You are on page 1of 12

UNGKAPAN MASSA, PUBLIK, DAN RAKYAT

Dalam pemikiran opini publik, teringat akan pepatah tua: “setiap orang
membicarakan cuaca, tetapi tidak seorangpun yang melakukan sesuatu terhadapnya.”
Tampaknya seseorang juga membicarakan opini publik. Politikus, anggota pers, pollster,
dan bahkan orang-orang yang duduk bermalas-malas mengomel tentang pajak dan
berbagai masalah lain. Akan tetapi berbeda dengan orang yang tidak berbuat sesuatui
terhadap cuaca, banyak yang berbicara tentang opini publik memang melakukan sesuatu
terhadapnya.
Peninjauan dan pengamatan suatu proses.
Kita melukiskan secar singkat karakterisasai opini publik yang berlaku dengan
mengatakan bahwa karaterisasi itu merupakan suatu aspek komunikasi politik.karena
perspektip itu sangat penting bagi si buku ini selanjutnya.kita melukiskan opini publik
sebagai proses yang menggabungan pikiran,perasaan,dan usul yang di ungkapkan oleh
warga Negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang di buat oleh pejabat
pemerintah yang bertaggung jawab atas di capainy ketertiban sosial dalam situasi yang
mengandung konflik atau perbantahan,dan perselisihan pendapat tentang apa yang akan
dilakukan dan bagaimana melakukannya.seperti setiap proses, opini publik berubah dan
berkembang.ada sifat dinamis yang serupa pada opini publik, sifat yang dapat ditelusuri
ke sejumlah hal. Ada sebuah faktor utama yang menonjol, faktor yang telah kita bahas,
tetapi sekarang pantas di telaah lebih cermat.
Kecenderuangan kegiatan opini
Pokok dasar pikiran kita tentang komunikasi politik ialah bahwa orang bertindak
terhadap objek berdasarkan makna objek itu bagi dirinya. Akan tetapi, makna sebuah
objek, demikian telah kita katakana, apakah objek itu manusia, tempat, peristiwa,
gagasan, atau kata, tidak tetap dan tidak statis. Orang terus menerus menyusun makna
sebagai objek dengan menangani objek-objek itu. Singkatnya orang berprilaku terhadap
objek dengan memberikan makna kepadanya, makana yang pada gilirannya diturunkan
dari prilakunya sebagai individu. Melalui kegiatan komunikasi memberi dan menerima di
antara makna dan tindakan ini orang memperoleh kecenderungan tertentu.
Miller, Balanter, dan Pribam menguraikan hubungan anatara kecenderungan dan
kegiatan dengan cara yang akan membantu kita memahami bagian peran yang dimainkan
oleh kecenderungan dalam kegiatan mengungkapan kepercayaan, nilai, dan pengharapan
personal. Kegiatan adalah karakteristik intrinsic setiap organisme, termasuk manusia.
Kegiatan terdiri dari tiga tahap pokok citra, rencana, dan oprasi.
Citra personal tentang politik
Pikiran, perasaan, dan kesudian subjektif yang menyusun citra orang tentang
politik itu berguna, dan juga memuaskan bagi orang itu. Gunanya paling sedikit tiga:
pertama, betapapun benar atau kelirunya, lengkap atau tidak lengkapnya pengetahuan
orang tentang politik, hal itu memberi jalan kepadanya untuk memahami peristiwa politik
tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidak sukaan umum pada citra seseorang tentang pilotik
menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Orang yang lebih menyukai tidak
meminum minuman beralkohol atau menggunakan obat bius bias juga menjadi
menentang undang-undang yang mengesahkan penjualan minuman keras atau mariyuana.
Ketiga, citra diri seseorang memberikan cara menghubungakan dirinya dengan orang
lain.
Dengan demikian, citra seseorang membantu dalam pemahaman, penilaiaan, daan
pengidentifikasian peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik. Orang juga
mempunyai kebutuhan untuk bertindak. Abraham maslow berteori bahwa orang
mempunyai hierarki kebutuhan; jika ia memenuhi kebutuhan suatu tingkat, muncullah
tingkat kebutuhan orang lain. Bagi maslow, hierarki itu terdiri atas lima tingkatan
kebutuhan manusia diantaranya:
1. fisiologis: makanan, pakaian, udara, air, keturunan, dsb.
2. keamanan dan keterjaminan: jaminan kesejahteraan, perlindungan terhadap
serangan, dsb.
3. cinta dan kebersamaan: afeksi, kebersamaan dengan orang lain, dsb
4. penghargaan: merasa diri berharga dan mampu.
5. aktualisasi diri: rasa pemenuhan diri, control atas lingkungan dan nasib sendiri,
dan kemampuan mencapai sesuatu yang diharapkan.

INTERPRETASI PERSONAL TENTANG POLITIK


Dengan interpretasi, individu memperhitungkan segala sesuatu, menyusunnya, dan
menanggapi yang paling menonjol. Riset menunjukkan sejumlah hal yang secara rutin
diperhitungkan orang dalam merumuskan opini politik pribadi mereka dan
mengumumkannya. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan dalam perumusan opini
public:
1. keadaan internal
2. karakteristik demogratif
3. karakteristik social
4. pertimbangan resmi/formal
5. prefereens partisan
6. komunikasi
7. objek politik
8. setting politik
9. pilihan
penyusunan opini publik
opini pribadi terdiri atas kegiatan verbal dan nonverbal yang menyajikan citra dan
interpretasi individual tentang objek tertentu di dalam setting, biasanya dalam bentuk isu,
yang diperhitungkan orang. Agar opini public dapat tersusun, opini pribadi harus dimiliki
bersama secara luas melalui kegiatan kolektif dengan lebih banyak orang ketimbang yang
menjadi pihak pencetus perselisihan atau masalah yang menyebabkan munculnya isu.
Penyusunan opini public dari opini pribadi ini melibatkan saling pengaruh diantara proses
personal, sosial, dan politik.

TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN OPINI


Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan atau
pembantahan yang memiliki potensi untuk berkebang menjadi isu yang akan menangkap
perhatian banyak orang. Seperti yang ditunjukkan oleh Davidson, perkembangan
pertikaian demikian sangat mirip dengan perkembangan biji: dari ribuan yang ditebarkan
di tanah, ada yang jatuh pada batu dan tidak dapat bertunas, yang lain berakar tetapi mati
karena tanahnya tidak cukup dalam, atau tertutup oleh biji yang tumbuh lebih cepat, dan
hanya sedikit yang jatuh ditempat yang keadaannya mendukung pertumbuhan dan
perbanyakan. Demikian juga sebenarnya setiap orang mempunyai keluhan, harapan, dan
cita-cita, banyak yang menimbulkan pertikaiaan, akan tetapi, seperti yang dikemukakan
oleh Davidson, kebanyakan keluhan itu isu lenyapdalam gerutu atau dalam percakapan
sambil lalu: “suatu isu mulai berakar hanya jika dikomunikasikan dari satju orang ke
orang kedua, yang kemudian dilanjutkan dalam percakapan sendiri”. Kebanyakan isu
yang potensial tidak pernah menjadi suatu yang diperhitungkan oleh banyak orang; hanya
sedikit yang mampu bertahan sebagai dasar bagi opini publik.
Pola opini publik
Filosofi yunani, aristoteles, menguraikan secara rinci salah satu cara yang paling
tua dan masih tetap merupakan salah satu dari yang paling berguna untuk
mengklasifikasikan tipe-tipe pemerintah. Polanya menggunakan criteria kuantitatif
maupun kualitatif. Menurut banyaknya orang ayang mengambil bagian dalam
pemerintah, aristoteles membagi pemerintahan ke dalam yang satu, yang sedikit, dan
yang banyak”. Ketiga kelas ini masing-masing memiliki dua variasi yang menyangkut
sifatnya dalam memerintah, pada hakikatnya apakah rezim itu memerintah untuk
kepentingan penguasa atau untuk kepentingan seluruh komunitas. Jadi, pemerintahan
yang satu bias merupakan tirani (untuk kepentingan penguasa). Demikian pula
pemerintahan yang sedikit bias oligarki atau aristrokasi, dan pemerintahan yang banyak
bias demokrasi atau politik. Criteria kuantitatif aristoteles menyajikan cara yang mudah
untuk mengklasifikasikan ketiga konstruksi kolektif dari kepercayaan, nilai, dan
pengharapan personal yang kita sebut opini public. Dengan mengikuti pola demikian, kita
memberi label ungkapan massa dengan opini yang satu, ungkapan kelompok dengan
opini yang banyak.
konsekuensi komunikasi untuk sosialisasi
Orang tidak dilahirkan kepercayaan, nilai dan penghargaan politik. Namun,
mereka menyusunnya secara sinambung jika dihadapkan pada rangsangan politik. Salah
satu tingkat dalam tahap penyusunan personal ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat
dipelajari orang melalui komunikasi politik.

KEPRIBADIAN POLITIK
Di antara para peneliti politik terdapat aliran yang berargumentasi bahwa jika
seseorang telah memiliki kepribadian, terdapat kemungkinan yang besar bahwa
kepribadian itu akan memproyeksikan pada objek politik; dengan demikian dapat
mewarnai persepsi politiknya dan menentukan prilaku politiknya. Harold lasswell
mengajukan variasi dari tema ini dengan menurunkan rumus yang disebutnya “manusia
politik”:p}d}r}= P. bila diterjemahkan rumus ini mengatakan bahwa motif pribadi (p)
ditransformasikan (1) dan dipindah tempatkan (d) ke dalam gelanggang public, kemudian
dirasionalkan (r) menurut kepentingan public dan atau nilai komunitas yang diterima
secara luas. Bukanlah maksud kita megiakan atau menyangkal kesohihan persepektif
seperti itu di sini.

DIRI POLITIK
Kita mengambil pandangan bahwa kepribadian adalah totalitas prilaku individu
yang terwujud dalam kecenderungan yang berulang dan berpola pada seluruh variasi
situasi dan mengenai berbagai objek tindakan orang sehari-hari ialah diri sendiri. Tidak
berbeda dengan tindakan terhadap orang lain, orang bisa menghargai dan mendorong diri
sendiri atau merasa jijik, menyalahkan, dan menghukumdiri sendiri. Dengan
memperlakukan diri sendiri sebagai objek, orang merumuskan jawaban bagi pertanyaan
seperti “ siapakah saya?” (mengembangkan konsep diri, “ingin menjadi siapa saya?” diri
ideal). Banyak orang yang memperoleh diri politik, yakni bagian dari diri yang terdiri
dari “paket orientasi individual mengenai politik… sosialisasi politik menghasilkan diri
politik”.

KOMUNIKASI POLITIK DAN BELAJAR POLITIK:


SUMBER, SALURAN, DAN PESAN
Bila telah berkembang, diri politik membantu berhubungan dengan politik dengan
tiga cara: (1) mengungkapkan identitas personal sebagai warga negara yang sesuai atau
berbeda pendapatnya, anggota kelompok dan atau partai politik, sebagai pemimpin,
pengikut, atau bukan pengikut, dan sebagainya. (2) mengevaluasi objek politik, menerima
atau menolak pemimpin politik, kelompok, partai, kebijakan, dan autoritas. (3)
memahami bahwa mencapai tujuan nyata dengan cara instrumental dengan
mempengaruhi pemerintah adalah yang terbaik. Ketiga fungsi diri politik ini
mengungkapkan, mempertimbangkan, dan menolong sama dengan cara orang
menggunakan lambang dalam politik. Sebenanya, belajar diri politik sebagian besar
merupakan masalah menyesuaikan diri dengan lambang signifikan dari organisasi politik
(dengan kata lain, lambang yang signifikan dalam pengertian mead tentang penyampaian
makna yang sama bagi semua pihak dalam komunikasi) dan dapat menggunakannya
dengan efektif. Maka, memperoleh isi dari politik terdiri dari pemungutan dan
pemodifikasian lambang signifikan untuk meningkatkan prilaku yang mengungkapkan,
mempertimbangkan, dan menolong. Isi itu di turunkan dari partisipasi seseorang dalam
komunokasi interpersonal, organisasi, dan massa.

KOMUNIKATOR POLITIK SEBAGAI PARTISIPAN POLITIK


Dalam menguraikan tipe-tipe orang, politikus, profesional, dan aktivis, yang
memainkan peran kepemimpinan dalam komunikasi politik. Politikus baik representatif
maupun idiologi, berkomunikasi untuk kepentingan para pemilih atau untuk kepentingan
tujuan. Juru bicara kelompok terorganisasi dan pemuka pendapat memainkan peran yang
jauh lebih aktif dalam komunikasi politik dibandingkan dengan warga negara pada
umumnya.
James Rosenau, meminta kita memperhatikan dua perangkat yang utama warga
negara yang merupakan khalayak dari partisipan dalam komunikasi politik. Yang
pertama terdiri atas orang-orang yang sangat memperhatikan politik, tidak selama tahun-
tahun pemilihan umum, tetapi juga diantara pemilihan umum yang satu dan pemilihan
umum berikutnya. Para pengamat politik ini berlaku sebagai halayak tak terorganisasi
bagi imbawan bagi para pemimpin politik; mereka memirsa berita yang di televisikan,
membaca surat kabar, mengikuti ceramah, mengajukan pertanyaan tentang pemimpin,
berbicara tentang politi dengan kawan dan kenalan, menulis surat dan membaca buku.

BAGAIMANA PARTISIPAN MENANGGAPI KOMUNIKASI POLITIK


Peringatan sigel bahwa kepribadian itu hanya sebagian dari keterangan tentang
mengapa orang terlibat dalam politik, juga berlaku bagi faktor hukum dan faktor sosial.
Pesan tentang politik dibawa melalui komunikasi politik ke dalammatriks peluang resmi
yang di persepsikan, sumber daya sosial, dan motivasi sosial yang merupakan dunia
seseorang. Pesan itu berisi informasi tentang pilihan yang tersedia. Pilihan mana yang
diperhitungkan oleh mereka yakni, yang ditanggapi dan bukan yang diberi reaksi,
menyebabkan perbedaan dan kegiatan politik mereka.
Jenis komunikasi
Dalam rumus berelson, “jenis komunikasi” mengacu pada saluran komunikasi
(interpersonal, organisasi, atau massa) maupun pada isi komunikasi. Mengenai saluran,
riset yang diselenggarakan setelah perang dunia II menekankan bahwa “semakin personal
media itu, semakin efektif mengubah opini’. Karena orang percaya pada yang informal
personal, ingin sesuai dengan opini rekan dekat dan anggota kelompok yang menjadi
favorit, atau semata-mata merasa lebih aman memperhatikan media informal daripada
media formal, riset menyingkapkan bahwa mereka lebih tanggap terhadap “pemuka
pendapat” personal dalam komunikasi “arus dua langkah” (two-step-flow) dari pada
olangsung terhadap media massa.

MEMPENGARUHI PEMBERIAN SUARA:


konsekuensi Komunikasi Pemilihan Umum
kampanye pemilihan umum menyajikan peluang yang sangat baik untuk meneliti
konsekuensi komunikasi. Berkaitan dengan pemberian suara dan tindakan memberikan
suara ialah upaya untuk mempersuasi rakyat melalui propaganda, perikalanan, dan
retorika yang diuraikan. Pada karakter pemberian suara sebagai konstruksi sosial dan
personal yang aktif dari opini politik, dan kedua cara pilihan memperhitungkan
komunikasi kampanye dalam membentuk prilaku mereka.
Kampanye, Komunikasi, Dan Pemberian Suara
Memberikan suara adalah salah satu tindakan terakhir dalam kampanye pemilihan
umum, suatu rangkaian pertukaran yang panjang dan kadang-kadang memanas yang
membentuk proses komunikasi. Untuk memahami ciri dasar kampanye politik sebagai
proses komunikasi ada baiknya kita menunjau kembali secara singkat dan perspektif
dasar kita tentang kegiatan manusia. Ingat bahwa prilaku sosial adalah s uatu komplek
interaksi. Interaksi ini ada dua jenis, yaitu yang non simbolik dan yang simbolik.
Interaksi nonsimbolik jika orang menanggapi objek, termasuk prilaku orang lain, secara
langsung tanpa menginterpretasikan rangsangannya. Sebaliknya, interaksi simbolik
diturunkan dari orang yang menginterpretasikan objek dan tindakan. Prilaku nonsimbolik
menyangkut tanggapan langsung terhadap objek, prilaku simbolik terhadap makna objek.
Konsekuensi komunikasi kebijakan
Pertanyaan pokok dalam menutup setiap diskusi tentang komunikasi politik dan
opini publik adalah tingkat dan kondisi keterkaitan yang erat di antara apa yang
dipikirkan oleh rakyat dan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Ini adalah topik yang
diacu oleh beberapa penulis sebagai “pemerintah oleh opini publik” atau “proses
kebijakan opini” sejak semula kita menegaskan, seperti yang dikemukakan oleh V.O.key,
Jr. Subjek itu paling baik didekati dalam kompleksitasnya, bukan dalam
kesederhanaannya: “kita harus membuang konsepsi simplistik seperti anggapan bahwa
dengan suatu cara opini publik memancara dari masa manusia dan menghasilkan garis
pedoman bagi tindakan pemerintah. Terjjadilah interaksi yang kompleks, dengan
pemerintah (dan juga pusat-pusat pengaruh yang lain) mempengaruhi bentuk dan isi opini
dan pada gilirannya, opini publik bisa mengondisikan cara, isi, dan penentuan waktu
tindakan publik”.
BERKOMUNIKASI TENTANG KEBIJAKAN
Dalam karya klasik tentang teori dan praktik pemerintah konstitusional yang
diterbitkan lebih dari empat dasa warsa yang lalu, Carl J. Friedrich mendefinisikan
perwakilan ( representation) sebagi berikut : proses yang menjelaskan bagai mana
kekuasaan politik dan pengaruh seluruh rakyat atau sebagian dari mereka terhadap
tindakan pemerintah dengan persetujuan mereka yang dinyatakan atau disiratkan,
dilaksanakan untuk kepentingan mereka kesejumlah kecil dari mereka dengan akibat
yang mengikat seluruh komunitas yang diwakili oleh mereka dengan cara itu. Pandangan
ini menunjukan bahwa perwakilan itu memerlukan alat iuntuk menyampaikan
persetujuan untuk menyatakan atau disiratkan itu kepada sejumlah pejabat yang lebih
kecil yang bertindak untuk kepentingan komunitas. Dan jika keputusan pejabat itu harus
mengikat setiap orang, maka harus ada alat untuk memberi informasi kkepada rakyat
tentang isi keputusan itu.
Ringkasnya, perwaklilan terjadi bila garis-garis komunikasi menghubungkan
publik dengan pembuat kebijakan dalam pembuatan kebijakan, garis yang menyalurkan
preprensi kebijakan, keputusan, dan penerimaan atau penolakan. Akan tetapi, kita ingat
dari bagian ke tiga bahwa sekurang-kurangnya ada tiga wajah opini publik: (1) ungkapan
populer dari banyak warga negara, (2) ungkapan simbolik dari massa atau dari warga
negara, (3) ungkapan terorganisasi atau tak terorganisasi dari sejumlah kecil kepentingan
khusus. Dari ketiga modus mengungkapkan opini ini banyak opini yang disebut, tetapi
hanya sedikit (dan kadang-kadang hanya satu) yang dipilih dalam pembuatan kebijakan.
Apa yang disebut jumlah yang kecil oleh Friedrich dalam proses perwakilan ini adalah
pelaksanaan memilih oleh pembuat kebijakan ; mereka bisa jadi memperhitungkan
keseluruhan warga negara atau hanya sebagian dari mereka. Dari luar sumber-sumber
opini publik yang diperhitungkan oleh mereka, apakah banyak, satu, atau sedikit,
pembuat keputusan juga menginterpretasikan dan menetapkan isi opini. Yang khas ialah
mereka menggap bahwa opini tentang masalah yang berhubungan daengan kebijakan
sebagai mendukung atau memveto, secara tersirat atau dengan tegas menyetujui atau
menolak, kegiatan mereka sebagai wakil.

PEMBUAT KEBIJAKAN: KONFERGENSI SELEKTIF, KONTROL SOSIAL,


ATAU NEGOSIASI
Salah satu diantara orang yang bebas bertindak sebagai perseorangan memilih
arah tindakan dari berbagi jenis pilihan; jika pilihan diri ini berkonfegensi, hasilnya
adalah tatanan social. Pendirian yang kedua berargumentasi bahwa pemimpin politik
menyusun tatanan dengan menggunakan mekanisme control social seperti organisasi
keagamaan, pemerintah, sanksi ekonomi, kekuatan, dan propaganda agar anggota
kelompok sesuai dengan garis tindakan yang identik.

SUMBER OPINI PUBLIK BAGI PEJABAT


dalam menaksir perasaan rakyat, suasana hati masa, dan tungtutan kepentingan
khusus, pembuat kebijakan mengandalkan berbagai sumber. Dua susunan kelembagaan
utama, yang satu sangat tua dan yang lain relatif baru, menunjukan trend dalam
kepercayaan, nilai, dan mengharap pengharapan rakyat tehadap pejabat pemerintah:
pemilihan umum dan polls. Ketika berkampanye dalam pemilihan pendahuluan
kepresidenan pada tahun 1960an dan 1970an George Wallace mendesak para pemberi
suara utnuk mendukung pencalonannya sebagai cara mengomunikasikan kekecewaan
terhadap pejabat pederalmengenai berbagai kebijakan.
Ada tiga teori umum tentang peran komunikasi dalam pemilihan umum. Yang
pertama ialah: teri kehendak rakyat. Teori ini beragumentasi bahwa pemilihan umum
mempunyai dimensi instrumental yang penting, ya’ni menyajikan kepada para pemberi
suara alat alternatif untuk mencapai tujuan yang telah disepakati didalam kerangka
peraturan yang telah diterima. Teori yang kedua menekankan bahwa penelitian umum
menyajikan mekanisme kontrol rakyat. Fokus pandangan inii lebih evaluatif ketimbang
instrumental, lebih efektif ketimbang kognitif. Pemberi suara bukan memilih kandidat
dan atau partai untuk mengajukan tujuan yang kentara dan tertentu, melainkan memilih
siapa yang akan memerintah selama periode tertentu yang terbatas teori control rakyat
menekankan bahwa pemberian suara yang berorentasikan partai. Teori yang ketiga
adalah teori dukungan rakyat. Dalam teori kehendak rakyat, pemilihan umum
mengkomunikasikan kebijakan atau mandat; dalam pandangan control rakyat, mereka
mengkomunikasikan persetujuan atau penolakan terhadap pemegang pemerintahan.
Dalam gagasan dukungan rakyat, fungsi pemilihan umum ialah megkomunikasikan
kesetiaan dan kepatuhan kepada komunitas, rezim, dan prosedur politik. Fokusnya
expresif, bukan instrumental atau evaluatif, katetik (chatetic) bukan kognitif atau efektif.
Pandangan dukungan rakyat menekankan peran propaganda, periklanan, dan
retorika kampanye dalam meningkatkan partisipasi dengan suatu ritual yang mendukung
lembaga politik yang memerintah tetapi memiliki pengaruh yang relative kecil terhadap
pembentukan kebijakan, pengalokasian keuntungan dan kerugian material, dan
pemilihan pemerintah. Fungsi pemilihan umum ialah psikologis, tujuannya ialah
menyodorkan drama yang spektakuler, actor-aktor yang menarik dan alat untuk
menghaluskan kecenderungan kearah kekerasan terorganisasi untuk mengubah statusquo.

KARAKTER PROBLEMATIK DARI HUBUNGAN OPINI PUBLIK


Tidak ada persetujuan satu-sama-satu di antara apa yang dikira orang dan apa
yang dil lakukan pemerintah, dan karena alasan yang disinggung dalam ringkasan ini.
Tampaknya tidak mungkin akan ada, baik pada masa sekarang maupun jauh di masa
depan. Dalam politik, opini terutama di turunkan dari tindakan memperhitungkan pesan
persuasif dari komunokator yang bertindak dalam peran sebagai pemimpin politik.
Apakah dinyatakan atau tidak, opini menggambarkan secara tepat segala jenis
kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang di miliki orang tentang masalah publik yang
karena itu mula-kula bergantung pada tiga faktor: (1) apa pesan yang di kemukakan oleh
pemimpin politik ke gelanggang wacana publik, baik mengenai pokok masalah yang di
tempatkan oleh pemimpin daalam agenda publik maupun bahasa dan gaya bicara yang di
gunakan oleh mereka untuk menempatkan pokok masalah itu di sana. (2) bagaimana
orang memperhitungkan pesan itu, mempersepsi, menginterpretasikan, dan menyusun
citra yang berarti tentang pesan itu. Singkatnya, konstruksi personal opini publik sangat
selektif, tidak mewakili segala macam pernyataan opini rakyat ataupun pernyataan opini
tentang politik.

RESUME
KOMUNIKASI POLITIK
Khalayak Dan Efek
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Komunikasi Politik

Disusun oleh:
Andri Armansyah
205 204 824
Kelas A

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI KONS. JURNALISTIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG 2007

You might also like