You are on page 1of 6

Bahan-bahan:

1. beberapa telor ayam mentah


2. cuka

Percobaan:
Rendam telor dalam cuka selama 1-3 hari (tergantung jenis cukanya).
Pada permukaan telor akan timbul gelembung-gelembung kecil CO2
hasil reaksi asam-basa.

Bagian kulit telor yang keras mengandung 94% kalsium karbonat


(CaCO3) yang bereaksi dengan cuka (asam asetat):

CaCO3 + 2 CH3COOH --> Ca(CH3COO)2 + H2O + CO2

Kulit telor yang keras larut dalam cuka, sehingga akhirnya telor hanya
dibungkus oleh kulit arinya saja.

Cuci bersih telor dari sisa-sisa kulit kerasnya sehingga telor sekarang
menjadi bening, translucent, dan lunak seperti telor penyu.

Fotonya nggak jelas :'( ... maap

Foto lain dari internet:

Kulit ari yang melindungi telor bugil ini sebenarnya merupakan


membran semi-permeabel.

Percobaan 2:

Rendam telor bugil dalam sirup pekat selama sehari semalam. Telor
akan menjadi kisut.
Putih telor mengandung 90% air sedangkan sirup pekat mengandung
air dalam kadar yang jauh lebih rendah. Molekul-molekul air dari putih
telor akan bermigrasi melalui membran semi-permeabel ke arah
larutan yang lebih pekat.

Coba rendam lagi telor yang sudah kisut tsb. dalam air selama sehari
semalam. Molekul-molekul air akan bermigrasi kembali sehingga telor
kembali menjadi segar (tidak kisut lagi).

Coba rendam telor bugil dalam larutan pewarna. Apa yang akan
terjadi?

PS:
Ada usul2 percobaan lain yg bisa dilakukan di rumah? *mumpung lagi
semangat nyobain.....
Topik berikutnya: Ekstraksi DNA dari tomat. Tante aibon, boleh minta
tolong dibikinin topik do-it-yourself atau home experiment yaa...

MAGNET
Bahan : Kawat kabel, paku, paper clip, dan baterei

Lingkari paku dengan kawat kabel


Sambungkan paku pada batere
Dekatkan paku pada paper clip
Anda baru saja membuat magnet

Membedakan telur rebus


Nambah lagi koleksi eksperimen sains untuk anak-anak

Bahan-bahan :
1. Dua buah piring plastik
2. Telur rebus
3. Telur biasa (belum direbus)

Langkah-langkah :

Percobaan I :
1. Letakkan telur biasa di atas piring lalu putar sekencang mungkin.
2. Sentuh ujung telur dengan hati-hati menggunakan ujung jari
sampai telur berhenti berputar.
3. Saat telur berhenti berputar, lepasnya jari anda secepatnya.

Telur yang telah berhenti akan kembali berputar. Tanyakan alasannya


apa kepada si anak.
Alasannya adalah karena yang berhenti adalah cangkangnya tetapi isi
telur tetap berputar. Karena isi telur yang berupa cairan inilah telur
akan mulai berputar lagi. Gaya ini disebut gaya inersia (kelembaman).
Percobaan II :
Lakukan langkah-langkah pada Percobaan I tetapi kali ini
menggunakan telur rebus.
Apa yang terjadi? Tanyakan kembali pada si anak alasannya.

Percobaan III :
Lakukan kembali langkah pada Percobaan I tetapi berikan telur secara
acak. Minta si anak tentukan telur yang mana yang sedang dia amati.
Sekarang, mereka telah dapat membedakan antara telur biasa dan
telur rebus.

TENGGELAM DAN MELAYANG

Percobaan anak lagi nih dan masih pake telur.

Bahan-bahan :
1. Garam dapur
2. Dua buah mangkuk
3. Sendok makan
4. Air
5. Telur dua butir

Langkah-langkah :
1. Isi kedua mangkuk dengan air (suam-suam kuku mungkin lebih
baik agar garam mudah larut).
2. Tambahkan beberapa sendok makan garam dapur ke dalam air.
Aduk hingga seluruh garam larut dalam air.
3. Perlahan-lahan letakkan telur pada kedua mangkuk.
4. Telur akan tenggelam pada satu mangkuk dan melayang pada
mangkuk lainnya.

Tanyakan kepada si anak, telur dalam mangkuk mana yang tenggelam


dan mana yang melayang.
Tanyakan alasannya.
Bahan : akar seledri, gelas, air, dua buah zat pewarna

AKAR SELEDRI (WARNA PADA SELEDRI )


Ambil beberapa akar seledri lalu potong kira-kira 2/3 bagian atasnya.
Ambil dua buah gelas dan isi dengan air.
Tambahkan zat pewarna yang berbeda warna pada air dalam gelas.
Masukkan akar seledri yang telah dipotong tadi.
Biarkan selama sehari dan amati apa yang terjadi.

TELINGA DAN PENDENGARAN

Langkah percobaan :

1. Minta seorang anak duduk di tengah ruangan (di dalam kelas


misalnya) dengan mata tertutup*.
2. Siswa lainnya membentuk lingkaran mengelilingi anak tersebut.
3. Tunjuk salah satu anak untuk mengucapkan sesuatu (misalnya
memanggil nama anak yang di tengah).
4. Anak yang di tengah kemudian diminta untuk menunjukkan posisi
anak yang memanggilnya dan nama anak tersebut.
5. Ulangi langkah 4 beberapa kali.
6. Ulangi lagi langkah 4 namun kali ini dengan satu telinga ditutup.
7. Ulangi langkah 6 beberapa kali.

Bagaimana hasilnya, apakah dua telinga lebih baik dari satu telinga?

*Beberapa anak merasa tidak nyaman ditutup matanya ketika berada


di tempat umum. Yakinkan bahwa anak yang akan ditutup matanya
tidak termasuk salah satunya.

Menyusuri Pembelajaran Sains Anak-anak 7: Belajar IPA


Oleh : Leo Sutrisno

SAAT ini, di Indonesia terdapat dua macam definisi belajar, yaitu belajar menurut tradisi
behaviorisme dan belajar menurut tradisi konstruktivisme. Tradisi behaviourisme
mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen.
Sedangkan tradisi konstruktivisme belajar dimaknai sebagai proses aktif seseorang dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Belajar dalam Tradisi Behaviorisme

Anda dikatakan belajar kalau Anda mengalami suatu perubahan tingkah laku. Tanpa ada
perubahan tingkah laku, Anda tidak dikatakan belajar. Mungkin karena itu, Anda yang
dari etnis Jawa sesekali mendengar ucapan seseorang: "Ora mambu sekolahan" - tidak
pernah bersekolah- untuk mendekripsikan orang yang tingkah lakunya kurang baik.
Karena, jika bersekolah (berpendidikan) diasumsikan tingkah lakunya lebih baik dari
pada yang tidak bersekolah.

Sesungguhnya apa yang berubah? Para ahli psikologi mengatakan yang berubah itu
adalah sistem syaraf. Hingga kini, tak seorangpun mengetahui dengan tepat bagaimana
perubahan pengalaman seseorang mengubah sistem fungsi dari otak. Kita tidak akan
membicarakan ini karena ini dalam bagian ilmu psikologi.

Dalam tradisi behaviorisme, belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang
mencerminkan dari keadaan belum tahu ke keadaan sudah tahu.

Mari kita ambil contoh pada IPA. Para siswa akan belajar tentang termometer-alat
pengukur temperatur. Tingkah laku yang bagaimana yang mencerminkan bahwa siswa
belum memiliki pengetahuan tentang termometer. Ada banyak hal yang dapat menjadi
indikator. Misalnya, melihat termometer terletak di atas meja, siswa tesebut acuh saja.
Atau, mungkin sebaliknya, siswa terheran-heran, berdesakan ingin melihat dan
memegangi benda itu. Mereka saling berebut seperti layaknya main bola. Setelah itu,
mereka mengikuti pembelajaran selama dua kali pertemuan tentang panas, para siswa
sudah tidak terheran-heran ketika melihat termometer, tidak berebutan seperti main bola
lagi karena mereka tahu termometer mudah pecah. Bahkan ada siswa yang lain mungkin
ketika mendengar perkataan orang bahwa hari ini sangat panas, langsung bertanya:
"Berapa derajad, ya panasnya?" atau langsung pergi ke dinding melihat pada termometer
ruang untuk mengetahui suhu saat itu. Hal-hal seperti itu menunjukkan tingkah laku
siswa yang telah memiliki pangetahuan tentang termometer. Jadi, setelah proses
pembelajaran termometer, tingkah laku para siswa telah berubah.

Dalam tradisi behaviorisme, siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah, duduk,
menyimak, mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta
menghapalkannya untuk menghadapi tes hasil belajar atau ulangan. Sifat dari tes hasil
belajar, ulangan, ujian bersifat reproduksi pengetahuan. Sebagian dari Anda, tentu telah
mengalami pembelajaran yang seperti ini baik di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan
atau bahkan di tingkat perguruan tinggi. Lihat Gambar 1

Cara belajar seperti ini hampir tidak memberi ruang bagi siswa untuk mengembangkan
pendapatnya sendiri. Dengan demikian, siswa terkesan lebih pasif. Semua kegiatan
terpusat pada guru. Siswa akan 'menirukan' penjelasan yang diberikan guru di depan
kelas. Hanya ada satu penjelasan yang dianggap 'benar' yaitu penjelasan yang diberikan
guru. Dalam evaluasi hasil belajar juga hanya ada satu jawaban yang dinyatakan benar
yaitu jawaban yang sesuai dengan penjelasan guru. Karena itu, siswa akan selalu
berusaha untuk 'menyesuaikan' pendapatnya dengan pendapat gurunya, walaupun
sesungguhnya tidak sepakat. Dengan cara seperti itulah siswa dapat memperoleh nilai
tinggi.
Belajar dalam tradisi konstruktivisme

Dalam tradisi behaviorisme, siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan apa pun ketika
berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuah botol kosong. Sebaliknya, dalam
tradisi konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan sebelum mengikuti
proses kegiatan pemb

5. FIK 484 Telaah Kurikulum Sekolah Menengah (4 sks 4 js)

Prasyarat: FIB401, FIB402

Penjabaran kurikulum fisika SMU, struktur program dan tujuan kurikuler dalam GBPP,
penelaahan bahan ajar dan program semester, penentuan lingkup kedalaman materi ajar,
merumuskan TPK, dan analisis materi pelajaran.

You might also like