You are on page 1of 13

TUGAS GEOGRAFI SOSIAL

KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT DI KABUPATEN


GUNUNGKIDUL

Disusun oleh:

Marizha .A.J.
K5409037

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
A. Kondisi Geografis Kabupaten Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta
(Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah
Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. Secara geografis,
Kabupaten Gunung Kidul terletak pada 110O 21'-110O 50' BT dan 7O 46'- 8O 09' LS.

Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul

Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).


Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Timur :Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
B. Kondisi Topografi, Geomorfologi, Hidrologi dan Iklim Kabupaten
Gunungkidul

Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses


pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan
Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan
Pacitan.
Kabupaten Gunungkidul memiliki luas kawasan karst 13.000 km². Bentang alam
kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya
fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena
permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000
bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan
telaga karst.

Berdasarkan kondisi topografi, Kabupaten Gunungkidul dibagi dalam tiga (3) zona
pengembangan (Diah Respati :2008), yaitu:
1. Zone Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 – 700 m di atas
permukaan air laut. Keadaannya berbukit-bukit dan terdapat sungai di atas tanah dan
sumber-sumber air tanah serta dapat digali sumur dengan kedalaman 6-12 m. Jenis
tanah vulkanik lateristik dengan bantuan induk dasiet dan andesiet. Wilayah ini meliputi
Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Ponjong bagian utara.

2. Zone Tengah, disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari dengan ketinggian


150 – 200 m di atas permukaan air laut. Apabila kemarau panjang masih terdapat
sumber mata air. Jenis tanahnya berupa margaliet. Di zona ini terdapat air tanah dengan
kedalaman 60 – 120 m di bawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan
Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah, dan Semanu bagian utara.

3. Zona Selatan, disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu dengan ketinggian


100 - 300 m di atas permukaan air laut. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur
dengan ciri khas berbukit-bukit kerucut (conical limestone) dan merupakan kawasan
karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zona selatan meliputi
Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari,
Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Semanu bagian selatan.

Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi,


18,19 persen diantaranya merupakan daerah datar dengan kemiringan (0%-2%),
sementara daerah dengan kemiringan (15%-40%) sebesar 39,54 persen dan daerah yang
memiliki kemiringan (> 40%) meliputi 15,95 persen dari luas wilayah di Gunungkidul.

Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi pasir, debu,
dan lempung, sehingga secara garis besar dipilahkan menjadi tekstur kasar, sedang, dan
halus. Topografi wilayah Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh daerah kawasan
perbukitan. Pada kawasan perbukitan tersebut banyak terdapat goa-goa alam dan sungai
bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi struktur lahan yang demikian maka
sebagian besar kawasan Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan karst. Kawasan
tersebut saat ini sedang diupayakan pelestariannya sesuai dengan daya dukung
lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan karst yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Kondisi Hidrologi di Kabupaten Gunungkidul.

Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan,


yaitu DAS Opak-Oya dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS tersebut terdiri dari
beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian. Selain itu juga
terdapat DAS bawah permukaan, yaitu DAS Bribin. Air pemukaan (sungai dan mata
air) banyak dijumpai di Gunung Kidul wilayah utara dan tengah. Di wilayah tengah
beberapa tempat memiliki air tanah yang cukup dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur
ladang. Wilayah selatan Gunungkidul merupakan kawasan karst yang jarang ditemukan
air permukaan. Di wilayah ini dijumpai sungai bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran,
dan Seropan, serta ditemukan telaga musiman yang multiguna bagi penduduk sekitar.

Kondisi Iklim di Kabupaten Gunung Kidul.

Berdasarkan letak astronomisnya, Kabupaten Gunungkidul berada di daerah sekitar


equator, sehingga secara klimatologi beriklim tropis dengan suhu harian rata-rata
27,7°C, rentang suhu terendah 23,2°C dan tertinggi 32,4°C memiliki 10 dua musim,
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan agak basah dan mempunyai
karakter 3 bulan kering dan 7 bulan basah. Wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian
utara merupakan wilayah curah hujan yang paling tinggi dibanding wilayah tengah dan
selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan mempunyai awal hujan paling
akhir. Kelembaban nisbi berkisar antara 80%-85% yang dipengaruhi oleh musim.
Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga Maret, dan kelembaban
terendah terjadi pada bulan September.

C. Kondisi Penduduk Kabupaten Gunung Kidul

Penduduk Kabupaten Gunungkidul berdasarkan hasil proyeksi Sensus Penduduk


2000 dan Sensus Penduduk Antar Sensus 2005 tahun 2007 berjumlah 685.210 jiwa
yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu
Kecamatan Wonosari dengan 75.517 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, yaitu 349.799 perempuan dan
335.411 laki-laki.

Dilihat dari status pekerjaan utama, sebagian besar penduduk Kabupaten


Gunungkidul bekerja sebagai pekerja keluarga sekitar 36,56% dari jumlah penduduk
yang bekerja. Sedangkan yang berusaha dengan dibantu buruh tetap, masih sangat
sedikit yaitu sekitar 0,80 %.

D. Keadaan Sosial Budaya Kabupaten Gunungkidul

Bentuk wilayah atau fisiografi (terrain) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya pada masyarakat. Karakteristik sosial
budaya masyarakat Gunungkidul adalah masyarakat tradisional yang masih memegang
teguh budaya leluhur warisan nenek moyang. Secara umum masyarakat Gunungkidul
masih menggunakan bahasa lokal (Bahasa Jawa) dalam berkomunikasi sehari-hari, dan
Bahasa Nasional (Bahasa Indonesia) secara resmi dipakai dalam lingkungan formal.
Kondisi kehidupan dan aktivitas budaya dan kesenian di Kabupaten Gunungkidul
secara umum masih berjalan baik, terlihat dari upaya dan kegiatan masyarakat untuk
mempertahankan dan mengembangkan budaya dan kesenian yang ada. Bahkan juga
tampak adanya upaya untuk menggali kembali budaya dan kesenian yang hampir
punah, serta upaya kaderisasi kepada generasi muda. Dalam kehidupan beragama,
masyarakat Gunungkidul hidup rukun dan saling berdampingan meskipun terdapat lima
agama yang hidup subur. Jumlah pemeluk agama terbesar adalah agama Islam (73,38
persen), Kristen (12,83), Katolik (10,17 persen), Hindu (2,78 persen) dan Budda (0,84
persen). Sarana peribadatan tersedia cukup representatif dan memadai sehingga
mendukung masyarakat dalam menjalankan ibadahnya masing-masing. Dukungan
pemerintah terhadap kehidupan beragama terus ditingkatkan dengan memberikan ruang
dan kebebasan bagi semua agama (Bappeda Kab. Gunungkidul, 2008).
• Kemiskinan di Gunungkidul

Berdasarkan laporan Tim Maarif (2007), kemiskinan di Gunungkidul hampir merata


semua kecamatan dimana masih didominasi di daerah pedesaan. Tercatat 50 %
kecamatan dari 18 jumlah kecamatan yang ada memiliki KK miskin di atas 50% dari
jumlah KK yang ada di setiap kecamatan. Masyarakat miskin di Gunungkidul
dihadapkan dalam permasalahan rendahnya mutu SDM, terbatasnya kepemilikan tanah,
kondisi tanah yang relatif kurang subur,banyaknya rumahtangga yang tidak memiliki
aset, terbatasnya alternatif lapangan kerja, degradasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup, lemahnya kelembagaan dan organisasi masyarakat, dan ketidak berdayaan
menentukan harga produk pertanian yang dihasilkan.
Kondisi wilayah Gunungkidul yang sebagian besar tandus mengakibatkan kurangnya
fasilitas irigasi yang menyebabkan perkembangan pertanian masyarakat terbatas pada
palawija seperti jagung dan ubi kayu.
Sementara itu masyarakat miskin di pesisir mengalami masalah sendiri yaitu
kebutuhan akan besarnya investasi dalam mengelola sumber daya laut, ketergantungan
terhadap musim, dan kerentanan terhadap polusi di daerah pesisir. Sehingga paling
banyak masyarakat di daerah pesisir hanya merupakan nelayan kecil yang terkendala
oleh besarnya ombak di laut selatan. Dengan minimnya peralatan untuk melaut maka
hasil tangkapan mereka tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya kemiskinan di wilayah Gunung Kidul
adalah daerah yang cukup terisolir. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Kementrian
Pembangunan Daerah Tertinggal ( KDP) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa
sebanyak 190 dari seluruh desa di wilayah Kabupaten Gunung Kidul merupakan daerah
tertinggal.
Masalah kemiskinan juga menyangkut dimensi gender dinmana minimnya peran aktif
perempuan di Gunung Kidul dalam pengambilan keputusan publik.
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dari data DinasKesehatan Gunung Kidul menyebutkan Pada tahun 2007 di


Kabupaten Gunungkidul hanya terdapat 1 RSU Pemerintah, 1 RS swasta dan 140
puskesmas. Dari 140 Puskesmas dapat dikategorikan 13 Puskesmas Perawatan, 16
Puskesmas Non Perawatan dan 111 Puskesmas Pembantu. Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan porgram KB jumlah akseptor aktif di Kabupaten Gunungkidul pada tahun
2007 mencapai 107.307 orang. Pada umumnya aksektor tersebut memilih menggunakan
alat kontrasepsi suntik, IUD dan pil, masing-masing 45.298, 25.262 dan 20.291 orang
atau ketiga kontrasepsi tersebut dipilih oleh sekitar 84,66 % dari seluruh akseptor aktif.

Dengan kondisi pelayanan kesehatan yang ada, secara umum kondisi kesehatan
masyarakat cukup baik. Kesadaran penanganan kelahiran untuk wanita hamil yang
memilih melakukan persalinan dengan bentuan dokter atau bidan telah cukup
meningkat. Demikian juga dengan status gizi masyarakat yang tergolong baik, akan
tetapi masih banyak dijumpai kasus-kasus gizi buruk di beberapa desa terutama desa
yang masih tertinggal.
.
• Tingkat Pendidikan Masyarakat

Menurut Susenas 2006 dan 2007, penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten
Gunungkidul yang telah melek huruf dan dapat membaca/menulis huruf latin dan atau
lainnya mencapai 76,4 persen dan 76,66 persen, berarti ada peningkatan meskipun
persentasenya masih belum memadai (hanya sebesar 0,26 persen).

Peningkatan persentase yang telah melek huruf menunjukkan adanya keberhasilan


program pemberantasan buta huruf (Bebas 3 Buta atau Pemberantas Buta Aksara),
melalui program Kejar Paket A, B, maupun C bagi penduduk, terutama yang telah
berusia dewasa/lanjut. Ada peningkatan partisipasi sekolah bagi penduduk di
Kabupaten Gunungkidul usia 10 tahun ke atas, dimana mereka yang masih sekolah
persentasenya meningkat dari 13,36 persen menjadi 14,05 persen. Namun jika diamati
pada jenis kelamin, ternyata partisipasi sekolah bagi penduduk perempuan usia 10 tahun
justru menurun, yakni sekitar 2,9 persen, dan ada peningkatan persentase pada
perempuan yang tidak bersekolah lagi, yakni sebesar 1,7 persen. Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa perempuan masih lebih rendah partisipasinya dalam menempuh
pendidikan formal dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga menunjukkan bahwa
perempuan di Gunungkidul masih belum memiliki kesempatan yang layak untuk
menempuh pendidikan. Pendidikan bukan merupakan hal yang harus diperjuangkan
bagi perempuan di Gunungkidul. Hal ini berkaitan dengan kondisi sosial budaya
masyarakat di Kabupaten Gunungkidul yang masih melekat dan mentabukan
perempuan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi, karena nantinya perempuan toh
akan tinggal di rumah dan mengurusi rumah tangga mereka sendiri.

Kemiskinan seringkali menjadi alasan bagi siswa sekolah untuk tidak melanjutkan
sekolah, karena mereka diharapkan membantu mencari nafkah untuk keluarganya, dan
anggapan lebih baik bekerja dengan mendapatkan uang, disamping anggapan bahwa
semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar biaya yang diperlukan, sementara
masyarakat miskin dan rumah tangga miskin tidak memiliki penghasilan yang cukup
untuk biaya pendidikan.

Kondisi geografis juga berpengaruh terhadap tingginya angka putus sekolah.


Aksesibiltas yang rendah untuk menjangkau sekolah dengan sarana dan prasarana
transportasi yang terbatas dan masih sulit dijangkau oleh masyarakat di pelosok
pedesaan, merupakan salah satu alasan bagi siswa untuk tidak melanjutkan sekolah,
meskipun guru telah memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa agar tidak putus
sekolah.

• Potensi daerah

Kabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari


pertanian, perikanan dan peternakan , hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta
potensi pariwisata.
Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering
tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan
sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam
tambang yang termasuk golongan C berupa : batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit,
bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa.

Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas terletak di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65
Km dari Kecamatan Purwosari sampai Kecamatan Girisubo. Potensi hasil laut dan
wisata sangat besar dan terbuka untuk dikembangkan.

Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan, pengolahan hasil pertanian yang
semuanya sangat potensial untuk dikembangkan.

Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan potensi pariwisata di Kabupaten


Gunungkidul:

Pantai Krakal di Ginungkidul


Pantai Kukup di Gunungkidul
Gua Lawa, salah satu potensi wisata kabupaten Gunungkidul
Sumber Pustaka:
Respati, Diah.2008. Statistik Gender dan Analisis Kabupaten Gunungkidul tahun
2008.PSW UNY (PDF download)
Makalah Studi awal Kemiskinan di Gunung Kidul.2007.Maarif Institute.(PDF
download.
www.kabgunungkidul.gov.id

You might also like