You are on page 1of 22

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN

“ METODE PENGUJIAN KEKERASAN “

DISUSUN OLEH :

FEBRI IRAWAN
05091002006
KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang


ilmu yang berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah
ketahanan material terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur disain
nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi
kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para
insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk
para mekanik work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap
pemotongan dari alat potong. Begitu banyak konsep kekerasan material yang
dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsep-konsep tersebut
dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis dari
material yang diuji.
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena dengan
pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu
material.Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah
tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu
material.Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah digolongkan
sebagai material ulet atau getas.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk
mengetahui pengaruh perlakuan panas dan perlakuan dingin terhadap material.
Material yang telah mengalami cold working, hot working, dan heat treatment,
dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan mengukur kekerasan
permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat dengan
mudah melakukan quality control terhadap material.
Prinsip metode apapun uji kekerasan adalah memaksa indentor suatu ke
permukaan sample diikuti dengan mengukur dimensi indentasi (kedalaman atau
aktual luas permukaan indentasi). Kekerasan bukan milik fundamental dan
nilainya tergantung pada kombinasi kuat luluh , kekuatan tarik dan modulus
elastisitas .

Manfaat uji kekerasan:

• Mudah

• Murah

• Cepat

• Non-destruktif

• Dapat diterapkan untuk sampel dari berbagai dimensi dan bentuk

• Dapat dilakukan in-situ

1.2 Tujuan

1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vickers


dan Rockwell
2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa jenis
logam (besi tuang, baja, tembaga dan alumunium).
3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan
mengaplikasikannya untuk mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam logam
baja/besi tuang
4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai
kekerasan Brinellnya.

BAB II
PEMBAHASAN

Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya


penekanan dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini
yaitu pada permukaan material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai
dengan parameter (diameter, beban dan waktu). Berdasarkan mekanisme
penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan :

1. Metode gores
Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau
lebar goresan pada benda uji dengan cara menggoreskan permukaan benda uji
dengan material pembanding. Indentor yang biasa digunakan adalah jarum yang
terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok untuk logam yang skala
kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak
akurat.Metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih
dalam dunia mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan
membagi kekerasan material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian
dikenal sebagai skala Mohs). Skala ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan
yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh talc, hingga skala 10 sebagai nilai
kekerasan tertinggi, sebagaimana yang dimiliki oleh intan. Dalam skala Mohs
urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :

1. talc 6. orthoclase
2. gypsum 7. quartz
3. calcite 8. topaz
4. fluorite 9. corundum
5. apatite 10. Diamond
Prinsip pengujian :
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase
(6) tetapi tidak mampu digores oleh apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut
berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini
memiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai kekerasan suatu
material.
Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai
nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang
besar.

2. Metode pantul ( metode elastik / rebound )


Dengan metode ini, kekerasan suatu material
ditentukan oleh alat scleroscope yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul
(hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap
permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili
kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan oleh dial
pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.

3. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan
penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang
ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun luas area
indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian).
Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh
J.A.Brinell pada tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai
bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban dan waktu
indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang
harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak.
Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:

2P
BHN =
((π D) (D - D2 - d2 )
dimana : P adalah beban (Kg)
D diameter indentor (mm)
d diameter jejak (mm).

Gambar : Skematis prinsip identasi dengan metode Brinell

Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10


mm dan beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk
logam-logam non ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya
sekitar 10 detik, sementara untuk logam-logam non ferrous sekitar 30 detik.
Walaupun demikian pengaturan beban dan waktu indentasi untuk setiap material
dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji. Nilai kekerasan suatu
material yang dinotasikan dengan “HB” tanpa tambahan angka di belakangnya
menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10mm, beban
3000 kg selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi yang lain nilai kekerasan HB
diikuti angka-angka yang menyatakan kondisi pengujian.
Syarat menggunakan metode Brinell :
– indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm, beban 300-3000
Kg
– permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
– permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami
karburasi ataupun proses sejenis lainnya
– ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan
– pengujian tidak boleh terlalu dipinggir
– beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan
pembebanan tak diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban
– jarak antar uji minimum 3d
– tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji disebabkan
penggunaan beban yang terlalu besar


Keuntungan penggunaan metode Brinell antara lain :
○ Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang
kasar
Bekas penekanan cukup besar, sehingga mudah diamati dan dapat mengatasi
ketidakseragaman fasa material pada pengujian.

Kerugiannya antara lain :


Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta
pada daerah kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan.
○ Tidak berlaku untuk material yang sangat lunak
maupun sangat keras.
b. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136o,
seperti gambar dibawah ini

Gambar : Skematis prinsip indentor dengan metode Vickers

Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan
berbentuk bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada
mikroskop pengukur jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh:

1.854 P
VHN =
d2

Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda


tergantung pada elestisitas material. Apabila material lunak atau
keelastisitasannya tinggi, maka hasil indentasi akan mengempis. Dan pada
material yang kaku, maka akan berbentuk menggembung. Metode ini biasa
dilakukan untuk mengukur kekerasan mikro dari material.

Gambar : Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas;


(a)Indentasi sempurna; (b)Indentasi mengempis; (c)Indentasi menggembung

Keuntungan metode Vickers :


○ Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan dilakukan
untuk berbagai jenis logam.
○ Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan
untuk menentukan kekerasan pada logam yang sangat lunak dengan kekerasan
DPH 5 hingga logam yang sangat keras dengan DPH 1500
○ Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis, sampai
0.006 inchi
○ Harga kekerasan yang didapat dari uji Vickers tidak bergantung pada besar
beban indentor

Kerugiannya :

Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian
tersebut lama, memerlukan persiapan permukaan benda uji yang teliti, dan rentan
terhadap kesalahan perhitungan panjang diagonal.

c. Metode Rockwell
Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka
intan 120o. Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah
pembebanan minor kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan
dengan perbandingan kedalaman kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan
metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan suatu bahan dinilai dari diameter
atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell merupakan uji
kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode ini banyak
dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan
indentor yang digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya.
Metode yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja
berdiameter 1/6 inci dan beban 100 kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan
dan beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya biasa dipakai. Oleh karenanya
skala kekerasan Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan jelas.
Tabel Skala pada Metode Uji Kekerasan Rockwell

Kekerasan Rockwell dapat dibagi menjadi:


 Rockwell A
Penetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan 60 Kg. Biasa digunakan
untuk jenis-jenis logam yang sangat keras
 Rockwell B
Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembebanan 100 Kg.
Biasa digunakan untuk material-material yang lunak.
 Rockwell C
Indentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa digunakan
untuk logam-logam yang diperkeras dangan pemanasan.
Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor yang digunakan
dengan beban yang diberikan.Pengkategorian ini dimaksudkan agar penguji
manggunakan jenis kombinasi yang tepat pada benda uji sesuai dengak sifat yang
dimiliki oleh benda uji tersebut.

d. Kekerasan Knoop
Merupakan salah satu metode micro-hardness, yaitu uji kekerasan untuk
benda uji yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan
luas penampang yang terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar
0.01mm – 0.1 mm dan beban yang digunakan berkisar antara 5 gr – 5 Kg.
Permukaan benda uji harus benar-benar halus.

METODE
1. Hoytom macrohardness tester (metode Brinell, Vickers dan Rockwell)
2. Buehler Micromet 2100 series microhardness tester (metode Vickers)
3. Micrometer & Measuring microscope
4. Sampel uji silinder pejal dan uji tarik (besi tuang, baja, tembaga dan
aluminium)

Gambar : Mesin hidraulic

Untuk mendapatkan ketelitian hasil pengukuran kekerasan, hal yang harus


diperhatikan sebelum waktu melakukan pengujian yaitu :

• Permukaan benda kerja harus bersih dari kerak dan kotoran lainnya.
• Posisi permukaan spesimen diusahakan tegak lurus dengan arah indentasi.
• Permukaan spesimen harus diam statis sebelum diberi beban tekan.
• Ketebalan spesimen paling tidak 10 kali diameter indentor.
• Jarak antar titik pengukuran harus lebih besar dari 3 kali diameter
indentor.
• Jarak titik pengukuran dari tepi spesimen paling tidak 3 kali diameter
indentor.
FLOW CHART

Metode Brinell dan Vickers (sample silinder pejal)


Preparasi
tidak
ya
Putar
Lepas
Putar
Putar
Ukur
Periksa
Pilih
Hitung
Sampel
poros
tuas
tuas
diameter
kontak
sampel
beban
alat
poros
beban
nilai
Selesai
dudukan
&uji
indentor
yang
lokasi
(amplas
jejak
kekerasan
hingga
dan
ke belakang
sesuai
benda
indentor
pasang
lain
dengan
&jarum
poles)
uji
searah
menyentuh
dan
benda
indentor
lepaskan
jarum uji
batas
jam
Metode Brinell (sample uji tarik)
Preparasi
tidak
ya
Lakukan
Pilih
Estimasi
Tempatkan
Hitung
Ukur
indentor
(amplas
pengujian
Material
kekuatan
diameter
Selesai
nilai
sampel
dan
grip
kekerasan
lain
beban
tarik
sampel
di
pada
jejak
beberapa
logam
anvil
yang
uji tarik
secara
titiksesuai
(min.
horizontal
3)

Metode Rockwell (sample silinder pejal)


Baca
Atur
Lakukan
Pasang
Lepas
Pasang
Preparasi
tida
ya nilai
Selesai
Kembalikan
Lakukan
skala kekerasan
Material
benda
indentor
pembebanan
beban
sampel pada
preload
lain
uji
tuas
yang
mesin
(amplasyang
dari
& poles)
k antara
uji
sesuai
beban
sesuai
dudukan
sesuai
(rockwell
10-15
kerockwell
posisi
detik
B
yang
semula
atau
dipilih
C)

Pengujian kekerasan mikro


Putar
Putar
Amplas
Putar
Atur
Tempatkan
Perhatikan
Putar
Lakukan
Putar
Area
fillar
focus
turet
left
Hitung
turet
Pilih
turet
kasar,
right
yg
fillar
Nyalakan
adjustment
ke
indentasi
PengukuranTentukan
struktur
indentor-lensa
dipilih
beban
nilai
skala
indentor
benda
Indentasiposisi
fillar
adjustment
amplas
Atur
kekerasan
ditempatkan
nol
dgn
adjustment
mikro
instrument
uji
lensa
waktu
dg
lebarlokasi
knob
lensa-obyektif
pd
selesaihalus,
dgn
memutar
menekan
right
dan
obyektif
jejakknob
obyektif
indentasi
yg
permukaan
hingga
poles
akan
pencahayaan
knob
micrometer
mikromet
di
hingga
dial
selesaitombol
tengah
kembali
garis
hg
dan
diuji
hingga
hg
beban
pembesaran
bagian
┴diperoleh
etsa
kanan
‘START’
indentor
ruang
(40
benda
benda
kiri
akhirnya
terdalam
bagianmencapai
kanan
menyentuh
pandang
posisi
terdalam
ujung
x)40
indentor
uji
ujung
kanan
xokuler
darikiri
right
terluar
terluar
fillar
jejak
jejak
berhimpit dg bag kiri terdalam left fillar line
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Callister,William D., 1940-Materials science and engineering : an Introduction/


William D. Callister, Jr.—7th ed
Callister, William D. “Materials and Science Engineering: an Introduction”, 6th
edition. John Wiley & Sons, Inc. 2003.
Davis,H.E,Troxell,G.E,Hauck, GFW. ”The Testing of Engineering Materials
”.1982.
Dieter, George E. “Mechanical Metallurgy”. McGraw Hill Book Co. 1988.
Louis Cart,”Non Destructive Testing”,ASM, 1995.
Metal Handbook Ninth Edition, Volume 8, Mechanical Testing, ASM,1985.
Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, edisi ketiga, jilid 1, Erlangga, 1993.

You might also like