You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “PERILAKU
TERCELA”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
terutama bagi penulis sendiri.

Kepada pembaca jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon
maaf, karena penulis sendiri dalam tahap belajar.Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan
terimakasih, kepada para pembaca.

Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bisa bermanfaat.

Subang, 17 Januari
2011

Kelompok 3

Kelas X5

Halaman 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................…......................................................................... 1

Daftar Isi .......................................................................................................................... 2

BAB 1

Pendahuluan

- Latar Belakang ................................................................................... 3


- Rumusan Masalah .............................................................................. 3
- Tujuan ................................................................................................. 3

BAB 2

Isi

A. Hasud .................................................................................................. 4
B. Riya’ ................................................................................................... 7
C. Aniaya ................................................................................................. 9
D. Diskriminasi ........................................................................................ 12

BAB 3

Penutup

- Penutup ............................................................................................... 14
- Kesimpulan ......................................................................................... 14

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 15

Halaman 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai agama yang diridhai ALLAH SWT., islam mempunyai banyak aturan-aturan
untuk mengatur akhlak dan kepribadian umat muslim di seluruh dunia.

ALLAH SWT. telah menuliskan dalam firmannya yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
Hadits Rasulullah saw. Mengenai larangan–larangan kepada umat muslim agar tidak
melakukan perbuatan tercela. Perilaku tercela jika dilakukan akan mengakibatkan keburukan
kepada dirinya sendiri dan juga kepada orang disekelilingnya , juga akan mendapatkan dosa
dan hukuman dari ALLAH SWT.

Maka dari itu kita harus mempelajari ilmu Akhlak agar kita mengetahui keburukan-
keburukan yang tidak ALLAH SWT sukai, jika kita melakukan perbuatan tercela tersebut,
juga agar kita menjauhinya dan tidak melakukannya , karena kita tahu akibatnnya yang buruk
dan dilarang oleh ALLAH SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana Ciri – ciri orang yang berperilaku Hasud, Riya, Aniaya , dan Diskriminasi ?
 Apa akibatnya jika kita melakukan perilaku tercela tersebut ?
 Bagaimana cara mencegah diri kita agar tidak melakukan perilaku tercela tersebut ?
 Larangan apa saja yang sudah tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits ?

C. TUJUAN
Kita mempelajari pendidikan agama islam untuk meningkatkan iman dan ketaqwaan kita
kepada ALLAH SWT. Dalam sub-bab ini yaitu Perilaku Tercela dipelajari agar kita
mengetahui mengenai perilaku-perilaku yang dilarang oleh ALLAH SWT, Agar kita
menghindarinya.

Halaman 3
BAB II
ISI

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan
dalam bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangkai, kebiasaan,
bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak
terdapat dalam Al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadist.
Menurut imam gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir
perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya, sedangkan ilmu akhlak
adalah ilmu yang berbicara tentang baik buruk dari suatu perbuatan.
Akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (akhlaq almahmudah) dan akhlak yang
tercela (akhlaq mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai buruk maka munculah persoalan
tentang konsep baik buruk.

A. HASUD

Dalam bahasa Arab, hasud berarti dengki.


Rasa dengki dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
a. Adanya rasa permusuhan dan kebencian dengan orang lain
b. Tidak senang kalau dirinya dikalahkan
c. Ingin menjadi pemimpin yang mneduduki jabatan tinggi
d. Enggan melakukan kebaikan kepada sesama

Dengki merupakan sifat tercela, yaitu sifat yang mengharapkan agar nikmat orang lain lenyap
atau terhapus. Akibat dari rasa iri hati.

Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
kebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (Q.S. An-Nisa, 4:32)

Hasud atau dengki berbeda pengertiannya dengan iri hati. Iri hati artinya merasa ingi
menguasai sesuatu yang dimiliki orang lain karena dirinya belum memiliki dan tidak mau
ketinggalan .

Hasud atau dengki ialah rasa atau sikap tidak senang terhadap kerahmatan (kenikmatan) yang
diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya atau mencelakakan orang lain
tersebut. Jika sifat hasud ini terus menerus menjadi kebiasaan, tentu akan membawa akibat
hencurnya kebaikan dalam diri seseorang akibat bertambahnya sifat rakus, tamak , dendam,
serta rasa permusuhan di dalam diri.

Halaman 4
Hadis Rasulullah SAW.

“Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat dahulu (yaitu) benci dan dengki,
itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut.” (HR Ahmad dan
Turmuzi).

Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar tentu tidak akan bersikap dengki kepada
orang lain yang mempunyai kelebihan karena ia menyadari bahwa hal itu merupakan
kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Artinya:”Adakah (patut) mereka iri hati (dengki) kepada manusia (Muhammad) atas karunia
yang telah diberikan Allah kepada mereka.” (Q.S. An-Nisa , 4:54)

Bahaya yang di akibatkan dari sikap hasud :

a. Hatinya selalu resah


b. Merusak hubungan persaudaraan
c. Menimbulkan kebencian
d. Memutuskan silaturahmi
e. Berdosa di sisi Allah SWT
f. Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah
Allah berikan kepada orang lain.
g. Semua adalah dosa besar yang bias melahap
h. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang-orang yahudi
i. Seberapapun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan
nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang
mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
j. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “kalian tidak
akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk
dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim)
k. Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah
l. Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada.
m. Menyebabkan hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu
dapat hilang dari seseorang.
n. Menghancurkan persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan
mengadu domba dan suka menfitnah
o. Menghancurkan kebaikan yang ada padanya.
p. Dapat merusak iman orang yang hasud

Halaman 5
q. Dapat memutuskan hubungan persaudaraan dan menghapus segala kebaikan yang pernah
dilaksanakan.
r. Dapat menimbulkan kerugian atau bencana, baik bagi pendengki maupun orang yang
didengki.
s. Dapat merusak mental (hati) pendengki itu sendiri, sehingga kehidupan merasa gelisah
dan tidak memperoleh ketentraman.

Oleh karena itu, sifat dengki tidak bermanfaat bagi orang yang dengki karena dengki merusak
amal kebaikan, sama halnya seperti api memakan kayu.

Rasulullah bersabda.

“Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. Bersabda: Jauhilah dirimu dari sifat dengki
karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”
(HR Abu Daud)

Setiap muslim menjauhi perbuatan hasad , ada beberapa cara menghindari sifat hasad:
1. Mengakui bahwa hasad akan merugikan dirinya
2. Megakui bahwa hasad itu merupakan dosa
3. Mengakui bahwa hasad itu merusak amal kebaikan
4. Sering membaca mempelajari Al-Qur’an
5. Bergaul dengan orang shaleh
6. Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT
7. Menyadari bahwa pemberian dari Allah kepada manusia tidaklah sama, sesuai dengan
kehendaknya
8. Menyadari bahwa hasud dapat menghapuskan kebaikan

Sifat tercela dikenal sebagai penyakit hati. Penyakit hati sangat berbahaya , karena
dikendalikan oleh setan setiap langkahnya. Untuk itu ita sebgai orang yang beriman harus
bias menghindarinya agar tidak terjangkiti. Penyakit hati ini lebih berbahaya dari penyakit
lainnya.

Hati adalah penentu arah perilaku manusia. Kemana orang mau pergi, hatilah yang akan
menuntunnya. Karena itu ada yang mengatakan mata hati lebih tajam dari penglihatan. Baik
buruk perilaku manusia akan ditentukan oleh keinginan hatinya.

Ada satu kisah anak Nabi Adam as yaitu Qabil dan Habil. Qabil adalah manusia pertama di
dunia yang terkena penyakit hati. Diceritakan , ketika ia hendak dinikahkan dengan saudara
kembar Habil yang tidak cantik, sementara saudara kembarnya yang cantik hendak
dikawinkan dengan Habil, Qabil merasa iri dan membunuh adiknya sendiri yaitu Habil. Qabil
inilah yang dalam sejarah, kemudian dianggap sebagai orang yang menyebabkan
pembunuhan.

Halaman 6
B. RIYA’

Ria berasal dari bahasa arab yang artinya memperlihatkan atau terkenal dengan istilah
memamerkan. Dari segi syra, imam alhafidz ibnu hajar dalam kitabnya fathul bari
mengatakan bahwa ria adalah ibadah yang dilakukan dengan tujuan atau maksud agar dapat
dilihat orang lain sehingga memuja pelakunya.
Riya adalah memperlihatkan suatu ibadah dan amalan shaleh kepada orang lain bukan karna
allah, tetapi karna suatu yang lain selain allah. Misalnya karena ingin memperoleh
kemasyuran dan keuntungan dunia.sedangkan memperdengarkan ucapan ibadah dan amal
saleh kepada orang lain
Ria merupakan sifat tecela karena melakukan amal perbuatan tidak untuk mencari ridho allah
melainkan untuk mengharap pujian dari orang lain, ria merupakan kemunafikan dan syirik,
Rasulullah bersabda:
“Sesuatu yang sangat aku takutkan yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi SAW
ditanya tentang apa yang dimaksud dengan syirik kecil maka beliau menjawab yaitu riya
Jadi hakikat riya adalah seorang hamba yang taat pada allah swt dengan tujuan ingin
mendapatkan kedudukan atau pujian manusia”
Tanda tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh ali bin abi thalib. Kata beliau, “Orang
yang riya itu memliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika
berada ditengah tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan
mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
Dilihat dari bentuknya ria ada dua macam yaitu:
1. Riya dalam niat
Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginan untuk
mendapat pujian, sanjungan, penghargaan dari orang lain, bukan karna alloh. Padahal niat itu
sangat menentukan nilai dari suatu pekerjaan.
Jika pekerjaan yang baik dilakukan dengan niat karna allah maka perbuatan itu mempunyai
nilai disisi allah.jika dilakukan karna ingin mendapat sanjungan dan penghargaan dari orang
lain maka perbuatan itu tidak akan memperoleh pahala dari allah hanya sanjungan dan itulah
yag akan dia peroleh. Nabi muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya”.(HR Muslim)

Riya yang merkaitan dengan hati paling sulit untuk diketahui karna yang mengetahuinya
hanya allah swt semata.

2. Riya dalam perbuatan


Riya dalam perbuatan ini, misalnya ketika megerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya
ini dalam mengarjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan dan
kekhusuannya jika dia berada di tengah tengah orang atau jamaah. Sehingga orang lain
melihat dia berdiri, rukuk, sujud dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun tiu mengharapkan
perhatian, sanjungan, pujian orang lain agar dia dianggap sebagai orang yag taat dan tekun
beribadah. Orang yang riya dalam shalat akan celaka.
Firman allah swt:

Halaman 7
Artinya: “(4)maka celakalah orang yang shalat.(5) yaitu orang-orang yang lalai terhadap
shalatnya.(6) yang berbuat riya.(7)dan enggan (memberikan) bantuan.”
(QS Al-Maun/107:4-7).

Riya yang berhubungan dengan perbuatan ini masih dapat dilihat sekalipun agak samar-
samar.
Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya dalam perbuatan yaitu sebagai berikut:
1. Tidak aka melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang
2. Beribadah hanya sekedar ikut-ikutan
3. Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian saja,
sebaliknya mudah menyerah jika dicela orang
4. Senantiasa berupaya menampakan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang
banyak.

Riya bisa terdapat dalam urusan keagamaan dan bisa pula dalam urusan keduniaan.

A. Riya dalam urusan keagamaan , misalnya:


Seseorang melakukan shalat berjamaah dengan maksud bukan ingin memperoleh
keridaan Allah SWT, tetapi agar mendapat penilaian dari masyarakat sebagai muslim
yang taat.
B. Riya dalam urusan keduniaan, misalnya:
Seseorang memperlihatkan kesungguhan dan kedisiplinannya dalam bekerja kepada
atasannya, dengan tidak dilandasi nilai ikhlas karena Allah SWT, karena ia ingin
dinilai baik oleh atasannya, lalu pangkatnya atau gajinya dinaikkan.

Seorang muslim harus membenci sifat riya, karena sesungguhnya allah swt
mengancam orang orang yang bersifat riya dengan siksa yang sangat pedih sebagaimana
firman-nya. Dalam surat al-maun yang artinya:
“Maka celakalah orang orang yang shalat, (yaitu) orang orang yang lalai dalam shalatnya,
orang - orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.”
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang berbuat riya, maka allah menjelek-jelekannya dan barang siapa
berbuat sunah maka allah memberikan sunah-nya (kepada manusia).”(HR Muslim)
Bahaya riya
Riya berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain terhadap diri sendiri, bahaya riya itu akan
dirasakan oleh dirinya berupa ketidak puasan, rasa hampa, sakit hati dan penyesalan. Bahaya
riya terhadap orang lain akan diolok olok dan dicaci oleh orang yang dibantu atau
memberinya dengan riya itu.
Sifat riya yang membahayakan terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
Halaman 8
1. Selalu muncul ketidak puasan terhadap apa yang telah dilakukan.
2. Muncul rasa hampa dan senantiasa gelisa ketika berbuat sesuatu
3. Menyesal melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memerhatikannya
4. Jiwa akan terganggu karena keluh kesah yang tiada hentinya
5. Merugikan diri sendiri karena termasuk perbuatan tercela

Cara menghindari sifat riya


1. Banyak mendatangi dan mendengarkan pengajian atau nasihat yang disampaikan oleh
para ulama yang membahas berbagai masalah dalam islam (QS. Al Anfal:2)
2. Bergaul dengan teman yang baik dan saleh , disiplin beribadah dan beramal saleh , serta
membiasakan diri berakhlak terpuji
3. Memelihara diri dengan beramal saleh secara ikhlas dan secara sembunyi-sembunyi
karena untuk mencari rida Allah swt.

Begitulah bahaya dari sifat riya bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi yang
artinya syirik ringan karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan pada sesuatu
selain allah swt.

C. ANIAYA

Aniaya dalam bahasa arab disebut zalim yang berarti melampaui batas, keterlaluan, atau
menempatkan sesuatu seperti mengucapkan, bertindak, atau beriktikat yang tidak pada
tempatnya. Zalim artinya menganiaya atau menyakiti, baik itu dilakukan kepada allah swt,
sesama manusia, ataupun kepada makhluk lain.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa sansakerta yang artinya perbuatan bengis, penyiksaan
atau zalim. Yang dimaksud dengan aniaya (zalim) ialah tidak adil (tidak menempatkan
sesuatu dengan semestinya atau sesuai dengan ketentuan allah SWT).

Artinya: “Barang siapa yang melanggar hukum – hukum Allah, mereka itulah orang – orang
yang zalim.”(Q.S. Al-baqarah, 2:229)

Bahwa penganiayaan merupakan kejahatan bersifat mengancam harta dan jiwa. Perbuatan
itu sama dosanya dengan mencuri, bahkan lebih besar, karna di dalamnya terdapat unsur
kekerasan. Jadi setiap orang yang memperlakukan orang lain yang bukan seharusnya dan
bermaksud menyakiti atau menyusahkan, maka disebut zalim.

Ada empat macam bentuk kezaliman yaitu sebagai berikut :

Halaman 9
1. Aniaya kepada Allah SWT
Dengan cara tidak mau melaksanakan perintah allah yang wajib, dan meninggalkan larangan
allah yang haram.

2. Aniaya terhadap sesama manusia


Seperti, gibah(mengumpat), namimah(mengadu domba), fitnah, mencuri, merampok,
melakukan penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.

3. Aniaya terhadap binatang.


Misalnya menjadikan binatang sebagai sasaran latihan memanah atau menembak,
menelantarkan binatang peliharaan dan menyembelih hewan dengan senjata yang tumpul

4. Aniaya tehadap diri sendiri


Misalnya membiarkan diri sendiri dalam keadaan bodoh dan miskin karna malas, meminum
minuman keras, menyalah gunakan obat-obatan terlarang (narkoba), menyiksa diri sendiri
dan bunuh diri.

Jadi, yang berbuat dosa besar adalah orang yang zalim kepada dirinya sendiri, karna ia
telah membawa dirinya kepada kerusakan dan dosa.
Hukum bagi penganiaya diberlakukan sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya,
yaitu sebagai berikut :

1. Jika kita menganiaya dan membunuh korban serta mengambil hartanya, penganiaya
dihukum dibunuh dan disalib.
2. Jika ia hanya mengambil harta tanpa membunuh korbannya maka hukumnya dihukum
potong tangan dan kakinya dengan cara silang.
3. Jika ia tidak mengambil harta dan membunuh karna tertangkap sebelum sempat
melakukan sesuatu atau hanya menakut-nakuti saja maka hukumannya adalah dipenjara.
Keburukan - keburukan perbuatan aniaya(zalim) dapat menimpa pelaku(penganiaya) orang
yang dianiaya, dan masyarakat.
a. Keburukan-keburukan yang akan dialami oleh penganiaya antara lain:
• Tidak akan disenangi bahkan akan dibenci masyarakat.
• Hidupnya tidak akan tenang, karna dibayangi rasa takut.
• Mencemarakan nama baik dirinya dan keluarganya.
• Orang yang berbuat aniaya seperti merampok dan membunuh apabila perbuatan
aniayanya diketahui oleh alat negara lalu ditangkap dan diadili maka tentu ia akan
dijatuhi hukuman, misalnya dipenjarakan.
• Para pelaku aniaya itu jika tidak bertaubat dengan taubat sungguh-sungguhnya, maka
dialam akhiratnya ia akan dicampakan kedalam api neraka.

b. Keburukan-keburukan yang akan dialami orang yang dianiaya dan masyarakat antara lain:
• Orang yanng dianiaya akan mengalami kerugian dan bencana sesuia dengan jenis
penaniayaan terhadap dirinya
• Bila penganiayaan itu terjadi dimana-mana maka masyarakat tidak akan memperoleh
Halaman 10
kedamaian dan ketentraman
• Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun.
• Jika dalam suatu masyarakat atau negri jumlah orang orang yang zalimnya mayoritas
mereka tidak bertaubat maka tidak mustahil allah swt akan menurunkan azab-nya

Artinya: “dan sesungguhnya kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu ketika
mereka berbuat kezaliman.” (Q.S. YUNUS 10:13)

Akibat yang akan ditimbulkan oleh perbuatan tersebut akan tidak baik. Oleh karna itu, ajaran
islam mengajarkan umatnya agar berbuat baik, ramah, dan sopan santun kepada semua
makhluk allah khususnya sesama manusia. Untuk menghindari sifat aniaya kita hendaknya
senantiasa mengingat pesan Allah, yaitu bahwa Allah mengharamkan segala bentuk
perselisihan, perusuhan, kedengkian, dan mengadakan perusaka terhadap sesama manusia
dan alam semesta. Penganiayayaan atau sifat zalim tidak akan dilakukan seseorang jika ia
menghargai hak asasi manusia dan bersyuku atas segala nikmat yang telah Allah berikan
kepadanya.
Cara mencegah dan menjaga diri dari perbuatan zalim adalah sebagai berikut:
1. Membiasakan berbuat adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Banyak membaca alquran dan buku-buku agar kita tahu tentang nilai nilai kebenaran.
3. Memerhatikan baik-baik hak orang lain dan tidak mengganggu hak orang lain karna itu
perbuatan dosa kepada allah.

D. DISKRIMINASI

Kata diskriminasi berasal dari bahasa Belanda “discriminatie” artinya pemisahan atau
perbedaan. Kata diskriminasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III artinya
perbedaan perlakuan terhadap sesame warga Negara . kata diskriminasi berasal dari bahasa
Inggris disebut “discrimination” artinya perbedaan perlakuan . kata diskriminasi bersal dari
bahasa Arab disebut “tafriq” dan merupakan sifat tercela yang harus dihapus . Menurut UU
RI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Bab 1 pasa 1 menjelaskan kata
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tidak
langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas alas an agama ,suku, ras,
,etnik,kelompok,jenis kelamin, bahasa , keyakinan, politik, yang berakibat pengurangan,
penyimopangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan dalam kehidupan, baik individu atau kolektif dalm bidang politik ekonomi,
hukum, social, budaya, dan aspek kehidupan lain.
Dari pengertian diatas , islam melarang diskriminasi karena termasuk sifat tercela yang harus
dijauhi. Di hadapan Allah semua manusia adalah sama , yang membedakan hanya kualitas
ketakwaan kepada-Nya.

Halaman 11
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha
Mengenal” (Q.S. Al Hujurat:13)

Diskriminasi adalah perbuatan zalim dan tercela karena akan mendatangkan kerugian kepada
orang yang diperlakukan diskriminatif.

Diskriminasi bisa terdapat dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, dan


bernegara.

1. Orangtua yang membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anaknya adalah contoh


perilaku diskriminasi dalam kelusarga .
2. Islam mengajarkan agar dalam berkehidupan bertetangga , antara satu tetangga
dengan tetangga lainnya saling menghormati dan menghargai, tanpa membedakan
suku bangsa, agama, status social, dan sebagainya.
3. Dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara, perilaku diskriminasi itu
misalnya jika pemerintah hanya melindungi golongan tertentu. Padahal pemerintah
wajib melindungi seluruh rakyatnya tanpa kecuali.

Berdasarkan ras, suku, warna kulit , perlakuan diskriminasi antara lain adalah :

1. Diskriminasi kelamin, yaitu pembedaan sikap dan perlakuan terhadap orang


berdasarkan jenis kelamin. Di kota Mekah pada masa jahiliah, kaum perempuan
berkedudukan sangat rendah.
2. Diskriminasi ras, yaitu pembedaan berdasarkan asal bangsa yang menganggap bahwa
tras yang satu lebih hebat daripada ras yang lain.
3. Diskriminasi social, yaitu berdasarkan status sosialnya, seperti kaya dan miskin,
bangsawan dan rakyat jelata , atau suatu agama dengan agama lain.
4. Diskriminasi warna kulit (apartheid) yaitu berdasarkan warna kulit . orang yang
berkulit putih dianggap lebih terhormat.

Berdasarkan ayat Al Qur’an tersebut, islam menghapuskan tumbuhnya sikap diskriminasi dan
menggantinya dengan menyuburkan sifat pengasih dan penyayang. Allah bahkan meletakan
sifat tersebut di dalam nama-Nya, yaitu bismillah ar rahman ar rahim , yang artinya Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang untuk menjadi contoh dan rahmat bagi hamba-Nya.
- Cara menghindari diskriminasi :
1. Gemar bersilaturahmi
2. Menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan
3. Bersikap toleransi (tasamuh) terhadap sesama umat beragama dan tidak memaksakan
keyakinan agama kepada orang lain.
4. Aktif dalam kegiatan yang tujuannya mengahapus diskriminasi.
5. Tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain.
6. Tidak menghina, berburuk sangka , bahakn memfitnah orang lain.
7. Selalu beribadah kepada Allah dan tidak menyukutukan-Nya, serta berbuat baik
kepada sesama.

Halaman 12
- Ilustrasi penentangan diskriminasi dalam islam :
a. Nabi Ibrahim a.s. menjadikan siti Hajar, seorang budak dari Etiopia yang dianggap
hina, sebagai istrinya. Ternyata budak yang dianggap rendah tersebut justru
bmempunyai kepribadian yang mulia, tidak mudah menyerah ketika ketika
menghadapi kesulitan bgaimanapun beratnya, dan bertanggung jawab atas tugas atau
kewajibannya , khusu dalam memelihara dan membesarkan putranya yaitu Ismail a.s.
b. Di zaman Nabi Muhammad saw. Perjuangan menghapuskan dioskriminasi terus
dilanjutkan , khusunya budak di Kota Mekah. Budak yang dimaksud bernama
Bilalbin rabid, dia hamba Allah yang tangguh dan teguh dalam mempertahakan
keyakinan islam. Demikian pula Zaid bin Haris yang telah dimerdekakan oleh Nabi
Muhammad saw. dan diangkat sebgai anak asuh beliau hingga dinikahkan dengan
Zaenab saudara sepupu Rasulullah saw. dari suku Quraisy.

Halaman 13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas , kita dapat menyimpulkan bahawa perilaku tercela selalu
memberikan akibat yang buruk baik terhadap pelaku perilaku tercela maupun kepada orang
yang ada di sekitarnya. Jika kita berperilaku seperti itu (Hasud, Riya’, Aniaya, dan
Diskriminasi) dapat menimbulkan kerugian baik di dunia maupun di akhirat . Selain itu
perilaku tercela tersebut sudah dilarang oleh ALLAH SWT. yang tercantum di dalam Al-
Qur’an dan Hadits.

B. SARAN
Kepada pembaca, sebaikinya kita jauhkan diri dari segala perbuatan tercela dengan cara
meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada ALLAH SWT. Selalu menjalankan perintahnya
dan menjauhi segala larangannya .

Halaman 14
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.google.co.id/search=aklahkul+mazmumah
 www.muslim.or.id
 http://hbis.wordpress.com/2008/12/12/larangan-hasudriya-dan-aniaya/
 Syamsuri, Drs. H. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga.
 Syamsuri, Drs. H. 2004. Pendidikan Agama Islam SMA. Jakarta : Erlangga.
 Anwar, Junaidi Drs. 2003. Agama Islam Lentera Kehidupan. Jakarta : Yudhistira.
 Anwar, Junaidi Drs. 2007. Pendidikan Agama Islam I. Jakarta : Yudhistira.
 Mutmainah. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Piranti.
 Soeprapdjo, H. 2007. Mutiara Akhlak Dalam Pendidikan Agama Islam. Surakarta :
Tiga Serangkai.
 Modul Pendidikan Agama Islam kelas X SMA
 Qur’an Player

Halaman 15

You might also like