You are on page 1of 35

KETERAMPILAN MEMBACA

Kegiatan Belajar 1
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari uraian materi berikut ini, peserta diklat dapat
memahami apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung
dalam kegiatan membaca, jenis-jenis membaca, dan proses membaca, serta dapat
mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

B. Uraian Materi

. Arti, Tujuan, Aspek-aspek, Jenis-jenis, dan Proses membaca

Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 :
43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara
dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-
210).
Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah
dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code)
yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Kalau kita
menyimak ujaran pembicara maka pada dasarnya kita men-decode (membaca
sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita berbicara, maka pada dasarnya kita
meng-encode (menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan
makna (meaning). Seperti juga halnya berbicara dalam dalam bentuk grafik, maka
menulis pun merupakan suatu proses penyandian (encoding process), dan
membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada
dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).
Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (penyandian kembali)
untuk menggantikan istilah reading (membaca) sebab pertama sekali lambang-
lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, dan kemudian barulah
sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena
keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis
berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna,
mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 : 3).
Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka
membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan
untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang
lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada
lambang-lambang tertulis. Bahkan ada beberapa penulis yang seolah-olah
beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat
lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut
melalui fonik (phonics = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan
berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca
lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di
dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak
dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut
menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman
tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah,
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. (Anderson
1972 : 211).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning


to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro
and Bonomo 1973:119). Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa membaca
adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka
para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap
lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori yang sama
yang telah mereka tanggapi sebelum itu. Menyimak dan berbicara haruslah selalu
mendahului kegiatan membaca. Ketika membaca kita membuat bunyi dalam
kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana cara
mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak
tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu maka penting sekali diingat agar
setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda
haruslah dijelaskan sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati ataupun
membaca lisan. (Finocchiaro and Bonomo 1973:120). Kesimpulan yang dapat
ditarik dari pembicaraan di atas adalah bahwa “membaca ialah memahami pola-
pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado 1976 : 132).

Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh


informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Berikut ini kita kemukakan beberapa yang penting :
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang
telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh;
apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-
masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or
facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik
dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau
yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh
sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan
ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,
adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita ( reading for
sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang
pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-
kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa,
tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau
apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup
dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam
cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to
evakuate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,
bagaiman hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaiman dua
cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini
disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan
(readingto compare or contrast). (Anderson 1972 : 214).

Aspek – Aspek Membaca

Di muka telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu ketrampilan


yang kompleks yang melibatkan serangkaian ketrampilan yang lebih kecil
lainnya.
Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu :

1. Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap


berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :
a. Pengenalan bentuk huruf.
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause,
kalimat, dan lain-lain).
c. Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan
menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”).
d. Kecepatan membaca bertaraf lambat.

2. Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat


dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini
mencakup :
a. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
b. Memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
c. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
b) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.
Jenis-jenis Membaca

Dengan bertolak dari aspek-aspek membaca yang terdiri atas ketrampilan


yang bersifat mekanis dan ketrampilan yang bersifat pemahaman, Tarigan
(1985:11 – 13) membagankan jenis-jenis membaca sebagai berikut :

Membaca
Membaca Nyaring Survei

Membaca Membaca
Membaca Ektensif Sekilas

Membaca
Membaca Dalam Dangkal
Hati
Membaca Teliti

Membaca Membaca
Membaca Telaah Isi Pemahaman
Intensif
Membaca Kritis

Membaca Ide-ide

Membaca
Membaca Bahasa
Telaah
Bahasa

Membaca Sastra

A. Membaca Nyaring

Membaca nyaring disebut juga membaca bersuara karena pembaca


mengeluarkan suara. Hal-hal yang dibicarakan berikut ini adalah pengertian dan
hakikat membaca nyaring, aspek membaca nyaring, dan ketrampilan dalam
membaca nyaring.
1. Hakikat Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan
alat bagi pembaca bersama orang lain untuk melengkapi isi yang berupa
informasi dari pengarang (Kamidjan, 1996:9). Tarigan (1985:22) berpendapat
bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru,
murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang
pengarang.
Pada hakikatnya, membaca nyaring adalah proses melisankan sebuah
tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang
diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca (Kamidjan, 1996:9).
2. Aspek Membaca Nyaring
Membaca nyaring menurut Kamidjan (1996: 9-10) memiliki beberapa
aspek, yaitu :
a. Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang ;
b. Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis ;
c. Memerlukan kecepatan pandangan mata ;
d. Memerlukan ketrampilan membaca, terutama mengelompokkan
kata secara tepat ;
e. Memerlukan pemahaman makna secara tepat.
3. Ketrampilan dalam Membaca Nyaring
Beberapa keterampilan yang diperlukan dalam membaca nyaring,
antara lain :
a. Penggunaan ucapan yang tepat ;
b. Pemenggalan frasa yang tepat ;
c. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat ;
d. Penguasaan tanda baca yang baik ;
e. Penggunaan suara yang jelas ;
f. Penggunaan ekspresi yang tepat ;
g. Pengaturan kecepatan pembaca ;
h. Pengaturan ketepatan pernafasan ;
i. Pemahaman bacaan ;
j. Pemilikan rasa percaya diri.

B. Membaca Dalam Hati

1. Membaca Ekstensif
Ketika mengunjungi perpustakaan atau toko buku, anda akan menjumpai
banyak buku, baik jenis maupun jumlahnya. Apa yang anda lakukan ? Pasti anda
tidak akan langsung terpaku pada satu buku, dan membacanya sampai tuntas.
Anda akan membuka buku-buku, membaca halaman sampul dan membaca daftar
isi. Apa yang anda lakukan tersebut termasuk membaca ekstensif.
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas.
Luas bermakna (1) bahan-bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya. (2)
waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah
sekadar memahami isi yang penting dari bacaan dengan waktu yang cepat dan
singkat.
Menurut Broughton dalam Tarigan (1985:31), membaca ekstensif meliputi
membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga macam
membaca ekstensif tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Membaca Survei
Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran-gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan.
Membaca survei merupakan kegiatan membaca, misalnya melihat judul,
pengarang, daftar isi dan lain-lain
b. Membaca Sekilas
Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat
melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan
informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan
membaca secara cepat dan selektif serta mempunyai. Membaca sekilas disebut
juga membaca layap, yakni membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum
suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu
teknik dalam membaca cepat.
Soedarso (1991 : 88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu
keterampilan membaca yang diatur secara sistematis unuk mendapatkan hasil
yang efesien dengan tujuan :
1) mengetahui topik bacaan ;
2) mengetahui pendapat orang lain ;
3) mendapatkan bagian penting tanpa membaca seluruhnya ;
4) mengetahui organisasi tulisan ;
5) menyegarkan apa yang pernah dibaca ;
c. Membaca Dangkal
Membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya
merupakan jenis bahan bacaan ringan karena tujuan membaca dangkal adalah
untuk mencari kesenangan.
2. Membaca Intensif
Jika membaca sebuah bahan bacaan secara telii dengan tujuan
memahaminya secara rinci, anda berarti melakukan membaca intensif. Membaca
intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama dan merupakan
salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca
secara kritis. Tarigan (1990 : 35) yang mengutip pendapat Brook tentang
membaca intensif menyatakan bahwa membaca intensif merupaan studi saksama,
telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Membaca intensif
adalah kegiatan membaca dengan penuh saksama terhadap suatu bacaan sehingga
timbul pemahaman yang tinggi.
Tarigan (1985 : 35) membagi membaca intensif menjadi dua kelompok,
yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi
meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide,
sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca telaah bahasa dan membaca
telaah sastra.
a. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan
utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Menurut Kamidjan
(1996) sejumlah aspek yang diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman
adalah :
1) memiliki kosa kata yang banyak ;
2) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan
wacana ;
3) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang ;
4) memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan dan rinciannya ;
5) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan.
Dalam membaca jenis ini, yang diutamakan adalah pemahaman isi
wacana.
b. Membaca Kritis
Sewaktu membaca bahan bacaan, dalam diri anda timbul pertanyaan,
”mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksud penulis dan sebagainya”.
Itu berarti anda telah ersikap kritis terhadap bacan dan penulisnya.
Membaca kritis ialah kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana,
penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari
kesalahan penulisnya. Membaca kritis ialah kemampuan berfikir dan bersikap
kritis. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Adapun kemampuan berfikir dan bersifat kritis menurut Nurhadi (1987 :
143) meliputi :
a. menginteprestasi secara kritis ;
b. menganalisis secara kritis ;
c. mengorganisasi secara kritis ;
d. menilai secara kritis ;
e. menerapkan konsep secara kritis.
Pelatihan peningkatan sikap kritis meliputi 1) kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan, 2) kemampuan menginterapsikan makna tersirat, 3)
kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, 4) kemampuan
menganalisis isi bacaan, 5) kemampuan membuat sintesis dan 6) kemampuan
menilai isi bacaan (Nurhadi, 1987 : 143-181). Keenam sikap kritis tersebut sejalan
dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan :
a) mengenali ide pokok paragraf ;
b) mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ;
c) menyatakan kembali ide pokok paragraf ;
d) menyatakan kembali fakta-fakta/detail bacaan ;
e) menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan
sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.
(2) Kemampuan menginterapsi makna tersirat ditandai dengan :
a) menafsirkan ide pokok paragraf ;
b) menafsirkan gagasan utama bacaan ;
c) membedakan fakta/detail bacaan ;
d) menafsirkan ide-ide penunjang ;
e) membedakan fakta/detail bacaan ;
f) memahami secara kritis hubungan sebab-akibat ;
g) memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.
(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsepditandai dengan :
a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan ;
b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utam bacaan ke dalam situsi baru
yang problematis ;
c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang
dihadapi.
(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan :
a) memeriksa gagasan utama bacaan ;
b) memberikan detail/fakta penunjang ;
c) mengklasifikasikan fakta-fakta ;
d) membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan ;
e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan :
a) membuat simpulan bacaan ;
b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan ;
c) menentukan tema bacaan ;
d) menyusun kerangka bacaan ;
e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan ;
f) membuat ringkasan.
(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan :
a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara
keseluruhan ;
b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau
opini;
c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas
atau fantasi pengarang ;
d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan ;
e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan
kesimpulan yang dibuat ;
f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata,
frasa, atau penyusunan kalimat.

Proses Membaca

Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.
(Hodgson dalam Tarigan, 1985:7).
Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
tenang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak
bacaan itu. (Depdikbud, 1985:11). Batasan tersebut lebih tepat jika dikenakan
pada membaca tingkat lanjut , yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa
membaca adalah proses keiatan memncocokkan huruf atau melafalkan lambang-
lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut dikenakan pada membaca level
yang paling rendah. Fiochiaro dan Bonono(1985:119) menyatakan bahwa
membaca adalah proses memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa
tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal.
Menurut Harras dan Sulistianingsih (1997:1998), membaca merupakan
proses psikologis, sensori, perseptual, dan proses perkembangan keterampilan
berbahasa. Membaca sebagai proses psikologis, artinya adalah kesiapan dan
kemampuan membaca sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan faktor-faktor
yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta
tingkat perkembangan diri, seperti inteligensi dan usia mental. Membaca sebagai
proses sensoris berarti bahwa membaca dimulai dari melihat atau meraba dengan
indera penglihatan dan perabaan. Membaca sebagai proses perseptual berarti
bahwa dalam membaca, persepsi dimulai dari melihat dan mendengar. Menurut
Vernon (1962), proses perseptual dalam membaca terdiri atas empat bagian,
yakni:
1. kesadaran akan rangsangan visual
2. kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum
3. klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada dalam
kelas yang umum
4. identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
Membaca sebagai proses perkembangan berari bahwa membaca merupakan
proses perkembangan sepanjang hidup seseorang. Membaca merupakan sesuatu
yang diajarkan dan dipelajari, bukan sesuatu yang terjadi secara insidental.

C. Rangkuman
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Di samping itu tujuan utama membaca adalah
untuk memperoleh informasi yang mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Kegiatan membaca melibatkan dua aspek penting yaitu: a. Keterampilan
yang bersifat mekanis, yang meliputi pengenalan huruf, unsur-unsur linguistik,
hubungan ejaan dan bunyi serta kecepatan membaca bertaraf lambat. b.
Keterampilan yang bersifat pemahaman yang meliputi pemahaman pengertian
yang sederhana, pemahaman makna , evaluasi, serta kecepatan yang fleksibel.
Untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam keterampilan mekanis tersebut,
maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring. Dan untuk
keterampilan pemahaman adalah dengan membaca dalam hati. Membaca dalam
hati terdiri dari membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari
membaca survei, sekilas, dan dangkal. Sedangkan membaca intensif terdiri dari
membaca telaah isi dan telaah bahasa. Telaah isi meliputi, membaca teliti,
pemahaman, kritis, dan ide. Sedangkan telaah bahasa meliputi, membaca bahasa
asing dan membaca sastra. Membaca merupakan proses psikologis, sensori,
perseptual, dan proses perkembangan keterampilan berbahasa.

D. Tugas

1. Kegiatan membaca meliputi 2 aspek penting yaitu: keterampilan yang bersifat


Mekanis, dan keterampilan yan bersifat pemahaman. Jelaskan maksud kedua
Aspek tersebut.
2. Mengapa membaca disebut sebagai proses psikologis? Jelaskan.
3. Uraikan dengan contoh, kapan kapan seseorang harus membaca nyaring dan
Kapan harus membaca dalam hati.
4. Kemampuan membaca sangat erat hubungannya dengan ujuan membaca,
Jelaskan maksudnya.
Kegiatan Belajar 2.

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Sesudah memahami dan mampu menggunakan pengetahuan yang


diperoleh dari modul ini, peserta diklat dituntut pula untuk dapat menyampaikan
kemampuannya itu kepada anak didik untuk dapat membaca lebih baik dan lebih
cepat lagi.
Mampu menerapkan teknik membaca skimming dan skanning. Di samping
itu peserta diklat juga harus mampu menerapkan dan mengajarkan konsep-konsep
dan langkah-langkah SQ3R dengan tepat. Kemudian untuk mengukur tingkat
keterbacaan siswa, peserta diklat harus mampu menerapkan prosedur klose dalam
pembelajaran, serta mampu membuat berbagai tes klose untuk berbagai keperluan
dan tujuan.

B. Uraian Materi

1. Membaca Cepat dan Efektif

a. Pengertian

Membaca cepat dan efektif yaitu membaca yang mengutamakan kecepatan


dan harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan. Mengapa
kita dituntut untuk menjadi pembaca yang cepat dan efektif ? Pertama, yang perlu
diingat ialah bahwa membaca itu sebuah proses yang kompleks dan rumit.
Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan
faktor eksternal pembaca. Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat,
sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa
dalam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana - berat, mudah - sulit),
faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan
tradisi membaca.
Sebuah contoh, mengapa dalam proses membaca melibatkan faktor
intelektual (IQ), kita semua sepakat bahwa membaca pada hakikatnya adalah
proses berpikir. Ingat apa kata seorang ahli membaca yang bernama Edward L.
Thorndike, Reading as Thinking dan Reading as Reasoning. Artinya, bahwa
proses membaca itu sebenarnya tak ubahnya dengan proses ketika seseorang
sedang berpikir dan bernalar. Dalam proses membaca ini terlibat aspek-aspek
berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan,
menemukan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-
apa yang yang terkandung dalam bacaan. Bukankah ini melibatkan tipe-tipe
berpikir divergen (induktif), berpikir konvergen (deduktif), dan tipe berpikir
abstrak ?
Nah, untuk inilah dalam membaca diperlukan potensi yang berupa kemampuan
intelektual yang tinggi.
Aspek intelektual yang lain, adalah minat. Hasil beberapa penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan adanya korelasi yang tinggi anatara minat
terhadap bacaan dan kemampuan membacanya. Seseorang yang mempunyai
minat dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu, dapat dipastikan akan
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap topik tersebut
dibandingkandengan orang yang kurang berminat terhadap topik tersebut..
Bagaimana dengan faktor eksternal ? Tidak banyak perbedaannya. Ada
faktor-faktor eksternal tertentu yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca,
seperti faktor sarana membaca. Penerangan yang jelek akan mempengaruhi hasil
membaca. Ingat kejadian kelelahan mata yang kita alami ketika kita membaca di
tempat yang kurang terang. Demikian juga faktor latar belakang sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi yang tinggi cenderung dilimpahi kemudahan sarana
membaca yang memadai, sehingga terbentuk tradisi atau kebiasaan membaca.
Kebiasaan membaca ini yang akan mempengaruhi kemampuan dan latihan
membaca. Kebiasaan membaca akan berpengaruh pada kecepatan dan keefektifan
membaca seseorang. Inilah yang dimaksudkan bahwa membaca itu adalah proses
yang kompleks. Kedua, membaca itu rumit. Apa artinya? Rumit yang
dimaksudkan bahwa faktor-faktor di atas (faktor internal dan eksternal) saling
bertautan atau berhubungan, membentuk semacam koordinasi yang rumit untuk
menunjang pemahaman terhadap bacaan. Ada saatnya pada tahap membaca
tertentu, kemampuan intelektual dibutuhkan; dan pada saat yang lain, dibutuhkan
faktor pengetahuan, pengalaman, dan persepsi untuk menelaah, menyintesis,
menilai, atau membantu berimajinasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya membaca
adalah proses yang kompleks dan rumit. Kemampuan membaca itu adalah
kemampuan yang spesifik, yang menyebabkan setiap orang mempunyai
kemampuan membaca yang berbeda dengan orang lain.

b. Tuntutan Realitas Sehari-Hari

Berapa juta eksemplar surat kabar terbit hari ini di seluruh dunia? Berapa
juta eksemplar majalah dalam berbagai jenis terbit setiap minggu? Berapa juta
eksemplar buku terbit tiap tahun? Anda bisa membayangkan hal itu. Semuanya
menyajikan informasi-informasi, baik pengetahuan, fakta, hasil penelitian, telaah
perkembangan politik, ulasan, liputan peristiwa, dan sebagainya. Jika kita tidak
mau dikatakan masyarakat yang paling terbelakang, maka ada semacam
kewajiban atau kebutuhan untuk membaca, membaca, dan membaca seri-seri
bahan cetak tersebut. Minimal yang berkepentingan dengan kebutuhan kita.
Informasi apa yang tidak bisa kita jumpai dari bahan-bahan penerbit tersebut?
Hampir tidak ada. Dan itu semua membutuhkan kecepatan dan ketepatan
membaca yang tinggi.
Perhatikan koran hari ini! Ingin memperoleh pekerjaan? Baca kolom iklan.
Ingin tahu perkembangan politik luar negeri? Baca kolom liputan luar negeri.
Ingin memasak masakan baru? Baca bagian ”menu hari ini”, dst.
Belum lagi beribu-ribu judul buku yang terbit setiap tahun. Jelas bahwa
tidak semuanya menuntut untuk kita baca. Akan tetapi, pada jenis-jenis tertentu,
yang sesuai dan berkepentingan dengan hidup kita, tentu perlu untuk dibaca.
Fakta di atas telah menunjukkan betapa peran membaca demikian besar
merasuk ke segala segi kehidupan modern dewasa ini. Meskipun muncul media-
media informasi yang lain, televisi, radio, misalnya, peran membaca tidak dapat
digantikan sepenuhnya.

c. Hasil Studi Membaca

Telah lama para ahli berusaha merumuskan dan mencari jawaban atas dua
pertanyaan pokok tentang membaca, yaitu :
1) bagaimana membaca yang baik itu? (Bagaimana menjadi pembaca yang
efektif itu?)
2) bagaimana mengajarkannya? Atau dengan kata lain, bagaimana melatih
dan mengembangkannya?
Dua pertanyaan ini telah lama dicari jawabannya melalui berbagai
pendekatan kajian, baik secara konseptual, empiris, maupun eksperimental. Pada
akhirnya tak dapat dihindari berbagai variasi rumusan teori membaca dan
penerapannya, namun satu hal yang pasti bahwa semua mengharapkan pada setiap
orang untuk menjadi pembaca yang cepat dan efektif, saran-saran, serta langkah-
langkah yang perlu dilakukannya.
Demikianlah tiga hal yang bisa kita pahami bersama, yang membawa pada
satu kesepakatan bahwa kemampuan membaca cepat dan efektif itu penting,
terutama untuk dipelajari dan dikembangkan. Ingat pesan William Francis Bacon,
seorang filsuf abad XVI yang lalu, yang mengatakan bahwa ”membaca membuat
manusia penuh, berdiskusi membuat manusia siap, dan menulis membuat
manusia cermat”.

2. Masalah Umum yang Dihadapi Pembaca


Pada umumnya orang tak sadar dengan masalah membacanya.
Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik
dalam kecepatan maupun dalam tingkat pemahamannya. Padahal, secara teoretis
kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga
kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula. Ada beberapa masalah dan
hambatan yang umum terjadi pada setiap orang. Masalah tersebut antara lain :

a. Rendahnya Tingkat Kecepatan Membaca


Berapa kecepatan membaca Anda? Bila kecepatan membaca sekitar 175 -
250 kata atau kurang, maka kecepatan membaca Anda termasuk rendah,
sedangkan bila kecepatan itu berkisar antara 250 - 350 kata per menit, kecepatan
membaca Anda termasuk sedang atau cukup memadai. Akan tetapi, bila
kecepatan membaca berkisar antara 400 - 500 kata, atau bahkan lebih, Anda
dikatakan sebagai pembaca yang cepat. Kecepatan membaca biasanya memang
diukur dengan berapa banyaknya kata atau jumlah kata yang terbaca setiap
menitnya. Jika teks itu cukup banyak, tinggal menghitung berapa jumlah kata,
kemudian di bagi dengan waktu untuk menyelesaikannya.
Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya
orang tidak ambil pusing dengan kebiasaan membacanya, termasuk cara membaca
yang buruk. Misalnya kecepatan membaca yang rendah. Masalahnya, orang
kebanyakan tidak menyadari bahwa ada jenjang kemampuan membaca cepat yang
merentang dari tingkat rendah hingga tingkatan yang efektif. Ingat bahwa semakin
tinggi tingkat kecepatan membaca seseorang, semakin efektif pula kebiasaan
membacanya.
Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan
membaca) jelas sangat mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang
bergelut dengan buku. Misalnya pelajar dan mahasiswa. Sampai-sampai sering
kita jumpai ada pelajar dan mahasiswa yang kekurangan waktu untuk membaca
literatur-literatur yang diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang dimiliki
kurang, melainkan karena banyaknya waktu tersita untuk membaca satu judul
buku saja.

b. Minimnya Pemahaman yang Diperoleh


Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan
membaca seseorang. Jawablah pertanyaan di bawah ini. Pemahaman dianggap
memadai pada kondisi normal, berkisar antara 40-60%, atau bila dapat menjawab
dengan benar separuh dari jumlah pertanyaan. Minimnya tingkat pemahaman ini
menjadi masalah karena ada kecendrungan anggapan bahwa semakin lambat cara
membaca seseorang, semakin tinggi pula pemahamannya.padahal, pada kasus
latihan membaca cepat, anggapan itu justru terbalik, yaitu peningkatan kecepatan
membaca akan diikuti dengan peningkatan pemahaman bacaan.

c. Kurangnya Minat Baca


Masalah ketiga, yang menjadi hambatan dalam masalah membaca, adalah
kurangnya minat membaca. Mengapa? Banyak faktor yang melatarbelakangi hal
ini. Mungkin faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang
sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki.
Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari
berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warga untuk membaca. Semakin
banyak waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut kebutuhan secara
pribadi, bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas sekolah,
maka semakin tinggi tingkat budaya bangsa tersebut. Konon, kabarnya, di negara-
negaraseperti Swedia, Jerman Barat, Amerika Serikat, dan jepang, waktu bisa
berarti membaca. Orang membaca bisa dijumpai di mana saja: di perpustakaan
umum, di taman, di terminal bus, dan bahkan dalam antrian karcis bioskop.

d. Minimnya Pengetahuan tentang Cara Membaca yang Cepat dan Efektif


Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga
merupakan faktor yang tak kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca.
Secara teoretis, seorang pembaca yang lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca
yang bodoh, tetapi mungkin ia hanyalah seorang pembaca yang tidak efisien. Dan
hal ini bisa dipelajari serta ditingkatkan, yang jelas faktor ketidaktahuan ini
banyak menjadi hambatan membaca pada setiap pembaca.
Bagaimana cara mengatasinya? Salah satunya adalah mengetahui berbagai
teknik dan metode mengembangkan kecepatan membaca, mengetahui berbagai
variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca, mengetahui berbagai faktor
penghambat kecepatan membaca, serta melihat kemungkinan
mengembangkannya. Yang terakhir barangkali lebih utama, yaitu aktivitas
membaca itu sendiri, yakni membaca, membaca, dan terus membaca.
e. Adanya Gangguan-gangguan Fisik yang Secara Tak Sadar Menghambat
Kecepatan Membaca antara lain :
• membantu melihat /menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu
(ujung pensil, jari tangan)
• menggerak-gerakkan kaki menurut irama musik yang diperdengarkan
• membaca sambil bergumam-gumam, atau bersenandung
• kebiasaan berhenti lama pada setiap awal baris
• kebiasaan mengulang-ulang unit bahasa yang telah dibaca dan sebagainya.

3. Pembaca yang Efektif dan Pembaca yang Tidak Efektif


a. Anda Dikatakan Sebagai Pembaca yang Kurang Efektif bila :
• membaca dengan kecepatan rendah, umumnya antara 100-200 kata per
menit atau kurang.
• membaca dengan kecepatan konstan untuk berbagai cuaca dan kondisi
membaca. Kecepatan itu selalu sama meskipun pada tujuan, bahkan
bacaan, dan keperluan yang berbeda.
• Gerak mata diarahkan /dipusatkan pada kata demi kata dan memahaminya
secara terputus.
• Banyak terjadi pengulangan gerak mata (regresi).
• Menggerakkan bola mata 8 - 12 kali atau lebih pada setiap baris bacaan.
• Memvokalkan (melisankan) bahan bacaan. Proses membaca diikuti gerak
mulut atau anggota badan lainnya.
• Menarik makna literalnya dulu (fakta-fakta), unsur sub ordinatnya, baru
kemudian menyimpulkan gagasan utamnya
• Membaca pasif kalimat demi kalimat.
• Konsentrasi tidak sempurna
• Membaca jika ada keperluan atau ada paksaan dari orang lain.

b. Anda Dikatakan Sebagai Pembaca yang Efektif bila :


• Membaca dengan kecepatan tinggi, biasanya berkisar antara 325-450 kata
per menit atau lebih.
• Kecepatan membaca bervariasi, bergantung pada tujuan, keperluan, dan
bahan bacaan
• Aspek yang dibaca adalah satuan pikiran, ide, atau kata-kata kunci saja.
• Sedikit terjadi pengulangan gerak mata (regresi). Ketepatan selalu akurat
tanpa banyak berhenti.
• Menggerakkan bola mata 3 - 4 kali pada setiap baris bacaan.
• Waktu membaca, secara fisik diam.
• Makna yang diambil adalah gagasan- gagasan pokok saja, tanpa banyak
melihat unsur-unsur yang kurang menunjang.
• Membaca dengan sikap aktif, kritis, dan kreatif.
• Konsentrasi terhadap bahan bacaan sempurna
• Membaca dipandang sebagai kebutuhan, bukan suatu tugas atau beban.
Keperluan atau desakan untuk membaca selalu ada.

4. Metode Mengembangkan Kecepatan Membaca


a. Metode Kosa Kata
b. Metode Motivasi (minat)
c. Metode Gerak Mata (Nurhadi)

5. Mengukur Kemampuan Membaca


Kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi
bacaan. Kecepatan membaca dapat diukur dengan cara : jumlah kata dibagi waktu
yang diperlukan (dalam detik) dikali 60, hasilnya kata per menit / kpm.
Cara mengukur kemampuan membaca ialah : jumlah kata per menit (kecepatan
membaca) dikalikan dengan presentase pemahaman isi bacaan. Misalnya, jika
kecepatan membaca 200 kpm, dan jawaban yang benar diatas pertanyaan-
pertanyaan isi bacaan itu adalah 60%, maka kemapuan baca Anda adalah
200 X 60% = 120 kpm. Jika lulusan SMU diharapkan memiliki kecepatan
membaca minimal 250 kpm dengan pemahaman 70%, maka kemampuan
membaca minimal lulusan SMU adalah 250 X 70% = 175 kpm

2. Teknik Membaca Skimming dan Skanning


A. Teknik Membaca Sekilas (Skimming)
Dalam pembahasan membaca ekstensif, membaca sekilas (skimming)
telah dibicarakan. Bila anda mencari sebuah buku di perpustakaan, mengenali isi
buku secara cepat dengan cara membuka daftar isi, membaca kata pengantar, atau
halaman sampul belakang, anda hendaknya melakukan skimming.
Dalam menghadapi sebuah bacaan, anda harus memperlakukannya sesuai
dengan maksud anda. Jika fakta dan detail tidak anda perlukan, lompati bagian
tersebut. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok ini disebut
skimming.
Skimming bukan sekedar menyapu halaman buku, melainkan suatu
keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil
yang efesien, untuk mendapatkan berbagai tujuan membaca, misalnya :
1) mengenali topik bacaan ;
2) mengetahui pendapat orang ;
3) mendapatkan bagian penting yang kita perlu tanpa membaca seluruhnya ;
4) mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok ;
5) penyegaran.
Nurhadi (1987) menuliskan langkah-langkah membaca sekilas sebagai
berikut :
1) pertanyakan dulu, ”Apa yang akan anda cari dari buku ini ?”
2) baca daftar isi atau pengantar !
3) telusuri dengan kecepatan tinggi dengan judul, subjudul !
4) berhentilah ketika anda telah menemukan bagian yang anda cari !
5) baca dengan kecepatan normal dan pahami !

B. Teknik Membaca Skanning


Sebaliknya, jika Anda hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau
informasi tertentu saja, atau data statistik tertentu saja, misalnya Anda perlu
melompati lainnya dan langsung mencari ke hal tertentu saja. Teknik
melompati (skipping) untuk langsung ke sasaran yang kita cari itu disebut
skanning
Langkah-langkah yang bisa ditempuh adalah sebagai berikut :
1) Lihat daftar isi dan kata pengantar secara sekilas.
2) Telaah secara singkat latar belakang penulisan buku.
3) Baca bagian pendahuluan secara singkat.
4) Cari dalam daftar isi bab-bab yang penting. Cari dalam halaman-halaman
buku bab yang penting tersebut, kemudian baca beberapa kalimat yang
penting.
5) Baca bagian kesimpulan (jika ada).
6) Lihat secara sekilas adakah daftar pustaka, daftar indeks, atau apendiks.

c. Teknik SQ3R
SQ3R merupakan kependekan dari Survei, Question, Read, Recite, dan
Review. Metode ini dikemukakan oleh Francis P.Robinson tahun 1941.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode ini
dalam kegiatan membaca.
1) Dengan metode ini pembaca dapat mentukan apakah materi yang
dihadapinya sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika bacaan itu memang
diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan bacanya. Jka tidak
pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini
dilakukan setelah pembaca melakukan survei terhadap bacaan.
2) Metode ini memberi kesempatan kepada para pembaca untuk lebih
fleksibel. Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bahan bacaan tidaklah
sama. Pembaca akan memperlambat waktu membacanya jika menemukan hal-
hal baru yang perlu dipahami. Sebaliknya pembaca akan mempercepat waktu
membacanya jika menemukan bagian-bagian yang kurang relevan dengan
kebutuhannya.
3) Metode ini membekali pembaca dengan metode yang sistematis, untuk
menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil belajar. Menghasilkan pemahaman
yang komprehensif, bukan ingatan pemahaman yang komprehensif relatif
akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita daripada hanya sekedar
mengingat fakta.
Deskripsi kegiatan untuk masing-masing fase dalam SQ3R adalah sebagai
berikut :

Langkah 1: S – Survei
Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar
umum yang akan dibaca dengan maksud untuk :
1) Mempercepat menangkap arti,
2) Mendapatkan abstrak,
3) Mengetahui ide-ide yang penting,
4) Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5) Mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan
6) Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang
sistematis kita cepat menemukan ide-ide penting dan organisasi bahan. Hal itu
akan sangat membantu mencapai tujuan kita membaca. Selain itu, prabaca juga
digunakan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah dan menimbang-
nimbang buku di perpustakaan atau di toko buku untuk mengetahui : Apakah
tulisan atau buku ini cocok dengan kebutuhan saya ? Tidak terlalu sulit ? Atau
terlalu dangkal ? Apakah cocok dengan literatur yang disarankan ?

Langkah 2 : Q – Question
Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya
tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari
subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata ’siapa, apa, kapan, di
mana, atau mengapa’. Misalnya, subjudul itu ”Kekurangan Tenaga Ahli Ilmiah
dan Teknik”, dapat diubah dengan bertanya : Mengapa kekurangan tenaga ahli
ilmiah dan teknik ? Mungkin pertanyaan itu dapat anda persempit lagi dengan
dengan mengaitkan pengetahuan anda : Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang
memadai ? Apa akibatnya terhadap perkembangan iptek ?
Pada waktu survei buku secara keseluruhan, pertanyaan anda mungkin
terlalu umum, tetapi pada saat survei pada bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu
dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat menimbulkan beberapapertanyaan
lain tentang isi secara lebih mendalam. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu
cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang
ada daripada kalau hanya membaca asal membaca.

Langkah 3 : R – Read
Setelah melewati tahap survei dan timbul beberapa pertanyaan yang anda
harapkan akan mendapat jawaba di bacaan yang anda hadapi, langkah berikutnya
adalah : Read, membaca.
Jadi, membaca itu baru langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-
satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membaca pun bukan seperti
membaca novel, hanya mengkuti apa yang sedang berlangsung, melainkan secara
kritis.
Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagian-bagian
itu carilah jawaba atas pertanyaan yang anda bentuk berdasarkan judul-judul atau
bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu.
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang
penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca anda di bagian-
bagian yang penting atau yang anda anggap sulit dan percepat kembali pada
bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah anda ketahui.
Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1)
Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca.
Selain itu juga berbahaya, catatan anda itu bisa jadi hanya merupakan kutipan
kata-kata penulisnya saja. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah
pada kata maupun frase tertentu, bisa jadi setelah anda selesai membaca acap kali
ternyata anda salah memilihnya. Kalau memang ada yang menarik atau anda
anggap penting cukup beri tanda silang di pinggir halaman dulu. Untuk kemudian
nanti dicek kembali.
Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide
pokoknya serta mengetahui detail yang penting.

Langkah 4 : R – Recite atau Recall


Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah
menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal penting
dari bab itu. Pada kesempatan itu, anda dapat juga membuat catatan seperlunya.
Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sebelum
menginjak langkah selanjutnya, pastikan empat langkah ini anda jalani dengan
benar. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-
hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah kita lupakan.
Berapa lama untuk tahap ini ? Anda perlu menyediakan waktu setengah
dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan merupakan pemborosan waktu,
melainkan memang diperlukan untuk tahap ini. Justru pembaca yang hanya
membaca sekadar membaca itu memboroskan waktu. Sekalipun mereka mengerti
apa yang dibaca, tetapi akan segera melupakannya.
Langkah 5 : R – Review
Daya ingat kita terbatas. Sekalipun pada waktu membaca 85% kita
menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam waktu 8 jam untuk mengingat detail
yang penting tinggal 40%. Dan, dalam tempo dua minggu pemahaman kita tinggal
20%.
Oleh karena itu, janganlah anda lewatkan langkah terakhir ini : Review.
Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus dibaca, ulangi untuk menelusuri
kembali judul-judul dan subjudul dan bagian-bagian penting lainnya dengan
menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini
selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk
mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum ini.

4. Prosedur Klose
Pengertian
Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembeajaran membaca
adalah prosedur klose. Selain dapat dipergunakan sebagai alat untuk pengajaran
membaca juga untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Metode ini diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) yang berasal dari
istilah ”Clozure” suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt. Konsepnya menjelaskan
tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak
lengkap, secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh, melihat bagian-bagian
sebagai suatu keseluruhan.
Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami
wacana yang tidak lengkap. Bagian-bagian tertentu dihilangkan dengan
pemahaman yang sempurna. Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu, biasanya
kata ke-n digantikan dengan tanda garis lurus panjang atau dengan tanda titik-
titik. Penghilangan bagian-bagian kata dalam prosedur. Klose, mungkin juga tidak
berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis. Kadang-kadang
pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan kata. Misalnya saja kata
kerja, kata benda, kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang dianggap
penting. Tugas pembaca adalah mengisi bagian-bagian yang kosong itu dengan
kata-kata yang tepat.

Fungsi
Berbicara tentang fungsi prosedur klose, terdapat dua fungsi utama dari
prosedur ini. Pertama sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan. Suatu
wacana dapat ditentukan tingkat kesukarannya serta dapat diketahui kelayakan
pemakaiannya untuk sisiwa. Kedua prosedur klose juga merupakan suatu alat
pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar, penggunaan teknik klose
dapat dipergunakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa.

Nah, perhaikan wacana berikut:


Anak perlu dikenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini penting
untuk perkembangan......(1) dan emosinya. Anda dapat......(2) proses mekarnya
bunga dan......(3) aneka warna bunga pada......(4). Kepada anak yang lebih......(5)
anda dapat menceritakan bentuk......(6) warna bunga yang indah......(7) baunya
yang harum atau......(8) membuat serangga tertarik dan......(9) untuk menghisap
madu.

Bandingkan dengan wacana di bawah ini !


Selain itu pengenalan......(1) alam sekitar.....(2) penting.....(3), merangsang
kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiapkali disentuhkan.....(4)
permukaan daun......(5) ujung daun.....(6) melatih alat perabanya. Anak.....(7)
sudah pandai berjalan.....(8) diajak menginjak rumput.....(9) berembun......(10)
pagi.

Apa kesimpulan anda setelah membaca kedua wacana di atas ?


Penggunaan teknik klose di atas tidak sama, bukan ? Pengosongan pada wacana
pertama dilakukan dengan tingkat teraturan yang konsisten. Perhatikan, setiap
kata keberapa penghilangan itu dilakukan ?
Pengosongan pada wacana kedua, tidak dilakukan atas dasar keteraturan
jarak penghilangan. Perhatikan sekali wacana tersebut ! Dapatkah anda
menemukan sesuatu dari bagian-bagian yang dihilangkan itu ? Ternyata semuanya
adalah kata-kata tugas, bukan ? Nah, bandingkanlah dengan teks aslinya.

Wacana 1
Anak perlu diperkenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini
penting untuk perkembangan intelektual (1) dan emosinya. Anda dapat
menceritakan (2) proses mekarnya bunga dan mengenalkan (3) aneka warna
bunga pada anak (4). Kepada anak yang lebih besar (5) anda dapat menceritakan
bentuk dan (6) warna bunga yang indah serta (7) baunya yang harum atau yang
(8) membuat serangga tertarik dan datang (9) untuk menghisap madu.

Wacana 2
Selain itu pengenalan terhadap (1) alam sekitar juga (2) penting untuk (3),
merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiapkali disentuhkan
ke (4) permukaan daun dan (5) ujung daun untuk (6) melatih alat perabanya. Anak
yang (7) sudah pandai berjalan dapat (8) diajak menginjak rumput yang (9)
berembun setiap (10) pagi.

Jawaban siswa untuk mengisi teknik klose dan fungsinya sebagai alat
ukur, hendaknya tepat benar, sesuai dengan teks aslinya.
Dalam kenyataannya, penggunaan teknik klose, tidak selalu menuntut
jawaban yang persisi sama sesuai dengan teks aslinya. Kata-kata yang bersinonim
atau kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik ditinjau dari
sudut makna atau struktur kalimatnya benar, dapat diterima. Cara ini biasanya
dipergunakan dalam teknik pengajaran untuk melatih keterampilan membaca
siswa.
Perhatikan contoh berikut dan lengkapilah bagian-bagian kalimat yang
dihilangkan !
”Keinginan untuk memperoleh kasih sayang dasar kecemburuan
antara saudara dalam keluarga.”
Cobalah anda isi ! Bandingkan jawaban anda dengan jawaban teman anda.
Beraneka ragam, bukan ? Kata-kata : ialah, adalah, merupakan, menjadi, dan
seterusnya boleh jadi menjadi pilihan anda dan teman anda.
Penghilangan (delisi) untuk teknik klose sebagai alat ajar, tidak selalu
harus dengan jarak yang sama. Sebagai guru, anda tentu lebih tahu, apa yang
dibutuhkan siswa anda. Yang terpenting ialah tindak dari kegiatan ini.
Diskusikanlah setiap alternatif jawaban yang diajukan siswa. Bicarakanlah alasan
ketepatan atau kesalahan jawaban siswa, agar mereka lebih mengerti.

Kegunaan
Apa manfaat teknik klose untuk anda dan siswa anda ? kembali kepada
dua fungsi utama yang telah dibicarakan di muka, teknik klose bermanfaat untuk :
1) Mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana untuk :
a) Menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan ;
b) Mengklasifikasikan tingkat baca siswa : pembaca independen,
instruksional, atau frustasi,dan
c) Mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa.
2) Melatih keterampilan dan kemampuan baca siswa melalui
kegiatan belajar-mengajar, pengajaran membaca melatih :
a) Siswa menggunakan isyarat sintaksis ;
b) Siswa menggunakan isyarat semantik ;
c) Siswa menggunakan isyarat skematis ;
d) Peningkatan kosa kata ; dan
e) Daya nalar siswa dalam upaya pemahaman bacaan.
Dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan tersebut, guru dalam waktu
relatif singkat akan segera dapat mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat
keterbacaan siswa, latar belakang pengalaman, minat dan bahasa siswa. Dengan
demikian, guru akan dapat dengan tepat membuat keputusan instruksional untuk
membantu anak didiknya dalam belajar, khususnya dalam kegiatan membaca.

Kriteria Pembuatan Klose


Sebelum anda mencoba berlatih membaca dan atau menggunakannya
dalam pengajaran membaca untuk siswa anda, tentu terlebih dahulu anda harus
mengetahui kriteria pembuatannya. Setidak-tidaknya anda harus mengetahui
aturan yang baku/standar, meskipun mungkin anda memiliki ide baru yang lebih
jitu.
Wilson Taylor (1953) sebagai pencipta teknik ini, mengusulkan sebuah
prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi klose, sebagai berikut :
1) Memilih suatu wacana yang relatif sempurna yakni
wacana yang tidak tergantung pada informasi sebelumnya.
2) Melakukan penghilangan/pengosongan kata ke-n, tanpa
memperhatikan arti dan fungsi kata-kata yang dihilangkan.
3) Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan tersebut
dengan tanda garis lurus datar yang sama panjangnya.
4) Memberi salinan (copy) dari semua bagian yang
direproduksi kepada siswa/peserta tes.
5) Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua delisi
dengan pertanyaan-pertanyaan dari konteks atau kat-kata sisanya.
6) Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi
kesempatan kepada siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

John Haskall menyempurnakan konstruksi tersebut dengan variasi sebagai


berikut :
1) Memilih suatu teks yang panjangnya lebih kurang 250
kata.
2) Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh.
3) Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni pada
setiap kata kelima. Pengosongan ditandai dengan garis lurus mendatar.
4) Jika kebetulan kata kelima jatuh pada kata bilangan,
janganlah melakukan delisi pada kata tersebut. Biarkan kata itu hadir secara
utuh, sebagai gantinya mulailah kembali dengan hitungan kelima.

Bagaimana jika anda ingin melatih kecakapan penggunaan kata penghubung


siswa anda dengan menggunakan teknik klose/adakah keberatan anda terhadap
prosedur baku yang dikemukakan di atas ? Coba renungkan sekali lagi !
Dalam suatu teks/wacana, kata penghubung seperti yang anda maksud
tidak selalu terletak pada setiap kata kelima atau ke-n, bukan ? Jika demikian
halnya, kita perlu memisahkan kriteria (sesuai dengan fungsinya) pembuatan
klose sebagai pedoman.
Untuk lebih mempermudah pemahaman anda lihatlah tabel berikut :

Karakteristik Sebagai Alat Ukur Sebagai Alat Ajar


1. Panjangnya Antara 250-350 kata pilihan Wacana yang terdir atas
maksimal 500 kata
2. Delisi Setiap kata ke-n hingga Delisi secara selektif
berjumlah lebih kurang 50 tergantung pada kebutuhan
buah siswa dan pertimbangan guru
3. Evaluasi Jawaban berupa kata persis Jawaban boleh berupa
sesuai dengan kunci/teks sinonim atau kata yang secara
aslinya struktur dan makna dapat
menggantikan kedudukan
kata yang dihilangkan
4. Tindak Lanjut Lakukan diskusi untuk
membahas jawaban-jawaban
siswa

Bagaimana kesimpulan anda setelah membaca seluruh uraian mengenai


prosedur klose ? Dapatkah anda mengaplikasikannya untuk kepentingan
keterampilan baca anda ? Bagaimana pula dalam kaitannya dengan kebutuhan
siswa anda dalam pengajaran menbaca ?
Untuk kepentingan keterampilan baca anda, mintalah bantuan teman anda
untuk bertindak sebagai penguji. Lakukanlah secara bergilir dan bergantian agar
semua mendapat giliran.
Selain itu, cobalah anda membuat berbagai tes klose untuk berbagai
keperluan dan tujuan. Perhatikan konsep-konsep dan prosedur pembuatannya
terapkanlah kepada siswa anda selamat mencoba !

C. Rangkuman
Membaca cepat dan efektif artinya membaca yang mengutamakan
kecepatan serta diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan.
Kecepatan membaca dapat diukur dengan mengalikan jumlah kata dengan 60
dibagi waktu yang diperlukan, hasilnya kata per menit. Sedangkan kemampuan
membaca adalah hasil kali antara kecepatan membaca dengan persentase
pemahaman.
Kecepatan membaca dapat dikembangkan dengan berbagai metode yaitu:
metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat dan metode gerak mata.
Teknik membaca skimming berarti menyapu halaman-halaman buku
dengan cepat untuk menemukan sesuatu yang dicari. Sedangkan teknik skanning
dilakukan bila anda hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau informasi
tertentu saja, atau data statistik tertentu saja.
Metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan
membaca adalah SQ3R, yaitu singkatan dari Survei, Question, Read, Recite, dan
Review.
Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembelajaran membaca
adalah prosedur klose. Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat
memahami wacana yang tidak lengkap. Metode ini memiliki dua fungsi utama
yaitu, sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat keterbacaan siswa dan dapat juga
digunakan sebagai alat pengajaran membaca.
D. Tugas

1. Sebutkan dua alternatif kriteria penilaian kemampuan klose siswa menurut


para ahli.
1. Coba uraikan dengan singkat keunggulan dan kelemahan teknik klose.
2. Jika Anda hendak membaca buku dengan metode SQ3R, langkah apa yang
pertama sekali Anda lakukan? Berikan contohnya.
3. Apa yang dimaksud dengan R1 dalam metode SQ3R? Berikan penjelasan
ilustrasi prosedur penghubung dalam kegiatan ini.
4. Ambillah sebuah wacana yang panjangnya kira-kira 1000 kata, lalu ukurlah
kecepatan membaca Anda.
5. Jelaskan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam membaca skimming.
6. Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan berbagai metode yaitu :
metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat dan metode gerak
mata. Jelaskanlah tiap-tiap metode tersebut beserta contohnya.

You might also like