Professional Documents
Culture Documents
Di pengolahan limbah cair juga ada peralatan yang disebut Hydrolizer - Stripper. Menurutnya, itu
merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung Amoniak dan Urea dengan
konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung Urea
10.000 ppm dan Amoniak 3.500 mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada
masing-masing pabrik.
Selanjutnya, limbah tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam Buffer
Tank. Dari Buffer Tank dipompakan kedalam Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan terjadi
proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan CO2.
Fuel Cell
Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk memenuhi
energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil, dibutuhkan
berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang disebut sebagai fuel cell
stack.
fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah hidrogen dan oksigen
menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi listrik dan panas dalam prosesnya. fuel cell
merupakan suatu bentuk teknologi sederhana seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk
mendapatkan energinya kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan
hidrogen.
Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia pembentukan air, alat konversi
energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan efek samping yang berbahaya bagi lingkungan
seperti alat konversi energi konvensional (misalnya proses pembakaran pada mesin mobil).
Sedangkan dari segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada baterai portable seperti pada
handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan baterai litium.
Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi yang digunakan bukan listrik,
tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.
Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan katoda. Reaksi yang terjadi
pada anoda adalah 2 H2 >-- 4 H+ + 4 e-. Sementara reaksi yang terjadi pada katoda adalah 2 + 4
H+ + 4e- >-- 2 H2O. Sehingga keseluruhan reaksi pada fuel cell adalah 2H2 + O2 >-- 2 H2O.
Hasil samping reaksi kimia ini adalah aliran elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi
panas dari reaksi.
Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena itu untuk memenuhi
energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas dan mesin mobil, dibutuhkan
berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi satu unit besar yang disebut sebagai fuel cell
stack.
Tian Jia-yu, Heng Liang, Jun Nan, Yan-ling Yang, Shi-jie You, Gui-bai Li, Submerged membrane bioreactor
(sMBR) for the treatment of contaminated raw water. Chem. Eng. J. 148 (2009) 296-305.
Wang Yu-Lan, Shui-Li Yu, Wen-Xin Shi, Rui-Ling Bao, Qing Zhao, Xing-Tao Zuo. Comparative Performance
Between Intermittently Cyclic activated Sludge-Membrane Bioreactor and anoxic/aerobic-membrane
bioreactor. Bio. Tech. 100 (2009) 3877-3881.
Kader Amr M. Abdeel. A review of membrane bioreactor (MBR) technology and their applications in the
wastewater treatment system
http://bumiridho.wordpress.com/2008/07/06/bioreaktor-membran/
Katanyon S, M.J. Megat Mohd Nor, J. Ahmad, L.A. Abdul Ghani, H. Nagaoka, H. Aya. Effects of mixed
liquor suspended solid concentrations on membrane bioreactor efficiency for treatment of food industry
wastewater. Desalination. 167 (2004) 153-158.
PALEMBANG – Dua produsen pupuk, yakni PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan PT Pupuk Kaltim
(PKT), melaporkan berhasil melampaui target produksi pupuk pada tahun 2009.
Produksi Pusri melewati target sebesar 5,5 juta ton sehingga perusahaan itu akan meningkatkan
targetnya menjadi enam ton pada tahun ini. Adapun PKT mencetak angka produksi urea tertinggi
sebesar 9.949.750 ton atau sekitar 99 persen dari kapasitas produksi terpasang sebesar 2,98 juta
ton per tahun karena kebutuhan gas terpenuhi.
Direktur Utama Pusri Dadang Heru Kodri di Palembang, Kamis (31/12), menerangkan realisasi
produksi urea mencapai 2,026 juta ton atau 101,3 persen dari target, amoniak 1,323 juta ton
(101,8 persen), dan pupuk organik sebesar 976 ton atau 162,7 persen dari target.
Sementara itu, Dirut PKT Hidayat Nyakman mengatakan produksi urea sebesar 7,3 persen di
atas rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) sebesar 2.748.600 ton. ”Ini merupakan
produksi tertinggi PKT setelah tahun 2005 mencapai angka tertinggi sebesar 2,6 juta ton,”
katanya.
Selain urea, PKT mencapai produksi amoniak tertinggi sebesar 1,880 juta ton atau 101,6 persen
dari kapasitas terpasang sebesar 1,85 juta ton per tahun. Sedangkan produksi NPK, lanjut dia,
mencapai 119.641 dari target produksi sebesar 125 ribu ton.
“Tahun depan kami menargetkan produksi NPK mencapai 200 ribu ton dan akan terus
ditingkatkan dari tahun ke tahun untuk mendukung program pemprov menjadikan Kaltim pusat
produksi CPO (minyak sawit mentah) di Indonesia,” ujar Hidayat.
(PL/Ant/E-3)
Pencemaran Air
Oleh: AnneAhira.com Content Team
Aktivitas domestik dan industri dalam rumah tangga berperan besar dalam proses
pencemaran air. Pada tingkat pencemaran akut, air tidak bisa dikonsumsi,
membahayakan kesehatan, bahkan mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, sudah
seharusnya masyarakat memahami cara menanggulangi pencemaran air yang
benar.
Secara kasat mata, aktivitas masyarakat yang rentan menimbulkan pencemaran adalah
membuang sampah sembarangan, mengabaikan pengelolaan limbah, dan penggunaan
bahan-bahan berbahaya seperti deterjen fosfat.
Pada umumnya, air yang tercemar mengandung logam berat yang secara perlahan-
lahan menumpuk pada organ manusia akan menimbulkan bermacam-macam penyakit.
Dalam lingkungan air yang tercemar, logam diserap oleh tumbuhan, dan ketika
dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk sayuran, dampaknya pun sama dengan
mengonsumsi air tercemar.
b. Air limbah industri, baik industri skala besar maupun industri menengah kecil dan
keluarga. Industri menengah kecil dan industri keluarga merupakan penyumbang
limbah terbesar, sebab pada industri besar biasanya sudah ada pengolahan limbah
terpadu. Limbah industri timbul sebagai akibat proses produksi yang melibatkan zat-zat
berbahaya seperti nitrogen, sulfida, amonia, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya.
Karakteristik Limbah
Secara fisik, air limbah mengandung partikel-partikel padat. Pada limbah industri,
partikel padat bisa berupa sisa-sisa bahan yang tidak terolah atau bahan-bahan
pencampur dalam proses pembilasan. Sedangkan pada limbah keluarga dan
perkantoran, partikel padat bisa berupa sisa-sisa kertas, plastik, styrofoam, bahan
makanan keluarga, dan sebagainya.
Air limbah memiliki sifat basa, karena secara umum, air tersebut mengandung zat-zat
kimia anorganik yang secara alami terdapat dalam air, yang bercampur dengan zat
organik dari penguraian bakteri. Setelah pembusukan, air tersebut bersifat asam.
Senyawa organik dalam air limbah merupakan gabungan nitrogen dan asam amino,
bercampur dengan lemak, sabun, karbohidrat, dan selulosa.
Air limbah mengandung bakteri patogen dan amuba coli. Kedua jenis mikroorganisme
ini tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah.
Limbah yang tidak diolah dengan baik akan menimbulkan dampak ekologis yang
memengaruhi kesehatan manusia. Beberapa potensi bahaya limbah tak terolah antara
lain:
Pengolahan Limbah
Alam memiliki mekanisme pengolahan limbah secara alami. Namun, karena kerusakan
ekologis yang disebabkan pencemaran, pengolahan alami tersebut tidak bisa
berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, selain dukungan sanitasi yang memadai,
perlu pengolahan limbah untuk memudahkan alam memproses limbah tersebut secara
tuntas.
Jadi, sebelum dibuang, limbah perlu diolah, minimal secara sederhana. Beberapa
pengolahan limbah sederhana sebagai berikut.
a. Pengenceran
Kolam oksidasi bertujuan memproses limbah secara alami dengan memanfaatkan sinar
matahari, ganggang, bakteri aerob, dan oksigen. Secara singkat bisa dijelaskan bahwa
limbah akan diuraikan oleh bakteri aerob.
Bakteri tersebut memerlukan oksigen dalam jumlah cukup yang disediakan oleh
ganggang. Ganggang mengeluarkan oksigen pada proses fotosintesis dengan
menggunakan sinar matahari. Ganggang mengambil unsur-unsur makanan yang
diuraikan oleh bakteri aerob. Setelah beberapa hari, kandungan polutan limbah
menurun drastis dan aman dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan hasil studi akhir (Studi Evaluasi dan Basic Design & Engineering Package) yang
dikerjakan bersama-sama konsultan HASKONING dan Tim Proyek PET, maka sistem peralatan
dan modifikasi yang dilaksanakan meliputi, Hidrolizer-Stripper System, Oil Separator,
Biological Waste Water Treatment System, Sludge Removal Facilities, Waste Reduction
Program.
Hydrolizer - Stripper
Merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah
cair yang mengandung Amoniak dan Urea dengan
konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari
pabrik Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung
Urea 10.000 ppm dan Amoniak 3.500 mg/l yang
dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit
pada masing-masing pabrik. Selanjutnya limbah
tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan untuk
ditampung dalam Buffer Tank. Dari Buffer Tank
dipompakan ke dalam Hydrolizer Stripper. Dalam
unit Hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan
urea menjadi amoniak dan CO2. Hasil hidrolisa urea
dipisahkan dalam Stripper dengan sistem Steam
Sripping, keluaran dari Stripper berupa off gas dan
treated water. Dengan konsentrasi Urea = nil dan
Amoniak , 5 ppm.
Oil Separator
Pada tiap-tiap collecting pit dilengkapi dengan unit
pemisah minyak yang bekerja secara kontinue
dengan kapasitas olahan 20 M3/jam. Pemisahan
minyak ini dilakukan untuk menjaga agar konsentrasi
minyak yang akan diolah di Hydrolizer Stripper
terjaga pada kisaran < 10 ppm.
Oil Skimmer
Pada saluran-saluran kecil didalam pabrik dipasang
Oil Skimmer yang berfungsi untuk menangkap
minyak, sehingga konsentrasi minyak yang akan
diolah di unit biologi sudah rendah.
Scrubber
Scrubber unit,
merupakan peralatan
yang dipasang khusus
untuk menanggulangi
venting gas yang
mengandung Amoniak
dari FIC-403 di pabrik
Urea bila ada
gangguan operasional.
Hasil olahan
dikumpulkan dalam
collecting Pit dan
kemudian dikirim ke
Unit Hydrolizer
Stripper untuk diolah
kembali.
PENGOLAHAN AIR
LIMBAH UNTUK MASA
DEPAN LEBIH BAIK
Limbah industri adalah sisa
buangan atau limbah industri dapat
berupa gas dan debu, cairan atau
padatan. Adapun sisa buangan cair
yang dikeluarkan oleh proses-proses
dalam industri sering disebut air
limbah industri. Keberadaan senyawa
organik dalam air limbah pada kolam
konvensional merupakan penyebab
yang menjadikan air limbah termasuk
salah satu sumber penghasil gas
rumah kaca yang menjadi sebab
utama perubahan iklim global,
dimana senyawa organik pada air
limbah akan terurai menjadi
karbondioksida (CO2) dan atau metan
(CH4,). Sehingga semakin tinggi
tingkat produksi air limbah maka
semakin tinggi pula tingkat produksi
gas rumah kaca yang berarti
mempercepat terjadinya perubahan
iklim global. Air limbah yang
berpotensi menghasilkan emisi
metan adalah air limbah yang berasal
dari limbah industri antara lain
industri kelapa sawit, industri tapioka,
industri nenas, industri karet, pabrik
gula, industri makanan dan
petrokimia.
Mencegah terbentuknya
limbah (up of the pipe),
meminimalkan terbentuknya limbah,
memanfaatkan limbah (reuse,
recycle, recovery) serta mengolah
limbah secara benar melalui
pendekatan teknologi pengolahan
limbah (end of the pipe) merupakan
upaya-upaya mitigasi pengurangan
Gas Rumah Kaca melalui
pengendalian dan pengelolaan
pencemaran air limbah industri.
Adapun beberapa metode dalam
upaya tersebut diantaranya dengan
metode ko-komposting atau dengan
proses digester anaerob dapat
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca,
recovery metan dari IPAL,
menghindari pembentukan metan
pada IPAL melalui penggantian
sistem anaerobik dengan sistem
aerobik. Beberapa metode yang
pernah diterapkan diantaranya
ekstraksi metan dan pembangkit
energi pada industri tepung tapioka
dan penangkapan Metan dan
pembakaran (combustion) pada
sistem pengolahan efluen anaerobik
yang telah ada.
Adapun pemanfaatan air limbah
dapat dilakukan untuk pengolahan
berbagai aspek seperti :
1. SUMBER PEMBENTUKAN GAS
RUMAH KACA DARI AIR LIMBAH
Limbah adalah kotoran atau
buangan yang merupakan komponen
pencemaran yang terdiri dari zat atau
bahan yang tidak mempunyai
kegunaan lagi bagi masyarakat
(Agustina, dkk, 2008), sedangkan
menurut ketentuan PP No.18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun jo PP
No.85 Tahun 1999 tentang
Perubahan PP 18/99 pasal 1 ayat (1),
Limbah adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan. Yang dimaksud
dengan sisa suatu kegiatan adalah
sisa suatu kegiatan dan/atau proses
produksi yang antara lain dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit, industri
pertambangan dan kegiatan lainnya.
Air limbah (waste water)
dihasilkan sebagai akibat dari
dampak adanya kegiatan/usaha yang
memerlukan air untuk proses
produksinya. Menurut Sigit Hernowo
(2003), sisa buangan atau limbah
industri dapat berupa gas dan debu,
cairan atau padatan dimana sisa
buangan cair yang dikeluarkan oleh
proses-proses dalam industri sering
disebut air limbah industri.
Kandungan air limbah sangat
bervariasi tergantung dari asal
kegiatannya. Air limbah dari industri
manufaktur sangat berbeda dengan
air limbah dari industri pertanian
ataupun industri pertambangan dan
migas. Namun secara garis besar
komponen ataupun senyawa yang
ada pada air limbah terdiri atas
senyawa kimia anorganik dan
organik.
Air limbah tersebut lazimnya
diolah di dalam Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL), namun ada juga
yang dapat dimanfaatkan misalnya
land application pada tanaman sawit.
Land application adalah pemanfaatan
limbah cair dari industri kelapa sawit
untuk digunakan sebagai bahan
penyubur atau pemupukan tanaman
kelapa sawit dalam areal
perkebunanan kelapa sawit itu sendiri
(Apriyanto, 2008).
Keberadaan senyawa organik
dalam air limbah merupakan
penyebab yang menjadikan air
limbah termasuk salah satu sumber
penghasil gas rumah kaca. Senyawa
organik pada air limbah akan terurai
menjadi menjadi CO2 dan atau
metan. Senyawa tersebut lebih
banyak terdapat pada Pengolahan
limbah cair PMKS secara
konvesional banyak dilakukan oleh
pabrik karena teknik tersebut cukup
sederhana dan biayanya lebih murah.
Berdasarkan sumbernya air
limbah dapat dikelompokkan ke
dalam dua jenis limbah penghasil
utamanya yaitu limbah industri dan
limbah domestik. Kedua air limbah
tersebut memiliki potensi untuk
menghasilkan metan yang akan
memberikan kontribusi terhadap
pembentukan gas rumah kaca.
Air limbah domestik bisa
berupa limbah/kotoran manusia yang
biasanya akan terbawa aliran sungai
atau tersimpan di dalam septic tank
dan akan terurai menjadi metan yang
mengemisi ke udara. Air limbah
domestik lainnya bisa berupa air
bekas cucian dari dapur. Air bekas
cucian dari dapur ini biasanya
membawa sisa-sisa makananan yang
akan mencemari perairan dan
meningkatkan nilai BOD (Biological
Oxygen Demand).
Air limbah lainnya yang
berpotensi menghasilkan emisi
metan lainnya adalah air limbah yang
berasal dari limbah industri antara
lain industri kelapa sawit, industri
tapioka, industri nenas, industri karet,
pabrik gula, industri makanan dan
petrokimia. Air limbah dapat
mencemari lingkungan dan merusak
ekosistem yang terkena dampaknya.
Air limbah hasil pengolahan industri
merupakan salah satu sumber
penyebab terjadinya pencemaran air
selain dari limbah domestik seperti
sampah rumah tangga, deterjen,
septic tank dan lain-lain.
A. Kelebihan
Tabel 1. Emisi Pencemar Udara dari Jenis-Jenis Fuel Cell (Bluestein, 2002)
Catatan: PEM (Polimer Electrolyte Membrane), PAFC (Posporic Acid Fuel Cell), SOFC (Solid
Oxide Fuel Cell), MCFC (Molten Carbonate Fuel Cell), 1 lb (pon) = 0,45 kg). Selain itu, sistem
ini juga tidak mengeluarkan suara (tidak berisik), kecuali suara dari beberapa peralatan
pendukung seperti pompa, kipas, kompresor, dll.
Oleh sebab fuel cell tidak menggunakan proses pembakaran dalam konversi energi, maka
efisiensinya tidak dibatasi oleh batas maksimum temperatur operasional (tidak dibatasi oleh
efisiensi siklus Carnot). Hasilnya, efisiensi konversi energi pada fuel cell melalui reaksi
elektrokimia lebih tinggi dibandingkan efisiensi konversi energi pada mesin kalor (konvensional)
yang melalui reaksi pembakaran.
Sistem fuel cell sangat baik diaplikasikan pada industri otomotif yang beroperasi pada temperatur
rendah. Keuntungannya adalah fuel cell hanya memerlukan sedikit waktu pemanasan (warmup
time), resiko operasional pada temperatur tinggi dikurangi, dan efisiensi termodinamik dari
reaksi elektrokimia lebih baik.
Ketika fuel cell digunakan untuk menghasilkan energi listrik maka fuel cell hanya membutuhkan
sedikit transformasi energi, yaitu dari energi kimia menjadi energi listrik. Bandingkan dengan
mesin kalor yang harus mengubah energi kimia menjadi energi panas kemudian menjadi energi
mekanik yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik. Fuel cell yang
diaplikasikan untuk menggerakkan motor listrik memiliki jumlah transformasi energi yang sama
dengan mesin kalor, tetapi transformasi energi pada fuel cell memiliki efisiensi yang lebih tinggi.
Sistem fuel cell tidak perlu penyetruman (recharge) layaknya baterai. Tetapi sistem fuel cell
harus diisi ulang dengan hidrogen, dimana prosesnya lebih cepat dibandingkan penyetruman
baterai. Selain itu, baterai tidak dapat dipasang dalam jumlah besar pada mesin otomotif untuk
meningkatkan performance karena akan semakin menambah beban pada kendaraan tersebut.
Gambar-010 Stasiun Pengisian Hidrogen (Stefan Geiger, 2004)
B. Kekurangan
B.1. Hidrogen
Hidrogen sulit untuk diproduksi dan disimpan. Saat ini proses produksi hidrogen masih sangat
mahal dan membutuhkan input energi yang besar (artinya: efisiensi produksi hidrogen masih
rendah). Untuk mengatasi kesulitan ini, banyak negara menggunakan teknologi reforming
hidrokarbon/fosil untuk memperoleh hidrogen. Tetapi cara ini hanya digunakan dalam masa
transisi untuk menuju produksi hidrogen dari air yang efisien.
Fuel cell membutuhkan hidrogen murni, bebas dari kontaminasi zat-asing. Zat-asing yang
meliputi sulfur, campuran senyawa karbon, dll dapat menonaktifkan katalisator dalam fuel cell
dan secara efektif akan menghancurkannya. Pada mesin kalor pembakaran dalam (internal
combustion engine), masuknya zat-asing tersebut tidak menghalangi konversi energi melalui
proses pembakaran.
Fuel cell yang diaplikasikan pada industri otomotif memerlukan katalisator yang berupa
Platinum untuk membantu reaksi pembangkitan listrik. Platinum adalah logam yang jarang
ditemui dan sangat mahal. Berdasarkan survei geologis ahli USA, total cadangan logam platinum
di dunia hanya sekitar 100 juta kg (Bruce Tonn and Das Sujit, 2001). Dan pada saat ini,
diperkirakan teknologi fuel cell berkapasitas 50 kW memerlukan 100 gram platinum sebagai
katalisator (DEO, 2000). Misalkan penerapan teknologi fuel cell berjalan baik (meliputi:
penghematan pemakaian platinum pada fuel cell, pertumbuhan pasar fuel cell rendah, dan
permintaan platinum rendah) maka sebelum tahun 2030 diperkirakan sudah tidak ada lagi logam
platinum (Anna Monis Shipley and R. Neal Elliott, 2004). Untuk itulah diperlukan penelitian
untuk menemukan jenis katalisator alternatif yang memiliki kemampuan mirip katalisator dari
platinum.
B.4. Pembekuan
Selama beroperasi, sistem fuel cell menghasilkan panas yang dapat berguna untuk mencegah
pembekuan pada temperatur normal lingkungan. Tetapi jika temperatur lingkungan terlampau
sangat dingin (-10 s/d -20 C) maka air murni yang dihasilkan akan membeku di dalam fuel cell
dan kondisi ini akan dapat merusak membran fuel cell (David Keenan, 10/01/2004). Untuk itu
harus didesain sebuah sistem yang dapat menjaga fuel cell tetap berada dalam kondisi temperatur
normal operasi.
Gambar-011 Tes Mobil Bermesin Fuel Cell pada Kondisi BersaljuB.5. Teknologi Tinggi &
Baru
Perlu dikembangkan beberapa material alternatif dan metode konstruksi yang baru sehingga
dapat mereduksi biaya pembuatan sistem fuel cell (harga komersial saat ini untuk pembangkit
listrik dengan fuel cell ~$4000/kW) (Javit Drake, 29/03/2005).
Tabel-007 Biaya Investasi, Operasional, Pemeliharaan Jenis Jenis Fuel Cell (Anna Monis
Shipley and R. Neal Elliott, 2004)
Diharapkan dimasa depan dapat dihasilkan sebuah sistem fuel cell yang lebih kompetitif
dibandingkan mesin bakar/otomotif konvensional (harga saat ini: $20/kW) dan sistem
pembangkit listrik konvensional (harga saat ini: $1000/kW) (Matthew M. Mench, 24/05/2001).
Teknologi baru tersebut akan mampu menghasilkan reduksi biaya, reduksi berat dan ukuran,
sejalan dengan meningkatnya kehandalan dan umur operasi (lifetime) sistem fuel cell.
Penggunaan sistem fuel cell dalam industri otomotif minimal harus memiliki umur operasi 4.000
jam (ekivalen 100.000 mil pada kecepatan 25 mil per jam) dan dalam industri pembangkit listrik
minimal harus memiliki umur operasi 40.000 jam (Matthew M. Mench, 24/05/2001).
Infrastruktur produksi hidrogen yang efektif belum tersedia. Tersedianya teknologi manufaktur
dan produksi massal yang handal merupakan kunci penting usaha komersialisasi sistem fuel cell.
Referensi:
Matthew M. Mench, Chao-Yang Wang and Stefan T. Thynell., An Introduction to Fuel Cells
and Related Transport Phenomena, Dept of Mechanical and Nuclear Engineering, Pennsylvania
State University, USA, pp: 3 – 4, 24/05/2001
David Keenan, Fuel Cell Companies, Minnesota Futurists Financial Futures SIG, USA,
10/01/2004.
Javit Drake, Fuel Cells: Concept Today, Practical Tomorrow?, Gillette Technical Center
Needham, 29/03/2005.
Anna Monis Shipley and R. Neal Elliott, Stationary Fuel Cells: Future Promise, Current Hype,
American Council for an Energy-Efficient Economy, Washington D.C, March 2004.
Bruce Tonn and Das Sujit, An Assessment of Platinum Availability for Advanced Fuel Cell
Vehicles, Oak Ridge, Tenn.: Oak Ridge National Laboratory, 2001.
United Technologies Corporation, Benefits of the PC 25 Fuel Cell Power Plant, South Windsor
Conn.: United Technologies Corporation, 2002.
Bluestein, Joel (Energy and Environmental Analysis, Inc.), Personal Communication, October
2002.
Stefan Geiger, Fuel Cells in Austria, Italy and Switzerland – A Survey of current Developments,
2004.
SAMPAI saat ini memang belum ada jenis sumber tenaga listrik yang memiliki rentang pemakaian yang
sangat luas seperti sumber energi fuel-cell. Perangkat yang sekarang kebanyakan masih dalam bentuk
prototipe ini selain belakangan banyak dikembangkan untuk kebutuhan produk elektronik portabel, seperti
telepon seluler, juga dipersiapkan untuk kebutuhan otomotif dan pembangkit listrik.Gema pengembangan
baterai yang sangat ramah lingkungan ini, terutama untuk kebutuhan barang-barang elektronik ringkas.
Bahkan para pengamat banyak memperkirakan tidak sampai lima tahun mendatang baterai dengan
bahan bakar gas hidrogen ini akan mulai bersaing dengan baterai-baterai konvensional, baik baterai
kering maupun baterai isi ulang, yang membahayakan lingkungan.
Segi menarik dari sumber tenaga kecil ini antara lain menawarkan bobot yang ringan untuk kebutuhan
seperti telepon seluler generasi ketiga, notebook, PDA, dan perangkat elektronik kecil lainnya. Yang lebih
mengagumkan adalah kemampuan menghasilkan listrik yang lebih lama dibandingkan baterai
konvensional dengan besar yang sama.
Pengembangan dalam dunia otomotif tidak kalah menariknya, seperti percobaan yang dilakukan
perusahaan otomotif raksasa Jerman, DaimlerChrysler. Sampai tahun lalu perusahaan dari Jerman ini
sudah memperkenalkan prototipe yang kelima dan pada Necar 5 sudah lebih spesifik, bukan lagi hanya
menggunakan hidrogen, tetapi bahkan metanol sebagai bahan bakar untuk sumber listrik fuel-cell.
Selain perusahaan Jerman ini, produsen otomotif AS General Motor juga melakukan pengembangan
yang sama. Perusahaan otomotif Jepang, Honda dan Toyota tidak mau ketinggalan, bahkan Toyota
pertengahan bulan lalu mengatakan telah mengembangkan dua kendaraan hibrida fuel-cell bekerja sama
dengan pembuat truk Hino Motors.
Perusahaan lain seperti BMW sepuluh hari lalu juga memperkenalkan kendaraan dengan bahan bakar
hidrogen di Los Angeles, AS. Hanya bedanya kendaraan ini mempergunakan bahan bakar hidrogen
dalam sistem mesin pembakaran dalamnya, bukan untuk membangkitkan listrik penggerak motor listrik.
Pembangkit listrik ukuran sedang antara lain dikembangkan Greenvolt Power Corp. Perusahaan ini
bahkan sudah siap mengirimkan pembangkit listrik berkapasitas 200 kW PAFC (Phosphoric Acid Fuel
Cell ) pada bulan Juli ini. Pembangkit berbobot 30 ton ini mempergunakan bahan bakar gas alam tanpa
mempergunakan mesin pembakaran yang selama ini biasa digunakan.
PADA dasarnya fuel-cell ini adalah baterai yang relatif sederhana dibandingkan jenis baterai lain yang
bisa membangkitkan listrik arus searah. Bahkan teknologi pembangkit listrik ini sudah ada sejak lebih dari
150 tahun yang lalu, meskipun waktu itu pengembangannya banyak menemui hambatan sampai akhirnya
tertinggal dibanding dengan teknologi lain.
Sejak cara pembangkitan listrik terjadi secara kimiawi, mesin ini menjadi sangat senyap, jauh dari polusi
suara yang dihasilkan sistem pembakaran dalam, apalagi mesin diesel. Maka dalam dunia otomotif mesin
fuel-cell lebih sebagai mesin pembangkit listrik untuk menggerakkan motor listrik.
Hanya uniknya mesin ini juga "memakan" bahan bakar, meski tanpa melalui sistem pembakaran
sebagaimana biasa dikenal selama ini. Inti kerjanya sangat sederhana, yaitu mempertemukan unsur
hidrogen-bisa didapat dari bahan bakar hidrokarbon seperti gas alam, metanol, dan bahkan bensin-
dengan oksigen dari udara bebas, menghasilkan uap air dan aliran elektron atau listrik.
Maka istilah fuel-cell sendiri kalau diterjemahkan menjadi sel bahan bakar bisa menimbulkan pengertian
yang berbeda. Istilah ini berasal dari teknologi baterai, di mana kata "cell" merupakan sebutan bagi
pasangan anoda dan katoda (plat positif dan negatif). Istilah fuel-cell tidak dipergunakan pada awal-awal
penemuannya, mereka lebih menggunakan nama sesuai nama penemu atau istilah seperti "gas battery".
"Karena fuel-cell dan baterai bekerja secara serupa, maka terminologi fuel-cell pada dasarnya berarti
satu tipe baterai yang mempergunakan aliran bahan bakar secara tetap untuk bisa menghasilkan listrik,"
kata Hal Wallace, ahli sejarah bidang koleksi kelistrikan pada National Museum of American History yang
dihubungi Kompas melalui email.
Dalam pengembangannya, sekalipun mempergunakan prinsip kerja yang sama, namun variasinya cukup
banyak. Mesin fuel-cell besar tidak bisa dibuat kecil hanya dengan cara mengecilkan skalanya saja,
demikian pula sebaliknya.
Pembangkit listrik seperti halnya listrik PLN selain memerlukan fuel-cell berkapasitas besar, juga
membutuhkan inverter untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik untuk bisa
diinterkoneksikan dengan jaringan listrik yang ada. Selain itu membutuhkan konverter untuk mengubah
bahan bakar hidrokarbon menjadi gas yang kaya dengan hidrogen, proses ini yang semakin menambah
kompleksitas mesin fuel-cell.
MESKIPUN beberapa pengembang mempergunakan bahan bakar hidrogen murni yang disimpan secara
kimiawi dalam sebuah tabung yang kuat, kebanyakan perancang memilih bahan bakar seperti metanol.
Selain lebih murah, tersedia secara luas, dan bisa diperlakukan seperti bensin, metanol juga tidak
seberbahaya hidrogen.
Maka tidaklah salah jika DaimlerChrysler memilih mengembangkan kendaraan berbahan bakar alternatif
ini lebih pada metanol. Bukan saja pemakai tidak perlu terlalu banyak mengubah kebiasaan, seperti
mengisi bensin biasa, jaringan pompa bensin dengan mudah bisa digunakan untuk metanol dengan
sedikit modifikasi, tanpa harus membangun baru.
Bandingkan cara ini dengan sistem mobil listrik biasa, yang harus membawa banyak aki untuk
menyimpan listrik, dengan waktu pengisian bisa semalam suntuk. Dengan fuel-cell orang cukup mengisi
kembali metanol yang habis dan mesin sudah langsung bekerja kembali, tidak ada ledakan (kebisingan),
dan gas buang sangat ramah lingkungan, karena hanya berupa panas dan uang air saja.
Teknologi yang sekarang tengah diperjuangkan adalah upaya membuat fuel-cell langsung. Artinya,
bahan bakar hidrokarbon bisa langsung digunakan tanpa harus melalui sebuah "reformer" untuk
mengambil unsur hidrogennya saja, karena alat ini bukan hanya menambah kompleksitasnya, tetapi juga
banyak memakan tempat dan berat.
Cara langsung yang akan menjadi mesin fuel-cell mikro untuk kebutuhan portabel ini mempergunakan
media membran untuk pertukaran proton atau PEM (proton exchange membrane ). Membran yang bisa
terbuat dari bahan polimer khusus atau cairan elektrolit konduktif ini memungkinkan ion positif melintas
dan memblok elektron.
Kemajuan dalam bidang pembuatan mikrochip juga dimanfaatkan untuk bisa memproduksi fuel-cell mikro
berharga murah dan produksi dalam volume tinggi, seperti yang dilakukan para peneliti Motorola dan Los
Alamos National Laboratory di AS.
Pendekatan lain dilakukan perusahaan Medis Technologies dari Israel yang bersama kelompok Sagem
Group (pembuat telepon seluler Perancis) membangun pabrik yang mampu memproduksi micro fuel cell
dalam setahun. Baterai buatan Medis ini dapat mempergunakan etanol yang sangat bermanfaat bagi
mereka yang tengah melakukan perjalanan, jika kehabisan baterai bisa mempergunakan minuman keras
seperti vodka dari sebuah minibas di hotel. (awe)
PENDAHULUAN
PT Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang, Sumatera Selatan.
PT Pusri merupakan pabrik urea pertama di Indonesia. Bermula dengan satu unit pabrik
berkapasitas 100 ribu ton urea per tahun, perusahaan mengalami perkembangan pesat sepanjang
tahun 1972 hingga 1994 dengan dibangunnya beberapa pabrik baru sehingga meningkatkan
kapasitas terpasang menjadi 2,26 juta ton urea per tahun.
Mengiringi pembangunan pabrik-pabrik baru dan bersamaan dengan munculnya sejumlah pabrik
pupuk lain di Indonesia, PT Pusri mulai mengubah orientasi produksi ke orientasi pasar. Dengan
bantuan pinjaman Bank Dunia, PT Pusri membangun jaringan distribusi dan pemasaran – berikut
sarana dan prasarana pendukungnya hingga menjangkau segenap pelosok Nusantara. Sejak tahun
1979 pemerintah menugaskan PT Pusri untuk melaksanakan distribusi dan pemasaran pupuk
bersubsidi ke seluruh wilayah Indonesia hingga dibebaskannya tata niaga pupuk, serta saat ini
pemerintah memutuskan dibentuknya rayonisasi wilayah pemasaran dan distribusi pupuk
bersubsidi mulai tahun 2003.
Sebagai cikal bakal industri pupuk nasional, PT Pusri merupakan pemasok tenaga-tenaga ahli
perpupukan yang handal bagi perusahaan-perusahaan pupuk Indonesia yang didirikan kemudian.
Banyak tenaga ahli PT Pusri yang dipercaya memberikan bantuan konsultasi dalam berbagai
masalah di pabrik-pabrik pupuk di dalam negeri maupun mancanegara.
PT Pusri juga mengembangkan usaha-usaha bernilai tambah tinggi, yaitu jasa-jasa teknologi
yang terkait dengan bisnis ini. Misalnya, teknologi proses produksi ACES 21 yang dikenal
efisien dan hemat energi – hasil riset dan pengembangan PT Pusri bekerjasama dengan Toyo
Engineering Corporation (TEC) dari Jepang. ACES 21 merupakan sebuah inovasi dengan visi
berjangkauan jauh ke depan yang menjadikan PT Pusri sebagai produsen pupuk yang memiliki
technical know-how dalam pengelolaan dan pemeliharaan pabrik pupuk secara efisien.
Kombinasi keunggulan di bidang produksi, distribusi dan pemasaran, SDM dan teknologi
menjadikan PT Pusri sebagai pemain terdepan dalam industri pupuk nasional.
Dasar penunjukan Pemerintah kepada PT Pusri disamping untuk kebutuhan Pusri juga guna
menyalurkan, mendistribusikan dan memasarkan pupuk hasil produksi dari produsen pupuk
nasional untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri (pada saat itu Pusri ditunjuk sebagai
penyalur tunggal pupuk nasional)
Proyek Sarana Distribusi (PSD) kemudian dikenal dengan nama proyek PSD I,II,III, IV dan V.
Penamaan proyek sejalan dengan perkembangan pabrik pupuk yang dibangun oleh Pusri serta
dalam hubungannya dengan pembangunan pabrik pupuk lainnya di Indonesia.
PT Pupuk Sriwidjaja (Persero), yang lebih dikenal sebagai PT Pusri, merupakan Badan Usaha
Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Secara legal, PT Pusri
resmi didirikan berdasarkan Akte Notaris Eliza Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959
dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni
1960. PT Pusri, yang memiliki Kantor Pusat dan Pusat Produksi berkedudukan di Palembang,
Sumatera Selatan, merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia.
PT Pusri telah mengalami dua kali perubahan bentuk badan usaha. Perubahan pertama
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1964 yang mengubah statusnya dari Perseroan
Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). Perubahan kedua terjadi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 20 tahun 1969 dan dengan Akte Notaris Soeleman Ardjasasmita pada bulan
Januari 1970, statusnya dikembalikan ke Perseroan Terbatas (PT).
Dari aspek permodalan, PT Pusri juga mengalami perubahan seiring perkembangan industri
pupuk di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tanggal 7 Agustus 1997
ditetapkan bahwa seluruh saham Pemerintah pada industri pupuk PT Pupuk Kujang, PT Pupuk
Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk., dan PT Petrokimia Gresik sebesar Rp.
1.829.290 juta dialihkan kepemilikannya kepada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero).
Struktur modal PT Pusri diperkuat lagi dengan adanya pengalihan saham Pemerintah sebesar Rp.
6 milyar di PT Mega Eltra kepada PT Pusri serta tambahan modal disetor sebesar Rp. 728.768
juta dari hasil rekapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kaltim Tbk. Dengan demikian keseluruhan
modal disetor
dan ditempatkan PT Pusri per 31 Desember 2002 adalah Rp. 3.634.768 juta.
Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) dengan pemegang saham tunggal adalah Pemerintah
Republik Indonesia.
Pusri didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang, dengan kegiatan usaha
memproduksi pupuk urea.
Pada tahun 1963 beroperasi pabrik pupuk urea pertama yaitu : ” PUSRI I ” dengan kapasitas
terpasang sebesar 100.000 ton per tahun.
Tahun 1974 dibangun pabrik pupuk Urea kedua yaitu “ PUSRI II “ dengan kapasitas terpasang
sebesar 380.000 ton pertahun ( sejak tahun 1992 kapasitasnya ditingkatkan / optimasi
menjadi 570.000 ton / tahun ).
Tahun 1976 dibangun pabrik pupuk Urea ketiga, yaitu “ PUSRI III ” dengan kapasitas
terpasang sebesar 570.000 ton pertahun.
Tahun 1977 dibangun pabrik pupuk Urea keempat, yaitu “ PUSRI IV ” dengan kapasitas
terpasang sebesar 570.000 ton pertahun.
Tahun 1990 dibangun pabrik pupuk Urea, yaitu “ PUSRI I B ” dengan kapasitas terpasang
sebesar 570.000 ton pertahun sebagai pengganti pabrik Pusri I yang dihentikan operasinya
karena usia teknis dan sudah tidak efisien lagi.
Pabrik ini mulai berproduksi pada tahun 1994, merupakan pabrik pertama yang dikerjakan
sebagian besar oleh ahli-ahli bangsa Indonesia, yang dibangun dengan konsep hemat energi
dan menggunakan sistem kendali komputer “Distributed Control System”
Tahun 1979, pemerintah menetapkan PT.Pusri sebagai perusahaan yang bertanggung jawab
dalam pengadaan dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersubsidi, baik yang berskala dari
produksi dalam negeri maupun import untuk memenuhi kebutuhan program intensifikasi
pertanian (Bimas dan Inmas).
Tahun 1997 dibentuk Holding BUMN Pupuk di Indonesia dan PT. Pusri ditunjuk oleh
pemerintah sebagai induk perusahaan.
Tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapus subsidi dan tata niaga seluruh jenis pupuk,
baik pupuk yang diproduksi dalam negeri maupun pupuk import
Pada tahun 2001 tata niaga pupuk kembali diatur oleh Pemerintah melalui Kepmen Perindag RI
No.93/MPP/Kep/3/2001, tanggal 14 Maret 2001, dimana unit niaga Pusri dan atau produsen
melaksanakan penjualan pupuk di lini III (kabupaten) sedangkan dari kabupaten sampai ke
tangan petani dilaksanakan oleh distributor (BUMN, Swasta, Koperasi)
Pada tahun 2003 keluar Kepmen Perindag No.70/MPP/2003 tanggal 11 Februari 2003 tentang
tata niaga pupuk yang bersifat rayonisasi dan berarti PT Pusri tidak lagi bertanggung jawab
untuk pengadaan dan penyediaan pupuk secara nasional tetapi dibagi dalam beberapa rayon.
BAB II
PEMBAHASAN
” Menjadi Perusahaan yang berdaya saing tinggi dalam industri pupuk, industri kimia dan
agrokimia, distribusi dan perdagangan serta jasa Engineering, Procurement dan Construction
baik di tingkat regional maupun global “
5. Mengutamakan keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
usaha.
Dalam melaksanakan maksud dan tujuan sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar
diperlukannya adanya “Falsafah Perusahaan” yang merupakan suatu sikap dan pandangan hidup
yang harus dianut oleh seluruh aparat perusahaan dalam mengelola aktivitas perusahaan.
Falsafah Perusahaan
Falsafah Perusahaan yang dianut oleh PT Pusri bersendikan pada TAQWA serta semboyan
“PUSRI KELUARGA PETANI” yang dinyatakan dalam “LIMA PANDANGAN HIDUP”(*)
disingkat “MAPAN” , yaitu :
Untuk itu dalam melaksanakan tugas perlu nilai-nilai yang menjadi landasan agar setiap
pengembangan pola pikir, pola sikap serta pola tindak seluruh karyawan/wati perusahaan dalam
usaha pengembangan mutu dan produktifitas perusahaan tetap mempunyai pandangan dan sikap.
Pengabdian
Disiplin
Profesional
Kerjasama yang terpadu
Kepedulian lingkungan
Pelayanan yang terbaik
Prestasi yang berkualitas
Memberikan kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat melalui produk dan pelayanan yang
bermutu berlandaskan kepada 7 etos kerja, yaitu :
1. Bertindak segera
2. Responsif
3. Disiplin
4. Kerja Keras
5. Kreatif
• Menciptakan inovasi untuk perubahan yang lebih baik
• Berusaha mempelajari hal-hal yang baru
• Berusaha mencari & menggali ilmu baik dari buku, internet , media cetak, media elektronik dan
lain-lain
• Berani mengusulkan suatu perubahan perbaikan prosedure kerja, lingkungan kerja maupun
kerapihan, baik kepada atasan, bawahan dan teman sejawat.
6. Bersih
7. Baik Sangka
• Selalu berpikiran sehat, tidak buruk sangka, selalu curiga, dengki dengan orang lain
• Menyelesaikan perbedaan pendapat dengan santun
• Menyelesaikan kesalahan orang lain tanpa prasangka
• Selalu mengedepankan azas praduga tidak bersalah setiap ada masalah
PT Pupuk Sriwidjaja yang semula hanya memiliki satu pabrik dengan kapasitas terpasang
100.000 ton per tahun, dalam periode 1972-2004 telah menjadi 2.280.000 ton urea dengan
rincian sebagai berikut :
(*) Pusri I diganti dengan Pusri IB karena usia pabrik telah tua dan tidak efisien
(**) Telah dilakukan optimalisasi, lihat desain awal di Profil Pusri II
PT Pusri sesuai dengan Misi Perusahaan dan sebagai perusahaan penerima Public Service
Obligation bertanggung jawab untuk menyalurkan pupuk dalam mendukung ketahanan pangan
nasional sampai ke petani.
Sebagai produsen pupuk, perusahaan memproduksi urea untuk memenuhi kebutuhan sektor
pertanian dalam negeri dan apabila hasil produksi masih cukup, maka kelebihannya dijual ke
sektor industri dan atau diekspor.
Di samping itu, perusahaan memproduksi amoniak sebagai bahan baku urea dan apabila hasil
produksinya cukup, maka kelebihannyapun dijual ke dalam negeri dan atau diekspor.
Berdasarkan surat IBRD, Menteri Keuangan per 15 April 1987 telah menyetujui perubahan
lingkup proyek dengan menambah 1 buah kapal pupuk curah dan 1 UPP di Ujung Pandang.
Persetujuan IBRD dituangkan dalam “Amandement of Project Description dan Reallocation of
Proceed” atas Loan 1139-IND. Adapun dasar pertimbangan perubahan tersebut adalah sesuai
dengan study project report of the extension of the fertilizer marketing and distribution project
yang dibuat oleh konsultan Swan Wooster Engineering, dan Agrar und Hydrotechnik pada bulan
Nopember 1976 yang dalam usulannya merekomendasikan antara lain perlunya 1 buah kapal
pupuk curah dan 1 UPP untuk lingkup PSD IV. IBRD menyetujui penambahan 1 buah kapal
pupuk curah dan 1 UPP menjadi lingkup PSD III.
Studi Kelayakan dibantu oleh konsultan Price Waterhouse and Associates (PWA) dengan
kesimpulan antara lain :
Proyek direncanakan untuk menangani 1.800.000 ton urea pada tahun 1980, dan saat itu
sebesar 1.454.000 ton diproduksi oleh Pusri dengan 1.333.000 ton curah (bulk), 47.000
ton kantong (bag) melalui kapal RLS dan 44.000 ton diangkut melalui darat.
PT Pupuk Kujang akan memproduksi 427.000 ton, dimana seluruhnya akan diangkut
melalu iangkutan kereta api dan truk di Jawa.
Hasil produksi urea dari Pusri dan Kujang adalah 1.800.000 ton dan konsumsi urea di
Indonesia sebesar 1.400.000 ton pada tahun 1980, sisanya 480.000 ton kemungkinan
dapat diekspor ke negara tetangga seperti Philipina, Thailand dan Malaysia.
Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan tambahan fasilitas pendistribusian pupuk
guna menangani pertambahan volume produksi antara lain sebagai berikut:
o Penambahan 1 (satu) buah kapal pupuk curah (self unloading bulk carrier) 7.000
DWT
o Pembangunan 1 (satu) UPP di Ujung Pandang
o Pembangunan Inland Supply Depot (ISD) atau GPP yang terdiri dari :
13 buah dengan kapasitas 5.000 ton
9 buah dengan kapasitas 3.000 ton
o Pengadaan 132 unit gerbong pupuk dan 3 unit lokomotif utama (main-line
locomotive), 1 unit lokomotif langsir (shunting locomotive) dan pembangunan
sepur simpang di 13 lokasi.
o Pembangunan kantor-kantor dan pengadaan kendaraan
o Consultant services dan Technical Assistance yang berkaitan dengan
pembangunan dan operasional sistem pemasaran dan distribusi.
Pelaksanaan Pembangunan
Setelah dievaluasi maka rencana pengadaan kapal masuk ke dalam PSD V dan juga perubahan
lain seperti pengadaan :
Gerbong KA menjadi 141 unit yang pengadaannya dibantu oleh Tim Advisor dari PJKA
Pengadaan untuk 13 unit GPP @ 5.000 ton dan 9 unit GPP @3.000 ton
Pembelian 88 unit timbangan dan sparepart
Pembelian 60 unit forklift truck dan sparepart @2,5ton
Pembayaran biaya angkutan laut dan asuransi atas barang tersebut di atas.
Proyek Sarana Distribusi V (PSD V)
Sebelum dilaksanakan PSD V, di Indonesia telah ada tiga pabrik pupuk dengan kapasitas
produksi 2.624.000 ton per tahun yang terdiri dari 1.979.000 ton urea, 495.000 ton TSP dan
150.000 ton amonium sulphate (AS)
Disamping itu juga sedang dalam tahap pembangunan pabrik pupuk Kaltim I dan telah disetujui
perluasannya yaitu pabrik pupuk Kaltim II dan pabrik pupuk Petrokimia serta pembangunan 2
pabrik pupuk urea baru yaitu Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan Asean Aceh Fertilizer (AAF)
yang selesai pada tahun 1982 dan 1983
Penambahan produksi pupuk dan penambahan kebutuhan pupuk di dalam negeri dibutuhkan
sistem pendistribusian pupuk secara nasional guna menjamin kelancaran penyampaian pupuk ke
tangan petani seluruh Indonesia.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, yang sebelumnya Pusri telah melaksanakan PSD III
dan PSD IV, maka direncanakanlah adanya PSD V.
Proposal PSD V disusun oleh Pusri yang dibantu oleh konsultan Swan Wooster Engineering, Co.
dan staf World Bank serta konsultan Price Waterhouse and Associated pada bulan Agustus 1980
yang dituangkan dalam Proposed National Fertilizer Distribution Project.
Sumber Dana :