You are on page 1of 10

Daftar Nama Menteri / Mentri dan Departemen pada

Susunan Kabinet Indonesia Bersatu Periode 2004 -


2009 NKRI
Daftar Nama Departemen yang ada pada Kabinet Indonesia Bersatu - Kabinet
Presidensil

1. Departemen Dalam Negeri


2. Departemen Luar Negeri
3. Departemen Pertahanan
4. Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
5. Departemen Keuangan
6. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
7. Departemen Perindustrian
8. Departemen Perdagangan
9. Departemen Pertanian
10. Departemen Kehutanan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Kelautan dan Perikanan
13. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
14. Departemen Pekerjaan Umum
15. Departemen Kesehatan
16. Departemen Pendidikan Nasional
17. Departemen Sosial
18. Departemen Agama

Kementrian:

Kementerian Koordinator
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Kementerian Koordinator Bidang Polhukam
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Daftar Nama Menteri pada Susunan Kabinet Indonesia Bersatu Periode 2004 - 2009

A. Daftar Nama Menteri Koordinator


1. Menko Politik, Hukum, dan Keamanan : Widodo Adi Sucipto, SIP.
2. Menko Perekonomian : Ir. Boediono
3. Menko Kesejahteraan Rakyat : Ir. Aburizal Bakrie
4. Menteri Sekretaris Negara : Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra

B. Daftar Nama Menteri yang Memimpin atau Membawahi suatu Departemen


1. Menteri Dalam Negeri : Letjen (Pur) Moh Ma'ruf
2. Menteri Luar Negeri : Dr. Hassan Wirajuda, SH, MALD.LLM.
3. Menteri Pertahanan : Prof. Dr. Joewono Soedarsono
4. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia : Dr. Hamid Awaludin, Ph.D
5. Menteri Keuangan : Dr. Sri Mulyani Indrawati
6. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral : Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc,
MA.
7. Menteri Perindustrian : Drs. Fahmi Idris
8. Menteri Perdagangan : Dr. Mari Elka Pangestu
9. Menteri Pertanian : Prof. Dr. Anton Apriyantono Ms.
10. Menteri Kehutanan : MS Kaban, SE, Ms.
11. Menteri Perhubungan : Ir. M. Hatta Radjasa
12. Menteri Kelautan dan Perikanan : Freddy Numberi
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Erman Suparno
14. Menteri Pekerjaan Umum : Ir. Joko Kirmanto, Dipl. HE.
15. Menteri Kesehatan : dr. Siti Fadilah Supari
16. Menteri Pendidikan Nasional : Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA.
17. Menteri Sosial : Bachtiar Chamsyah, SE.
18. Menteri Agama : M. Maftuh Basyuni, SH.

C. Daftar Nama Menteri Negara Non Departemen


1. Menneg Kebudayaan dan Pariwisata : Ir. Jero Wacik SE.
2. Menneg Riset dan Teknologi : Kusmayanto Kadiman, Ph.D.
3. Menneg Koperasi dan UKM : Drs. Suryadarma Ali
4. Menneg Lingkungan Hidup : Ir. Rachmat Witoelar
5. Menneg Pemberdayaan Perempuan : Dr. Meutia Farida Hatta Swasono
6. Menneg Pendayagunaan Aparatur Negara: Drs. Taufik Effendi, MBA.
7. Menneg Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal : Saifullah Yusuf SIP.
8. Menneg PPN / Kepala Bappenas : Drs. Paskah Suzetta
9. Menneg BUMN : Sugiharto, MBA.
10. Menneg Komunikasi dan Informasi : Dr. Sofyan Djalil, SH, MA, MALD.
11. Menneg Perumahan Rakyat : Drs. M. Yusuf Asyari Ak, Msi.
12. Menneg Pemuda dan Olahraga : Adhiyaksa Dault, SH, Msi.

D. Daftar Nama Pejabat yang Setingkat Menteri


1 . Jaksa Agung : Abdul Rahman Saleh, SH, MH.
2. Sekretaris Kabinet : Sudi Silalahi
pemerintahan presiden Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono
dan Wakil Presiden Prof. Dr.budiono, M.Ec. periode 2009-
2014 .
Nama Menteri yang Memimpin Departemen

Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi SH,MS

Menteri Luar Negeri: Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil,
B.Sc

Menteri Pertahanan: Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro

Menteri Hukum dan HAM: Patrialis Akbar, SH

Menteri Keuangan: Dr. Sri Mulyani Indrawati

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Dr.Darwin Zahedy Saleh

Menteri Perindustrian: Ir.Mohamad Suleman Hidayat

Menteri Perdagangan: Dr. Mari E. Pangestu

Menteri Pertanian: Ir. H. Suswono, MMA

Menteri Kehutanan: Zulkifli Hasan, SE, MM

Menteri Perhubungan: Laksamana Madya (Purn.) Freddy Numberi

Menteri Kelautan dan Perikanan: Dr. Ir.Fadel Muhammad

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Drs H. A. Muhaimin Iskandar, MSi

Menteri Pekerjaan Umum: Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE

Menteri Kesehatan: Dr. dr. Endang Rahayu Sedyaningsih

Menteri Pendidikan Nasional: Prof.Dr.Ir. Muhammad Nuh

Menteri Sosial: Dr.H. Salim Segaf Al-Jufrie

Menteri Agama: Drs. H. Suryadharma Ali


Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Ir. Jero Wacik SE

Menteri Komunikasi dan Informatika: Ir. H. Tifatul Sembiring

Nama Menteri Koordinator

Menko Bidang Politik, Hukum dan Keamanan: Marsekal (Purn) Djoko Suyanto

Menko Bidang Perekonomian: Ir. Hatta Radjasa

Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat: Dr. H.R. Agung Laksono

Menteri Sekretaris Negara: Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi

Nama Menteri Negara

Menteri Negara Riset dan Teknologi: Drs.H. Suharna Surapranata, MT

Menteri Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah: Dr. Syarif Hasan

Menteri Negara Lingkungan Hidup: Gusti M Hatta

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Amalia


Sari, Sip

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: EE


Mangindaan, Sip

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas: Prof. Dr.


Armida Alisjahbana

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara: Dr. Ir. Musfata Abubakar

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga: Dr. Andi Alfian Mallarangeng

Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal: Ir. H. Ahmad Helmy Faishal Zaini

Menteri Negara Perumahan Rakyat: Suharso Manoarfa,MA


Nama Pejabat Berkedudukan Setingkat Dengan Menteri

Jaksa Agung: Hendarman Supandji (belum ada pergantian)

Panglima TNI: Djoko Santoso (belum ada pergantian)

Kapolri: Bambang Hendarso Danuri (belum ada pergantian)

Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan: Kuntoro


Mangkusubroto

Kepala BIN: Jenderal (Purn) Sutanto

Kepala BKPM: Gita Wirjawan


Otoritas moneter

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman,
"margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai
peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan
pemerintah lain.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan
perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan
(tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh
sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi
barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak
terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,
intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu : [2]

1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar

1. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain : [3]

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat
Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah
uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya
menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

1. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk
menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

1. Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit
untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. [4]

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai
tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting
Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).
Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai
tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk
mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan


kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar
atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang
baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan
wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah
bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran
serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya,
terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi
perekonomian secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang
cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga
dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa
memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya
berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang
perbankan.

Pengertian Rahasia Bank


Kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan rahasia Bank, sehingga kalau kita
menjadi nasabah Bank, kita akan mengetahui secara pasti apa-apa yang boleh dan
tidak boleh diberikan pada pihak luar oleh Bank
Menimbang bahwa rahasia bank yang diperlukan sebagai salah satu faktor untuk
menjaga kepercayaan nasabah penyimpan, dimungkinkan dibuka untuk kepentingan
perpajakan, penyelesaian piutang bank, kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, dalam rangka tukar menukar
informasi antar bank, atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah, dan
permintaan ahli waris yang sah dari nasabah yang telah meninggal dunia;
Dalam Pasal 1 angka 16 UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UUP 1992)
dinyatakan bahwa rahasia bank adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan dan hal-hal ini dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan
wajib dirahasiakan”.
Pengertian “kelaziman dunia perbankan” dijelaskan dalam penjelasan Pasal 40 yaitu
“seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yan diketahui oleh bank karena
kegiatan usahanya”
DasarbHukum ketentuan rahasia bank di Indonesia, mula-mula adalah Undang-
undang no.7 tahun 1992 tentang Perbankan, tetapi kemudian diubah dengan Undang-
undang no.10/1998. Sesuai pasal 1 ayat 28 Undang-undang no.10/1998, berbunyi
sebagai berikut:
Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan Simpanannya.
Yang di rahasiakan bank sebagaiberikut :
a) Jumlah kekayaan nasabah
b) Biodata nasabah
c) Pinjaman nasabah

Deskripsi
Segala sesuatu yang dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya
Pengecualian atas kewajiban rahasia bank
Undang-undang no.10/1998 memberikan pengecualian dalam 7 (tujuh) hal.
Pengecualian tersebut tidak bersifat limitatif, artinya di luar 7 (tujuh) hal yang telah
dikecualikan itu tidak terdapat pengecualian yang lain. Pengecualian itu adalah:
a) Untuk kepentingan perpajakan dapat diberikan pengecualian kepada pejabat pajak
berdasarkan perintah Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan
(pasal 41)
b) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, dapat diberikan
pengecualian kepada Pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/PUPN atas
izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 41A)
c) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana dapat diberikan pengecualian
kepada polisi, jaksa atau hakim atas izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 42)
d) Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya dapat diberikan
pengecualian tanpa harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia (pasal 43)
e) Dalam rangka tukar menukar informasi di antara bank kepada bank lain dapat
diberikan pengecualian tanpaharus memperoleh izin dari Pimpinan Bank Indonesia
(pasal 44)
f) Atas persetujuan, permintaan atau kuasa dari nasabah penyimpan secara tertulis
dapat diberikan pengecualian tanpa harus memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia
(pasal 44A ayat 1)
g) Atas permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan dana yang telah
meninggal dunia (pasal 44A ayat 2)
SIFAT RAHASIA BANK
a) Bersifat mutlak,
bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena
kegiatan usahanya dalam keadaan apapun, biasa atau keadaan luar biasa. Terlalu
mementingkan individu, sehingga kepentingan Negara dan masyarakat terabaikan
(Swiss).
b) Bersifat nisbiataurelatif,
bank diperbolehkan membuk arah asia nasabahnya, bila untuk suatu kepentingan
mendesak, misalnya kepentingan negara.

You might also like