Professional Documents
Culture Documents
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:xzdsRKh9-
DMJ:www.scribd.com/doc/37574856/128+hubungan+pola+asuh+ibu+dengan+
kemandirian+anak+usia+4-6+tahun+di+TK&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id
.
Definisi anak bermasalah Anak bermasalah usia TK 4-6 tahun yang memiliki
perilaku non normatif (perilaku) dilihat dari tingkat perkembangannya, atau
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri baik pada waktu belajar
(konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di s...ekolah atau di rumah
(sosial). /p> Untuk mengetahui apakah anak bermasalah atau tidak, pendidik
(orang tua, guru, orang dewasa disekitar anak) perlu memahami tahapan
perkembangan anak dalam segala aspek. Pemahaman tersebut dapat membantu
menganalisis dan mengelompokkan anak pada kategori bermasalah atau tidak.
B. Karakteristik anak TK 1. Perkembangan motorik Berarti perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus
dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena
adanya koordinasi otot-otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari,
melempar dan menaiki. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang
menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas,
meronce, dan lain sebagainya. Ciri khas perkembangan motorik anak TK
adalah : * memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu mampu
mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang. Keterampilan
koordinasi motorik kasar terbagi atas tiga kelompok yaitu keterampilan
lokomotorik (berlari, melompat, menderap, meluncur, berguling, berhenti,
berjalan setelah berhenti sejenak, menjatuhkan diri, dan mengelak),
keterampilan nonlokomotorik (menggerakan anggota tubuh dengan posisi tubuh
diam ditempat, berayun, berbelok, mengangkat, bergoyang, merentang,
memeluk, melengkung, memutar dan mendorong), dan keterampilan
memproyeksi, menangkap dan menerima (dapat dilihat pada waktu anak
menangkap bola, menggiring bola, melempar bola, menendang bola,
melambungkan bola, memukul dan menarik). * Anak memiliki motivasi
instrinsik sehingga tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik baik yang
melibatkan gerakan motorik halus maupun motorik kasar. 2. Perkembangan
kognitif Berarti proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir, berkembang secara bertahap
sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf. Ciri khas perkembangan kognitif anak TK adalah : * Anak
sudah mampu menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir, seperti anak
mampu menyusun balok kecil untuk membangun rumah-rumahan,
menggambar, dll. * Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir
orang lain (egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar
ikan dari sudut pengamatannya. * Anak belum mampu berpikir kritis tentang
apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab
alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll. 3. Perkembangan bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan
dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan
sendiri. Ciri khas perkembangan bahasa anak TK adalah * Terjadi
perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak dapat
menggunakan kalimat dengan baik dan benar. * Telah menguasai 90% dari
fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata seperti kemampuan untuk
merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti
contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi
makan ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan. * Dapat
berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang
lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. * Sudah dapat
mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata. * Lingkup kosakata yang dapat
diucapkan anak menyangkut; warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan,
kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus) *
Mampu menjadi pendengar yang baik. * Percakapan yang dilakukan telah
menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya
sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. * Sudah dapat melakukan
ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi. 4. Perkembangan psikososial
Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan kepribadian
manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan
kepribadian. Ciri khas perkembangan psikososial anak TK adalah * Sudah
dapat mengontrol perilakunya sendiri. * Sudah dapat merasakan kelucuan
(misalnya, ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu).
* Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai
usia 5 tahun. * Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut
untuk melakukannya. * Perasaan humor berkembang lebih lanjut. * Sudah dapat
mempelajari mana yang benar dan yang salah. * Sudah dapat menengkan diri *
Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering berperilaku seperti
boss (atasan), medominasi situasi, akan tetapi dapat menerima nasihat. * Sering
bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali. * Anak sudah dapat menunjukkan
sikap marah. * Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan
sudah dapat menerima peraturan dan disiplin. C. Batasan-batasan bermasalah
Anak bermasalah di TK dapat dilihat dari : 1. Frekuensi perilaku menyimpang
yang tampak, maksudnya seberapa banyak tingkah laku yang menimbulkan
masalah muncul, misalnya anak ngambek setiap hari , malah beberapa kali
dalam sehari maka hal itu pertanda anak bermasalah. 2. Intensitas perilaku
maksudnya tingkat kedalaman perilaku anak yang bermasalah, misalnya,
rentang perhatian anak untuk konsentrasi sangat pendek, anak mudah beralih
perhatiannya baik dalam belajar atau bermain. 3. Usia anak yaitu tingkah laku
anak yang mencolok yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak
seusianya. 4. Ukuran norma budaya, maksudnya, anak dikatakan bermasalah
sangat bergantung pada ukuran budaya setempat. Apakah anak TK yang
terlambat perkembangannya sama artinya dengan anak yang bermasalah?
Jawabannya ya dan tidak Ya, jika anak yang terlambat dalam perkembangan
tersebut sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan rumah.
Tidak, jika anak berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
(anak berkembang dengan iramanya masing-masing). Untuk tahu apakah anak
tersebut bermasalah maka pendidik harus memperhatikan kekhasan perilaku
anak. Berikut ini pertanyaan yang dapat mengidentifikasi apakah anak tersebut
bermasalah atau tidak. 1. Apakah frekuensi tingkah laku yang menyimpang
tersebut terlihat setiap waktu? 2. Apakah perilaku tersebut mengganggu
aktivitas anak baik dalam belajar maupun bermain? 3. Jika tingkah laku
tersebut tidak diatasi dengan segera apakah akan menimbulkan masalah dalam
perkembangan anak secara menyeluruh? Jika semua pertanyaan tersebut
dijawab ”ya” maka besar kemungkinan anak tersebut bermasalah. D. Respon
guru TK dalam menghadapi anak TK yang bermasalah 1. Menghadapi emosi-
emosi negatif anak, dan saat emosi negatif anak muncul sebaiknya guru
menciptakan hubungan yang akrab 2. Sabar menghadapi anak yang sedih,
marah, atau ketakutan, dan tidak menjadi marah jika menghadapi emosi anak.
3. Sadar dan menghargai emosi-emosinya sendiri. 4. Melihat emosi negatif
sebagai arena yang penting dalam mengasuh anak. 5. Peka terhadap keadaan
emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu kelihatan. 6. Tidak
bingung atau cemas menghadapi ungkapan-ungkapan emosional anak. 7. Tidak
menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak. 8. Tidak
memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak. 9. Tidak merasa bahwa
guru harus membereskan semua masalah bagi anak. 10. Menggunakan saat-saat
emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata
yang menyejukkan, menolong anak memberi nama emosi yang sedang
dirasakan, menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan emosi yang
dapat diterima, dan mengajarkan anak untuk terampil dalam menyelesaikan
masalah. E. Masalah anak TK a. Penakut Setiap anak memiliki rasa takut,
namun jika berlebihan dan tidak wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut
anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi,
ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll. Rasa takut yang
berlebihan terlihat dalam gejala-gejala seperti berikut : 1. Gejala psikis, seperti ;
gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit kepala. 2. Gejala
emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan, bingung,
putus asa, marah, sedih, bersalah. 3. Gejala tingkah laku seperti : gangguan
tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di sekolah, agresi, mudah tersinggung,
menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda, dan terus berada
di kamar orang tua. Penyebab anak memiliki rasa takut : 1. Intelegensi (anak-
anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang sama
dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya). 2. Jenis
kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan
sosial lebih menerima rasa takut perempuan). 3. Keadaan fisik (anak cenderung
takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat). 4. Urutan kelahiran
(anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang berlebihan). 5.
Kepribadian anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih
penakut). 6. Adanya contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu
yang takut. 7. Trauma yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina
topan, bencana alam, dll. 8. pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut
anak seperti ; paksaan, hukuman, ejekan, ketidakperdulian, dan pelindungan
diluar batas. Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik 1.
Mendengarkan cerita anak 2. Lindungi dan hibur anak 3. Ajari kenyataan 4.
Memberi hadiah 5. Memberi contoh teladan (guru sebagai model) 6. Coping
model (adalah salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus
melewati rasa takut itu. Salah satu cara dengan bicara pada diri sendiri). 7.
Mendongeng 8. Melakukan aktivitas penuh tantangan 9. Memanfaatkan
imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian 10. Menggambar b. Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau
melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku
tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau
memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan
memaki. Gejala anak yang agresif : 1. Sering mendorong, memukul, atau
berkelahi. 2. Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk
mengganggu permainan yang dilakukan teman-teman. 3. Menyerang dalam
bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor
dengan teman. 4. Tingkah laku mengganggu muncul karena ingin menunjukkan
kekuatan kelompok. Biasanya melanggar aturan atau norma yang berlaku di
sekolah seperti; berkelahi, merusak alat permainan milik teman, mengganggu
anak lain. Penyebab anak agresif 1. Pola asuh yang keliru (melakukan
kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap anak dan terlalu protektif, terlalu
memanjakan anak (orang tua selalu mengijinkan atau membenarkan permintaan
anak) 2. Reaksi emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan yang dibuat guru
atau orang tua (kecemasan yang berlebihan), sementara anak melakukan
kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya). 3. 3. Tingkah laku agresif
sebelumnya (tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat
penguatan dari keluarga atau guru). Solusi pemecahan masalah yang dapat
dilakukan pendidik : 1. Bermain peran 2. Belajar mengenal perasaan 3. Belajar
berteman melalui permainan beregu 4. Beri penguatan jika anak berperilaku
tepat dengan temannya 5. Perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan
motorik c. Pemalu Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan,
yang timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap
dirinya. Ciri anak pemalu adalah : 1. Kurang berani bicara dengan guru atau
orang dewasa 2. Tidak mampu menatap mata orang lain ketika berbicara 3.
Tidak bersedia untuk berdiri di depan kelas 4. Enggan bergabung dengan anak-
anak lain 5. Lebih senang bermain sendiri 6. Tidak berani tampil dalam
permainan 7. Membatasi diri dalam pergaulan 8. Anak tidak banyak bicara 9.
Anak kurang terbuka Penyebab anak pemalu 1. Keadaan fisik 2. Kesulitan
dalam bicara 3. Kurang terampil berteman 4. Harapan orang tua yang terlalu
tinggi 5. Pola asuh yang mencela Solusi pemecahan masalah yang dapat
dilakukan pendidik : 1. Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangka 2.
Belajar bergabung melalui permainan 3. Mengajar cara mulai berteman 4.
Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
Ver más
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:HfKdUB9svusJ:es-
es.facebook.com/group.php%3Fgid%3D403081916419%26v
%3Dwall+perilaku+sosial+pada+anak+usia+4-
6+tahun+di+TK&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl=id
hambatan interaksi
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang tiada pernah terputus rahmat dan
karunia-Nya. Sholawat serta salam teruntuk baginda yang kami rindukan Nabi
dan Rasul kita Muhamad SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan
sampailah pada kita sebagai pengikutnya.
Ucapan terima kasih kepada semua dosen Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus
dan rekan-rekan yang selama ini saling mendukung, saling mengisi dan
menyemangati dalam proses menuju pemahaman ke tingkat yang lebih baik.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula dalam makalah presentasi tugas
kelompok kami ini. Karenanya kami memohon saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaharuinya dikemudian hari. Mohon maaf jika dalam
penyusunan laporan presentasi ini terdapat banyak kesalahan. Kritik, saran dan
masukan akan menjadi bahan sharing yang berharga khususnya bagi tim
kelompok penulis.
Berharap semoga ilmu yang di kaji saat ini menjadi ilmu bermanfaat dan dapat
diaplikasikan secara nyata dilapangan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II DESKRIPSI KASUS
A. Identitas Kasus
B. Riwayat Perkembangan Kelahiran, Pengasuhan dan Kesehatan Anak
BAB III KAJIAN TEORI
A. Pengertian Interaksi
B. Mengembangkan Kemampuan Interaksi Anak Usia 3 – 5 Tahun
C. Bentuk-Bentuk Interaksi
BAB IV METODE
A. Menentukan Subyek
B. Menyusun Kajian Teori
C. Pembahasan Data
D. Instrumen Asesmen
E. Contoh Rancangan Program Intervensi
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa
manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu lain. Secara
kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan
berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan
semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan
selalu dibarengi dengan proses interaksi baik interaksi dengan alam lingkungan,
interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja.
Setiap manusia memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bahkan kemampuan itu telah dimilikinya ketika masih di dalam kandungan.
Sejak di dalam kandungan manusia telah belajar berinteraksi dengan kondisi
ibunya. Menurut penelitian janin/bayi di dalam kandungan pada usia kandungan
tertentu memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan di luar
kandungan. Misalnya bayi mampu mendengar bunyi-bunyi musik, kendaraan,
detak jantung ibunya, merespon belaian pada kandungan, dll. Itu artinya
manusia telah dibekali kemampuan interaksi sejak dini oleh Yang Maha Kuasa.
Pada tahap selanjutnya interaksi ini diwujudkan dalam bentuk komunikasi,
terutama ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Pada masa-masa awal
kelahirannya manusia sudah belajar melakukan komunikasi, terutama dengan
ibunya. Pada masa itu bayi mulai belajar mengkomunikasikan segala
keinginannya dengan suara tangisan dan gerakan-gerakan tertentu dari anggota
tubuhnya. Dari tangisan bayi, seorang ibu dapat membedakan apa yang anak
inginkan. Ibu dapat membedakan menangis karena “ngompol” atau menangis
karena lapar (ingin menyusu). Peristiwa ini menunjukkan bahwa manusia sejak
dini telah menunjukkan tanda-tanda komunikatif dalam rangka pemenuhan
kebutuhannya.
Namun kenyataannya tidak semua mampu berinteraksi dengan baik, ada
beberapa anak diantaranya yang diduga mengalami hambatan dalam
berinteraksi. Kenyataan ini memunculkan keinginan untuk melakukan studi
kasus terhadap salah satu anak yang diduga mengalami hambatan dalam
berinteraksi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat
dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah
studi kasus yaitu: “ Bagaimana riwayat perkembangan kasus? Bagaimana
kemampuan interaksi yang dimiliki kasus? dan Bagaimana program
penanganannya ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah 1) untuk mengetahui riwayat
perkembangan kasus, 2) untuk mengetahui bentuk-bentuk kemampuan interaksi
yang dialami kasus dan 3) Membuat rancangan program penanganannya.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Identitas
1. Identitas subyek
Nama : H
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat tanggal lahir : Bandung 14 April 2005
Anak ke : Tunggal
10. Kemandirian
j. Tidur dengan orangtua (1bed dengan Ibu, Ayah di extra bed)
a. Malam hari masih ngompol
b. Susu : memakai sedotan, tidak memakai botol, kadang disendoki
c. Makan 2 s/d 3 sendok bisa sendiri, selebihnya disuapi Ibu
d. Toilet training belum mandiri hingga sekarang (usia 4 tahun masih ketoilet
dengan bimbingan, meskipun bimbingan yang diberikan “ditemani”)
C. Perkebangan interaksi anak saat ini
BAB III
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Interaksi
Secara harfiah interaksi (interaction) berarti “pergaulan, saling mempengaruhi”.
Mutual or reciprocal action or influence; as, the interaction of the heart and
lungs on each other.[1913 Webster].
Dalam kamus Bahasa Besar Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling
melakukan aksi, berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian
interaksi adalah hubungan timbal balik (sosial) berupa aksi saling
mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok
dan antara kelompok dengan kelompok.
Gillin dalam Abrahamzakky.blogspot 2009/02 mendefinisikan interaksi sosial
sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun orang
perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi
sosial dimulai; pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling
berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan
bentuk-bentuk interaksi sosial.
Menurut pendapat Santoso 2004, Interaksi adalah hubungan timbal balik antara
individu yang satu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok,
dan antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan hubungan adalah
terjalinnya dua manusia atau sesuatu menjadi suatu kesatuan mereka saling
mempengaruhi saling menerima, saling tergantung, saling menolong, saling
membantu, dan saling mengisi.
Menelaah dari beberapa definisi dan istilah tentang interaksi maka kelompok
kami berpendapat bahwa yang dimaksud dengan gangguan interaksi adalah :
terjadinya permasalahan pada diri individu dalam melaksanakan hubungan
timbal balik antara individu dengan individu, dengan kelompok, maupun
dengan lingkungan social yang lain.
BAB IV
METODE
A. Menentukan Subyek
Menentukan satu subyek klient yang telah di duga mengalami gangguan
interaksi, penentuan subyek studi kasus ini tidak melalui screning terlebih
dahulu namun langsung merujuk pada subyek yang telah memiliki data base
perkembangan (data base perkembangan ini diperoleh melalui asesmen riwayat
tumbuh kembang anak mulai dari neo natal, natal hingga natal yang diperolah
dari kuisioner yang diisi oleh orang tua subyek studi kasus).
B. Menyusun Kajian Teori
Penyusunan kajian teori didasarkan pada permasalahan gangguan interaksi dan
di kaitkan dengan usia klient yang menjadi subyek studi kasus ini
C. Pembahasan Data
Materi dalam pembahasan data ini adalah menghubungkan antara data subyek
di kaitkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan interaksi untuk
menemukan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat kemampuan interaksi
klien untuk selanjutnya dipergunakan dalam penyusunan program assesment
yang lebih kongkrit tantang subyek guna ketepatan pemetaan hasil intervensi
D. Instrumen Assesment
Pembuatan instrumen assesment untuk mengukur tingkat kemampuan interaksi
subyek, dikarenakan subyek berusia 4 tahun maka rancangan instrumen yang
digunakan adalah instrumen pengukuran kemampuan interaksi anak usia 3
sampai dengan 5 tahun. Diharapkan dengan instrumen yang lebih terperinci,
kemampuan dan hambatan komunikasi H dapat dianalisis secara lebih detail
untuk kemudian dirancang program intervensi yang tepat (karena data dari hasil
observasi dan interview tanpa adanya pedoman instrumen yang jelas tidak akan
memberikan penjelasan rinci tentang kemampuan dan hambatan yang dialami
anak)
E. Contoh Rancangan Program Intervensi
Bentuk rancangan program intervensi yang kami sajikan dalam studi kasus ini
bukan merupakan bentuk program intervensi yang sesungguhnya (hanya berupa
contoh saja), karena program intervensi yang sesungguhnya akan sangat
tergantung dari aplikasi assesmen yang telah dipetakan, sehingga jelas di
ketauhi hambatan utama anak selajutnya bisa dirancang program intervensi
yang sesuai untuk kebutuhan anak
BAB V
PEMBAHASAN
Interaksi sebagai dasar komunikasi perlu mendapatkan stimulasi dini untuk
mengantarkan anak
Interaksi merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang saling
mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki.
Berdasarkan kajian teori dan data yang diperoleh tentang H, berikut
pembahasan masalah H
A. BENTUK-BENTUK KEMAMPUAN INTERAKSI H
2. Agresif : agresifitas H saat ini sudah lebih stabil karena H telah sering
mendapatkan stimulasi dari lingkungan untuk menurunkan tingkat
agresifitasnya (stimulasi diberikan olah ibu dan lingkungan tempat belajar H)
3. Impulsif : H tidak menunjukkan perilaku impulsif berlebihan
4. Maladaptif : H bukan tipe anak peniru, ia lebih suka melakukan sesuatu oleh
dorongan ketertarikan H pada subyek tertentu.
5. Tidak ada motivasi: persaingan dan keinginan untuk bersaing tidak tampak
pada H sehingga motivasi yang dimiliki H tidak tampak sebagai dorongan untuk
melakukan sesuatu lebih baik (tidak memiliki motivasi intrinsik yang kuat,
motivasi seringkali dimunculkan secara eksternal oleh orang-orag diluar
dirinya)
9. Mengasingkan diri: salah satu hal yang menonjol dari H yang berbeda dengan
anak lain yang usianya sebaya dengan H adalah tingginya intensitas H
menyendiri / mengasingkan diri dari lingkungannya.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kemampuan berbicara dan penguasaan kosakata yang memadai pada anak,
ternyata tidak otomatis menjadi modal utama anak untuk memiliki kemampuan
berinteraksi yang baik
2. Interaksi sebagai dasar (ketrampilan prerequisite) dari komuniksi perlu
mendapatkan stimulasi dini untuk mengantarkan anak memiliki keterampilan
berkomunikasi yang baik.
3. Pada anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus, diperlukan stimulasi
secara khusus (interaksi harus direncanakan secara sistematis dan bertujuan)
4. Dengan stimulasi yang sama, respon tiap anak akan berbeda beda, hal ini
tergantung pada kesiapan anak dalam berinteraksi juga karakteristik anak yang
memang berbeda-beda antara satu individu dan individu yang lainnya
5. Untuk mengoptimalkan kemampuan anak dalam berinteraksi, harus
diperhatikan pula kesiapan anak dalam melakukan interaksi, kesiapan
berinteraksi bergantung pada faktor lingkungan (keberadaan anak dalam
keluarga) dan aspek sensori : pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan.
(memanfaatkan semua aspek sensori)
B. SARAN
1. Memanfaatkan semua aspek sensori untuk dijadikan stimuli dalam
perkembangan kemampuan interaksi anak
C. REKOMENDASI
Berikut beberapa program yang kami rancang untuk mengembangkan
kemampuan interaksi bagi H yang dapat diterapkan di sekolah TK tempat H
bersekolah (yang pada dasarnya tidak hanya bermanfaat untuk H namun juga
untuk pengembangan kemampuan interaksi bagi anggota kelas yang lain)
Bentuk perlakuan dengan bimbingan pengembangan interaksi : merupakan
bentuk bimbingan yang diberikan untuk menolong individu ataupun kelompok
agar mampu mengatasi permasalahannya dalam bidang interaksi, selanjutnya
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak
1. Pedoman bimbingan
Bentuk metode atau materi permainan yang disusun sendiri atau dirumuskan
sendiri oleh lembaga sebagai acuan pengajaran. Meteri ini disusun untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi dan interaksi anak.
Bimbingan yang dilakukan hendaknya memperhatikan keragaman dan
memenuhi prinsip bahwa semua siswa mendapatkan manfaat dan tidak ada
anak yang dirugikan (memperhatikan unsur inklusifitas).
2. Bentuk-bentuk materi ajar
a. Dinamika kelompok : dinamika kelompok yaitu dengan membangun
kejasama dan keserasian dengan teman-teman yang lain, dilaksanakan dalam
bentuk permainan dengan membagi siswa menjadi berkelompok-kelompok.
b. Simulasi sikap : dilaksanakan dalam permainan mempergunakan peran-peran
sosial seseorang, misalnya bermain peran menjadi polisi dan pencuri.
c. Etika budi pekerti : etika sesuai norma, saat beraktifitas, bertemu dengan
teman, makan, bermain dan kegiatan kegiatan yang lain.
d. Motivasi : menumbuhkan keinginan positif, memberi motivasi anak. Bisa
dengan cara pemberian reward (meskipun hanya berupa pujian) ataupun
pemberian penguatan.
e. Perlakuan : membentuk perilaku anak sesuai dengan norma yang telah
berlaku (modifikasi perilaku).
3. Bentuk-bentuk materi bimbingan
a. Logicall story : guru memberikan cerita-cerita menarik yang mampu
dipahami anak dengan inspirasi dari kejadian-kejadian logis dan aplikatif.
b. Logical discussion : guru mengajak anak-anak mendiskusikan peristiwa-
peristiwa sederhana yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari.
c. Happy theraphy : melatih anak untuk mengembangkan diri dalam bentuk
permainan-permainan yang menyenangkan.
d. Pemberian tugas individu untuk penanaman tanggung jawab (pemberian
tugas tetap memperhatikan kemampuan anak dan menghilangkan unsur
paksaan, contoh tugas : menyampaikan “sayang” pada ibu dan Ayah
sesampainya anak dirumah).
e. Motivasi belajar yakni dengan pengajaran latihan konsentrasi dan daya ingat
anak sebelum memulai aktifitas (konsep motivasi ini dirancang dengan model
Fun motivation).
4. Metode bimbingan
Dalam kegiatan belajar untuk anak-anak usia pra sekolah semuanya harus
dilaksanakan dalam kegiatan yang fun dalam frame permainan (tidak ada
tuntutan menghafal, dan tekanan jadi anak murni bermain tidak ada tuntutan
anak harus hafal huruf, angka dansebagainya) berikur tekniknya :
a. Persiapan (bila anak masih ada yang menangis ditenangkan, namun untuk
beberapa anak yang masih belum dapat tenang dan masih aktif bergerak guru
hanya perlu untuk bagaimana mengalihkan dan menarik perhatian anak,
membiarkan anak tetap bergarak namun juga mencari cara bagaimana anak
tetap dapat mengikuti aktifitas yang dilakukan guru).
b. Anak diajak untuk melakukan aktifitas yang mengandung unsur fun bagi
anak, motivasi, bekerjasama dan permainan-permainan perangsang anak untuk
mempertinggi interaksi dan melatih pengajaran pikologis anak.
c. Memberikan follow up.
5. Waktu dan tempat.
Dilaksanakan di lingkungan sekolah ataupun taman bermain .
6. Sasaran dan tenaga layanan bimbingan.
a. Sasaran 1) bimbingan kelompok yaitu anak secara keseluruhan 2)
bimbingan spesialisasi yaitu menurut macam spesialisasi dan kebutuhan
anak.
b. Tenaga layanan yang menangani bisa dari guru ataupun dari instruktur
(bekerjasama dengan ahli misalnya teraphist).
7. Tujuan layanan bimbingan
a. Secara umum adalah mengoptimalkan masa-masa timbuh kembang anak.
b. Secara spesifik merangsang kemampuan anak dalam berinteraksi secara
positif.
!). Meningkatkan circle interaction (anak mampu mengikuti dan merespon
rangsang sehingga kualitas interaksi dan komunikasi menjadi lebih baik tidak
terputus-putus)
2) Secara konsisten melakukan interaksi dengan teman (tidak melakukan
interaksi hanya di moment-moment khusus / ketika anak dalam keadaan mood
saja).
DAFTAR PUSTAKA
http://kamus.landak.com/cari/interaksi). WEBSTER 1913
kamus besar bahasa Indonesia
gillin http://abrahamzakky.blogspot.com/2009/02/proses-sosialisasi-dan-
interaksi-sosial.html
http://www.khatulistiwa.net/khatulistiwa.php?c=131&p=3930 (buku dinamika
Kelompok oleh Drs. Slamet Santoso, Bumi Aksara, 2004
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
A. KISI-KISI ANGKET
Angket ini dibuat berdasarkan pedomen dari De Ganggi dan S. Poisson (1990)
Tujuan penggunaan angket ini adalah untuk mendiagnosa adanya kelainan atau
perkembangan di bidang regulasi, perkembangan emosi, komunikasi dan
interaksi.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK ORANGTUA :
NO IDENTIFIKASI PERTANYAAN JUMLAH PERTANYAAN
1 Kemampuan anak mengatur diri sendiri 9
2 Perhatian anak 3
3 Seputar tidur 2
4 Tentang makanan dan pemberian makan anak 5
5 Memakai baju mandi dan sentuhan 11
6 Gerakan 5
7 Mendengarkan, bahasa dan suara 6
8 Melihat dan penglihatan 2
9 Ikatan dan fungsi emosional 14
B. BENTUK ANGKET
Dimohon untuk membaca dengan seksama daftar pertanyaan di bawah ini dan
isilah pertanyaan sesuai urutan dan nomer pertanyaan dengan memberikan
tanda ceklist ( √ ) pada olom yang sesuai
N
O
Total
2 PERHATIAN ANAK
a Mudah dialihkan, perhatiaanya yang mengambang
b Sering terputus perhatiannya dan sulit mengajak kembali
c Sulit mengalihkan perhatian dari satu obyek / kegiatan ke obyek / kegiatan
yang lain
Total
3 SEPUTAR TIDUR
a Jam tidur malam larut (≥ pk 20.00) sering terbangun lebih dari 3 kali semalam
dan sulit tertidur lagi sendiri
b Memerlukan waktu yang luar biasa untuk menidurkan anak. Misalnya :
diayun, dibawa jalan-jalan keluar, dibelai rambutnya dsb
Total
6 GERAKAN
a Bergerak terus, berlari-lari atau berayun-ayun, tidak bias duduk diam
b Tidak merangkak sebelum berjalan
c Takut kalau diayun, naik korsel atau dilempar keatas
d Keinginan yang luar biasa untuk diayun atau badannya diangkat terbalik
(dengan kepala dibawah)
e Kikuk (canggung), mudah jatuh, kurang keseimbangan, menabrak-nabrak
barang/ benda
Total
Kesimpulan :..................
Catatan :..................
Tanggal pemeriksaan :..................
Pemeriksa :..................
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN ASSESMEN UNTUK PERKEMBANGAN SOSIAL, EMOSI
DAN BAHASA BAGI ANAK USIA PRA SEKOLAH (4-6 TAHUN)
KET : instrumen assesman ini dikutip dari mata kuliah assasmen dan pendekaan
pembelajaran oleh kelompok 1. pentingnya penggunaan instrumen ini karena di
dalam interaksi terdapat aspek-aspek lain yang terlibat yaitu : aspek sosial,
emosi dan bahasa
A. ASESMEN
1. Kisi-Kisi Instrumen Asesmen
No. Aspek Perkembangan Komponen
(Berk, 2003; Hurlock, 1990; Hurlock, 2005) Indikator Perkembangan No. Item
Pertanyaan
1. Sosial Kerjasama:
Bekerjasama dengan anak lain untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama •
Bekerjasama dengan anak lain dalam mengerjakan tugas di kelas
• Bermain dengan mengikuti aturan permainan AS.1, AS.2, AS.3
Hubungan sosial :
Belajar melakukan hubungan sosial dengan bergaul dengan orang lain di luar
rumah • Bermain dengan anak lain
• Cepat bergaul dengan orang yang baru dikenal AS.4, AS.5
Persaingan:
Berlomba untuk mendapatkan prestasi terbaik • Berusaha mengerjakan tugas
lebih cepat atau lebih baik dari anak lain AS.6
Kemurahan hati :
Menunjukkan kemurahan hati • Menolong teman/orang lain yang sedang
kesulitan
• Meminjamkan barang/mainannya
• Membagi bekal kepada teman AS.7, AS.8, AS.9
Penerimaan sosial :
Menunjukkan hasrat akan penerimaan social • Mau bermain dengan teman yang
mana pun
• Menerima/mempertimbangkan pendapat/usul teman AS.10, AS.11
Simpati :
Menunjukkan emosi yang sama dengan emosi yang ditampilkan orang lain •
Ikut sedih/gembira jika ada teman bersedih/bergembira AS.12
Empati:
Anak peduli dengan perasaan orang lain • Menyuruh anak lain yang ribut
untuk diam saat guru berbicara.
• Tidak tertawa-tawa saat ada teman yang sedang bersedih.
• Menenangkan teman yang sedang bersedih/cemas. AS.13, AS.14, AS.15
Ketergantungan:
Anak menunjukkan sikap ketergantungan dengan minta bantuan • Meminta
bantuan orang lain dalam mengatasi berbagai persoalan AS.16
Meniru:
Anak meniru perilaku orang lain • Meniru perilaku/gerak-gerik/permainan
orang lain
• Meniru pakaian/tas/sepatu orang lain AS.17, AS.18
Perilaku kelekatan:
Anak menunjukkan perilaku selalu bersama dengan orang/objek tertentu •
Gelisah jika tidak disertai orang/benda yang disukai.
• Gembira jika disertai orang/benda yang disukai AS.19, AS.20
Negativism:
Anak menolak nasihat/perintah • Menolak nasihat/perintah
• Berprasangka buruk terhadap sesuatu yang belum jelas keburukannya.
AS.21, AS.22
Perilaku Agresi:
Anak menunjukkan perialu menyerang baik secara lisan maupun fisik terutama
pada anak yang lebih kecil • Berkata kasar/memaki kepada orang lain
• Menendang/memukul/mencubit orang lain
• Merusak barang-barang AS.23, AS.24, AS.25
Pertengkaran:
Anak menunjukkan perilaku mengejek, menggertak, dan usaha balas dendam. •
Mengejek orang lain
• Bertengkar dengan orang lain
• Membalas dendam AS.26, AS.27, AS.28
Berkuasa:
Anak menunjukkan perilaku memerintah dan mempergunakan orang lain untuk
memenuhi kepentingannya • Menyuruh orang lain dengan memaksa untuk
mengerjakan sesuatu AS.29
2. Emosi Amarah:
Anak menunjukkan pola ekspresi kemarahan lebih matang, seperti cemberut
dan sikap bengal, serta menggunakan bahasa untuk mengungkapkan reaksi
kemarahan • Anak tidak mematuhi perintah, cemberut/bersungut-sungut,
mengumpat, mengejek, berbicara kasar/kotor AE.1, AE.2
Takut:
Anak menunjukkan rasa takut pada situasi dan hal-hal yang dikhayalkan •
Anak menunjukkan rasa takut, misalnya dengan cara bersembunyi, menangis,
gemetar AE.3
Malu:
Anak menunjukkan rasa malu saat bertemu dengan orang lain yang belum
(baru) dikenalnya • Anak menunjukkan rasa malu dalam bentuk bicara gagap,
menarik-narik baju, tersipu-sipu, tidak berani menatap, sedikit berbicara AE.4,
AE.5, AE.6, AE.7, AE.8
Cemas:
Anak merasa khawatir karena berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi •
Anak menunjukkan kegelisahan, murung, rebut, berlagak, bosan, gugup
kesulitan berbicara, mencari kesibukan sendiri, berpura-pura sakit AE.9, AE.10,
AE11, AE.12, AE.13, AE.14, AE.15
Cemburu:
Menunjukkan reaksi cemburu jika perhatian seseorang (terutama orangtua)
tidak terarah kepadanya • Anak menunjukkan kecemburuan dengan cara marah-
marah, mencela, mengejek, menyalahkan orang lain AE.16, AE.17, AE.18,
Sedih:
Anak menunjukkan kesedihan karena kehilangan sesuatu yang dianggap
penting • Anak menunjukkan kesedihan dengan cara menangis atau diam saja
AE.19, AE.20
Gembira:
Anak menunjukkan kegembiraan karena mendapatkan apa yang dibutuhkannya
• Anak menunjukkan kegembiraan dengan cara tertawa atau bermain bersama
AE.21
3. Bahasa Fonologi:
Anak menunjukkan kemajuan pesat dalam pengucapan kata-kata Menunjukkan
kemajuan pesat dalam pengucapan AB.1, AB.2
Semantik:
Anak mulai mampu menguasai makna kata-kata • Anak usia 4 tahun
mengetahui nama warna dasar
• Anak usia 6 tahun memahami kata tiga, sembilan, lima, sepuluh dan tujuh
untuk menghitung jumlah biji
• Anak usia 6 tahun mengetahui makna pagi, siang dan malam AB.3, AB.4,
AB.5, AB.6, AB.7
Tatakalimat:
Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat dengan hampir lengkap berisi semua
unsur kalimat, yang terdiri atas 6-8 kata Pada anak usia 4 tahun menyusun
kalimat dengan hampir lengkap berisi semua unsur kalimat AB.8
Pragmatik:
Anak sudah mulai bisa menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks
sosial • Usia 4-8 tahun khususnya laki-laki menggunakan istilah popular untuk
mengungkapkan emosi pada teman sebaya
• Anak usia 6 tahun terutama perempuan menggunakan bahasa rahasia untuk
berkomunikasi dengan teman sebaya
• Anak usia 5 tahun menggunakan kata yang dilebih-lebihkan melebihi
penalaran untuk menarik perhatian
• Dimulai saat usia 3 tahun menggunakan kata menghina untuk memaksakan
ego, menyalurkan perasaan tersinggung, memberitahu pendapatnya tentang
orang lain
• Anak belum bisa melakukan percakapan yang sesuai dengan konteks
pembicaraan AB.9, AB.10, AB.11, AB.12, AB.13
Kesadaran metalinguistik:
Anak sudah mulai bisa berpikir tentang bahasa sebagai sebuah sistem Anak
usia 4 tahun sudah dapat menggunakan kata ganti AB.14, AB.15
2. Instrumen Asesmen
Komponen Perkembangan
(Berk, 2003; Hurlock, 1990; Hurlock, 2005)
Kerjasama:
Anak menunjukkan perilaku bekerjasama dengan anak lain untuk melakukan
sesuatu secara bersama-sama
Hubungan sosial:
Anak mampu bergaul dengan orang lain
Persaingan:
Anak berlomba dengan anak lain untuk mendapatkan prestasi terbaik
Kemurahan hati:
Anak mau berbagi dan menolong
Penerimaan sosial:
Anak mampu menerima orang lain yang memiliki perbedaan status, kondisi
fisik, dsb.
Simpati:
Anak mampu menunjukkan emosi yang sama dengan emosi orang lain
Empati:
Anak peduli dengan perasaan orang lain
Ketergantungan:
Anak menunjukkan sikap ketergantungan dengan minta bantuan
Meniru:
Anak meniru perilaku orang lain
Perilaku kelekatan:
Anam menunjukkan perilaku selalu bersama dengan orang/objek tertentu
Negativism:
Anak menolak nasihat/perintah
Perilaku Agresi:
Anak menunjukkan perialu menyerang baik secara lisan maupun fisik terutama
pada anak yang lebih kecil
Pertengkaran:
Anak menunjukkan perilaku mengejek, menggertak, dan usaha balas dendam.
Berkuasa:
Anak menunjukkan perilaku memerintah dan mempergunakan orang lain untuk
memenuhi kepentingannya
Amarah:
Anak menunjukkan pola ekspresi kemarahan lebih matang, seperti cemberut
dan sikap bengal, serta menggunakan bahasa untuk mengungkapkan reaksi
kemarahan
Takut:
Anak menunjukkan rasa takut pada situasi dan hal-hal yang dikhayalkan
Malu:
Anak menunjukkan rasa malu saat bertemu dengan orang lain yang belum
(baru) dikenalnya
Cemas:
Anak merasa khawatir karena berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
Cemburu:
Menunjukkan reaksi cemburu jika perhatian seseorang (terutama orangtua)
tidak terarah kepadanya
Sedih:
Anak menunjukkan kesedihan karena kehilangan sesuatu yang dianggap
penting
Gembira:
Anak menunjukkan kegembiraan karena mendapatkan apa yang dibutuhkannya
Fonologi:
Anak menunjukkan kemajuan pesat dalam pengucapan kata-kata
Semantik:
Anak mulai mampu menguasai makna kata-kata
Tatakalimat:
Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat dengan hampir lengkap berisi semua
unsur kalimat, yang terdiri atas 6-8 kata
Pragmatik:
Anak sudah mulai bisa menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks
sosial
Kesadaran metalinguistik:
Anak sudah mulai bisa berpikir tentang bahasa sebagai sebuah sistem
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:i_y6r-
nW0m4J:permanariansomad.blogspot.com/2009/05/gangguan-interaksi-dan-
komunikasi-
dosen.html+pengaruh+pola+asuh+orang+tua+terhadap+prestasi+anak+4-
6+tahun+di+TK&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id