekerja. Vladimir
Ilyich Lenin (1870-1924) adalah pemimpin dari Partai Komunis Russia dan kepala
pemerintahan Soviet Rusia yang pertama. Pemerintahan Soviet membagi
kekuasaan antara soviets, yang merupakan organisasi melalui mana para pekerja
dan petani menyuarakan kepentingan mereka. dan Partai Komunis yang mengatur
soviets.
Lenin menjamin bahwa struktur organisasi dari Partai Komunis memaksimalkan
pengawasan dari pusat atas seluruh level pemerintahan. Partai sendiri dijaga untuk
tetap kecil, menekankan bahwa keanggotaan partai merupakan suatu hak istimewa
dan suatu keharusan. Pada level yang lebih tinggi lagi, partai diorganisasikan
sepanjang garis teritorial. Setiap subdivisi daerah memiliki organisasi partai.
Pada posisi puncak, kekuasaan terakhir untuk memutuskan kebijakan dipegang
oleh Politbiro. Politbiro merupakan komite suatu kelompok kecil, senantiasa
melakukan pertemuan secara teratur, yang beranggotakan sekitar 12 orang
pemimpin-pemimpin negara yang paling kuat, yaitu: Sekretaris Jenderal Partai
Komunis, Ketua Lembaga Kementerian, beberapa sekretaris senior dari komite
Pusat PKUS, satu atau dua orang sekretaris pertama dari organisasi Partai
Komunis gabungan republik-republik, Menteri Pertahanan, Ketua KGB, dan
Menteri Luar Negeri.
Kelemahan yang paling serius dari rezim terdahulu adalah ketidakmampuan
mereka di dalam mengalihkan kekuasaan secara teratur dan damai dari satu
pemimpin ke pemimpin yang lain. Kemudian, pemerintahan Mikhail Gorbachev
yang sangat menekankan pada keterbukaan, glasnost, dalam hubungan antara
pemimpin-pemimpin politik dan masyarakat, menekankan bahwa yang terpenting
efektivitas partai sangat tergantung pada perbaikan ekonomi dari negara dan
masyarakat. Awal tahun 1987, dia tidak hanya berupaya melaksanakan
demokratisasi politik, tetapi juga menekankannya melalui suatu reformasi dengan
mengadakan pemilihan untuk pemerintahan lokal. Dia melegalisasi kepemilikan pribadi atas
perusahaan dan kerja sama bisnis dan mendukung para pengusaha
untuk memperkecil kesenjangan ekonomi akibat inefisiensi dari sektor negara.
Radikalisme Gorbachev menerima dukungan yang begitu dramatis melalui
perkembangan yang begitu menakjubkan tahun 1989 di Eropa Timur. Semua
penguasa mengakhiri blok sosialis dan membuka jalan bagi rezim parlemen yang
multi partai melalui suatu revolusi tak berdarah (kecuali Rumania). Bubarnya
Komunisme di Eropa Timur ini berarti ikatan-ikatan partai, kerjasama kepolisian,
perdagangan ekonomi dan aliansi militer yang telah dibangun sejak Stalin
memaksakan Komunis atas Eropa Timur setelah Perang Dunia II, lenyap.
Republik Rusia mempunyai konstitusinya sendiri dan membentuk Kongres Wakil-
wakil Rakyat dan Supreme Soviet. Dengan berakhirnya Uni Soviet, lembaga
perwakilan ini menjadi organ utama dari kekuasaan legislatif. Boris Yeltsin dipilih
sebagai presiden dari Federasi Russia pada bulan Juni 1991.
Yeltsin menunjuk kepada model “Republik Presidensial”. Sebagaimana di Perancis,
konstitusi mengakui dwi-eksekutif, di mana pemerintah memerlukan kepercayaan
dari parlemen, tetapi presiden tidak. Presiden diberi kekuasaan untuk
mengumumkan keputusan-keputusannya dengan kekuatan hukum, meskipun
keputusannya tersebut melanggar hukum yang berlaku dan bisa ditolak oleh
parlemen. Presiden menunjuk perdana menteri atas persetujuan parlemen. Duma
bisa menolak pilihan presiden tersebut, akan tetapi apabila sampai tiga kali
kesempatan presiden gagal memperoleh persetujuan Duma maka dia dapat
membubarkan Duma dan menyelenggarakan pemilihan yang baru. Pembubaran
juga dilakukan saat Duma tidak lagi memperoleh kepercayaan di dalam
pemerintah. Mosi tidak percaya yang pertama mungkin bisa saja diabaikan oleh
presiden dan pemerintah. Akan tetapi, untuk yang kedua, presiden harus
membubarkan parlemen atau pemerintah. Kekuasaan presiden untuk
membubarkan parlemen juga dibatasi oleh konstitusi. Dia tidak dapat
membubarkan parlemen dalam satu tahun pemilihannya, atau ketika parlemen
mempunyai tuntutan dakwaan atas presiden, atau ketika presiden menyatakan
keadaan bahaya atas seluruh Russia, atau dalam enam bulan dari saat habisnya
jabatan presiden.
Berbeda dengan banyak sistem parlementer, di Russia pembentukan pemerintah
tidak secara langsung ditentukan oleh komposisi partai di parlemen. Paling tidak,
hubungan antara distribusi kekuatan partai dalam Duma dan keseimbangan politik
pemerintah dihilangkan sama sekali. Sekalipun demikian, komposisi pemerintahan
telah memperlihatkan upaya Presiden Yeltsin untuk membawa wakil-wakil partai
politik dan aliran-aliran politik yang ada. .
State Duma telah muncul sebagai sebuah lembaga yang aktif. Oposisi Presiden
Yeltsin dan kebijakan-kebijakannya lebih banyak di lembaga ini daripada sekutu-
sekutunya, tapi tidak ada satu pun partai atau koalisi yang merupakan mayoritas.
Berbeda dengan Dewan Federasi, Duma diatur oleh faksi-faksi partai. Wakil
masing-masing faksi mengisi badan pengarah, yaitu Dewan Duma. Dewan Duma
membuat keputusan-keputusan dasar dalam Duma dengan menghormati agenda
legislatif dan proses-proses yang tengah berlangsung di Duma, dan juga beberapa
undang-undang. Duma juga memiliki 23 komisi di mana kepemimpinan dan
keanggotaannya didistribusikan secara tidak merata untuk tiap-tiap faksi

Tambahan:

Rusia adalah negara dengan sistem politik parlementer. Negara ini dipimpin oleh kepala Negara
dan kepala pemerintahan. Kepala Negara adalah presiden dan kepala pemerintahan adalah
perdana menteri. Rusia menganut ideologi komunis. Rusia menganut bicameral atau dua kamar
perwakilan dengan nama Federal Assembly or Federalnoye Sobraniye yang terdiri dari Dewan
Atas dan Dewan bawah. Presiden Rusia dipilih setiap 4 tahun sekali.

Pengambilan Keputusan

Rusia di bawah kepemimpinan Vladmir Putin dari 2000-2008 menjadikan struktur pemerintahan
yang lebih terpusat. System ini mampu diterima masyarakat karena memberikan kesejahteraan
dengan menarik ribuan rakyat dari kemiskinan.
Vladimir Putin menghilangkan system pemilihan gubernur dan menggantinya dengan
penunjukkan oleh presiden langsung. Dalam masanya, Presiden terlihat sangat dominant
dibandingkan perdana menteri bahkan kepada badan legislative dan yudikatif. Namun peran
Putin sangat kental di mata rakyatnya yang dianggap mampu mengangkat nama Rusia kembali
ke tataran Internasional. Mengapa sistem non-demokrasi yang cenderung otoriter ini bisa
diterima seperti negara-negara demokrasi yang bebas pada umumnya?

Dari kerangka kerja Easton, permintaan (demand) yang merupakan input diproses dengan cara
yang sangat popular dan sangat mengartikulasikan kepentingan nasional. Sehingga pada saat
kebijakan atau output dilaksanakan sebagai timbal balik (feedback), maka permintaan tadi telah
menjadi dukungan. Disini faktor kepemimpinan Putin adalah sebagai variabel yang menentukan
keberhasilan pemerintahan yang ia pimpin. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari masih
berpengaruhnya Putin di pemerintahan walau hanya menjabat Perdana Menteri.

Rusia telah mengangkat dirinya kembali pada masa pemerintahan Putin dengan berada pada
posisi ke 3 cadangan devisa terbanyak. Kemudian 20 juta orang yang terangkat dari kemiskinan
menjadi faktor keberhasilan lain yang terus mengangkat kepemimpinan Putin. Dalam analisa
kebijakan luar negeri dikenal variable ideosinkretik atau variable personal dalam hal ini seorang
pemimpin.

Jadi, sistem politik yang dianut kedua negara tidak menjamin keberhasilan suatu pemerintahan di
bawah kepeminmpinan siapapun. Proses politik sangat menentukan dalam mengartikulasikan
tuntutan dan dukungan menjadi kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga kebijakan
tersebut dapat terus berubah menjadi timbal balik yang berubah menjadi dukungan. Rusia adalah
contoh negara yang berhasil menerapkan otoritarianisme tanpa menghalangi rakyat untuk
berusaha tetapi pemerintah berusaha mengangkat rakyat dari kemiskinan dan ketidakberdayaan.
INDONESIA

Perkembangan
demokrasi di Indonesia

Demokrasi secara utuh di


Indonesia berjalan pada tahun 1999 dimana rakyat Indonesia baru untuk
pertama kalinya boleh menentukan hak pilihnya secara demoktratis
setelah lebih dari 40 tahun sejak 1955 Indonesia mengadakan pemilihan
anggota parlemen. Indonesia setidaknya telah melalui empat masa
demokrasi dengan berbagai versi, yaitu:

• Pertama adalah
demokrasi liberal dimasa kemerdekaan.
• Kedua adalah
demokrasi terpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan
konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.
• Ketiga adalah
demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden
Soeharto.
• Keempat yaitu
demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi

Kelebihan dan kekurangan


pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya

bisa memberikan pelajaran


berharga bagi kita.

Dan di tahun Tahun 1999


ini lah rakyat Indonesia baru merasakan adanya pemilihan yang
transparan dan bebas. Dimana Spanduk-spanduk yang terpancang di
berbagai tempat umum dan propaganda melalui media umum, seperti
radio, televisi, pemerintah mempropagandakan janji-janjinya yaitu: "
Pemilihan parlemen musti dijalankan secara aman, langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil".

Ditahun
ini pula masyarakat mulai berani berbicara secara lantang tentang
masa depan negeri ini. Masyarakat Indonesia mulai menyadari bahwa
kedepan nanti negeri ini akan bisa lebih dewasa untuk memahami arti
dari demokrasi seperti Negara-negara yang sudah menerapkan sistem
demokrasi ini terlebih dahulu.

Salah satu pilar


demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.2
Satu
hal yang paling krusial dalam konteks penerapan demokrasi di
Indonesia adalah, kehadiran Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai
sebuah lembaga legislasi baru yang diharapkan mampu memberikan
kontribusi positif bagi wajah demokrasi, khususnya keterwakilan
rakyat yang berada di daerah untuk sama-sama merasakan keadilan dan
pemerataan dalam pembangunan. Dalam konteks demokrasi, mekanisme
pemilihan anggota DPD yang dipilih secara langsung oleh masyarakat,
tentunya menjadikan anggota DPD adalah orang-orang yang mendapat
legitimasi secara utuh dari masyarakat. Dan hal ini tentunya menjadi
wajar apabila sebagai sebuah lembaga, DPD memiliki suatu otomomi
dalam menjalankan fungsi legilasinya.

Tetapi
pada realitasnya, anggota DPD ternyata berada dalam ketidakberdayaan
dikarenakan sistem dan perundang-undangan yang membatasi mereka untuk
memberikan kontribusi lebih bagi daerah. Mungkin ini adalah suatu
bagian dari rekayasa demokrasi yang tidak utuh. Sehingga kehadiran
DPD sebagai sebuah lembaga tinggi negara dibuat tidak berdaya didalam
statusnya yang penuh dengan nilai prestisius.

Setelah
berlangsung cukup lama yaitu dari tahun 1999 sampai tahun ini secara
umum proses demokrasi di Indonesia memang masih lebih condong pada
suatu pembentukan dari atas ke bawah (tergantung dari elite politik).
Karena proses demokrasi di Indonesia dalam kehidupan politik masih
sangat situasional, seperti dalam momentum pemilu nasional ataupun
daerah, dimana otoritas dan hak masyarakat didalam menyampaikan suara
benar-benar diakui, dan itupun jika tidak ada manipulasi atau
kecurangan dalam pemilu.

Oleh
karena itu proses pendewasaan demokrasi di Indonesia sampai dengan
saat ini masih sangat dipengaruhi oleh peranan kelembagaan, baik
dalam organisasi, partai politik hingga lembaga negara. Dalam situasi
seperti ini, maka yang harus menjadi perhatian adalah pembagian
wewenang yang proporsional didalam lembaga-lembaga tersebut. Sehingga
meminimalisir terjadinya monopoli dan penyalahgunaan otoritas didalam
mengambil sebuah kebijakan.

Perkembangan
demokrasi di Indonesia juga membawa hal yang negatif bagi Negara
kita, yaitu melemahnya perekonomian di republik Indonesia. Hal
seperti ini umum terjadi di suatu Negara ketika demokrasinya sedang
berkembang. Tapi di satu sisi seluruh rakyat Indonesia mendapatkan
medali demokrasi dari International Association for Political
Consultant (IAPC) karena Indonesia dinilai telah berhasil dalam
mengembangkan dan mempraktikkan demokrasi seperti terbukti dengan
terselenggarakannya pemilihan umum parlemen dan dan pemilihan
presiden secara damai.3
Ini
membuktikan bahwa Indonesia telah bersungguh-sungguh menjalankan dan
memahami tentang Demokrasi.

You might also like