You are on page 1of 10

Proses pembuatan gula

Persiapan bahan baku pembuatan gula tebu

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3
meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai
bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.

Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun
kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa kepabrik untuk diproses menjadi
gula.

Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi,
pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai
proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen.

Ekstraksi
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan
menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya.
Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang
kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit
tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula


dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1
hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu
kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)


Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan
mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke
lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses
penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan
perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke
dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui
clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar
merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya
dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan
lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis.
Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.
Penguapan (Evaporasi)
Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan
untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara
menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang
sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke
tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.

Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula


tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan
dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator
majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang
terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk
dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula
tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup.
Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar
di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan
dengan udara panas sebelum disimpan.

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga
biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di
dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula
lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu,
tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di
mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah
produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini
molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan
etanol sampai 99,5%.

Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan
terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga.
Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan
memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula
kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

Afinasi (Affination)
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan
cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”.
Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih
tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling
cairan (coklat). Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup
sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan
sebelum proses karbonatasi.

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna,
partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua
dikeluarkan dari proses.

Karbonatasi
Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan
dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen
warna juga akan ikut hilang.

Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat
diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan
mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.

Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus
berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk
dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.

Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-


materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini
dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses
selanjutnya berupa penghilangan warna.

Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan
karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi
merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam
fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Penghilangan warna
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan
pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah
satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang
mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone
char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.

Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk
menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam
sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit
warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara
kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.

Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika
jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian.
Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

Pendidihan
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal
gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu
pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk
yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya.

Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang
berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas
dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

Pengolahan sisa (Recovery)

Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap afinasi
masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang
pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk
membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi.
Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan
sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut
menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan
alkohol.
Tumbuhan pnganti tebu sebagaibahan pokok pmbuat gula

TANAMAN DAUN KERIS

Gula Alternatif dari Tanaman Daun Keris

Cairan dari bunga tanaman Daun Keris (Begonia sp) ternyata dapat dijadikan sebagai alternatif
dalam pembuatan gula. Bahkan, tingkat kemanisan gula dari tanaman ini lebih tinggi dari gula
tebu. Attiya Istarini dan Yayan Martha Wijaya, siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Titian
Teras Jambi sudah membuktikannya melalui penelitian. Karya keduanya pun termasuk salah satu
finalis Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2004 yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Menurut Attiya dan Yayan, gula merupakan bahan bakar yang
penting bagi organisme yang hidup. Pada tumbuhan, zat gula dapat disimpan di buah yang sering
disebut fruktosa (gula buah) atau disimpan pada jaringan tumbuhan lainnya. Tidak jarang,
katanya, ditemukan batang atau bunga yang rasanya manis. Pada bunga-bunga tertentu sering
ditemukan cairan pada kelopak daun bagian dalam yang rasanya manis, seperti pada tamanan
Daun Keris. Berangkat dari pemahaman itulah, keduanya kemudian mencoba melakukan
penelitian. Masalah yang dirumuskan adalah, adakah jenis karbohidrat (sarikada) yang terdapat
di dalam cairan bunga Daun Keris? Mampukah cairan bunga Daun Keris menjadi alternatif lain
dalam pembuatan gula? Penelitian ini antara lain bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
glukosa (sering disebut zat gula) dalam cairan tanaman Daun Keris. Secara umum, kata
keduanya, manfaat penelitian ini adalah mendapatkan alternatif lain dalam pembuatan gula yang
sumbernya tidak hanya didapat dari tanaman tebu, tapi juga dari tanaman Daun Keris. Selain itu,
juga untuk mengembangkan pemahaman tentang karbohidrat (sarikada). Untuk itu, selain
melakukan riset pustaka dari sejumlah literatur, keduanya pun mengadakan percobaan di
laboratorium. Tanaman Daun Keris, jelas Attiya dan Yayan, berasal dari bangsa Eurphobiaceae
yang berarti tanaman getah-getahan. Syarat tumbuh tanaman ini tidak terlalu sulit, dapat
ditemukan di mana-mana khususnya di daratan rendah yang curah hujannya cukup. Tanaman ini
sering juga ditemukan di pekarangan rumah atau tempat-tempat yang kondisi tanahnya cukup
subur, tidak terlalu kering atau basah. Akar tanaman ini berupa akar serabut. Di atas akar
terdapat batang yang lebih besar dari batang lain dan bercabang-cabang. Pada ujung cabang
terdapat tunas daun (daun muda). Batangnya berwarna hijau yang apabila dipatahkan
mengeluarkan getah. Biasanya getah tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat luka. Tidak semua
daun tanaman ini berwarna hijau. Kadang ada yang berwarna kuning muda, merah muda, atau
gabungan warna hijau, putih, dan merah. Daun tanaman ini memiliki tulang tetapi tidak terlalu
tampak ruas-ruasnya. Struktur lapisan daun berupa lapisan lilin yang cukup tebal. Bunganya
berwarna merah tua, memiliki putik dan benang sari yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Pada
bagian dasar bunga terdapat kantung berisi cairan yang rasanya manis. Banyaknya cairan pada
tiap bunga tidak sama, tergantung besar kecilnya bunga. Dalam melakukan penelitian ini, Attiya
dan Yayan menggunakan sejumlah alat dan bahan. Yakni, sodium siklamat, gula pasir, dan gula
diabetes (saccorit) masing-masing satu gram, cairan bunga tanaman Daun Keris satu ml, tabung
reaksi dan rak empat buah, pipet tes satu buah, dan gelas kimia 100 ml empat buah. Selain itu,
ada juga gelas kimia 250 ml, gelas ukur, alat pembakar, tungku kaki tiga dan kasa masing-
masing satu buah. Bahan lainnya berupa air, larutan fehling A dan B, spiritus, dan neraca ohaus.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan. Ini terdiri atas larutan 10 persen
volum sodium siklamat 10 ml (satu gram + sembilan ml air), larutan 10 persen gula pasir
(sukrosa) 10 ml (satu gram + sembilan ml air), larutan 10 persen volum gula diabetes 10 ml (satu
gram + sembilan ml air), dan cairan bunga tanaman Daun Keris. Setelah itu, diisi empat tabung
reaksi dengan satu ml fehling A dan satu ml fehling B. Ditambahkanke dalam empat tabung
reaksi tiga tetes empat larutan yang ada sebelumnya. Keempat tabung reaksi dalam gelas kimia
(250 ml) berisi air dipanaskan, lalu ditunggu beberapa saat sampai terjadi perubahan warna pada
setiap tabung. Hasil percobaan:
------------------------------------------------------------------------
No Jenis larutan / Sebelum / Sesudah / Keterangan dipanasi dipanasi
------------------------------------------------------------------------
1. Monosodium siklamat / Biru muda / Biru muda / Disakarida
2. Gula pasir / Biru muda / Biru muda / Disakarida
3. Gula diabetes / Biru muda / Biru muda / Disakarida
4. Cairan bunga / Biru muda/ Coklat/ Monosakarida
Daun Keris / Merah bata Langkah berikutnya adalah menguji secara langsung dan
membandingkannya. Menguji secara langsung dilakukan dengan mencicipi rasa gula pasir dan
membandingkannya dengan gula dari cairan bunga tanaman Daun Keris. Dari percobaan itu
disimpulkan, larutan bunga Daun Keris mengalami perubahan warna karena mengandung
monosakarida, yaitu glukosa, sedangkan larutan lain tidak mengalami perubahan warna karena
mengandung sukrosa. Dibandingkan dengan gula dari tebu, gula dari tanaman Daun Keris
ternyata lebih manis.

Lebih lanjut tentang: Gula daun keris .

TANAMAN NIPAH

Solusi Baru untuk Bahan Baku Pembuatan Gula

Gula merupakan sumber kalori dan energi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Selain itu
gula telah menjadi bahan baku dari berbagai industri makanan dan minuman dan digunakan
sebagai bahan pengawet bahan pangan. Dalam buku yang berjudul Nipah Pemanis Alami Baru,
yang ditulis oleh Yusni Bandini dan diterbitkan oleh PT Penebar Swadaya ini memberikan solusi
baru dari bahan baku pembuatan gula. Menurut penulis tanaman nipah sangat berpotensi besar
sebagai sumber bahan baku baru pembuatan gula.

Tanaman nipah ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu harganya yang murah karena tanpa
harus memelihara dan menanamnya kita telah mendapatkan bahan baku untuk gula. Sebab
tanaman nipah ini merupakan tumbuhan liar yang tumbuh dan hidup dengan subur didaerah
hutan mangrove. Selain itu proses penyadapan nira dari tanaman nipah ini cukup mudah karena
kita tidak perlu memanjat seperti proses penyadapan nira pada pohon kelapa dan aren.

Tanaman nipah ini tergolong dalam famili aracaceae (Palmae) dan subfamili Nipoideae. Nipah
merupakan tanaman liar dan tumbuh dengan subur di hutan daerah pasang surut atau hutan
mangrove dan pada daerah rawa-rawa atau muara sungai yang berair payau. Proses penyadapan
nira pada tanaman nipah ini terbilang cukup mudah. Nira diperoleh dari proses penyadapan pada
tandan bunga nipahnya. Lama proses penyadapan ini dapat mencapai waktu 90 hari atau lebih,
yang setiap harinya rata-rata hasil dari sadapan nira tersebut mencapai 1 liter/hari/malai.
Penyadapan biasanaya dilakukan pada tangkai bunga betinanya. Yang bila dibiarkan bunga
betina tersebut akan menjadi buah dari tanaman nipah.

Buku ini memberikan solusi baru untuk bahan baku dari pembuatan gula serta dijelaskan pula
cara membudidayakan, proses penyadapan nira dan pemanfaatan dari tanaman nipah ini. Dan
tanaman nipah ini pun sangat penting pengaruhnya bagi keseimbangan ekosistem di hutan
mangrove. Buku ini pun telah memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita serta menambah
pengetahuan dan wawasan tentang tanaman nipah

TANAMAN STEVIA

Dewasa ini, sudah dikembangkan pemanis alami non tebu untuk memenuhi kebutuhan pemanis
alami, yang baru gencardikembangkan saat iniadalah pemanis alami yang diperoleh dari tanaman
Stevia yang mempunyai tingkat kemanisan 200 – 300 kali gula tebu Sebenarnya tanaman yang
banyak tumbuh di Paraguay, Kanada, Amerika Serikat, China, Jepang dan Korea ini sudah
dikenal selama berabad-abad karena ciri khas pemanisnya yang ringan. Di lndonesia sendiri
Stevia banyak dijumpai di daerah Ngargoyoso, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Akan tetapi pengembangannya masih belum terlalu luas.

Kegunaannya bagi kesehatan

Daun Stevia mengandung senyawa gtikosida diterpendengan tingkat kemanisan antara 200 – 300
kali gula tebu, akan tetapi berkalori rendah Kenyataan ini memungkinkan untuk produk-produk
olahan makanan maupun minuman kesehatan menggunakan tanaman yang tergolong famili
Asteraceaeini. Bahkan di negara Jepang kurang lebih 40% bahan pemanis di pasaran
menggunakan bahan dasar dari Stevia ini.

Menurut lr. Dewi RN MP dalam situs Kandha Raharja menyebutkan bahwa ekstrak Stevia telah
terbukti bermanfaat membantu program diet, digunakan juga untuk mereka yang mempunyai
penyakit diabetes disamping itu juga dapat membantu keindahan kulit serta berperanan dalam
mengatur tekanan darah. Sari dari daun Stevia yang berperanan sebagai pengganti gula ini,
sangat cocok untuk dicampur dengan teh atau kopi serta dapat juga dicampurkan ke dalam
masakan yang kita makan setiap hari.
sumber:http://cintaherbal.wordpress.com/2010/07/18/stevia-herbal-rendah-kalori-pengganti-gula/
Pohon Aren

Aren, (Arenga Pinnata) adalah salah satu tanaman jenis palem yang dikenal oleh masyarakat
lokal sebagai penghasil air nira yang bisa dijadikan gula merah. Kebanyakan orang lokal
menyebutnya Enau, yang dalam bahasa latinnya dikenal dengan nama Arenga pinata. Tanaman
ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia yang bersuhu lembab berkisar antara 27-
28ºC. Pertumbuhan tanaman aren terbilang lama, karena membutuhkan waktu yang agak lama
mulai dari semai sampai siap tanam, bahkan berproduksi. Namun begitu, perawatan aren tidaklah
sulit dan mahal, karena hanya dengan suhu dan keadaan lingkungan yang baik dan sesuai, aren
akan tumbuh dengan subur dan berproduksi dengan baik.

Waktu yang baik untuk menanam aren adalah saat musim akhir kemarau memasuki musim
penghujan, karena pada musim tersebut, suhu bisa dikatakan rendah. Aren bisa dikatakan siap
panen pada usia ± 10-15 tahun. Pada usia itu aren biasanya berbunga dan siap untuk dipanen.
Bunga yang muncul dari sela-sela pelepah daun menjuntai ke bawah siap diolah untuk siap
dipanen niranya dan dijadikan minuman segar atau dibuat gula merah. Ditinjau dari fungsi dan
kegunaannya, tanaman aren mulai dari bunga, buah dan bagian pohon lainnya bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat. Dengan cara menyadap niranya kita bisa membuat minuman segar berupa
saguer (kita kenal dengan tuak). Buahnya yang masih muda dapat diolah menjadi makanan
kaleng (kolang-kaling). Sedangkan ijuk, lidi dan daunnya bisa digunakan untuk bahan material
rumah tangga. Hasil sadapan, selain untuk tuak dan dibuat gula merah, sebagian masyarakat
meyakini bisa dijadikan campuran obat tradisional. Sebagian penduduk di Kalimantan
memanfaatkan batang aren untuk diolah menjadi sagu untuk makanan pokok mereka.

Selanjutnya dengan teknologi yang cukup maju tanaman aren bisa menjadi bahan dasar
penghasil bahan bakar berupa ethanol.  Dengan dicanangkannya tanaman Aren sebagai salah
satu tanaman yang masuk dalam program Nasional Pemerintahan RI untuk dikembangkan,
setelah tanaman sawit dan tanaman Jarak Pagar, Lembaga Pengkajian Pembangunan Tapanuli
Selatan (LP2TS) sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat, ikut mendukung sepenuhnya
pencanangan pengembangan tanaman aren tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya
ujicoba budi daya aren seluas 4 ha serta melakukan pembibitan tanaman aren yang dikelola oleh
LP2TS yang berlokasi di Desa Hutaraja Sipirok Tapanuli Selatan.

Tujuan budidaya tanaman aren dimaksud adalah diharapkan dapat meningkatkan sumber
pendapatan para petani dan kedepan LP2TS akan melaksanakan sosisalisasi kepada setiap petani
aren untuk tidak menggunakan kayu bakar sebagai alat untuk mengolah dan memasak gula
merah, tetapi akan mempergunakan mesin teknologi yang ramah lingkungan. Sebagaimana
diketahui, banyaknya hutan-hutan yang gundul di daerah Sipirok khususnya, selain akibat
tindakan pelaku illegal logging, hal itu juga diakibatkan oleh konsumsi kayu bakar yang
digunakan oleh petani aren pada areal  konservasi alam.
KELAPA

Nira biasanya disadap pada tanaman kelapa yang tidak banyak menghasilkan buah kelapa karena
ketinggian letak tumbuhnya. Juga dilakukan oleh petani yang mata pencahariannya bukan
menjual kelapa, tapi sebagai pengrajin gula kelapa (gula merah) atau cuka aren.

Di beberapa desa di bagian selatan Jawa, ada pohon-pohon kelapa yang tidak ada buahnya, tetapi
terpasang bumbung bambu 1-3 buah, yang diikatkan pada bunga kelapa (manggar). Cara
membuat nira ini adalah sebagai berikut: Tangkai perbungaan yang berumur sebulan, manggar
dibarut kuat-kuat dengan daun kelapa, dan ujungnya dipotong sepanjang 1 cm. Sesudah itu
ujungnya dipukul-pukul perlahan-lahan dengan sebatang kayu bulat sehingga bunga-bunganya
menjadi memar, dibiarkan 2-4 hari niranya baru akan keluar sarinya (nira) cukup deras dan
jernih. Setiap hari perbungaan harus dipilin-pilin.

Pohon kelapa baru dapat disadap kalau sudah memiliki tiga tandan bunga yang belum membuka,
sedang tandannya paling muda panjangnya minimal 20 cm. Tandan yang tertua saja yang
disadap, sedangkan tandan bunga yang muda baru akan disadap kalau sudah muncul tandan
bunga baru dan panjangnya minimal 20 cm. Demikian seterusnya. Buka kelopak bunganya
dengan pisau tandan dan buat irisan melintang dan membujur sehingga mudah dilepaskan, lalu
bunga kelapa ini diikat dengan tali agar tidak berhamburan, ditarik kebawah sampai merunduk.

Agar posisinya tetap, lalu diikat dengan pelepah kelapa. Bumbung bambu untuk menampung
harus betul-betul bersih. Nira ini jernih, rasanya enak sekali dan tidak lama kemudian seperti air
dadih, rasanya lebih manis dari air kelapa. Apabila nira ini akan dibuat cuka atau disuling
menjadi arak, nira dibiarkan basi. Sisa-sisa yang menempel pada bumbung dipakai sebagai ragi
oleh tukang-tukang roti.

Nira yang akan dibuat gula, harus cepat dimasak sampai mendidih sambil terus diaduk sampai
pekat dan dicetak sesuai dengan selera. Secara ekonomis, nilai nira kelapa dijadikan gula ini jauh
lebih menguntungkan, walaupun cara pembuatannya butuh keterampilan dan modal untuk kayu
bakarnya. Permintaan gula kelapa dari luar negeri kabarnya semakin meninkat, karena gula ini
merupakan pemanis alami yang bebas dari zat kimia penyebab kanker yang sangat ditakuti.
Umbutnya (sisa dari pembuangan yang telah disadap) yang bentuknya panjang kira-kira tiga
kaki, terdiri dari selaput-selaput tipis sangat banyak bergulungan seperti kertas, sangat lembut
dan halus sangat disukai untuk acar. 
SORGUM

Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan.
Seperti industri gula, monosodium glutamate (MSG), asam amino, dan industri minuman serta
bahan bakar (bioetanol). Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk
diversivikasi industri secara vertikal. Prospek penggunaan biji sorgum yang terbesar adalah
pakan yang mencapai 26,63 juta ton untuk wilayah Asia-Australia dan diperkirakan masih terjadi
kekurangan sekitar 6,72 juta ton.

Kondisi ini member peluang bagi Indonesia untuk mengekspor sorgum. Karena kandungan
karbohidratnya yang tinggi. Di daerah-daerah yang beriklim kering, umumnya sorgum
diusahakan sebagai tanaman pangan. Amun, di Negara-negara maju yang persediaan bahan
pangannya berlimpah, sorgum ditanam sebagai bahan pakan karena kandungan gizinya  cukup
tinggi (setara jagung) dan sebagai bahan baku industri.

Sebagai bahan industri, kandungan 71% pati biji sorgum dapat di hidrolisis menjadi gula
sederhana. Biji sorgum dapat dibuat gula atau glukosa cair atau sirup fruktosa sesuai kandungan
gula pada biji.

You might also like