Professional Documents
Culture Documents
Kegiatan Belajar 1
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah mempelajari uraian materi berikut ini, peserta diklat dapat
memahami apa sebenarnya pengertian istilah membaca, tujuan yang terkandung
dalam kegiatan membaca, jenis-jenis membaca, dan proses membaca, serta dapat
mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
B. Uraian Materi
Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan
agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 :
43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara
dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-
210).
Istilah-istilah linguistik decoding dan encoding tersebut akan lebih mudah
dimengerti kalau kita dapat memahami bahasa (language) adalah sandi (code)
yang direncanakan untuk membawa/mengandung makna (meaning). Kalau kita
menyimak ujaran pembicara maka pada dasarnya kita men-decode (membaca
sandi) makna ujaran tersebut. Apabila kita berbicara, maka pada dasarnya kita
meng-encode (menyandikan) bunyi-bunyi bahasa untuk membuat/mengutarakan
makna (meaning). Seperti juga halnya berbicara dalam dalam bentuk grafik, maka
menulis pun merupakan suatu proses penyandian (encoding process), dan
membaca sebagai suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada
dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).
Beberapa ahli lebih cenderung memakai istilah recording (penyandian kembali)
untuk menggantikan istilah reading (membaca) sebab pertama sekali lambang-
lambang tertulis (written symbols) diubah menjadi bunyi, dan kemudian barulah
sandi itu dibaca (are decoded). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena
keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis
berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna,
mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (Anderson 1972 : 3).
Di samping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka
membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan
untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang
lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada
lambang-lambang tertulis. Bahkan ada beberapa penulis yang seolah-olah
beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat
lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut
melalui fonik (phonics = suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan
berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca
lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di
dalam kata-kata yang tertulis. Tingkatan hubungan antara makna yang hendak
dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut
menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman
tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah,
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut. (Anderson
1972 : 211).
Tujuan Membaca
Membaca
Membaca Nyaring Survei
Membaca Membaca
Membaca Ektensif Sekilas
Membaca
Membaca Dalam Dangkal
Hati
Membaca Teliti
Membaca Membaca
Membaca Telaah Isi Pemahaman
Intensif
Membaca Kritis
Membaca Ide-ide
Membaca
Membaca Bahasa
Telaah
Bahasa
Membaca Sastra
A. Membaca Nyaring
1. Membaca Ekstensif
Ketika mengunjungi perpustakaan atau toko buku, anda akan menjumpai
banyak buku, baik jenis maupun jumlahnya. Apa yang anda lakukan ? Pasti anda
tidak akan langsung terpaku pada satu buku, dan membacanya sampai tuntas.
Anda akan membuka buku-buku, membaca halaman sampul dan membaca daftar
isi. Apa yang anda lakukan tersebut termasuk membaca ekstensif.
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas.
Luas bermakna (1) bahan-bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya. (2)
waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah
sekadar memahami isi yang penting dari bacaan dengan waktu yang cepat dan
singkat.
Menurut Broughton dalam Tarigan (1985:31), membaca ekstensif meliputi
membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga macam
membaca ekstensif tersebut diuraikan di bawah ini.
a. Membaca Survei
Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran-gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan.
Membaca survei merupakan kegiatan membaca, misalnya melihat judul,
pengarang, daftar isi dan lain-lain
b. Membaca Sekilas
Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat
melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan
informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan
membaca secara cepat dan selektif serta mempunyai. Membaca sekilas disebut
juga membaca layap, yakni membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum
suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu
teknik dalam membaca cepat.
Soedarso (1991 : 88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu
keterampilan membaca yang diatur secara sistematis unuk mendapatkan hasil
yang efesien dengan tujuan :
1) mengetahui topik bacaan ;
2) mengetahui pendapat orang lain ;
3) mendapatkan bagian penting tanpa membaca seluruhnya ;
4) mengetahui organisasi tulisan ;
5) menyegarkan apa yang pernah dibaca ;
c. Membaca Dangkal
Membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya
merupakan jenis bahan bacaan ringan karena tujuan membaca dangkal adalah
untuk mencari kesenangan.
2. Membaca Intensif
Jika membaca sebuah bahan bacaan secara telii dengan tujuan
memahaminya secara rinci, anda berarti melakukan membaca intensif. Membaca
intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama dan merupakan
salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca
secara kritis. Tarigan (1990 : 35) yang mengutip pendapat Brook tentang
membaca intensif menyatakan bahwa membaca intensif merupaan studi saksama,
telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Membaca intensif
adalah kegiatan membaca dengan penuh saksama terhadap suatu bacaan sehingga
timbul pemahaman yang tinggi.
Tarigan (1985 : 35) membagi membaca intensif menjadi dua kelompok,
yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi
meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide,
sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca telaah bahasa dan membaca
telaah sastra.
a. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan
utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Menurut Kamidjan
(1996) sejumlah aspek yang diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman
adalah :
1) memiliki kosa kata yang banyak ;
2) memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan
wacana ;
3) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang ;
4) memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan dan rinciannya ;
5) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan.
Dalam membaca jenis ini, yang diutamakan adalah pemahaman isi
wacana.
b. Membaca Kritis
Sewaktu membaca bahan bacaan, dalam diri anda timbul pertanyaan,
”mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksud penulis dan sebagainya”.
Itu berarti anda telah ersikap kritis terhadap bacan dan penulisnya.
Membaca kritis ialah kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana,
penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari
kesalahan penulisnya. Membaca kritis ialah kemampuan berfikir dan bersikap
kritis. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Adapun kemampuan berfikir dan bersifat kritis menurut Nurhadi (1987 :
143) meliputi :
a. menginteprestasi secara kritis ;
b. menganalisis secara kritis ;
c. mengorganisasi secara kritis ;
d. menilai secara kritis ;
e. menerapkan konsep secara kritis.
Pelatihan peningkatan sikap kritis meliputi 1) kemampuan mengingat dan
mengenali bahan bacaan, 2) kemampuan menginterapsikan makna tersirat, 3)
kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, 4) kemampuan
menganalisis isi bacaan, 5) kemampuan membuat sintesis dan 6) kemampuan
menilai isi bacaan (Nurhadi, 1987 : 143-181). Keenam sikap kritis tersebut sejalan
dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan :
a) mengenali ide pokok paragraf ;
b) mengenali tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ;
c) menyatakan kembali ide pokok paragraf ;
d) menyatakan kembali fakta-fakta/detail bacaan ;
e) menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan
sebab akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.
(2) Kemampuan menginterapsi makna tersirat ditandai dengan :
a) menafsirkan ide pokok paragraf ;
b) menafsirkan gagasan utama bacaan ;
c) membedakan fakta/detail bacaan ;
d) menafsirkan ide-ide penunjang ;
e) membedakan fakta/detail bacaan ;
f) memahami secara kritis hubungan sebab-akibat ;
g) memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.
(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsepditandai dengan :
a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan ;
b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utam bacaan ke dalam situsi baru
yang problematis ;
c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang
dihadapi.
(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan :
a) memeriksa gagasan utama bacaan ;
b) memberikan detail/fakta penunjang ;
c) mengklasifikasikan fakta-fakta ;
d) membandingkan antargagasan yang ada dalam bacaan ;
e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan :
a) membuat simpulan bacaan ;
b) mengorganisasikan gagasan utama bacaan ;
c) menentukan tema bacaan ;
d) menyusun kerangka bacaan ;
e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan ;
f) membuat ringkasan.
(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan :
a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara
keseluruhan ;
b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau
opini;
c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas
atau fantasi pengarang ;
d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan ;
e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan
kesimpulan yang dibuat ;
f) menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata,
frasa, atau penyusunan kalimat.
Proses Membaca
Membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis.
(Hodgson dalam Tarigan, 1985:7).
Membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang
dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
tenang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak
bacaan itu. (Depdikbud, 1985:11). Batasan tersebut lebih tepat jika dikenakan
pada membaca tingkat lanjut , yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
Selanjutnya, Anderson dalam Tarigan (1985:7) berpendapat bahwa
membaca adalah proses keiatan memncocokkan huruf atau melafalkan lambang-
lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut dikenakan pada membaca level
yang paling rendah. Fiochiaro dan Bonono(1985:119) menyatakan bahwa
membaca adalah proses memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa
tulis. Batasan itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal.
Menurut Harras dan Sulistianingsih (1997:1998), membaca merupakan
proses psikologis, sensori, perseptual, dan proses perkembangan keterampilan
berbahasa. Membaca sebagai proses psikologis, artinya adalah kesiapan dan
kemampuan membaca sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan faktor-faktor
yang bersifat psikis seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta
tingkat perkembangan diri, seperti inteligensi dan usia mental. Membaca sebagai
proses sensoris berarti bahwa membaca dimulai dari melihat atau meraba dengan
indera penglihatan dan perabaan. Membaca sebagai proses perseptual berarti
bahwa dalam membaca, persepsi dimulai dari melihat dan mendengar. Menurut
Vernon (1962), proses perseptual dalam membaca terdiri atas empat bagian,
yakni:
1. kesadaran akan rangsangan visual
2. kesadaran akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum
3. klasifikasi lambang-lambang visual untuk kata-kata yang ada dalam
kelas yang umum
4. identifikasi kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
Membaca sebagai proses perkembangan berari bahwa membaca merupakan
proses perkembangan sepanjang hidup seseorang. Membaca merupakan sesuatu
yang diajarkan dan dipelajari, bukan sesuatu yang terjadi secara insidental.
C. Rangkuman
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis. Di samping itu tujuan utama membaca adalah
untuk memperoleh informasi yang mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Kegiatan membaca melibatkan dua aspek penting yaitu: a. Keterampilan
yang bersifat mekanis, yang meliputi pengenalan huruf, unsur-unsur linguistik,
hubungan ejaan dan bunyi serta kecepatan membaca bertaraf lambat. b.
Keterampilan yang bersifat pemahaman yang meliputi pemahaman pengertian
yang sederhana, pemahaman makna , evaluasi, serta kecepatan yang fleksibel.
Untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam keterampilan mekanis tersebut,
maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring. Dan untuk
keterampilan pemahaman adalah dengan membaca dalam hati. Membaca dalam
hati terdiri dari membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari
membaca survei, sekilas, dan dangkal. Sedangkan membaca intensif terdiri dari
membaca telaah isi dan telaah bahasa. Telaah isi meliputi, membaca teliti,
pemahaman, kritis, dan ide. Sedangkan telaah bahasa meliputi, membaca bahasa
asing dan membaca sastra. Membaca merupakan proses psikologis, sensori,
perseptual, dan proses perkembangan keterampilan berbahasa.
D. Tugas
B. Uraian Materi
a. Pengertian
Berapa juta eksemplar surat kabar terbit hari ini di seluruh dunia? Berapa
juta eksemplar majalah dalam berbagai jenis terbit setiap minggu? Berapa juta
eksemplar buku terbit tiap tahun? Anda bisa membayangkan hal itu. Semuanya
menyajikan informasi-informasi, baik pengetahuan, fakta, hasil penelitian, telaah
perkembangan politik, ulasan, liputan peristiwa, dan sebagainya. Jika kita tidak
mau dikatakan masyarakat yang paling terbelakang, maka ada semacam
kewajiban atau kebutuhan untuk membaca, membaca, dan membaca seri-seri
bahan cetak tersebut. Minimal yang berkepentingan dengan kebutuhan kita.
Informasi apa yang tidak bisa kita jumpai dari bahan-bahan penerbit tersebut?
Hampir tidak ada. Dan itu semua membutuhkan kecepatan dan ketepatan
membaca yang tinggi.
Perhatikan koran hari ini! Ingin memperoleh pekerjaan? Baca kolom iklan.
Ingin tahu perkembangan politik luar negeri? Baca kolom liputan luar negeri.
Ingin memasak masakan baru? Baca bagian ”menu hari ini”, dst.
Belum lagi beribu-ribu judul buku yang terbit setiap tahun. Jelas bahwa
tidak semuanya menuntut untuk kita baca. Akan tetapi, pada jenis-jenis tertentu,
yang sesuai dan berkepentingan dengan hidup kita, tentu perlu untuk dibaca.
Fakta di atas telah menunjukkan betapa peran membaca demikian besar
merasuk ke segala segi kehidupan modern dewasa ini. Meskipun muncul media-
media informasi yang lain, televisi, radio, misalnya, peran membaca tidak dapat
digantikan sepenuhnya.
Telah lama para ahli berusaha merumuskan dan mencari jawaban atas dua
pertanyaan pokok tentang membaca, yaitu :
1) bagaimana membaca yang baik itu? (Bagaimana menjadi pembaca yang
efektif itu?)
2) bagaimana mengajarkannya? Atau dengan kata lain, bagaimana melatih
dan mengembangkannya?
Dua pertanyaan ini telah lama dicari jawabannya melalui berbagai
pendekatan kajian, baik secara konseptual, empiris, maupun eksperimental. Pada
akhirnya tak dapat dihindari berbagai variasi rumusan teori membaca dan
penerapannya, namun satu hal yang pasti bahwa semua mengharapkan pada setiap
orang untuk menjadi pembaca yang cepat dan efektif, saran-saran, serta langkah-
langkah yang perlu dilakukannya.
Demikianlah tiga hal yang bisa kita pahami bersama, yang membawa pada
satu kesepakatan bahwa kemampuan membaca cepat dan efektif itu penting,
terutama untuk dipelajari dan dikembangkan. Ingat pesan William Francis Bacon,
seorang filsuf abad XVI yang lalu, yang mengatakan bahwa ”membaca membuat
manusia penuh, berdiskusi membuat manusia siap, dan menulis membuat
manusia cermat”.
c. Teknik SQ3R
SQ3R merupakan kependekan dari Survei, Question, Read, Recite, dan
Review. Metode ini dikemukakan oleh Francis P.Robinson tahun 1941.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik dari penggunaan metode ini
dalam kegiatan membaca.
1) Dengan metode ini pembaca dapat mentukan apakah materi yang
dihadapinya sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika bacaan itu memang
diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan bacanya. Jka tidak
pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini
dilakukan setelah pembaca melakukan survei terhadap bacaan.
2) Metode ini memberi kesempatan kepada para pembaca untuk lebih
fleksibel. Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bahan bacaan tidaklah
sama. Pembaca akan memperlambat waktu membacanya jika menemukan hal-
hal baru yang perlu dipahami. Sebaliknya pembaca akan mempercepat waktu
membacanya jika menemukan bagian-bagian yang kurang relevan dengan
kebutuhannya.
3) Metode ini membekali pembaca dengan metode yang sistematis, untuk
menghasilkan efisiensi dan efektifitas hasil belajar. Menghasilkan pemahaman
yang komprehensif, bukan ingatan pemahaman yang komprehensif relatif
akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita daripada hanya sekedar
mengingat fakta.
Deskripsi kegiatan untuk masing-masing fase dalam SQ3R adalah sebagai
berikut :
Langkah 1: S – Survei
Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum
membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar
umum yang akan dibaca dengan maksud untuk :
1) Mempercepat menangkap arti,
2) Mendapatkan abstrak,
3) Mengetahui ide-ide yang penting,
4) Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5) Mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan
6) Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang
sistematis kita cepat menemukan ide-ide penting dan organisasi bahan. Hal itu
akan sangat membantu mencapai tujuan kita membaca. Selain itu, prabaca juga
digunakan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah dan menimbang-
nimbang buku di perpustakaan atau di toko buku untuk mengetahui : Apakah
tulisan atau buku ini cocok dengan kebutuhan saya ? Tidak terlalu sulit ? Atau
terlalu dangkal ? Apakah cocok dengan literatur yang disarankan ?
Langkah 2 : Q – Question
Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya
tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari
subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata ’siapa, apa, kapan, di
mana, atau mengapa’. Misalnya, subjudul itu ”Kekurangan Tenaga Ahli Ilmiah
dan Teknik”, dapat diubah dengan bertanya : Mengapa kekurangan tenaga ahli
ilmiah dan teknik ? Mungkin pertanyaan itu dapat anda persempit lagi dengan
dengan mengaitkan pengetahuan anda : Apa kurikulum di perguruan tinggi kurang
memadai ? Apa akibatnya terhadap perkembangan iptek ?
Pada waktu survei buku secara keseluruhan, pertanyaan anda mungkin
terlalu umum, tetapi pada saat survei pada bab ke bab pertanyaan-pertanyaan itu
dapat lebih spesifik. Suatu pertanyaan dapat menimbulkan beberapapertanyaan
lain tentang isi secara lebih mendalam. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu
cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang
ada daripada kalau hanya membaca asal membaca.
Langkah 3 : R – Read
Setelah melewati tahap survei dan timbul beberapa pertanyaan yang anda
harapkan akan mendapat jawaba di bacaan yang anda hadapi, langkah berikutnya
adalah : Read, membaca.
Jadi, membaca itu baru langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-
satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membaca pun bukan seperti
membaca novel, hanya mengkuti apa yang sedang berlangsung, melainkan secara
kritis.
Baca tulisan itu bagian demi bagian. Sementara membaca bagian-bagian
itu carilah jawaba atas pertanyaan yang anda bentuk berdasarkan judul-judul atau
bagian atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu.
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang
penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca anda di bagian-
bagian yang penting atau yang anda anggap sulit dan percepat kembali pada
bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah anda ketahui.
Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1)
Jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca.
Selain itu juga berbahaya, catatan anda itu bisa jadi hanya merupakan kutipan
kata-kata penulisnya saja. (2) Jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah
pada kata maupun frase tertentu, bisa jadi setelah anda selesai membaca acap kali
ternyata anda salah memilihnya. Kalau memang ada yang menarik atau anda
anggap penting cukup beri tanda silang di pinggir halaman dulu. Untuk kemudian
nanti dicek kembali.
Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide
pokoknya serta mengetahui detail yang penting.
4. Prosedur Klose
Pengertian
Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembeajaran membaca
adalah prosedur klose. Selain dapat dipergunakan sebagai alat untuk pengajaran
membaca juga untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Metode ini diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) yang berasal dari
istilah ”Clozure” suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt. Konsepnya menjelaskan
tentang kecenderungan orang untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak
lengkap, secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh, melihat bagian-bagian
sebagai suatu keseluruhan.
Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat memahami
wacana yang tidak lengkap. Bagian-bagian tertentu dihilangkan dengan
pemahaman yang sempurna. Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu, biasanya
kata ke-n digantikan dengan tanda garis lurus panjang atau dengan tanda titik-
titik. Penghilangan bagian-bagian kata dalam prosedur. Klose, mungkin juga tidak
berdasarkan kata ke-n secara konsisten dan sistematis. Kadang-kadang
pertimbangan lain turut menentukan kriteria pengosongan kata. Misalnya saja kata
kerja, kata benda, kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang dianggap
penting. Tugas pembaca adalah mengisi bagian-bagian yang kosong itu dengan
kata-kata yang tepat.
Fungsi
Berbicara tentang fungsi prosedur klose, terdapat dua fungsi utama dari
prosedur ini. Pertama sebagai alat untuk mengukur tingkat keterbacaan. Suatu
wacana dapat ditentukan tingkat kesukarannya serta dapat diketahui kelayakan
pemakaiannya untuk sisiwa. Kedua prosedur klose juga merupakan suatu alat
pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai alat ajar, penggunaan teknik klose
dapat dipergunakan untuk melatih kemampuan dan keterampilan membaca siswa.
Wacana 1
Anak perlu diperkenalkan kepada alam sekitarnya sedini mungkin. Ini
penting untuk perkembangan intelektual (1) dan emosinya. Anda dapat
menceritakan (2) proses mekarnya bunga dan mengenalkan (3) aneka warna
bunga pada anak (4). Kepada anak yang lebih besar (5) anda dapat menceritakan
bentuk dan (6) warna bunga yang indah serta (7) baunya yang harum atau yang
(8) membuat serangga tertarik dan datang (9) untuk menghisap madu.
Wacana 2
Selain itu pengenalan terhadap (1) alam sekitar juga (2) penting untuk (3),
merangsang kepekaan penginderaan anak. Tangannya bisa setiapkali disentuhkan
ke (4) permukaan daun dan (5) ujung daun untuk (6) melatih alat perabanya. Anak
yang (7) sudah pandai berjalan dapat (8) diajak menginjak rumput yang (9)
berembun setiap (10) pagi.
Jawaban siswa untuk mengisi teknik klose dan fungsinya sebagai alat
ukur, hendaknya tepat benar, sesuai dengan teks aslinya.
Dalam kenyataannya, penggunaan teknik klose, tidak selalu menuntut
jawaban yang persisi sama sesuai dengan teks aslinya. Kata-kata yang bersinonim
atau kata-kata yang dapat menggantikan kedudukan kata asli, baik ditinjau dari
sudut makna atau struktur kalimatnya benar, dapat diterima. Cara ini biasanya
dipergunakan dalam teknik pengajaran untuk melatih keterampilan membaca
siswa.
Perhatikan contoh berikut dan lengkapilah bagian-bagian kalimat yang
dihilangkan !
”Keinginan untuk memperoleh kasih sayang dasar kecemburuan
antara saudara dalam keluarga.”
Cobalah anda isi ! Bandingkan jawaban anda dengan jawaban teman anda.
Beraneka ragam, bukan ? Kata-kata : ialah, adalah, merupakan, menjadi, dan
seterusnya boleh jadi menjadi pilihan anda dan teman anda.
Penghilangan (delisi) untuk teknik klose sebagai alat ajar, tidak selalu
harus dengan jarak yang sama. Sebagai guru, anda tentu lebih tahu, apa yang
dibutuhkan siswa anda. Yang terpenting ialah tindak dari kegiatan ini.
Diskusikanlah setiap alternatif jawaban yang diajukan siswa. Bicarakanlah alasan
ketepatan atau kesalahan jawaban siswa, agar mereka lebih mengerti.
Kegunaan
Apa manfaat teknik klose untuk anda dan siswa anda ? kembali kepada
dua fungsi utama yang telah dibicarakan di muka, teknik klose bermanfaat untuk :
1) Mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana untuk :
a) Menguji tingkat kesukaran dan kemudahan bahan bacaan ;
b) Mengklasifikasikan tingkat baca siswa : pembaca independen,
instruksional, atau frustasi,dan
c) Mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa.
2) Melatih keterampilan dan kemampuan baca siswa melalui
kegiatan belajar-mengajar, pengajaran membaca melatih :
a) Siswa menggunakan isyarat sintaksis ;
b) Siswa menggunakan isyarat semantik ;
c) Siswa menggunakan isyarat skematis ;
d) Peningkatan kosa kata ; dan
e) Daya nalar siswa dalam upaya pemahaman bacaan.
Dengan manfaat-manfaat yang telah diuraikan tersebut, guru dalam waktu
relatif singkat akan segera dapat mengetahui tingkat keterbacaan wacana, tingkat
keterbacaan siswa, latar belakang pengalaman, minat dan bahasa siswa. Dengan
demikian, guru akan dapat dengan tepat membuat keputusan instruksional untuk
membantu anak didiknya dalam belajar, khususnya dalam kegiatan membaca.
C. Rangkuman
Membaca cepat dan efektif artinya membaca yang mengutamakan
kecepatan serta diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan.
Kecepatan membaca dapat diukur dengan mengalikan jumlah kata dengan 60
dibagi waktu yang diperlukan, hasilnya kata per menit. Sedangkan kemampuan
membaca adalah hasil kali antara kecepatan membaca dengan persentase
pemahaman.
Kecepatan membaca dapat dikembangkan dengan berbagai metode yaitu:
metode kosakata, metode motivasi, metode bantuan alat dan metode gerak mata.
Teknik membaca skimming berarti menyapu halaman-halaman buku
dengan cepat untuk menemukan sesuatu yang dicari. Sedangkan teknik skanning
dilakukan bila anda hanya membutuhkan suatu fakta tertentu saja, atau informasi
tertentu saja, atau data statistik tertentu saja.
Metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan
membaca adalah SQ3R, yaitu singkatan dari Survei, Question, Read, Recite, dan
Review.
Metode yang dipandang paling berhasil dalam pembelajaran membaca
adalah prosedur klose. Dalam prosedur klose pembaca diminta untuk dapat
memahami wacana yang tidak lengkap. Metode ini memiliki dua fungsi utama
yaitu, sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat keterbacaan siswa dan dapat juga
digunakan sebagai alat pengajaran membaca.
D. Tugas