You are on page 1of 20

c  


      
  
Posted by Smart Click on 05 March 2011

Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi (karbohidrat dan lemak) dan
untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel yang rusak (protein). Selain itu, kita juga
memerlukan makanan sebagai sumber zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu
vitamin, mineral, dan air.
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk, warna, kelezatan, aroma,
atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu
makanan dikatakan sehat apabila mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh
tubuh. Setiap hari, kita perlu mengonsumsi makanan yang beragam agar semua jenis zat yang
diperlukan oleh tubuh terpenuhi. Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan
mengandung semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari.
Supaya orang tertarik untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan
bahan-bahan tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang
tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau bubur kacang
hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula termasuk bahan tambahan.
Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan. Zat aditif bukan hanya garam dan gula saja, tetapi
masih banyak bahan-bahan kimia lain.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk
memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga
makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.

    
 
         
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.

Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan
makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan bercampur
dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau
sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2 zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis,
baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat
pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya
dicantumkan pada kemasannya.
j c 
 
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa
digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau
dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.9,
warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari
wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya
menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu
semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman. Perlu
diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil)
dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen
(penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan
atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang
dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar
pewarna makanan dan minuman.

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye
merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di
pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat
warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam
air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena
air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

 c 
 
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada
makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren.
Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami
berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,
kitaakan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya
menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.

b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia
sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yangmemiliki
penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai
pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium
siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatanmemiliki tingkat kemanisan
yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30
kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan
kalsium dari sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Öalaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu
menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa
pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam
siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina
yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat
juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada
pembentukan zat dalam sel.

K c 
 

Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau
diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara
menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman.
Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar
makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi
makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat
aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu,
mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau
minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal
kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih
dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat
pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk
mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan.

a. Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia.
Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium
propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering.Garam natrium benzoat, asam sitrat,
dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada
juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk
menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa
minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin
yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah
mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu,
dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga
pengawet yang tidak boleh dipergunakan
untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini
bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab
membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks
hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat
menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3±6 gram.
Öalaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara
maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini
telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa
penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau
pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat
disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.

_ c 

   
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan
cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan
masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu
sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia.
Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita rasa
tertentu pada makanan.

Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis
bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah
apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat
penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu penyedap rasa
monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan
maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah
menyebabkan ³Chinese restaurant syndrome´ yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala
terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu.
Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk
mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label ³tidak
mengandung MSG´ dalam kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah mempelajari tentang pengelompokan zat aditif
berdasarkan fungsinya beserta contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif
dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi.
Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula
alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet.
Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Untuk penggunaan zat-zat aditif alami, umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang
boleh dikonsumsi perharinya. Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan penggunaannya yang
telah ditetapkan sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) atau jumlah konsumsi zat aditif selama
sehari yang diperbolehkan dan aman bagi kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi
ambang batas maka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jika kita mengidentifikasi zat
aditif yang dipakai dalam makanan/minuman, lihatlah kemasan pada makanan/minuman
tersebut.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=zat%20aditif%20pada%20makanan&ct=broad-
revision&cd=2&ie=UTF-8&sa=X
Ê

c   
   aditif, formalin, makanan, natrium, pengawet, pewarna, siklamat
Ditulis oleh Indri Puspita pada 20-10-2007

Sekitar bulan Oktober 2007 ini, penulis dengan beberapa dosen


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung telah melakukan suatu survei tentang tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif (bahan tambahan) yang dikhususkan pada
penggunaan zat aditif makanan/bahan tambahan pangan (BTP) di beberapa penduduk desa di
Lampung Timur, Provinsi Lampung. Sebelum menginformasikan lebih lanjut beberapa hasil
survei, penulis akan menginformasikan terlebih dahulu tentang apa itu zat aditif makanan.

c   

Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan
dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan
yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,
antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.

Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus
penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi
pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk
olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini
membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif
yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.

Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif
yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan
lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan
dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam
sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan
bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten,
asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih
pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Öalaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-
kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.



 c 

Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut
adalah beberapa contoh zat aditif :

Zat aditif Contoh Keterangan


Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah
Pewarna alami
coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine
(Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Pewarna sintesis
Tartrazine (kuning), dll
Terlalu banyak mengkonsumsi zat
Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam
Pengawet pengawet akan mengurangi daya
Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
tahan tubuh terhadap penyakit
Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar Penyedap alami
Penyedap Mono-natrium glutamat/vetsin
(ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, Penyedap sintesis
amil asetat, dll
Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi
Antioksidan Mencegah Ketengikan
toluena (BHT), tokoferol
Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil
Pemutih -
peroksida, natrium hipoklorit
Pemanis Baik dikonsumsi penderita diabetes,
Sakarin, Dulsin, Siklamat
bukan gula Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, Menjadi lebih asam, lebih basa, atau
keasaman asam laktat menetralkan makanan
Aluminium silikat, kalsium silikat, Ditambahkan ke dalam pangan
Anti Gumpal
magnesium karbonat, magnesium oksida dalam bentuk bubuk


  

Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwasanya telah dilakukan survei tentang tingkat
pengetahuan masyarakat desa di Lampung Timur mengenai zat aditif. Dari hasil observasi yang
penulis lakukan (| 
      ), diketahui bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat mengenai zat aditif sangat rendah sekali, walaupun terdapat kesadaran yang
mumpuni dari masyarakat untuk menggunakan dosis zat aditif secukupnya. Tetapi kabar
gembiranya adalah terdapat kecenderungan dari masyarakat desa (walaupun didominasi dengan
latar pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD)) untuk tidak masa bodoh terhadap informasi-
informasi mengenai zat aditif. Kabar ini merupakan peluang bagi para kimiawan untuk
melakukan penyuluhan lebih intensif mengenai zat aditif kepada masyarakat di daerahnya
masing-masing.

Bentuk-bentuk penyuluhan yang tepat guna dalam penyebarluasan informasi zat aditif ini
dapatlah disesuaikan dengan sosio-kultural masyarakat setempat dan kemampuan dari team
penyuluh. Sosio-kultural yang dimaksud disini adalah dengan mempertimbangkan latar
pendidikan masyarakat, kehidupan sosial masyarakatnya, dan latar belakang dari pekerjaan
penduduk. Diharapkan masyarakat akan dapat lebih cerdas dalam penggunaan dosis atau takaran
dari penggunaan zat aditif dan dapat mengetahui zat-zat aditif mana saja yang dapat dikonsumsi
dan zat mana saja yang berbahaya bagi manusia.

þ   

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2006. 2     |  

t. Badan Pengendalian Obat dan Makanan (BPOM). Lampung

Yandri A. S. 2006.  |  Makalah Seminar Kimia Expo X 2006. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Lampung. Lampung

 
  
        

   
 !"#$Ê

Ê
c     
Ditulis oleh Achmad Lutfi pada 12-03-2009

Untuk mempertahankan hidupnya, manusia tidak lepas dari makanan. Guna makanan untuk
mendapatkan energi, memperbaiki sel-sel yang rusak, pertumbuhan, menjaga suhu dan menjaga
agar badan tidak terserang penyakit, makanan yang bergizi merupakan makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Untuk maksud tersebut kita
memerlukan zat aditif.

Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis-jenis zat aditif antara lain pewarna, penyedap rasa,
penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih.

Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat
aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik.

  
 


Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan mikroorganisme. Zat pengawet dimaksudkan
untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Ada dua jenis pengawet makanan
yaitu alami dan sintetik (buatan). Pengawet yang paling aman adalah bahan-bahan alam,
misalnya asam cuka (untuk acar), gula (untuk manisan), dan garam (untuk asinan ikan/telur).
Selain itu beberapa bahan alam misalnya saja penambahan air jeruk atau air garam yang dapat
digunakan untuk menghambat terjadinya proses reaksi waktu coklat (á    ) pada
buah apel.


    

Penggunaan zat aditif memiliki keuntungan meningkatkan mutu makanan dan pengaruh negatif
bahan tambahan pangan terhadap kesehatan.

Agar makanan dapat tersedia dalam bentuk yang lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan
konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan
nama lain ³food additive´.

Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah
berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan
maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10
ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada
intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut
benar-benar aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan.

Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas
yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek
sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya
untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya
bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir
seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily
Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang
dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.

ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan sebagai standar digunakan berat badan 50
kg untuk negara Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. Satuan ADI adalah mg bahan
tambahan makanan per kg berat badan. Contoh: ADI maksimum untuk B-karoten = 2,50 mg/kg,
kunyit (turmerin) = 0,50 mg/kg dan asam benzoat serta garam-garamnya = 0,5 mg/kg.

Untuk menghitung batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan, digunakan rumus
sebagai berikut

BPM = 1.000 /  (mg / kg)

Di mana 2 = batas penggunaan maksimum (mg/kg)

 = berat badan (kg)

 = konsumsi makanan (gr)

Hitung BPM bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk konsumsi
makanan harian yang mengandung bahan tersebut (1 kg) dan bobot badan 60 kg ?

 

BPM = 1.000 /  (mg / kg)

= 2 x 60 x 1.000 /1.000

= 120 mg/kg

Jadi batas penggunaan maksimum bahan tambahan makanan yang mempunyai ADI 2 mg untuk
1000 gr makanan yang dikonsumsi konsumen yang berbobot 60 kg adalah 120 mg/kg. Perlu
diingat bahwa semakin kecil tubuh seseorang maka semakin sedikit bahan tambahan makanan
yang dapat diterima oleh tubuh.

Pada pembahasan berikut disajikan pengaruh negatif dan bahan tambahan pangan langsung yang
meliputi: monosodium glutamat, sakarin dan siklamat, zat antioksidan, tartrazin, asam benzoat,
kalium sorbat, natrium nitrit dan zat penambah gizi serta batasan penggunaan senyawa-senyawa
tersebut yang aman bagi kesehatan manusia.

  
  %
 &     '     Ê
þ Ê(  
ÊÊ) 
 *Ê
  
Ê
Ê

Ô  
Ê

+'Ê
Ê  *Ê  ÊÊ


 Ê Ê ' Ê
Ê

  Ê

   atau         adalah bahan yang ditambahkan dengan


sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan,
cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.[1] Selain itu dapat meningkatkan nilai
gizi seperti protein, mineral dan vitamin.[1] Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak
zaman dahulu.[1] Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan
atau sintetis.[1]

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari
bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat
pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.[1]

Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan
konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan
yang sering disebut zat aditif kimia (|| ).[1] Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.[1]
þ  
U
'% ,Ê

?Ê jÊ-
 ÊÊ
`Ê jjÊ.
' ÊÊ
`Ê jÊ.
 Ê
`Ê j/Ê.

Ê
`Ê j0Ê.
Ê
`Ê j1Ê.

  Ê
`Ê j2Ê.

'  Ê
`Ê j3Ê+   Ê
?Ê Ê4
Ê Ê
?Ê /Ê  ' Ê
?Ê 0Ê5
  Ê
?Ê 1Ê6


 Ê
?Ê 2Ê. Ê 'Ê

U
 

Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, diantaranya:

U  




5   Ê 'Ê '  Ê 'Ê


 Ê
' ÊÊ

Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan juga
untuk melezatkan makanan.[1] Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah bunga cengkeh,
pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar.[1] Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium
glutamat/vetsin, asam cuka, benzaldehida, amil asetat.[1]

U 
 

Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis.[1] Beberapa
jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, dan aspartam.[1] Pemanis
buatan ini juga dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat yang bersifat
karsinogen.[1]
U  


Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena
serangan bakteri, ragi, cendawan.[2] Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah
reaksi oksidasi, pencoklatan (á ) dan reaksi enzimatis lainnya.[2] Pengawetan makanan
sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada
dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba.[2] Contoh bahan pengawet adalah
natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.[2]

U 



Öarna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.[2] Penggunaan pewarna
dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam
seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.[2] Zat warna sintetik
ditemukan oleh Öilliam Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia dari
berbagai warna.[2] Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang
lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan.[2] Salah satu contohnya adalah
tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna,
diantaranya Tartrazin CI 19140.[2] Selain tartrazin ada pula pewarna buatan, seperti   
 (jingga), karmoisin (Merah), á   á (biru).[2]

U   


Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan
tertentu.[2] Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).[2]

U    

7ÊÊ
 Ê
Ê

'  Ê

Pengemulsi (   ) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan
sebaliknya.[3] Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya.[3]
Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, gom arab dan gliserin.[3]
U 



Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti[3]:

jÊ   *Ê



 Ê' Ê  Ê  Ê89:;<*Ê' Ê  Ê  '
Ê89:!<*Ê 
 Ê8  Ê
4<*Ê
Ê 
  Ê *Ê
/Ê 
' *Ê

 Ê 
Ê
 *Ê Ê *Ê
 Ê
 *Ê  'Ê   *Ê
0Ê 
 'Ê
*Ê

 Ê '  'Ê 'Ê'  *Ê 'Ê'  *Ê  'Ê'  *ÊÊ
  *Ê
1Ê  Ê  *Ê
2Ê  Ê' *Ê

 Ê '  'Ê  *Ê  'Ê  *Ê
 'Ê *Ê
 'Ê Ê

U
    

Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif
buatan atau sintetis.[3] Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah
menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.[3] Maka dari itu
pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang
penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
berbahaya.[3] Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif
makanan yang aman dan murah.[3]

U
    

Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II mengenai Keamanan
Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan dicantumkan[4]:

jÊ =
ÊÊ%Ê
 ' ÊÊ' 'Ê
Ê Ê
'ÊÊÊ'Ê

 ÊÊ ÊÊ%Ê % Ê
 Ê 'Ê
'ÊÊ Ê
  Ê%Ê
Ê
Ê
Ê .

  Ê

Ê
 Ê >' ÊÊ%Ê Ê Ê 'Ê  Ê 'Ê
 Ê
Ê ÊÊ  Ê
  Ê 'Ê
Ê ' ÊÊ
 ÊÊ Ê
  Ê
 Ê ' Ê Ê% ÊjÊ

U
    

Daftar Bahan tambahan makanan yang termasuk kelompok diragukan kehalalannya[5]:

!
ÊjÊþ Ê9Ê ÊÊ%Ê 'Ê
  %U1,Ê

Ô   


.  'Ê  Ê841<Ê þ Ê ' Ê  Ê Ê


 Ê 'Ê%'Êþ 'Ê' 'Ê


*Ê' *Ê

 ÊÊ  Ê? Ê Ê *Ê
*Ê
>'Ê9
 Ê

5
%Ê
 Ê Ê Ê  '  Ê 
*Ê
 Ê  Ê
+Ê   Ê


 ÊÊÊ 'Ê''Ê
'*Ê>
%*Ê *Ê '*Ê
'Ê
'*Ê
84//0<Ô 

  Ê
 
*Ê Ê

!''ÊÊ   Ê4//1*Ê þ Ê


 Ê  Ê Ê Ê  '  Ê 
Ê  *Ê'
*Ê
4//2*Ê4//3*Ê4/1/Ê8  Ê4//0<Ê 

'  *Ê Ê

: Ê Ê


' Ê'*Ê Ê ÊÊ
Ê  Ê
 %
Ê8  Ê
 Ê  Ê
Ê
 <Ê=
 Ê
' Ê*Ê
7 
  
 Ê840<Ê

>Ê

Ê8'
 <*ʘ Ê Ê

Ê9Ê
 Ê' 'Ê  *Ê
>'*Ê'
*Ê  *Ê Ê

;Ê
Ê Ê ''%*Ê þ Ê
 Ê  Ê ''Ê Ê   Ê
Ê
 Ê.

'  *Ê
40/*Ê40/j*Ê40//*Ê40/0*Ê40/1*Ê 
  *Ê4/0/Ê 'Ê!
  Ê Ê 'Ê Ê Ê'
*Ê  *Ê
40/2Ê  'Ê''Ê8
Ê <*Ê Ê
'*Ê '*Ê Ê

þ Ê ' Ê  Ê Ê   Ê


Ê
 Ê' 'Ê
 Ê
.

'  Ê%Ê ' Ê  Ê
 
 Ê ÊÊ
Ê
 Ê

'  *Ê
  *Ê

  *Ê
 
 Ê  'ÊÊ
Ê

   Ê
 '*Ê
 *Ê  
*Ê Ê!
  Ê Ê= *Ê
8403Ê@Ê40A1<Ê
 *Ê

 *Ê   *Ê 
*Ê' Ê

þ ' Ê  Ê ' Ê


*Ê  *Ê'

Ê 
 Ê

   ˜ ˜Ê8410<Ê
!
  Ê ÊÊ'

Ê

þ Ê ' Ê  Ê
Ê
 Ê ''Ê
Ê
 Ê ' Ê
;Ê
 Ê

Ê 
Ê  Ê Ê

þ Ê ' Ê  Ê' 'Ê


'Ê Ê Ê? Ê ' Ê  Ê' 'Ê
' Ê=
 ÊÊ

Ê *ÊÊ Ê
' Ê
+ 
Ê4AÊ

 Ê  Ê  'Ê ' Ê
'Ê Ê 'Ê *Ê''Ê Ê

 Ê

B  Ê ' Ê  Ê 


Ê Ê Ê=
 Ê

 ÊÊ''
 Ê Ê  Ê
''*Ê'*Ê  Ê

    
  ; &Ê

Ê Ê
Nov 1, '07 8:03 AM
ZAT ADITIF MAKANAN & FORMALIN
for everyone

P„ ÊÊ„Ê „ Ê

Ê  ÊÊ
 Ê ÊÊ„


Ê
„ 
Ê„ „ ÊÊ 
Ê  Ê „ 
Ê„Ê ÊÊ ÊÊ Ê
Ê„
Ê „
 Ê„  
Ê„  
ÊÊ Ê 
ÊÊÊ Ê Ê


ÊÊ Ê ÊÊ „„ 
ÊÊ
 
!Ê"#Ê$ !Ê"Ê%
Ê&„'„!Ê"()Ê
*
Ê%

!Ê#""Ê+„

!ÊÊ „ 
Ê&Ê Ê

Ê

ÊÊ

Ê
Ê'at
aditif makanan merupakan zat yang yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan maksud meningkatkan
cita rasa, tampilan, daya simpan, dll.

Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:

?Ê MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif
makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.

?Ê Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya
Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.

?Ê Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.

?Ê Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan
memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata

Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis.
Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker,
kerusakan ginjal, dan lain-lain. Lebih parah lagi, apabila zat aditif yang digunakan sebenarnya bukan untuk

dikonsumsi ma nusia (karena bersifat toxic) seperti pewarna merah Rhodamine-B


(pewarna textile), Borax sebagai pengenyal dan pengawet (racun semut/kecoa serta bahan campuran barang industri
termasuk pembuatan kaca anti peluru), Formalin sebagai pengawet makanan basah (biasa di gunakan mengawetkan
mayat), Gula tetes serta pemanis buatan yang tidak disarankan antara lain Sakarin (daya manis hingga 500x gula
tebu), dll.

 !"#$
!   : adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.Penggunaan Formalin yang salah
adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah
produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh
produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui
mengandung formalin misalnya

1.Ê Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah
segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
2.Ê Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
3.Ê Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang
tidak mengandung formalin.
4.Ê Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak
mudah basi

      : Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks,
karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida
merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg,
formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air
mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.

Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh
manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi
pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi
genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam
hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada
studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam
bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.


  Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai
adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang
lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan
formaldehida, berdasarkan persamaan kimia

2 CH3OH + O2 ĺ 2 H2CO + 2 H2O.

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam
keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas,
sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi

CH3OH ĺ H2CO + H2.

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan
formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol,
yang secara komersial tidak menguntungkan.


  !  

%  !  &
?Ê Pengawet mayat
?Ê Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
?Ê Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
?Ê Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
?Ê Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
?Ê Bahan untuk pembuatan produk parfum.
?Ê Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
?Ê Pencegah korosi untuk sumur minyak
?Ê Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit,
perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

ë  
     
   

 '  '  % >' 


#C;!&;þ)!)"&B;5;D;D&"E6B;+)DÊ

Ê Ê
c  þ

Posted by Afandi pada 2007/07/27



 

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan
atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan
pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai
gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya
disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang
membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah
menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh
karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis).
Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif
sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan
kanker.

  '  c 

jÊ C Ê.
Ê

Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih
menarik.

Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:

a. Anato (orange) a. Biru berlian (biru)

b. Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)

c. Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)

d. Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)

jÊ .
%
ÊÊ ÊÊ
 Ê
' ÊÊ

Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.

jÊ Ê
jÊ .
%
ÊÊ ÊÊ8 '<Ê

Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil
propionat (rasa rum)

jÊ Ê
jÊ .
' ÊÊ8 'Ê

<Ê

Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG
(Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.

jÊ Ê
jÊ C Ê
 Ê' Ê

Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x
gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan
serbitol.

jÊ .

Ê

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:

a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar
ketimun dalam botol dan caos.

b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.

c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.

d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

5. Anti oksidan

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

Contoh:

a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan,
kaldu, dan buah kalangan.

b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan

c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.

6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental


Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada
makanan.

Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

7. Pemutih dan pematang tepung

Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat
memperbaiki mutu pemanggangan.

Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat

8. Pengatur keasaman

Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida,
asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat

9. Anti kempal

Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium
silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)

10. Pengeras

Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium
amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan)

11. Sekuestran

Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada
lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan
dinatrium EDTA

12. Penambah gizi

Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi
makanan.

Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

      


         Ê

You might also like