Professional Documents
Culture Documents
Duplikasi vulva
Merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan dan sering bersama-sama dengan
duplikasi traktus urinaria dan traktus intestinal
VAGINA
HIMEN IMPERFORATA
Pada gadis, vagina tertutup lapisan tipis bermukosa : selaput dara / hymen
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi
1
Akibat coitus atau trauma lain, hymen robek & menjadi tidak beraturan
Hymen imperforata : tidak terdapat lubang
Merupakan kelainan kongintal yang paling banyak ditemukan
Biasanya diagnosis ditegakkan setelah usia dewasa
Gejala : amneorea primer, nyeri abdomen siklik, bulging hymen
Menyebabkan hematokolpos, hematometra
Penanganan : pembedahan
SEPTUM VAGINA
Terdapat sekat pada vagina
Dapat transversal maupun longitudinal
Dapat di daerah mana saja di vagina
Tetap ditemukan lubang vagina. Labium intak dan terpisah
Pada anak-anak : kadang-kadang asimptomatik
Keluhan baru dirasaakan saat mendapat haid
ATRESIA VAGINA
Curiga bila tidak ditemukan lubang vagina
Kadang-kadang terdapat lubang vagina tetapi dangkal
Disebabkan karena kegagalan pembentukan daerah vagina bagian inferior
Labia tetap intak, vagina bgn atas, serviks dan uterus tetap normal
Pemeriksaan : palpasi vagina yang alami distended pada RT
Perlu pemeriksaan USG, MRI
Terapi : Pembedahan
2
ANOMALI UTERUS
OVARIUM
Dapat berupa tidak ada ovarium, salah satu atau keduanya.
Jarang ditemukan
Ovarium tambahan
3
SISTEM GENITAL DAN TRAKTUS URINARIUS
Dalam pertumbuhannya mempunyai hubungan yang dekat sehingga dapat terjadi
kelainan dalam pertumbuhannya yang dapat mengenai kedua sistem tersebut
Kloaka persistem : tidak terbentuk septum urorektale
Ekstrofi kandung kencing :vagina terdorong ke depan di daerah suprapubik dan
klitoris terbagi dua karena dinding perut bagian bawah tidak terbentuk
SUPERFEMALE (47,XXX)
1 : 1000 kelahiran bayi wanita
Disebabkan karena non-dysjunction
Penampilan : wanita biasa, perkembangan seks normal, subur hanya
kecerdasannya rendah.
4
Dengan kariotipe 47,XXX dapat ditemukan 2 kromatin X
HERMAFRODITISMUS VERUS
Jarang ditemukan
Genitalia eksterna tampak dominasi pria sehingga seringkali diasuh sebagai
pria, tetapi bila ditemukan secara dini, maka sebaiknya anak diasuh sebagai
wanita
Masa pubertas : mamma mulai tumbuh dan seringkali terjadi haid
Terdapat jaringan testis pada sisi yang satudan ovarium pada sisi lain
Sebagian besar menunjukan kromatin seks dan gambaran karitipe wanita
Prinsip penanganan : pola asuh dari kecil dipertahankan. Cenderung untuk
mengangkat testis karena cenderung menjadi ganas
SINDROMA DOWN
1 :670 kelahiran hidup
Kelainan kromosom otosom
Terutama dialami oleh ibu usia tua
Terjadi tranlokasi kromosom 21, biasanya dari kromosom D
Kecerdasan rendah
Mulut terbuka dengan lidah yang menonjol. Oksiput dan muka gepeng
Hipotoni tubuh yang jelas
Refleks moro negatif
5
SINDROM PATAU (TRISOMI 13)
Jarang ditemukan
BBLR
Pertumbuhan lambat
Palatoskisis, labioskisis
Mikrosefal, polidaktili
Sering ditemukan kelainan jantung
Waktu lahir : lipatan labium mayus kiri dan kana menjadi satu, klitoris membesar
Di dalam lipatan yang menjadi skrotum tidak ada kelenjar kelamin
Uterus, tuba dan ovarium normal
Anak dapat tumbuh dengan cepat, tetapi pada umur 10 thn, epifisis menutup,
pertumbuhan berhenti, sehingga cenderung pendek
Rambut pubis dan ketiak tumbuh cepat, tidak haid
Untuk menegakkan diagnosis :
Kadar 17 ketosteroid dalam urin meningkat
Kadar pregnanetriol urin meningkat
Gangguan keseimbangan elektrolit, turunnya natrium di serum
Kromosom seks positif
Gambaran kromosom 46,XX
Penanganan :
kortikosteroid
6
Gangguan metabolisme endokrin
Tidak ditemukan kelainan kromosom
Klinis : ciri khas wanita, tetapi tidak mempunyai genitalia interna wanita,
terdapat testis yang kurang tumbuh dan ditemukan di rongga abdomen, di kalais
inguinalis atau di labium mayus
Testis tidak menunjukkan spermatogenesis
Mempunyai wajah wanita, tinggi, pertumbuhan mamma baik
Rambut pubis dan ketiak kurang atau tidak ada
Genitalia eksterna ada, tetapi vagina pendek atau menutup
PENGELOLAAN INTERSEKS
Tentukan morfologi alat genitalia eksterna dan ke arah mana berkembangnya
Pemeriksaan kromatin pada anak kecil tidak terlalu diperlukan
Pengobatan hormonal saat dewasa
Pembedahan
Pengarahan mental
Sindrom ini akibat mutasi domain steroid binding pada reseptor androgen,
mengakibatkan reseptor tidak dapat mengikat androgen atau reseptor dapat mengikat
androgen tapi tidak normal dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Insensitivitas
androgen disebabkan oleh adanya mutasi gen reseptor androgen yang terdiri atas 8 ekson,
berlokasi pada kromosom X dekat sentromer antara Xq 13 dan Xp 11. Testosteron dan
dehydroepiandrosteron diproduksi secara normal, tetapi reseptor di organ target tidak
sensitif terhadap hormon tersebut sehingga alat kelamin luar dan tanda-tanda kelamin
sekunder laki-laki tidak muncul. Sementara itu perkembangan kearah fenotip perempuan
tumbuh secara pasif tanpa dipengaruhi hormon, oleh karena pada fase embryogenesis bila
gonad tidak ada atau rusak maka perkembangan genitalia eksterna kearah perempuan.
7
Kekurangan atau gangguan fungsi reseptor menyebabkan gejala klinik yang dapat
dibedakan menjadi 6 kelainan: Sindrom feminisasi testikular komplit dan inkomplit,
Sindrom reifenstein, Sindrom infertilitas laki-laki Sindrom terundervirilisasi fertilitas
laki-laki, dan Spinal terkait-X dan atrofi otot bulbar. Pembedaan/klasifikasi digunakan
berkaitan dengan perlakukan terapi meski tidak berpengaruh secara signifikan, karena
sebagian besar terapinya tidaklah berbeda.
1) DIAGNOSIS
a) Anamnesis
Riwayat kehamilan: anamnesis harus meliputi semua endokrin pada ibu selama
kehamilan, derajat maturitas/prematuritas umur kehamilan, serta hormon yang ibu
konsumsi dari luar.
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan Penunjang
8
Ultrasonografi (USG): dilakukan pemeriksaan ada tidaknya uterus dan kedua adnexa,
testis intraabdomen, pemeriksaan batas organ dalam abdomen, klitoris dan penampakan
vagina.
d) Penilaian Psikologis
e) Kromosomal seks: Analisis dengan buccal smear menunjukkan kromatin seks negatif
dengan jenis karyotip 46XY.
f) Hormon seks
Menurut data Kajian penatalaksanaan sidrom feminisasi testis di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta tahun 1984-1994. Didapatkan sebagian besar pasien datang oleh
karena belum haid (71,4%), usia antara 20-24 tahun (42,8%) dan belum menikah
(85,7%). Semua pasien yang ditanyakan mempunyai perasaan bahwa dirinya wanita.
Payudara pasien 78,5% berkembang baik, tetapi tidak ada pasien yang putingnya
berkembang serta rambut aksila dan pubis sebagian besar tidak tumbuh (57,2%).
Ditemukan 21,5% kasus klitoris membesar, 64,3% mempunyai vagina berupa kantong
buntu. Berdasarkan analisis hormonal didapatkan peningkatan FSH (42,8%), LH
(64,3%), testosteron (50%), sedangkan estrogen rendah (64,3%). Laparoskopi dan
orkidektomi sudah dilakukan pada 64,3% kasus dimana hasil pemeriksaan patologi
anatomi menyatakan sesuai dengan testis, sedangkan lokasi testis terbanyak rongga
abdomen (42,8%). Dari hasil tersebut di atas ternyata 57,1% merupakan SFT lengkap, 1
kasus (7,1%) data tidak lengkap untuk disimpulkan.
9
2) PENANGANAN
a) Orkhidektomi
Adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat kedua testis. Hal ini dapat dilakukan
melalui potongan skrotum (insisi scrotal) atau selangkangan (insisi inguinal).
Atrophic rhinitis
Cystocele
Maskulinisasi
Osteoporosis
Hot flashes
Rhinitis
10
Urinary Incontinence
Vulvitis
Penyakit autoimun
Kolesterol tinggi
Hot flashes
Septo-Optic Dysplasia
Turner Syndrome
Vaginitis
c) Vaginoplasti
1. Tidak terbentuknya vagina yang disebut dengan atrisia atau agenesis vagina, sehingga
secara fisik yang bersangkutan kerap diragukan identitasnya sebagai perempuan.
Untungnya kasus-kasus seperti ini sangat jarang.
2. Vagina yang hanya terbentuk sebagian (agenesis partial), vagina memiliki batas antara
bagian atas dan bawah (septum transversal) atau kiri dan kanan (septum longitudinal) dan
selaput dara tak memiliki lubang (himen inferforata). Begitu juga bila labia atau bibir
vagina terlalu lebar atau malah mengalami perlekatan satu sama lain.
2. Bisa juga didapat akibat infeksi, semisal keputihan menahun yang tidak ditangani
secara tuntas.
3. Bisa juga karena trauma akibat persalinan di antaranya penonjolan dinding vagina
bagian depan (sistokel), penonjolan dinding bagian belakang (rektokel), pelebaran saluran
vagina maupun pelebaran mulut vagina (introitus vagina) karena adanya ruptura perinei
(perobekan perineum).
11
Bukan tidak mungkin pula akibat terjadinya fistula atau ketidaknormalan antara vagina
dengan saluran cerna maupun antara vagina dengan saluran kemih bawah (vesiko vagina
fistula) yang membuat air kemih atau malah feses mencemari vagina. Normalnya, antara
vagina dan lubang anus setidaknya berjarak 0.
Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab
penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital
yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap
kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering
pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk
menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya
diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin
A. Angka Kejadian
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat
pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital
multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat
pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi.
Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan
kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan
kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan
kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan
kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain
sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per i000 kelahiran angka
kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka
kejadian kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau
sebesar 11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan
(1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit
12
Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4625 kelahiran bayi. Angka
kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku
bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara perhitungan besar keciInya kelainan
kongenital.
B.Faktor Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital
antara lain:
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum
Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur
dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan
daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu
keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom
autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom
kelamin sebagai sindroma Turner.
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi
dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti
talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu
organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh
infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan
13
kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan
ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama
yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin
dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
[4]Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-
obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari
karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang
tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum
kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah
Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka
kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar
26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan
ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu
berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk
kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan
dengan bayi yang normal.
Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
14
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan
diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir
dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan
kongenital.
Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri
dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah
sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
C.Diagnosa
D.Penanganan
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan
koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan
dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah
penanganan dan prognosisnya.
15
16