You are on page 1of 6

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan

dengan nilai pH.  Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H +) di dalam
tanah.  Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.  Di dalam
tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya  berbanding
terbalik dengan banyaknya H+.  Pada tanah-tanah  yang  masam  jumlah  ion H+ lebih  tinggi 
daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.  Bila
kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7
(Hardjowigeno, 2003).

Kemasaman tanah sangat terdapat pada tanah dengan curah hujan tinggi, cukup
banyak basa yang bisa tertukar dari permukaan tanah. Pengaruhnya sangat besar terhadap
tanaman sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang
sangat penting (Buckman dan Brady, 1982).

Status kimia tanah mempengaruhi proses biologik yaitu pertumbuhan tanaman. 


Reaksi tanah atau pH tanah yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat
mengganggu proses biologik.  Keasaman tanah juga mempengaruhi pertumbuhan akar.  pH
tanah dengan kisaran 5 – 8 berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar.  Meskipun
masing-masing tanaman menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak
dapat hidup pada pH yang sangat rendah (di bawah 4) dan sangat tinggi (di atas 9). 
Keasaman tanah juga menentukan kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu, karena pH dapat
mengendapkan atau membuat unsur hara tersedia (Islami dkk., 1995).  pH tanah adalah salah
satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan keracunan tanah.  Level optimum
pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5 – 7,5.  tanah dengan pH rendah
(acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada
umumnya tidak langsung.  Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang
dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih (Bunting, 1981)

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan
sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar
ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H + dan ion-ion
lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada
tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-. Sedangkan pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+.

Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
pH. 7. Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh kurang sempurna
sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Memang ada beberapa tanaman
tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa. Ketersediaan unsur hara makro di dalam
tanah ini sedikit sedangkan hara mikro seperti Besi dan Aluminium tinggi.

Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan keracunan. Salah satu upaya
yang ditempuh dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki lahan masam adalah dengan
menurunkan keasaman dan meningkatkan kejenuhan basa yang diperoleh dengan pemberian
kapur serta pemupukan. Dengan adanya peningkatan kejenuhan basa,maka pH tanah naik dan
unsur hara relatif lebih mudah tersedia.
Pengertian Reaksi Tanah

Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam
atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan
biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh lansung terhadap laju dekomposisi
mineral tanah dan bahan organik, pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan
tanaman.

Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. sebagai
contoh perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang
tinggi bisa meracun bagi tanaman. Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14.
Angka satu berarti kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10 - 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah
pada kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya
10-14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat basa.

Tanah-tanah yang ada di Indonesia sangat bervariasi tingkat keasamannya. Ada tanah
yang masam seperti Podsolik Merah Kuning, dan latosol Tanah yang alkalis seperti
Mediteran Merah Kuning dan Grumosol. Bagi tanah – tanah yang bereaksi masam, seringkali
tidak atau kurang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu pada tanah-tanah
demikian sering dilakukankan pengapuran (liming). bahan- bahan yang digunakan untuk
menaikkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral dengan harga pH sekitar
6,5.

Faktor Yang Mempengaruhi Kemasaman

Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah
tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi
asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa.
Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+. Tanah masam adalah tanah dengan
pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.

Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila
tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida dengan cara sebagai
berikut :

Al3+ + 3H2O —– Al(OH)2+ + H+

Al3+ + OH- —– Al(OH)2+

Dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah. Di daerah


rawa-tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi. Di
daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam karena mengandung, lapisan cat clay yang
menjadi sangat masarn bila rawa dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat.

Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh hidrogen
mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral dan
menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap oleh kompleks
lempung dan suatu kompleks lempung-Al-H terbentuk dengan cepat ion. Al3+ dapat
terhidrolisis dan menghasilkan ion H+:H

lempung – Al3+ + 3H2O —- Al(OH)3 + H– lempung – = H+H

Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah.


Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah gambut
adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat keasaman gambut mempunyai
kisaran yang sangat lebar. Keasaman tanah gambut cendrung semakin tinggi jika gambut
semakin tebal. Asam-asam organik yang tanah gambut terdiri dari atas asam humat, asam
fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit yang akan menimbulkan
keasaman tanah hingga mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman
budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit
menyebabkan terjadinya karatan (corrosion) sehingga mempercepat kerusakan alat-alat
pertanian yang terbuat dari logam.

Sifat Kemasaman Tanah

Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kernasaman (reaksi
tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang
terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya
sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang
terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan.

Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau
basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik
tanah , merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah.
Respirasi akar tanaman menghasilkan C02 yang akan membentuk H2CO3 dalam air. Air
merupakan sumber lain dari sejumlah kecil ion H+. Suatu bagian yang besar dari ion-ion H+
yang dapat dipertukarkan H.

H—Lempung = H+H

Ion-ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion-ion H+ bebas. Dcrajat


ionisasi dan disosiasi ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion-ion
H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial
atau cadangan. Besaran dari kemasaman potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah.
Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan
sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Menentukan Kemasaman Tanah

Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah
kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang
harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih
terjamin adalah pH tester dan soil tester.
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah lapisan
dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di
dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut
dipindahkan ke wadah lain secara hati-hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas
lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut.

Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas
lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi
dengan angka pH masing-masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna
pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6
maka pH-nya 6.

Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas lakmus.
Bentuknya seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk padatan, ada bagian
yang runcing. Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah hingga pada batas yang
dianjurkan. Setelah ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian jarum skala yang terletak di
bagian atas alat ini akan bergerak. Angka yang ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH
dari tanah tersebut.

Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk megukur
nilai pH tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1-2 ha. Walaupun demikian, alat ini
masih bisa diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH berbentuk kotak dengan jarum
penunjuk angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan dengan besi sepanjang 25 cm yang
ujungnya runcing dan dilapisi logam elektroda. Besi inilah vang ditancapkan ke tanah.
Jumlah besi bisa 1-2 buah.

Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda ini
terdiri dari suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya disisipkan kawat
Ag-AgCl, yang berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan (voltase) tetap. Pada waktu
bola kaca tersebut itu dicelupkan ke dalam suatu larutan, timbul suatu perbedaan antara
larutan di dalam bola dan larutan tanah di luar bola kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan,
kedua elektroda pertama-tama harus dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui
pH-nya (misalnya konsentrasi ion H+ = 1 g/L).

Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH meter). Dalam
pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam suspensi tanah
yang heterogen yang terdiri atas partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu larutan
aquadest. Jika partikel-partikel padat dibiarkan mengendap, pH dapat diukur dalam cairan
supernatant atau dalam endapan (sedimen).

Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant biasanya memberikan bacaan pH


yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen. Perbedaan dalam bacaan pH ini
disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum pengukuran tidak akan
memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan yang tidak stabil.

Pengapuran

Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui proses pelapukan
dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam tanah. Mineral utama penyusun
kapur adalah kalsit dan dolomit yang tergolong dalam mineral sekunder. Kapur menurut
susunan kimia adalah CaO, tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan
CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu CaO, dapat dihasilkan
dengan memanaskan kalsium karbonat dan menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk
hidroksidanya dapat terbentuk dengan membasahi atau menambahkan air pada bentuk
oksidanya.

Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan produktifitas tanah


tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari pengapuran
adalah : 1) fosfat menjadi lebih tersedia, 2) kalium menjadi lebih efisien dalam unsur hara
tanaman, 3) struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan organisme dalam tanah lebih giat,
4) menambah Ca dan Mg bila yang digunakan adalah dolomin, dan 5) kelarutan zat-zat yang
sifatnya meracun tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.

Selain tanah-tanah yang bereaksi masam, terdapat pula tanah yang, bereaksi alkalis
(basa) dengan derajat pH lebih dari 8.0. Tanah-tanah demikian perlu diturunkan pH nya
sampai mendekati netral agar permanfaatannya untuk berusaha tani lebih baik. Usaha untuk
menurunkan pH pada tanah yang reaksinya alkalis dapat dilakukan dengan memberikan
beberapa bahan, yaitu tepung belerang (S). Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk
menaikkan pH tanah yang paling umum pada tanah-tanah pertanian yang menghendaki
perbaikan derajat keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan.

Pada cara disebar, sebulan sebelum penanaman dilaksanakan, kapur bakar atau kapur
mati diberikan dengan jalan disebar merata di permukaan tanah. Pada pengolahan tanah
terakhir (menghaluskan dan meratakan), kapur diaduk dengan tanah agar butir-butir kapur
masuk ke dalam lapisan tanah. Bila yang digunakan tepung batu kapur (kapur pertanian)
hendaknya diberikan jauh lebih awal daripada kapur bakar maupun kapur mati. Cara
pemberian dengan disebar biasa dilaksanakan pada penanaman kedelai, dengan menggunakan
dosis 2 - 4 ton kapur mati per hektar. Pengapuran dengan cara disemprotkan biasa dilakukan
pada tanaman kacang tanah. Pada tanaman ini pengapuran merupakan suatu pekerjaan yang
baik untuk menyediakan unsur Ca bagi tanarnan kacang tanah. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan Ca pada kacang tanah adalah besar terutama untuk pembentukan polong.
Cara pemberian tepung belerang adalah pada saat pengolahan tanah tepung belerang
ditaburkan di atas permukaan tanah. Pada pengolahan selanjutnya tepung belerang akan
diaduk atau teraduk ke dalam lapisan tanah. Sedangkan cara pernberian gypsum adalah
tepung gypsum halus ditebarkan pada permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah.
Jumlah gypsum yang dibutuhkan untuk menurunkan pH dari derajat basa sampai mendekati
netral adalah 6 ton per hektar, tergantung, pada alkalinitas asal dan jenis tanahnya. Setelah
pemberian tepung gypsum dilaksanakan, lahan harus dialiri dengan air tawar.

Bila ada kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan kapur melebihi pH tanah yang
diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman, biasanya tanaman akan memberikan
tanggapan terhadap pengapuran akan sangat menderita, terutama pada tahun pertama
pemberian kapur. Pemberian kapur dalam jumlah sedang pada tanah berat tidak akan
memberikan pengaruh buruk. Tetapi, pada tanah berpasir atau berdebu dan bahan organik
rendah jumlah pemberian kapur yang sama menyebabkan banyak tanaman menderita.

Pengaruh buruk yang dapat terjadi adalah : 1 ) kekurangan besi, mangan, tembaga dan
seng, 2) Ketersediaan fosfor mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan
tidak larut, 3) Serapan fostor dan penggunaannya dalarn metabolisme tanaman dapat
terganggu, 4) serapan boron dan penggunaannya dapat terganggu dan 5) perubahan pH yang
meningkat cepat dapat berpengaruh buruk. Dengan begitu kerusakan akibat kelebihan kapur
sukar diterangkan secara memuaskan, karena adanya hubungan biokoloidal yang kompleks
dalam tanah.

Untuk menentukan banyaknya kapur yang diperlukan untuk tiap-tiap hektar tanah
diperlukan beberapa cara antara kain, yaitu :

1. Metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Metode ini dilanjutkan dengan
mengukur jumlah H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan dan larut dengan
menggunakan larutan SMP buffer. Prosedurnya yaitu terlebih dahulu mengocok tanah
dengan air destilat kemudian diukur pH-nya. Dengan kertas lakmus atau pH meter.
Bila tanah tersebut tergolong masam, maka pengukuran dilanjutkan dengan
menambah larutan SMP buffer lalu dikocok. Kemudian diukur lagi pH-nya.
Berdasarkan metode ini maka kebutuhan kapur dapat diketahui melalui tabl
kebutuhan kapur.
2. Metode berdasarkan kadar Al-dd tanah permukaan, yaitu kadar Al-dd yang diekstrak
dengan larutan KCl 1 N.

Kesimpulan

Reaksi tanah menunjukkan keasaman dan kebasaan tanah dan dinyatakan sebagai pH.
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen yang beredar di dalam
tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H + ) di dalam tanah tinggi maka tanah disebut
asam Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanali disebut basa. Pada
kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari H+. Reaksi tanah dibedakan menjadi
kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah potensial ialah
banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun
yang terdapat dalarn larutan. Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion
Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H +. Di daerah
rawa-rawa atau tanah gambut, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam
sulfat yang tinggi.

Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam
atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya
unsur-unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan
organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni
tanaman dan unsur lain tidak banyak terbuang.

You might also like