You are on page 1of 20

MODUL

DARI RPJMD HINGGA RENJA


SKPD, KUA DAN APBD

Oleh : Eko Subhan


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi Singkat 1
B. Hasil Belajar 1
C. Indikator Hasil Belajar 2
D. Pokok Bahasan 2

BAB 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 4


A. Pengertian RPJMD 4
B. Kerangka Analisis RPJMD 5
C. Proses penyusunan RPJMD 5

BAB 3 Rencana Kerja Pembangunan Daerah 7


A. Pengertian RKPD 7
B. Kerangka Analisis RKPD 8
C. Proses penyusunan RKPD 9

BAB 4 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah 11


A. Pengertian Renja SKPD 11
B. Kerangka Analisis Renja SKPD 12
C. Proses Penyusunan Renja SKPD 13

BAB 5 Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafond Anggaran 15


Sementara dan Rencana Kerja Anggaran SKPD
A. Pengertian KUA, PPAS, RKA SKPD 15
B. Kerangka Analisis KUA, PPAS, RKA SKPD 16
C. Alur Proses Penyusunan KUA, PPAS, RKA SKPD 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

RPJPD menekankan pada pentingnya penggunaan perencanaan strategis


berbasis skenario dengan keterlibatan stakeholder yang relevan dan
kompeten, terutama lembaga penelitian untuk merumuskan skenario
perkembangan faktor-faktor eksternal pendorong pembangunan daerah
(sosial, politik, ekonomi, teknologi,lingkungan hidup) dan impllikasinya pada
pembangunan daerah 20 tahun ke depan.

RPJPD menjadi arah yang menentukan garis merah pencapaian


peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai inti dari pelaksanaan
pemerintahan di daerah. RPJP adalah pertaruhan daerah dalam
membangun wilayahnya dan menjadikan masyarakatnya sejahtera.

PRJMD menekankan tentang pentingnya menterjemahkan secara arif


tentang visi, misi, dan agenda Kepala Daerah terpilih dalam tujuan, sasaran,
strategi dan kebijakan pembangunan yang merespon kebutuhan dan
aspirasi masyarakat serta kesepakatan tentang tolok ukur kinerja untuk
mengukur keberhasilan pembangunan daerah dalam 5 tahun ke depan.

RENSTRA SKPD menekankan tentang pentingnya setiap SKPD memiliki 3-


5 tolok ukur kinerja kunci pelayanan SKPD yang jelas berdasarkan
TUPOKSI SKPD yang dapat memberikan gambaran secara cepat kepada
masyarakat tentang status kinerja pelayanan SKPD; dan rencana
pencapaian program SKPD sesuai dengan Standar pelayanan Mimimal,
serta mendorong peningkatan kualitas konsultasi Forum Multi Stakeholder
SKPD.

RENJA SKPD menekankan tentang pentingnya SKPD menguasai dan


kompeten dalam menyusun program dan kegiatan SKPD sesuai dengan
Permendagri 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
RENJA SKPD merupakan dasar utama bagi penyusunan rencana dan
penganggaran tahunan dan rencana strategis jangka menengah daerah.
Kualitas penyusunan RENJA SKPD akan sangat menentukan kualitas
APBD. Pelatihan ini akan menekankan tentang pentingnya SKPD
menggunakan form RKA SKPD dalam menyusun RENJA SKPD untuk
memfasilitasi keterpaduan rencana dan anggaran.

KUA, PPAS dan RKA SKPD, ketiga dokumen ini telah diatur secara rinci
dan lengkap dalam Permendagri 13/2006. Ketiganya menekankan
pentingnya penggunaan RKA SKPD sebagai alat untuk meningkatkan
pengelolaan pelayanan dan mengembangkan standar pelayanan SKPD
karena memiliki informasi yang sangat diperlukan bagi pengembangan
Standar Pelayanan Minimal.
B. Hasil Belajar

Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat memahami dan


menerapkan konstelasi antara RPJP Daerah, RPJMD, RKPD dan Renja
SKPD serta Kebijakan Umum Anggaran dan APBD. Konstelasi yang tetap
terjaga dan adanya konsistensi dalam muatannya adalah sebuah kunci
keberhasilan dalam proses perencanaan pembangunan.

C. Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti proses pembelajaran modul ini, para peserta mampu


untuk:

1. Menjelaskan konstelasi dari RPJMD dalam sistem RPJP Daerah dan


menunjukkan konsistensi dalam pengembangannya.
2. Menjelaskan konstelasi dari RKPD dan Renja SKPD dalam sistem
RPJM Daerah dan menunjukkan konsistensi dalam pengembangannya.
3. Menjelaskan konstelasi KUA dan APBD dalam sistem perencanaan
yang sifatnya makro
4. Menjelaskan sisi-sisi kunci keberhasilan proses perencanaan
pembangunan di daerah.

D. Pokok Bahasan

1. Kebijakan Daerah tentang Perencanaan dan penganggaran;


2. Kebijakan RPJMD hingga RKPD dan Rencana Kerja SKPD.
3. Kebijakan Umum Anggaran Kebijakan Umum APBD
4. Keterkaitan antara RPJMD dan rencana Kerja SKPD dengan KUA dan
APBD
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

A. Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Peraturan dan perundangan di eradesentralisasi memperlihatkan komitmen


politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem,
mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan dan panganggaran
daerah. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan daerah yang lebih baik, demokratis, bekelanjutan.

RPJMD merupakan dokumen resmi daerah dalam masa lima tahun


kepemimpinan kepala daerah, yang disusun selambat-lambatnya 6 bulan
setelah ditetapkan sebagai calon terpilih. RPJMD sangat terkait dengan visi
dan misi kepala daerah terpilih, maka kualitas penyusunan RPJMD akan
mencerminkan kredibilitas pemimpin terpilih. RPJMD harus mempu
menjawab kemana daerah akan diarahkan pengembangannya dan apa
yang hendak dicapai selama 5 tahun. RPJMD juga harus dapat menjawab
pertanyaan bagaimana proses mencapai tujuan 5 tahunan tersebut dan apa
saja langkah strategisnya.

Mengacu pada UU 25/2004, penyusunan RPJMD perlu untuk memenuhi


prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Strategis, RPJMD harus erat kaitannya dengan proses penetapan


kearah mana daerah akan diarahkan pengembangannya dan pa yang
hendak dicapai dalam 5 tahun mendatang, bagaimana mencapainya,
dan langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan.

2. Demokratis dan Partisipatif, penyusunan RPJMD perlu dilaksanakan


secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (dan seluruh
stakeholder) dalam pengambilan keputusan perencanaan di semua
tahapan perencanaan.

3. Politis, bajwa penyuunan RPJMD melibatkan proses konsultasi dengan


kekuatan politis, terutama Kepala Daerah Terpilih dengan DPRD.

4. Perencanaan Bottom-up, bahwa penyusunan RPJMD perlu untuk


memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

5. Perencanaan Top Down, bahwa proses penyusunan RPJMD perlu


sinergi dengan rencana strategis di atasnya yaitu RPJPD dan RPJM
Nasional.

Kualitas dokumen RPJMD sangat ditentukan oleh kualitas proses pemikiran


strategis yang digunakan dalam proses penyusunan RPJMD.
Perencanaan strategis adalah pendekatan atau cara untuk mencapai tujuan,
perencanaan strategis menghubungkan seluruh sumber daya yang dimiliki
dan dana yang tersedia dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada proses
perencanaan strategis, menjadi penting untuk dilakukannya proses
pelibatan stakeholder, terutama untuk memperoleh kompleksitas alternatif
pilihan dan perumusan strategi yang komprehensif.

B. Kerangka Analisis RPJMD

Untuk memperoleh konsistensi dan keterpaduan antara perencanaan


jangka menengah dan perencanaan dan penganggaran tahunan, RPJMD
perlu menggunakan kerangka analisis dan programyang serupa
dengankerangka program RKPD, Renja SKPD,Kebijakan Umum Anggaran,
dan APBD.

Kerangka analisis yang diusulkan untuk RPJMD adalah menggunakan


pembagianfungsi, urusan wajib, dan urusan pilihan pemerintah daerah.
Adapun fungsi Pemda meliputi: pelayanan umum, ketertiban dan
keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, dan
perlindungan sosial.

C. Proses Penyusunan RPJMD

Terdapat 3 alur spesifik dalam penyusunan RPJMD, yaitu alur proses


teknokratis-strategis, alur partisipatif, dan alur proses legislasi dan
politik. Ke 3 alur proses tersebut menghendaki pendekatan yang berbeda,
namun saling berinteraksi satu sama lain utnuk menghasilkan RPJMD yang
terpadu.

Alur Proses Strategis merupakan dominasi para perencana daerah dan


pakar perencanaan daerah. Alur ini ditujuan untuk menhasilkan informasi,
analisis, proyeksi, alternatif-alternatif tujuan, strategi, kebijakan, dan
program sesui kaidah teknis perencanaan yang diharapkan dapat
memberikan masukan bagi alur proses partisipatif.

Alur proses partisipatif, merupakan alur bagi keterlibatan masyarakat


dalam proses perencanaan daerah. Alur ini merupakan serangkaian public
participatory atau participatory planning event untuk menghasilkan konsesus
dan kesepakatan atas tahap-tahap penting dalam pengambilan keputusan
perencanaan. Alur ini merupakan wahana bagi stakrholder LSM, CSO, atau
CBO untuk memberikan kontribusi yang afektif pada setiap kesempatan
even perencanaan partisipatif, kemudian mengkaji ulang dan meneveluasi
hasil-hasil proses alur strategis.

Alur Legislasi dan Politis, merupakan alur proses konsultasi dengan


DPRD untuk menghasilkan Perda RPJMD. Pada alur ini diharapkan DPRD
dapat memberikan kontribusi poemikirannya, review dan evaluasi atas hasil-
hasil dari proses alur strategis maupun proses alur partisipatif.
BAB III
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

A. Pengertian Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD merupakan suatu dokumen


rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi daerah untuk mengarahkan
pembangunan daerahnya dalam jangka waktu 1 tahun ke depan. Oleh
karenanya, sudah sepaturnya agar Pemda, DPRD, dan masyarakat
memberikan perhatian khusus pada kualitas proses penyusunan dokumen
RKPD, dan tentunya diikuti dengan proses pemantauan, evaluasi, dan
review atas implementasinya.

RKPD punya fungsi penting dalam sistem perencanaan daerahkarena


RKPD menterjemahkan RPJMD dalam satuan tahunan dalam bentuk
rencana, program, dan penganggaran tahunan. RKPD menjembatani
sinkronisasi dan harmonisasi rencana tahunan ke dalam langkah-langkah
tahunan yang lebih konkrit dan terukur untuk memastikan tercapainya
RPJMD.

Ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dijawab dalam penyusunan


RKPD dan hal ini dapat dijadikan sebagai muatan dalam konsideran sebuah
RKPD, yaitu sebagai berikut:

1. Sejauh mana capaian tujuan penyelenggaraan desentralisasi dan


otonomi daerah?
2. Apa capaian positif tahun-tahun lalu yang perlu dipelihara dan
dikembangkan? Apa faktoor-faktor penyebeb tidak tercapainya tujuan
dan sasaran?
3. Sejauh mana capaian tujuan dan sasaran RPJMD sebenarnya telah
dirumuskan?
4. Siapa yang akan dilibatkan dalam proses penyusunan RKPD?
5. Peluang dan tatangan utama apa yang dihadapi pada tahun rencana
RKPD?
6. Adakah perubahan signifikan yang perlu dilakukan dalm
pengorganisasian program, kegiatan, dan penganggaran RKPD tahun
rencana?
7. Apa tema fokus, prioritas capaian program, dan kebijakan RKPD tahun
rencana?
8. Bagaimana status dan ketersediaan pendanaan RKPD tahun rencana?
9. Sejauhmana RKPD akan berkontribusi pada penanganan isu strategis
nasional?
Sejalan dengan UU 25/2004, penyusunan RKPD perlu memenuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Strategis, RKPD merupakan suatu proses pemikiran yang strategis yang


kualitasnya ditentukan oleh kualitas program damkegiatan yang
diusulkan.

2. Demokratis dan Partisipatif, penyusunan RKPD perlu dilaksanakan


secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (dan seluruh
stakeholder) dalam pengambilan keputusan perencanaan di semua
tahapan perencanaan.

3. Politis, bajwa penyuunan RKPD melibatkan proses konsultasi dengan


kekuatan politis, terutama Kepala Daerah Terpilih dengan DPRD.

4. Perencanaan Bottom-up, bahwa penyusunan RKPD perlu untuk


memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

5. Perencanaan Top Down, bahwa proses penyusunan RKPD perlu sinergi


dengan rencana strategis di atasnya yaitu RPJMD.

Kualitas dokumen RKPD sanagt ditentukan oleh kualitas program dan


kegiatan RKPD yang disusun dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan bersama selruh stakeholder melalui
forum MUSRENBANG dan Forum Multi Stakeholder SKPD.

B. Kerangka Analisis RKPD

Untuk mendapatkan konsistensi dan keterpaduan antara perencanaan dan


penganggaran tahun, RKPD perlu mngikuti kerangka penyusunan anggaran
tahunan yang telah ditentukan dalam PERMENDAGRI No. 13/2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Hal ini untuk memastikan bahwa RKPD dapat diterjemahkan secara


konsisten kepada proses penganggaran tahunan, yaitu perumusan KUA
APBD, PPAS, RAPBD, dan APBD.

RKPD mencakup perencanaan atas fungsi-fungsi peerintahan daerah yang


meliputi:

1. Pelayanan umum
2. Ketertiban dan keamanan
3. Ekonomi
4. Lingkungan hidup
5. Perumahan dan fasilitas umum
6. Kesehatan
7. Pariwisata dan budaya
8. Pendidikan
9. Perlindungan sosial

Untuk mengembangkan analisis pembangunan daerah secara


berkelanjutan, adalah penting bagi sebuah RKPD untuk dapat
mengembangkan tolok ukur kinerja untuk fungsi-fungsi dari pemda, dan
tolok ukur kinerja untuk setiap urusan wajib dan pilihan.

Pengembangan tolok ukur kinerja pembangunan daerah akan


memperlihatkansecara jelas sejauh mana efektifitas sistem, strategi, dan
kebijakan pembangunan daerah telah dilaksanakan.

Pengembangan tolok ukur kinerja pembangunan daerah juga dapat


mengidentifikasi apakah hubungan antar klomponen fiskal,lingkungan
sosial, dan ekonomi, itu sudah terjalin erat dengan baik.

Di samping itu melalui pengembangan tolok ukur kinerja juga dapat


mendeteksi permasalahan dalam pelayanan SKPD, dapat mengukur
kemajuan yang dicapai dala kurun waktu rencana .

Seluruh proses pengembangan tolok ukur kinerja pembangunan ini harus


dikembangkan melalui Forum Stakeholder, sehingga penetapan dan
pengukurannya (yang mungkin subyektif) dapat dipahami dan disepakati
bersama.

Adapun kriteria dalam pengembangan tolok ukur kinerja adalah: relevan,


mudah dipahami, reliable, informasi mdah diakses, memperlihatkan
perpektif jangka menengah dan panjang, berhubungan dengan isu
pembangunan daerah, memperlihatkan hubungan antara komponen
pembangunan daerah, jumlah tolok ukurnya tidak terlalu banyak (cukup 3-
5).

C. Proses Penyusunan RKPD

Penyusunan RKPD dan RENJA SKPD adalah saling berkaitan, sehingga


perlu dijalin hubungan yang erat antara Tim RKPD dengan Tim Renja
SKPD. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun rencana kerja penyiapan
dokumen RKPD dan Renja SKPD beserta kalender pembagian tugasnya.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

• Agar ada kejelasan mengenai janis dan tahapan kegiatan yang harus
dilaksanakan
• Agar terdapat kejelasan dalam pembagian tugas bagi setiap anggota tim
penyusun
• Agar adanya acuan target waktu penyelesaian setiap tahapan kegiatan
termasuk kegiatan yang berkaitan dengan proses-proses pelibatan
masyarakat.

Keluaran dari proses ini adalah:


• Rincian jenis dan tahapan kegiatan
• Kalender kegiatan termasuk forum-forum kegiatan yang akan
melibatkan stakeholder
• Arahan untuk Daftar Isi Dokumen RKPD dan Renja SKPD termasuk
muatan pokok dari setiap bab/sub bab.
• Daftar atau format kebutuhan jenis data dan informasi
• Pembagian kerja antar anggota tim

Adapun langkah-langkah proses penyusunannya adalah sebagai berikut:


• Buat rancangan rencana kerja penyuaunan RKPD dan Renja SKPD
oleh Tim Inti, berupa tahapan dan rincian kegiatan (termasuk
kegiatan penjaringan aspirasi, forum-forum diskusi, lokakarya, dan
seminar), schedule kegiatan, rancangan daftar isi dokumen RKPD
dan Renja SKPD, identifikasi kebutuhan data, dan sumber data.
• Lakukan pertemuan seluruh anggota tim penyusun untuk membahas,
mematangkan, dan menyepakati rancangan rencana kerja dan
rancangan daftar isi dokumen RKPD dan Renja SKPD
• Kelompokkan Tim Penyusun pada POKJA yang pembagiannya
disesuaikan dengan fungsi-fungsi pemerintahan daerah dan isu/tema
penting dari RKPD dan Renja SKPD; Pokja Ekonomi, Pokja
Pendidikan, Pokja Kesehatan, dst.
• Sepakati pembagian kerja dan jadwal kegiatan/kerja setiap POKJA
serta agenda pertemuan lintas POKJA
BAB IV
RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(RENJA SKPD)

A. Pengertian Renja SKPD

Renja SKPD merupakan sebuah dokumen rencana resmi daerah yang


dipersyaratkan untuk mengarahkan program dan kegiatan pelayanan SKPD
khususnya, dan pembangunan daerah pada umumnya. Renja SKPD
memiliki fungsiyang sangat fundamental dalam sistem perencanaan daerah,
karena Renja SKPD merupakan produkperencanaan pada unit organisasi
pemerintah terendah dan terkecil.

Unit SKPD adalah unit pemberi masukan utama bagi penyusunan dokumen
RKPD, RPJMD, bahkan RPJPD. Renja SKPD berhubungan langsung
dengan pelayanan pada masyarakat yang merupakan tujuan utama
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kualitas penyusunan Renja SKPD
sangatlah menentukan pada kualitas pelayanan pada publik.

Esensi dokumen Renja SKPD adalah sebagai berikut:

1. Merupakan penjabaran dari tupoksi SKPD


2. Selarah dengan visi, misi, dan agenda SKPD
3. Selaras dengan dokumen rencana resmi daerah di atasnya, seperti
RKPD dan RPJMD
4. Mengakomodasikan hasil forum Multistakeholder SKPD
5. Merupakan masukan utama bagi penyusunan RKPD, Renstra SKPD, dan
RPJMD, bagi RKA SKPD, KUA, PPAS, dan RAPBD.
6. Berisikan beberapa muatan sebagai berikut:
a. Penjelasan ringkas latar belakang, maksud dan tujaun dari Renja
SKPD – tujuan yang selaras dengan Renstra SKPD dan Tupoksi
SKPD
b. Daftar program dan pelayanan SKPD
c. Tolok ukur dan capaian program SKPD
d. Tolok ukur dan target kinerja masukan, kelauaran, dan hasil
e. Biata satuan sumber daya yang digunakan bagi pelaksanaan
kegiatan
f. Biaya kegiatan (merupakan pagu indikatif kegiatab)
g. Biaya satuan per keluaran kegiatan (untuk mengukur efisiensi,
kewajaran biaya per kegiatan)
h. Biaya program (merupakan pegu indikatif program)
i. Rencana kerja (program, kegiatan) dan pendanaannya
7. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala SKPD

Sejalan dengan UU 25/2004, maka penyusunan Renja SKPD perlu


memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Teknokratis (Strategis), sesuai dengan fungsinya sebagai


menerjemahkan, mengoperasionalkan RKPD ke dalam program dan
kegiatan SKPD sehingga berkontribusi kepada pencapaian tujuan dan
capaian program RKPD secara keseluruhan dan tujuan strategis jangka
menengah yang tercantum dalam Renstra SKPD.

2. Demokratis dan Partisipatif, penyusunan Renja SKPD perlu


dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat
(dan seluruh stakeholder) dalam pengambilan keputusan perencanaan
di semua tahapan perencanaan.

3. Politis, bahwa penyuunan Renja SKPD melibatkan proses konsultasi


dengan kekuatan politis, terutama Kepala Daerah Terpilih dengan
DPRD.

4. Perencanaan Bottom-up, bahwa penyusunan Renja SKPD perlu untuk


memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

5. Perencanaan Top Down, bahwa proses penyusunan Renja SKPD perlu


sinergi dengan rencana strategis di atasnya yaitu RKPD dan RPJMD.

Keluatran utama dari proses penyusunan Renja SKPD adalah berisikan


status, posisi, kedudukan dan kinerja SKPD dalam penyelenggaraan
berbagai fungsi, urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah serta
rumusan kondisi internal (kelemahan dan kekuatan)dan kondisi elsternal
(tantangan dan peluang) dalam 1-3 tahun kedepan.
Dokumen Renja SKPD berisikan daftar program, kegiatan dan pagu indikatif
SKPD serta sumber pendanaannya yang disusun sesuai dengan
Permendagri 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Naskah kesepakatan stakeholder dalam konsultasi forum multistakeholders
SKPD, musrenbang desa, kecamatan, dan kabupaten/kota yang berisikan
konsensus dan kesepakatan, rumusan tujuan, arah, strategi dan kebijakan
pelayanan SKPD, prioritas program dan kegiatan, rencana belanja kegiatan,
dan sumber pendanaan.
B. Kerangka Analisis Renja SKPD

Untuk mendapatkan konsistensi dan keterpaduan antara perencanaan dan


penganggaran tahunan, Renja SKPD perlu mengikuti kerangka penyusunan
anggaran tahunan sesuai dengan permendagri 13/2006. Hal ini juga untuk
memastikan bagwa Renja SKPD dapat diterjemahkan secara konsisten
pada proses penggaran tahunan, perumusan KUAPBD, PPAS, RAPBD dan
APBD.

Untuk mengembangkan analisis pelayanan SKPD secara berkelanjutan,


penting bagi masing-masing SKPD untuk mengembangkan tolok ukur
kinerja setiap fungsi dan urusan pelayanan wajib dan pilihan yang dapat
menggambarkan posisi daerah masa kini; yang mengalami masalah, yang
perlu dikembangkan dan diperbaiki, yang masih belum optimal pelaksanaan
pelayanannya.

Pengembangan tolok ukur kinerja pembangunan daerah adalah


memperlihatkan efektifitas sistem, strategi dan kebijakan pembangunan
yang telah dijalankan, mengidentifikasi apakah ekonomi telah terjalin baik,
dan sebagainya. Tolok ukur kinerja juga untuk memperlihatkan sejauh mana
kemajuan selama 5 tahun mendatang terutama berkaitan dengan kualitas
pelayanan. Pengembangan tolok ukur ini perlu melibatkan stakeholder.

Kriteria dalam pengembangan tolok ukur adalah: relevan, mudah dipahami,


reliable, informasi mudah diakses, memperlihatkan perspektif jangka
menengah dan panjang, berhubungan dengan isu pembangunan daerah,
memperlihatkan hubungan antara komponen pembangunan daerah.

Beberapa rujukan tolok ukut kinerja yang dikembangkan Bappenas:

- Pengukuran kinerja penyelenggaraan otonomi daerah


- Indeks pembangunan daerah
- Indikator kemajuan otonomi daerah
- Indikator Kinerja pencapaian pembangunan daerah

C. Alur Proses Penyusunan Renja SKPD

Secara umum penyusunan Renja SKPD adalah bahwa penyusunan Renja


SKPD atau prosesnya dapat dikelaompokkan pada tiga jalur utama,yaitu
alur proses strategis,alur proses partisipatif dan alur proses legislatif atau
politis.

Alur proses strategis merupakan alur teknis perencanaan yang ditujukan


menghasilkan informasi, analisis, proyeksi, alternatif tujuan, strategi,
kebijakan, dan program sesuai kaidahteknis perencanaan yang diharapkan
dapat memberikan masukan bagi alur proses partisipatif.
Alur proses partisipatif merupakan laur bagi keterlibatan masyarakat dalam
proses perencanaan daerah. Alur ini merupakan serangkaian public
participation atau participatory planning event untuk menghasilakn konsesus
dan kesepakatan atas tahap-tahap penting pengambilan keputusan
perencanaan. Alur ini merupakan media bagi masarakat sipil (NGO, CSO,
CBO) untuk memnberikan kontribusi yang efektif, mereview dan
mengevaluasi hasil-hasil proses strategis.

Alur proses legislasi dan politik merupakan alur konsultasi dengan DPRD
dalam konteks yang lebih makro yaitu RKPD.
BAB V
KEBIJAKAN UMUM APBD, PRIORITAS DAN PLAFOND ANGGARAN
SEMENTARA DAN RENCANA KERJA ANGGARAN SKPD (KUA – PPAS –
RKA SKPD)

A. Pengertian KUA – PPAS – RKA SKPD

KUA – PPAS – RKA SKPD merupakan satu kesatuan dokumen rencana


yang memadukan pendekatan teknokratis, demoratis, partisipatif, politis,
bootom-up, dan top down process. KUA – PPAS – RKA SKPD meruapakn
dokumen resmi daerah yang dipersyaratkan dalam proses penyusunan
RAPBD dan APBD dan pengaturannya secara rinci telah disampaikan
melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006.
KUA – PPAS – RKA SKPD memiliki fungsi mendalam dan sangat
fundamental karena menjembatani proses translasi dari bahasa rencana ke
bahasa anggaran.
Esensi KUA:
1. Disusun oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah berdasarkan RKPD
2. Memuat; kondisi dan realisasi kinerja capaian program dan kegiatan
tahun lalu, isu dan permasalahan yang dihadapi, peluang dan tantangan,
strategi dan kebijakan RKPD, kerangka ekonomi makro, daftar dan
target capaian kinerja program dan kegiatan, proyeksi pendapatan
daerah, alokasi belanja daerah, dan sumber pendanaan.
Sedangkan esensi dari PPAS:
1. Disusun berdasarkan KUA yang sudah disepakati oleh TPAD (Tim
Penyusun Anggaran Daerah) dan dinas bersama Paniatia Anggaran
DPRD
2. Memuat; kondisi dan realisasi kinerja capaian program dan kegiatan
tahun lalu, isu dan permasalahan yang dihadapi, peluang dan tantangan,
strategi dan kebijakan APBD, daftar dan target capaian kinerja program
dan kegiatan, proyeksi pendapatan belanja dan pembiayaan daerah
(termasuk asumsi makro ekonomi, kemampuan fiskal daerah), prioritas
dan plafond anggaran menurut bidang pemerintahan (SKPD) serta
besaran pagu indikatif
Sedangkan esensi dari RKA SKPD
1. Memperhatikan KUA dan dokumen PPAS yang telah disepakati.
2. Memuat; daftar program dan kegiatan, tolok ukur dan target kinerja
capaian program dan kegiatan dengan mempertimbangkan SPM, tolok
ukur dan target kinerja keluaran, hasil, pagu indikatif program dan
kegiatan, jumlah perkiraan belanja kegiatan pada tahun rencana, tahun
sebelumnya dan tahun berikutnya.
Pada penyusunan KUA, perhatian lebih diberikan pada prioritas, komposisi,
sinkronisasi, dan keseimbangan di atara program, termasuk pendanaan
serta kesesuaian prioritas program, pencapaian tujuan perencanaan RKPD,
RPJMD, RKP dan Pedoman Penyusunan APBD (Kepmendagri).

Prinsip-prinsip penyusunan KUA, PPAS, RKA SKPD adalah Teknokratis,


Demokratis dan Partisipatif, serta Politis.
Teknokratis berarti ada perkiraan maju kebutuhan anggaran untuk program
dan kegiatan tahun berikutnya. Ada proyeksi pendapatan, belanja dan
pembiayaan. Ada integrasi seluruh proses perencanaan dan penganggaran
di lingkungan SKPD.
Demokratis dan partisipatif, dapat dipahami bahwa proses penyusunan
KUA, PPAS, RKA SKPD haruslah dilakukan dengan menyertakan
masyarakat, terutama dalam upaya menjaga prinsip transparansi dan
akuntabilitas pada masyarakat.
Politis bermakna bahwa penyusunan KUA, PPAS dan RKA SKPD
melibatkan proses pembahasan dan persetujuan dari kekuatan politis
terutama Kepala Daerah dan DPRD.

Adapun keluaran utama yang diharapkan dari hasil proses penyusunan


KUA, PPAS dan RKA SKPD adalah sebagai berikut:
1. Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dengan DPRD tentang KU
APBD yang berisikan RKPD dan Kerangka Ekonomi Makro dan
Impleikasi terhadap Sumber Pembiayaan
2. Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dengan DPRD tentang
Priopritas dan Plafond Anggaran yang berisikan Ringkasan Proyeksi
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah, dan Prioritas Program
dan Plafond Anggaran per SKPD

B. Kerangka Analisis KUA – PPAS – RKA SKPD

Penyusunan KUA – PPAS – RKA SKPD telah diatur sepenuhnya dalam


Permendagri 13/2006.
KUA dapat dikatakan sebagai sebuah formalitas politis atas dokumen RKPD. G
Sedangkan PPAS lebih memfokuskan diri pada penetapan Beban Kerja dan
Biaya dari masing-masing SKPD yang sesuai dengan program dan kegiatannya.
Adapun RKA SKPD lebih menitikberatkan pada rincian program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan SKPD sesuai dengan RKPD dan Tupoksi SKPD. RKA
SKPD terkait dengan SPM.
Baik KUA, PPAS, maupun RKA SKPD mencakup perencanaan atas fungsi-
fungsi pemerintahan yang meliputi:
1. Pelayanan Umum
2. Ketertiban dan Keamanan
3. Ekonomi
4. Lingkungan Hidup
5. Perumahan dan Fasilitas Umum
6. Kesehatan
7. Pariwisata dan Budaya
8. Pendidikan
9. Perlindungan Sosial

C. Alur Proses Penyusunan KUA – PPAS – RKA SKPD

Alur penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD adalah seperti tertuan dalam
bagan di halaman berikut ini. Seluruh proses senantiasa diawali oleh kajian
terhadap RPJP Pusat dan RPJP Daerah selanjutnya masuk pada RPJM Daerah
dan RPJM SKPD (Renstra SKPD) semua hal ini menjadi pedoman dalam
penyusunan KUA, PPAS, dan RKA SKPD.

You might also like