You are on page 1of 67

LAPORAN PRAKTIKUM

SELEKSI IKAN

Bidang Peminatan:

Budidaya Perairan

Disusun Oleh :

1. Firyomanto K4100970

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA 4


MANAJEMEN AGROINDUSTRI
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN ( PPPPTK ) PERTANIAN
Kerjasama Dengan
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
KATA PENGENTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak nya pula
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini,penulis banyak sekali memperoleh bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya laporan ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terimaksih kepada:
1. Ibu Ir. Gusrina, M.Si
2. Pembimbing praktikum
Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi pembaca khususnya, tetapi juga
khusus umum. Selain itu segala saran dan kritik positif sangat diharapkan sebagai langkah
perbaikan dikemudian hari. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, karena semua kesalahan
berasal dari penyusun, dan semua kebenaran berasal dari Allah SWT.

Cianjur,19 November 2010

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dalam pembudidayaan nila merupakan sisi positif yang sangat diharapkan

terutama berkenaan dengan program pemuliabiakan. Namun tentu saja perkembangan tersebut

perlu disikapi secara arif dan antisipatif. Hal ini tidak lain karena secara genetik, ikan nila yang

berkembang di Indonesia relatif cepat mengalami penurunan. Yang mudah diamati adalah

penampakan secara kuantitatif dari karakter pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, tingkat

kelangsungan hidup, benuk tubuh dan abnormalitas atau secara kualitatif dari karakter warna

tubuh. Diungkapkan oleh Pepen Efendi, pembenih di kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa

pada tahun 1996‐1997 dengan penebaran larva nila GIFT sebanyak 1 liter (± 40.000 ekor)

selama 60 hari memperoleh hasil sebanyak 80‐100 kg fingerling. Sedangkan saat ini dengan pola

pemeliharaan yang sama, hasil yang diperoleh hanya 25‐30 kg. Namun demikian, data hasil

pendederan larva hasil pemijahan induk dari BBAT Sukabumi yang didederkan di lahan petani

Ciandam, Sukaraja menunjukkan bahwa dari satu liter larva mampu menghasilkan benih sangkal

(umur 60 hari) sebanyak 120 kg dan 160 kg. Penurunan kualitas genetik yang terjadi di beberapa

petani dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya (1) kualitas induk awal, (2) silang dalam,

(3) seleksi induk yang salah, (4) jumlah induk yang terbatas dan atau (5) induk yang digunakan

merupakan ikan inbreeding sehingga pengetahuan akan fluktuasi asimetri organ berpasangan

maka kita kan dapat mengetahui apakah ikan mengalami depresi inbreeding atau tidak.

B. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Agar mahasiwa dapat menghitung fluktuasi asimetri organ berpasangan.


2. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan program seleksi ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Ikan Nila

Ikan nila betina dari


Lumajang, Jawa Timur
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteichtyes
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Nama binomial
Oreochromis niloticus
Linnaeus, 1758
BAB III

METODOLOGI

A. ALAT
 Timbangan digital
 Alat bedah
 Penggaris
 Baskom
 Ember
 Seser
 Peralatan tulis
B. BAHAN
 Ikan nila hitam ( 30 ekor ) air tawar
C. LANGKAH KERJA
1. Siapakan segala peraltan dan bahan yang akan digunakan

2. Lakukan perhitungan karakter meristik yang meilputi : jumlah jari-jari sirip

punggung, jumlah sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor untuk setiap ekor

ikan.

3. Kemudian catat semua data yang diperoleh, dan lanjutkan kembali dengan

melakukan perhitungan asimetri organ berpasangan dengan membandingkan

jumlah sirip sebelah kanan dengan jumlah sirip sebelah kiri.

4. Selanjutnya bedah ikan, kemudian tentukan jenis kelamin dan hitung jumlah tapis

insang, vertebrate, jumlah tulang rusuk.

5. Kemudian hitung nilai fluktuasi asimetri organ berpasangan menggunakan

metode hitung serta rumus yang telah di tentukan, dan analisa dan identifikasi

kembali jenis ikan nila.


D. ANALISA DATA

Analisa fluktuasi bilangan (Number) yaitu jumlah individu asimetri yang diketemukan
dalam pengamatan dibagi dengan banyaknya sampel yang diamati. Rumusnya yaitu :

FAn = ∑ Z / n
Keterangan :
FAn     = Fluktuasi asimetri bilangan (number)
Z         = Jumlah individu asimetri untuk ciri meristik tertentu.
n         = Jumlah seluruh sampel yang diamati

Fluktuasi asimetri bilangan besaran (Magnitude) yaitu nilai yang didapat dari jumlah
selisih karakter yang diamati pada sebelah pada sebelah kiri dan kanan dibagi dengan total
jumlah sampel yang diamati. Rumusnya yaitu :
 F Am = ∑(L - R / n)
Keterangan :
FAm  = Fluktuasi asimetri besaran (magnitude)
L       = Jumlah karakter sisi kiri
R       = Jumlah karakter sisi kanan
n       = Jumlah seluruh sampel yang diamati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASL
SIRIP DADA
LINEA LATERALIS
TULANG RUSUK

IKAN KANAN KIRI


KANAN KIRI KIRI KANAN

LEMBUT LEMBUT KANAN KIRI ATAS ATAS BAWAH BAWAH

FAm1 FAm
12 12 FAm 14 FAm14 31 FAn linear
31 FAn23linear Fan
23 sirip Fan
sirip Linear linear tulang lateralis laterakis dada Tulang
dada 2 12
Lateralis 12 14
lateralis 14
rusuk 24 (atas) 24 (bawah)
20   20 rusuk
(atas) (bawah)
3 11 12 14 14 23 24 12 14
0,13 -0,3 0,06 -0,53 0,5 0,53 0,43 0,33
4 11 12 14 13 23 23 14 14

5 14 13 14 14 24 21 14 14

6 13 13 14 14 23 21 13 12

7 13 12 14 14 23 21 18 14

8 12 12 14 14 24 21 19 13

9 12 12 14 14 23 21 14 19

10 12 12 14 13 21 24 18 18

11 12 12 14 12 21 25 14 14

12 12 12 14 14 25 25 12 12

13 13 12 14 11 21 21 14 14

14 12 12 14 14 22 22 16 16

15 11 11 14 14 24 24 16 13

16 12 13 14 14 23 21 14 14

17 13 12 14 13 19 19 13 18

18 12 12 14 14 22 22 14 13

19 13 14 14 14 23 19 14 13

20 13 12 14 12 26 26 15 19

21 13 13 14 14 22 26 14 18

22 12 13 14 14 22 22 11 11

23 13 13 14 14 22 22 15 14

24 12 13 14 12 22 21 14 12

25 12 12 14 14 24 23 14 12

26 12 12 14 14 24 23 15 14

27 12 13 14 14 24 23 12 12

28 12 13 14 13 23 23 17 17

29 12 12 14 13 23 24 17 17
 F Am = ∑(L - R / n)

FAn = ∑ Z/n

B. PEMBAHASAN

Menurut Van Valen (1962) bahwa adanya perbedaan fenotip pada individu untuk sifat
meristik yang bilateral dapat menunjukan fluktuasi asimetri, yaitu adanya perbedaan antara
karakter sisi kiri dan sisi kanan yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol
sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal serta
fluktuasi asimetri merupakan indikator untuk mengetahui adanya silang dalam (inbreeding).
Dengan mengetahui adanya fluktuasi asimetri maka akan mudah untuk menentukan apakah ikan
dalam suatu generasi mengalami pertumbuhan yang normal atau tidak. Sebenarnya jika nilai
fluktuasi asimertri tidak terlalu besar maka masih bisa disebut normal.

Adanya perbedaan fenotip pada individu untuk sifat meristik yang bilateral dapat
menunjukan fluktuasi asimetri, yaitu adanya perbedaan antara karakter sisi kiri dan sisi kanan
yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari ketidakmampuan
individu untuk berkembang secara tepat dan normal serta fluktuasi asimetri merupakan indikator
untuk mengetahui adanya silang dalam atau inbreding, Van Valen . Fluktuasi asimetri ini
merupakan perubahan organ atau bagian tubuh sebelah kiri dan kanan yang menyebar normal
dengan rataan mendekati nol. Selain itu individu yang mengalami tekanan silang dalam
mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang rendah, silang dalam memberikan
dampak negatif dalam budi daya ikan.
Silang dalam merupakan perkawinan bersama individu-individu yang sekerabat, sehingga
menyebabkan munculnya gen-gen resesif yang merugikan, yang sebelumnya tertutupi oleh alel-
alel dominan pada heterozigot. Silang dalam dapat menyebabkan depresi inbreeding yang
berakibat pada menurunnya kesuburan, vigour dan kesehatan ikan yang pada gilirannya
menyebabkan penurunan morfologi akibat dari meningkatnya frekuensi homozigot untuk alel
resesif. Fenomena ini dicirikan dengan stabilitas perkembangan yang rendah dan ditandai dengan
meningkatnya individu yang abnormal. Hal ini ditandai dengan perbedaan bentuk, ukuran,
jumlah dan ciri-ciri morfologi yang lain pada organ yang berpasangan .
Inbreeding terjadi akibat perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu
berasal dari jantan dan betina yang sama induknya dan pada varietas yang sama. Inbreeding akan
menghasilkan individu yang homozigositas. Kehomozigotan ini akan melemahkan individu-
individunya terhadap perubahan lingkungan. Homozigositas ini berarti hanya ada satu tipe alel
untuk satu atau lebih lokus. Selain itu silang dalam akan menyebabkan penurunan kelangsungan
hidup telur dan larva, peningkatan frekuensi ketidaknormalan bentuk dan penurunan laju
pertumbuhan ikan. Silang dalam menyebabkan heterozigositas ikan berkurang dan keragaman
genetik menjadi rendah .
Stabilitas perkembangan yang rendah pada ikan akibat telah mengalami tekanan silang
dalam yang ditunjukkan dengan tingginya nilai fluktuasi asimetri dan adanya individu yang tidak
tumbuh sirip dada dan sirip perut pada kedua sisinya atau abnormal, Nurhidayat . Penulis Leary
et al menjelaskan, individu yang homozigot kurang mampu mengimbangi keragaman
lingkungan dan memproduksi energi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Dengan mengetahui adanya fluktuasi asimetri maka akan mudah untuk menentukan
apakah ikan dalam suatu generasi mengalami pertumbuhan yang normal atau tidak. Sebenarnya
jika nilai fluktuasi asimertri tidak terlalu besar maka masih bisa disebut normal. Rendahnya
variasi genetik akan berakibat negatif terhadap sifat-sifat penting dalam budidaya ikan antara lain
menurunnya tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keragaman ukuran. Selanjutnya
rendahnya variasi genetik dapat mengurangi kemampuan ikan untuk beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan..Selain itu berhubungan dengan terjadinya silang dalam yang dapat
meningkatkan homozigositas. Secara umum homozigositas menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berkembang secara normal

BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari hasil yang disajikan pada data tebal di atas maka dapat disimpulkan bahwa ikan nila
mengalmi depresi inbreeding yang tinggi ini diketahu dengan perhitungan Fan dan Fam pada
benih ikan nila sampel sebanyak 30 ekor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunarno, M.T.D. 2001. Strategi Pemeliharaan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) Dalam
Keramba Mini Di Danau Teluk Jambi. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. 7 (3). 2-9.
2. Sucipto, A. 2005. Broodstock Management Ikan Mas dan Nila. Makalah. Balai Budidaya
Air Tawar Sukabumi. 1-13.
3. Ariyanto, D. dan Imron, 2002. Keragaman Truss Morfometri Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Strain 69, Gift G-3, dan Gift G-6. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Sukamandi.  8 (5). 11-18.
4. Ditjenkan, 2004. Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni). Available from: URL:
http://www.google.com. Accessed Februari 25, 2010.
5. Departemen Pertanian. 1992. Teknologi Pembenihan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni)
Secara Terkontrol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 1-11 h.
6. Aria, P. 2008. Fluktuasi Asimetri. Available from: URL: http://www.
maswira.wordpress.com/2008/11/ 29/fluktuasi-asimetri/. Accessed Februari 25, 2010.
7. Jatilaksono, M. 2007. Fluktuasi Asimetri. Available from: URL:
http://www.jlcome.blogspot.com/2007/04/fluktuasi-asimetri.html. Accessed Februari 25,
2010.
8. Widiyati, A. Dan Sumantadinata, K. 2004. Fluktuasi Asimetri Ikan Nila 69 (Oreochromis
niloticus) dari Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan Ikan Nila Gift dari Sukamandi,
Jatiluhur dan Sukabumi. Balai Riset Perikanan Budidaya Air tawar Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogir. Bogor.
9. Widiyati, A., Subandriyo., Sumantadinata, K., Hadie, W. Dan Nugroho, E. 2004.
Keragaman Morfologi dan Fluktuasi Asimetri Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari
Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan beberapa Sentra Produksi di Jawa Barat. . Balai
Riset Perikanan Budidaya Air tawar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogir. Bogor.
10. Scribd.com. 2009. Perkembangbiakan Ikan. Available from: URL:
http://www.scribd.com/ doc/ 13759316/ Perkembangbiakan-Ikan. Accessed Februari 25,
2010.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikan nila mempunyai banyak keunggulan untuk dikembangkan diantaranya adalah sangat
toleran terhadap kualitas air yang relatif kurang baik, kemampuan konversi pakan yang sangat
efisien sehingga pertumbuhannya relatif cepat, dapat dipelihara dengan kepadatan yang relatif
timggi. Disamping keunggulan tersebut, kekurangan dari sifat ikan nila ini adalah sedikitnya
telur yang dihasilkan setiap pemijahan. Masalah ini dapat diatasi dengan dilakukan pemijahan
secara masal. Untuk mendapatkan kualitas telur yang baik, maka dilakukan pemijahan induk
dengan kriteria tertentu. Ikan nila relative sangat mudah untuk dikembangbiakan, tetapi
masyarakat pada umumnya masih melakukan pemijahan, tanpa memperhatikan nilai pemijahan
yang evektif. Pemijahan nila yang evektif ( NE ) bagi ikan-ikan yang dibudidayakan adalah lebih
besar dari 50 pasang. Jika pemijahan dilakukan terhadap ikan-ikan yang NE nya kurang dari 50
pasang maka akan terjadi perkawinan antara individu-individu yang sekerabat ( Inbreeding ).
Dengan terjadinya inbreeding maka daya tahan tubuh ikan terhadap lingkungan sangat rendah.
Saat ini laju pertumbuhan ikan nila yang ada di masyarkat telah mengalami penurunun.
Penurunan pertumbuhan dapat diakibatkan karena telah terjadinya perkawinan antara individu-
individu yang sekerabat. Oleh kerena itu untuk dapat membuktikan apakah populasi benih ikan
nila cianjur telah mengalami depresi inbreeding harus dilakukan uji toleransi salinitas terhadap
ikan-ikan yang dibudidayakan.

B. TUJUAN

Dengan mempelajari toleransi salinitas ikan nila diharapkan dapat membuktikan apakah
telah terjadi perkawinan sekerabat ( inbreeding ) dengan baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Ikan Nila

Ikan nila betina dari Lumajang, Jawa


Timur
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteichtyes
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Nama binomial
Oreochromis niloticus
Linnaeus, 1758

BAB III
METODOLOGI

A. ALAT DAN BAHAN


 Benih likan nila ( 10 ekor )
 Refractro meter
 Akuarium
 Garam dapur
 Selang air
 Pengukur waktu
 Ember
 Spon pembersih
 Timbangan

B. LANGKAH KERJA
 Siapakan alat dan bahan yang dibutuhkan.
 Bersihkan akuarium menggunakan spon pembersih dan bilas dengan air
bersih, kemudian isi akuarium tersebut dengan air sampai ketinggian 30 cm.
 Masukan garam dapur kedalam akuarium secukupnya samapi diperoleh
salinitas air didalam akuarium sebanyak 35 permil.
 Masukan benih ikan nila sebanyak 10 ekor kedalam akuarium dan perhatikan
serta catat waktu pemasukan.
 Amati tingkah laku benih ikan nila tersebut dan catat waktu yang dibutuhkan
oleh ikan tersebut untuk dapat bertahan hidup didalam akuarium, catat waktu
yang dibutuhkan sampai ikan tersebut mati semua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

WAKTU TINGKAH LAKU TINGKAH FISIOLOGIOS


5 Berenang di permukaan air Normal
10 Mengambang ( 6 ekor ) Berlendir
15 Terapung ( 4 ekor ) Berlendir
20 Terapung ( 10 ekor ) Berlendir
Berlendir, berlendir pada mata, pucat, operculum
25 Terapung ( 10 ekor )
merah, pengumpalan kotroran dan lendir pada insang.
Berlendir, berlendir pada mata, pucat, operculum
30 Mati ( 2 ekor )
merah, pengumpalan kotroran dan lendir pada insang.
Berlendir, berlendir pada mata, pucat, operculum
35 Mati ( 2 ekor )
merah, pengumpalan kotroran dan lendir pada insang.
Berlendir, berlendir pada mata, pucat, operculum
40 Mati ( 6 ekor )
merah, pengumpalan kotroran dan lendir pada insang.
Tabel 1: Hasil pengamatan

10

3
2

1
t
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Gambar histogram kematian ikan


B. PEMBAHASAN

Ikan Nila merupakan ikan air tawar yang mempunyai kemampuan cukup tinggi untuk
hidup pada lingkungan yang buruk. Ikan air tawar umumnya stenohalin, derajat toleransi
tergantung pada lamanya hewan tersebut dan lingkungan itu. Ketahanan ikan air tawar selain
dipengaruhi oleh faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh dan kondisi lingkungan
(Passino et al., 1977).
Konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan air yang terdapat dalam
tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi dan dapat mengalami kematian
(Nawangsari, 1988).
Dari hasil praktikum yang dilakukan menunjukan bahwa benih ikan nila hitam telah
mengalami depresi inbreeding, dapat dilihat dari histrogram bahwa ikan mati semua pada menit
ke 40. Dari pengamatan yang dilakukan juga terlihat bahwa ikan mengalami kelainan dalam
aktifitas berenang yaitu kejang-kejang karena ikan nila melakukan perlawanan terhadap
lingkungsn yang tidak sesuai.
Ikan-ikan yang mengalami inbreeding atau silang dalam menurunkan karakteristik
fisiologis yang diwariskan oleh induknya sehingga mudah mengalami stress, tingkat
pertumbuhan menurun, abnormal tubuh lebih sering ditemukan dll. Sehingga pada praktikum
yang dilakukan dapat diamati tingkah laku ikan yang mengalami stres.
Dari praktikum yang dilakukan juga mengamati tingkah fisiologis ikan nila, sebelum ikan mati
dan sesudah ikan mati di temukan lendir pada mata, dan tubuh yang berlebihan, ini dikarenakan
bahwa ikan mensekresi lendir karena stres disebabkan kondisi lingkungan yang jelek.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ikan Nila termasuk hewan stenohaline, bersifat hiperosmotik dan


osmoregulator.Populasi benih ikan nila mengalami depresi inbreeding yang begitu tinggi,
sehingga benih ikan nila tidak dapat bertahan dan hanya mampu bertahan hidup pada menit
ke 40.
DAFTAR PUSTAKA

http://wibowo19.wordpress.com/2009/06/16/osmoregulasi/

http://perikanandanperairan.blogspot.com/2010/08/seleksi-ikan-melalui-toleransi.html
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dalam pembudidayaan ikan merupakan sisi positif yang sangat diharapkan
terutama berkenaan dengan program pemuliabiakan. Namun tentu saja perkembangan tersebut perlu
disikapi secara arif dan antisipatif. Hal ini tidak lain karena secara genetik, ikan yang berkembang di
Indonesia relatif cepat mengalami penurunan. Yang mudah diamati adalah penampakan secara kuantitatif
dari karakter pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, tingkat kelangsungan hidup, benuk tubuh dan
abnormalitas atau secara kualitatif dari karakter warna tubuh. Hibridisasi merupakan program breeding
yang bertujuan untuk mendapatkan benih unggul dan varietas baru, sehingga pemahaman akan program
breeding sangat diperlukan agar hasil profuktifitas dapat ditingkatkan dan dengan mutu yang baik.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan yaitu :
 Mengetahui hasil persilangan ikan mas comet,
 Mengetahui HR, SR, fekunditas, dan mortalitas ikan mas komet,
 Mengetahui nilai mutu kualitas induk ikan mas komet dengan mengetahui nilai
HR,SR,mortalitas,dn fekunditas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan comet

Spesies :Carassius auratus auratus


Family : Cyprinidae
Ordo : Cypriniformes
Class : Actinopterygii
Ikan komet merupakan salah satu strain dari ikan mas koki. Ikan komet dikembangkan di
Amerika sekitar akhir abad ke-19. Nama komet diambil dari nama benda angkasa yaitu komet
Helley. Ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ikan mas
koki. Dengan harga yang murah, ikan komet banyak diminati oleh konsumen ikan hias.
BAB III

METODOLOGI

A. ALAT
 Seser,
 Baskom,
 Aquarium,
 Penggaris,
 Aerasi
B. BAHAN
 Ikan mas komet jantan dan betina.
 Methkin blue,
 Enceng gondok.
C. LANGKAH KERJA
a. Persiapan wadah pemijahan
 Siapkan alat dan bahan yang di gunakan,
 Bersihkan aquarium, dan isi air setinggi 35 cm, endapkan air selama 1 hari.
b. Pemilihan induk
 Induk yang baik untuk dipijahkan telah berumur ±8 bulan,
 Pilih induk yeng berkepala kecil, dengan tubuh bulat, sisik utuh dan tersusun rapi,
jika ikan sedang bergera, ekor dan sirip akan kelihatan tegak,
 Untuk mendapatkan keturunan yang berwarna maka calon induk yang akan
dipijahkan berwarna polos, bunakan induk jantan berwarna putih dan betina
berwarna hitam/hijau lumut/orange atau sebaliknya.
c. Pemijahan
 Rendam enceng gondok dengan larutan methlin blue,
 Pilih induk jantan dan betina ika comet yang siap mijah,
 Amati ciri-ciri fenotipe,
 Pijahkan secara alami di wadah aquarium yang telah di siapkan tadi dengan
perbandingan 2 : 1 ( jantan : betina )
d. Analisis data

HR=
∑ telur−∑ telur busuk ×100
∑ jumlah telur

SR=
∑ larva yang hidup ×100
∑ telur yang mentas

MORTALITAS=
∑ telur yang menetas−∑ larva yang hidup ×100
∑ telur yang menetas
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
 Pemijahan pada tanggal 5,November,2010 jam 10.45.00 pagi
 Bertelur tanggal 6,November,2010, Mijah di perkirakan pada kam 4 dan jam 5
sore,
 Pengangkatan induk jam 8.10. pagi,
 Telur menetas pada tanggal 9,November,2010 dan 10,November,2010
 Telur yang membusuk 31 butir,
 Telur yag menetas 583 butir,
 Larva yang hidup 542 ekor,
 Pemberian pakan pada tanggal 12,November,2010 dengan emulsi telur,dan
artemia,
 Pemindahan larva ke dalam bak yang beton yeng telah ada pakan alami pada
tanggal 20,November,2010
 Kematian larva berjumlah 38 ekor, dan benih 3 ekor.
 Fekunditas 614
 Jumlah ikan warna putih 10 ekor
 Jumlah ikan warna kuning 37 ekor
 Jumlah ikan warna oranye 244 ekor
 Jumlah ikan warana hitam (warna belum keluar) 155 ekor
 Jumlah ikan memiliki dua warna 84 ekor
Suhu pH DO
26 ºc 9,6 -
Table 1 : Parameter kualitas air pemijahan

HR=
∑ telur−∑ telur busuk ×100
∑ telur
614−31
HR= x 100=94 %
614

SR=
∑ larva yang hidup ×100SR= 542 × 100=92 %
∑ telur yang mentas 583

MORTALITAS=
∑ telur yang menetas−∑ larva yang hidup ×100
∑ telur yang menetas
583−542
MORTALITAS= ×100=7 %
583

Fekunditas Hatching rate Mortalitas Survival rate


614 butir 94% 7% 92%
Table 2: Hasil praktikum

a. Persilangan gen Hukum Mendel II  Hukum Segregasi secara Bebas

Bastar Dihibrid

♂ : Warna tubuh putih dan ekor kumpai ( mmKK)


♀ : Warna tubuh orange dan ekor kumpai ( OOKK)
♂ : Warna tubuh orange dan ekor kumpai (OOKK)
OOKK X mmKK
F1: (OmKK)
oranye ekor kumpai
F2 : F1 x F1

OK mK

OK OOKK OmKK
mK OmKK mmKK
Tabel 3: Rancangan Hukum Mendel II  Hukum Segregasi secara Bebas

1
OOKK : Oranye ekor kumpai 1) x542= 135,5
4
2
OmKK : Oranye ekor kumpai (2) x406= 271
4
1
mmKK : putih ekor kumpai (1) x406= 135,5
4
1:2:1

b. Penyimpangan Semu Hukum Mendel II

Kriptomeri

OOKK X mmKK
F1: (OmKK)
Kuning ekor kumpai
F2 : F1 x F1

OK mK

OK OOKK OmKK
mK OmKK mmKK
Tabel 4: Penyimpangan Hukum Mendel II

1
OOKK : Oranye ekor kumpai (1) x542= 135,5
4
2
OmKK : Kuning ekor kumpai (2) x542= 271
4
1
mmKK : Putih ekor kumpai (1) x542= 135,5
4
1:2:1

B. PEMBAHASAN

Hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat diaplikasikan pada ikan, udang,
kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari program ini dapat menghasilkan individu-
individu yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru
(Rustidja, 2005). Hibridisasi akan mudah dilakukan apabila dapat dilakukan reproduksi buatan
seperti halnya ikan mas dan ikan nila, dimana dapat dilakukan striping telur dan sperma. Selain
itu ada defenisi lain dari hibridisasi yang sebenarnya tidak jauh berbeda.
Hibridisasi adalah perkawinan antara spesies yang berbeda. Hibridisasi atau persilangan
merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk
menghasilkan keturunan yang memiliki sifat unggul. Berdasarkan hal tersebut para ahli genetika
perikanan membagai hibridisasi ke dalam dua macam yaitu :
1. Interspecifik hibridisasi yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda.
2. Intraspecipik hibridisasi yaitu perkawinan dalam satu species.
Hasil dari beberapa jenis ikan yang dilakukan persilangan biasanya paling mudah
memperhatikan karakter fenotipe kualitatif misalnya :
1. Warna tubuh, dimana dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai warna antara
lain : Ikan warna tubuh Albino disilangkan dengan ikan berpigmen normal Ikan berwarna
kuning/merah/putih disilangkan dengan ikan berwarna hijau/biru/abu-abu Ikan berwarna bintik
disilangkan dengan ikan tanpa bintik.
2. Tipe sirip pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai sirip antara
lain: Ikan bersirip kumpay disilangkan dengan ikan bersirip normal Ikan bersirip kumpay
disilangkan dengan ikan yang ekornya membundar.
3. Pola sisik pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai sisik antara
lain: Ikan bersisik bergaris disilangkan dengan ikan yang tidak mempunyai sisik Ikan bersisik
menyebar/kaca disilangkan dengan ikan yang bersisik penuh.
Dari hasil praktikum yang dialkukan ternyata terdapat ikan dengan warna yang berbeda
dengan indukannya, yaitu warna kuning, ini dijelaskan pada penyimpangan Semu Hukum
Mendel II yaitu Kriptomeri oleh Correns (1912) Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang
tersembunyi jika gen tersebut berdiri sendiri, dan sifat gen dominan itu berinteraksi dengan gen
dominan lain maka sifat tersebut akan muncul. Sehingga pada praktikum ini dihasilkan ikan mas
komet berwarna kuning.
Dari hasil praktikum yang dilakukan ternyata ada ikan yang memiliki dua warna atau
dalam bahasa ilmiahnya dinamai alel ganda, dimana ikan komet memiliki warna putih pada
tubuh dan warna oranye pada kepala, dan warna pada tubuh yang terkombinasi yaitu warna putih
dan oranye pada badan. Alell ganda merupakan adanya dua kromosom yang menempati pada 1
lokus (tempat koromosom),ini juga dapat diidentifikasi dari warna tubuh induk dimana pada
perkawinan yang dilakukan yaitu sang betina meiliki warna dominan,sedangkan sang jantan
wrna resesif, sehingga warna resesif dapat ditimpa dengan wrna dominan, hal itu pula yang
menyebabkan warna putih lebih sedikit,dan ikan alel ganda lebih banyak.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan telah disajikan hasilnya, praktikum yang dilakukan
adalah hibridisasi ikan comet dengan memiliki 2 tampilan morfolgi yang berbeda yaitu ikan
comet oranye ekor kumpai denganikan komet putij ekor kumpai,

Dari praktikum ini di dapat hasil persilangan nya,yaitu warna putih kumpai,oranye
kumpai,dan kuning kumpai,dari data yang diperoleh ikan komet memiliki fekunditas sebesar 437
butir, dan dengan hatching rate yang baik yaitu sebesar 94 %, dengan survival rate sebesar 91 %
dan mortalitas sebesar 8 %.

Dari hasil praktikum ini kami mendapatkan benih ikan denagn aneka warna, dan telah
juga dilakukan prediksi hukum mendel dan penyimpangan hukum mendel, jadi pada praktikum
ini disimpulkan bahwa indukan yang dipijahkan kualitas dan kuantitas nya baik.

Dengan melakukan hibridisasi kita dapat mendapatkan keturunan dengan warna yang
baru dan dapat pula mendapatkan strein ikan jenis yang baru baik itu dari segi
warna,pertumbuhan,dan segi bentuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yatim, W. 1986. Genetika. Tarsito Bandung. 397 hal.


2. Direktorat Jenderal Perikanan, 1988. Status dan Permasalahan pembenihan ikan dan
udang di Indonesia. Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang 5 – 6 Juli Direktorat
Bina Produksi, Jakarta. 18 ha
3. Foster Bob, Revolusi Belajar. Kumpulan Rumus XII IPA, Ganesha Operation.
Bandung,April 2008
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri, ikan
tersebut berasal dari Afrika bagian timur di Sungai Nil, Danau Tangayika, Chad, Nigeria dan Kenya, lalu
dibawa oleh orang ke Eropa, Amerika, negara-negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan
nila secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar tahun 1969
(Suyanto 1998). Bagi petani ikan di Indonesia, produksi ikan nila saat ini selain untuk memenuhi
permintaan pasar dalam negeri, ikan tersebut juga dipasarkan ke luar negeri, khususnya Singapura dan
Jepang (Rochdianto 1993 dalam Ahmad 1995).Pada pemeliharaan yang dilakukan secara campuran
(jantan dan betina), dan kelamin tunggal (monoseks), ternyata ikan nila jantan dapat tumbuh lebih cepat
1,53 – 2,69 gram per hari untuk mencapai ukuran konsumsi dibanding dengan ikan nila betina yang
pertumbuhannya hanya 0,83 – 1,05 gram per hari (Jangkaru 1988). Selain pertumbuhannya yang cepat,
ikan tersebut memiliki sifat-sifat unggul yang lain, yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat
omnivora, mampu mencerna makanan secara efisien dan tahan terhadap serangan penyakit (Suyanto
1998). Keistimewaan ini setidaknya dapat dimanfaatkan bagi suatu usaha budidaya kelamin tunggal
(monoseks jantan) yang lebih produktif (Anonimous 1991).Hal tersebut didukung oleh suatu hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kuo dalam Sugiarto (1988) bahwa produksi ikan nila semakin meningkat
setelah diterapkan sistem budidaya tunggal kelamin (monoseks), namun dalam metode ini hanya jantan
saja yang dipelihara. Untuk itu mengatasi masalah ini perlu dicari teknologi untuk menghasilkan jenis
kelamin jantan saja. Tulisan ini menginformasikan beberapa teknology yang dapat menghasilkan benih
jantan saja

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini:

 Untuk mendapatkan benih ikan nila jantan dengan teknologi monosek,


 Untuk mengethui perkembagan benih ikan nila yang telah dilakukan monosek,
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di
kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Ikan Nila

Ikan nila betina dari


Lumajang, Jawa Timur
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Osteichtyes
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Oreochromis
Spesies: Oreochromis niloticus
Nama binomial
Oreochromis niloticus
Linnaeus, 1758
BAB III

METODOLOGI

A. ALAT
 Timbangan,
 Penggaris,
 Seser,
 Baskom,
 Aquarium,
 Toples,
 Gelas ukur,
 Areasi,
 Pengaduk.

B. BAHAN
 Benih ikan nila umur 7 – 10 hari ( 100 ekor ),
 Madu 60 ml/L

C. LANGKAH KERJA
a. Perendaman.
 Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan,
 Bersihkan wadah ( toples ) dan isi dengan air sebanyak 1 liter,
 Sampel beih ikan nila sebanyak 30 ekor, catat panjang, dan biomassa nya,
 Masukan gelas madu dalam gelas ukur sebanyak 60 ml/L, lalu masukan ke dalam
toples aduk-aduk hinggga homogen,
 Masukkan benih kedalam toples lalu pasang aerasi dengan tepat, ( perendaman
selama 10 jam ),
 Sampling setiap 10 hari 1 kali.
b. Persiapan wadah pemiliharaan.
 Siapkan alat dan bahan yang dibutuh kan,
 Bersihkan aquarium dan suci hamakan, lalu isi air setinggi 20 cm,
 Endapkan air selama 1 hari agar suhu air dan kualitas air baik.
c. Pemberian pakan.
 Pakan yang diberiikan menggunakan pellet dalam bentuk tepung,
 Dengan ketentuan feeding rate sebesar 30-40 % dan feeding frekuensi sebesar 4 x
sehari, secara adlibitum.
d. Pemeliharaan kualitas air
 Sipon aquarium sebanyak 1 kali dalam 2 hari, dengan ketentuan air yang terbuang
¼ dari air dalam aquarium.
D. Analisis data
F rate
 pemberian pakan= × biomassa
100
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
a. Hasil panjang dan berat awal sampel 30 ekor benih nila ( 2,Desember,2910. )

No Panjang No Panjang
1 0,6 mm 16 0,8
2 0,6 mm 17 0,6
3 0,6 mm 18 0,9
4 0,7 mm 19 0,6
5 0,7 mm 20 0,9
6 0.7 mm 21 0,8
7 0.7 mm 22 1
8 0,7 mm 23 0,9
9 0,8 mm 24 0,7
10 0,8 mm 25 0,7
11 0,8 mm 26 0,8
12 0,8 mm 27 0,9
13 0,9 mm 28 0,6
14 0,9 mm 29 0,6
15 1 cm 30 0,7
Berat total = 2 gr
Table 1 : Hasil panjang dan berat sampel awal

b. Hasil panjang sampel 10 hari 1 kali ( 12,Desember,2010. )

No Panjang (cm) No Panjang (cm)


1 3 16 1,5
2 1,6 17 1,5
3 1,6 18 1,4
4 1,6 19 1,4
5 1,6 20 1,4
6 1,6 21 1,4
7 1,6 22 1,4
8 1,6 23 1,4
9 1,6 24 1,4
10 1,7 25 1,4
11 1,6 26 1,4
12 1,5 27 2,1
13 1,5 28 2,2
14 1,6 29 1,9
15 1,5 30 1,7
Table 2 : Hasil panjang sampling ( 12,Desember,2010. )
c. Hasil pajang sampel 10 hari 1 kali ( 20,Desesmber,2010.)

No Panjang No Panjang
1 3,5 16 2,5
2 3 17 2,5
3 2,5 18 2,5
4 3 19 2,5
5 3 20 2,5
6 2,9 21 1,9
7 2,8 22 2
8 2,8 23 2
9 2,8 24 2,7
10 2,7 25 2,5
11 3 26 2,5
12 2,5 27 2,7
13 2,7 28 2,7
14 2,8 29 2,5
15 2,8 30 2,7
Table 3 : Hasil panjang dan berat sampling ( 22,Desember,2010. )

d. Hasil pajang sampel 10 hari 1 kali ( 1,Januari,2011.)

No Panjang No Panjang
1 4,8 16 4
2 3,6 17 3,3 Table 4 : Hasil panjang sampling ( 1,Januari,2011. )
3 3,5 18 5
4 4 19 4
5 4,2 20 2,8
6 4,8 21 4
7 3,5 22 4
8 3,5 23 3,8
9 3,5 24 3,5
10 4,5 25 3
11 3,8 26 3 e. Hasil pajang sampel 10 hari 1 kali
12 3,5 27 3,5 ( 11,Januari,2011.)
13 3 28 4
14 3,5 29 4,1 No Panjang No Panjang
15 4 30 4,1 1 5,6 ♂ 16 4,9 ♂
2 6♂ 17 4,4 ♂
3 5♂ 18 4,4 ♂
4 5♂ 19 4,5 ♂
5 5♂ 20 4,5 ♂
6 5♂ 21 2,3 ♀
7 5♀ 22 2,4 ♀
8 4,5 ♂ 23 2,9 ♀
9 5♂ 24 2,4 ♀
10 4,8 ♂ 25 3 ♀
11 4,3 ♂ 26 2,8 ♀
12 5♂ 27 2,5 ♀
13 4,3 ♂ 28 2,9 ♀
14 4,3 ♂ 29 2,1 ♀
15 4,9 ♂ 30 2,4 ♀
Berat total = 100 gr
Table 5 : Hasil panjang sampling ( 12,Januari,2011. )

f. Pemberian pakan
Dik:
Feeding rate = 40 %,
Biomasaa awal = 2 gr
40
Pakan dalam 1 hari ¿ ×2=0,8 gr /hari
100
Pakan dalam 41 hari = 0,8 x 41 = 32,8 gr

B. PEMBAHASAN

Sex reversal adalah salah satu teknologi yang digunakan untuk membalikan arah
perkemabngan kelamin, pada praktikum ini yang dipergunakan yaitu ikan nila putih, dimana sex
reversal yang dilakukan yaitu maskulinisasi (pejantanan) ikan nila jantan pertumbuhan nya lebih
cepat dari pada betina sehingga dilakukan maskulinasasi.
Pada praktikum ini dilakukan maskulinisasi dengan metode dipping (perendaman) dengan
menggunakan madu dengan dosis 60ml/L, namun karena madu nya kurang madu yang
dipergunakan sebesar 40ml/L dan perendaman dilakukan lebih lama. madu berkhasiat untuk:
 Dalam 100gr madu terdapat 205-1676 ppm kalium,
 Tingginya kalium menyebabkan perubahan kolesrtol yang terdapat dalam jaringan tubuh
lavra menjadi pregnenolon,
 Pregnenolon merupakan sumber dari biosintesis hormone steroid oleh kelenjar adrenal,
 Steroid membantu pembentukan dari hormone Androgen yaitu testosterone yang akan
mempengaruhi perkembangan dari genital jantan.
Dalam praktikum ini juga dilakukan pengamtan pertumbuhan ikan nila 10 hari sekali, dan
dari data table yang telah disajikan bahwa ikan nila mengalami pertumbuhan yang baik, dan
ukuran tidak mengalami perbedaan yang begitu tinggi.
Ikan nila yang dilakukan sex reversal sebanyak 100 ekor namun yeng tersisa sebanyak 37 ekor
ini disebabkan benih ikan banyak yang mati pada saat perendaman, ini diperkirakan karena benih
ikan pada saat penanganan sudah lemah karena ikan nila diukur panjangnya, dan diperkirakan
juga karena besarnya aliran udara yang keluar dari selang aerator sehingga menyebabkan ikan
mabuk dan mati.
Pada praktikum ini ikan nila yang tersisa hanya 32 dari 100 ekor benih yang dilakukan
perlakuan, benih ikan banyak mengalami kematian saat perakuan dimana ikan mati dan stres
disebabkan karena besarnya tekanan udara yang dihasilkan oleh aerator dan disebabkan pula ikan
stress pada saat sampel pertama kali, dan yang tersisa hanya 32 ekor, dan dari 32 ekor tersebut
dapat diketahui janis kelamin jantan sebanyak 19 ekor sedangkan betina berjumlah 11 ekor.
Dengan persentase jantan 63% dan betina 37%.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa madu dapat mempengaruhi perkembangan dari genital
jantan, dari hasil praktikum yang dilakukan bahwa ikan megalami pertumbuhan yang baik,
sehingga dapat juga disimpulkan bahwa pakan yang diberikan kualitas nya baik,hasil dari sex
reversal menunjukan bahwa ikan nila jantan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan betina,
dan perbandingan hasil dari sex reversal dengan menggunakan madu sebanyak 40 ml dengan
metode diping menghasilkam 63% jantan dan 37% betina.
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Perikanan, 1988. Status dan Permasalahan pembenihan ikan dan udang di
Indonesia. Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang 5 – 6 Juli Direktorat Bina Produksi,
Jakarta. 18 hal.
2. Donalson, E. M, U.H.M Fagerlund., DA. Hggs dan J.R Mc Bride 1978. Hormonal enchament
of growt. Dalam W.S. Hoar, D.J. Randal dan J.R. Bret (ed.). Fish Physiology Vol. VIII.
Academic Press, Newyork 456 – 597
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dalam pembudidayaan ikan merupakan sisi positif yang sangat diharapkan
terutama berkenaan dengan program pemuliabiakan. Namun tentu saja perkembangan tersebut perlu
disikapi secara arif dan antisipatif. Hal ini tidak lain karena secara genetik, ikan yang berkembang di
Indonesia relatif cepat mengalami penurunan. Yang mudah diamati adalah penampakan secara kuantitatif
dari karakter pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, tingkat kelangsungan hidup, benuk tubuh dan
abnormalitas atau secara kualitatif dari karakter warna tubuh.

B. TUJUAN

 Melakukan praktikum gynogensis terhadap ikan mas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikanair tawar yang bernilai ekonomis penting dan
sudah tersebar luas di Indonesia.
Sistematika dan Morfologi

Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis
ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan
kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang. Golongan pertama yakni yang
bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan karper yang
bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.

Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan


karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.

Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan karper
bersisik penuh dan ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik
penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti
seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan karper
majalaya, ikan karper punten, ikan karper si nyonya dan ikan karper merah atau mas. Sedangkan
yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper kaca yang oleh petani di
Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias,
beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi.

Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih
tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua
pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik
dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran
relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning
keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai de.

?
Ikan mas
Ikan mas
Status konservasi

Data Kurang (IUCN 2.3)


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Cyprinus
Spesies: C. carpio
Nama binomial
Cyprinus carpio
(Linnaeus, 1758)

BAB III

METODODOLOGI
A. ALAT
 Seser,
 Toples,
 Akuarium (80 x 40 x 40 )cm
 Spuite 3ml
 Timabangan,
 Penggaris,
 Alat tulis,
 Aerasi,
 Batu aerasi,
 Selang aerasi,
 Sponge,
 Gelas ukur,
 Cawan petrie,
 Mangkuk plastic,
 Lempengan kaca,
 Heater,
 Kotak UV,
 Bulu ayam, alat ukur kualitas air ( thermometer, pH meter, dan DO meter )
 Mikroskop,
 Obyek glass dan cover glass.
B. BAHAN
 Air tawar,
 Hormone ovaprim,
 Larutan fisiologis,
 Larutan pembuahan,
 Akuades,
 Induk ikan mas jantan dan betina yang telah matang gonad,
 Tissue,
 Pakan larva,
 Air panas.
C. LANGKAH KERJA
 Persiapkan lat dan bahan yang digunakan,
 Siapkan wadah penampungan induk sementara,
 Lakukan seleksi pada induk yang digunakan baik jantan dan betina,
 Lakukan penimbangan induk jantan dan betina,
 Lakukan penyuntikan pada induk betina dengan menggunakan larutan hormone
ovaprim, dosisnya o,2 ml/kg induk dengan pengenceran 2 x lipat menggunakan
aquades,
 Kemudian masukan induk dalam wadah penampungan sementara yang berbeda,
 Lakukan striping pada induk jantan untuk mendapatkan spermanya, kemudian
encerkan dengan menggunakan larutan fisiologis dengan pengenceran 100x ( 1 cc
sperma : 99 larutan fisiologis),
 Lakikan striping pada induk betina dengan mengurut pada bagian perut untuk
mengeluarkan telurnya setelah 12 jam dari penyuntikan. Tamping telur pada
wadah mabgkuk plastic, dan usahakan mangkuk dalam keadaan kering, dan
hindari telur terkena air,
 Tuangkan sperma yang telah dienccerkan pada tahap 7 kedalam cawan petrie
dengan ketebalan sperma 1 mm. lakukan radiasi atau penyinaran terhadap sperma
menggunakan sinar UV selam 2 menit,
 Lakukan pembuahan/ fertilisasi dengan mencampurkan telur hasil striping dengan
larutan sperma diaduk secara merata dengan menggunakan bulu ayam secara
perlahan,
 Latakan/tebar telur yang telah terbuahi pada lempengan kaca dan inkubasi di
dalam akuarium penetasan.
 Setelah 3 menit pembuahan dilakukan diploidisasi untuk gynogenesis meiotic dan
29 menit dari fertilisasi dilakukan dipolidisasi untuk gynogenesis mitotic dengan
menggunakan kejut suhu panas ( perendaman menggunakan media bersuhu 40◦c
selama 1,5 menit ),
 Kemudian pindahkan telur yang sudah diberi kejut suhu pada media penetasam
( media penetasan berupa akuarium yang dilengkapi dengan heater ) jika tidak ada
heater maka dapat dilakukan dengan menambahkan air hangat pada media sampai
suhu 40 ◦c,
 Lakukan pengamtan perkembagan telur setiap 1 jam 1 kali hingga telur menetas
dan jangan lupa lakukan proses pebuahan telur dan sperma control tanpa
perlakuan,
 Simpulkan dan buat dalam bentuk laporan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL

Pada praktikum ini hanya dapat dikerjakan samapai radiasi, pada saat akan striping induk
betina ternyata induk betina yang disuntik belum matang gonad sehingga tidak dapat dialakukan
langkah yang berikutnya yaitu langkah ploidisasi.sehingga pada praktikum ini tidak ada
pemeliharaan larva ikan mas hasil gynogenesis.

B. PEMBAHASAN

Ginogenesis merupakan keturunan yang dihasilkan melaui mekanisme partenogenesis, tapi


telur membutuhkan rangsangan dari sperma untuk berkembang. Namun, sel sperma tidak
menyumbangkan materi genetic apapun pada anak.
Sebelum melakukan ginogenesis buatan dengankejutan suhu, dilakukan penyuntikan induk ikan
mas (cyprinus carpio.) dengan Ovaprime, dengan tujuan mempercepat pematangan gonad.
ovaprime merupakan produk yang mengandung 20µg D-Arg6, Pro9-Net sGnRH dan 10 mg
domperidone per ml propylene glycol. Ovaprim telah teruji dan terbukti efektif pada ikan,
dimana secar signifikan mendorong pematangan tanpa mempengaruhi kemampuan hidup dan
fekunditas suatu ikan.
Proses selanjutnya adalah menghancurkan materi genetik sperma dengan sinar ultraviolet
(UV), dengan tujuan menonaktifan material genetik sperma melalui radiasi dengan bahan
mutagen sehingga sperma hanya mampu merangsang perkembangan telur tanpa menurunkan
sifat genetik. Dunham (2004) dalam Yusrizal (2004) menyatakan bahwa bahan mutagen yang
dapat merusak gen pada sperma ada bermacam-macam yaitu sinar gamma, sinar ultraviolet
(UV), dan sinar X.
Setelah peradiasian sinar UV dilakukan pengecekan sperma. Hal tersebut untuk melihat
motilitas Jika sperma motil tanpa materi genetik di dalamnya maka dapat dilakukan perlakuan
ginogenesis selanjutnya. Jika sperma itu nonmotil atau mati maka ginogenesis tidak dapat terjadi
yang terjadi hanya diploidisasi biasa.Sel sperma motil tanpa materi genetik yang di dapat
dicampurkan dengan sel telur. Tujuannya untuk melakukan pembuahan. Pada proses ini sperma
bergerak mencari sel telur yang akan dibuahi.
Kemudian dilakukan kejutan suhu, perlakuan ini bertujuan untuk mencegah pengurangan
kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan zigot yang
diploid dan homozigot sebab pada dasarnya embrio ginogenetik adalah haploid. Pembentukkan
diploid ginogenetik dengan menggunakan kejutan panas lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan kejutan dingin. Lama kejutan, suhu dan waktu awal kejutan yang diberikan setelah
pembuahan untuk tiap jenis sperma dalam tiap petridisch.
Ginogenesis secara spontan dapat terjadi akibat tertahannya polar body II oleh spermatozoa. Hal
ini disebabkan pada saat polar body II akan keluar bertabrakan dengan spermatozoa yang akan
masuk ke dalam mikrofil sehingga polar body II tidak jadi keluar dan spermatozoa terpental
keluar, akibatnya gamet jantan digantikan oleh polar body II sehingga ploidi tetap dua.
Sedangkan pada ginogenesis buatan dilakukan dengan cara memanipulasi kromosom. Diploid
ginogenetik meiotik diperoleh dari tertahannya polar body II oleh kejutan panas pada saat
meiosis kedua sedangkan diploid ginogenetik mitotik diperoleh akibat tertahannya pembelahan
pertama sel sehingga sel yang terbentuk menjadi diploid
Induk murni ikan mas sulit dicari di Indonesia, atau bisa jadi sudah tidak ada. Padahal
keberadaannya sangat penting dalam dunia usaha. Karena dari induk yang murni dapat
melahirkan keturunan yang unggul, yaitu tumbuh cepat, rentan terhadap serangan penyakit dan
perubahan lingkungan. Bila dipelihara dapat diperoleh hasil yang maksimal dengan tingkat
kehidupannya (SR) yang tinggi.
Menurut Ditjen Perikanan (1985) dan Sumantadinata (1988), menurunnya sifat-sifat kemurnian
ikan mas disebabkan bebagai faktor, 1 ) kurangnya pengertian para pembudidaya ikan tentang
pentingnya ketersediaan induk-induk murni untuk produksi benih unggul. 2 ) jarang pakar
perikanan yang berminat dan bekerja untuk melakukan seleksi karena membutuhkan waktu yang
lama, fasilitas yang memadai, dan biaya yang tinggi. 3 ) Adanya pemijahan yang berulang kali
antar ras tanpa pola tertentu, akibat kurangnya pengontrolan di lingkungan petani pembenih ikan
di daerha tersebut.
Dahulu tercatat ada delapan varitas ikan mas yang tersebar di beberapa daerah tanah air.
Dari varitas-varitas itu sudah terbukti kelebihannya. Namun dari semua varitas itu belum
ditemukan kemurniannya berdasarkan sifat-sifat, dan morfologi dengan kelengkapan sejarahnya.
induk ikan mas harus dikembalikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan
kemurniannya adalah dengan melakukan persilangan-persilangan dalam (in breeding). Namun
cara ini membutuhkan lebih dari enam generasi. Satu generasi membutuhkan waktu 2 tahun,
yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan induk. Jadi cara ini membutuhkan waktu
selama 12 tahun.
Untuk memperpendek masa pemurnian dapat dilakukan dengan cara ginogenesis. Cara
ini bisa merubah dari 6 generasi menjadi 2 generasi, strain murni sudah dapat diperoleh pada
generasi kedua. Keberhasilan cara ini tergantung dari ketelitian perlakuan dan kesuburan betina
ginigenesi (Nagy, Bersenyi dan Csanyi, 1981 : Sumantadinata).
Nagy et al,. 1978 ; Hollebeck et al,. 1986: Sumantadinata, 1988), menyebutkan
ginogenesis adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetic gamet jantan. Jadi
gamet jantan hanya berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya merupakan
perkembangan pathenogenetis betina (telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada
ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan
tidak berfungsi secara genetic (Sumantadinata, 1988). Nagy et al,. 1981, menyebutkan pemijahan
dengan cara ginogenesis akan menghasilkan selurunya berkelamin jantan.

BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada praktikum ini dinyatakan gagal, karena praktikum
yang dilakukan hanya sampai tahap radiasi, dan tidak ada pemeliharaan larva.karena waktu yang
terbatas sehingga praktikum ini tidak dapat di ulang kembali.

DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Perikanan, 1988. Status dan Permasalahan pembenihan ikan dan
udang di Indonesia. Seminar Nasional Pembenihan Ikan dan Udang 5 – 6 Juli Direktorat
Bina Produksi, Jakarta. 18 hal.
2. Donalson, E. M, U.H.M Fagerlund., DA. Hggs dan J.R Mc Bride 1978. Hormonal
enchament of growt. Dalam W.S. Hoar, D.J. Randal dan J.R. Bret (ed.). Fish Physiology
Vol. VIII. Academic Press, Newyork 456 – 597
3. Hamid, A.R. 1991. Pemberian Metiltestosteron Di dalam Proses Diferensiasi Kelamin
Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Hasil Ginogenesis. Universitas Padjadjaran, Fakultas
Perikanan, Jurusan Perikanan, Bandung.
4. Hunter. G.A. E.M. Donalson. J. Stoss dan I. Baker, 1983. Production of monosex female
groups of chinoox salmon (Onchorhynchus ishawytscha) by the fertilization of normal
ova with sperm from sex-reversed female. Jour. Aquac., 33 : 355 – 364
5. Martin, C.R. 1979. Texbook of endocrine physiology. City University of Newyork City.
561 hal.
6. Nagy, A., K. Rajki. L. Horvart dan V. Csanyi. 1978. Investigation on carp (Cyprinus
carpio L) ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215 – 224.
7. Sumantadinata, K. 1988. Teknologi ginogenesis, percepatan pemurnian ikan peliharaan,
Kompas 23 Nopember 1988.
8. Yamazaki, F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Jour. Aquac. 33 : 329 – 354.
9. Yatim, W. 1986. Genetika. Tarsito Bandung. 397 hal.
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BE4LAKANG

Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan lele) perlu memperhatikan efisiensi dan
produktivitas usaha serta kualitas ikan. Hal ini harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan
peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Saat ini disinyalir telah terjadi penurunan
kualitas induk maupun benih ikan lele yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun
penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta
peningkatan kualitas genetik ikan lele seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui
perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom.

B. TUJUAN

1. Melakukan perbaikan genetik pada ikan lele dengan mengunakan manilupasi


kromosom yaitu poliploidisasi

2. Mendapatkan benih dengan hasil triploidisasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai
keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap
penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani
ikan maupun para peneliti dibidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui
perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin,
pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body
II atau pembelahan pertama pada telur terfertilisasi.
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian
terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan
digunakan untuk meningkatkan pertumbuh ikan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik triploidisasi dengan menggunakan
pengaruh kejutan suhu panas terhadap keberhasilan poliploidisasi pada ikan lele.
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian
terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
Teknik triploidisasi dapat mengunakan dua pelakuan, yaitu perlakuan fisika dan kimia.
Penggunaan perlakuan fisika dan kimia sesaat setelah dimulainya pembuahan merupakan cara
yang relatif mudah dalam triploidisasi. Kejutan suhu mempunyai kelebihan jika dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Kejutan suhu ini bisa berupa kejutan yang lebih panas dari suhu
normal. kejutan panas juga memerlukan waktu yang lebih singkat daripada kejutan dingin.
Pendekatan praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas merupakan perlakuan aplikatif
sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi) atau sesaat setelah pembelahan pertama (untuk
induksi tetraploidi) pada suhu lethal.
Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigot
waktu pelaksanaan kejutan, suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan. Pemilihan umur zigot
waktu pelaksanaan, suhu dan lama waktu kejutan yang tepat adalah spesifik untuk masing-
masing sperma dalam petridisch.
Prinsip pemberian kejutan suhu pada telur yang telah dibuahi adalah mencegahnya
keluarnya badan kutub II pada saat pembelahan meiosis II. Ikan-ikan triploid merupakan ikan-
ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya
memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom adalah kromosom telur dan satu set kromosom
sperma.
Individu tetraploid merupakan individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan
yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai
kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan
normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan ikan normal.
BAB III

METODOLOGI

A. ALAT

1. Akuarium

2. Lempeng kaca

3. Water heater

4. Alat bedah

5. Stopwatch

6. Aerator

7. Selang

8. Bulu ayam

9. Baskom/nampan

10. Water bath

11. Mikroskop

12. Bak pemeliharaan larva

B. BAHAN

1. Induk ikan lele jantan dan betina yang siap mijah

2. Larutan fisiologis

3. Larutan pembuahan (urea,NaCl,Aquades)


4. Ovaprim

5. Pakan larva

6. Pakan crumble

7. Air panas

8. Aquabidest

9. Methlyn blue

C. LANGKAH KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengecek persiapan alat dan bahan serta melakukan seleksi induk jantan dan
betina

3. Melakukan pembedahan pada induk jantan (ambil gonad)

4. Membuat larutan pembuahan sperma

5. Melakukan striping pada induk betina

6. Melakuka pencampuran telur dan sperma

7. Menebarkan telur yang telah terbuahi di lempeng kaca

8. Melakukan kejutan panas dengan cara menaruh lempeng kaca berisi telur kedalam
air panas (40’c) selama tiga menit pada telur yang telah terbuahi setelah3 menit

9. Penetasan telur tanpa perlakuan


10. Menguji kelamin

11. Menguji kromosom

D. ANALISIS DATA
X G
Fekunditas = =
x g
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

No Kelamin W G g x F
1 Betina 350 gr 120,12 gr 6,03 gr 2446 butir 48726 butir /gram

W : Berat
G : Gonad
g : gonad
x : Jumlah telur dari 3 titik ( depan, tengah dan belakang )
Perhitungan : = 0,338235

X G
F= =
x g

X 120,12
= =
2446 6,03

=X 6,03=293813,5

X =48726 butir / gram

Telur yang terbuahi =95%

Larva yang menetas = 0.08%

Larva hidup = 43 ekor

Ikan normal dan abnormal : larva ikan dinayatakan normal semua


B. PEMBAHASAN

Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian
terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
Prinsip pemberian kejutan suhu pada telur yang telah dibuahi adalah mencegahnya
keluarnya badan kutub II pada saat pembelahan meiosis II. Ikan-ikan triploid merupakan ikan-
ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya
memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom adalah kromosom telur dan satu set kromosom
sperma.
Individu tetraploid merupakan individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan
yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai
kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan
normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan ikan normal.
Don dan Avtalion dalam Risnandar (2001), menyatakan bahwa tiga parameter yang
berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigot waktu pelaksanaan kejutan,
suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan. Pemilihan umur zigot waktu pelaksanaan, suhu dan
lama waktu kejutan yang tepat adalah spesifik untuk masing-masing spesies (Carman, 1990
dalam Risnandar, 2001).
Ikan-ikan triploid merupakan ikan-ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan
kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom
adalah kromosom telur dan satu set kromosom sperma (Allen, 1987 dalam Risnandar, 2001)
Suryo (1990) dalam Mukti (2001) menjelaskan bahwa individu tetraploid merupakan individu
yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies
diploid. Individu tetraploid mempunyai kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai
jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan normal.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai
keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap
penyakit.
Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian
terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan
digunakan untuk meningkatkan pertumbuh ikan.
Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigot waktu
pelaksanaan kejutan, suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan.
Ikan-ikan triploid merupakan ikan-ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan
kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom
adalah kromosom telur dan satu set kromosom sperma (Allen, 1987 dalam Risnandar, 2001)
Suryo (1990) dalam Mukti (2001) menjelaskan bahwa individu tetraploid merupakan individu
yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies
diploid. Individu tetraploid mempunyai kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai
jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan normal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mukti, Ahmad Taufiq, Rustidja , Sutiman Bambang Sumitro dan Mohammad Sasmito
Djati. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain, Volume. 1 No. 1

2. Risnandar, Dian. 2001. Pengaruh Umur Zigot Pada Saat Kejutan Panas Terhadap Tingkat
Keberhasilan Triploidisasi, Serta Kelangsungan Hidup Embrio Dan Larva Ikan Jambal
Siam (Pangasius hypophthalmus). Skripsi. Program studi Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3. http://syafrudinlewaru-perikanan.blogspot.com/2009/05/laporan-genetika-ikan.html

You might also like